Bro, sejauh Mahayana yang saya pelajari, konsep Dhyani Buddha mirip konsep Trikaya, tapi kedua konsep ini berbeda. Kadang memang kedua konsep ini dikombinasikan sehingga tampak sama.
Dharmakaya semua Buddha adalah Satu. Dharmakaya itu tidak berwujud, karena wujud berada di dalam samsara, sedangkan Dharmakaya itu melampaui semuanya. Dalam Dharmakaya tiada wujud ataupun bukan-wujud.
Dharmakaya seperti bulan purnama yang bersinar terang di langit malam yang cerah. Sambhogakaya adalah sinarnya, Nirmanakaya adalah bayangan bulan di danau jernih yang tenang. Jadi, sebenarnya kurang tepat dikatakan Dharmakaya bermanifestasi menjadi Sambhogakaya ataupun Nirmanakaya. Sambhogakaya itu kecemerlangan yang memang sudah sifat Dharmakaya, yaitu Mahakaruna dan Mahaprajna. Seperti bayangan bulan di atas air muncul karena ada air tenang yang menjadi 'cermin', Nirmanakaya muncul karena ada kita para mahkluk hidup. Kita-lah para cermin-cermin ternoda. Bila kita berhasil mencapai Anuttara Samyaksambodhi, kita pun akan menjadi bayangan bulan yang terang (Nirmanakaya Buddha). Tapi kembali lagi, cermin-cermin ini sebenarnya palsu, ia tidak nyata, tidak kekal, bukan 'Aku Sejati'. Aku Sejati adalah Dharmakaya.
Pada konsep Manussi Buddha, sudut pandangnya sedikit berbeda. Di mana manussi buddha dianggap sebagai manifestasi dari dhyani bodhisattva, dan dhyani bodhisattva dianggap sebagai manifestasi dhyani buddha.
Amitabha Buddha adalah salah satu dari 5 Dhyani Buddha. Dalam konsep trikaya, Amitabha Buddha itu berperan sebagai Sambhogakaya dan Nirmanakaya. Tidaklah sesuai untuk menyebut Dharmakaya Amitabha, Dharmakaya Amogasiddhi, dll karena Dharmakaya tak terjelaskan. Memang ada konsep lain yaitu Dharmakaya Buddha, Tathagata Samantabhadra (bukan Samantabhadra Bodhisattva), ataupun Mahavairocana Buddha (berbeda dengan Vairocana Dhyani Buddha) dalam tataran Dharmakaya, tapi konsep ini musti dibedakan dari Trikaya. Konsep yang ini ada pada level sudut pandang yang lebih tinggi dan mendalam, dan memiliki peran khusus dalam Tantra.
Seperti satu sinar yang dapat dipantulkan 1000 cermin, begitu pula Sambhogakaya memiliki emanasi Nirmanakaya yang tak terbatas. Seperti Cermin yang dapat dipantulkan cermin-cermin lain, Nirmanakaya juga bisa beremanasi sebagai Nirmanakaya lain dengan cara-cara yang tak terbatas.
Menurut pengertian saya, Dhyani Buddha dan Dhyani Bodhisattva ada pada tataran Sambhogakaya-Nirmanakaya ini. Dari pengertian ini, kita semua juga boleh dikatakan Nirmanakaya dari Amitabha dan Avalokitesvara, kita adalah para calon manussi buddha. Itulah sebabnya Sesepuh Ch'an ke-6 mengatakan bahwa Amitabha adalah Sifat Buddha, Mahaprajna, dalam pikiran kita; Avalokitesvara adalah Mahakaruna dalam pikiran kita. Karena memang demikianlah adanya. Bila kita merealisasi Mahakaruna sejati ini, maka kita menjadi satu dengan Avalokitesvara. Pada dasarnya memang Dharmakaya kita sama dengan Avalokitesvara; Sambhogakaya (Mahakaruna) kita sama dengan Avalokitesvara. Hal yang sama berlaku dengan semua Buddha dan Bodhisattva Mahasattva. Dengan dasar inilah Kebuddhaan dapat dicapai dengan lebih cepat, bahkan dalam satu kehidupan. Hanya saja, untuk merealisasikannya kita harus menembus kesadaran ke-13, inilah praktek dan fungsi dari tehnik meditasi Tantra/Vajra. Tanpa praktek Vajra, kita paling jauh hanya bisa menembus kesadaran ke-8 dalam satu kehidupan, dan butuh waktu yang panjang untuk menembus kesadaran ke-13 bahkan sampai berkalpa-kalpa.
Dengan pengertian ini seharusnya sudah cukup untuk menjelaskan bahwa Vajrayana adalah ajaran Buddha sejati. Hanya seorang Buddha yang mampu mengajarkannya. Orang-orang mengatakan bahwa Vajrayana adalah turunan dari Tantra-Hindu ataupun hasil kreasi para master setelah Buddha karena mereka tidak memahami dan kurang meyakini ke-Buddha-an yang tiada taranya, tidak mempraktekkan sendiri dan memang tidak ada Guru yang mengajarkan pada mereka. Mereka tidak mengetahui bahwa Vajrayana ini ada sejak zaman Buddha, karena Buddha Sakyamuni sendirilah yang mengajarkannya, tiada mahkluk lain yang mampu mengajarkan Vajrayana Buddhist.
begitu juga bagi orang-orang yang merasa bahwa Kebuddhaan itu begitu jauh dari mereka, dan sangat tak terjangkau... telah berpandangan salah. Mereka tidak tahu bahwa kebuddhaan ada dalam diri mereka. Mereka tidak tahu bahwa Dharmakaya adalah Rumah mereka yang sebenarnya. Memang ini hal yang sulit dipercaya, tapi begitulah adanya.
Satu hal lagi yang penting adalah melihat Dharmakaya dari pengertian Buddhist. Jadi perlu dasar-dasar Buddhist umum yang tak lain ajaran-ajaran Theravada dan Mahayana. Jika tidak, tentu konsep Dharmakaya ini akan nyasar, seperti banyak aliran zaman sekarang yang mengetahui sedikit rahasia ini tanpa dasar yang benar menyebarkannya. Alhasil, ujung-ujungnya yang si pengikutnya nyasar dan sulit dituntun kembali ke jalan yang benar karena merasa sudah paham benar rahasia ini.
Orang yang mendengar sedikit rahasia ini atau menemukan sendiri fungsi
menakjubkan Dharmakaya di dalam diri ini dapat mengaktifkan Abhinna. Tanpa pengetahuan, pengertian dan pandangan benar mereka kebanyakan tersesat. Mereka belum mencapai Pencerahan karena
mereka hanya menemukan Abhinna, bukan Dharmakaya sejati.
Dari fungsi menakjubkan dari Dharmakaya ini, mantra-mantra bekerja. Jadi, mantra ataupun Sadhana dalam Mahayana dan Vajrayana berbeda dengan mantra dan sadhana dalam agama-agama lain. Itulah penjelasan bahwa ritual Mahayana dan Vajrayana yang sejati (dengan cara dan pengertian benar) BUKAN pandangan salah (kepercayaan yang salah akan ritual yang dilenyapkan oleh seorang Sotapanna). Umat Theravada yang belum memahami hal ini sering mengatakan bahwa Ritual Mahayana dan Vajrayana adalah pandangan salah. Yah, memang ini tidak 100% salah, karena umat Mahayana sendiri sebagian masih berpandangan salah. Mereka tidak mengetahui fungsi dan pengertian sebenarnya.