diterimalah ngelesnya, .....
inti dari pertanyaan itu untuk memancing keluar ranah pikiran dari seorang atheis, karena seorang atheis lebih mengedepankan pikiran yang bersifat harfiah, pikiran yang sederhana sebenarnya, seperti A dan B, tidak ada sesuatu hal dantara A dan B, tidak ada A(b) ataupun (a)B. Bisa disimpulkan tidak ada toleransi dari sebuah fenomena.
Dengan rentang waktu yang terbatas, dan fakta (baik yang sudah ataupun belum terverifikasi) yang ada, maka itu sudah cukup bagi seorang atheis untuk dijadikan sebuah landasan argumen.
Itu salah satu kesimpulan yang saya dan teman-teman saya dapatkan dari obrolan ringan kami (salahsatu narasumber juga atheis)
thanks atas tanggapannya..........