• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Kesurupan/kerasukkan menurut Buddhis !!!

@infiniteSky

Bro! yang ini saya memang sering merasakannya 1 thn terakhir ini! apakah anda jg mengalami hal yg sama? bagi yg lainnya di sini yg tdk mengalami pengalaman ini memang tidak akan percaya 100%

Setiap saya membaca mantra, daerah sekitar pinggang hingga punggung saya memang bergerak sendiri. saya tdk tahu itu apa. gerakannya lebih menyerupai bulatan searah jarum jam, terkadang bergerak kedepan-belakang.terkadang membentuk huruf 8. terkadang kedua tangan saya yg sedang beranjali spt ada yg menggerakkan siku saya seolah2 ada yang ingin memisahkan kedua tangan yg sedang beranjali.

Gerakan itu akan terhenti otomatis bila saya meniatkan untuk berhenti serta memaksakan untuk berhenti! bila saya fokus pada mantra maka gerakan itu akan kembali datang.

Selama ini saya tdk menganggap itu sbg hal yg penting, meskipun terkadang saya menganalisa dari setiap gerakan2 tsb tp saya tetap tdk mempedulikannya. Kalo didalam reiki ato kundalini katanya itu aliran energi yg mengalir disekujur tubuh.shingga aliran darah akan lancar. Saya tdk tahu pasti krn saya tdk pernah bljr reiki ataupun kundalini.

barangkali anda punya info yg lbh jelas..

Yang anda alami adalah sedang memasuki tahap "meditasi mantra". Inilah uniknya agama buddha, ehipassiko, semua mengundang untuk dibuktikan.

Semua mantra mempunyai kekuatan atau tidak, dapat diuji dengan meditasi mantra, syaratnya minimal harus mampu memasuki jhanna III.

Jika anda mampu masuk jhanna III, kemudian kedua tangan beranjali di depan dada trus melafalkan mantra (contohnya om mani padme hum) tanpa putus, maka untuk pertama2 tangan ini akan bergetar, makin lama makin keras getarannya hingga hampir seperti gemetaran, apalagi jika gerakan ini dilawan.

Selanjutnya jika sudah ada respon seperti diatas maka kedua tangan dan tubuh harus rileks. Jika tangan atau tubuh bergerak membentuk mudra atau yoga, jangan dilawan tetapi hanya diamati dengan PENUH PERHATIAN DAN KESADARAN, jangan sampai terhanyut oleh gerakkan, tapi pusatkan pikiran ke pelafalan mantra maka selanjutnya tubuh ini akan bergerak secara otomatis membentuk rangkaian mudra yang panjang dan berbeda2 bahkan mudra yang tidak pernah kita lihat.

Jika selesai latihan ini maka mudra dan gerakan tubuh akan berhenti dan kita bisa menggunakan kekuatan dari mantra itu setiap saat. (Biasanya sekitar 3 bulan jika setiap hari rajin berlatih tanpa putus dan juga tergantung karma).
 
Yang anda alami adalah sedang memasuki tahap "meditasi mantra". Inilah uniknya agama buddha, ehipassiko, semua mengundang untuk dibuktikan.

Semua mantra mempunyai kekuatan atau tidak, dapat diuji dengan meditasi mantra, syaratnya minimal harus mampu memasuki jhanna III.

Jika anda mampu masuk jhanna III, kemudian kedua tangan beranjali di depan dada trus melafalkan mantra (contohnya om mani padme hum) tanpa putus, maka untuk pertama2 tangan ini akan bergetar, makin lama makin keras getarannya hingga hampir seperti gemetaran, apalagi jika gerakan ini dilawan.

Selanjutnya jika sudah ada respon seperti diatas maka kedua tangan dan tubuh harus rileks. Jika tangan atau tubuh bergerak membentuk mudra atau yoga, jangan dilawan tetapi hanya diamati dengan PENUH PERHATIAN DAN KESADARAN, jangan sampai terhanyut oleh gerakkan, tapi pusatkan pikiran ke pelafalan mantra maka selanjutnya tubuh ini akan bergerak secara otomatis membentuk rangkaian mudra yang panjang dan berbeda2 bahkan mudra yang tidak pernah kita lihat.

Jika selesai latihan ini maka mudra dan gerakan tubuh akan berhenti dan kita bisa menggunakan kekuatan dari mantra itu setiap saat. (Biasanya sekitar 3 bulan jika setiap hari rajin berlatih tanpa putus dan juga tergantung karma).

Hmmm. akhirnya suhu turun tangan juga....
Menarik sekali, >:D<
 
wah mantap nih... bro rough kasih pendapat berdasarkan cara pandang barat biar kita2 tambah pusink nih :D

Sebenarnya sih ajaran Buddha bukan hanya mencakup cara pandang timur lho, biarpun asalnya dari timur tetapi mencakup semuanya koq, mencakup cara pandang timur karena Sang Buddha melihat semua fenomena apa adanya melalui kekuatan batin beliau yaitu dengan Buddhacaksu /mata Buddha) dan juga mencakup cara pandang barat karena Sang Buddha mengamati dan menganalisa segala fenomena yg ada berdasarkan kebijaksanaan beliau yg sebenarnya adalah Dharma itu sendiri.

CMIIW, pola pikir timur kan lebih cenderung spiritualis, pola pikir barat itu lebih cenderung ke analitik atau pake logika.

Buddha Dharma kan mencakup kedua2nya, dan oleh karena itu ada pandangan yg mengganggap Buddhism itu bukan sekedar religion saja, tetapi mencakup semuanya. Dan berdasarkan pemikiran ini, saya berkesimpulan ajaran Buddha itu mencakup cara pandang Barat dan Timur, sehingga sekarang ini ajaran Buddha bisa diterima oleh org Timur maupun Barat.

Sang Buddha sendiri mencapai penerangan sempurna melalui kedua metode yaitu metode spiritual dan analitik/logika.
1. Metode spiritual -yaitu - menurut versi theravada: sila dan samadhi atau menurut versi mahayana : dana, sila, ksanti, virya dan dhyana(=samadhi)
Metode ini digunakan untuk menyempurnakan upaya kausalya/skilfull means yaitu kemampuan spesial seorang Buddha utk menolong makhluk lain, biasanya berupa kekuatan batin/supranatural dan sejenisnya. Ini berkaitan dengan Rupakaya Buddha

2. Metode analitik - panna/prajna -> vipasana (versi theravada dan mahayana sama)
Metode ini digunakan utk menyempurnakan kebijaksanaan/ wisdom, digunakan utk melenyapkan avidya dan kilesa dari batin hingga tak bersisa. (berhubungan dengan Dharmakaya)

Oleh karena Sang Buddha berhasil melatih diri dengan menggunakan kedua metode ini dengan sempurna sehingga mencapai penerangan Sempurna, bisa dikatakan Sang Buddha mengetahui segala fenomena yg terjadi baik di dalam batin maupun di luar batin beliau. Sang Buddha bisa menjelaskan proses terjadinya alam semesta, yg baru dekade belakangan ini para scientist perkirakan, terus Sang Buddha juga mengetahui adanya 31 alam kehidupan lain, sedangkan sampai sekarang scientist aja masih berusaha untuk membuktikan apakah hantu itu ada atau tidak :D

Pada saat Albert Einstein menjelaskan teori relativitas energi dan relativitas waktu, Sang Buddha juga sudah menjelaskannya 2500 tahun yg lalu.

Jadi disini kita bisa lihat betapa luar biasa hasilnya kalo kita menggabungkan kedua metode ini, Sang Buddha sendiri sebagai buktinya.

Sorry jd OOT dikit, intinya gw hanya kasi pendapat aja kalo ajaran Buddha itu sebenarnya mencakup cara pandang barat dan timur.


@ all
Berbagi hal mengenai kerasukan/kesurupan. Ini fenomena yang sulit diterima logika, namun banyak diyakini terjadi di masyarakat. Secara gamblang dalam beberapa literatur, kesurupan diartikan sebagai sebuah fenomena di mana seseorang berada di luar kendali dari pikirannya sendiri. Beberapa kalangan mengganggap kesurupan disebabkan oleh kekuatan gaib yang merasuk ke dalam jiwa seseorang.

Menarik dicermati, bahwa dalam hal ini sebenarnya sulit untuk melakukan pembuktian tentang keterlibatan mahluk gaib, apabila terjadi kesurupan/kemasukan perorangan. Dalam literatur barat, ada dikenal dengan kepribadian ganda. Dimana, secara tidak sadar, seseorang bisa berbuat atau bertabiat dan berkepribadian majemuk. Artinya, secara fisik tetap sebagai satu orang, sementara secara kepribadian bisa menjadi beberapa orang.

Pandangan barat ini manarik untuk dipertimbangkan oleh praktisi Buddha sendiri, karena keterbukaan kita dalam menerima acuan-acuan ilmu pengetahuan dari disiplin ilmu manapun. Seorang yang berkepribadian ganda/majemuk, dalam hal ini bisa dikatakan telah mengalami apa yang dinamakan Pemecahan Kepribadian.

Pemecahan kepribadian merupakan suatu keadaan di mana kepribadian individu terpecah sehingga muncul kepribadian yang lain. Kepribadian itu biasanya merupakan ekspresi dari kepribadian utama yang muncul karena pribadi utama tidak dapat mewujudkan hal yang ingin dilakukannya.

Berikut beberapa referensi yang memperlihatkan kasus kepribadian ganda/majemuk/pemecahan kepribadian:

  • (1646) Paracelsus melaporkan kasus tentang wanita yang menuduh seseorang telah mencuri uangnya. Pencurinya kemungkinan memiliki kepribadian ganda, yang melakukan tindakannya tanpa sepengetahuan pribadi utama.
  • (1791) Eberhard Gmelin mendeskripsikan kasus tentang pergantian identitas diri seorang wanita Jerman berusia 21 tahun, yang mengaku seorang bangsawan Perancis dan mampu berbicara bahasa Perancis. Gmelin percaya bahwa kasus seperti itu dapat membantu memahami seluk beluk kepribadian manusia.
  • (1816) Kasus Mary Reynolds, kepribadian ganda, diterbitkan dalam bentuk artikel di majalah Medical Repository.
  • (1838) Charles Despine menemukan sebuah kasus kepribadian ganda dalam diri Estelle, seorang gadis berusia 11 tahun.
  • (1876) Eugène Azam menemukan kasus kepribadian ganda dalam tubuh seorang wanita muda Perancis, yang biasa dipanggil Felida X.
  • (1899) Buku karangan Théodore Flournoy yang berjudul Des Indes à la Planète Mars: Etude sur un cas de somnambulisme avec glossolalie (Dari India ke Planet Mars: Kasus kepribadian ganda dengan bahasa imajiner) diterbitkan.
  • (1906) Buku Morton Prince, The Dissociation of a Personality, mengungkapkan kisahnya merawat pasien berkepribadian ganda bernama Clara Norton Fowler alias Christine Beauchamp.
  • (1915) Walter Franklin Prince menerbitkan studi kasus seorang pasien yang bernama Doris Fischer dengan judul The Doris Case of Multiple Personality. Studi kasus ini kemudian diikuti oleh beberapa percobaan mengenai diri Fischer sendiri dan dirinya yang lain.
  • (1943) Stengel mengatakan bahwa seseorang yang berkepribadian ganda mengalami "kelainan".
  • (1954) Buku Shirley Jackson, The Bird's Nest, sebuah cerita fiksi tentang pemecahan kepribadian, diterbitkan.
  • (1954) Buku Thigpen & Cleckley, The Three Faces of Eve, didasarkan pada hasil terapi Chris Costner-Sizemore, diterbitkan. Buku ini berhasil menarik minat orang Amerika mengkaji masalah pemecahan kepribadian.
  • (1957) Film The Three Faces of Eve yang dibintangi oleh Joanne Woodward, diluncurkan.
  • (1973) Buku laris karya Flora R. Schreiber, Sybil, membukukan kisah pengobatan dan terapi yang dilakukan oleh Shirley Ardell Mason. Namanya disamarkan menjadi Sybil Dorsett dalam buku ini.
  • (1976) Versi layar kaca Sybil diproduksi, dibintangi oleh Sally Field.
  • (1977) Chris Costner-Sizemore menerbitkan otobiografinya yang berjudul I'm Eve.
  • (1980) Tahun terbit buku Michelle Remembers.
  • (1981) Buku Daniel Keyes, The Minds of Billy Milligan, diterbitkan. Buku ini didasarkan dari hasil wawancara antara Billy Milligan dan terapisnya.
  • (1986) Tahun terbit buku When Rabbit Howls.
  • (1995) Astraea, situs yang pertama kali membahas masalah pemecahan kepribadian di dunia maya, diluncurkan bulan September.
  • (1999) Buku Cameron West, First Person Plural: My Life as a Multiple, diterbitkan.
  • (2005) Otobiografi Robert Oxnam, A Fractured Mind, diterbitkan.

Bukan pula untuk membantah, tapi sekedar memberikan sebuah pandangan yang berbeda mengenai apa yang sekarang kita bicarakan di forum ini. Topik ini semakin menarik. Pembicaraan juga semakin berkembang. Dan tidak menutup kemungkinan munculnya hal-hal yang bersifat klenik/mistik dari pembicaraan yang semakin terbuka ini.

Kalo utk kepribadian ganda ini, setau gw sih biasanya disebabkan oleh batin/mental yg tidak atau susah utk fokus, sehingga mengakibatkan ketidakmantapan/kelabilan karakter seseorang, kalau sampe kasus yg ekstrim bisa mengakibatkan seakan2 ada beberapa kepribadian yg berbeda. Kalau mau dinilai dengan pola pikir Buddhist dan berdasarkan hukum sebab akibat, jejak karma positif/negatif di masa lalu biasanya akan terbawah ke masa sekarang dengan wujud tendensi/kecenderungan batin yang apabila mendadak muncul di saat sekarang sehingga bisa merubah kepribadian seseorang secara sementara dan membuat seseorang bisa menjadi bingung dengan jati dirinya sendiri.

Tendensi atau kecenderungan batin ini yg menjelaskan kenapa tiap bayi yg lahir di dunia ini mempunyai karakter atau sifat yg berbeda2, misalnya ada yg pembawaannya pemarah/emosi, cengeng, sabar dll.

Nah jejak karma negatif/positif yg terbawa dari masa lalu yaitu berupa arus /kecenderungan batin ini biasanya juga menarik entitas2 di luar kita, yaitu makhluk2 yg memiliki hubungan karma yg kuat dengan kita utk bertemu lagi dengan kita. Seperti orang tua, saudara, teman musuh dll.

Kalo pake istilah science...energi yg koheren / serupa biasanya akan tarik menarik (berkumpul). Nah kecenderungan2 positif yang berasal dari jejak karma positif masa lalu di batin kita akan membuat kita mampu mengenali orang yang cocok dan punya kesamaan dengan kita, sehingga bila kita berkumpul dengannya bawaannya harmonis akrab dsb.

Demikian juga kecenderungan2 negatif yg berasal dari jejak karma negatif masa lalu di batin kita juga akan menarik kita utk berkumpul dengan makhluk2 yg punya kecenderungan sama, misalnya kita suka berbohong, kita juga akan lahir di tempat yg banyak penipu atau sering ketemu penipu dan sering dibohongi dst. Demikian juga kalo kita punya rasa benci/suka marah dan ribut, kita pasti punya kecenderungan lahir di tempat yg penuh peperangan dan banyak musuh.

Entitas2 yang gw sebutkan tadi itu tidak terbatas hanya kepada makhluk manusia saja, tetapi semua makhluk yg masih berada di 31 alam kehidupan. Jadi kalau misalnya ada makhluk halus, bisa jadi preta dulunya pernah jadi orang yang kita sayangi atau musuh kita di masa lalu, dalam kehidupan ini mencari kita, itu bisa dimaklumi. Nah yang celaka itu kalo yang nyari itu musuh kita, ini yang biasanya sering menjadi penyebab kasus kesurupan.

Untuk penjelasan secara science kenapa bisa kesurupan, kurang lebih seperti
ini:
Semua benda yang berada di muka bumi ini menyimpan energi, baik ada yg berupa energi potensial atau yg bener2 sudah berupa energi yang dikeluarkan. Energi ini biasanya bisa saling mempengaruhi, contoh energi kalor yang memancarkan panas ke sekitarnya.
Misalnya kita lihat semua makhluk yang ada di muka bumi termasuk manusia dan makhluk halus (preta/asura/deva) memancarkan energi, dan oleh karena adanya ikatan karma (disini istilah sciencenya energi yg koheren) jadi tarik menarik dan berkumpul. Nah pasti ada energi yang lebih kuat dan ada yang lebih lemah. Yang lebih kuat pasti mempengaruhi yang lemah.

Kalau kita analogikan kesadaran itu sebagai energi, kita bisa bilang makhluk yang kesadarannya lebih kuat mempengaruhi yang lemah. Nah jadi di sini bisa ditarik kesimpulan makhluk yang kesadarannya lebih lemah menjadi kesurupan akibat pengaruh makhluk yang kesadarannya lebih kuat. Jadi kalo menurut gw kepribadian ganda ataupun multiple personality itu bisa dan mungkin terjadi karena kesurupan, karena alasan2 di atas. Dan juga karena kita sudah tumimbal lahir hampir ga bisa diitung di dalam samsara ini, bisa dikatakan orang tua kita, org yang kita sayangi, org yg kita benci, musuh kita itu ada banyak sekali, dan pas kalo timing dan kondisinya tepat, bisa dipastikan mereka ada di dekat kita sekarang baik sebagai teman, ortu, pacar, istri, ataupun makluk yg ga keliatan yang mengikuti kita terus, dan juga yang nemplok di badan kita baik kita sadari atau tidak.

Mudah2an bisa dimengerti yah...maaf kalo kata2nya agak susah dimengerti :D

Dalam tradisi timur (juga sebahagian barat) banyak diyakini kekuatan gaib yang menjadi jawaban atas sejumlah pertanyaan dari sebuah fenomena kerasukan/kesurupan/kemasukan. Yang mungkin dalam hal ini, pihak barat melihatnya sebagai pemecahan kepribadian. yang mengakibatkan seorang individu bisa muncul dengan karakter atau kepribadian yang benar-benar berbeda dengan yang semestinya. Fenomena ini bisa muncul bila terjadi shock. Ketakutan yang sangat hebat. Kelemahan fisik. Kelemahan rohani. Keletihan dan kelemahan jiwa. Yang secara sederhana dalam tradisi timur dipandang sebagai, jiwa dari individu tersebut diambil olih oleh kekuatan gaib atau fisk individu tersebut mengalami apa yang disebut kemasukan roh/kesadaran lain.

Itu dua sudut pandang yang saling bertolak belakang dari apa yang sedang kita bahas ini. Sejauh ini, sampai postingan ke #66, pembahasan masih berputar pada poros timur. Dalam hal ini sedikit banyak referensi diambil dari ajaran Buddha.

dua paragraf ini sudah coba saya jelaskan di atas.

Agak sedikit menimbulkan tanya jawab dalam hal anatta bisa terjadi kerasukan/kesurupan. Beberapa aliran kemudian mengklaim bahwa kesurupan/kerasukan bisa juga terjadi apabila ada mahluk gaib yang lebih tinggi tingkatannya dari manusia 'masuk' ke dalam kesadaran seseorang. Hal ini tak jarang dijadikan patokan dari sebuah ajaran.

Anatta (tanpa inti) itu adalah karakteristik dari semua fenomena di alam semesta ini, itu benar sekali. Tapi selama kita masih belum realisasi anatta dalam batin, kita pasti masih terkungkung oleh avijja dan kilesa, kita pasti mempunyai panca skandha, nah makhluk2 ini biasanya bisa numpang disini.

Kalo kita sudah memahami anatta secara sempurna di dalam batin kita (baca: bukan pemahaman secara intelektual saja), sudah bisa dipastikan kita tidak akan terlahir lagi, karena kalo "Sang Aku" itu udah ga ada, yah bisa dipastikan ga ada yang bisa nempel, atau ngerasukin.

Saya ingin melemparkan pertanyaan dan bahan pemikiran kepada forum ini,

Bagaimana bila tangki/dukun/dll yang mengalami kesurupan/kerasukan secara rutin tersebut sebenarnya adalah orang-orang dengan kepribadian ganda? Yang dalam hidup sebagai orang Asia, tidak begitu mengetahui kelainan psikologi ini? Dan bukan kebetulan pula masyarakat Asia cenderung masih banyak yang percaya pada hal-hal seperti ini. Sehingga kejadian ini terus berulang-ulang terjadi dan terjadi lagi.

Dalam hal kerasukan/kesurupan yang dadakan atau sesekali. Bagimana bila hal ini terjadi karena kelemahan fisik/jiwa. Trauma hebat yang tiba-tiba yang mengguncangkan jiwa, sehingga muncul sebuah kepribadian yang benar-benar berbeda yang sebenarnya adalah pancaran terpendam dari kepribadian yang asli?
Bisa ya dan bisa tidak, seperti yang bro bilang, bisa ya karena itu tangki/dukun mungkin pernah ngalami trauma atau ngalami kejadian2 di masa lalu yang ngakibatin dia punya kepribadian ganda, dan bisa juga tidak, karena alasan2 yang saya kemukakan di atas.

Kemudian dalam hal kerasukan masal. Bagaimana bila hal ini terjadi karena adanya sebuah fenomena unik. Dimana sebuah kekuatan besar (dalam hal ini banyak hal bisa dijadikan penyebab, misal gaya magnet, aura, dll) yang mempengaruhi secara macro sebuah kelompok.

Wah kalo ini dilihat dari science aja sih, saya rasa susah untuk menjawab yah...karena kalau science pasti jawabnya berdasarkan parameter yang bisa ditangkap oleh panca indera kita, misalnya bisa jadi karena suhu udara pas ditempat kesurupan itu panas sekali, sehingga banyak yang berhalusinasi sehingga seakan2 seperti kesurupan. Tapi tetap aja aneh kan, karena misalnya yg bersangkutan kesurupan adalah org Jawa pribumi, terus pas kesurupan tiba2 bisa bahasa Batak. kan penjelasannya masih belum bisa masuk tuh


Sang Buddha sendiri pernah dalam sebuah wacana membicarakan tentang bagaimana pikiran kadang mengelabuhi manusia. Terkadang manusia merasa sudah 'melihat' atau 'merasakan' atau 'mengalami' sesuatu kejadian yang kudus, sementara sebenarnya dia hanya dipermainkan pikirannya sendiri, yang dalam hal ini kita sebut dengan imajinasi.

Fenomena ini kadang juga terjadi pada pandangan orang ketika melihat sebuah kejadian berupa kerasukan/kemasukan.

Makanya Sang Buddha selalu meminta kita untuk ehipasiko, cara ehipasiko-nya gimana? Yaitu dengan mengikuti jalan yang beliau ajarkan...misalnya utk membuktikan apakah 31 alam itu ada atau imajinasi belaka??? yang kita bisa lihat aja kan cuma binatang? nah gimana cara buktiin-nya? kita diminta utk pake metode spiritual tadi yaitu latihlah, sila dan samadhi sehingga kita benar2 punya kemampuan utk melihatnya, jadi ga berpatokan pada kata2 di buku atau sekedar ucapan Sang Buddha saja.

Dan juga jangan lupa metode analitik / vipasana juga dipakai disini utk ehipasiko yaitu dengan adanya prajna/kebijaksanaan, kita bisa mengetahui adanya saling keterkaitan antara fenomena2 yang terjadi, dan juga utk mengetahui apakah yang kita "lihat" itu apakah khayalan/imajinasi belaka(baca: bentuk-bentuk pikiran belaka)

Om mani padme hum.
 
Yang anda alami adalah sedang memasuki tahap "meditasi mantra". Inilah uniknya agama buddha, ehipassiko, semua mengundang untuk dibuktikan.

Semua mantra mempunyai kekuatan atau tidak, dapat diuji dengan meditasi mantra, syaratnya minimal harus mampu memasuki jhanna III.

Jika anda mampu masuk jhanna III, kemudian kedua tangan beranjali di depan dada trus melafalkan mantra (contohnya om mani padme hum) tanpa putus, maka untuk pertama2 tangan ini akan bergetar, makin lama makin keras getarannya hingga hampir seperti gemetaran, apalagi jika gerakan ini dilawan.

Selanjutnya jika sudah ada respon seperti diatas maka kedua tangan dan tubuh harus rileks. Jika tangan atau tubuh bergerak membentuk mudra atau yoga, jangan dilawan tetapi hanya diamati dengan PENUH PERHATIAN DAN KESADARAN, jangan sampai terhanyut oleh gerakkan, tapi pusatkan pikiran ke pelafalan mantra maka selanjutnya tubuh ini akan bergerak secara otomatis membentuk rangkaian mudra yang panjang dan berbeda2 bahkan mudra yang tidak pernah kita lihat.

Jika selesai latihan ini maka mudra dan gerakan tubuh akan berhenti dan kita bisa menggunakan kekuatan dari mantra itu setiap saat. (Biasanya sekitar 3 bulan jika setiap hari rajin berlatih tanpa putus dan juga tergantung karma).

Bro Dragon,
Bagaimana kita tahu kalo kita sudah masuk Jhana III? Ciri2 atau patokannya apa?

Dulu sempat saya ikutin, tapi karena ada feeling ga enak sama tubuh yg ketempelan ini, tapi karena gw ga mau ambil resiko, jadi cuekin dulu deh.

Kalo yang saya rasakan sih pada saat yoga, itu tangan dan seluruh badan seperti dialirin listrik yang kuat banget,sampe2 ujung2 jari seperti kesetrum, terus rasanya dari badan itu mancar energi yg kuat ke seluruh penjuru, dan energinya terus membesar seiring dengan konsentrasi yg semakin dalam. :D

FYI. pada saat konsentrasi semakin dalam malahan perut, dada, leher, kepala, punggung tambah terasa sakitnya, tapi tetep gw cuekin dan tetap pada konsentrasi.

Om mani padme hum.

yap. . .bro itu aliran gw. gpp yah. slnya ga ad yg ngebahas soal meditasi dsini. ktanya ga usah blajar gtu. u tau membina diri aj. rajin2 sembhyang gtu.tpi tujuannya sama mo kita dijalan yg bener. . .

kalo boleh tahu di alirannya bro/sis disuruh membina diri dengan cara gimana? Just curious.

kalo misalnya ada obat utk problemnya bro/sis, dan efek obat ini bisa menyembuhkan, bro/sis mau cobain ga? Kalo ada kemungkinan meditasi itu bisa bantu solve problem bro/sis...I think it is wise to give a try... :D toh kan ga ngerugiin siapa2 ...malah siapa tau bisa bantu solve problemnya.

Om mani padme hum.
 
Bro Dragon,
Bagaimana kita tahu kalo kita sudah masuk Jhana III? Ciri2 atau patokannya apa?

Dulu sempat saya ikutin, tapi karena ada feeling ga enak sama tubuh yg ketempelan ini, tapi karena gw ga mau ambil resiko, jadi cuekin dulu deh.

Kalo yang saya rasakan sih pada saat yoga, itu tangan dan seluruh badan seperti dialirin listrik yang kuat banget,sampe2 ujung2 jari seperti kesetrum, terus rasanya dari badan itu mancar energi yg kuat ke seluruh penjuru, dan energinya terus membesar seiring dengan konsentrasi yg semakin dalam. :D

FYI. pada saat konsentrasi semakin dalam malahan perut, dada, leher, kepala, punggung tambah terasa sakitnya, tapi tetep gw cuekin dan tetap pada konsentrasi.

Om mani padme hum.

Tingkatan jhana, menurut Sutta Pitaka, terdiri atas :
1. Pathama-Jhana, ialah jhana tingkat pertama, dimana nivarana telah dapat diatasi dengan seksama. Faktor-faktor jhana yang timbul adalah vitakka, vicara, piti, sukha, dan ekaggata.
2. Dutiya-Jhana, ialah jhana tingkat kedua, dimana vitakka dan vicara mulai lenyap, karena kedua faktor ini bersifat kasar untuk jhana kedua. Faktor-faktor jhana yang masih ada adalah piti, sukha, dan ekaggata.
3. Tatiya-Jhana, ialah jhana tingkat ketiga, dimana piti mulai lenyap, karena piti ini masih terasa kasar untuk jhana ketiga. Faktor-faktor jhana yang masih ada adalah sukha dan ekaggata.
4. Catuttha-Jhana, ialah jhana tingkat keempat, dimana sukha mulai lenyap, karena faktor ini masih terasa kasar untuk jhana keempat. Di dalam jhana keempat ini hanya ada faktor ekaggata dan ditambah dengan upekkha (keseimbangan batin).

Diambil dari kutipan bro sinthung :D:D:D

Tapi ciri yang utama sih dari Jhanna III, yaitu kegembiraan/kebahagian yang besar dan konsentrasi yang kuat.

Kalo sudah masuk Jhanna IV, cuman tinggal pemusatan pikiran saja.

Terus kalo tidak puas dengan keadaan Jhanna IV maka selanjutnya akan masuk ke arupa jhanna I (Ruangan tanpa batas) biasanya disini yang sulit karena harus melampaui badan jasmani. Dan biasanya akan timbul gejala2 seperti yang bro sebutkan tersebut pada badan jasmani. Malah mungkin lebih parah dari itu gejalanya.

Biasanya itu tergantung pada karma lampau. Kalo karma buruknya banyak maka semakin sulit mencapai itu. Tapi kalo sedikit karma buruknya, dengan gampangnya akan langsung lompat kedalam Arupa Jhanna I.

Pengalaman setiap orang berbeda, ada yang sukar, ada yang gampang masuk.
Tapi biasanya para meditator sulit melewati tahap ini, biasanya disinilah terlihat peran seorang guru. Jika seorang guru itu berpengalaman dan berkwalitas, maka beliau bisa tahu karma masa lalu apa yang menghalangi kemajuan batin murid tersebut. Setelah tahu penyebabnya biasanya diberikan mata pokok meditasi lain untuk menyingkirkan penghalangnya yang masih kuat itu. Setelah rintangan itu sudah tidak begitu berat baru kembali ke pokok meditasi awal.

Semua tingkat2an Jhanna itu di batasi oleh karma buruk / penghalang masa lalu. Tergantung kita saja, sanggup tidak melewati itu.
 
Bro Dragon,
Bagaimana kita tahu kalo kita sudah masuk Jhana III? Ciri2 atau patokannya apa?

Om mani padme hum.


Mungkin ini bisa bermanfaat

Ciri atau tanda-tanda pada jhana I adalah :

1. Vitaka, berusaha memegang obyek.
2. Vicara, telah memegang obyek dengan kuat.
3. Piti, kegiuran.
4. Sukha, kebahagiaan yang dalam.
5. Ekagatha, pikiran yang telah terpusat, batin seimbang.

Pada jhana I konsentrasi belum benar-benar stabil. Anda masih dapat mendengar suara-suara dari luar. Tapi obyek (meditasi) dapat dipertahankan.

Memasuki jhana II, hanya terdapat 3 dari kelima ciri di atas, yakni Piti, Sukha dan Ekagatha.

Dalam tahap ini pikiran menjadi lebih tenang dan mantap. Lalu anda tinggalkan jhana II ini dan memasuki jhana III, dimana yang ada hanya Sukha dan Ekagatha. Piti (kegiuran) dapat mengguncang pikiran dan tubuh anda. Maka, saat memasuki jhana III, Piti ditinggalkan dan pikiran semakin tenang dan kokoh. Terkadang anda merasa bahwa tidak ada siapapun di sekitar anda. Anda merasakan kedamaian dan ketenangan dalam kesendirian tersebut. Inilah pencapaian dalam jhana III. Kondisi demikian dapat dicapai meski pada saat itu anda sedang mengarahkan cinta kasih pada seseorang. Tetapi anda perlu mengganti obyek kepada orang kedua, seseorang yang memiliki kualitas batin dan kebijaksanaan yang setara dengan obyek orang pertama.


atau bisa baca di " KUTADANTA SUTTA"
Selanjutnya seorang bhikkhu yang telah membebaskan dirinya dari perasaan tergiur, berdiam dalam keadaan seimbang yang disertai dengan perhatian murni dan pengertian jelas. Tubuhnya diliputi dengan perasaan bahagia, yang dikatakan oleh para ariya sebagai 'kebahagiaan yang dimiliki oleh mereka yang batinnya seimbang dan penuh perhatian-murni; ia memasuki dan berdiam dalam Jhana III. Demikianlah seluruh tubuhnya dipenuhi, digenangi, diresapi serta diliputi dengan perasaan bahagia yang tanpa disertai dengan perasaan tergiur; dan tidak ada satu bagian pun dari tubuhnya yang tidak diliputi oleh perasaan bahagia yang tanpa disertai dengan perasaan tergiur itu'.

 

Mungkin ini bisa bermanfaat

Ciri atau tanda-tanda pada jhana I adalah :

1. Vitaka, berusaha memegang obyek.
2. Vicara, telah memegang obyek dengan kuat.
3. Piti, kegiuran.
4. Sukha, kebahagiaan yang dalam.
5. Ekagatha, pikiran yang telah terpusat, batin seimbang.

Pada jhana I konsentrasi belum benar-benar stabil. Anda masih dapat mendengar suara-suara dari luar. Tapi obyek (meditasi) dapat dipertahankan.

Memasuki jhana II, hanya terdapat 3 dari kelima ciri di atas, yakni Piti, Sukha dan Ekagatha.

Dalam tahap ini pikiran menjadi lebih tenang dan mantap. Lalu anda tinggalkan jhana II ini dan memasuki jhana III, dimana yang ada hanya Sukha dan Ekagatha. Piti (kegiuran) dapat mengguncang pikiran dan tubuh anda. Maka, saat memasuki jhana III, Piti ditinggalkan dan pikiran semakin tenang dan kokoh. Terkadang anda merasa bahwa tidak ada siapapun di sekitar anda. Anda merasakan kedamaian dan ketenangan dalam kesendirian tersebut. Inilah pencapaian dalam jhana III. Kondisi demikian dapat dicapai meski pada saat itu anda sedang mengarahkan cinta kasih pada seseorang. Tetapi anda perlu mengganti obyek kepada orang kedua, seseorang yang memiliki kualitas batin dan kebijaksanaan yang setara dengan obyek orang pertama.


atau bisa baca di " KUTADANTA SUTTA"




@singtung


jujur saja sy sm skali tdk tralu tahu spt apa itu tingkatan jhana.yg saya tahu cm membaca mantra dan terus membaca mantra saja. jd ada yg saya tdk mengerti & ingin saya tanyakan disini :P

Apa yg dimaksud dgn vicara (telah memegang objek dgn kuat)?
apakah "objek" yg dimaksud adalah mempertahankan bentuk visualisasi/ mantra?

Lalu apa bedanya dgn ekagatha?
Soalnya dari posting bro diatas, saya menangkapnya sbb: telah memegang objek dgn kuat (vicara) dengan pikiran yg telah terpusat (ekagatha) adalah sama.

ataukah ada perbedaan didalamnya? thx bro atas pjelasannya :D



@dragon hung

wah gerakan2 yg sy alami tdk membentuk mudra spt yg anda sebutkan :P
yg ada gerakannya ga beraturan terkadang sampai merembet keleher sampai kepala.(untung g didlm kmr, kl ada yg ngeliat..pst gw dikira ga waras :D) terkadang tubuh rasanya ingin duduk miring diagonal. terkadang kedua siku yg sedang anjali membentuk isyarat tidak (kedua siku bergerak kiri-kanan) lalu diikuti tubuh memberi isyarat ya (maju-mundur) keduanya bergantian berulang2. pd saat bergerak2 yg terasa adalah badan terasa ringan spt kertas yg bergerak2 mengikuti angin (tanpa perlawanan). tp kl saya melawan dgn niat berhenti. maka dia berhenti.

kl ada yg berpendapat, itu adalah krn saya yg sedang dipengaruhi akibat pikiran saya sedang kosong. maka saya membantahnya. krn pd saat itu perhatian saya sedang sadar penuh.
 

@singtung


jujur saja sy sm skali tdk tralu tahu spt apa itu tingkatan jhana.yg saya tahu cm membaca mantra dan terus membaca mantra saja. jd ada yg saya tdk mengerti & ingin saya tanyakan disini :P

Apa yg dimaksud dgn vicara (telah memegang objek dgn kuat)?
apakah "objek" yg dimaksud adalah mempertahankan bentuk visualisasi/ mantra?

Lalu apa bedanya dgn ekagatha?
Soalnya dari posting bro diatas, saya menangkapnya sbb: telah memegang objek dgn kuat (vicara) dengan pikiran yg telah terpusat (ekagatha) adalah sama.

ataukah ada perbedaan didalamnya? thx bro atas pjelasannya :D

PENGERTIAN JHANA
Jhana berarti kesadaran/pikiran yang memusat dan melekat kuat pada obyek kammatthana/meditasi, yaitu kesadaran/pikiran terkonsentrasi pada obyek dengan kekuatan appana-samadhi (konsentrasi yang mantap, yaitu kesadaran/pikiran terkonsentrasi pada obyek yang kuat).

Jhana merupakan keadaan batin yang sudah di luar aktivitas panca indera. Keadaan ini hanya dapat dicapai dengan usaha yang ulet dan tekun. Dalam keadaan ini, aktivitas panca indera berhenti, tidak muncul kesan-kesan penglihatan maupun pendengaran, pun tidak muncul perasaan badan jasmani. Walaupun kesan-kesan dari luar telah berhenti, batin masih tetap aktif dan berjaga secara sempurna serta sadar sepenuhnya.

Jhana hanya mampu menekan atau mengendapkan kekotoran batin untuk sementara waktu. Ia tidak dapat melenyapkan kekotoran batin. Sewaktu-waktu jhana dapat merosot, karena jhana tidak kekal.

Vicara
1. Sebagai faktor/penyerta batin artinya perenungan penopang,fungsinya membuat batin menambat terhadap objek yang dialami.

2. Sebagai faktor jhana (jhananga) merupakan faktor penyerta batin yang fungsinya menekan vicikiccha nivarana(keraguan skeptis).


Ekaggata
1. Sebagai faktor batin bersifat netral (bukan baik juga bukan tidak baik), mengandung pengertian faktor batin yang berfungsi memusatkan batin terhadap objek yang diamati.

2. Di dalam faktor jhana, mengandung pengertian sebagai faktor batin yang berfungsi menekan kamachanda nivarana (hasrat nafsu indera).

Pikiran tidak lagi bergerak, bergetar atau terguncang. Pikiran menjadi sangat tenang dan damai. Sehingga dalam tahapan ini, pemeditasi tidak perlu lagi berusaha mengonsentrasikan pikirannya kepada obyek. Sebab pikiran telah dengan sendirinya terkonsentrasi pada obyek tersebut. Keseimbangan muncul pada jhana IV sementara sukha, kegembiraan, telah lenyap.
Pada jhana IV ini kegembiraan telah lenyap karena pemeditasi tidak lagi merasa gembira atau sedih. Disini ia telah mencapai keseimbangan batin dan pikiran yang terpusat.

Alat-alat untuk latihan anda haruslah mencakup 'pikiran-untuk-berpusat' (applied-thought) atau vitakka dan 'pikiran-untuk-bertahan' (sustained-thought) atau vicara. 'Pikiran-untuk-berpusat' (vitakka) berarti kecakapan mengarahkan pikiran kepada obyek meditasi dari samadhi; sedangkan 'pikiran-untuk-bertahan' (vicara) berarti penjagaan dan penahanan pikiran agar tetap bersatu dengan obyek meditasi.

Bila berkonsentrasi kepada nafas, maka anda harus mengarahkan pikiran kepada lubang hidung atau bibir sebelah atas dimana udara masuk dan keluar. 'Pikiran-untuk-bertahan' (vicara) lalu digunakan untuk menjaga dan mempertahankan pikiran agar tetap berada pada titik/obyek tersebut. Apabila anda lalai dalam berlatih dan kehilangan perhatian, maka pikiran anda akan pergi mengembara. Oleh karena itu 'pikiran-untuk-berpusat' (vitakka) harus dipergunakan lagi untuk menangkap dan mengembalikan pikiran kepada obyeknya semula, menjaga dan mempertahankan ia di sana agar tidak pergi ke obyek lain.

Sang Buddha membandingkan 'pikiran-untuk-berpusat' (vitakka) dengan bunyi sebuah lonceng ketika dipukul pertama kali, sedangkan 'pikiran-untuk-bertahan' (vicara) diumpamakan sebagai gema lonceng tersebut. Kedua hal ini selalu diperlukan didalam latihan anda. Vitakka dan vicara adalah penting, karena pikiran selalu cenderung untuk menyimpang dari obyek meditasi. Diperlukannya 'pikiran-untuk-berpusat' (vitakka) adalah untuk menarik dan mengembalikan pikiran kepada obyeknya, dan 'pikiran-untuk-bertahan' (vicara) adalah untuk menjaga dan mempertahankan pikiran agar tetap pada obyeknya. Bila hal ini dilatih terus-menerus, maka pikiran akan menjadi diam dan tenang, sehingga hasil-hasil atau buah dari samadhi akan mulai muncul, seperti: rasa kegiuran (piti) dan lebih lanjut dari itu adalah rasa bahagia (sukha) akan timbul menyelimuti seluruh jasmani dan batin. Dengan merasakan kepuasan pada jasmani dan batin, maka pikiran menjadi tenang terpusat pada satu obyek: ini disebut pikiran terpusat pada satu titik atau ekaggata.

Ketika anda belum mengalami rasa kegiuran dan kebahagiaan (piti dan sukha), maka anda cenderung akan mengalami rasa frustrasi dan bosan dalam berlatih. Tetapi dengan melanjutkan mengembangkan vitakka dan vicara, maka piti dan sukha akan timbul, dan terpusatnya pikiran (samadhi) akan muncul sebagai hasil awal dari latihan anda. Ini dengan sendirinya akan memberikan kepuasan dan semangat kepada anda untuk terus melanjutkan dan mengembangkan latihan anda.

Hal penting yang patut dicatat pada pembicaraan saya kali ini adalah: vitakka menarik dan mengarahkan pikiran kepada obyek samadhi, vicara menjaga dan menahan pikiran agar tetap pada obyek samadhi. Maka piti dan sukha akan timbul, diikuti oleh terpusatnya pikiran, yang disebut samadhi.***

 

@singtung


jujur saja sy sm skali tdk tralu tahu spt apa itu tingkatan jhana.yg saya tahu cm membaca mantra dan terus membaca mantra saja. jd ada yg saya tdk mengerti & ingin saya tanyakan disini :P

Apa yg dimaksud dgn vicara (telah memegang objek dgn kuat)?
apakah "objek" yg dimaksud adalah mempertahankan bentuk visualisasi/ mantra?

Lalu apa bedanya dgn ekagatha?
Soalnya dari posting bro diatas, saya menangkapnya sbb: telah memegang objek dgn kuat (vicara) dengan pikiran yg telah terpusat (ekagatha) adalah sama.

ataukah ada perbedaan didalamnya? thx bro atas pjelasannya :D



@dragon hung

wah gerakan2 yg sy alami tdk membentuk mudra spt yg anda sebutkan :P
yg ada gerakannya ga beraturan terkadang sampai merembet keleher sampai kepala.(untung g didlm kmr, kl ada yg ngeliat..pst gw dikira ga waras :D) terkadang tubuh rasanya ingin duduk miring diagonal. terkadang kedua siku yg sedang anjali membentuk isyarat tidak (kedua siku bergerak kiri-kanan) lalu diikuti tubuh memberi isyarat ya (maju-mundur) keduanya bergantian berulang2. pd saat bergerak2 yg terasa adalah badan terasa ringan spt kertas yg bergerak2 mengikuti angin (tanpa perlawanan). tp kl saya melawan dgn niat berhenti. maka dia berhenti.

kl ada yg berpendapat, itu adalah krn saya yg sedang dipengaruhi akibat pikiran saya sedang kosong. maka saya membantahnya. krn pd saat itu perhatian saya sedang sadar penuh.

Anda benar, anda tidak sedang dalam kondisi tidak sadar. Apa yang anda capai adalah persis seperti apa yang disebutkan Dragon. Bravo bro.... lanjut terus. Apa yang anda capai adalah usaha anda sendiri. Sangat tidak nyambung dengan kerasukan ataupun kesurupan.

@ InfiniteSky
Sya pernah membaca buku tentang 24 kepribadian yang muncul pada seseorang. Ini kisah nyata. DIteliti secara medis. mendapat liputan media sangat luas di America sana. Anehnya... kepribadian yang muncul juga sangat bertolak belakang. Bisa menjadi wanita, pria, orang inggris kuno, bahkan bisa menjadi bisu, guru, pelacur, bodyguard, ahli mencuri, pelukis dll. Yang kalau kita mau main logika, memang sangat susah untuk menembusnya. Hanya, medis sampai saat ini menjawabnya dengan Pemecahan Kepribadian. Yang bisa diakibatkan karena ada kejadian maha keras yang dialami korban.

Kalau seseorang di sini tiba-tiba bisa bahasa Rusia tanpa pernah ke Rusia (seperti kasus Billy manusia dengan 24 kepribadian) atau tiba-tiba bisa ngomong sangat Inggris dan jelas-jelas menolak sebagai orang yang kita kenal. DIsini biasanya dengan cepat kita bilang kerasukan/kesurupan. Namun orang-orang di barat sana ingin tahu semuanya. Mereka meneliti, mencatat, merekam, mendokumentasikan kasus-kasus seperti ini. Mempelajarinya sebagai disiplin ilmu dan lain sebagainya.

Saya tidak mengatakan teori mereka sebagai teori yang sempurna. Karna masih banyak yang belum terjawab. Seperti perbandingan Sang Buddha sendiri, bahwa yang diajarkannya hanya seperti daun dalam genggaman tangan, sementara luasnya Dharma seperti daun dalam hutan.

Saya hanya berani memberikan pandangan pada apa yang kebetulan saya tahu. Tidak ingin terjebak dalam suatu situasi dimana saya mencoba menjelaskan sesuatu yang saya, ngerti pun tidak.

Semoga dapat direnungkan. Sekedar bahan perbandingan saja. Mitos kita bahas dengan medis.... menarik kan, hehehehe...

Tentu saja, dalam koridor Buddha Dharma.
 

@dragon hung

wah gerakan2 yg sy alami tdk membentuk mudra spt yg anda sebutkan :P
yg ada gerakannya ga beraturan terkadang sampai merembet keleher sampai kepala.(untung g didlm kmr, kl ada yg ngeliat..pst gw dikira ga waras :D) terkadang tubuh rasanya ingin duduk miring diagonal. terkadang kedua siku yg sedang anjali membentuk isyarat tidak (kedua siku bergerak kiri-kanan) lalu diikuti tubuh memberi isyarat ya (maju-mundur) keduanya bergantian berulang2. pd saat bergerak2 yg terasa adalah badan terasa ringan spt kertas yg bergerak2 mengikuti angin (tanpa perlawanan). tp kl saya melawan dgn niat berhenti. maka dia berhenti.

kl ada yg berpendapat, itu adalah krn saya yg sedang dipengaruhi akibat pikiran saya sedang kosong. maka saya membantahnya. krn pd saat itu perhatian saya sedang sadar penuh.

Ya benar, urutannya seperti itu, untuk yang pertama kali bermeditasi mantra, maka tubuh akan dibuat menjadi sangat lentur sekali. Kalo dibiarkan gerakan2 yg timbul itu maka anda akan takjub oleh tubuh anda. Gerakan-gerakan awal yang anda rasakan itu fungsinya untuk membuat tubuh anda tidak kaku untuk posisi selanjutnya. Yang penting penuh perhatian dan kesadaran terhadap gerakan2 itu, jangan sampai terhanyut. Justru kalo kosong maka gerakan itu akan menjadi kacau.

Saya pernah melihat seorang wanita yang bertubuh besar *maaf* agak gemuk. Tetapi sewaktu melatih meditasi mantra ini maka tubuhnya bergerak dengan sangat lentur tidak kalah dengan penari balet. Padahal kalo dipikir secara logika maka tubuh yang besar itu akan sangat kesulitan di-tekuk2, tapi ternyata dia dapat melakukan semua posisi yoga dan mantra itu dengan sangat bagus.

Setelah badan rileks dan tidak kaku otomatis akan membentuk mudra dan yoga dengan sendirinya.
 
Tapi ciri yang utama sih dari Jhanna III, yaitu kegembiraan/kebahagian yang besar dan konsentrasi yang kuat.

Kalo sudah masuk Jhanna IV, cuman tinggal pemusatan pikiran saja.

Terus kalo tidak puas dengan keadaan Jhanna IV maka selanjutnya akan masuk ke arupa jhanna I (Ruangan tanpa batas) biasanya disini yang sulit karena harus melampaui badan jasmani. Dan biasanya akan timbul gejala2 seperti yang bro sebutkan tersebut pada badan jasmani. Malah mungkin lebih parah dari itu gejalanya.

Biasanya itu tergantung pada karma lampau. Kalo karma buruknya banyak maka semakin sulit mencapai itu. Tapi kalo sedikit karma buruknya, dengan gampangnya akan langsung lompat kedalam Arupa Jhanna I.

Pengalaman setiap orang berbeda, ada yang sukar, ada yang gampang masuk.
Tapi biasanya para meditator sulit melewati tahap ini, biasanya disinilah terlihat peran seorang guru. Jika seorang guru itu berpengalaman dan berkwalitas, maka beliau bisa tahu karma masa lalu apa yang menghalangi kemajuan batin murid tersebut. Setelah tahu penyebabnya biasanya diberikan mata pokok meditasi lain untuk menyingkirkan penghalangnya yang masih kuat itu. Setelah rintangan itu sudah tidak begitu berat baru kembali ke pokok meditasi awal.

Semua tingkat2an Jhanna itu di batasi oleh karma buruk / penghalang masa lalu. Tergantung kita saja, sanggup tidak melewati itu.

thx atas penjelasan jhana2 oleh bro Dragon n bro singthung, jadi refresh lagi nih :D

@Dragon,
kalo gw baru mulai baca mantra sebentar aja dan baru mulai konsentrasi pada objek visualisasi (belum masuk ke Jhana III), badan saya mulai goyang2 sendiri, mirip seperti gerakannya bro imhereyahum, badan maju mundur, terus kepala bawaanya pengen digelengkan ke kiri dan kanan terus, kayak org triping gitu :D, terus di bagian perut dan dada langsung terasa sakit dan di punggung ada ganjalan.

Tapi begitu masuk jhana satu, kecenderungan utk goyang itu agak mereda, lalu badan seperti dialiri listrik kuat banget, dan perut dan dada tambah sakit.

Kalo menurut bro Dragon ada yang salah dengan latihan saya?

FYI. Sadhana yg gw lakukan ada sadhana Vajrasattva, yang saya dapatkan dari guru saya, yang bertujuan utk purifikasi karma negatif. Saya sendiri jarang contact sama guru saya, jadi jarang bisa konsultasi.

@bro rough,
Kalo menurut pendapat gw sih, tidak ada yang tidak bisa dijelaskan kalo kita berpatokan pada Dharma, karena Dharma itu mencakup semua fenomena di alam semesta ini.

Bisa jadi org yg punya banyak kepribadian, itu memori bawah sadarnya (alaya vijanana) yg menampung ingatan masa lalu muncul serempak, yg mungkin menimbulkan kebingungan ttg jati dirinya sendiri. Seperti yg kita tahu, bahwa kita sudah pernah tumimbal lahir tak terhitung banyaknya dalam samsara. Bisa jadi kita teringat beberapa puluh kelahiran kita yang sebelumnya, ada yang jadi dokter, pesulap, pelacur dsb. Dan ini yg menimbulkan krisis kepribadian???
Atau bahkan bisa jadi banyak kepribadian karena trauma/kejadian dahsyat yg dialami???
Atau bisa jadi juga karena benar2 kerasukan???
So bagaimana kita bisa tahu jawaban yang sesungguhnya, ya disinilah butuh ehipassiko, yaitu melatih diri kita melalui metode sila, samadhi dan panna, sehingga kita bisa bener2 menganalisa fenomena yg sebenanya dari hal ini.

btw, thanks atas pendapat bro rough, yang sudah menambah wawasan dari sisi medis. :D

om mani padme hum.
 
@bro rough,
Kalo menurut pendapat gw sih, tidak ada yang tidak bisa dijelaskan kalo kita berpatokan pada Dharma, karena Dharma itu mencakup semua fenomena di alam semesta ini.

Bisa jadi org yg punya banyak kepribadian, itu memori bawah sadarnya (alaya vijanana) yg menampung ingatan masa lalu muncul serempak, yg mungkin menimbulkan kebingungan ttg jati dirinya sendiri. Seperti yg kita tahu, bahwa kita sudah pernah tumimbal lahir tak terhitung banyaknya dalam samsara. Bisa jadi kita teringat beberapa puluh kelahiran kita yang sebelumnya, ada yang jadi dokter, pesulap, pelacur dsb. Dan ini yg menimbulkan krisis kepribadian???
Atau bahkan bisa jadi banyak kepribadian karena trauma/kejadian dahsyat yg dialami???
Atau bisa jadi juga karena benar2 kerasukan???
So bagaimana kita bisa tahu jawaban yang sesungguhnya, ya disinilah butuh ehipassiko, yaitu melatih diri kita melalui metode sila, samadhi dan panna, sehingga kita bisa bener2 menganalisa fenomena yg sebenanya dari hal ini.

btw, thanks atas pendapat bro rough, yang sudah menambah wawasan dari sisi medis. :D

om mani padme hum.

Setuju dengan anda dalam hal ini.

Bahwa Buddha Dharma bisa menjawab segala fenomena yang terjadi di alam. Ini sesuai dengan keyakinan saya.

Sebenarnya, tanpa adanya 'hanya'. Saya ingin menjelaskan sedikit.

Ada permasalahan, apa yang dimaksud dengan Buddha Dharma sendiri. Tak jarang dalam memandang fenomena 'kerasukan atau kemasukan' ini, justru masyarakat kita terjebak dalam pemikiran mitos....

Sebelum meneliti dengan kesungguhan, sebelum melihat dengan benar, ada kecenderungan di masyarakat kita untuk langsung mencap 'kerasukan/kemasukan/kesurupan'. Bahkan, pada sebahagian budaya di masyarakat kita, hal semacam ini tak jarang justru dilatih, diasah menjadi sebuah kerutinan.

Entah mana yang benar. Mungkin lewat meditasi (dalam hal ini ke konsep ehipasiko) baru bisa dibuktikan secara pribadi. Bagi yang belum melakukan meditasi dan belum mengalami akan sulit untuk membuktikan, tetapi mungkin memiliki keyakinan sendiri.

Coba kita lihat tradisi Jarang Kepang pada masyarakat Jawa. Kalau mau kita cermati. Tidak jauh berbeda dengan kondisi Tangki yang juga kerasukan/kemasukan. Namun keduanya berbeda dalam tujuan. Yang pertama untuk tujuan atraksi/hiburan. Semantara yang lain untuk keperluan spritual, bisa jadi juga ada tuntutan bisnis di sini, karena kerasukan/kemasukan dalam hal praktek ini bisa mendapatkan imbalan secara sukarela dari pasien.

Aplikasinya dalam hidup kita sebagai manusia yang bermasyarakat. Mungkin suatu ketika, secara kebetulan ada yang bertanya kepada tangki dan hasilnya bagus.... jawaban mantap.... pokoknya semakin melekatkan pada ketergantungan untuk mendapat petuah dari sang tangki yang kemasukan.

Namun, coba bayangkan, bila sebenarnya si tangki ternyata hanya seorang dengan kepribadian ganda? Konyol kan? bertanya pada orang yang sebenarnya mengalami pemecahan pribadi? yang pada dasarnya adalah sebuah 'kekurangan'.

Ini yang mungkin bermanfaat untuk direnungkan kembali.

Mengenai adanya mahluk gaib yang mengikuti/memakai badan seseorang untuk tujuan khusus, saya sendiri tidak tahu harus berkomentar apa.

Sampai hari ini, sudah 3 orang yang mengatakan kepada saya, bahwa ada 'orang' yang mengikuti saya. Yang pertama yang mengucapkan hal seperti itu adalah; 1. Ponakan saya sendiri (Muslim - Ustadz, punya pengajian dengan jumlah murid yang banyak dari beragam usia), 2. Seorang Bapak dari aliran Khong Hu Cu (semacam penasehat spritual kalau di sini). 3. Teman (Katolik, belum punya reputasi, tapi memiliki kemampuan indra ke 6)

Dari ketiganya kompak, dalam hal menyebutkan ciri-ciri 'apa' yang mengikuti saya. Bahkan, teman yang Katolik pernah menyarankan, kalau memang tidak diinginkan, mengapa tidak dilepas saja.

Ponakan dan bapak dari aliran Khong Hu Cu tidak berkomentar begitu. Hanya sekedar memberitahukan.

Lalu, menarik sekali untuk dikaji. Teman yang adri Katolik awalnya berasumsi, kalau saya pernah berdukun atau apa. Dan dalam teorinya, kemungkinan apa yang saya pernah lakukan dengan dukun tidak kita ketahui. Tentang apa yag sudah dilakukan sang dukun kepada saya.

Namun, saya tegaskan kepadanya, bahwa saya tidak pernah melakukan apa-apa dalam hal perdukunan. Maaf, saya tidak begitu percaya pada hal ini. Artinya, saya tetap menghormati mereka. Namun untuk meminta bantuan pada hal-hal tertentu dalam hidup, saya tidak pernah melakukan. Jadi, apa dan bagimana harus melepaskannya.

Suatu keanehan lagi, banyak orang-orang 'pintar' dari praktisi agama yang ada, kenyataannya suka berdiskusi agama dengan saya. Seorang bapak yang sudah meninggal (guru pengajian juga), bahkan sampai pernah ngetest saya, dengan cara mensalami tangan saya sedikit lama, sambil memejamkan mata dan berusaha menerawang saya. Ada simpanan atau tidak. Dan, saya lulus.... saya tidak punya simpanan apa-apa.... Akhirnya bapak tersebut menjadi teman. Kita sering memperbincangkan masalah religi. Dan, biasanya saya memang bisa memberikan argumen/pandangan yang bertolak belakang dari sisi pandang dia.

Jadi, secara pribadi. Saya bukan orang yang tidak mengerti apa yang kita maksudkan dalam hal kerasukan/kemasukan/kesurupan ini. Namun, kembali saya sampaikan. Tujuan saya hanya memberikan pandangan yang berbeda. Bagimana bila begini? bagaimana bila begitu? Yakinkah anda keyakinan anda sudah tepat? Bagaimana bila yang kita anggap sebagai kebenaran, ternyata hanya mitos?

Dalam menuliskan cerita 3 orang yang kompak tadi, kenyataannya dalam kamar sendiri di pagi hari ini, saya merinding.....

salam
 
@roughtorer

keluarga saya lumayan sering berhubungan dengan orang2 pintar atau sebutannya tangki/dukun ato apalah, dan biasanya jika ada masalah dan sewaktu mengunjungi mereka kita tidak mengatakan apa masalah kita, mereka hanya menanyakan tgl lahir, tempat tgl orang yg ingin kita tanyakan tsb,tapi mereka bisa mengetahui apa masalah kita setelah mereka tathung/semacam kesurupan dewa atau apalah,apa mungkin mereka berkepribadian ganda, atau mereka punya indera ke 6??
 
@roughtorer

keluarga saya lumayan sering berhubungan dengan orang2 pintar atau sebutannya tangki/dukun ato apalah, dan biasanya jika ada masalah dan sewaktu mengunjungi mereka kita tidak mengatakan apa masalah kita, mereka hanya menanyakan tgl lahir, tempat tgl orang yg ingin kita tanyakan tsb,tapi mereka bisa mengetahui apa masalah kita setelah mereka tathung/semacam kesurupan dewa atau apalah,apa mungkin mereka berkepribadian ganda, atau mereka punya indera ke 6??

Tidak dapat dipastikan karena jarak yang jauh antara saya dengan anda. Perlu bukti-bukti konkret yang bisa saya lihat sebelum saya mengklaim seorang tangki berkepribadian ganda atau memilik indra ke 6.

Agar tidak terjadi misunderstanding dengan apa yang sudah saya tulis. Sebaiknya penelitian ke sini anda lakukan sendiri. Ini bukan karena hal apapun, lebih kerena saya hanya mengetahui tentang tanki yang kita bicarakan hanya dari pandangan anda. Perlu melihat langsung baru bisa membuktikan.

Kemudian, maaf jangan salah paham dalam hal ini. Saya tidak mengecam suatu kebiasaan apapun yang sudah berlaku di masyarakat mengenai kerasukan/kesurupan ini. Saya hanya memberikan saran sebagai bahan renungan. Bagimana bila kita melihat dari sudut pandang disiplin ilmu yang lain. Itu saja....

Saya sendiri bukan ahli dalam melihat hal-hal seperti ini. Bahkan seperti yang sudah saya tulis, sangat susah bagi saya untuk mempercayai hal-hal seperti itu.

Terima kasih - peace
 
thx atas penjelasan jhana2 oleh bro Dragon n bro singthung, jadi refresh lagi nih :D

@Dragon,
kalo gw baru mulai baca mantra sebentar aja dan baru mulai konsentrasi pada objek visualisasi (belum masuk ke Jhana III), badan saya mulai goyang2 sendiri, mirip seperti gerakannya bro imhereyahum, badan maju mundur, terus kepala bawaanya pengen digelengkan ke kiri dan kanan terus, kayak org triping gitu :D, terus di bagian perut dan dada langsung terasa sakit dan di punggung ada ganjalan.

Tapi begitu masuk jhana satu, kecenderungan utk goyang itu agak mereda, lalu badan seperti dialiri listrik kuat banget, dan perut dan dada tambah sakit.

Kalo menurut bro Dragon ada yang salah dengan latihan saya?

FYI. Sadhana yg gw lakukan ada sadhana Vajrasattva, yang saya dapatkan dari guru saya, yang bertujuan utk purifikasi karma negatif. Saya sendiri jarang contact sama guru saya, jadi jarang bisa konsultasi.

om mani padme hum.


Posisi kedua tangan kamu biasanya gimana?
 
@akiong

sy sudah pernah hampir 1 bln meninggalkan Buddha dharma, ingin melupakan semuanya..tidak membaca parita, mantra, visualisasi, buku apapun itu.saya melepas semuanya. tanpa beban.

tp yg ada pengendalian diri malah makin buruk. :P cpt emosi. cepet sedih. dll. biasanya emosi negatif slm satu hari penuh bs jauh berkurang kl mlm harinya kita membaca parita berkali2. sedangkan kali ini emosi negatif slm 7 hari gak ada yg siram sama sekali. rasanya tidak sanggup :D

kata2 dokter wkt saya kecil dulu:
andai kita sedang sakit kita tetap perlu makan untuk sembuh, soalnya kalo tidak makan nanti kita malah tambah sakit.

Apalagi yg nmnya meditasi samatha.. wah, ogah :D sy plg anti/tdk cocok dgn meditasi samatha (spt yg pernah saya tulis ditread sblmnya).

makanya saya ogah yg macam2 skrg. membaca mantra cukup. kl lg jernih ditambah visualisasi, kl lg kusut ga visualisasi tar tambah kusut :P
kl sudah kusut repot..

kl diganggu pas latihan sy bodo amat. kl tidak diganggu pas latihan. sy jg bodo amat. semuanya serba ga peduli. andai saya mati nanti dia tetap ikutin saya. sy jg bodo amat.

sy pernah bc ajaran ajahn cah yg mengajarkan untuk selalu lewatin apa aja yg lewat. barangkali dari smua ajaran Budha dharma, cm itu yg plg sy ingat.
memang payah jg sy ini cm inget segitu... bis gimana lagi :D:D

Jika baca mantra itu hanya sementara menyelesaikan persoalan.Kalo mau tuntas musti pemurnian diri. Kalo tak bisa meditasi, coba baca Budho setiap saat, sampai anda mau tidur. Saat baca Budho harus dengan sadar penuh jangan sambil baca sambil melayang pikiran. Jika mau melayang pikiran kita , sadari pada napas sendiri lalu baca lagi <tanpa suara>. Ini membuat pikiran anda duduk dalam diri sendiri. Dengan demikian kekuatan Citta murni anda bisa berperan. Lambat laun entitas apapun yg bersarang di tubuh kehilangan kekuatannya. Seiring waktu, satu tahun dua tahun anda pasti terbebas. Soalnya saya sudah mengalaminya.

kalo baca mantra dan belajar teknik2 lain, ibarat kita mengundang harimau untuk mengusir kucing, kucing keluar tapi harimau menetap. Jika citta murni anda mulai berperan, para Budha , Bodhisatva akan membantu kita memurnikan lebih cepat tanpa kita meminta. Karena pada dasarnya setiap Citta murni adalah satu adanya. Kita hanya perlu sadar dan terus semakain sadar. lama kelamaan kita bisa melihat hal2 yg tidak berguna, lala kelamaan kita akan memiliki kekuatan untuk memerintah seluruh diri kita. Kekuatan itu yg anda tidak punya. Jadi jangan putus asa. Cari diri anda yg sesungguhnya yakni Kesadaran Murni/ Citta Murni..dengan membaca Budho...Budho...baca dengan penuh kesadaran pada setiap kata Bu dan dho nya. Tanpa distorsi kesadaran.

Selamat mencoba, jgn putus asa. Kalo gagal ulangi lagi.

Thx
 
@roughtorer,

yup sebenarnya konsep pemikiran bro roughtorer sama dengan gw. Karena gw juga berpikir demikian. gw cenderung berpikir secara rasional dan pakai logika dan ga percaya hal yang aneh2, sampai akhirnya wawasan gw bertambah lagi setelah mengalami sendiri hal2 yg tak bisa dicerna pakai logika atau rasio semata.

Makanya kalo postingan gw sebelumnya gw selalu bilang semuanya harus dianalisa dulu, jangan langsung divonis. Tentunya cara analisanya juga bukan pake cara biasa, tetapi yg mengalami hal ini harus melakukan vipassana (superior insight meditation) yg memang bertujuan mengamati segala fenomena yg timbul dan tenggelam di dalam batin, dari situ baru bisa dipilah2, yang mana fenomena di dalam batin yg mana fenomena dari luar batin.

Sebenarnya ada satu cabang science yg mempelajari hubungan spiritual dengan ilmu pengetahuan, yaitu fisika kuantum... salah satunya yg dibahas yaitu kekuatan doa yang disalurkan melalui air, dan pembahasan konsep anata Buddhism terhadap partikel2 atom, cara kerja pikiran kita berdasarkan iptek, karma dari sisi science dsb...kalo ga salah sudah ada buku dan DVDnya judulnya "What the Bleep Do we know"

Kesimpulannya menurut gw :
1. logika tanpa spiritual => membuat kita menjadi pintar tapi tidak bijaksana dan titik terekstrimnya adalah menghalalkan segala cara utk mencapai tujuan kita.
2. spiritual tanpa logika => membuat kita menjadi bodoh dan cenderung membabi buta dalam mempercayai segala sesuatu dan titik terekstrimnya jadi aneh/gila.

Yang paling aman adalah di tengah2, ikuti konsep jalan tengahnya Sang Buddha :D ;)


Posisi kedua tangan kamu biasanya gimana?

@Dragon
posisi tangan, pada saat pembacaan mantra kedua2nya memegang mala/tasbih dan pada saat yoga selalu dalam posisi meditasi (telapak tangan yang satu di atas yang lain). Ada yg salah dengan posisi tangan?

om mani padme hum
 
@InfiniteSky
Tidak memvonis.... hanya saling berbagi pemikiran.

Ilmu pengetahuan/sains dengan agama, sama sama penelitian, yang satu di laboratorium, yang satu di bathin.... kedua-duanya membawa pencerahan. Dalam koridor masing-masing.
 
@InfiniteSky

Ilmu pengetahuan/sains dengan agama, sama sama penelitian, yang satu di laboratorium, yang satu di bathin.... kedua-duanya membawa pencerahan. Dalam koridor masing-masing.

Kelihatannya kita punya sedikit beda pemikiran dlm hal ini. That's ok.

Ajaran Buddha menurut gw kurang cocok disebut sebagai agama, karena mencakup semuanya, baik itu ilmu pengetahuan maupun spiritual.

Oleh karena itu ajaran Buddha berbeda dengan agama yang mengajarkan dogma (kepercayaan semata), tetapi ajaran Buddha itu lebih ke arah hipotesa yang mengundang untuk dibuktikan kebenarannya (ehipasiko).

Dengan adanya perbedaan pendapat ini, barulah kita bisa saling sharing dan diskusi :D

om mani padme hum.
 
Org sebenarnya bisa berlatih Mantra, asalkan cara melatihnya ada Guru.

Tujuan Mantra salah satu nya adalah penyelarasan pada entitas/kekuatan yg lebih tinggi, salah satu nya lagi adalah melatih pikiran. kedua tujuan itu bisa brjalan seiring.

Hal yg perlu diperhatikan adalah bahwa Membaca mantra kita tidak boleh sampai Trance.

Kalo Trance 25%..trance 50%..trance 75%...kita masih dalam kondisi sadar sisanya yg berapa persent itu. <Jarang yg trance 100%.>

Sekali bisa trance, kita akan sering bisa trance saat berlatih mantra. Karena pelindung kesadaran kita telah tertembus.

kenapa tidak boleh trance, karena energi spiritual itu mengambil alih bawah sadar kita. Begitu bawah sadar bangkit 25% maka kesadaran utama kita berkurang 25% alias trance 25%. itu adalah pengambil alihan bawah sadar tidak permanen/ hanya tempoleri.

memang ada keuntungan saat energi spiritual mengambil peran bawah sadar. tubuh bisa bergerak2 sendiri menurut rekaman bawah sadar.< di bawah sadar kita terekam pengalaman kita semua kelahiran.> nadi2 bisa lancar, kekotoran batin dan entitas lebih rendah bisa keluar.

hanya saja saat , kita sampai pada satu level kesadaran tanpa melekat. kita akan terganggu oleh intervenvi energi spiritual itu. Kecenderungan itu akhirnya menjadi beban. Kalo kita tidak sampai pada level tanpa melekat , ya.. kita masih merasa ok2 aja dengan segala keuntungannya dari intervensi energi spiritual itu.

saat kita ingin melepaskan intervensi itu, sepertinya sudah mendarah daging. karenanya dibutuhkan minimal 5 tahun untuk menutup pintu gerbang itu dari intervensi suci itu. sebahagian orang tidak berhasil melepaskannya, bahkan lebih banyak yg tidak merasakan itu sebagai sebuah beban< karena tidak sampai>.

Tambahan : jk ingin melepas dari intervensi yg sudah menyatu, dibutuhkan minimal waktu 5 thn, biasanya lebih lama. Dalam 5 tahun itu karantina tidak belajar mantra yg bisa menyebabkan trancedent. Saat karantina akan banyak godaan, misal badan merasa ga enak jika tidak berlatih, emosi mulai labil, diri merasa tidak ada kemajuan dan lain2...sehingga mengoda kita untuk berlatih sedikit, dan sedikit saja. Akhirnya gagal menutup gerbang kebocoran dan pemurnian tidak berhasil.

Sangat tipis bedanya kebenaran yg hakiki dengan kekuatan spiritual. Adanya kekuatan spiritual yg bertumbuh dalam latihan menjadikan hal ini lebih menggiurkan dan kemajuan sewaktu melakukan latihan/sadhana bisa terasa. Hal inilah yg menggoda orang untuk menempuh jalan itu.

Kekuatan spiritual memang menggoda. Tp keheningan batin akan kekosongan dan kesadaran bisa utuh tanpa melekat pada apapun , lebih menggoda.

info dari sebuah sumber....
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.