• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Mendapatkan Kontak Batin dgn Dewa (Buddhist, Taoist)

Peresmian Cetya Sukhavati Prajna

Hari ini adalah hari peresmian cetya Sukhavati Prajna, aku telah mempersiapkan jauh-jauh hari. Walaupun cetya masih baru, tapi sudah terasa ada beberapa orang yang siap membantu acara. Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu, dari awal mendapatkan kontak batin, mendapatkan bimbingan, menjalankan misi, membentuk cetya dan peresmiannya hari ini.

Aku agak sedikit lega, karena beberapa tugas yang diberikan kepadaku telah aku selesaikan. Aku selalu berusaha untuk tidak melewatkan satu tugaspun yang diberikan. Semua ini berkat bantuan suamiku yang selalu mendampingi dan memberikan aku motivasi juga memudahkan jalan dharma ini.

Dalam acara itu ada pemotongan pita, pemukulan tambur, penyalaan petasan, membunyikan pindapata, pecah kendi, buka papan nama yang diwakili oleh mereka yang paling berpengaruh dalam terbentuknya cetya. Juga kami mengadakan ritual sadhana penuh kepada Buddha Amitabha. Semua acara berjalan lancar, sampai setelah acara selesai suatu keajaiban kembali terjadi. Langit tiba-tiba mendung, angin begitu kencang bertiup dan tak lama kemudian hujan turun dengan derasnya. Tapi aneh angin sama sekali tidak menggoyangkan tenda-tenda yang berada di kiri kanan, tapi terpal yang menutupi papan nama cetya tertiup angin dengan kencangnya hingga terlepas seluruhnya dan terbuka lebar, sehingga cetya terbuka dan terlihat dari langit. Aku mengira itu pertanda para Dewa tidak berkenan atas peresmian ini karena it menurunkan hujan demikian kerasnya dan membuat agak berantakan.

Tapi Guruku mengatakan kalau para Buddha, Bodhisattva, Dharmapala, Dewa dan Dakini berkenan dan mereka semua turun memberkati, jadi hujan ini adalah berkah. Suamiku tidak membuang kesempatan kejadian ini, dia segera mengabadikan sekeliling cetya dengan kamera. Ternyata benar apa yang dikatakan Guru sejatiku, para Dewa benar-benar turun. Hal ini terlihat dalam kamera lingkatan sinar-sinar beraneka bentuk banyak sekali di sekitar cetya Sukhavati Prajna dan terlihat bertumpuk-tumpuk, ini lebih banyak dari biasanya saat aku bersadhana atau saat menjalani 2 kali api homa. Biasanya sinar itu tidak bertumpuk-tumpuk, tapi ini terlihat banyak sekali. Ternyata kekuatan merekalah yang telah melepas terpal yang menutupi cetya, agar bisa terlihat dari langit, sehingga mereka bisa hadir dan memberkati dengan lebih mudah.

Para undangan juga banyak yang datang saat itu, kami semua mengalami hal baru hari ini. Membuat kami semua agak gemetar dan tidak percaya diri, tapi berkat dorongan para Dewa kami semua bisa menjalani tugas kami masing-masing dan terlihat begitu sempurna.

Akhirnya tugas berat telah aku jalankan, tapi mungkin ini hanya permulaan saja. Kedepannya masih banyak hal dan tugas lain yang mungkin diberikan kepadaku, tapi sudah mencapai saat ini aku sudah begitu bahagia, karena sama sekali tidak pernah kami bayangkan akan seperti ini. Perubahannya begitu nyata dan berbanding terbalik, tapi aku sangat bahagia dan sangat bersyukur atas segalanya. Aku hanya berharap, aku bisa menjalani misi dengan baik melalui cetya Sukhavati Prajna, bisa membimbing banyak orang menuju ke jalan yang benar dan menuntun mereka menjalani kehidupan dengan baik. Aku sadar sebelumnya aku bukanlah orang yang suci, aku pernah berbuat banyak kesalahan dan saat ini aku berusaha untuk menyadarinya dan tidak kembali ke jalan yang salah.

Aku amat bersyukur bisa kembali berjodoh dengan Guru sejatiku, dia telah menungguku ribuan tahun. Menunggu aku terbuka dan bisa mendapatkan kontak batin dengannya, sehingga dia bisa menuntun aku kembali. Aku bisa merasakan kesedihan Guru sejatiku, bagaimana dia kuatir jika aku salah jalan dan selalu menguatkan hatiku dan menasihatiku. Aku akan berusaha untuk tidak mengecewakannya dan akan selalu berusaha mengikuti petunjuknya.

Terbentuk dan berdirinya cetya Sukhavati Prajna tentunya dikarenakan banyaknya dukungan yang aku dapatkan dalam jalan dharma ini, ternyata masih banyak orang yang punya ketulusan hati. Walaupun sebagian dari mereka belum lama aku kenal, tapi entah kenapa kami begitu merasa akrab dan seakan sudah kenal lama. Mungkin kami dipertemukan karena jodoh, di kehidupan lalu mungkin kami pernah menjadi satu keluarga.
 
Ke China Daratan (1)

Suatu hari, tepatnya tanggal 6 November 2010, Guru sejatiku memberi petunjuk agar aku pergi menjalankan tugas ke China daratan, yaitu ke Guangzhou untuk mengunjungi salah satu vihara yang mandala utamanya adalah Guru sejatiku.

Aku sempat kaget dan bersedih saat diberi tugas itu, bagaimana tidak, China itu kan jauh. Butuh waktu dan banyak dana yang harus dikeluarkan. Bagaimana mungkin aku bisa pergi kesana, aku mencoba memohon kepada Guru sejatiku agar jangan menugaskan aku kesana. Tapi Guru sejatiku tetap mengharuskan aku pergi, karena ini berhubungan dengan kenaikan tingkatku.

Tapi aku masih mempermasalahkan mengenai biaya yang akan aku gunakan untuk kesana, darimana aku bisa mendapatkan dana. Guru sejatiku mengatakan agar aku tidak perlu kuatir mengenai hal itu, semua akan berjalan dengan baik, yang penting aku mau menjalankannya dan mengikuti petunjuk yang diberikan. Akhirnya aku menyetujuinya walaupun dalam hatiku begitu kacau.

Beberapa hari kemudian entah kenapa tiba-tiba ada orang yang akan berangkat ke China, melalui dia aku mencoba untuk meminta informasi mengenai vihara yang ditunjuk oleh Guru sejatiku, menurut keluarganya yang ada disana mengatakan ada Vihara itu. Dan dia bertanya padaku apa ada tugas kesana? Aku katakan iya, tapi aku masih ragu apa bisa pergi kesana, karena paspor yang kumiliki telah lewat jatuh tempo lama, masih harus urus visa, dan lagi aku tidak tahu daerah sana. Orang tersebut mengatakan akan membantu mengurusnya, dan benar saja pengurusan paspor, visa dan tiket bisa selesai dalam 2 hari saja. Tadinya aku hendak pergi dengan suamiku, tapi entah kenapa paspor suamiku tidak ada, padahal biasanya disimpan dengan paspor milikku juga.

Saat ada tugas ini mendadak paspornya tidak tahu ada dimana, mungkin aku tidak diijinkan pergi dengan suamiku dan sepertinya diharuskan pergi sendiri. Aku agak bimbang menjalani hal ini, karena aku tidak terbiasa pergi kemana-mana sendiri dan selalu didampingi oleh suamiku, mendengar akan pergi sendiri ke Guangzhou membuat aku semakin gundah. Aku dalam kebingungan antara pergi atau tidak, apa yang harus aku putuskan saat itu aku tidak tahu, hanya terpaku saja dan tidak sanggup mengambil keputusan apapun. Akhirnya suamiku sendiri yang memutuskan agar aku pergi saja dan dengan cepatnya semua dokumen, akomodasi dan perlengkapan disiapkan. Dengan berat aku terima saja nasibku itu, harus jauh dari keluarga selama 9 hari.

Saat semua surat-surat diurus, kami sudah menyiapkan dana untuk membayar biaya perjalananku. Sampai telah menukar uang rupiah menjadi mata uang disana untuk berjaga-jaga jika ada yang harus aku keluarkan. Tapi anehnya, kalau dihitung perjalananku dari pergi sampai pulang aku tidak mengeluarkan uang sama sekali. Dari tiket, urus paspor, membeli barang-barang untuk cetya, semuanya bukan aku yang keluarkan, aku mendapatkan banyak berkah menjalankan tugas ini dari beberapa orang yang membantuku tanpa aku harapkan.

Tgl 16-11-2010 pkl. 09:45 WIB, aku berangkat ke China menggunakan pesawat, perjalanan dari Jakarta ke China butuh waktu kurang lebih empat jam. Saat pesawat sudah mau dekat landing, aku merasakan keanehan pada tulang rusukku sebelah kiri, seperti tertusuk-tusuk. Aku meminta petunjuk Guru sejatiku, katanya aku sudah dekat dengan tempat kelahiranku yang lalu.

Setelah sampai di bandara, masih harus menggunakan taksi melewati perbatasan Hongkong-China, baru dari perbatasan itu naik bis menuju satu kota kecil, perjalanan kurang lebih 6 jam. Tiba di kota kecil itu pukul 12 malam, dan menginap di apartemen yang kalau di Jakarta mirip rumah susun tapi apartemen di China besar-besar, seperti rumah pada umumnya.

Aku tinggal di kota kecil itu selama 3 hari, selama disana aku tetap menjalankan sadhana dan meditasi, pengalaman pertama meditasi di China begitu berbeda sensasinya, gerakan rohku begitu halus dan nyaman, seperti tidak dipaksakan. Berbeda dengan di Indonesia yang masih terasa berat gerakan rohnya.

Selama di kota kecil itu aku tidak mendapatkan petunjuk apa yang harus aku lakukan, Guru sejatiku mengatakan nanti akan ada petunjuk kembali saat aku sampai di Guangzhou. Benar saja setibanya aku di Guangzhou dan menginap di sebuah apartemen, di tempat itu tanpa aku ketahui suda hada seorang wanita yang menungguku, dia berniat untuk meminta petunjuk dariku.

Seperti biasa aku meminta nama lengkap dan tanggal lahirnya agar aku bisa melihatnya, saat dia menuliskan datanya dan aku membacanya, ternyata dia bermarga Chen. Aku agak kaget membacanya, dan dengan segera juga Guru sejatiku memberiku petunjuk bahwa dia adalah cucuku di kehidupan lalu, dia adalah generasi ketiga dalam keluargaku.

Aku seakan tidak percaya dengan semua ini, karena aku sendiri agak lupa dengan nama margaku di kehidupan lalu, aku mencoba mengingat-ingat apa namaku di kehidupan lalu saat aku terlahir di China dan menjadi seorang guru anak-anak sekolah dasar, penglihatanku dalam meditasi mengenai kehidupan masa laluku. Masih terngiang di telinga saat salah satu Dewa menangkap rohku yang naik ke langit, Dewa itu menyebut namaku dengan “Chen Siau Fei”.

Aku terharu atas pertemuan kami, tapi sayangnya aku tidak bisa berbahasa mandarin, sehingga tidak bisa bertanya-tanya tentang keluarganya yang lain, dia mengantarku pergi ke vihara yang ditunjuk Guru sejatiku, yaitu vihara Gunung Bunga Teratai (Lien Hua Shan) juga mengantar ke bandara saat aku akan kembali ke Jakarta.

Vihara Lien Hua Shan begitu indah. Aku tidak pernah melihat vihara seperti itu, begitu luas, asri dan rupang-rupangnya berukuran besar. Saat berjalan disekitar vihara itu, tubuhku begitu ringan seperti berjalan di atas Awan. Aura vihara itu benar-benar bagus dan bersih. Aku pergi menuju altar utamanya. Benar saja dialtar utamanya aku melihat rupang Guru sejatiku Dewi Seribu Tangan Seribu Mata yang telah bersatu dengan Dewi Kwan Im, aku takjub melihatnya. Dan seakan tidak percaya dengan apa yang aku lihat, aku sama sekali belum pernah melihat rupang seperti itu.

Guru sejatiku mengatakan, rupang ini memberikan pembuktian kepada diriku bahwa, antara Dia dengan Dewi Kwan Im benar telah ada penyatuan. Dia berbeda dengan Dewi Kwan Im, Dia berasal dari India dan Dewi Kwan Im dari Tiongkok. Saat Guru sejatiku mengatakan hal itu aku masih ragu-ragu, apa iya. Bukankah semua orang mengetahui bahwa Dia adalah Dewi Kwan Im juga.

Akhirnya Guru sejatiku meminta aku duduk bermeditasi di hadapan rupang dirinya yang ada disamping rupang utama.

Tidak lama aku menutup mata dan memasuki samadhi, aku melihat suatu kejadian, ada seorang gadis seperti seorang putri, dari pakaian dan daerah serta bentuk kerajaannya aku tahu kalau itu di India. Putri itu sangat cantik dan orang tuanya ingin menjodohkan dirinya dengan seorang pangeran, tapi dia tidak mau dan dengan diam-diam pergi dari istana dengan menunggang kuda.

Putri itu sampai disuatu tempat dan turun dari kuda, lalu dia mengganti baju putrinya dengan jubah berwarna kuning. Dia menyusuri jalan dengan memegang pindapata menuju sebuah gua, lalu masuk kesana duduk bermeditasi. Dia bermeditasi dengan tekun sehingga mendapatkan banyak anugrah benda pusaka, tapi karena terlalu kerasnya menjalani meditasi, kepalanya sampai hancur.

Dari langit turun Buddha Amitabha menolongnya, dan membuatnya memiliki 1000 tangan dan 1000 mata, kepalanya yang hancur tumbuh kepala-kepala Buddha, lalu dia menjadi Bodhisattva dan naik ke langit bersama Buddha Amitabha.

Apa yang kulihat tidak berhenti disitu, sepertinya zaman berganti dan berada di daerah lain. Seperti di daerah Tiongkok, juga ada seorang putri yang pergi dari istananya dan bermeditasi di gua, dia sangat menghormati Buddha Amitabha, Buddha Amitabha mengetahui hal itu dan mengutus Bodhisattva Seribu Tangan Seribu Mata turun ke bumi membimbingnya dan dalam pembinaan diri putri itu menyatu dengan Bodhisattva Seribu Tangan Seribu Mata menolong banyak umat manusia.
 
Ke China Daratan (2)

Setelah itu tak ada lagi yang kulihat, berganti dengan datangnya energi yang kuat dalam diriku, aku menggerakkan rohku untuk menyerap energi murni dan tidak menghiraukan orang-orang yang melihatku pada saat itu.

Dari pengalaman meditasi di vihara itu, aku jadi mengetahui perjalanan Guru sejatiku. Aku ditugaskan ke China disamping kembali ke masalalu aku juga diberi pembuktian dalam pembinaan diriku selama ini, dari sini aku baru mengerti mengapa sebelumnya Guru sejatiku mengatakan kalau Dia dan Dewi Kwan Im telah menyatu, Dia adalah Dewi Kwan Im dan Dewi Kwan Im adalah Dia. Itu semua terbukti dari rupang dirinya di mandala utama vihara ini.

Esok harinya, aku pergi ke Vihara Nan Hua She (Vihara Master Hui Neng patriak ke-6 di China) awalnya aku tidak mengerti mengenai vihara itu, tapi Guru sejatiku memberi petunjuk agar aku meditasi di sana nantinya.

Ada satu suhu/bikshu yang mendampingi kami, dia menjemput kami dipintu utama, tapi karena tidak tahu kami lewat pintu samping, suhu itu mengajak makan bersama dengannya di ruang makan khusus, ternyata di meja tersebut sudah ada beberapa orang yang menunggu suhu itu untuk makan bersama, aku duduk bersama, aku duduk disebelah salah satu orang tersebut.

Tiba-tiba orang di sebelahku itu langsung bertanya apa aliranku, aku katakan TAO. Dia agak terkejut dan bertanya lagi apa rohku bisa keluar dari tubuh, aku katakan bisa. Mendengar hal itu dia langsung mengajak aku untuk ikut dengannya dan sama-sama rohnya keluar, aku kaget mendengar perkataannya, untuk apa seperti itu, aku tidak begitu suka dengan permintaannya, aku tetap bersikap biasa saja.

Saat di kamar menginap aku meminta petunjuk Guru sejatiku apakah aku boleh mengikuti permintaan orang tadi, Guruku menjawab tidak boleh. Beliau mengatakan bahwa TAO ada dua macam, yang suka memamerkan diri dan yang tidak, mendapatkan dan berjodoh dengan ajaran TAO tidak perlu dipamerkan.

Tapi aku katakan pada Guru sejatiku kalau dia mengatakan akan memberikan petunjuk-petunjuk padaku jika ada yang tidak aku ketahui. Guru sejatiku bilang, lebih baik berguru pada Guru roh daripada Guru manusia, Guru manusia masi hada niat tertentu dalam memberi bimbingan, tapi Guru roh tidak ada niat lain selain jalan dharma, kecuali Guru manusia itu telah mencapai pencerahan, baru boleh berguru padanya. Aku ikuti perkataan Guru sejatiku.

Malam itu kira kira pukul 8 malam, suhu membawa kami berkeliling melihat bagian-bagian vihara, bernamaskara di hadapan altar Master Hui Neng dan diberi kesempatan untuk memasang dupa di altarnya serta melihat pagoda Master Hui Neng.

Saat itu sekitar vihara sudah gelap jadi tidak semuanya bisa kulihat dengan jelas, tapi tiba-tiba saja saat aku sedang berjalan disamping pagoda, telinga kiriku mendengar bunyi lonceng/genta besar dipukul dengan keras, satu kali tapi gaungnya agak panjang terdengar, aku mencari-cari dari mana asal bunyi genta itu tapi tidak ada, dan hanya aku yang mendengarnya.

Setelah itu suhu tersebut mengatakan kalau ditempat yang baru saja aku lewati ada kuburan kuno, tempat disemayamkannya seorang Master TAO yang bermarga Chen. Aku agak tertarik mendengarnya karena bunyi di telingaku tadi, aku mencoba berkomunikasi dengan roh Master TAO itu dengan harapan ada jawaban darinya walau agak sedikit takut saat memejamkan mata di depan kuburan itu.

Saat aku memohon izin dan minta petunjuk, rohku bergerak dan begitu saja membentuk jurus-jurus kungfu, aku merasakan tenaga yang sangat besar sampai-sampai nafasku tersenggal-senggal, pergerakan itu terjadi beberapa menit, baru kemudian terbuka komunikasi dengannya.

Master TAO itu senang bertemu denganku, dia mengatakan kalau dia adalah leluhurku, karena itu bisa berjodoh bertemu, aku baru menyadarinya kalau marganya sama dengan margaku di kehidupan yang lalu. Dia meminta agar aku melakukan meditasi di depan kuburannya jam 3 pagi karena dia akan mengajarkan jurus-jurus padaku, aku agak ragu tapi sepertinya dia tahu apa yang ada dalam pikiranku, dan memberikan keyakinan kepadaku bahwa tidak apa-apa, dia hanya membimbingku saja. Aku menuruti permintaannya karena Guruku mengizinkan.

Saat hendak tidur aku merasakan suasana dan aura berbeda menginap di vihara, aura kuat seperti menghampiriku dan aku merasa ringan seperti melayang, secara sendirinya rohku keluar dari tubuh dan ternyata Master Hui Neng telah menungguku, kami menuju pagodanya, disitu kami duduk bermeditasi ZEN saling berhadapan, setelah beberapa lama dia bangkit dan menopangkan tangan dikepalaku, dia mengatakan bahwa dia telah menungguku dan dia yakin kalau aku pasti akan datang kesini dan bertemu dengannya, semua ini karena jodoh. Beliau mengatakan aku boleh berkeliling di viharanya.

Setelah itu dia mengantar aku kembali ke kamar dan kemudian aku tidur dengan nyenyak. Jam 3 pagi, aku bangun dan membasuh diriku lalu pergi ke kuburan MasterTAO yang ternyata leluhurku itu dan meditasi di sana mengikuti petunjuknya, dan benar saja rohku digerakkan membentuk jurus-jurus kungfu penuh dengan tenaga, semua itu berlangsung beberapa menit, sesudahnya aku merasakan segar dan bersemangat.

Dengan datangnya aku ke vihara itu, banyak yang kuketahui. Mengapa saat ini aku berjodoh dengan TAO, ZEN dan Tantra. Dari buku yang diberikan oleh suhu, disitu aku ketahui kalau ajaran Buddha bermula dari Buddha Sakyamuni lalu turun ke muridnya Arya Mahakasyapa, Arya Ananda, Bodhidarma dan seterusnya sampai ke Master Hui Neng, karena saat aku diyakinkan untuk menjalankan aliran Tantra, Arya Mahakasyapa datang bersama Buddha Sakyamuni, Lhama, Karmapa dan Rinpoche dll mengabhisekaku dan mengatakan hal yang sama seperti di buku Sutra Master Hui Neng tersebut, bahwa patriak bermula dari Buddha Sakyamuni kemudian turun kepada Mahakasyapa.

Mengapa Mahaguru Bodhidharma datang membimbing, karena leluhurku Master Tao itu adalah murid dari Master Hui Neng patriak ke-6, yang adalah murid dari Mahaguru Bodhidharma. Ini bukan suatu kebetulan, tapi memang ada garis silsilahnya. Jika tidak ada karma baik dan karma jodoh di masa lalu, tidak mungkin bisa berjodoh dengan TAO, ZEN, Tantra.

Aku benar-benar bersyukur mengalami hal ini, banyak hal baru dan berkah kudapatkan selama perjalanku ke Guangzhou, China, bertemu leluhur dan juga cucu dikehidupan lalu, mendapat bimbingan dan petunjuk dan yang berharga dari para Luohan/Arahat, salah satu Arahat berkata kepadaku, ketika aku duduk meditasi dihadapan altarnya:
“Tao dan ZEN sesungguhnya adalah sama, untuk bisa bermeditasi ZEN, roh juga harus terbangkitkan, jika roh tidak bangkit maka tidak akan mungkin bisa tahan duduk bermeditasi lama.” Itulah petunjuk yang diberikan salah satu Arahat kepadaku, sekaligus memberikan motivasi pada meditasi yang aku jalani.

Aku sadar semua rahasia langit adalah kebenaran, hanya saja belum bisa dibuka jika belum sampai waktunya. Aku bersyukur dengan waktu yang sesingkat ini telah banyak yang kuketahui dan kudapatkan, jika aku tidak membina diri maka aku tidak akan mengetahui jati diri dan rahasia langit. Sehingga saat ini aku sudah mengerti apa arti dan tujuan hidupku yang sesungguhnya, yaitu bukan mengejar kekayaan, nama dan lain sebagainya yang berhubungan dengan nafsu tubuh fisik, tapi lebih menjalankan hidup dengan baik, mengikuti jalan Bodhisattva dan membina diri untuk bisa kembali ke tempat asal. Banyak manusia takut membina diri dan membaca mantra, karena berpikir bahwa kehidupan mereka akan kesulitan materi jika mereka melakukan hal itu, bahkan berpikir tajutnya akan meninggalkan keluarga untuk menjadi biksu/biksuni dan tidak bisa bersenang-senang lagi. Banyak manusia selalu memikirkan kesenangan-kesenangan mereka, terjebak dan tergantung pada kebiasaan buruknya. Aku berpikir apakah itu yang dicari manusia dan apakah mereka benar-benar bahagia.

Aku telah mengalami hal itu, tidak ada kebahagiaan yang abadi dengan berhura-hura dan bersenang-senang, juga tidak ada ketenangan batin yang didapat dalam hal itu. Kebahagiaannya hanya sesaat dan kembali mengalami penderitaan yang dibuat sendiri.
 
buset nih apaan ???
novel apa dongeng ??? panjang amad . . . males baca jadinya . . .
 
ada kebenaran di dalam itu. tetapi hanya org2 esoterik yg mengerti. :D
 
^
gak juga lah...kaum mahayanis juga mampu menyelamiinya...karena memiliki source yang hampir sama............:D
 
wew..........
u makin lama makin mirip FA cs................
/gg/gg/gg/gg/gg/gg
/heh/heh/heh/heh/heh/heh
 
seperti cerita LSY yah.. /heh
 
setiap org bebas berpendapat
 
bukunya emang bagus, mnrt gw.

Kl diliat pengalaman nya..scr metafisik,.mank trmsk bagus dan dalem juga.
Intinya emank,.jrg banget org bisa punya pengalaman spt itu.
Krn kl mnrtku,.dr ciri dan nm yg disebutin itu emank bener jg sih,.nm dr mhlk2 metafisiknya.
dan buat gw emank gak boong tuh pengalamannya sih.
Dan wajar aja sih,.kl sekedar buat ingin di share/ ,hanya sekedar buat berbagi pengalaman doank.

Kl gw,.liatnya cuman dr sisi pengalaman nya ajah.,.dan deskripsi dr nm2 mhlk dan jg ciri khasnya gitu...rata2 smuanya betul yg seperti digambarkan gt .
Bagus,.dan emank betul spt,.dlm memasuki alam metafisik nya.
 
Mau tny sukhavathi prajna letaknya di mana?
 
wah kalo mau bertanya kyknya harus ke orgnya langsung.. sy hanya share tulisan-Nya ajah :) sory tdk bisa membantu.. mgkn ada teman2 lain yg lbh pro yg bisa membantu menjelaskan? :)
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.