GrandCapitalFX
IndoForum Beginner E
- No. Urut
- 286796
- Sejak
- 8 Sep 2016
- Pesan
- 473
- Nilai reaksi
- 0
- Poin
- 16
Prospek ekonomi Thailand, Indonesia dan Asteng secara umum
Popularitas Thailand diantara investor obligasi membuat pusing para pembuat kebijakan negara Gajah Putih tersebut. Thailand sendiri adalah negara yang bergantung penuh kepada sektor ekspor dan pariwisata untuk memacu pertumbuhan eonomi.
Tahun ini saja ada $2,1 miliar dana asing yang berhamburan masuk ke Thailand, menjadikan negara ini sebagai destinasi teratas bagi dana asing di kawasan Asteng. Diatas kabar positif itu semua, ternyata dampaknya terhadap mata uang nasional tidak begitu baik. Disinyalir baht akan berjuang keras mengimbangi dolar seandainya Amerika secara konsisten menaikkan suku bunga.
Keadaan ini juga menimbulkan masalah bagi para pembuat kebijakan yang berusaha membangkitkan pertumbuhan ekonomi yang dalam dua kwartal terakhir melambat. Gubernur Bank Sentral Thailand Veerathai Santiprabhob pada 23 Februari lalu mengatakan, investor asing melihat Thailand sebagai negara "safe haven" dan "penguatan" baht tidak membantu perekonomian.
Kita paham bahwa negara yang bergantung penuh kepada ekspor, harusnya memiliki kebijakan mata uang lemah berbanding USD agar produk-produk mereka bisa bersaing (dalam hal harga) di pasaran internasional.
Bank sentral sendiri sudah menunjukkan sinyalemen akan mengambil tindakan untuk mengatasi performa buruk Baht, dalam hal ini mungkin melakukan intervensi.
Perekonomian Thailand sebenarnya tampil baik jika dibandingkan negara-negara di kawasan lainnya, membukukan surplus transaksi berjalan 10 persen lebih dari PDB. Cadangan devisa pun meningkat karena darasnya dana asing yang masuk, disamping itu, Thailand juga mendapat keuntungan dari melemahnya negara-negara tetangga.
Sementara itu, investor semakin cemas kepada Malaysia, yang akhir tahun lalu mengeluarkan kebijakan yang melarang "hedging" mata uang. Kerja keras Presiden Filipina, Rodrigo Duterte pun belum cukup meyakinkan investor untuk memarkir dananya disana. Indonesia cukup unik karena dana asing cukup mendominasi kepemilikan obligasi.
Kepemilikan asing di obligasi Thailand mencapai 8,4 persen, Malaysia 31 persen dan Indonesia 38 persen. Permintaan akan surat hutang Thailand mendongkrak nilai tukar baht sampai 2,2 persen, rupiah dan ringgit naik 0,8 persen dan peso drop 1,3 persen.
Pasar saat ini tengah bersiap-siap menyesuaikan posisi jelang kenaikan suku bunga the Fed minggu depan. Jadi sepanjang kurun waktu tersebut, aliran dana yang masuk ke wilayah Asteng cenderung moderat. Seandainya the Fed tidak jadi menaikkan suku bunga, maka nilai tukar beberapa mata uang di kawasan akan terapresiasi.
Saat ini bath sudah mencapai 35,05 per dolar dan jika level ini berlanjut maka akan menyulitkan pemerintah dalam mempertahankan pemulihan ekspor yang mulai terjadi pertengahan tahun lalu.
Secara berturut-turut, mitra dagang terbesar Thailand adalah China, Amerika dan Jepang. Dalam enam bulan terakhir, baht sudah menguat 10 persen terhadap yen, menguat 2,3 persen terhadap yuan dan turun 1 persen terhadap dolar.
https://id.grandcapital.net/forum/topic/9804/?page=9#post-55293
Popularitas Thailand diantara investor obligasi membuat pusing para pembuat kebijakan negara Gajah Putih tersebut. Thailand sendiri adalah negara yang bergantung penuh kepada sektor ekspor dan pariwisata untuk memacu pertumbuhan eonomi.
Tahun ini saja ada $2,1 miliar dana asing yang berhamburan masuk ke Thailand, menjadikan negara ini sebagai destinasi teratas bagi dana asing di kawasan Asteng. Diatas kabar positif itu semua, ternyata dampaknya terhadap mata uang nasional tidak begitu baik. Disinyalir baht akan berjuang keras mengimbangi dolar seandainya Amerika secara konsisten menaikkan suku bunga.
Keadaan ini juga menimbulkan masalah bagi para pembuat kebijakan yang berusaha membangkitkan pertumbuhan ekonomi yang dalam dua kwartal terakhir melambat. Gubernur Bank Sentral Thailand Veerathai Santiprabhob pada 23 Februari lalu mengatakan, investor asing melihat Thailand sebagai negara "safe haven" dan "penguatan" baht tidak membantu perekonomian.
Kita paham bahwa negara yang bergantung penuh kepada ekspor, harusnya memiliki kebijakan mata uang lemah berbanding USD agar produk-produk mereka bisa bersaing (dalam hal harga) di pasaran internasional.
Bank sentral sendiri sudah menunjukkan sinyalemen akan mengambil tindakan untuk mengatasi performa buruk Baht, dalam hal ini mungkin melakukan intervensi.
Perekonomian Thailand sebenarnya tampil baik jika dibandingkan negara-negara di kawasan lainnya, membukukan surplus transaksi berjalan 10 persen lebih dari PDB. Cadangan devisa pun meningkat karena darasnya dana asing yang masuk, disamping itu, Thailand juga mendapat keuntungan dari melemahnya negara-negara tetangga.
Sementara itu, investor semakin cemas kepada Malaysia, yang akhir tahun lalu mengeluarkan kebijakan yang melarang "hedging" mata uang. Kerja keras Presiden Filipina, Rodrigo Duterte pun belum cukup meyakinkan investor untuk memarkir dananya disana. Indonesia cukup unik karena dana asing cukup mendominasi kepemilikan obligasi.
Kepemilikan asing di obligasi Thailand mencapai 8,4 persen, Malaysia 31 persen dan Indonesia 38 persen. Permintaan akan surat hutang Thailand mendongkrak nilai tukar baht sampai 2,2 persen, rupiah dan ringgit naik 0,8 persen dan peso drop 1,3 persen.
Pasar saat ini tengah bersiap-siap menyesuaikan posisi jelang kenaikan suku bunga the Fed minggu depan. Jadi sepanjang kurun waktu tersebut, aliran dana yang masuk ke wilayah Asteng cenderung moderat. Seandainya the Fed tidak jadi menaikkan suku bunga, maka nilai tukar beberapa mata uang di kawasan akan terapresiasi.
Saat ini bath sudah mencapai 35,05 per dolar dan jika level ini berlanjut maka akan menyulitkan pemerintah dalam mempertahankan pemulihan ekspor yang mulai terjadi pertengahan tahun lalu.
Secara berturut-turut, mitra dagang terbesar Thailand adalah China, Amerika dan Jepang. Dalam enam bulan terakhir, baht sudah menguat 10 persen terhadap yen, menguat 2,3 persen terhadap yuan dan turun 1 persen terhadap dolar.
https://id.grandcapital.net/forum/topic/9804/?page=9#post-55293