GrandCapitalFX
IndoForum Beginner E
- No. Urut
- 286796
- Sejak
- 8 Sep 2016
- Pesan
- 473
- Nilai reaksi
- 0
- Poin
- 16
Prospek dolar AS di tahun baru
Membuka lembar 2017, mata uang dolar terus mengalami apresiasi dan kondisi ini bisa baik atau buruk tergantung apakah pemerintahan yang baru mampu mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang mendukung akselerasi pertumbuhan ekonomi.
Sejak Donald Trump berhasil memenangi pilpres AS, yaitu pada 8 November lalu, mata uang dolar terdongkrak besar-besaran berkat ekspektasi positif pasar terhadap janji-janji politik Trump, diantaranya penurunan pajak, peningkatan belanja negara dan regulasi yang lebih longgar.
Semua kebijakan tersebut berpotensi menganggu pertumbuhan ekonomi karena pengangguran saat ini sudah berada pada level terendahnya pasca resesi yaitu 4,6 persen dan inflasi mulai bergerak mendekati target the Fed, 2 persen. Jadi tanpa menghitung rencana fiskal Trump diatas, bank sentral atau the Fed pada Desember lalu sudah memperhitungkan jumlah kenaikan suku bunga di 2017 nanti, karena the Fed sendiri cukup yakin dengan performa ekonomi nasional.
Ketua the Fed Janet Yellen sempat melontarkan peringatan kepada Kongres pada 17 November lalu bahwa kebijakan stimulus baru bisa membawa dampak inflasi. Dalam situasi seperti ini penguatan dolar dapat membantu the Fed menjaga perekonomian agar tidak "overheating" dengan cara meredam ekspor dan inflasi seandainya Trump menggenjot rencana pertumbuhan ekonominya.
Sebaliknya, jika efek dari kebijakan Trump tidak menunjukkan hasil atau butuh waktu lama agar berdampak kepada perekonomian, maka penguatan dolar bisa jadi prematur dan problematik.
Menguatnya dolar sejak akhir tahun lalu disebabkan oleh besarnya harapan pasar akan baiknya ekonomi paman Sam di 2017 ini. Jadi kalau eksekusi kebijakan fiskal tertunda atau melempem atau sampai sekali tidak ada dampak kepada pertumbuhan ekonomi sesuai harapan banyak pihak maka prospek pertumbuhan ekonomi akan terganggu, dolar berpotensi melemah dan prospek penyesuaian suku bunga harus direvisi.
Pertumbuhan ekonomi dan suku bunga yang relatif tinggi dibanding ekonomi maju lainnya bisa meningkatkan serapan dolar karena perusahaan asing tumbuh di Amerika dan investor memborong sekuritas denominasi dolar. Ketika dolar menguat maka pertumbuhan akan terdampak akibat barang ekspor AS tidak bersaing dan inflasi tertekan karena impor murah.
Dolar otomatis melemah jika Trump tidak bisa melaksanakan kebijakan stimulusnya. Sementara Partai Republikan yang saat ini mengontrol Kongres dan Senat enggan mendukung kebijakan yang bisa membuat kantong negara cekak. Sekali lagi kondisi ini membuat kepala the Fed pening, karena untuk kesekian kalinya mereka harus mencari jalan keluar dari resiko naik baik pertumbuhan ekonomi dan inflasi seandainya kebijakan stimulus jadi diluncurkan secara penuh termasuk resiko penurunan terhadap perekonomian seandainya kebijakan stimulus terhambat.
Jika kebijakan stimulus tertunda atau tidak menunjukkan dampak apa-apa maka the Fed akan lebih hati-hati dan rencana kenaikan suku bunga sebanyak tiga kali mungkin harus dikurangi. Jika kebijakan stimulus sukses mendongkrak perekonomian, maka the Fed harus bekerja keras untuk mencegah ekonomi agar tidak "overheat."
https://id.grandcapital.net/promo/personal_bonus/