• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

[Tantrayana] (cen fo zhong)/ by master LU SHENG YEN

Amitabha Buddha adalah Sammasambuddha... namun di sistem tata surya lain...
Ingat bahwa agama Buddha mengakui adanya tata surya lain selain tata surya kita ini.
Tata surya kita ini mempunyai seorang Sammasambuddha yaitu Sakyamuni Buddha.
Sedangkan tata surya lain mempunyai seorang Sammasambudha yaitu Amitabha Buddha.

Bodhisattva adalah makhluk yang bertekad menjalankan 10 paramitha untuk mencapai kebudhaan.
Istilah singkatnya: Calon Buddha.

Kwan Im masihlah Bodhisattva... namun pernah diceritakan bahwa Beliau seharusnya sudah mencapai Kebudhaan, namun karena kewelasasihannya, Beliau memilih masih tetap berada di dunia ini untuk menolong makhluk hidup.

Yang saya pernah dengar lagi, penerus Sammasambuddha Amitabha nanti adalah Avalokitesvara.
Klo di tata surya kita, penerus Buddha Sakyamuni adalah Maitreya Buddha.

Semoga membantu.
tau dari mana kalau ada buddha di tata surya lain...bisa di jelaskan?...pertanyaan rancu sih.

bahkan ketika sammasambuddha masih hidup..dimana sekitar 10.000 tata surya datang...
menghadap sammasambuddha gotama...
waktu itu sammasambuddha ingin memberikan pertanyaan kepada dewa.

tetapi sang buddha gotama ragu apakah dewa ini mampu mengerti...dan mencerna pertanyaan nya...oleh karena itu buddha gotama menggunakan mata ke-buddha-an nya..melihat dewa yang hadir...karena tidak melihat ada nya persamaan...beliau lalu.
melihat seluruh alam semesta ini..(termasuk tata surya lain)
bahwa adakah makhluk lain yang sama atau setara dengan dirinya..

ketika buddha gotama melihat itu tidak ada...maka dia berani menyatakan..
Akulah yang tertinggi,akulah yang terbijaksana,akulah yang tertua......
versi tripitaka terjemahan.>>> ...mingun mahasi sayadaw.

dan lagi se-tahu saya...tidak ada sammasambuddha yang hidup secara bersamaan di seluruh alam semesta ini.....dan sial benar kappa yang tidak mempunyai
samma sambuddha.

kok beda yah.....kamu belajar tradisi apa?.....

sama ketika beliau lahir.
 
tau dari mana kalau ada buddha di tata surya lain...bisa di jelaskan?...pertanyaan rancu sih.

BUDDHA sebenarnya yah ada dimana mana, kalau pencapaian BUDDHA dengan menjadi murid/mengikuti ajaran seorang samma sambuddha yah dikatakan SAVAKA BUDDHA, kalau dengan usaha sendiri tetapi tidak memberikan ajaran yah dinamakan PACCEKA BUDDHA, kalau dengan usaha sendiri dan membabarkan ajaran yah dinamakan SAMMASAMBUDDHA.

Permasalahannya, dikatakan bahwa BUDDHA AMITABHA juga adalah seorang SAMMASAMBUDDHA DI TATA SURYA LAIN, bersamaan waktu (jika memang waktu itu paralel = sama dengan kita sekarang walaupun misalnya beda dimensi TEMPAT), jadi BUDDHA AMITABHA itu sedang mengajar di BUMI-nya yaitu di BUMI SUKHAWATI (yang katanya adalah surga bagian barat).

Masalah ini agak sulit saya sanggah KEBENARAN/KESALAHAN-annya, MENGAPA ???
Karena ada celah yang agak sulit dibuktikan. Dalam berbagai teks, memang dikatakan bahwa dunia saha (maksudnya satu tempat dalam satu dimensi waktu) tidak dapat menerima ajaran dari kekuatan parami dua orang SAMMASAMBUDDHA sekaligus (dalam hal ini pengakuan telah turunnya ajaran BUDDHA MAITREYA masih dapat disangkal, karena BUDDHA MAITREYA memang di-plot satu jalur dimensi dengan BUDDHA SAKYAMUNI), tetapi kalau BUDDHA AMITABHA sebagai SAMMASAMBUDDHA di BUMI lain BERSAMAAN WAKTU dengan BUDDHA SAKYAMUNI memang agak sulit dibuktikan.

Kalau ditilik dari definisi kappa (seperti yang ditulis sdr.singthung di thread lain), saya mendapati sedikit kejelasan tentang kappa adalah waktu dari adanya alam kehidupan yang dapat digolongkan kedalam alam manusia sampai kepada musnahnya (kiamat besarnya alam tersebut, karena ada kiamat kecilnya seperti musnahnya kehidupan tingkat tinggi di muka bumi, tetapi bumi-nya sendiri masih belum hancur. kiamat besar bumi dapat didefinisikan adalah hancur total bumi ini sehingga tidak ada satupun tingkat kehidupan yang bisa ditemukan dibumi ini, bahkan bumi ini sendiri akan hancur seperti hancurnya suatu bintang). Alam kehidupan itu bisa banyak (maksudnya planet yang seperti bumi yang bisa menopang kehidupan tinggi itu), tetapi berada dalam satu dimensi waktu yang paralel/bersamaan.

Mengapa dapat saya katakan demikian ?? karena ada satu waktu, ketika di alam semesta ini tidak ada satupun lagi alam kehidupan yang setara dgn alam manusia itu, semua makhluk akan bertumimbal lahir di alam abhasara sambil menanti kembali untuk bertumimbal lahir ketika telah "tersedia"nya alam kehidupan yang setara dengan alam manusia tersebut.

TETAPI inipun hanya analisa saya sendiri. Tetapi jika analisa saya ini benar, maka PERNYATAAN bahwa BUDDHA AMITABHA itu adalah SAMMASAMBUDDHA di TATA SURYA LAIN pada waktu bersamaan dengan kita sekarang itu JUGA SALAH BESAR.
 
TETAPI inipun hanya analisa saya sendiri. Tetapi jika analisa saya ini benar, maka PERNYATAAN bahwa BUDDHA AMITABHA itu adalah SAMMASAMBUDDHA di TATA SURYA LAIN pada waktu bersamaan dengan kita sekarang itu JUGA SALAH BESAR.
tidak ada sebab maka tidak ada akibat....

memang analisis anda masuk akal...saya juga berpikir demikian....karena
siapa yang pernah pergi ke tata surya lain dan di bumi lain?


faktor-faktor pendukung setuju dengan @dilbert

1.se-tahu saya dari mulut sammasambuddha gotama cuma ada kata sammasambuddha METTEYA(maitreya) dan...tidak ada yang namanya AMITABA.....

2.suara sammasambuddha gotama mampu diperdengarkan sampai batas yang tak terbatas di seluruh alam semesta...jadi itulah sebabnya dewa dari tata surya lain tahu bahwa ada sammasambuddha hidup di kappa bumi ini.

3.siapa yang pernah pergi ke tata surya lain? se-tahu saya hanya monggalana(ini pun g terlalu yakin...

ada info di dapat ttg amitabha buddha...simak yah....

Dhyana Buddha Amitabha
Oleh : UP. Sudharma SL.
Dimuat di Warta Buddha Warman edisi III/65 Desember 1997


--------------------------------------------------------------------------------

Sang Sakyamuni Buddha (Se Cia Mo Ni Fo) bersabda pada murid-Nya Ananda, "Cahaya yang terpancar dari Amitabha Buddha (Ah Mi Tuo Fo/ O Mi To Hut) adalah yang paling terang, dan tidak ada yang dapat menandinginya".
Amitabha berarti : Buddha Cahaya Tanpa Batas, Buddha Cahaya Tak Terukur, Buddha Cahaya Tak Bertepi, Buddha Yang Cahaya-Nya mengalahkan Cahaya Matahari dan Bulan.
Buddha Amitabha adalah seorang Dhyani Buddha yang didampingi oleh Avalokitesvara (Kuan She Im Pu Sa) dan Mahasthanaprabta (Ta Shi Chi Pu Sa) adalah penguasa alam suci dan bahagia Sukhavati (Tanah Suci Para Buddha) yang disebut juga Surga di sebelah Barat, yaitu alam suci yang berada di luar dari 31 Alam Kehidupan.

Alam suci ini sangat indah dan membahagiakan, penuh dihiasi emas, perak dan batu permata yang berkilauan. Disana ada danau yang tak terlukiskan indahnya dengan pasir emas dan dikelilingi oleh barisan pohon-pohon permata dan ditutupi oleh bunga teratai surga yang sangat asri yang tumbuh di air murni laksana kristal. Burung-burung surgawi sepanjang hari berkicau dengan suara yang merdu menyanyikan ayat-ayat kitab suci, suara aliran air sungai dan desiran angin mengalunkan Dharma suci. Sehingga semua makhluk yang terlahir di Sukhavati ini selalu ingat pada Sang Triratna (Buddha-Dharma-Sangha). Ah Mi Tuo Fo sepanjang hari mengajarkan Dharma tentang cinta kasih, welas asih, dan kebahagiaan.

Cahaya Sang Amitabha Buddha sangat mulia dan agung serta dapat menembus seluruh alam semesta; siapapun yang diberkahi oleh Cahaya itu akan merasakan ketenangan dan kedamaian yang bebas dari keputusasaan dan akan mencapai penerangan pada akhir hidupnya.

Amitabha Buddha mengikrarkan 48 Janji Luhur (Prasetya) untuk menyelamatkan semua makhluk di alam semesta ini, diantaranya berbunyi : "Setelah Aku mencapai Kebuddhaan, semua makhluk yang bercita-cita dengan sungguh-sungguh dan penuh keyakinan untuk terlahir di Tanah-Ku (Sukhavati), jika setelah menyebut nama-Ku hingga sepuluh kali dan tidak berhasil terlahir di Tanah Suci Sukhavati, maka biarlah Aku tidak mencapai Penerangan yang sempurna....."

Pelafalan "Namo Ah Mi Tuo Fo" secara terus menerus akan membawa seseorang pada tingkat konsentrasi yang sempurna, sehingga Sang Buddha Amitabha berada dimulutnya saat dia mengucapkan nama Buddha Amitabha, dan di telinganya saat dia mendengarkan ucapan tersebut, dan dalam pikirannya saat dia memvisualisasikan Buddha Amitabha. Kita harus menyadari bahwa pembebasan hanya dapat dicapai dengan usaha yang sungguh-sungguh dan terus menerus dalam melafalkan nama Buddha.

Dalam menyebut nama Buddha Amitabha "Namo Ah Mi Tuo Fo" atau "Namo O Mi To Hut" atau "Namo Amitabha Buddha", ada 3 hal yang harus diperhatikan, yakni : Ketulusan (sujud dan bhakti), Keyakinan yang teguh, dan Tekad/ Keinginan untuk terlahir di Tanah Suci Sukhavati.

Dalam Amitabha Sutra (Fo Suo Ah Mi Tuo Cing), Sang Sakyamuni Buddha bersabda : "O, Sariputra, jikalau ada seorang pria atau wanita yang berbudi yang mendengar nama Buddha Amitabha dan dengan sepenuh hati membaca nama-Nya tanpa goyah, apakah itu selama satu hari, dua hari, tiga hari, empat hari, lima hari, enam hari, ataupun tujuh hari, ketika orang ini akan meninggal dunia, Sang Buddha Amitabha dan para suciwan akan muncul di hadapannya, dan membawa orang tersebut ke Tanah Suci Sukhavati"

Setelah terlahir di Sukhavati, orang tidak boleh melupakan makhluk-makhluk lain yang masih jauh terperosok dalam kubangan penderitaan. Pikiran yang demikian inilah yang akan membantu menimbulkan keinginan untuk terlahir kembali di dunia untuk menolong dan menyelamatkan makhluk-makhluk lain dari penderitaan. Hal inilah yang menimbulkan sifat-sifat Bodhisattva yang penuh cinta kasih dan welas asih.

"Jikalau seseorang mendengar nama Buddha Amitabha dan dipenuhi rasa gembira walaupun hanya sekejap, perlu diketahui bahwa orang tersebut telah menerima manfaat yang tidak ternilai dan telah menanam jasa dan kebajikan yang besar", demikian sabda Sang Sakyamuni Buddha.

Umat Buddha memperingati dan merayakan Hari Raya Amitabha Buddha (Sejit O Mi To Hut) setiap tanggal 17 bulan 11 Chandra Sengkala, yang pada tahun 1997 ini jatuh pada hari Selasa tanggal 16 Desember 1997. "Namo Ah Mi Tuo Fo"

yang agak aneh menurut saya........

mulai dari atas....

1.siapakah yang menulis sutta tersebut?....maksud saya coba analisa dengan jelas...
kalau tripitaka di tulis dengan adanya perkumpulan para bikhu sangha dan berusaha menulis kembali yang di ingat dari KOTBAH sang buddha......
mengapa tidak ada buddha amitabha di tripitaka?...
bisa di jelaskan sutta mana dari tradisi mana serta SEJARAH muncul nya sutta itu?(hehehe.. jawaban nya ini kek nya panjang)

2.di Tripitaka di sabdakan..bahwa NIBBANA adalah tempat tak berkondisi...kekal...dimana tidak ada benda-benda MATERI, bahkan RUPA...juga tidak ada.....
kok bisa ada emas,permata?.....

jika di jawab bahwa buddha amitabha belum parinibbana.....muncul lagi pertanyaan baru.
mana ada Sammasambuddha Mencapai Anuttaro sammasambodhi..di alam surga?

3. bagaimana mungkin ada Sangha lagi di surga....ini sudah mustahil...

4.seorang buddha mana mungkin mengucapkan ikrar yang bersifat kemelekatan seperti demikian." yakni membawa semua makhluk harus masuk surga "
bukankah melekat sekali....

sedangkan dalam buddha gotama dan para arahat.....hanya mengajarkan bahwa....
jalan ini membawa kamu ke-kebahagiaan,,,,jalan itu membawa kamu ke-penderitaan..
jalan ini membawa kamu ke-pembebasan...,dsb.

selanjut nya kita sendiri yang memilih dan jalan....makanya di sebut...
saya hanya menujukkan jalan..yang jalan sendiri adalah anda.

mudah-mudahan ada user yang bisa menjelaskan hal ini..supaya pengetahuan saya bertambah...
 
salam juga deh...

saudara... kalau masih terikat kepada janji, bahkan janji untuk menyeberangkan "makhluk hidup" pun juga adalah sebuah kilesa. Maka dari itu seorang mencapai ke-BUDDHA-an setelah mematahkan semua kilesa, termasuk kilesa jenis ini (niat baik menyeberangkan makhluk hidup). Tetapi ketika seseorang masih berkutat kepada "janji" dan "keinginannya" untuk "menyeberangkan" makhluk hidup, boleh dikatakan orang itu masih dalam jalur bodhisatva. KITA SEMUA sebenarnya adalah calon buddha. Jadi kita juga bodhisatva, hanya saja tingkat tiap orang berbeda beda.

BALIK LAGI KE POKOK PERSOALAN. Saudara, ketika seseorang mencapai tingkat ARAHAT (BUDDHA), kekuatan untuk "penjelmaan"/untuk dilahirkan lagi sudah tidak ada. IBARAT lampu, maka minyaknya tinggal yang diwadah, begitu minyaknya habis (kekuatan karma di dunia ini habis, maka parinirvana-lah beliau). Tidak ditambah tambah lagi minyaknya.

Mau bagaimana lagi harus diterangkan kalau, seorang BUDDHA itu setelah parinirvana tidak "kembali" lagi. Jika seseorang yang "ngaku" mencapai ke-BUDDHA-an (ARAHAT) tetapi setelah meninggal, masih "kembali" lagi, ITU BUKAN BUDDHA, brother...

Tidak menjadi masalah, kalau saudara gatotokoco cocok dengan ajaran tantrayana. Tetapi untuk hal hal mendasar seperti ini, haruslah dimengerti dengan jelas. Bukan saya bilang kalau ajaran Tantra salah, karena sejauh ini dari seluruh ajaran Tantra yang saya ketahui bahwa tidak ada pernyataan bahwa BUDDHA itu ber-emanasi. yang banyak ber-emanasi adalah bodhisatva. Misalnya dikatakan Yang Mulia Dalai Lama adalah emanasi dari Chenrezig (bodhisatva avalokitesvara).

Hanya di ZFZ saja, saya ketemu acara Minum kopi dengan BUDDHA yang sudah parinirvana.



salam


hehehhehe,ini lah yang saya bilang mau dibilang apapun ngak bakalan ketemu ujungnya seperti ibarat kita melihat rel kereta api yang seolah2 bertemu tetapi sebetulnya ngak ketemu,dari mata tidak bisa melihat kebudhaan,karena kita masi diliputi kebodohan batin,dari hati tidak bisa merasakan budhata,dari pikiran yang masi penuh keraguan muncul kegalauan akan pencapain sempurna


hati dan pikiran masi ragu untuk masuk pintu dharma karena kita masi ada kilesa yang sebenarnya kita masi belum tahu bahwa sebenarnya kita belajar budha dharma masi terikat oleh kitab suci karena timbul pikiran2 yang masi belum dapat kita lihat dengan budhadata yang masi kotor


sebenarnya siapa itu budha,bhodisatva,dewa,setan,apakah kita yang masi diliputi avijja belum tau siapakah budha dan siapa yang sesat????
diri ini masi diliputi avijja dan kilesa,jadi kalau ada yang berjanji menyeberangkan insan masi dipandang kilesa,tetapi kalau ada yang mengaku arahat atau budha malah ditertawakan dan di permasalahkan masi waras kah orang ini??? hehehhehe

sebaliknya karena sesorang yang telah berguru kepada seseorang yang maha thera atau mahastavira,lalu menjadi yang arya selama puluhan tahun maka dianggap telah suci dan telah cerah,begini lah manusia hanya melihat dari jubah yang dikenakan, dimana rasa budha itu dalam diri kita?


kalau kita hanya belajar dari kitab suci ngak ketemu2,lebih baik anda coba belajar dengan master lu barangkali anda akan memahami apakah itu sebenarnya budha dharma yang sejati,saya sudah merasakan manfaat dari ZFZ maka saya berani berkata,dan saya sangat mengkritisi ajaran beliau pada awal saya mengenal,lalu saya setelah 3 tahun mencoba mempelajari barulah saya tau apakah itu ZFZ

belajar sadhana dalam ZFZ sangat luar biasa saya katakan,manfaatnya banyak sekali dan luar biasa,contoh yang paling mudah adalah banyak yang sudah merasakan manfaatnya,dari seorang narapidana di singapura saja yang telah dihukum mati setelah dikremasikan ada ditemukan sarira yang memang ciri2 orang yang telah mencapai kesempurnaan,padahal ia baru berlatih 1,5tahun sebelum ia dihukum mati,pada saat dia ingin dihukum mati saja 1 minggu sebelumnya ia sudah tau bahwa ajalnya sudah dekat,dan pada saat itu dalam mimpinya diajak oleh maha guru melihat mahapadmaniloka di sebelah barat dari amitabha budha,kita tau seorang tahanan adlah orang yang sangat buruk prilaku dan mata pencahariannya,dalam kesempatab ini maha guru berkata siapa sebenarnya tahanan didunia ini,kita semua adalah tahanan dalam dunia ini,penjaranya adlah lautan samsara ini,beliau yang sudah cerah pun masi mempunyai keinginan untuk terus menyeberangkan para insan,mengapa sekarang karena hanya masalah nibbana saja kita sudah tidak sudi untuk mendengarkan dharma dan keinginan seorang budha untuk tetap menyeberangkan para insan


ada seperti kshitigarbga bodhisatva?apakah pantas beliau ada dalam neraka???
padahal bhodisatva kita tau bisa saja beliau bertranmisi ke dunia ini lalu menyempurnakan paramitha nya untuk jadi budha,lantas mengapa ia ada dineraka???
karena welas asihnya beliaulah rela berada dalam neraka untuk meringakan penderitaan para mahluk dialam neraka,jadi siapakah budha,bodhisatva,setan,jin,dewa itu???

sesuai prajna hidraya sutta,bahwa avalokistesvara dapat menjelma menjadi setan dan jin sekalipun untuk membabarkan dharma,lantas hari ini ada lu shen yen yang datang untuk membabarkan dharma agar para insan dapat segera menjadi budha malah diragukan karena "dianggap blunder" minum kopi dengan sakyamuni budha,seorang budha perkataanya,pikirannya,dan perbuatannya tidak dapat kita arikan secara harfiah,makanya saya hanya bisa bilang dalam minum kopi itu saya ngak ikut2an dan diajak jadi saya juga ngak bisa memastikan hal itu ada apa ngak,hanya saja dalam tantrayana guru akar adlah budha makanya apa yang diajarkan dan dikatakan oleh guru adalah sabdha dan kebenaran yang mutlak adanya,perkataan dari seorang budha ngak mungkin untuk bikin sensasi melainkan untuk berkata secara jujur dan polos bahwa memang begitulah adanya

namo budhaya
 
salam


hehehhehe,ini lah yang saya bilang mau dibilang apapun ngak bakalan ketemu ujungnya seperti ibarat kita melihat rel kereta api yang seolah2 bertemu tetapi sebetulnya ngak ketemu,dari mata tidak bisa melihat kebudhaan,karena kita masi diliputi kebodohan batin,dari hati tidak bisa merasakan budhata,dari pikiran yang masi penuh keraguan muncul kegalauan akan pencapain sempurna


hati dan pikiran masi ragu untuk masuk pintu dharma karena kita masi ada kilesa yang sebenarnya kita masi belum tahu bahwa sebenarnya kita belajar budha dharma masi terikat oleh kitab suci karena timbul pikiran2 yang masi belum dapat kita lihat dengan budhadata yang masi kotor


sebenarnya siapa itu budha,bhodisatva,dewa,setan,apakah kita yang masi diliputi avijja belum tau siapakah budha dan siapa yang sesat????
diri ini masi diliputi avijja dan kilesa,jadi kalau ada yang berjanji menyeberangkan insan masi dipandang kilesa,tetapi kalau ada yang mengaku arahat atau budha malah ditertawakan dan di permasalahkan masi waras kah orang ini??? hehehhehe

sebaliknya karena sesorang yang telah berguru kepada seseorang yang maha thera atau mahastavira,lalu menjadi yang arya selama puluhan tahun maka dianggap telah suci dan telah cerah,begini lah manusia hanya melihat dari jubah yang dikenakan, dimana rasa budha itu dalam diri kita?


kalau kita hanya belajar dari kitab suci ngak ketemu2,lebih baik anda coba belajar dengan master lu barangkali anda akan memahami apakah itu sebenarnya budha dharma yang sejati,saya sudah merasakan manfaat dari ZFZ maka saya berani berkata,dan saya sangat mengkritisi ajaran beliau pada awal saya mengenal,lalu saya setelah 3 tahun mencoba mempelajari barulah saya tau apakah itu ZFZ

belajar sadhana dalam ZFZ sangat luar biasa saya katakan,manfaatnya banyak sekali dan luar biasa,contoh yang paling mudah adalah banyak yang sudah merasakan manfaatnya,dari seorang narapidana di singapura saja yang telah dihukum mati setelah dikremasikan ada ditemukan sarira yang memang ciri2 orang yang telah mencapai kesempurnaan,padahal ia baru berlatih 1,5tahun sebelum ia dihukum mati,pada saat dia ingin dihukum mati saja 1 minggu sebelumnya ia sudah tau bahwa ajalnya sudah dekat,dan pada saat itu dalam mimpinya diajak oleh maha guru melihat mahapadmaniloka di sebelah barat dari amitabha budha,kita tau seorang tahanan adlah orang yang sangat buruk prilaku dan mata pencahariannya,dalam kesempatab ini maha guru berkata siapa sebenarnya tahanan didunia ini,kita semua adalah tahanan dalam dunia ini,penjaranya adlah lautan samsara ini,beliau yang sudah cerah pun masi mempunyai keinginan untuk terus menyeberangkan para insan,mengapa sekarang karena hanya masalah nibbana saja kita sudah tidak sudi untuk mendengarkan dharma dan keinginan seorang budha untuk tetap menyeberangkan para insan


ada seperti kshitigarbga bodhisatva?apakah pantas beliau ada dalam neraka???
padahal bhodisatva kita tau bisa saja beliau bertranmisi ke dunia ini lalu menyempurnakan paramitha nya untuk jadi budha,lantas mengapa ia ada dineraka???
karena welas asihnya beliaulah rela berada dalam neraka untuk meringakan penderitaan para mahluk dialam neraka,jadi siapakah budha,bodhisatva,setan,jin,dewa itu???

sesuai prajna hidraya sutta,bahwa avalokistesvara dapat menjelma menjadi setan dan jin sekalipun untuk membabarkan dharma,lantas hari ini ada lu shen yen yang datang untuk membabarkan dharma agar para insan dapat segera menjadi budha malah diragukan karena "dianggap blunder" minum kopi dengan sakyamuni budha,seorang budha perkataanya,pikirannya,dan perbuatannya tidak dapat kita arikan secara harfiah,makanya saya hanya bisa bilang dalam minum kopi itu saya ngak ikut2an dan diajak jadi saya juga ngak bisa memastikan hal itu ada apa ngak,hanya saja dalam tantrayana guru akar adlah budha makanya apa yang diajarkan dan dikatakan oleh guru adalah sabdha dan kebenaran yang mutlak adanya,perkataan dari seorang budha ngak mungkin untuk bikin sensasi melainkan untuk berkata secara jujur dan polos bahwa memang begitulah adanya

namo budhaya

Kalau sdr.Gatotkoco merasakan manfaat dengan ber-sadhana dengan Master LU (mohon tanya apa sadhana secara langsung atau melalui murid murid beliau ??)... itu BAGUS SEKALI...

Saya kan tidak menyatakan bahwa ajaran MAster LU itu sesat / salah semua. tetapi yang ditanyakan kan BLUNDER acara minum kopi-nya. Begini saja, karena sdr.Gatotkoco sendiri tidak berani memberi pernyataan tentang hal ini. BISA KAGAK PERTANYAAN TERSEBUT DITITIPKAN KE SDR. GATOTKOCO, manakala bila ada kesempatan bertemu dengan MASTER LU, mohon ditanyakan perihal acara minum kopi-nya dengan BUDDHA SAKYAMUNI.
 
Beliau (Lu Sheng Yen), mengaku2 adalah titisan/jelmaan Buddha Amitabha...
Beliau (Lu Sheng Yen) banyak membuat kesaksian2 aneh... (seperti pernah bertemu Buddha Sakyamuni, minum teh dengan Buddha, dewa2 bersujud padanya)...

Menurut saya itu adalah 'sensasi' untuk menaikkan pamor dia saja, dan banyak yang menyatakan bahwa ajaran ini tidak benar menurut Buddha Dhamma.

Saya sudah melaksanakan apa yang dikatakan Kalama Sutta, dan begitulah hasilnya.

No war, no offense...

Metta Cittena

Namaste

Mr.Wei, apa ga terlalu memojokkan Master Lu yah?
Saya sempat menangis ketika membaca thread dari Anda..
Kalo Master Lu mau cari sensasi mah, pasti sekarang Master Lu lagi keliling dunia buat cari sensasi..
 
REFLEKSI SABDA-SABDA BUDDHA

Penyelidikan Bebas

Buddha mengarahkan murid-murid-Nya agar biasa untuk memilih dan menyelidiki. Untuk langsung mempercayai apa saja, bukanlah jiwa dari agama Buddha. Kita temukan percakapan ini antara Buddha dan siswa. siswa-Nya:

"Jika sekarang, dengan mengetahui ini dan mempertahankan ini, akankah kau berkata: "Kami menghormati guru kami dan karena rasa hormat kami kepada beliau kami menghormati apa yang beliau ajarkan?'”

"Tidak, Yang Mulia."

“Para Siswa, apa yang kalian pegang teguh, bukankah hanya yang kaukenali, kaulihat, dan kaupahami sendiri?”

“Ya, Yang Mulia."

Sesuai dengan sikap yang sepenuhnya benar dari penyelidikan benar ini, dikatakan dalam risalah Buddhis berbahasa Sanskerta mengenai logika, Jnanasarasamuccaya, 31:

"Sebagaimana orang bijaksana menguji emas dengan membakar, memotong dan menggosoknya (pada sepotong batu penguji), demikian pula kalian menerima kata-kata-Ku setelah memeriksanya dan bukan hanya karena rasa hormat terhadap-Ku."

Suatu ketika suku Kalama dari Kesaputta menemui Buddha dan berkata: 'Yang Mulia, beberapa orang petapa dan brahmana tertentu datang ke Kesaputta. Mereka mepgumumkan dan menjelaskan secara rinci pandangan mereka sendiri; tetapi mencerca, menghina, mencela dan menjatuhkan pendapat orang lain. Selain itu, Yang Mulia, datang pula petapa dan brahnma lain ke Kesaputta, melakukan hal yang sama. Ketika kami mendengar mereka, Yang Mulia, kami merasa ragu-ragu dan bingung, siapa di antara orang-orang terhormat ini yang berbicara benar dan siapa yang berbicara salah." Kemudian Buddha berkata demikian:

“Ya, Kalama, tidaklah salah bila ragu-ragu, mempertanyakan apa yang diragukan dan apa yang tak jelas. Dalam persoalan yang meragukan, kebingungan timbul."

“Janganlah percaya begitu saja pada, suatu tadisi, desas desus atau logika ataupun kesimpulan semata-mata, atau sesudah merenungkan dan cocok dengan beberapa teori, atau karena rasa hormat kepada seorang petapa. Akan tetapi Kalama, kalau setelah kalian selidiki sendiri, kau ketahui: Hal-hal ini tidak menguntungkan, patut dicela, dikecam oleh orang-orang bijaksana; hal-hal tersebut, bila, dilakukan dan dikerjakan mengakibatkan kerugian dan penderitaan, maka Kalama tentu saja kalian harus menolaknya."

“Nah, bagaimana menurut kalian, Kalama? Ketika ketamakan, kebencian dan kegelapan batin timbul dalam diri seseorang, apakah hal-hal ini menimbulkan keuntungan atau kerugian bagi orang itu?"

"Kerugian, Yang Mulia."

"Lalu, Kalama, bukankah orang ini karena telah dikuasai oleh ketamakan, kebencian dan kegelapan batin, melakukan kejahatan, menyesatkan orang lain sehingga mengalami kerugian dan penderitaan untuk waktu yang lama?"

'Ya, Yang Mulia."

"Karena itu, Kalama, bagaimana pendapat kalian, apakah hal-hal itu menguntungkan atau tidak menguntungkan?"

"Tidak menguntungkan, Yang Mulia."

"Apakah hal-hal tersebut tercela atau tidak?"

"Tercela, Yang Mulia."

Apakah hal-hal ini dikecam oleh orang bijaksana atau tidak ?”

'Dikecam, Yang Mulia."

"Jika dilakukan atau dikerjakan, apakah hal-hal ini menimbulkan kerugian dan penderitaan atau tidak?"

"Menimbulkan kerugian dan penderitam, Yang Mulia."

"Oleh karena itu, Kalama, sebagaimana yang Kukatakan kepada kalian tadi: Janganlah percaya begitu saja melainkan setelah kalian selidiki sendiri kau ketahui: Hal-hal ini tidak menguntungkan dan menimbulkan kerugian dan penderitam ... kalian harus menolaknya, inilah alasan-Ku membicarakannya."

"Kalama, janganlah ... percaya begitu saja. Tetapi bila kau ketahui bagi dirimu sendiri: Hal-hal ini menguntungkan, tidak tercela, dipuji oleh orang bijaksana; hal-hal ini bila dilakukan dan dikerjakan menimbulkan keuntungan dan kebahagiaan - maka, Kalama, setelah mengerjakan hal-hal ini, tinggallah di dalamnya."

"Nah, bagaimana menurut kalian, Kalama? Ketika kebebasan dari ketamakan, kebencian dan kegelapan batin timbul dalam diri seseorang, apakah ini menimbulkan keuntungan atau kerugian bagi orang itu?"

"Keuntungan, Yang Mulia."

"Apakah orang ini, yang tidak dikuasai oleh ketamakan, kebencian dan kegelapan batin, menahan diri untuk tidak melakukan kejahatan dan membawa orang lain ke dalam kebahagiaan?"

'Ya, Yang Mulia."

"Oleh karena itu, Kalama, bagaimana pendapat kalian, apakah hal-hal ini menguntungkan atau tidak menguntungkan?'

"Menguntungkan, Yang Mulia."

"Apakah hal-hal ini tercela atau tidak?"

"Tidak tercela, Yang Mulia."

Apakah hal-hal im dikecam atau dipuji oleh orang bijaksana?”

"Dipuji, Yang Mulia."

"Jika dilakukan dan dikerjakan, apakah hal-hal ini menimbulkan kebahagiaan atau tidak?"

"Menimbulkan kebahagiaan, Yang Mulia!”

"Oleh karena itu, Kalama, sebagaimana yang telah Kukatakan kepada kalian tadi: 'Janganlah percaya begitu saja ...tetapi ketahuilah oleh dirimu sendiri: Hal-hal ini menguntungkan ... dan menimbulkan kebahagiaan…lakukanlah hal-hal ini dan tinggallah di dalanmya,' inilah alasan-Ku membicarakannya (A. i, 188 Sutta 65, bandingkan A. i, 66 dan A, ii, Bhaddiya Sutta 193).

Pembaca dapat mencatat bahwa khotbah ini, Kalama Sutta, mengecilkan dogmatisme dan kepercayaan buta dengan ajaran penuh semangat Untuk menyelidiki secara bebas. Meskipun demikian janganlah tergesa-gesa menyimpulkan bahwa Buddha adalah "seorang pragmatis empiris yang menolak semua aiaran dan kepercayaan, yang Dharma-Nya benar benar-benar merupakan alat dan orang yang tidak mengakui ajaran agama menuju kebenaran yang mengundang setiap orang untuk menerima dan menghormati apa yang ia suka." Pembaca harus membaca dengan penuh perhatian bagian akhir dari Sutta, yang di dalamnya Buddha menekankan pentingnya tiga akar keiahatan: ketamakan, kebencian dan kegelapan batin serta lawannya, akar kebaikan: tidak tamak, tidak membenci dan bijaksana. "Demikianlah khotbah bagi suku Kalama ini menawarkan batu ujian untuk memperoleh keyakinan dalam Dharma sebagai ajaran yang bersemangat pembebasan."

Untuk diskusi yang lebih lengkap mengenai Sutta ini bacalah karangan yang memberi gambaran jelas: "A look at the Kalama Sutta " oleh Biku Bodhi yang diterbitkan oleh Buddhist Publication Society Newsletter, Spring 1988, No. 9.

Agama Buddha bebas dari paksaan dan kekerasan dan tidak meminta kepercayaan buta dari pengikutnya. Pada awalnya orang yang ragu-ragu akan senang mendengar ajakan untuk menyelidiki. Agama Buddha dari awal sampai akhir terbuka bagi semua orang yang memiliki mata untuk melihat dan pikiran untuk memahami.

Ketika Buddha tinggal di hutan mangga di Nalanda, Upali, seorang pengikut setia dari Nigantha Nataputta (Jaina Mahavira), sebagaimana yang diminta oleh Mahavira menemui Buddha dengan keinginan semata-mata berdebat dengan Beliau dan mengalahkan-Nya melalui perdebatan. Pokok persoalannya adalah teori karma yang diakui oleh Buddha maupun Mahavira, namun pandangan mereka mengenai karma berbeda. Pada akhir pembicaraan yang sangat bersahabat, Upali setelah merasa yakin terhadap argumentasi Buddha, setuju dengan pendapat Beliau, dan siap untuk menjadi pengikut-Nya, sebagai seorang umat awam, (upasaka). Meskipun demikian, Buddha mengingatkannya dengan berkata: “Mengenai suatu kebenaran, Upali, lakukanlah penyelidikan yang menyeluruh. Adalah baik bila orang terkenal seperti engkau melakukan penyelidikan yang menyeluruh." Bagaimanapun, Upali menjadi semakin puas dan senang terhadap Buddha karena mendapat petunjuk seperti itu, dan menyatakan diri berlindung kepada Buddha, Dharma dan Sangha. Walaupun Upali menjadi seorang umat berdasarkan keyakinan, Buddha menasihatinya agar tetap menghormati dan membantu guru-gurunya yang terdahulu sebagaimana yang biasa dilakakukannya (Upali Sutta, M. 56).

Demikianlah Buddha menganjurkan pentingnya kebebasan berpikir dan berbicara dan toleransi.

Mengikuti jejak Buddha, Raja Asoka yang beragama Buddha, yang memerintah India pada abad ke-3 SM, menyatakan dalam Prasasti Batu XII :

"Seseorang seharusnya tidak hanya menghormati agamanya sendiri dan menjelek-jekekkan agama orang lain, tetapi ia harus menghormati agama orang lain untuk alasan ini atau itu. Dengan demikian ia menolong agamanya sendiri untuk berkembang juga memberikan bantuan kepada agama orang lain. Dengan melakukan hal yang sebaliknya ia menggali kuburan bagi agamanya sendiri dan juga merugikan agama-agama lain. Siapa saja yang menghormati agamanya sendiri dan menjelek-jelekkan agama lain, melakukannya karena kesetiaan kepada agamanya sendiri, berpikir: 'Aku akan memuliakan agamaku.' Akan tetapi dengan melakukan hal itu justru sebaliknya mclukai agamanya sendiri lebih parah. Jadi rukunlah, sungguh patut dipuji: Marilah semua mendengar, mau mendengar ajaran yang dinyatakan oleh orang lain."

Dalam agama Buddha seseorang tidak diminta untuk percaya pada sesuatu tanpa pertama-tama mengetahui apa yang dipercayainya itu. Kepercayaan buta dipantangkan dalam ajaran analisis (vibhajjavada) dari Buddha. Dalam banyak cara, kemutlakan sifat filosofi analitis dari Buddha dikemukakan secara jelas.

Kecuali Buddha, tidak ada guru di dunia ini yang memilild sifat tersebut secara lengkap. Beliau adalah ahli filsafat analitis yang tertinggi. Di sini, "ahli filsafat analitis" artinya orang yang menyatakan sesuatu setelah memecahkannya kedalam sifat-sifat yang bermacam-macani, menyusun sifat-sifatnya dalam urutan yang sesuai, membuat segalanya jelas. Vimati Vinodani, pembahasan mengenai Ulasan Winaya, menyatakan bahwa seorang ahli filsafat analitis memiliki sifat orang yang menyatakan sesuatu setelah menyelidiki sampai bagian terkecilnya; ia tidak menyatakan sesuatu secara kesatuan, tetapi memandang segala sesuatu dalam bagian-bagian, setelah membagi segala sesuatu sesuai dengan cirinya yang menonjol, setelah membuat semua bagian berbeda, maka pendapat sesat dan keraguan lenyap serta kebenaran biasa dan kebenaran tertinggi (sammuti paramattha-sacca) dapat dipahami. Dalam Sarattha-dipani, juga pembahasan mengenai Ulasan Winaya, kita menemukan catatan sebagai berikut: "Penegak metode analitis adalah Buddha, karena Beliau tidak melakukan pendekatan ekstrem dari ajaran kekekalan dan ajaran nihilis, melainkan mengaiarkan jalan tengah mengenai sebab-musabab yang saling bergantungan.”

Sebagaimana ahli anatomi yang pandai membagi anggota tubuh ke dalam jaringan dan jaringan ke dalam sel, Buddha menganalisis semua bagian apa pun ke dalam elemen-elemen dasarnya. Karena itulah Beliau disebut Vibbhajjavadi, Guru Ajaran Analisis.

Kebenaran Dharma dapat dipahami hanya melalui pengertian, tidak pemah melalui kepercayaan buta. Seseorang yang mencari kebenaran tidak puas dengan pengetahuan di permukaan. Orang seperti itu ingin menyelidiki ke dalam dan melihat apa yang tersembunyi. Ini adalah jenis pencarian yang dianjurkan dalam agama Buddha. Tipe pencarian seperti itu menghasilkan pengertian benar.

Sebagaimana kepercayaan buta yang bertentangan dengan semangat dari sabda-sabda Buddha, berdoa dan memohon kepada kekuatan ekstemal yang takhayul juga bertentangan dengan cara hidup umat Buddha. Buddha, makhluk yang paling bijaksana dan paling suci, dalam penyelidikannya Yang menyeluruh terhadap alam semesta menemukan bahwa konsep makhluk gaib atau kekuatan luar yang sewenang-wenang hanyalah khayalan belaka. Ketakutan dalam diri manusia yang tejerat oleh kebodohanlah yang menciptakan pemikiran mengenai kekuatan eksternal yang serba tahu, berkuasa, dan sekali pemikiran itu terbentuk, manusia memasuki pesona anak kecil yang ketakutan sendiri dan membuat mereka rugi bukan kepalang.

Pemujaan yang tertinggi diberikan kepada Dia yang terbaik di antara manusia, yang memiliki jiwa besar dan berani, dengan kewaspadaan dan Pemahaman yang menembus kenyataan, memusnahkan kebodohan, noda-noda terburuk, puncak keiahatan dari semua kegilaan kita, dan mencabut akar semua nafsu. Orang yang melihat kebenaran adalah penolong kita yang sesungguhnya, tetapi umat Buddha tidak memohon kepada mereka. Umat hanya menghormati para pembabar kebenaran karena telah menujukkan jalan menuju kebahagiaan. Kebahagiaan adalah sesuatu yang harus dicapai oleh diri sendiri: tidak ada seorangpun yang dapat membuat orang lain lebih baik ataupun lebih buruk.

Manusia harus dibiarkan sendiri untuk menjaga diri dan kekuatannya sendiri yang tersembunyi. Biarkan dia belaiar untuk berdiri sendiri. Pemikiran bahwa yang lain mengangkat dia dari tingkat yang lebih tinggi dan menyelamatkannya, cenderung membuat manusia menjadi malas dan lemah . Pikiran seperti itu merendahkan manusia. “Ketergantungan pada kekuatan eksternal biasanya dimaksudkan untuk membuat manusia pasrah tanpa usaha." Maka Buddha menasihati para pengikut-Nya agar memiliki kepercayaan pada diri sendiri. Tidak ada yang dapat memberikan kita kedamaian sejati, kecuali diri kita sendiri; yang lain hanya mungkin dapat membantu kita secara tidak langsung. Pembebasan dari penderitaan harus diusahakan oleh setiap, orang bagi dirinya sendiri.

Ilmu psikologi mengungkapkan bahwa kemungkinan-kemungkinan tak terbatas tersembunyi dalam diri manusia dan diperlukan usaha keras dari manusia itu sendiri untuk membangkitkan dan mengembangkan kemungkinan-kemungkinan tersebut. Setiap orang harus melakukan usaha yang diperlukan bagi pembebasannya. Tidak ada sesuatu di bumi atau pun di surga yang dapat menghadiahkan pembebasan kepada orang lain yang semata-mata hanya memohonnya untuk itu. Dalam tangannya sendiri terletak kekuatan untuk membentuk kehidupan seseorang.

"Jangan memohon! Kegelapan tidak menjadi terang!
Sia-sia bertanya kepada kesunyian, karena ia tak dapat bicara!
Janganlah menyakiti pikirannu yang sangat menyedihkan dengan penderitaan yang saleh!
Ah! Saudaraku, Saudariku!
Sia-sia mencari dengan persembahan dan nyanyian pujian kepada dewa-dewa yang tak dapat menolong!
Tidak pula dengan mengorbankan darah,
atau dengan menyuap buah-buahan dan kue-kue.
Dalam dirimu sendiri pembebasan harus dicari,
Setiap manusia membentuk penjara bagi dirinya."
Light of Asia , Sir Edwin Arnold

Apa yang sesungguhnya yang menggerakkan orang-orang untuk percaya kepada dewa sama sekali bukan pertimbangan intelektual.

Kebanyakan orang percaya kepada dewa karena mereka telah diajarkan untuk melakukannya sejak dini pada masa kecil, dan ini merupakan alasannya yang utama.”

"Kemudian aku berpkir bahwa alasan yang terkuat adalah kebutuhan akan keamanan, semacam perasaan bahwa ada seorang saudara tua yang akan menjagamu. Hal ini memainkan peranan yang amat besar dalam mempengaruhi kebutuhan orang-orang untuk percaya kepada seorang dewa." Bertrand Rusell.

Moral yang Menimbulkan Akibat

Agama merupakan sesuatu yang harus didekati dengan pertimbangan dan perenungan- Jika telah dipelajari secara menyeluruh, suatu ajaran menarik hati dan pikiran seseorang, hendaknya ia menerapkan prinsip-prinsipnya dalam tingkah laku hidup sehari-hari. Adalah bodoh untuk mencoba mengikuti suatu kepercayaan bila seseorang tidak puas dengan kepercayaan itu karena alasan-alasan yang masuk akal. Seseorang harus jujur. Ia harus jujur kepada dirinya sendiri dan orang lain. Penipuan diri sendiri mengarah pada pertentangan batin dan kekecewaan. Tidak ada yang berhak mengganggu kebebasan orang lain dalam memilih suatu agama. Kebebasan berpikir merupakan hak asasi setiap manusia. Adalah salah bila memaksa seorang keluar dari cara hidupnya yang selaras dengan pandangan dan sifat kecenderungan dan dorongan batin orang itu. Paksaan dalam bentuk apa pun adalah tidak baik. Kekerasan yang terburuk adalah membuat seseorang menelan bulat-bulat kepercayaan yang tidak disukainya. Pemaksaan seperti itu tidaklah baik bagi siapa pun, di mana pun juga.

Seorang manusia harus diizinkan untuk tumbuh dengan cara yang akan membuatnya menghasilkan suatu yang terbaik. Pengawasan apa pun terhadap kebebasan berpikir merupakan gangguan langsung terhadap perkembangan jiwa. Seorang umat Buddha menganggap gangguan seperti itu sebagai jenis ketidaktoleransian yang terburuk.

Penyucian tidak datang dari kekuatan eksternal, dan penyucian diri sendiri hanya dapat datang pada seseorang yang bebas mempertimbangkan masalahnya sendiri tanpa halangan apa pun. Orang lain dapat menolong jika ia siap untuk menerima pertolongan seperti itu atau pun mencari pertolongan itu. Kebahagiaan tertinggi hanya dapat dicapai melalui pengetahuan sendiri, pencapaian sendiri, kesadaran sendiri akan kebenaran. Seseorang harus mengusahakan upaya yang tepat dan memutuskan belenggu yang menahannya dalam perbudakan untuk waktu yang lama dan memperoleh kebebasan dari penderitaan dengan usaha sendiri yang tanpa henti, dan bukan melalui meditasi yang dilakukan oleh orang lain. Para biku bukanlah imam yang melakukan upacara pengorbanan. Mereka tidak melakukan upacara penyucian dan menyatakan pengampunan dosa. Seorang biku yang baik tidak dapat dan tidak berdiri sebagai perantara antara umat manusia dan kekuatan supernatural. Umat Buddha diajarkan bahwa setiap orang, apakah ia umat awam ataupun biku, semata-mata bertanggung jawab bagi pembebasannya sendiri. Oleh sebab itu tidaklah perlu mengambil hati seorang imam sebagai perantara.

"Oleh diri sendiri kejahatan dilakukan,
Oleh diri sendiri pula kita menderita.
Oleh diri sendiri kejahatan tidak dilakukan,
Oleh diri sendiri pula kita menjadi suci.
Tak ada yang menyelamatkan kita kecuali diri kita sendiri,
Tak ada yang dapat dan tak ada yang mungkin;
Kita sendirilah yang harus menempuh jalan itu,
Para Buddha hanyalah menunjukkan jalan."

Buddha-lah yang pertama kali dalam sejarah dunia, mengajarkan bahwa pembebasan dapat dicapai tanpa adanya Juru Selamat. Dengan ajaran dan contoh, Beliau merupakan teladan dari kehidupan yang ulet. “Usahakanlah pembebasanmu dengan sadar waspada” (appamadena sampadetha) adalah amanat Buddha yang terakhir.

Setiap mahluk hidup adalah pencipta bagi dirinya sendiri. Tak ada pencipta lain yang kita lihat dalam dunia melebihi perbuatan kita sendiri. Dengan perbuatan kita, kita membentuk karakter, kepribadian dan individualitas. Kita semua maju berkat usaha sendiri. Oleh karena itu Buddha berkata bahwa "Kita adalah ahli waris dari perbuatan kita sendiri, pemilik yang bertanggung jawab atas perbuatan kita sendiri; perbuatan kita merupakan rahim dari mana kita dilahirkan," (M. 135) dan melalui perbuatan kita sendiri, kita harus berubah ke arah yang lebih baik, membentuk kembali diri kita dan memenangkan pembebasan dari penderitaan. Bagaimana dapat terjadi sebaliknya? Jika kita, melalui kebodohan dan nafsu kita, dalam malam yang panjang mengembara dalam samsara tidak memperbaiki diri kita sendiri, bagaimana dapat berbeda dan tidak sama dengan makhluk-makhluk hidup sebagaimana yang kita lihat dalam dunia saat ini?

Ajaran tentang moral yang menimbulkan akibat (kamma), yang merupakan satu-satunya penjelasan yang masuk akal menyangkut banyaknya penderitaan yang terjadi di dunia, tidak dapat disangkal. Semua penjelasan mengenai kehidupan yang menderita kecuali moral yang menimbulkan akibat, sepenuhnya tidak memuaskan, karena mereka tidak memperhitungkan fungsi yang sebenamya dari unsur batiniah (nama) yang tidak dapat dinyatakan secara jelas, namun menentukan dalam proses penjelmaan (bhava). Akan tetapi ketika seseorang memahami kehidupan yang menderita terutama sebagai bekerjanya hubungan sebab akibat dalam aspek yang tersembunyi dari proses kesadaran, maka ia akan mengetahui dan memahami asal kehidupan itu kebodohan; dan bentuk-bentuk yang tak terhitung dari penderitaan sebagai ungkapan dari dorongan berbagai jenis nafsu yang menyebabkan semuanya timbul dan lenyap dari satu kehidupan ke kehidupan lain bagaikan gelembung dalam lautan samsara yang luas. Kemudian ia menyadari arti dari moral yang menimbulkan akibat melalui kejadian tumimbal lahir, kelahiran kembali; kita mendapatkan hasil dari apa yang telah tanam di masa lampau. Sebagian hasil yang kita dapatkan, kita ketahui, bahkan kita tanam dalam kehidupan ini. Dengan sendirinya dalam cara yang sama, perbuatan kita di sini membentuk masa depan kita dan dengan demikian kita mulai memahami kedudukan kita di alam semesta yang penuh misteri ini. Namun, haruslah diingat bahwa menurut agama Buddha, tidak semuanya yang terjadi disebabkan karena perbuatan atau karma masa lampau.

Oleh karena itu janganlah kita tergesa-gesa menyalahkan ataupun memuji dewa atau mahkluk khusus yang dipuja karena penderitaan yang kita alami dan kebahagiaan yang kita rasakan. Tidak, bahkan Buddha-pun tidak dapat menyelamatkan kita dari belenggu samsara. Setiap orang harus melakukan usaha yang diperlukan untuk mencapai pembebasan. Dalam tangan kita terletak kekuatan untuk membentuk kehidupan kita. Orang lain dapat memberi bantuan secara tidak langsung, namun pembebasan dari penderitaan harus dilakukan dan dibiasakan oleh setiap orang bagi dirinya berlandaskan perbuatannya sendiri.

Kita percaya bahwa :

“ Apa pun yang dilakukan seseorang, demikian pula yang akan dihadapi oleh dirinya ;
Baik bagi orang yang baik, dan buruk bagi pelaku kejahatan ;
Demikianlah perbuatan kita semua seperti benih, menghasilkan buah yang sesuai. “

Kita melihat kekuasaan hukum alam, sebab dan akibat yang tanpa akhir dan tidak ada yang lain yang menguasai alam semesta. Seluruh dunia merupakan sasaran dari hukum sebab dan akibat. Seluruh dunia diperintah dan dikuasai oleh hukum sebab dan akibat yang tanpa akhir ini, dengan kata lain, aksi dan reaksi.

Kebudayaan Batin

Manusia merupakan proses rohani dan jasmani yang selalu berubah dan unsur terpenting dalam proses ini adalah pikiran. Menguasai pikiran merupakan jiwa dari ajaran Buddha. Kebahagiaan harus ditemukan dan kesempurnaan dicapai melalui unsur batin dalam diri kita, kesadaran kita. Akan tetapi, selama kesadaran itu kotor, tidak ada yang berharga yang dapat dicapai di sana . Oleh karenanya Buddha menekankan kesucian batin sebagai sumber, kondisi terpenting dari kebahagiaan sejati dan pembebasan dari penderitaan. Sering kali Buddha menasehati murid – murid – Nya demikian : “ Carilah dirimu sendiri, “ dan “ Kuasailah pikiranmu. “ ( D. 16 ).

Terpengaruh oleh satu sabda Buddha, banyak orang mengubah hidupnya secara menyeluruh. Kitab – kitab Buddhis penuh dengan contoh tentang perubahan mendadak yang terjadi setelah mendapat petunjuk singkat seperti berikut ini :

“ Pembuat saluran air mengalirkan air,
Pembuat panah meluruskan anak panah,
Tukang kayu melengkungkan kayu,
Orang bijaksana menaklukkan dirinya sendiri. “ Dhp. 80

Menjaga diri sendiri dari ketamakan, dan melatih diri sendiri untuk melakukan perbuatan yang bebas dari ketamakan, adalah perbuatan yang tidak mementingkan diri sendiri, yang merupakan jalan menuju kebahagiaan dan kesejahteraan sejati dalam ajaran Buddha.

Dua khotbah Buddha yang penting ( D. 25 ; M. 22 ) dengan jelas mengungkapkan kepada kita mengapa Buddha mengajarkan Dharma, ajaran itu. Marilah kita menyimaknya :

Buddha telah mencapai Penerangan Sempurna. Beliau mengajarkan Dharma agar orang lain mencapai penerangan.
Beliau mengendalikan diri sendiri. Beliau mengajarkan Dharma agar orang lain mengendalikan diri.
Beliau tenang. Beliau mengajarkan Dharma agar orang lain mencapai ketenangan.
Setelah menyeberang ( ogha, gelombang noda ), Beliau mengajarkan Dharma agar orang lain menyeberang.
Setelah mencapai Nirwana ( dengan memadamkan api kotoran batin, parinibbuto ), Beliau mengajarkan Dharma agar orang lain mencapai Nirwana.
Dharma, ajaran Buddha, bukanlah semata – mata pengetahuan atau pun semata – mata dimiliki seperti layaknya harta benda. Buddha dengan jelas telah menunjukkan bahwa Dharma merupakan sarana untuk menyeberangi lautan penderitaan, lautan samsara atau kelahiran yang berulang – ulang, dan untuk mencapai pantai tanpa kematian, Nirwana, dengan aman dan selamat. Dharma bagaikan sebuah rakit untuk menyeberangi lautan.

Hanya ketika pikiran tidak dibiarkan untuk menyepakkan jejak dan dijaga pada jalur yang benar untuk mencapai kemajuan bertahap, ia akan berguna bagi pemiliknya dan bagi masyarakat. Pikiran yang kacau merupakan beban bagi pemiliknya maupun bagi orang lain. Semua malapetaka di dunia ditimbulkan oleh orang – orang yang belum mempelajari cara – cara menguasai pikiran serta keseimbangan dan ketenangan jasmani. Oleh karena itulah, Buddha berkata :

“ Luka apa pun dapat diperbuat oleh orang
yang saling bermusuhan dan membenci,
Pikiran yang diarahkan secara salah akan
Jauh lebih berat melukai diri sendiri. “ Dhp. 42

Kedudukan, kasta, warna kulit, kekayaan dan kekuasaan tidak dapat membuat seorang manusia menjadi orang yang berharga bagi dunia. Hanya karakter manusia yang membuat manusia menjadi besar dan patut dihormati. “ Karakter adalah apa yang keluar ketika kehidupan dijalani di bawah tekanan kegiatan, dengan maksud dan keahlian tertentu. Bagaikan intan yang merupakan karbon yang telah menjadi sasaran tekanan yang berat, demikian pula kehidupan yang dijalani di bawah semangat dan usaha spiritual yang terus menerus menghasilkan batu permata, karakter. “ karakterlah yang menerangi kebijaksanaan ( apadana sobhini panna ).

Manusia hari ini merupakan hasil dari jutaan pengulangan pikiran dan perbuatan. Ia tidak langsung jadi ; ia terbentuk dan masih membentuk. Karakternya ditetapkan terlebih dahulu oleh pilihannya sendiri. Pikiran, perbuatan yang dipilihnya, menjadi kebiasaan yang membentuknya.

“ Pada saat kelahiran pikiran bersinar – sinar, dan dicemari oleh kotoran – kotoran secara tidak disengaja ( pabhassaramidam bhikkhave citam, tam ca kho agantukehi upakkilesehi upakkilittham ), “ kata Buddha. Begitu pula orang – orang, mendasari pemikiran mereka pada sabda Buddha, mengatakan hal yang sama dengan kalimat lain : “ Pada dasarnya makhluk hidup itu baik, tetapi secara tidak disengaja kotoran menodainya. “

Dengan perhatian dan pikiran yang sistematis menyangkut hal – hal yang ditemui seseorang dalam kehidupannya setiap hari, dengan menguasai keinginan jahatnya dan dengan mengekang dorongan hati, ia dapat menjaga pikiran dari kotoran. Adalah sulit untuk melepaskan apa yang memikat kita dan menahan kita dalam perbudakan ; sulit pula mengusir roh jahat yang menghantui hati manusia dalam bentuk pikiran – pikiran yang tidak baik. Kejahatan – kejahatan tersebut merupakan penjelmaan dari ketamakan, kebencian dan kebodohan batin : lobha, dosa dan moha, tiga jenis pasukan kematian ( mara ). Sampai seseorang mencapai puncak kesucian dengan latihan pikiran tanpa henti, ia tidak dapat mengalahkan pasukan itu secara menyeluruh. Hanya dengan melepaskan hal – hal eksternal, berpuasa dan lain – lain, tidak dimaksudkan untuk menyucikan manusia, hal – hal ini tidak membuat manusia menjadi suci dan aman. Menyiksa diri sendiri merupakan suatu perbuatan ekstrem yang keliru yang dalam pembabaran Dharma yang pertama kali oleh Buddha ditolak. Juga Beliau menolak kenikmatan hawa nafsu, dengan menyebutnya sebagai perbuatan tercela. Dengan menghindari dua jalan ekstrem, Buddha mengungkapkan pada dunia Jalan Tengah – Majjhima Patipada – yang membawa seseorang pada kedamaian, penerangan dan Nirwana ( upasamaya, sambodhaya nibbanaya ).

Spinoza menulis : “ hal – hal yang biasa terjadi dalam kehidupan, dan dihargai di antara manusia sebagai kebaikan tertinggi, dapat dikurangi oleh ketiga hal ini, kekayaan, ketenaran dan hawa nafsu, karena ketiga hal ini pikiran menjadi kacau sehingga pikiran hampir tidak dapat memikirkan kebaikan lain. “

Nafsu manusia adalah godaan. Nafsu makhluk hidup yang buta telah menimbulkan kebencian dan segala bentuk penderitaan. Musuh seluruh dunia adalah hawa nafsu yang melaluinyalah seluruh kejahatan datang pada makhluk hidup. Hawa nafsu ini ketika dihalangi oleh beberapa sebab, berubah menjadi kemarahan. Dan manusia jatuh ke dalam jaring yang dibuatnya sendiri dengan nafsu akan kenikmatan, bagaikan seekor laba – laba yang jatuh ke dalam jaringnya sendiri. Namun dengan melatih perbuatan baik, mengembangkan ketenangan, dan mendapatkan cahaya kebenaran, orang – orang bijaksana berjalan terus melepaskan ikatan. Mereka yang bijaksana dianggap sebagai orang yang telah menaklukkan dirinya sendiri dengan mencabut akar dari nafsu lebih hebat daripada orang yang telah memenangkan ribuan pertempuran.

Orang – orang bijaksana melatih pikiran mereka dengan menghindari minuman keras dan memelihara kesadaran, membuat dirinya sabar dan suci. Sikap yang tenang sepanjang waktu menunjukkan seorang manusia beradab. Bukanlah tugas yang berat bagi seseorang untuk menjadi tenang jika semua hal yang menyertainya mendukung. Akan tetapi sulit untuk memusatkan pikiran ditengah – tengah keadaan yang tidak menguntungkan, dan hal yang sulit inilah yang patut dilakukan. Dengan pengendalian seperti itu orang akan dapat memperkuat karakternya.

Mengendalikan diri sendiri adalah kunci menuju kebahagiaan. Itulah yang terbaik di antara segala perbuatan yang baik. Itulah kekuatan di belakang semua pencapaian sejati. Gerakan seseorang tanpa adanya pengendalian tidak ada gunanya dan mengganggu ketenangan. Orang yang memperturutkan hawa nafsu itu bagaikan seekor burung pelatuk rakus yang terkena penyakit parah karena pisang – raja hutan yang mentah.

Seorang bijaksana pada zaman dahulu mengatakan :

“ Jika orang merenungkan objek indrawi,
maka timbul daya tarik ; dari daya tarik timbul keinginan
Keinginan membakar hawa nafsu yang dahsyat ;
Nafsu menghasilkan kenekatan ; Lalu semua ingatan berkhianat ;
Membiarkan tujuan mulia lewat, melemahkan pikiran ;
Sampai tujuan, pikiran dan manusia semuanya runtuh. “

Karena kurangnya pengendalian maka dalam pikiran kita timbul berbagai macam pertentangan. Jika pertentangan ingin dimusnahkan, kita harus melakukan sedikit kendali pada keinginan dan dorongan hati serta berusaha keras untuk menjalani kehidupan yang dikendalikannya sendiri dan suci.

bersambung.....
 
sambungan.....


“ Sering kali kita semua sangat diperbudak oleh hawa nafsu, oleh hal – hal yang materialis, kita hidup semata – mata dalam dunia lahiriah, sehingga kita gagal berhubungan dengan kekuatan di dalamnya. Akan tetapi, kita harus belajar menangkap realitas di dalamnya. Dengan menyendiri dalam kesunyian, kita dapat belajar untuk mengatasi kelemahan dan keterbatasan dari pengalaman biasa. Tanpa melakukan hal ini, hidup tidak memiliki arti, tujuan, dorongan dan inspirasi.

Tidak banyak pemikiran dan argumen tentang menyempurnakan kehidupan yang menuntun kita mencapai tujuan yang kita inginkan. Tak banyak pertimbangan yang membawa kita lebih dekat kepada tujuan kita. Akan tetapi setiap perbuatan karena penolakan murni dan melepaskan diri dari sasaran yang dipengaruhi oleh nafsu – yang membuat kita semakin menuju gelapnya kebodohan dan memperbudak kita dengan daya tariknya – membawa kita ke tujuan, kebahagiaan dan kedamaian.

Tidak ada yang tak jelas dalam ajaran Buddha. Dengan mengetahui kejahatan sebagai kejahatan dan kebaikan sebagai kebaikan, mengapa orang masih saja ragu – ragu untuk menghindari jalan yang buruk dan menempuh jalan kebenaran ? Dalam pandangan Buddhis orang tidak dapat melakukan hal yang lain selain melatih perbuatan baik dan menghindari perbuatan jahat. Bagi umat Buddha melakukan perbuatan baik adalah keharusan, jika ia telah memahami ajaran Guru mereka :

Sabba papassa akaranam
Kusalassa umpasampada
Sacitta pariyodapanam
Etam Buddhanasasanam

“ Tidak melakukan segala bentuk kejahatan,
Senantiasa mengembangkan kebaikan,
Dan membersihkan batin
Inilah ajaran para Buddha. “ ( Dhp. 183 )

Setiap orang, walau bagaimanapun, dapat meraih kemenangan, jika ia mau. Kita semua tidak dapat menjadi negarawan besar, seniman atau ahli filsafat, tetapi apa yang lebih penting, bagaimanapun juga bagi kita, kita semua dapat, jika kita mau, menjadi manusia yang baik.

Sering kali usaha – usaha kita untuk meraih kesempurnaan tidak berhasil. Namun kegagalan tidaklah penting selama kita jujur dalam usaha – usaha kita, dengan motif yang suci, dan selalu berusaha berulang – ulang tanpa henti. Tidak ada yang mencapai puncak bukit secara seketika. Seseorang naik sedikit demi sedikit. Bagaikan seorang tukang yang ahli membersihkan kotoran dari emas sedikit demi sedikit, manusia harus mencoba untuk membersihkan hidupnya dari kotoran – kotoran ( Dhp. 239 ). Seorang anak belajar berdiri dan berjalan secara bertahap dan dengan susah payah. Demikian pula semua orang besar, dalam mencapai kesempurnaan, bergerak setahap demi setahap, melalui kegagalan yang berulang – ulang menuju keberhasilan akhir.

Jalan yang ditunjukkan oleh Buddha untuk tumbuh dan berkembang dari dalam adalah jalan meditasi. Jalan yang dengan hati – hati mengembangkan pikiran sehingga dari kehancuran hidup, menghasilkan buah pilihan berupa kebahagiaan murni dan ketenangan tertinggi. Itulah jalan yang memiliki kesadaran tanpa henti dalam semua perbuatan kita. Kewaspadaan dan kesadaran penuh ini membawa meditasi mencapai keberhasilan. Barang siapa sadar dan tahu akan dirinya sendiri, di setiap waktu sudah berada di gerbang Tanpa Kematian – Nirwana.



Sumber :

SPEKTRUM AJARAN BUDDHA
Kumpulan Tulisan Mahathera Piyadassi
Penerbit : YAYASAN PENDIDIKAN BUDDHIS TRI RATNA


http://www.samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=1130&multi=T&hal=0
 
Mr.Wei, apa ga terlalu memojokkan Master Lu yah?
Saya sempat menangis ketika membaca thread dari Anda..
Kalo Master Lu mau cari sensasi mah, pasti sekarang Master Lu lagi keliling dunia buat cari sensasi..

Untung saya gak memojokkan MASTER LU, saya cuma bertanya tentang acara MINUM KOPI-nya MASTER LU... :D
 
Buddha Amitabha berada di tata surya lain, bukan di dunia kita.

Jadi dunia kita masih ada 1 Sammasambuddha yaitu Sakyamuni
 
Buddha Amitabha berada di tata surya lain, bukan di dunia kita.

Jadi dunia kita masih ada 1 Sammasambuddha yaitu Sakyamuni

bisa jelaskan sejarah nya....
maksud saya..mungkin tentang buddha amitabha itu tertulis dalam sutta..entah aliran apa...

bisa tau tidak sekilas sejarah tentang sutta tersebut...
yah hitung-hitung tambah pengetahuan..
 
Buddha Amitabha berada di tata surya lain, bukan di dunia kita.

Jadi dunia kita masih ada 1 Sammasambuddha yaitu Sakyamuni



salam


jika kalau benar amitabha budha dari tata surya laen,bisa anda jelaskan mengapa
di dunia kita ada amitabha sutra????

amitabha sutra kita tau berasal dari tradisi sekte mahayana,sudah pasti amitabha budha boleh dibilang berjodoh dengan tata surya kita dan sudah pasti ada dalam tata surya bima sakti kita,dalam hal pencapaian amitabha budha adalah seorang budha yang memiliki kesempurnaan dalam hal pencapaian kekuatan penjelmaan sosok tubuh trikaya dari seorang budha,artinya amitabha budha tubuh trikaya nya(pecahan tubuhnya)dapat menjelma menjadi mahluk dalam wujud apapun untuk membabarkan dharma dan merupakan upaya kausalia beliau untuk membantu para insan didunia ini


dalam tradisi theravada hampir tidak pernah ditemukan amitabha budha,makanya Mr.wei tidak tau karena mungkin anda hanya membaca ajaran tradisi dari therravada saja,dan dalam ajaran amitabha budha ada disebutkan adanya surga sukhawati yang dimana para budha dari sepuluh penjuru budha dan para bodhisatva serta para mahluk suci lainnya juga bisa berada dalam surga sukhawati,sekali lagi ini pun tidak pernah disebutkan dalam tradisi theravada

pengertian nibbana dapat kita lihat,tidak berbentuk,tidak tercipta,dan mutlak adanya,kalau dalam pengertiaanya kata2 ini seperti misteri karena dalam nalar manusia (dikatakan seperti ini agar dapat diterima secara baik oleh pola pikir kita)menganggap bahwa ini bukan suatu alam yang tidak berkondisi,tetapi nibbana itu adalah suatu kekuatan pikiran para budha yang telah mencapai penerangan sempurna bahwa didunia ini sebenarnya adalah hampa dan yang sejati itulah nibbana yang artinya secara gampang bahwa setiap mahluk dapat mencapai nibbana,makanya ajaran para budha adalah mencapai nibbana
akhir kata untuk nibbana saya pun masi kesulitan menjelaskannya,oleh master lu dikatakan mencapai penerangan sempurna adalah (gambaran dari master lu)seperti suatu mencapai sesuatu yang "halus",munculnya kesadaran yang timbul tenggelam bahwa segala sesuatu didunia ini adalah hampa dan segala sesuatunya adalah dukkha sebelum mencapai samyak sambodhi,nibbana adalah harus dirasakan oleh yang mencapainya bukan hal yang mudah dijelaskan

belajar aliran tantrayana ditekankan adalah sila2 yang harus di jalan kan oleh yang ingin berlatih/sadhana,sila terutama adalah menghormati guru,menjunjung tinggi dharma,dan menjalankan sadparamitha untuk mencapai keyogaan(kontak batin) terlebih dahulu,barulah kita menjalankan upaya kausalia dalam jalur bodhisatva,sukur2 kita bisa mencapai dalam kehidupan saat ini,kalo kaya milarepa agak susah yah,soalnya dalam diri kita dan akibat dari tuminbal lahir kita ini masi mewarisi karma yang berrat untuk dibersihkan sehingga diri kita ini pun sulit mencapai,tetapi masi terbuka dari segala kemungkinan apabila kita bertekad kuat dan benar2 mau menjalankan sila,panna,samadhi yang merupakan aspek2 dasar budhisme,kita pasti bisa mencapai pantai seberang

namo budhaya
 
salam

dalam banyak kesempatan master lu selalu mengambil contoh dirinya ataupun pengalaman batin beliau dalam membabarkan dharma,sebenarnya beliau berusaha memberikan pandangan kepada kita bahwa dalam dunia ini masi banyak hal banyak dharma yang harus kita ketahui,dan apabila kita merasa tidak sesuai untuk diri kita, kita harus bijaksana dalam memlih praktek dharma yang ujung2nya adalah upaya kausalia dari diri kita agar jalan mana yang sesuai dengan kondisi diri kita menjalankannya,jadi diri kita lah yang menentukan pilihan praktek dharma yang mana kita mau jalankan,para budha,bodhisatva,dan para mahluk suci "hanya"membantu kita menunjukkan jalan mana yang kita ambil agar kita tidak tersesat dan dapat mengambil jalan dharma yang sejati

master lu tidak mencari sensasi,apabila memang beliau terbukti mencari sensasi untuk apa beliau menyepi pada tahun 2001 sampai 2006 awal????? beliau menyepi pada saat itu benar2 berubah hidupnya dimana beliau hanya bertapa dalam kesehariannya dan bahkan pernah bekerja sebagai tukang sapu didaerah yang tidak ada murid cenfocong untuk hidup secara sedherhana,menjadi alamiah hidup alakadarnya,karena beliau sudah merasa bahwa didunia ini sangat banyak insan yang dari luar tampak berjalan dalam jlan budha dharma ternyata mereka mencari keuntungan dari dharma,memanfaatkan dirinya unutk mencari keuntungan,"menjual" nama baik beliau,oleh sebab ini lah master lu memilih menyepi dengan tujuan agar ia dapat hidup dengan leluasa dan tidak terlalu terlibat dalam urusan duniawi yang tidak ada habisnya di bantu oleh beliau (seperti konsultasi masalah duniawi,menghadiri acara,mengahdiri ulangtahun para donatur,dsb)

dan hari ini kenapa beliau muncul kembali?????
karena dalam penyepiannya beliau sudah merasakan bahwa didunia ini masi banyak hal yang harus beliau babarkan dan kerjakan,beliau masi dibutuhkan oleh para murid beliau,disamping itu adalah sang guru beliau yang dari aliaran tantra merah(gue lupa nama budhisnya) sudah mau mangkat,makanya beliau muncul untuk bertemu untuk terakhir kalinya dengan guru beliau(kakek guru kami),dan beliau menyempurnakan dharma yang masi harus beliau babarkan seperti dharma kalchakra kepada para insan,dsb
oleh sebab itu untuk memimpin upacara kalachakra kepada para murid cenfocong masi beliau yang memimpin dalam 2 tahun ini,dan kegiatan beliau pun masi seperti biasa yaitu menulis buku dharma yang kebanyakan adalah pengalaman yang beliau alami sendiri tanpa bertujuan untuk mencari sensasi atau pun bertujuan memcahkan rekor dunia atau guieness book:D


ini kesemua adalah upaya kausalia dari beliau agar kami para murid dari cenfocong dapat memilih jalan dharma mana yang anda pilih,sang guru hanya membimbing kita agar kita jangan sampai salah jalan dan tersesat

namo budhaya
 
Jika dikatakan bahwa Buddha Amitabha itu adalah sammasambuddha di "bumi" yang lain, apakah di "alam" sana memiliki rupa khanda ?? Jika ya, apakah konsep cahaya tanpa batas itu menjadi mungkin ketika rupa khanda masih eksis. Di dalam banyak sutta theravada, tidak pernah disebutkan bahwa pada saat yang sama BUDDHA GOTAMA memancarkan sinar/kekuatan atau yang sejenisnya ke seluruh alam semesta. Bahkan ketika BUDDHA GOTAMA mengunjungi surga Tusita untuk membabarkan Dharma kepada ibunya Dewi Maya, BUDDHA tidak menciptakan tubuh palsu/kembaran atau semacamnya.

Jika di "alam" sana ternyata tidak memiliki rupa khanda... tetapi kenyataannya tidak akan seperti ini, karena seorang sammasambuddha yang memberikan ajaran tidak akan terlahir di alam astral tanpa rupa khanda.

Bro coba baca lagi sutta itu, jelas sekali disebutkan Buddha menciptakan satu tubuh ciptaan yang sama persis wujud dan pembabaran Dhamma nya sampai para dewa tingkat rendah tidak menyadarinya....:)


Oya info nih tentang Kalpa...
kalpa setidaknya ada 3 macam:
1. Kalpa besar / mahakappa
2. Kalpa sedang / antarakappa
3. Kalpa kecil

tidak termasuk asankeya...:D

biasanya yang dimaksud kalpa dalam kitab adalah mahakappa, tapi disingkat kappa aja.
definisi Mahakappa = satu siklus dunia yaitu mulai dari bumi terbentuk sampai hancur dan terbentuk bumi baru.

1 Mahakappa = 4 Antarakappa
1 Antarakappa = 20 kappa kecil

1 Mahakappa:
1. (antara) kappa pembentukan dunia
2. kappa pengembangan/statis dunia
3. kappa penyusutan/kehancuran dunia
4. kappa kekosongan/pemadaman(dunia sudah hancur)

selanjutnya baru terbentuk bumi baru, memasuki (maha)kappa baru..
umumnya satu kappa kecil dihitung 139,600,000 tahun manusia.
Saat ini bumi sedang berada di kappa kecil ke-11 dari (antara)kappa ke-2, kappa statis/kediaman.

kalau asankeyya kappa, menurut Mahasi Sayadaw adalah satu milyar mahakappa.
 
tidak ada sebab maka tidak ada akibat....

memang analisis anda masuk akal...saya juga berpikir demikian....karena
siapa yang pernah pergi ke tata surya lain dan di bumi lain?


faktor-faktor pendukung setuju dengan @dilbert

1.se-tahu saya dari mulut sammasambuddha gotama cuma ada kata sammasambuddha METTEYA(maitreya) dan...tidak ada yang namanya AMITABA.....

2.suara sammasambuddha gotama mampu diperdengarkan sampai batas yang tak terbatas di seluruh alam semesta...jadi itulah sebabnya dewa dari tata surya lain tahu bahwa ada sammasambuddha hidup di kappa bumi ini.

3.siapa yang pernah pergi ke tata surya lain? se-tahu saya hanya monggalana(ini pun g terlalu yakin...

ada info di dapat ttg amitabha buddha...simak yah....



yang agak aneh menurut saya........

mulai dari atas....

1.siapakah yang menulis sutta tersebut?....maksud saya coba analisa dengan jelas...
kalau tripitaka di tulis dengan adanya perkumpulan para bikhu sangha dan berusaha menulis kembali yang di ingat dari KOTBAH sang buddha......
mengapa tidak ada buddha amitabha di tripitaka?...
bisa di jelaskan sutta mana dari tradisi mana serta SEJARAH muncul nya sutta itu?(hehehe.. jawaban nya ini kek nya panjang)

2.di Tripitaka di sabdakan..bahwa NIBBANA adalah tempat tak berkondisi...kekal...dimana tidak ada benda-benda MATERI, bahkan RUPA...juga tidak ada.....
kok bisa ada emas,permata?.....

jika di jawab bahwa buddha amitabha belum parinibbana.....muncul lagi pertanyaan baru.
mana ada Sammasambuddha Mencapai Anuttaro sammasambodhi..di alam surga?

3. bagaimana mungkin ada Sangha lagi di surga....ini sudah mustahil...

4.seorang buddha mana mungkin mengucapkan ikrar yang bersifat kemelekatan seperti demikian." yakni membawa semua makhluk harus masuk surga "
bukankah melekat sekali....

sedangkan dalam buddha gotama dan para arahat.....hanya mengajarkan bahwa....
jalan ini membawa kamu ke-kebahagiaan,,,,jalan itu membawa kamu ke-penderitaan..
jalan ini membawa kamu ke-pembebasan...,dsb.

selanjut nya kita sendiri yang memilih dan jalan....makanya di sebut...
saya hanya menujukkan jalan..yang jalan sendiri adalah anda.

mudah-mudahan ada user yang bisa menjelaskan hal ini..supaya pengetahuan saya bertambah...

Sukhavati adalah satu dunia, bukan 'surga' dalam pengertian 31 alam.
Buddha Amitabha menucapkan ikrar itu saat masih sebagai Bodhisattva Dharmakara...
yah, terserah bro aja klo ga pecaya ama Amitabha...
dalam sutra Mahayana, disebutkan bahwa Mongallana pernah 'ngetest' pergi ke tata surya lain yang ada Buddhanya...:D
Saya harap ini jangan dijadikan bahan ribut antar sesama aliran Buddha.
disebutkan jarak Sukhavati ratusan milyar tanah Buddha dari dunia Saha...
Dalam buku terjemahan Mahasi Sayadaw sering disebut juga, semua dewa dari 10,000 tata surya... kenapa tidak dari 1000000 tata surya??

Untuk ZFZ ; saya sendiri tidak mendukung ZFZ jadi mending no comment aja... peace...
 
semua dewa dari 10,000 tata surya... kenapa tidak dari 1000000 tata surya??
anda sendiri tahu..
tidak semua dewa tahu
bahwa ada sammasambuddha lahir di kappa bhada.atau tata surya ini

jadi hanya sekitar sampai 10.000 tata surya saja yang tahu..

ini di umpamakan kalau seorang presiden AS datang ke indo...paling yang hanya mengetahui hal ini sekitar pulau jawa ( jika di asumsikan tidak ada MEDIA )
tidak mungkin sampai se-isi dunia tahu bukan....

coba baca juga tentang paritta pelimpahan jasa....pattidana

".....jika ada yang belum mengetahui...semoga para dewa memberitakannya...."
 
Bro coba baca lagi sutta itu, jelas sekali disebutkan Buddha menciptakan satu tubuh ciptaan yang sama persis wujud dan pembabaran Dhamma nya sampai para dewa tingkat rendah tidak menyadarinya....:)

Coba di quote sutta tentang penciptaan tubuh palsu BUDDHA GOTAMA, itu pun kalau dilakukan pada satu kehidupan... kemudian kalau bisa lebih hebat lagi, quote sutta tentang emanasi tubuh BUDDHA GOTAMA ke dalam bentuk bentuk lain selain bentuk BUDDHA GOTAMA sendiri (seperti emanasi bodhisatva avalokitesvara ke dalam hampir 31 perwujudan)
 
Coba di quote sutta tentang penciptaan tubuh palsu BUDDHA GOTAMA, itu pun kalau dilakukan pada satu kehidupan... kemudian kalau bisa lebih hebat lagi, quote sutta tentang emanasi tubuh BUDDHA GOTAMA ke dalam bentuk bentuk lain selain bentuk BUDDHA GOTAMA sendiri (seperti emanasi bodhisatva avalokitesvara ke dalam hampir 31 perwujudan)

Yang saya tau.. di sutra2 Theravada.. ada suatu ketika buddha berkunjung ke suatu daerah yang tingkat pengetahuan dharmanya rendah sekali.
Dan demi membabarkan dan menjelaskan dharma, Buddha menciptakan tubuh Nya sendiri, sehingga ada 2 buddha gautama, yg sedang bertanya jawab dharma...

itu yg saya tau kalo di theravada.

Dan utk yg mahayana... banyak sekali cerita yg begituan.
 
Yang saya tau.. di sutra2 Theravada.. ada suatu ketika buddha berkunjung ke suatu daerah yang tingkat pengetahuan dharmanya rendah sekali.
Dan demi membabarkan dan menjelaskan dharma, Buddha menciptakan tubuh Nya sendiri, sehingga ada 2 buddha gautama, yg sedang bertanya jawab dharma...

itu yg saya tau kalo di theravada.

Dan utk yg mahayana... banyak sekali cerita yg begituan.

minta link... atau nama sutra nya... yg theravada...
 
Untung saya gak memojokkan MASTER LU, saya cuma bertanya tentang acara MINUM KOPI-nya MASTER LU... :D

ini cuplikannya:
D. Sang Buddha Mempertunjukkan Mukjizat Kembar.

Sambil berjalan bolak-balik sepanjang lintasan berhiaskan permata, Sang Buddha membabarkan Dhamma kepada penduduk dan pada saat yang bersamaan Beliau memancarkan nyala api dan semburan air dari pori-pori di seluruh tubuh Beliau. Karena melihat bahwa di antara sekian banyak orang, tidak seorangpun selain Beliau sendiri yang dapat mengerti pikiran Beliau dan dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada Beliau, Sang Buddha lalu mempertunjukkan kekuatan supranaturalNya, dan menciptakan kembaran Beliau sendiri. Kembaran Sang Buddha tersebut mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan Sang Buddha menjawabnya. Bila kembaran Beliau duduk, Sang Buddha berdiri dan Beliau berdiri bila kembaran Beliau duduk.

Demikianlah Sang Buddha membabarkan Dhamma dan mempertunjukkan muljizat-mukjizat, sehingga banyak orang memperoleh pengertian yang jelas tentang Dhamma Yang Mulia.

utk selanjutnya dpt di lihat di url ini
http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=148

saya harap yg lain juga ikut membaca.
thanks
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.