• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Tread Tanya Jawab seputar Agama Maitreya

Bisa post fothang yg mana, dari daerah mana, lalu nama yg bisa dihubungi ?....kalo ga enak bisa via kotak surat id. Trbuka jg ga apa2.
Soalnya dari pemantauan ga ada. Mngkn bisa kita telusuri apa penyebabnya. Kalo pribadi2 bentrok itu biasa, ego...sekali lagi ego yg bekerja. . .
Thx.........

Lucu sekali anda ini, emang anda siapa?kalau saya kasih nama f.thangnya dan nama orang yg bisa dihubungi emang anda bisa berbuat apa? sedangkan umat IKT sendiri aja ga bisa berbuat apa2 apalagi anda dari MLDD....sudah mengertikan anda dengan posisi anda saat ini?
Tapi kalo emang anda adalah seorang yang sangat berpengaruh didalam wadah Maitreya ini, saya akan memberikan nama f.thang dan nama orang yg bisa dihubungi.
Tapi kalo seteah anda berpikir ulang bahwa anda tak mampu berbuat apa2 tidak mungkin saya memberikannya kepada anda karena akan makin memperkeruh suasana.

Sudah jelas saya mendapatkan post ttg IKT menurut pandangan MLDD langsung dari buku MLDD anda katakan bahwa orang tsb berlebihan.
Tapi mungkin aja menurut si penulis kalau andalah yang kurang paham/mengetahui akan hal itu....bisa saja toh....

Saya sudah post begitu panjang lebar ttg IKT diatas dan minta komentar anda tp anda hanya bisa mengatakan kalau itu cuma ego pribadi tanpa bisa memberikan post dari sumber2 yang menjadi landasan anda berkata demikian.

Sekali lagi kalau boleh saya minta post dari sumber2 yang melandasi anda bisa berpendapat demikian....THANKS

PEACE
XIE XIE
 
Tapi kalo setelah anda berpikir ulang bahwa anda tak mampu berbuat apa2 tidak mungkin saya memberikannya kepada anda karena akan makin memperkeruh suasana.

@akiong
itu yang saya takuti..maksud anda berbuat baik..tapi bisa saja ke-arah sana.

be careful saja.bro.
 
@roughtorer, sya bukannya ga ada dijakarta doank tapi ga ada di indonesia tuh sejak bulan mei kemaren udah meninggalkan indonesia jadi waisakan merasakan waisak di negeri orang lain...hehehe
Jadi untuk @Akiong tolong donk cinta kasih anda diberikan kepada saya yang ingin belajar aliran anda terutama tentang 8 jalan utama serta sila samadhi dan panna-nya. karena tidak memungkinkan saya untuk belajar langsung dengan bertemu anda seperti yang @roughtorer katakan atau mengunjungi vihara2 aliran anda.
 
@^^ yg itu gw jg tahu nya pas pasan..entar gw pelajari dulu , baru lanjut ya. thx
 
@^^ yg itu gw jg tahu nya pas pasan..entar gw pelajari dulu , baru lanjut ya. thx

@Akiong, ini 8 Jalan utama yang telah di posting @marcedes, dan saya akan posting juga yang anda tanyakan di thread menganalisa ajaran = menghina?

JALAN MULIA BERUNSUR DELAPAN
(Ariya Atthangiko Magga)


Dalam Dhammacakkappavattana Sutta; Samyutta Nikaya 56.11 {S 5.420}, Guru Buddha mengajarkan Empat Kebenaran Ariya (Cattari Ariya Saccani) kepada Lima Bhikkhu Pertama (Panca Vaggiya Bhikkhu), yang di dalamnya terdapat Jalan yang Menuju Terhentinya Dukkha. Jalan itu disebut dengan Jalan Mulia Berunsur Delapan (Ariya Atthangiko Magga).

Di dalam Jalan ini mengandung unsur sila (kemoralan), samadhi (konsentrasi), dan panna (kebijaksanaan). Berikut pengelompokan unsur yang terkandung di dalamnya:

Pañña
1. Pengertian Benar (sammâ-ditthi)
2. Pikiran Benar (sammâ-sankappa)
Sila
3. Ucapan Benar (sammâ-väcä)
4. Perbuatan Benar (sammâ-kammanta)
5. Pencaharian Benar (sammâ-ajiva)
Samâdhi
6. Daya-upaya Benar (sammâ-vâyama)
7. Perhatian Benar (sammâ-sati)
8. Konsentrasi Benar (sammâ-samâdhi)

Jalan Mulia Berunsur Delapan (Ariya Atthangiko Magga) dibabarkan sebagai berikut:


1. Pengertian Benar (Sammã Ditthi)
Pemahaman Benar adalah pengetahuan yang disertai dengan penembusan terhadap
a. Empat Kesunyataan Mulia
b. Hukum Tilakkhana (Tiga Corak Umum)
c. Hukum Paticca-Samuppäda
d. Hukum Kamma

2. Pikiran Benar (Sammã Sankappa)
Pikiran Benar adalah pikiran yang bebas dari:
a. Pikiran yang bebas dari nafsu-nafsu keduniawian (nekkhamma-sankappa).
b. Pikiran yang bebas dari kebencian (avyäpäda-sankappa)
c. Pikiran yang bebas dari kekejaman (avihimsä-sankappa)


3. Ucapan Benar (Sammã Vãca)
Ucapan Benar adalah berusaha menahan diri dari berbohong (musãvãdã), memfitnah (pisunãvãcã), berucap kasar/caci maki (pharusavãcã), dan percakapan-percakapan yang tidak bermanfaat/pergunjingan (samphappalãpã). Dapat dinamakan Ucapan Benar, jika dapat memenuhi empat syarat di bawah ini :
a. Ucapan itu benar
b. Ucapan itu beralasan
c. Ucapan itu berfaedah
d. Ucapan itu tepat pada waktunya


4. Perbuatan Benar (Sammã Kammantã)
Perbuatan Benar adalah berusaha menahan diri dari pembunuhan, pencurian, perbuatan melakukan perbuatan seksualitas yang tidak dibenarkan (asusila), perkataan tidak benar, dan penggunaan cairan atau obat-obatan yang menimbulkan ketagihan dan melemahkan kesadaran.


5. Penghidupan Benar (Sammã Ãjiva)
Penghidupan Benar berarti menghindarkan diri dari bermata pencaharian yang menyebabkan kerugian atau penderitaan makhluk lain. "Terdapat lima objek perdagangan yang seharusnya dihindari (Anguttara Nikaya, III, 153), yaitu:

a. makhluk hidup
b. senjata
c. daging atau segala sesuatu yang berasal dari penganiayaan mahluk-mahluk hidup
d. minum-minuman yang memabukkan atau yang dapat menimbulkan ketagihan,
e. racun

Dan terdapat pula lima pencaharian salah yang harus dihindari (Majjima Nikaya. 117), yaitu:

a. Penipuan
b. Ketidak-setiaan
c. Penujuman
d. Kecurangan
e. Memungut bunga yang tinggi (praktek lintah darat)


6. Usaha Benar (Sammã Vãyama)
Usaha Benar dapat diwujudkan dalam empat bentuk tindakan, yaitu: berusaha mencegah munculnya kejahatan baru, berusaha menghancurkan kejahatan yang sudah ada, berusaha mengembangkan kebaikan yang belum muncul, berusaha memajukan kebaikan yang telah ada.


7. Perhatian Benar (Sammã Sati)
Perhatian Benar dapat diwujudkan dalam empat bentuk tindakan, yaitu:

- perhatian penuh terhadap badan jasmani (kãyãnupassanã)
- perhatian penuh terhadap perasaan (vedanãnupassanã)
- perhatian penuh terhadap pikiran (cittanupassanã)
- perhatian penuh terhadap mental/batin (dhammanupassanã)

Keempat bentuk tindakan tersebut bisa disebut sebagai Vipassanã Bhãvanã.


8. Konsentrasi Benar (Sammã Samãdhi)
Konsentrasi Benar berarti pemusatan pikiran pada obyek yang tepat sehingga batin mencapai suatu keadaan yang lebih tinggi dan lebih dalam. Cara ini disebut dengan Samatha Bhãvanã. Tingkatan-tingkatan konsentrasi dalam pemusatan pemikiran tersebut dapat digambarkan dalam empat proses pencapaian Jhana, yaitu:

- Bebas dari nafsu-nafsu indria dan pikiran jahat, ia memasuki dan berdiam dalam Jhãna pertama, di mana vitakka (penempatan pikiran pada objek) dan vicãra (mempertahankan pikiran pada objek) masih ada, yang disertai dengan kegiuran dan kesenagan (piti dan sukha).

- Dengan menghilangkan vitakka dan vicara, ia memasuki dan berdiam dalam Jhãna kedua, yang merupakan ketenangan batin, bebas dari vitakka dan vicãra, memiliki kegiuran (piti) dan kesenangan (sukha) yang timbul dari konsentrasi.

- Dengan meninggalkan kegiuran, ia berdiam dalam ketenangan, penuh perhatian dan sadar, dan merasakan tubuhnya dalam keadaan senang. Dia masuk dan berdiam dalam Jhãna ketiga.

- Dengan meninggalkan kesenangan dan kesedihan, dia memasuki dan berdiam dalam Jhãna keempat, keadaan yang benar-benar tenang dan penuh kesadaran di mana kesenangan dan kesedihan tidak dapat muncul dalam dirinya.

Siswa yang telah berhasil melaksanakan Delapan Jalan Utama memperoleh :

1. Sila-visuddhi - Kesucian Sila sebagai hasil dari pelaksanaan Sila dan terkikis habisnya Kilesa (Kekotoran batin).
2. Citta-visuddhi - Kesucian Bathin sebagai hasil dari pelaksanaan Samadhi dan terkikis habisnya Nivarana (Rintangan batin).
3. Ditthi-visuddhi - Kesucian Pandangan sebagai hasil dari pelaksanaan Pañña dan terkikis habisnya Anusaya (Kecenderungan berprasangka).


Demikianlah Jalan Utama Berunsur Delapan yang telah dibabarkan oleh Guru Buddha. Satu-satunya Jalan yang menuju pada akhir Dukkha.

================================================== ============
EMPAT KEBENARAN ARYA

EMPAT KEBENARAN ARYA
(Cattari Ariya Saccani)

Di Taman Rusa Isipatana, pada bulan Asalha, ketika untuk pertama kalinya Guru Buddha membabarkan Dhamma, dalam Dhammacakkappavattana Sutta; Samyutta Nikaya 56.11 {S 5.420} , Guru Buddha mengajarkan Empat Kebenaran Ariya (Cattari Ariya Saccani) kepada Lima Bhikkhu Pertama (Panca Vaggiya Bhikkhu).

I
Kebenaran Ariya tentang Dukkha
(Dukkha Ariya Sacca)

Guru Buddha bersabda, “Sekarang, O, para bhikkhu, Kebenaran Ariya tentang Dukkha, yaitu : kelahiran adalah dukkha, usia tua adalah dukkha, penyakit adalah dukkha, kematian adalah dukkha, sedih, ratap tangis, derita (badan), dukacita, putus asa adalah dukkha; berkumpul dengan yang tidak disenangi adalah dukkha, berpisah dari yang dicintai adalah dukkha, tidak memperoleh apa yang diinginkan adalah dukkha. Singkatnya Lima Kelompok Kemelekatan merupakan dukkha.”


Definisi

Kata ”dukkha” yang berasal dari bahasa Pali, sukar sekali untuk diwakilkan secara tepat oleh satu kata dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris karena memiliki makna yang dalam. Secara etimologi berasal dari kata ”du” yang berarti sukar dan kata ”kha” yang berarti dipikul, ditahan. Jadi kata ”du-kha” berarti sesuatu atau beban yang sukar untuk dipikul. Pada umumnya dukkha dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai penderitaan, ketidakpuasan, beban.


Tiga Bentuk Dukkha

Dalam Dukkhä Sutta, Y.A Sariputta menjelaskan adanya tiga bentuk dukkha kepada Jambukhadika, “ Ada tiga bentuk dari dukkha, sahabatKu, yaitu : dukkha-dukkhä, viparinäma-dukkhä, sankhärä-dukkhä. Inilah tiga bentuk dukkha.”

dukkha-dukkhä
adalah ketidakpuasan atau penderitaan yang alami dan dirasakan tubuh dan bathin, seperti sakit jantung, sakit kepala, perasaan sedih karena berpisah dengan yang dicintai, kegagalan dalam usaha, sebagainya.
viparinäma-dukkhä
adalah ketidakpuasan atau penderitaan yang tidak lepas dari adanya perubahan, seperti kondisi perasaan bahagia, yang dirasakan cepat atau lambat akan mengalami perubahan
sankhärä-dukkhä
adalah ketidakpuasan atau penderitaan yang berhubungan dengan Lima Kelompok Kemelekatan (Panca Khanda), seperti perasaan susah karena tidak dapat menikmati makanan enak yang dipicu karena adanya indera pengecap yang merupakan salah satu dari Lima Kelompok Kemelekatan (Panca Khanda).


Dalam Dukkhä Sutta; Samyutta 38.14 {S 4.259}, Y.A Sariputta menjelaskan adanya tiga bentuk dukkha Jambukhadika, adalah ketidakpuasan atau penderitaan yang alami dan dirasakan tubuh dan bathin, seperti sakit jantung, sakit kepala, perasaan sedih karena berpisah dengan yang dicintai, kegagalan dalam usaha, sebagainya.adalah ketidakpuasan atau penderitaan yang tidak lepas dari adanya perubahan, seperti kondisi perasaan bahagia, yang dirasakan cepat atau lambat akan mengalami perubahan adalah ketidakpuasan atau penderitaan yang berhubungan dengan Lima Kelompok Kemelekatan (Panca Khanda), seperti perasaan susah karena tidak dapat menikmati makanan enak yang dipicu karena adanya indera pengecap yang merupakan salah satu dari Lima Kelompok Kemelekatan (Panca Khanda).


II
Kebenaran Ariya tentang Asal Mula Dukkha
(Dukkha Samudaya Ariya Sacca)

Guru Buddha bersabda, “Sekarang, O, para bhikkhu, Kebenaran Ariya tentang Asal Mula Dukkha, yaitu : Ketagihan (tanhâ) yang menyebabkan tumimbal lahir, disertai dengan hawa nafsu untuk menemukan kesenangan di sana sini, yaitu kamatanhâ : ketagihan akan kesenangan indria, bhavatanhâ : ketagihan akan penjelmaan, vibhavâtanhâ : ketagihan untuk memusnahkan diri.”

Pada bagian ini Guru Buddha menjelaskan bahwa sumber dari dukkha atau penderitaan adalah tanhâ, yaitu nafsu keinginan yang tidak ada habis-habisnya. Tanha dapat diibaratkan seperti candu atau opium yang menimbulkan dampak ketagihan bagi yang memakainya terus-menerus, dan semakin lama akan merusak fisik maupun mental si pemakai. Tanha juga dapat diibaratkan seperti air laut yang asin yang jika diminum untuk menghilangkan haus justru rasa haus tersebut semakin bertambah.

Ada tiga bentuk tanhä, yaitu :

1.Kämatanhä : adalah ketagihan akan kesenangan indriya, ialah ketagihan akan :
a. bentuk-bentuk (indah)
b. suara-suara (merdu)
c. wangi-wangian
d. rasa-rasa (nikmat)
e. sentuhan-sentuhan (lembut)
f. bentuk-bentuk pikiran

2.Bhavatanhä : adalah ketagihan untuk lahir kembali sebagai manusia yang berdasarkan pada kepercayaan yang mengatakan tentang adanya "atma (roh) yang kekal dan terpisah" (attavada).

3.Vibhavatanhä : adalah ketagihan untuk memusnahkan diri, yang berdasarkan kepercayaan yang mengatakan bahwa setelah manusia meninggal maka berakhirlah segala riwayat tiap-tiap manusia (ucchedaväda).


III
Kebenaran Ariya tentang Terhentinya Dukkha
(Dukkha Nirodha Ariya Sacca)

Guru Buddha bersabda, “Sekarang, O, para bhikkhu, Kebenaran Ariya tentang Terhentinya Dukkha, yaitu : terhentinya semua hawa nafsu tanpa sisa, melepaskannya, bebas, terpisah sama sekali dari ketagihan tersebut.”

Pada bagian ini Guru Buddha menjelaskan bahwa dukkha bisa dihentikan yaitu dengan cara menyingkirkan tanhä sebagai penyebab dukkha. Ketika tanhä telah disingkirkan, maka kita akan terbebas dari semua penderitaan (bathin). Keadaan ini dinamakan Nibbana.

Dalam Itivuttaka 44; Khuddaka Nikaya, Guru Buddha menjelaskan bahwa terdapat 2 elemen/jenis Nibbana, yaitu :

Sa-upadisesa-Nibbana
Nibbana masih bersisa. Yang dimaksud dengan bersisa di sini adalah masih adanya Lima Khanda. Ketika Petapa Gotama mencapai Penerangan Sempurna dan menjadi Buddha, Beliau dikatakan telah dapat mencapai Sa-upadisesa-Nibbana tetapi masih memiliki Lima Khanda (jasmani, kesadaran, bentuk pikiran, pencerapan dan perasaan). Sa-upadisesa-Nibbana juga dapat dikatakan sebagai kondisi batin (state of mind) yang murni, tenang, dan seimbang.

An-upadisesa-Nibbana
Nibbana tanpa sisa. Setelah meninggal dunia, seorang Arahat akan mencapai anupadisesa-nibbana, ialah Nibbana tanpa sisa atau juga dinamakan Pari-Nibbana, dimana tidak ada lagi Lima Khanda (jasmani, kesadaran, bentuk pikiran, pencerapan dan perasaan), tidak ada lagi sisa-sisa dan sebab-sebab dari suatu bentuk kemunculan. Sang Arahat telah beralih ke dalam keadaan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Hal ini dapat diumpamakan dengan padamnya api dari sebuah pelita, kemanakah api itu pergi ? Hanya satu jawaban yang tepat, yaitu ‘tidak tahu’. Ketika Guru Buddha mangkat/wafat, Beliau dikatakan telah mencapai anupadisesa-nibbana.


IV
Kebenaran Ariya tentang Jalan yang Menuju Terhentinya Dukkha
(Dukkha Nirodha Ariya Sacca)

Guru Buddha bersabda, “Sekarang, O, para bhikkhu, Kebenaran Ariya tentang Jalan yang menuju terhentinya Dukkha, tiada lain adalah Jalan Suci Berunsur Delapan, yaitu : Pengertian Benar, Pikiran Benar, Ucapan Benar, perbuatan Benar, Penghidupan Benar, Usaha Benar, Perhatian Benar, Konsentrasi Benar.”

Pada bagian ini Guru Buddha menjelaskan bahwa ada Jalan atau Cara untuk menghentikan dukkha.
Jalan Menuju Terhentinya Dukkha dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu :

Kebijaksanaan (Panna)
Pengertian Benar (sammä-ditthi)
Pikiran Benar (sammä-sankappa)

Kemoralan (Sila)
Ucapan Benar (sammä-väcä)
Perbuatan Benar (sammä-kammanta)
Pencaharian Benar (sammä-ajiva)

Konsentrasi (Samädhi)
Daya-upaya Benar (sammä-väyäma)
Perhatian Benar (sammä-sati)
Konsentrasi Benar (sammä-samädhi)

Demikianlah Empat Kebenaran Ariya (Cattari Ariya Saccani) yang tidak dapat dipisahkan antara Kebenaran yang satu dengan Kebenaran yang lainnya. Empat Kebenaran Ariya (Cattari Ariya Saccani) bukanlah ajaran yang bersifat pesimis yang mengajarkan hal-hal yang serba suram dan serba menderita. Dan juga bukan bersifat optimis yang hanya mengajarkan hal-hal yang penuh harapan, tetapi merupakan ajaran yang realitis, ajaran yang berdasarkan analisa yang diambil dari kehidupan di sekitar kita.



Disusun oleh: Bhagavant.com

================================================== ===============
 
PATICCASAMUPPADA

Sebab-Musabab yang Saling Bergantungan
(Paticcasamuppada)



Ketika Sang Buddha berdiam di Savatthi…” Para bhikkhu, saya akan dan menganalisa sebab-musabab yang saling bergantungkan kepada kalian.”

”Dan apakah sebab-musabab yang bergantungan itu? Dari ketidaktahuan (avijja) sebagai kondisi penyebab maka muncullah bentuk-bentuk perbuatan/kamma (sankhara). Dari bentuk-bentuk perbuatan/kamma (sankhara) sebagai kondisi penyebab maka muncullah kesadaran (vinnana). Dari kesadaran (vinnana) sebagai kondisi penyebab maka muncullah batin dan jasmani (nama-rupa). Dari batin dan jasmani (nama-rupa) sebagai konsisi penyebab maka muncullah enam indera (salayatana). Dari enam indera (salayatana) sebagai kondisi penyebab maka muncullah kesan-kesan (phassa). Dari kesan-kesan (phassa) sebagai kondisi penyebab maka muncullah perasaan (vedana). Dari perasaan (vedana) sebagai konsisi penyebab maka muncullah keinginan/kehausan (tanha). Dari keinginan/kehausan (tanha) sebagai kondisi penyebab maka muncullah kemelekatan (upadana). Dari kemelekatan (upadana) sebagai kondisi penyebab maka muncullah proses kelahiran kembali (bhava). Dari proses kelahiran kembali (bhava) sebagai kondisi penyebab maka muncullah kelahiran kembali (jati). Dari kelahiran kembali (jati) sebagai kondisi penyebab maka muncullah kelapukan dan kematian, duka cita, sakit, kesusahan dan keputus-asaan (jaramaranang). Demikianlah penyebab dari seluruh kesusahan dan penderitaan.”
(Paticca-samuppada-vibhanga Sutta; Samyutta Nikaya 12.2 {S 2.1})

Paticcasamuppada atau hukum sebab-musabab yang saling bergantungan merupakan salah satu ajaran yang terpenting dalam Buddha Sasana. Paticcasamuppada adalah suatu ajaran yang menyatakan adanya sebab-musabab yang terjadi dalam kehidupan semua makhluk, khususnya manusia. Dengan menganalisa dan merenungkan Paticcasamuppada inilah, Petapa Gotama akhirnya mencapai Penerangan Sempurna menjadi Buddha.

Dalam kotbahNya di dalam Maha-hatthipadopama Sutta; Majjhima Nikaya 28, Y.A. Sariputta, menyampaikan bahwa Sang Buddha mengatakan betapa pentingnya Paticcasamuppada, ” Yo paticcasamuppadam passati, so Dhammam passati. Yo Dhammam passati, so paticcasamuppadam passati.” (Ia yang melihat Paticcasamuppada, juga melihat Dhamma. Ia yang melihat Dhamma, juga melihat Paticcasamuppada) -

Secara sederhana Paticcasamuppada yang juga merupakan hukum sebab akibat yang dapat dipahami dengan rumusan seperti di bawah ini:

*
Imasming Sati Idang Hoti
Dengan adanya ini, maka terjadilah itu.
*
Imassuppada Idang Uppajjati
Dengan timbulnya ini, maka timbulah itu.
*
Imasming Asati Idang Na Hoti
Dengan tidak adanya ini, maka tidak adalah itu.
*
Imassa Nirodha Idang Nirujjati.
Dengan terhentinya ini, maka terhentilah juga itu.

Dengan menganalisa rumusan atau prinsip yang saling menjadikan, relatifitas, dan saling bergantungan ini, maka dapat ditemukan 12 sebab-musabab (nidana) yang ada dalam setiap makhluk khususnya manusia. Keduabelas nidana itu yaitu:

1. Avijja Paccaya Sankharang
Dengan adanya Avijja (ketidaktahuan/kebodohan), maka muncullah
Sankhara (bentuk-bentuk perbuatan/kamma).
2. Sankhara Paccaya Vinnanang
Dengan adanya Sankhara (bentuk-bentuk perbuatan/kamma), maka muncullah
Vinnana (kesadaran).
3. Vinnana Paccaya Nama-Rupang
Dengan adanya Vinnana (kesadaran), maka muncullah
Nama-Rupa (batin dan jasmani).
4. Nama-Rupa Paccaya Salayatanang
Dengan adanya Nama-Rupang (batin dan jasmani), maka muncullah
Salayatana (enam indera).
5. Salayatana Paccaya Phassa
Dengan adanya Salayatana (enam indera), maka muncullah
Phassa (kesan-kesan).
6. Phassa Paccaya Vedana
Dengan adanya Passa (kesan-kesan), maka muncullah
Vedana (perasaan)
7. Vedana Paccaya Tanha
Dengan adanya Vedana (perasaan), maka muncullah
Tanha (keinginan/kehausan).
8. Tanha Paccaya Upadanang
Dengan adanya Tanha (keinginan/kehausan), maka muncullah
Upadana (kemelekatan).
9. Upadana Paccaya Bhavo
Dengan adanya Upadana (kemelekatan), maka muncullah
Bhava (proses tumimbal lahir).
10. Bhava Paccaya Jati
Dengan adanya Bhava (proses tumimbal lahir), maka muncullah
Jati (kelahiran kembali).
11. Jati Paccaya Jaramaranang
Dengan adanya Jati ( kelahiran kembali), maka muncullah
Jaramaranag (kelapukan, kematian, keluh-kesah, sakit, dan sebagainya).
12.
Jaramaranang
Kelapukan, kematian, keluh-kesah, sakit, dan sebagainya merupakan akibat dari adanya kelahiran kembali.

Kemudian dalam Paticca-samuppada-vibhanga Sutta; Samyutta Nikaya 12.2, juga dijelaskan dengan terhentinya dan tidak munculnya salah satu penyebab yaitu Avijja (ketidaktahuan/kebodohan), maka terhenti dan tidak muncul pula sebab-musabab yang mengikutinya. Dengan terhentinya Avijja maka tidak akan muncul Sankhara, Vinnana, Nama-Rupa, Salayatana, Phassa, Vedana, Tanha, Upadana, Bhava, Jati, dan Jaramaranang.

Dalam kehidupan sehari-hari kita, yaitu dalam diri kita sendiri, kita dapat menemukan dan menganalisa sebagian dari Hukum Paticcasamuppada. Sebagai contoh, diuraikan dibawah ini.

Kita dilahirkan di dunia ini dengan memiliki jasmani dan batin/pikiran. Dengan menganalisa kita dapat memahami bahwa kita memiliki tubuh yang bermateri yang sifatnya adalah kasatmata. Kita memiliki kepala, tubuh, kedua tangan dan kaki dan lain sebaginya. Kemudian kita menganalisa bahwa kita dapat berpikir, memiliki kehendak, maka dengan demikian itu berarti kita memiliki batin atau pikiran yang sifatnya tidak kasatmata. Pada tahap ini, kita telah menganalisa tentang keberadaan nidana no.4 mengenai keberadaan Nama-Rupa (jasmani dan batin).

Kemudian dengan adanya jasmani dan batin pada umumnya kita memiliki indera antara lain, indera penglihatan (mata), indera pendengaran (telinga), indera pengecap (lidah), indera penciuman (hidung), indera peraba/sentuhan (kulit) dan indera pikiran. Dengan indera-indera ini kita dapat melihat bentuk dan warna, mendengar suara, merasakan rasa, merasakan aroma/bau, merasakan tekstur, lembut dan kasar. Pada tahap ini, kita telah menganalisa tentang keberadaan nidana no.5 mengenai keberadaan Salayatana (6 indera).

Dengan memiliki indera, kita dapat mengalami berbagai kesan-kesan. Kita bisa melihat bentuk dan warna yang memberi kesan indah atau buruk, suara yang merdu atau sumbang, rasa yang lezat atau tidak, aroma yang harum atau bau busuk, merasakan kelembutan atau kekasaran. Pada tahap ini, kita telah menganalisa tentang keberadaan nidana no.6 mengenai keberadaan Phassa (kesan-kesan).

Setelah kita memiliki kesan-kesan terhadap sesuatu melalui indera kita, kemudian kita mulai merasakan dan memisahkan mana yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Kita merasa senang dengan bentuk dan warna yang indah dan menolak bentuk-bentuk yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Kita merasa senang dengan suara-suara yang merdu dan nyaman di telinga kita dan menolak suara yang tidak merdu, kita merasa senang dengan rasa yang nikmat, aroma yang harum dan merasa tidak senang dengan rasa yang tidak enak dan aroma yang berbau busuk. Pada tahap ini, kita telah menganalisa tentang keberadaan nidana no.7 mengenai keberadaan Vedana (perasaan).

Ketika perasaan, baik perasaan yang menyenangkan ataupun perasaan yang tidak menyenangkan telah muncul, bagi kita yang belum sadar, kita terlena dengan perasaan-perasaan tersebut. Kita terlena pada perasaan yang menyenangkan sehingga kita menginginkan terus sesuatu yang membuat perasaan senang tersebut muncul. Inilah nidana no.8 yaitu Tanha (keinginan/kehausan).

Keinginan kita untuk terus menerus memiliki, menikmati, memeluk erat, tidak ingin kehilangan, tidak ingin berpisah atau berjauhan dari sesuatu yang membuat perasaan kita senang, membuat diri kita tidak bisa melepaskannya, tidak merelakan jika sesuatu itu harus hilang, pergi, menjauh dari diri kita. Inilah nidana no.9 yaitu Upadana (kemelekatan).

Dengan munculnya kemelekatan pada pikiran kita, maka kita tidak bisa terlepas dari Bhava (proses kelahiran kembali). Hal ini dapat digambarkan sebagai seseorang yang kembali lagi dan lagi ke sebuah restoran yang menyajikan makanan kesukaannya. Hanya dengan menghentikan kemelekatan akan hidup dan kehidupan maka kita dapat menghentikan proses kelahiran kembali.



Disusun oleh: Bhagavant.com

================================================== ==============

TIGA CORAK KEHIDUPAN

TIGA CORAK KEHIDUPAN
(Tilakkhana)



"Sabbe sankhara anicca`ti. Yada pannaya passati; atha nibbindati dukkhe. Esa maggo visuddhiya."
Segala sesuatu yang berkondisi adalah anicca. Apabila dengan kebijaksanaan orang dapat melihat hal ini; maka ia akan merasa jemu dengan penderitaan. Inilah Jalan yang membawa pada kesucian.
(Dhammapada 277)

"Sabbe sankhara dukkha`ti. Yada pannaya passati; atha nibbindati dukkhe. Esa maggo visuddhiya."
Segala sesuatu yang berkondisi adalah dukkha. Apabila dengan kebijaksanaan orang dapat melihat hal ini, maka ia akan merasa jemu dengan penderitaan. Inilah Jalan yang membawa pada kesucian.
(Dhammapada 278)

"Sabbe dhamma anatta`ti. Yada pannaya passati; atha nibbindati dukkhe. Esa maggo visuddhiya."
Segala sesuatu yang berkondisi dan tidak berkondisi adalah anatta. Apabila dengan kebijaksanaan orang dapat melihat ini, maka ia akan merasa jemu dengan penderitaan. Inilah Jalan yang membawa pada kesucian.
(Dhammapada 279)


Tilakkhana atau tiga corak, ciri, karakteristik yaitu anicca, dukkha dan anatta, merupakan tiga corak, ciri, karakteristik yang ada di setiap segala sesuatu atau fenomena yang terbentuk dari perpaduan unsur (berkondisi) yang ada di alam semesta ini, termasuk makhluk hidup. Ciri ini merupakan salah satu bentuk dari Hukum Kebenaran Mutlak (Paramatha-sacca) karena berlaku dimana saja dan kapan saja.



Anicca

Anicca berasal dari kata ”an” yang merupakan bentuk negatif atau sering diterjemahkan sebagai tidak atau bukan. Dan ”nicca” yang berarti tetap, selalu ada, kekal, abadi. Jadi kata ”an-nicca” berarti tidak tetap, tidak selalu ada, tidak kekal, tidak abadi, berubah. Dalam bahasa Sanskerta disebut juga sebagai anitya.

Sabbe sankhara anicca berarti segala sesuatu yang berkondisi, terbentuk dari perpaduan unsur, merupakan sesuatu yang mengalami perubahan, tidak kekal.

Semua fenomena yang ada di dalam alam semesta ini selalu dalam keadaan bergerak dan mengalami proses, yaitu:
Upadana (timbul), kemudian Thiti (berlangsung), dan kemudian Bhanga (berakhir/lenyap).

Mengapa segala fenomena mengalami perubahan atau tidak kekal? Hal ini karena sudah menjadi sifat alami dari segala sesuatu yang terbentuk dari perpaduan unsur akan mengalami perubahan, ketidakkekalan.



Dukkha

Dukkha berasal dari kata ”du” yang berarti sukar dan kata ”kha” yang berarti dipikul, ditahan. Jadi kata ”du-kha” berarti sesuatu atau beban yang sukar untuk dipikul. Jadi kata ”duh-kha” berarti sesuatu atau beban yang sukar untuk dipikul. Pada umumnya dukkha dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai penderitaan, ketidakpuasan, beban.

Sabbe sankhara dukkha berarti segala sesuatu yang berkondisi, terbentuk dari perpaduan unsur, merupakan sesuatu yang tidak memuaskan yang akan menimbulkan beban berat atau penderitaan.

Mengapa segala fenomena tidak memuaskan dan menimbulkan beban berat atau penderitaan? Hal ini dikarenakan segala fenomena tersebut mengalami perubahan, tidak kekal. Dan ketika kita tidak bisa memahami dan menerima bahwa segala fenomena selalu mengalami perubahan, tidak kekal, maka timbul perasaan ketidaksukaan, ketidakpuasan pada diri kita dan akhirnya menimbulkan beban berat atau penderitaan.



Anatta

Anatta berasal dari kata ”an” yang merupakan bentuk negatif atau sering diterjemahkan sebagai tidak atau bukan. Dan ”atta” berarti berarti diri sejati atau inti/`roh`. Dalam bahasa Sanskerta disebut juga sebagai anatman. Jadi kata ”an-atta” berarti bukan diri sejati atau tanpa inti/`roh`.

Sabbe dhamma anatta berarti segala sesuatu yang berkondisi, terbentuk dari perpaduan unsur, dan juga sesuatu yang tidak berkondisi merupakan sesuatu yang tidak memiliki inti/`roh` dan bukan diri yang sejati.

Beberapa orang telah salah memahami mengenai ajaran anatta dengan beranggapan bahwa tidak ada diri, tidak ada yang namanya orang/person (puggala). Anggapan ini keliru. Guru Buddha tidak mengajarkan hal ini. Beliau mengajarkan bahwa ada yang disebut dengan diri atau orang/person (puggala), tetapi diri atau orang/person (puggala) tersebut bukanlah benar-benar inti atau jati diri dari diri atau orang (person) tersebut, melainkan hanyalah merupakan perpaduan unsur-unsur yang membentuk, yang membuatnya ada atau eksis yang suatu saat akan mengalami perubahan. Karena perpaduan unsur-unsur inilah diri seseorang terbentuk. Dan karena segala sesuatu yang terbentuk dari perpaduan dari unsur-unsur pasti mengalami perubahan, maka diri seseorang pun mengalami perubahan, penguraian, yang akhirnya eksistensi dari diri seseorang tidak lagi ada atau eksis. Inilah mengapa dikatakan tidak memiliki inti atau bukan diri sejati.

Mengapa segala fenomena tidak ada inti atau bukan diri sejati?

Di dalam Anattalakkhana Sutta; Samyutta Nikaya 22.59 {S 3.66}, Guru Buddha menjelaskan bahwa Rupa (jasmani), Vendana (perasaan), Sanna (pencerapan), Sankhara (pikiran) dan Vinnana (kesadaran) disebut sebagai Panca Khanda (lima kelompok kehidupan/kegemaran) yang semuanya bukanlah diri sejati. Jika Khanda itu merupakan diri sejati, maka tidak akan mengalami penderitaan, dan semua keinginan seseorang akan kandha-nya akan terpenuhi, ”Biarkan Kandha-ku seperti ini dan bukan seperti itu.”

Tetapi karena khanda tidak dapat dikendalikan sesuai dengan keinginan atau harapan seseorang, ” Biarkan Kandha-ku seperti ini dan bukan seperti itu”, dan juga mengalami penderitaan, maka dikatakan bahwa kandha bukanlah diri sejati.

Selain ajaran Anatta yang diajarkan oleh Guru Buddha, di dunia ini terdapat 2 ajaran atau paham lain yang terdapat dalam kepercayaan lain, yaitu:

1. Attavada, yaitu paham atau ajaran yang menyatakan bahwa terdapat atta atau inti atau diri sejati yang tidak mengalami perubahan, yang ada sepanjang masa atau abadi meskipun melalui tahap kelahiran kembali. Paham ini juga disebut sebagai paham Eternalisme (paham ini tidak dibenarkan oleh Sang Buddha).
2. Ucchedavada, yaitu paham atau ajaran yang menyatakan bahwa sama sekali tidak terdapat atta atau diri, dimana ketika mati maka semuanya akan turut lenyap, tidak membentuk apapun lagi, tidak meengalami kelahiran kembali. Paham ini juga disebut sebagai paham Nihilisme (paham ini tidak dibenarkan oleh Sang Buddha).

Beberapa contoh nyata mengenai ajaran Anatta. Ketika kita melihat sebuah sofa maka kita akan melihatnya sebagai hal yang biasa dan menyebutnya sebagai sofa. Tetapi ketika sofa yang terbuat dari kayu, busa, kain, lem, tenaga manusia, dan sebagainya itu kita uraikan, kita pisah-pisahkan, kita bongkar, maka yang kita lihat sekarang hanyalah beberapa potong kayu bekas, kain, busa dan sebagainya yang tidak mungkin sama dengan bahan awal pembuat sofa. Kita hanya menyebutnya sebagai sisa sofa, kain bekas sofa, kayu bekas sofa, dan sebagainya. Kita tidak akan melihat lagi sofa tadi.

Contoh lain tentang ajaran Anatta, ketika kita membuat roti. Roti dibuat dengan memakai tepung, ragi, gula, garam, mentega, susu, air, api, tenaga kerja dan lain-lain Tetapi setelah menjadi roti tidak mungkin kita akan menunjuk satu bagian tertentu dan mengatakan: ini adalah tepungnya, ini garamnya, ini menteganya, ini airnya, ini apinya, ini tenaga kerjanya dst. Karena setelah bahan-bahan itu diaduk menjadi satu dan dibakar di oven, maka bahan-bahan itu telah berubah sama sekali. Meskipun roti itu terdiri dari bahan-bahan yang tersebut di atas, namun setelah melalui proses pembuatan dan pembakaran di oven telah menjadi sesuatu yang baru sama sekali dan tidak mungkin lagi untuk mengembalikannya dalam bentuknya yang semula.

Pemahaman akan ajaran anatta dapat juga dianalisa dan direnungkan dalam ajaran mengenai Sebab-Musabab yang Saling Bergantungan (Paticcasamuppada).



Disusun oleh: Bhagavant.com
================================================== ===============

plus sesuai dengan thread ini, tolong jelaskan 8 jalan utama yang ada dialiran anda, bila tidak, mengapa anda membuka thread ini?bukankah anda menciptakan thread ini biar semua orang bisa mempelajari ajaran Maitreya?bila bukan, tolong donk ganti judulnya dengan "Tanya Jawab Seputar ajaran Maitreya yang hanya sesuai dengan keinginan saya (@akiong)"
 
TERIMA KASIH @ caro TELAH BERUSAHA DENGAN BENAR. SETELAH MEMBACA SEMUA , DAPAT SAYA MEMBERI POSISI KAMI . YAKNI

SECARA GARIS BESAR POKOK NYA SAMA, HANYA ADA BEEBRAPA SUBSTANSI YG BERBEDA YAKNI :

1. BHAVATANHA , KALO DI KAMI , BOLEH ADA KEINGINAN UNTUK DILAHIRKAN KEMBALI, JIKA MERASA BELUM CUKUP KULTIVASI, BELUM CUKUP SEMPURNA, DAN MISI BELUM SELESAI. JADI BOLEH ADA KEINGINAN ITU.

2. DUKKHA NIRODHA ARIYA SACCA, DI KAMI, TANHA RENDAH DI SINGKIRKAN , CARANYA JUGA SAMA. TAPI KAMI MENGEMBANGKAN TANHA TINGGI. KEINGINAN2 LUHUR KAMI KEMBANGKAN. MISAL : INGIN : MENYELAMATKAN DIRI SENDIRI, ORANG LAIN, DAN JUGA INGIN MEMBUAT DUNIA DAMAI SENTOSA.

3. TILAKKHANA , <ANATTA> . DI KAMI ADANYA THE ORIGINAL MIND. JADI INI SUBSTANSI YG KEKAL. TERUS ADA SKHANDHA...KE 4 EMPAT SKHANDA ITU TETAP ADA DAN MELEKAT SELAMA TUMIMBAL LAHIR. HANYA SKHANDA JASMANI YG TIDAK KEKAL. JADI SETIAP JIWA ADA RIWAYAT NYA, KARENA 4 SKHANDA ITU SAMA, HANYA TINGKAT KEMURNIAN SKHANDA ITU BERKURANG ATAU BERTAMBAH SAJA. TETAPI TETAP ADA WALAUPUN TIDAK KEKAL. KENAPA TIDAK KEKAL ? KARENA 4 SKHANDA ITU HARUS LEPAS JIKA INGIN MENCAPAI NIBBANA, YAKNI MELEPASKAN IDENTITAS MENUJU KE "ESA". KAMI YAKIN ADA ESA. THE ONENESS. KE 4 SKHANDA ITU ADALAH IDENTITAS KITA SEWAKTU THE ORIGINAL MIND TERLEPAS DARI THE ONENESS. THE ORIGINAL MIND SATU PAKET DENGAN 4 SKHANDA DAN JIKA MENGALAMI TUMIMBAL LAHIR DI ALAM MATERI FISIK AKAN MENDAPATKAN JASMANI.
 
berarti point nomor 3 itu ada "ROH"...sebagai kepribadian / identitas asli..begitu?

masalah point nomor 2,,
bukankah akan bertentangan dengan anicca?...
katanya mengembangkan kebajikan...seperti menyelamatkan orang,dll...bukankah itu juga tidak kekal?
berarti ini bukanlah jalan menuju hilang dukha......
bagaimana pandangan maitreya menghilangkan dukha?

boleh dilahirkan kembali kalau belum cukup kultivasi?....jadi maksudnya?
cukup atau tidak cukup tetap saja tidak lagi berkondisi kan........
jadi kalau belum cukup kultivasi..terus boleh berkeinginan lahir lagi?(ini sama saja berkondisi) di perjelas lagi deh...
kapan merasa cukup?
=====

apa di maitreya diajarkan untuk nibbana sebagai tujuan tertinggi?...
se-tahu saya tujuan tertinggi nya adalah berbuat baik...dimana membuat dunia damai sentosa...confirm balik donk
 
@marce, No Coment Dulu, Sy Mo Lihat Tanggapan @ Caro. Dulu.
 
@marce, No Coment Dulu, Sy Mo Lihat Tanggapan @ Caro. Dulu.

maaf sy comment saja sekarang...lagian sini membahas ajaran bukan individu to individu....

saya sudah ada feeling kalau bakalan begini...
saya jujur saja....mungkin menyakitkan tapi anda sedang SALAH JAUH.
. DUKKHA NIRODHA ARIYA SACCA, DI KAMI, TANHA RENDAH DI SINGKIRKAN , CARANYA JUGA SAMA. TAPI KAMI MENGEMBANGKAN TANHA TINGGI. KEINGINAN2 LUHUR KAMI KEMBANGKAN. MISAL : INGIN : MENYELAMATKAN DIRI SENDIRI, ORANG LAIN, DAN JUGA INGIN MEMBUAT DUNIA DAMAI SENTOSA.
bagaimana mungkin bisa disebut 4 kesunyataan mulia tentang pembebasan dukha....
bukan hanya dukkha nirodha ariya sacca saja..karena jika anda ubah 1 saja...maka yang lain sudah tidak SAMA....3 lainnya itu sudah salah total.

dukha adalah penderitaan
penderitaan di dapat dari 3 corak umum....dan lainnya.

jalan penyebab dukha adalah tanha...tanha menjadi maupun tidak menjadi.

jalan akhir dukha adalah tanha yang harus di hilangkan.

jalan menuju akhir dukha adalah 8 jalan beruas yang dimana tanha itu harus di musnahkan....

4 kesunyataan mulia ini sangat BERHUBUNGAN dengan tiga corak umum.

anda ubah sedikit saja..musti di ubah semua-nya loh.

maaf waktu yang terbatas...ntar di lanjutkan bahas nya.
 
Bro Marce,

Yang poin no.3 itu tidak bisa dikatakan sebagai roh inti, tapi lebih ke substansi kesadaran yang dimiliki oleh semua makhluk atau mungkin bisa dijelaskan sebagai watak Buddhata.

Contoh sederhana-nya mungkin air, nah air itu jika bercampur dengan zat lain bisa menjadi air comberan, air limun, air teh.
Menurut ajaran Maitreya kembali ke nibbana itu adalah pemurnian air dari zat2 lain seperti kekotoran batin, keinginan, nafsu dll.

Pemurnian Air itulah yang mungkin dinamakan Nibbana dalam agama Buddha.
Memang mungkin tidak sama namun kira2 inilah yang saya pahami selama ini.
Misalnya menjadi Dewa bisa jadi itu masih melekat walaupun air-nya menjadi juice apel namun tidaklah murni karena masih melekat pada keinginan untuk berbuat baik.

Salam Metta
 
Thanks, untuk postingnya.

karena anda ingin memulai "debat", maka sesuai keinginan anda,
1. Bhavatanha, gimana caranya kita tau kita udah cukup kultivasi atau belum, udah cukup sempurna atau belum. Kemudian kalo sebenranya belum cukup sempurna dan kultivasinya, tapi sudah merasa cukup sempurna sehingga tidak ingin dilahirkan kembali apa yang terjadi?
2. Apa yang di maksud dengan cara sama di Dukkha Nirodha Ariya Sacca? Jadi bila orang yang penuh cinta kasih (seperti contoh anda), maka anda dapat katakan bahwa orang tersebut sudah mencapai Dukkha Nirodha Ariya Sacca
3. Bisa dijelaskan Tilakkhana di Maitreya khususnya Aniica dan Dukkha yang belum anda sebutkan. Sehubungan dengan Nibbana sebagai tujuan akhir anda, saya mendapatkan postingan anda seperti dibawah ini,
Pada level tertinggi, The Original Mind bisa bolak balik Nibbana dan samsara kapan saja tanpa halangan. Pembahasan ini bukan porsi saya. saya juga hanya mendengar , ga ada refrensi. Entah kalo saya sudah mencapai itu, saya beritahu ya ? kalo ga capai ya , bolak balik 6 jalur kelahiran.
Bisa dijelaskan apa itu Nibbana di konsep aliran Maitreya?
Kemudian saya pernah baca tentang posting anda yang menyebutkan Annahata, apakah annahata ini sama dengan Anatta yang anda maksud diatas? bila sama tolong di confirm.

Tolong posting juga donk 8 jalan utama dan hukum kamma aliran anda, biar yang laen juga bisa baca, terutama saya. setelah itu bila anda ingin bahas satu persatu silahkan tapi biar kita semua tau secara umumnya. biar sama2 jelas seperti anda ingin mengetahui dengan jelas 8 jalan utama yang dikemukan oleh Buddha Gautama

NB: Kayanya ini bukan forum kita berdua saja, jadi apakah salah bila @marcedes bertanya? sekarang saya sudah beri komentar, harap anda jawab pertanyaan @marcedes, karena jika saya menanyakan hal yang sama dengan @marcedes, maka anda akan bilang saya tidak punya pengetahuan, hanya mengikuti atau memanfaatkan pertanyaan yang sudah diberikan.
 
Thanks, untuk postingnya.

karena anda ingin memulai "debat", maka sesuai keinginan anda,
1. Bhavatanha, gimana caranya kita tau kita udah cukup kultivasi atau belum, udah cukup sempurna atau belum. Kemudian kalo sebenranya belum cukup sempurna dan kultivasinya, tapi sudah merasa cukup sempurna sehingga tidak ingin dilahirkan kembali apa yang terjadi?
2. Apa yang di maksud dengan cara sama di Dukkha Nirodha Ariya Sacca? Jadi bila orang yang penuh cinta kasih (seperti contoh anda), maka anda dapat katakan bahwa orang tersebut sudah mencapai Dukkha Nirodha Ariya Sacca
3. Bisa dijelaskan Tilakkhana di Maitreya khususnya Aniica dan Dukkha yang belum anda sebutkan. Sehubungan dengan Nibbana sebagai tujuan akhir anda, saya mendapatkan postingan anda seperti dibawah ini,

Bisa dijelaskan apa itu Nibbana di konsep aliran Maitreya?
Kemudian saya pernah baca tentang posting anda yang menyebutkan Annahata, apakah annahata ini sama dengan Anatta yang anda maksud diatas? bila sama tolong di confirm.

Tolong posting juga donk 8 jalan utama dan hukum kamma aliran anda, biar yang laen juga bisa baca, terutama saya. setelah itu bila anda ingin bahas satu persatu silahkan tapi biar kita semua tau secara umumnya. biar sama2 jelas seperti anda ingin mengetahui dengan jelas 8 jalan utama yang dikemukan oleh Buddha Gautam

thx juga.
1. apakah anda tahu anda ini cukup baik atau tidak ? tlg di jawab ya. jangan bilang relatip. tapi menurut pandangan ajaran Gautama .
2.jadi menurut anda penuh welas kasih / metta itu apa ? seperti apa menurut pandangan ajaran gautama.
3. sy sudah memberi tahu hanya di anatta yg berbeda. yakni ada the original mind yg kekal abadi. kita hanya berdebat untuk bisa saling memahami bukan menjatuhkan. jadi positip thinking.
4.Nibbana adalah the original mind melepaskan identitas.
5. jk ingin dapat komentar pertanyaan Marce, anda bisa bertanya ulang tapi dengan gaya bahasa anda sendiri. saya mau tahu tingkat kemampuan pemahaman anda dalam menganalisa suatu doktrin.
dan sebelumnya saya sudah mengatakan kami mengadopsi ajaran Gautama, dan sebagian yg tidak sesuai kami memberi penyesuaian. jadi saya hanya perlu memberi tahu penyesuaian itu di mana.
thx.....
 
Bro Marce,

Yang poin no.3 itu tidak bisa dikatakan sebagai roh inti, tapi lebih ke substansi kesadaran yang dimiliki oleh semua makhluk atau mungkin bisa dijelaskan sebagai watak Buddhata.

Contoh sederhana-nya mungkin air, nah air itu jika bercampur dengan zat lain bisa menjadi air comberan, air limun, air teh.
Menurut ajaran Maitreya kembali ke nibbana itu adalah pemurnian air dari zat2 lain seperti kekotoran batin, keinginan, nafsu dll.

Pemurnian Air itulah yang mungkin dinamakan Nibbana dalam agama Buddha.
Memang mungkin tidak sama namun kira2 inilah yang saya pahami selama ini.
Misalnya menjadi Dewa bisa jadi itu masih melekat walaupun air-nya menjadi juice apel namun tidaklah murni karena masih melekat pada keinginan untuk berbuat baik.


Salam Metta
begitu yah......tq atas penjelasannya...
saya di sini hanya ingin tahu cara pandangan......kalau mau lebih detail ^^ yah tentu kita harus mencapai nibbana dulu.^^ hahhaha
soalnya air saya masih keruh.

thx juga.
1. apakah anda tahu anda ini cukup baik atau tidak ? tlg di jawab ya. jangan bilang relatip. tapi menurut pandangan ajaran Gautama .
2.jadi menurut anda penuh welas kasih / metta itu apa ? seperti apa menurut pandangan ajaran gautama.
3. sy sudah memberi tahu hanya di anatta yg berbeda. yakni ada the original mind yg kekal abadi. kita hanya berdebat untuk bisa saling memahami bukan menjatuhkan. jadi positip thinking.
4.Nibbana adalah the original mind melepaskan identitas.
5. jk ingin dapat komentar pertanyaan Marce, anda bisa bertanya ulang tapi dengan gaya bahasa anda sendiri. saya mau tahu tingkat kemampuan pemahaman anda dalam menganalisa suatu doktrin.
dan sebelumnya saya sudah mengatakan kami mengadopsi ajaran Gautama, dan sebagian yg tidak sesuai kami memberi penyesuaian. jadi saya hanya perlu memberi tahu penyesuaian itu di mana.
thx.....
kok jadi bolak balik sih...
hehehe....gw barusan mau menulis "sekali lagi kan yang di bahas ajaran" sudah di edit sama akiong ^^.... Y_Y

saya jawab saja...kan sama-sama murid sang buddha.
1.menurut pandangan buddhis....ketika sudah mencapai arahat yah tidak perlu lagi di lahirkan...karena ke-arahat-an itu tidak bisa menurun tingkat
karena dari post nya @akiong orang yang merasa belum kultivasi bisa di lahirkan lagi( ini berarti sudah mencapai(tak berkondisi) tapi merasa belum mencapai....aneh...jadi sudah mencapai kah?....kok bisa turun level )

lebih jelas nya....pandangan saya saat ini menjadi: contoh
seorang yang telah mengatakan kenyang...ketika dia melihat makanan dan merasa belum mencoba jenis makanan itu...dia pergi mencoba-nya.....apakah bisa disebut kenyang / full?(begini kira-kira pandangan saya)

2.sang buddha gotama bersabda " aku hanyalah penunjuk jalan...yang jalan adalah anda sendiri "....buddha gotama memperlihatkan jalan kepada Semua makhluk bahwa ada "jalan mencapai PEMBEBASAN"........inilah bentuk metta yang dipancarkan sang buddha..

sedangkan di sisi satu dimana sang buddha gotama "Tidak membawa satu pun beban di pundak nya" membuktikan kalau beliau berkata "NIBBANA ADALAH TERTINGGI dan TUJUAN AJARAN PARA BUDDHA"
kan aneh kalau sang buddha mengajarkan NIBBANA tapi beliau sendiri TIDAK NIBBANA dimana masih menyimpan terus belas kasih yang melekat untuk terus dan terus menolong orang.

saya rasa kalau membahas "anatta" seperti yang d jelaskan @1top1...sudah cukup di mengerti....
tunggulah saya ARAHAT ntar saya jelaskan lebih rinci ^^

=======================

masalah dukhha nirodha ariya sacca.....jelas kalau konsep ini bertentangan langsung dengan 3 jalan lainnya.....
berarti memang bukan jalan untuk melenyapkan dukha donk.....ia kan?
 
begitu Yah......tq Atas Penjelasannya...
Saya Di Sini Hanya Ingin Tahu Cara Pandangan......kalau Mau Lebih Detail ^^ Yah Tentu Kita Harus Mencapai Nibbana Dulu.^^ Hahhaha

Saya Jawab Saja...kan Sama-sama Murid Sang Buddha.
1.menurut Pandangan Buddhis....ketika Sudah Mencapai Arahat Yah Tidak Perlu Lagi Di Lahirkan...karena Ke-arahat-an Itu Tidak Bisa menurun Tingkat
Karena Dari Post Nya @akiong Orang Yang Merasa Belum Kultivasi Bisa Di Lahirkan Lagi( ini Berarti Sudah Mencapai(tak Berkondisi) Tapi Merasa Belum Mencapai....aneh...jadi Sudah Mencapai Kah?....kok Bisa Turun Level )

Lebih Jelas Nya....pandangan Saya Saat Ini Menjadi: Contoh
Seorang Yang Telah Mengatakan Kenyang...ketika Dia Melihat Makanan Dan Merasa Belum Mencoba Jenis Makanan Itu...dia Pergi Mencoba-nya.....apakah Bisa Disebut Kenyang / Full?(begini Kira-kira Pandangan Saya)

2.sang Buddha Gotama Bersabda " Aku Hanyalah Penunjuk Jalan...yang Jalan Adalah Anda Sendiri "....buddha Gotama Memperlihatkan Jalan Kepada Semua Makhluk Bahwa Ada "jalan Mencapai Pembebasan"........inilah Bentuk Metta Yang Dipancarkan Sang Buddha..
D
Sedangkan Di Sisi Satu dimana Sang Buddha Gotama "tidak Membawa Satu Pun Beban Di Pundak Nya" Membuktikan Kalau Beliau Berkata "nibbana Adalah Tertinggi Dan Tujuan Ajaran Para Buddha"
Kan Aneh Kalau Sang Buddha Mengajarkan nibbana Tapi Beliau Sendiri tidak Nibbana Dimana Masih Menyimpan Terus Belas Kasih Yang Melekat Untuk terus Dan Terus Menolong Orang.

Saya Rasa Kalau Membahas "anatta" Seperti Yang D Jelaskan @1top1...sudah Cukup Di Mengerti....
Tunggulah Saya Arahat Ntar Saya Jelaskan Lebih Rinci ^^

=======================

Masalah Dukhha Nirodha Ariya Sacca.....jelas Kalau Konsep Ini Bertentangan Langsung Dengan 3 Jalan Lainnya.....
Berarti Memang Bukan Jalan Untuk Melenyapkan Dukha Donk.....ia Kan?

Tahapan Pembahasan Sy Dgn Bro @caro Belum Sampai Pada Tahap Puncak Seperti Yg Anda Ungkapkan Di Atas. Kami Masih Bergerak Di Bawah. Jadi Biarkan @caro Memberi Komentar Dari Dirinya Sendiri. Jangan Mempengaruhi Dia. Biarkan Apa Yg Otentik Dari Beliau Keluar Dalam Posting Nya....thx Ya ..sabar Saja.
TAMBAHAN : APAKAH MAITREYA ADA TAHAPAN ARAHAT ? KAMI ADA BODHISATVA, TAPI TAK ADA ARAHAT.
MASALAH DUKA NIRODA ARIYA SACCA....COBA JELASKAN BAGIAN MAAN YG BERTENTANGAN YG ARTINYA TIDAK MELENYAPKAN DUKHA...SY TIDAK TAHU ARAH ARGUMENT ANDA, BISA DIJELASKAN TERPERINCI ?

BAGAIMANA MENURUT ANDA KALO SELAIN MENUNJUKKAN JALAN , JUGA MENCIPTAKAN KONDISI AGAR ANDA BISA BERJALAN SENDIRI LEBIH GAMPANG ? APAKAH ITU TERMASUK METTA DAN APAKAH ITU TERMASUK KEMELEKATAN DAN APAKAH ITU JUGA TERMASUK TIDAK MELENYAPKAN DUKHA ?

Dimana Sang Buddha Gotama "tidak Membawa Satu Pun Beban Di Pundak Nya" Membuktikan Kalau Beliau Berkata "nibbana Adalah Tertinggi Dan Tujuan Ajaran Para Buddha"
@masalahnya di seberang jalan ada seorang yg idiot , dia juga tidak membawa satu pun beban di pundaknya. apakah itu bisa sama dengan Budha gautama ?

@ BRO CARO JGN TERPENGARUH ATAS PERTANYAAN @BRO MARCE, KARENA SAYA INGIN TAHU KE OTENTIK ANDA. TANYA SAJA APA YG TERLINTAS DI PIKIRAN ANDA DENGAN KWALITAS ANDA , TENTU DENGAN BAHASA ANDA SENDIRI. THX. JADI TIDAK CAMPUR BAUR.
 
Masalah Duka Niroda Ariya Sacca....coba Jelaskan Bagian Maan Yg Bertentangan Yg Artinya Tidak Melenyapkan Dukha...sy Tidak Tahu Arah Argument Anda, Bisa Dijelaskan Terperinci ?
saya jelaskan bagian ini saja...soalnya ntar di CAP cerewet,kalau jelaskan yang lain..hahaha.

Kebenaran Ariya tentang Dukkha
(Dukkha Ariya Sacca)​

Guru Buddha bersabda, “Sekarang, O, para bhikkhu, Kebenaran Ariya tentang Dukkha, yaitu : kelahiran adalah dukkha, usia tua adalah dukkha, penyakit adalah dukkha, kematian adalah dukkha, sedih, ratap tangis, derita (badan), dukacita, putus asa adalah dukkha; berkumpul dengan yang tidak disenangi adalah dukkha, berpisah dari yang dicintai adalah dukkha, tidak memperoleh apa yang diinginkan adalah dukkha. Singkatnya Lima Kelompok Kemelekatan merupakan dukkha.”


Definisi

Kata ”dukkha” yang berasal dari bahasa Pali, sukar sekali untuk diwakilkan secara tepat oleh satu kata dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris karena memiliki makna yang dalam. Secara etimologi berasal dari kata ”du” yang berarti sukar dan kata ”kha” yang berarti dipikul, ditahan. Jadi kata ”du-kha” berarti sesuatu atau beban yang sukar untuk dipikul. Pada umumnya dukkha dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai penderitaan, ketidakpuasan, beban.


Tiga Bentuk Dukkha

Dalam Dukkhä Sutta, Y.A Sariputta menjelaskan adanya tiga bentuk dukkha kepada Jambukhadika, “ Ada tiga bentuk dari dukkha, sahabatKu, yaitu : dukkha-dukkhä, viparinäma-dukkhä, sankhärä-dukkhä. Inilah tiga bentuk dukkha.”

dukkha-dukkhä
adalah ketidakpuasan atau penderitaan yang alami dan dirasakan tubuh dan bathin, seperti sakit jantung, sakit kepala, perasaan sedih karena berpisah dengan yang dicintai, kegagalan dalam usaha, sebagainya.
viparinäma-dukkhä
adalah ketidakpuasan atau penderitaan yang tidak lepas dari adanya perubahan, seperti kondisi perasaan bahagia, yang dirasakan cepat atau lambat akan mengalami perubahan
sankhärä-dukkhä
adalah ketidakpuasan atau penderitaan yang berhubungan dengan Lima Kelompok Kemelekatan (Panca Khanda), seperti perasaan susah karena tidak dapat menikmati makanan enak yang dipicu karena adanya indera pengecap yang merupakan salah satu dari Lima Kelompok Kemelekatan (Panca Khanda).


Dalam Dukkhä Sutta; Samyutta 38.14 {S 4.259}, Y.A Sariputta menjelaskan adanya tiga bentuk dukkha Jambukhadika, adalah ketidakpuasan atau penderitaan yang alami dan dirasakan tubuh dan bathin, seperti sakit jantung, sakit kepala, perasaan sedih karena berpisah dengan yang dicintai, kegagalan dalam usaha, sebagainya.adalah ketidakpuasan atau penderitaan yang tidak lepas dari adanya perubahan, seperti kondisi perasaan bahagia, yang dirasakan cepat atau lambat akan mengalami perubahan adalah ketidakpuasan atau penderitaan yang berhubungan dengan Lima Kelompok Kemelekatan (Panca Khanda), seperti perasaan susah karena tidak dapat menikmati makanan enak yang dipicu karena adanya indera pengecap yang merupakan salah satu dari Lima Kelompok Kemelekatan (Panca Khanda).

dari sini menjelaskan pengertian dukkha.
dan kebenaran ke-2

Kebenaran Ariya tentang Asal Mula Dukkha
(Dukkha Samudaya Ariya Sacca)​

Guru Buddha bersabda, “Sekarang, O, para bhikkhu, Kebenaran Ariya tentang Asal Mula Dukkha, yaitu : Ketagihan (tanhâ) yang menyebabkan tumimbal lahir, disertai dengan hawa nafsu untuk menemukan kesenangan di sana sini, yaitu kamatanhâ : ketagihan akan kesenangan indria, bhavatanhâ : ketagihan akan penjelmaan, vibhavâtanhâ : ketagihan untuk memusnahkan diri.”

Pada bagian ini Guru Buddha menjelaskan bahwa sumber dari dukkha atau penderitaan adalah tanhâ, yaitu nafsu keinginan yang tidak ada habis-habisnya. Tanha dapat diibaratkan seperti candu atau opium yang menimbulkan dampak ketagihan bagi yang memakainya terus-menerus, dan semakin lama akan merusak fisik maupun mental si pemakai. Tanha juga dapat diibaratkan seperti air laut yang asin yang jika diminum untuk menghilangkan haus justru rasa haus tersebut semakin bertambah.

Ada tiga bentuk tanhä, yaitu :

1.Kämatanhä : adalah ketagihan akan kesenangan indriya, ialah ketagihan akan :
a. bentuk-bentuk (indah)
b. suara-suara (merdu)
c. wangi-wangian
d. rasa-rasa (nikmat)
e. sentuhan-sentuhan (lembut)
f. bentuk-bentuk pikiran

2.Bhavatanhä : adalah ketagihan untuk lahir kembali sebagai manusia yang berdasarkan pada kepercayaan yang mengatakan tentang adanya "atma (roh) yang kekal dan terpisah" (attavada).

3.Vibhavatanhä : adalah ketagihan untuk memusnahkan diri, yang berdasarkan kepercayaan yang mengatakan bahwa setelah manusia meninggal maka berakhirlah segala riwayat tiap-tiap manusia (ucchedaväda).

nah jelaslah pengertian apakah yang menyebabkan DUKHA dan tumimbal lahir.

dan jalan kebenaran ke-3.

Kebenaran Ariya tentang Terhentinya Dukkha
(Dukkha Nirodha Ariya Sacca)​

Guru Buddha bersabda, “Sekarang, O, para bhikkhu, Kebenaran Ariya tentang Terhentinya Dukkha, yaitu : terhentinya semua hawa nafsu tanpa sisa, melepaskannya, bebas, terpisah sama sekali dari ketagihan tersebut.”

Pada bagian ini Guru Buddha menjelaskan bahwa dukkha bisa dihentikan yaitu dengan cara menyingkirkan tanhä sebagai penyebab dukkha. Ketika tanhä telah disingkirkan, maka kita akan terbebas dari semua penderitaan (bathin). Keadaan ini dinamakan Nibbana.

Dalam Itivuttaka 44; Khuddaka Nikaya, Guru Buddha menjelaskan bahwa terdapat 2 elemen/jenis Nibbana, yaitu :

Sa-upadisesa-Nibbana
Nibbana masih bersisa. Yang dimaksud dengan bersisa di sini adalah masih adanya Lima Khanda. Ketika Petapa Gotama mencapai Penerangan Sempurna dan menjadi Buddha, Beliau dikatakan telah dapat mencapai Sa-upadisesa-Nibbana tetapi masih memiliki Lima Khanda (jasmani, kesadaran, bentuk pikiran, pencerapan dan perasaan). Sa-upadisesa-Nibbana juga dapat dikatakan sebagai kondisi batin (state of mind) yang murni, tenang, dan seimbang.

An-upadisesa-Nibbana
Nibbana tanpa sisa. Setelah meninggal dunia, seorang Arahat akan mencapai anupadisesa-nibbana, ialah Nibbana tanpa sisa atau juga dinamakan Pari-Nibbana, dimana tidak ada lagi Lima Khanda (jasmani, kesadaran, bentuk pikiran, pencerapan dan perasaan), tidak ada lagi sisa-sisa dan sebab-sebab dari suatu bentuk kemunculan. Sang Arahat telah beralih ke dalam keadaan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Hal ini dapat diumpamakan dengan padamnya api dari sebuah pelita, kemanakah api itu pergi ? Hanya satu jawaban yang tepat, yaitu ‘tidak tahu’. Ketika Guru Buddha mangkat/wafat, Beliau dikatakan telah mencapai anupadisesa-nibbana.
buddha telah menjelaskan definisi dari AKHIR DUKHA..

dan COBA LIHAT YANG TERAKHIR INI JIKA DI GANTI DENGAN
DUKHA NIRODHA GAMINIPATIPADA ARIYA SACCA ( VERSI MAITREYA )


2. DUKKHA NIRODHA ARIYA SACCA, DI KAMI, TANHA RENDAH DI SINGKIRKAN , CARANYA JUGA SAMA. TAPI KAMI MENGEMBANGKAN TANHA TINGGI. KEINGINAN2 LUHUR KAMI KEMBANGKAN. MISAL : INGIN : MENYELAMATKAN DIRI SENDIRI, ORANG LAIN, DAN JUGA INGIN MEMBUAT DUNIA DAMAI SENTOSA.
yang di bhavant.com itu salah bagian jalan 4.nya.....harusnya Dukkha nirodha gaminipatipada ariya sacca( kebenaran ariya tentang jalan menuju akhir dukha )
jalan 3 dan jalan 4...di bhagavant.com itu sama nulisnya...dukkha nirodha ariya sacca.. ^^

apakah nyambung?
jelas pernyataan terakhir bertentangan dengan pernyataan 3 lainnya.

apa masih bisa disebut dengan JALAN MENUJU AKHIR DUKKHA?

inilah yang saya katakan "KOMPLIKASI PERNYATAAN"
karena pernyataan terakhir bertentangan dengan 3 pernyataan lain...mulai dari definisi dukha sampai definisi akhir dukha.
anda sudah salah 100%......sebaiknya anda menganalisanya..apakah ajaran maitreya tentang 4 kesunyataan mulia ini benar atau tidak?

dari ajaran sang buddha sudah jelas..
berbuat baik itu adalah BAIK...tetapi jika terus menerus berkeinginan berbuat baik..tetap saja tidak akan lepas dari DUKKHA.
 
saya Jelaskan Bagian Ini Saja...soalnya Ntar Di Cap Cerewet,kalau Jelaskan Yang Lain..hahaha.



Dari Sini Menjelaskan Pengertian Dukkha.
Dan Kebenaran Ke-2



Nah Jelaslah Pengertian Apakah Yang Menyebabkan Dukha Dan Tumimbal Lahir.

Dan Jalan Kebenaran Ke-3.


Buddha Telah Menjelaskan Definisi Dari Akhir Dukha..

dan Coba Lihat Yang Terakhir Ini Jika Di Ganti Dengan
Dukha Nirodha Gaminipatipada Ariya Sacca ( Versi Maitreya )



Yang Di Bhavant.com Itu Salah Bagian Jalan 4.nya.....harusnya Dukkha Nirodha Gaminipatipada Ariya Sacca( Kebenaran Ariya Tentang Jalan Menuju Akhir Dukha )
Jalan 3 Dan Jalan 4...di Bhagavant.com Itu Sama Nulisnya...dukkha Nirodha Ariya Sacca.. ^^

apakah Nyambung?
jelas Pernyataan Terakhir Bertentangan Dengan Pernyataan 3 Lainnya.

Apa Masih Bisa Disebut Dengan Jalan Menuju Akhir Dukkha?

Inilah Yang Saya Katakan "komplikasi Pernyataan"
Karena Pernyataan terakhir Bertentangan Dengan 3 Pernyataan Lain...mulai Dari Definisi Dukha Sampai Definisi Akhir Dukha.
Anda Sudah Salah 100%......sebaiknya Anda Menganalisanya..apakah Ajaran Maitreya Tentang 4 Kesunyataan Mulia Ini Benar Atau Tidak?

Dari Ajaran Sang Buddha Sudah Jelas..
berbuat Baik Itu Adalah baik...tetapi Jika terus Menerus Berkeinginan Berbuat Baik..tetap Saja Tidak Akan Lepas Dari Dukkha.

Saya Mengerti ..tapi Dari Mana Anda Mendefinisikan Keinginan Untuk Menolong Diri Sendiri Dan Orang Lain Serta Ingin Menciptakan Dunia Damai Sentosa Sebagai Ketagihan ? Keinginan LUHUR Dengan Ketagihan Itu Berbeda. keinginan Luhur Itu Berhenti Jika Keinginan Itu Terpenuhi, Jadi Dari Mana Sangkut Pautnya Dengan Ketagihan candu yg anda sebut diatas ? ..tolong Diperjelaskan...

saya rasa anda berlebihan dalam menilai keinginan luhur itu sebagai keinginan yg terus menerus dan melekat seperti orang yg jatuh cinta merindukan kekasihnya. Tidak seperti itu....saya tidak tahu apakah teravada yg lain setuju dengan pendapat anda atau tidak. apakah anda bisa melihat kebenaran itu dalam meditasi ?

jika para warga teravada setuju dengan anda , berarti betapa beruntungnya kami tidak memiliki tahap arahat. karena tahapan itu sama sekali tidak berharga bagi siapapun.< NB: jika itu pandangan para Arahat >

thx
 
Saya Mengerti ..tapi Dari Mana Anda Mendefinisikan Keinginan Untuk Menolong Diri Sendiri Dan Orang Lain Serta Ingin Menciptakan Dunia Damai Sentosa Sebagai Ketagihan ? Keinginan LUHUR Dengan Ketagihan Itu Berbeda. keinginan Luhur Itu Berhenti Jika Keinginan Itu Terpenuhi, Jadi Dari Mana Sangkut Pautnya Dengan Ketagihan candu yg anda sebut diatas ? ..tolong Diperjelaskan...

saya rasa anda berlebihan dalam menilai keinginan luhur itu sebagai keinginan yg terus menerus dan melekat seperti orang yg jatuh cinta merindukan kekasihnya. Tidak seperti itu....saya tidak tahu apakah teravada yg lain setuju dengan pendapat anda atau tidak. apakah anda bisa melihat kebenaran itu dalam meditasi ?

jika para warga teravada setuju dengan anda , berarti betapa beruntungnya kami tidak memiliki tahap arahat. karena tahapan itu sama sekali tidak berharga bagi siapapun.< NB: jika itu pandangan para Arahat >

thx
keinginan luhur berhenti jika keinginan itu terpenuhi.....
kalau seandainya tidak terpenuhi,maka terus menerus dalam samsara? >>>coba jelaskan disini..
dan lagi tolong di perjelas keinginan luhur itu.
apakah yang dimaksud menolong orang,membantu orang,dsb-nya?

=======

apabila keinginan terpenuhi...dimana dunia damai....terus karena adanya ANICCA...maka pelan-pelan jadi kembali bobrok.....gimana itu?

apa musti dari awal bangun keinginan luhur?.....
thx

loh kok berbalik ke ajaran theravada?....lagian yang dibahas kan ajaran maitreya mengenai 4 kesunyataan mulia...terus mengapa di sangkut pautkan dengan pandangan theravada?.....
===================
kalau ajaran theravada yang saya pelajari....
menolong orang, membantu orang, dan berbuat kebajikan secara terus menerus tanpa mengenal akhir...termasuk ketagihan.
 
@Akiong, anda ingin jawaban,
1. Jika anda ingin tau saya ini cukup baik atau tidak, maka nilai saya adalah 3 dari angka tertinggi 10, dalam mempelajari ajaran Gautama.
2. Saya kesulitan mencari kata2 yang tepat, tapi yang paling mudah saya jelaskan adalah, seperti salah2 syair di dalam karaniya metta sutta, Kasih seorang ibu yang menyayangi anaknya yang tunggal. kira2 itu pendapat saya. (tentu saja untuk semua makhluk)
3. Wah anda hebat sekali, anda kok tau saya negatif thinking, apa bukannya anda tuh? Yang saya minta adalah supaya kita semua (yang bukan maitreya) bisa mengerti 8 jalan utama di Maitreya, tidak sepotong2 seperti sekarang.

Untuk pertanyaan saya yang belum anda jawab tolong di jawab donk,
1. saya ngerti anda menjawab dengan pertanyaan kembali. tapi untuk bagian akhir dimana seseorang sudah merasa sempurna tapi ternyata tidak dan tidak ingin dilahirkan kembali apa dampaknya ?karena banyak yang seperti ini (maklum masih bodoh)
2. Dukkha Nirodha Ariya Sacca, mana cara samanya? dan pernyataan saya saya ubah menjadi pertanyaan deh, apakah orang penuh cinta kasih (seperti anda) dan vegetarian dapat dikatakan sudah mencapai Dukkha Nirodha Ariya Sacca? Kalau belum tolong di perjelas yach.
3. Kenapa anda menolak membahasnya? karena takut bertentangan dengan kata2 anda sebelumnya, bila dibaca oleh saya atau rekan2 yang lain? Anda bisa katakan sama dari sisi anda, tapi dari sisi saya mungkin berbeda. Mengapa dipersulit? minimal berikan url kemana saya harus membaca.
4. Apakah Annahata = dengan Anatta? tolong diconfirm. ini penting., tapi biar cepat, padat dan jelas maka saya akan anggap sama bila saya baca dari postingan anda (tentang Annahata) dan arti anatta, lalu kenapa pembahasannya beda, dulu anda katakan kesadaran 5 skhanda, sekarang 4. biar jelas, nih saya berikan postingan anda sendiri,
Diambil dari http://indoforum.org/showthread.php?t=43902&page=5

Memang melihat anicca secara fisik, tapi yang diperlukan hanya nanna. dengan pengetahuan ini sudah bisa meredam nafsu keinginan rendah, ambisi, dan kesombongan. ini sudah bisa memotivasi seseorang untuk berlatih, dan mengurangi terciptanya kilesa2 baru.

Annahata ini tanpa diri, menyadari diri berubah dari waktu ke waktu, tidak ada aku yang sama, yang ada hanya lah label sebuah nama pada kesadaran 5 skhanda. ini sudah bisa membantu melepaskan kemelekatan pada kenikmatan duniawi pada 6 indra. dari waktu ke waktu seseorang sudah mulai tidak egois, tidak serakah, dan tidak mendendam.

Kalo kita ada merubah sifat2 buruk dengan menyadarinya saat ia timbul ketika timbul masalah, kita bisa melihat pergerakan mental kita, saat pikiran mulai mengerti dan menyadari kebenaran kita juga bisa melihat pergerakan mental tanpa harus masuk ke dalam meditasi. Yang penting ada kewaspadaan !

Dari mana anda tahu tidak ada keadaan keselarasan antara Mind dengan 5 skhanda ? makanya anda jangan hanya duduk bersila meditasi saja, atau berlatih pergerakan energi untuk pemurnian tubuh.

Kenapa pikiran harus dikontrol agar bisa mengawasi ? pikiran hanya perlu disadari agar tidak ekstrim, selalu dalam keseimbangan, karenanya MLDD menekankan merubah sifat2 yang buruk, dan mengasihi seluruh alam semesta.
jika ke 6 indra dapat diarahkan pada hal2 yang baik, yang efisien dan tepat serta penggunaan ke 6 indra ini hanya seperlunya saja, maka apakah perlu pikiran dikontrol dengan ketat ?

Apakah Budha berprediksi tentang apa ajaran Maitreya ? Apakah anda berpikir akan ada sesuatu ajaran yang sama sekali baru, yang berbeda dari Sang Budha Gautama ?
Apakah anda pikir semua ajaran Sang Budha itu bukan kenyataan Alam semesta dan bukan kebenaran Multlak ?
Lalu bagaimana anda bisa berpikir akan ada ajaran yang sama sekali lain dari sang budha Gautama yang akan dikumandangkan oleh Maitreya ?

dan ini yang anda jelaskan diatas
TILAKKHANA , <ANATTA> . DI KAMI ADANYA THE ORIGINAL MIND. JADI INI SUBSTANSI YG KEKAL. TERUS ADA SKHANDHA...KE 4 EMPAT SKHANDA ITU TETAP ADA DAN MELEKAT SELAMA TUMIMBAL LAHIR. HANYA SKHANDA JASMANI YG TIDAK KEKAL. JADI SETIAP JIWA ADA RIWAYAT NYA, KARENA 4 SKHANDA ITU SAMA, HANYA TINGKAT KEMURNIAN SKHANDA ITU BERKURANG ATAU BERTAMBAH SAJA. TETAPI TETAP ADA WALAUPUN TIDAK KEKAL. KENAPA TIDAK KEKAL ? KARENA 4 SKHANDA ITU HARUS LEPAS JIKA INGIN MENCAPAI NIBBANA, YAKNI MELEPASKAN IDENTITAS MENUJU KE "ESA". KAMI YAKIN ADA ESA. THE ONENESS. KE 4 SKHANDA ITU ADALAH IDENTITAS KITA SEWAKTU THE ORIGINAL MIND TERLEPAS DARI THE ONENESS. THE ORIGINAL MIND SATU PAKET DENGAN 4 SKHANDA DAN JIKA MENGALAMI TUMIMBAL LAHIR DI ALAM MATERI FISIK AKAN MENDAPATKAN JASMANI.

Mengapa ini terjadi? dan bisa sebutkan skhanda yang anda maksud apa aja? dan tolong berikan komentar ada 2 postingan anda diatas yach. Mana yang benar, atau semuanya benar. Apakah skhanda jasmani termasuk dari 4 skhanda yang anda jelaskan diatas atau tidak? bila tidak apa yang 4 lagi, saya bingung nih bacanya. dan apa pula itu kesadaran skhanda? tolong dijelaskan kepada saya yang masih bodoh ini.

@Akiong, Tolonglah anda bermurah hati untuk memberikan penjelasan tentang 8 Jalan Utama, Dukkha, Anicca, hukum karma (ditambahin nih), minimal anda berikan link URL-nya agar saya bisa belajar (tentunya dari ajaran Maitreya), karena Hukum Kamma contohnya, anda pernah menanyakan apakah parita lebih tinggi dari hukum kamma? nah dari sini saya bisa menangkap adanya perbedaan konsep. lalu dari mana ada katakan sama? biar saya melihat, membaca dan mempelajarinya. setelah itu baru bisa berkata, wah ternyata sama.sama yang saya maksud bukan sama perkata n kalimat sampe titik koma, tapi intinya sama, tapi jika nanti saya bertanya ke pada kawan saya (misalnya) tentang hal ini dan saya bilang sama di bagian2 yang tidak anda bahas tapi dia bilang beda, gimana donk? Apa saya tidak dianggap orang sok tahu ajaran orang lain? kalo memang sama mengapa anda tidak posting aja tuh? minimal kasih deh URL-nya, nanti saya yang copy paste.

Dan karena anda udah menyebutkan hal ini berulang2, maka tolong jelaskan bagian mana dari 8 jalan utama yang tidak sesuai sehingga anda dan tim anda melakukan penyesuaian. jangan bilang bahas satu2 dan nanti juga tau, karena, sebagai orang yang melakukan perubahan / penyesuaian dari yang aslinya, maka anda lebih tahu dari saya dan yang lain, bagian mana saja yang terjadi perubahan dan kenapa diubah (tentunya ada alasan konkrit, jangan berkata udah ga sesuai jaman, bila berkata seperti itu, maka terangkan mengapa tidak sesuai dengan jaman lagi)

NB: rekan2 yang lain terutama yang theravada, bila ada keterangan saya yang tidak sesuai dengan theravada, tolong dikasih tau dan di betulkan, maklum masih belajar, jadi masih banyak kesalahan. Tidak hanya di thread ini, di thread lain juga sama yach. karena saya join IF karena ingin belajar.
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.