• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Renungan Harian/Saat Teduh.

  • Pembuat thread awal. Pembuat thread awal. user.
  • Tanggal Mulai Tanggal Mulai
Bacaan hari ini: 1 Korintus 12:1-11
Ayat mas hari ini: 1 Korintus 12:4-6
Bacaan Alkitab Setahun: 1 KORINTUS 4-7



Saya pernah mendapat hadiah unik berupa lima ratus keping puzzle. Tentu saja kado ini tidak siap pakai. Supaya bisa membentuk gambar yang indah, saya harus menyusun lima ratus kepingan itu di tempat yang tepat. Menyusunnya tidaklah mudah dan memakan waktu lama, sebab setiap keping itu tampak serupa walau sesungguhnya masing-masing unik. Baru setelah tersusun rapi, saya puas melihat gambar indah yang terbentuk.

Roh Kudus memberi kita karunia. Kata “karunia” berarti kado atau hadiah. Kado itu “tidak siap pakai”. Roh Kudus sengaja memberi karunia yang berbeda-beda kepada setiap orang; yang satu diberi karunia bermain musik, yang lain diberi karunia mengajar, karunia berorganisasi, karunia kemurahan hati, dan sebagainya. Tak seorang pun punya karunia yang lengkap. Karunia itu tak dapat dipakai sendiri karena ia diberikan “untuk kepentingan bersama” (ayat 7). Jadi, setiap kita ini bagaikan sekeping puzzle. Tanpa orang lain, karunia yang kita da-patkan menjadi sia-sia. Karunia-karunia itu baru berfungsi ketika tiap-tiap orang mau hidup saling berbagi, saling mengisi, dan saling melayani di tengah jemaat. Pada saat itulah, jemaat akan disusun dengan rapi oleh Roh Kudus—dan membentuk gambar Kristus yang indah.

Kita tak dapat memaksa Roh Kudus untuk memberi karunia tertentu. Dia memberikannya “seperti yang dikehendaki-Nya” (ayat 11). Jadi, bersyukurlah atas karunia yang kita miliki. Lebih penting lagi, relakan diri untuk dibentuk dan ditempatkan Roh Kudus pada posisi yang tepat dalam jemaat. Izinkan Dia menguasai hidup kita—dan hal biasa pun bisa Dia buat menjadi luar biasa



KARUNIA ROH KUDUS TIDAK SIAP PAKAI SAMPAI KITA MEMBERI DIRI DIPAKAI OLEH-NYA
 
Bacaan hari ini: Markus 4:35-41
Ayat mas hari ini: Markus 4:41
Bacaan Alkitab Setahun: 1 Korintus 8-10




Angin topan merupakan salah satu peristiwa dahsyat di bumi kita. Siapa yang tidak takut jika angin topan terjadi? Perbedaan tekanan udara yang ekstrem menjadi penyebab munculnya angin topan. Bahkan para pengamat topan me-ngatakan bahwa energi dalam sebuah angin topan cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan tenaga listrik di Amerika Serikat selama tiga sampai empat tahun. Begitu kuat dan dahsyat. Namun, kekuatan yang kita pandang begitu dahsyat itu nyatanya tak ada apa-apanya di hadapan Allah kita. Lihatlah, bagaimana Yesus cukup berkata, “Diam! Tenanglah!” (ayat 39), maka badai itu segera reda, air pun segera menjadi tenang.

Terkadang ada “angin topan” masalah yang seolah-olah juga begitu besar menyerang kita, dan rasanya tak ada cukup daya yang kita miliki untuk menahannya. Barangkali berupa masalah kesehatan, pengkhianatan, impian yang hancur, dan sebagainya. Dalam kondisi demikian, kita mesti berhati-hati su-paya jangan dibutakan oleh kekecewaan hingga memercayai naluri atau ramalan. Kita juga harus menguatkan diri agar tidak terpaku dalam ketakutan, dan mengingat bahwa Yesus ada dalam perahu hidup kita.

Sebagaimana topan tunduk kepada Allah kita, demikian pula setiap topan masalah kita pun pasti mampu Dia taklukkan. Berlindunglah di dalam Yesus. Dia akan memberi Anda kekuatan, sehingga Anda dapat bertahan di tengah badai sampai Dia meredakannya. Ketika Anda memercayai kuasa Allah, damai sejahtera-Nya akan menjauhkan Anda dari rasa panik; dan kuasa-Nya akan menyelamatkan Anda



DI HADAPAN ALLAH YANG BESAR TOPAN DAHSYAT PUN GENTAR
 
Bacaan hari ini: 1 Raja-raja 21:1-19
Ayat mas hari ini: Mazmur 140:13
Bacaan Alkitab Setahun: 1 Korintus 11-13



Theodor Seuss Geisel, pengarang buku cerita anak-anak terkenal, pernah menulis cerita tentang seekor kura-kura bernama Yertle. Yertle adalah raja kura-kura di sebuah kolam yang aman dan damai. Setiap hari ia duduk di takhtanya, yakni sebuah batu di tengah kolam. Suatu saat ia berpikir, andai takhtanya lebih tinggi, tentu ia dapat melihat banyak hal yang indah di luar kolam.

Yertle mendapat akal. Ia memerintahkan sembilan ekor kura-kura untuk saling menaiki punggung, sehingga tersusun tinggi ke atas. Lalu ia naik ke punggung kura-kura paling atas dan melihat pemandangan yang luas dari tempat tinggi. Mack, kura-kura yang berada paling bawah, mengeluh kesakitan. Namun, Yertle tidak peduli. Ia terus memerintah supaya jumlah tumpukan kura-kura ditambah. Sampai akhirnya, jumlah kura-kura yang bertumpuk adalah 5.816 ekor. Ketika itulah Mack bersendawa. Lalu bergoyanglah kura-kura lain di atasnya. Akibatnya, Yertle yang berada di ketinggian jatuh terperosok ke dalam lumpur dan mati.

Hikmah cerita di atas adalah, apabila kita memiliki kekuasaan; entah sebagai majikan di rumah, atasan di kantor, ataupun pejabat di pemerintahan—jangan mempergunakannya untuk menindas orang lain. Bisa-bisa kita sendiri yang menanggung akibatnya. Kekuasaan bukan warisan yang dapat digunakan seenaknya, tetapi titipan Tuhan yang harus dipertanggungjawabkan. Tuhan tidak suka dengan sikap para pemegang kekuasaan yang sewenang-wenang. Ingatlah bagaimana Dia sangat marah kepada Raja Ahab yang dengan kekuasaannya berbuat sewenang-wenang terhadap Nabot (ayat 19)



PARA PENINDAS AKAN MENUAI APA YANG DITABURNYA
 
Bacaan hari ini: Lukas 19:1-10
Ayat mas hari ini: Lukas 19:5
Bacaan Alkitab Setahun: 1 Korintus 14-16



Keong mas adalah salah satu jenis hama padi yang sering merugikan para petani di Indonesia. Tak heran binatang ini dibenci banyak orang. Namun ternyata jika diolah dengan benar, keong mas punya potensi untuk diubah dari hama yang merugikan menjadi bahan makanan berprotein tinggi.

Hampir seperti keong mas yang dibenci para petani, Zakheus adalah seseo-rang yang tidak disukai masyarakat. Ia dianggap telah merugikan masyarakat dengan cukai yang ia tarik. Tak heran orang-orang menjauhi Zakheus, bahkan mengecapnya sebagai seorang pendosa (ayat 7). Akan tetapi bagi Yesus, Zakheus adalah seseorang yang berpotensi untuk menjadi berkat bagi banyak orang jika “diolah” dengan benar. Karena itu Dia menyempatkan diri untuk mengunjungi Zakheus (ayat 5). Dan sentuhan Yesus ini berhasil mengubah Za-kheus secara drastis, sehingga ia berubah menjadi berkat bagi masyarakat (ayat 8).

Dalam bergereja dan bermasyarakat, terkadang ada orang-orang yang seperti Zakheus. Sebetulnya mungkin mereka tidak pernah bermusuhan secara pribadi dengan kita. Hanya, cara hidup, cara berpikir, tingkah laku, karakter, atau sifat mereka sangat berbeda dengan kebanyakan orang. Jadi terkesan nyentrik dan menjengkelkan. Namun, acap kali orang-orang semacam ini memiliki potensi istimewa untuk menjadi berkat seperti Zakheus. Sebagai sesama mereka, yang perlu kita lakukan adalah melihat potensi itu dan menolong mereka untuk memunculkannya. Dan akhirnya, membimbing mereka untuk bertemu dengan Allah, yang berkuasa mengubahkan hidup



PENGENALAN AKAN TUHAN SECARA PRIBADI MEMBUAT ORANG MENEMUKAN MAKNA DAN TUJUAN DIRI
 
Bacaan hari ini: Kejadian 3:9-21
Ayat mas hari ini: Kejadian 3:21
Bacaan Alkitab Setahun: 2 Korintus 1-3



Pakaian adalah bagian dari budaya manusia di seluruh dunia. Tak heran bila pameran model baju menjadi industri yang luar biasa besar. Cara manusia berpakaian pun berevolusi. Khususnya sejak abad ke-20. Sebelumnya, hampir tak ada orang yang berani memakai bikini. Namun sesudah masa itu, khususnya setelah filosofi kebebasan dikumandangkan di Barat, cara orang berpakaian berubah total. Banyak orang berpakaian “seadanya” dan menyebutnya mode. Orang kristiani pun tidak luput menggunakan pakaian seadanya ketika pergi ke gereja.

Mungkin kita tak pernah merenungkan, apa tujuan Tuhan memberi kita pakaian. Kejadian 3:21 memberikan dasar penting tentang alasan adanya pakaian. Tuhan mengorbankan binatang, dan memberikan kulitnya untuk menutupi ketelanjangan manusia. Ketika manusia berdosa, Tuhan berinisiatif menolong. Sekilas, hal pakaian mungkin merupakan topik yang terlalu biasa dalam hidup sehari-hari. Namun, cara kita berpakaian secara tak langsung menunjukkan apresiasi kita kepada Allah yang penuh kasih, yang tak mau kita dipermalukan karena dosa itu.

Sebagai orang kristiani, kebanyakan kita tidak terlalu memusingkan cara berpakaian di zaman ini, karena budaya populer seakan-akan lebih menguasai kita. Mari perhatikan bagaimana kita berpakaian. Adakah Anda merasa rendah diri karena pakaian yang sederhana? Tidak perlu. Apakah Anda menjadi sombong karena bisa membeli pakaian mahal? Jangan lupakan tujuan Tuhan memberi kita pakaian. Berpakaianlah secara pantas, sehingga melaluinya kita te-rus diingatkan bahwa Tuhan memberikannya demi menutupi keberdosaan kita



BERPAKAIANLAH DENGAN PANTAS SEBAGAI RASA SYUKUR BAHWA TUHAN TELAH MENUTUPI SALAH DAN BOBROKNYA KITA
 
Bacaan hari ini: Yohanes 14:11-14
Ayat mas hari ini: Yohanes 14:12
Bacaan Alkitab Setahun: 2 Korintus 11-13



Seseorang memerhatikan nelayan yang menangkap ikan besar, tetapi membu-angnya lagi ke air. Ia mendekati si nelayan dan bertanya, “Mengapa ikan-ikan itu engkau buang lagi?” Orang itu mengeluarkan sebuah penggorengan di perahunya dan berkata, “Lihat, penggorengan saya terlalu kecil, jadi yang saya perlukan ikan kecil saja.” Tak ter-bayangkan oleh si nelayan bahwa ia akan mendapat “ikan-ikan” besar, sehingga tidak disiapkannya sesuatu yang istimewa. Mungkin ia berpikir, mendapat ikan kecil saja sudah cukup, mengapa harus mengharap ikan besar?”

Serupa dengan itu, kita juga kerap membatasi karya Tuhan dengan pola pikir kita yang sempit. Kadang Tuhan ingin melakukan perkara besar dan dahsyat dalam hidup kita. Namun, kita berkata, “Ah, tidak mungkin saya bisa melakukannya. Mana mungkin Allah mau memakai orang sederhana seperti saya?” Dan masih banyak kalimat pesimis lain yang kita ucapkan.

Sebagian besar murid Tuhan Yesus adalah orang sederhana. Namun, Allah bisa bekerja lewat mereka dengan dahsyat. Mungkin tak pernah terlintas di benak Petrus, Yohanes, dan Yakobus, bahwa mereka dapat mengadakan banyak mukjizat, seperti Tuhan Yesus. Tuhan pernah berkata, barangsiapa percaya kepada-Nya, ia juga akan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang Yesus lakukan, bahkan lebih besar dari itu! Namun, mengapa sampai kini kita belum pernah melakukan perkara yang besar? Mungkin kita perlu bertanya pada diri sendiri, seberapa besar “penggorengan” yang kita siapkan. Kalau kita benar-benar percaya dan tidak membatasi karya Tuhan, kita akan segera melihat perkara-perkara besar dalam hidup kita. Gantilah “penggorengan” kita yang kecil. Jangan batasi kuasa Allah.



BESAR KECILNYA PERKARA YANG AKAN KITA ALAMI TERGANTUNG PADA BESAR KECILNYA ”PENGGORENGAN” YANG KITA SIAPKAN
 
Bacaan hari ini: Matius 5:14-16
Ayat mas hari ini: Matius 5:16
Bacaan Alkitab Setahun: Galatia 1-3



Hampir semua dari kita mengenal sebuah permainan anak-anak yang namanya petak umpet. Dalam permainan tersebut, setiap pemain harus bersembunyi sedemikian rupa hingga tak bisa ditemukan oleh pemain yang lainnya. Semakin pintar ia bersembunyi maka semakin hebatlah si pemain. Namun, tidak demikian dengan kekris-tenan. Orang kristiani tidak dipanggil untuk sembunyi, tetapi untuk tampil. Tuhan Yesus menyatakan bahwa kita adalah terang dunia. Terang itu harus tampak atau tampil, tidak boleh disembunyikan. Masalahnya apa yang harus ditampilkan? Tuhan Yesus men-jelaskan lebih lanjut bahwa yang harus ditampilkan oleh orang kristiani bukan perhiasan salib yang menempel di kalung, mobil mewah, atau hal-hal yang berkenaan dengan materi, melainkan kebaikan hati atau perbuatan baik.

Menampilkan perbuatan baik bukanlah untuk pamer supaya orang lain melihat kita baik dan dermawan, melainkan kemuliaan Tuhanlah tujuannya. Dalam ayat 16 dikatakan dengan jelas “supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga”. Perkataan ini dengan jelas menyatakan bahwa kita melakukan perbuatan baik bukan untuk kemuliaan diri, melainkan untuk kemuliaan Tuhan.

Banyak orang kristiani dikenal baik hanya ketika ia di gereja. Namun, tidak demikian jikalau ia berada di luar gereja. Itulah sebabnya mengapa golongan ini disebut golongan anak Tuhan petak umpet. Kehadirannya sebagai terang tidak tampak karena ia bersem-bunyi dengan baik. Padahal yang Tuhan Yesus inginkan adalah terang itu tampak dan diketahui banyak orang.



Jangan letakkan terang di bawah gantang Tetapi di atas kaki dian
 
Bacaan hari ini: Matius 18:21-35
Ayat mas hari ini: Matius 18:27
Bacaan Alkitab Setahun: Galatia 4-6



Pada suatu siang yang panas, saya pulang dari mengajar. Mulanya saya berencana naik angkot, tetapi tak ada yang lewat. Akhirnya saya memilih naik bajaj. Begitu saya turun, tukang bajaj meminta ongkos dua kali lipat dari biasa. Saya bersikeras membayar dengan harga biasa, tetapi ia juga bersikeras. Jadi saya mesti membayar Rp3.000,00 lebih mahal. Saya kesal karena merasa ditipu. Namun Tuhan mengingatkan, “Pantaskah kamu kesal karena uang Rp3.000,00?” Saya pikir rugi juga marah karena hal sepele. Namun, tak berhenti di situ. Tuhan mengingatkan saya lagi untuk mengampuni orang tadi. Dalam hati saya tidak terima, karena saya yang dirugikan. Orang itu juga tidak minta maaf. Apa saya mesti mengampuninya?

Matius 18:21-35 mencatat pengajaran Yesus mengenai pengampunan. Seorang hamba tak mampu membayar utangnya yang besar kepada raja dan meminta waktu untuk melunasinya (ayat 26). Sang raja, dengan penuh belas kasihan membebaskan dan menghapus utangnya (ayat 27). Sayang, si hamba—yang sudah menerima belas kasihan, tidak menunjukkan belas kasihan pada sesamanya. Karena itu raja murka dan menghukumnya.

Kita sebetulnya seperti hamba yang berutang banyak. Bapa tidak menuntut kita membayar utang dosa kita yang begitu besar. Dia justru membebaskan kita. Akan tetapi, kita kerap tidak menyadari pengampunan yang sudah kita terima. Kita masih sering tak mau mengampuni saat ada orang yang bersalah, menipu, dan menyakiti kita. Sekalipun orang lain tak pernah meminta maaf, ingatlah Allah sudah menyatakan belas kasih-Nya kepada kita. Mari tunjukkan belas kasih pula kepada orang lain



DOSA TERBESAR PUN SUDAH TUHAN HAPUSKAN KESALAHAN SEBESAR APAKAH YANG TAK DAPAT SAYA MAAFKAN?
 
Bacaan hari ini: Lukas 17:11-19
Ayat mas hari ini: Lukas 17:17
Bacaan Alkitab Setahun: Filipi 1-4



Terima kasih adalah kata-kata yang sederhana, tetapi betapa kerap orang sulit mengucapkannya. Mari kita hitung, selama seminggu ini berapa banyak kita menerima kebaikan orang lain? Tidak hanya untuk hal-hal besar, tetapi juga untuk hal-hal sederhana. Misalnya, istri yang menyeduhkan kopi, suami yang pulang dari kantor membawakan makanan kesukaan, anak yang telah menolong mengambilkan sesuatu. Atau juga orang-orang yang dengan pekerjaannya telah membantu kita; tukang sampah yang setiap hari mengangkut sampah dari rumah kita, sopir taksi yang mengantarkan kita ke tempat tujuan.

Bandingkan dengan berapa kali dalam minggu yang sama kita mengucapkan “terima kasih”. Jangan-jangan cuma “sembilan berbanding satu”. Artinya, dari sepuluh kali kita menerima kebaikan orang lain, hanya satu kali kita menyatakan rasa terima kasih. Seperti yang ditunjukkan dalam bacaan kita; dari sepuluh orang kusta yang Tuhan Yesus sembuhkan, hanya satu yang kembali untuk berterima kasih. Secara jelas Lukas menyebut orang yang tahu berterima kasih itu adalah orang Samaria (ayat 16).

Waktu itu orang Samaria dipandang masyarakat sebagai kalangan rendah, kaum sepele, kelompok yang tidak berbudaya, bukan bangsa pilihan. Dengan sengaja menyebut orang Samaria yang kembali untuk menyatakan rasa terima kasihnya kepada Tuhan Yesus, Lukas seolah-olah hendak mengatakan bahwa justru orang yang dianggap rendah oleh kebanyakan orang itulah yang tahu berterima kasih. Semoga kita termasuk orang yang tahu berterima kasih



TAHU BERTERIMA KASIH ITU BAGIAN DARI KARAKTER ORANG BERIMAN
 
Bacaan hari ini: Ibrani 11:8-16
Ayat mas hari ini: Ibrani 11:13
Bacaan Alkitab Setahun: 1 Tesalonika 1-3



Saya pernah bertualang seorang diri keliling Eropa selama sebulan, sebagai turis backpacker. Dengan menyandang ransel besar, saya mengunjungi kota demi kota dengan kendaraan umum. Kadang saya menginap di kereta, pada kesempatan lain menginap di hotel. Seru! Bagi turis seperti saya, berlaku prinsip penting: bawalah barang seringan dan sesedikit mungkin. Mau beli cenderamata pun mesti pikir-pikir—jangan sampai membebani diri terlalu berat. Toh saya berada di satu tempat hanya satu atau dua hari. Akibatnya saya tidak membawa barang-barang, kecuali yang benar-benar penting.

Firman Tuhan mengingatkan bahwa kita hanya orang asing dan pendatang di bumi ini (ayat 13). Kita hanya transit dan tak akan tinggal lama. Tujuan akhir kita adalah tanah air surgawi. Karena itu, janganlah hati kita melekat pada kemewahan dunia, lalu membangun kerajaan di sini. Jangan terlalu merasa betah. Belajarlah dari Abraham. Ketika ia tiba di negeri perjanjian, ia tidak membangun rumah permanen. Ia mendirikan kemah yang mudah dibongkar kapan saja (ayat 9). Bagi Abraham, dunia ini hanya “tanah asing”. Bahkan ketika ia tak memperoleh apa pun yang dijanjikan di dunia ini, ia tidak kecewa. Mengapa? Karena ia sadar dirinya hanya pendatang (ayat 13). Penggenapan seluruh janji Allah baru akan dialami kelak, ketika kita tiba di “tanah air”.

Di tengah kesibukan bekerja, ada bahaya jika kita menjadi “terlalu betah” tinggal di dunia. Merasa menjadi penghuni tetap bumi ini, sehingga memusatkan perhatian untuk segala hal duniawi. Ingatlah: kita hanya pendatang dan perantau. Perjalanan masih panjang. Pastikan bawaan Anda sudah seringan dan sesedikit mungkin



JIKA ANDA TERLALU BETAH TINGGAL DI BUMI, SURGA TAMPAK TIDAK MENARIK LAGI
 
Bacaan hari ini: Matius 20:1-16
Ayat mas hari ini: Matius 20:16
Bacaan Alkitab Setahun: 1 Tesalonika 4-5



Umumnya orang berpendapat bahwa banyak bekerja tentu akan banyak mendapat; banyak berprestasi pasti juga banyak mendapat. Firman Tuhan hari ini barangkali akan membuat kita bertanya, “Apakah Tuhan adil?” Dia memberi upah yang sama untuk jerih payah yang berbeda. Mengapa Yesus berkata demikian? Apakah pantas? Sebuah pernyataan yang sulit dipahami secara konkret, meski kalimatnya jelas dan lugas.

Setidaknya ada dua penjelasan mengenai hal ini. Pertama, itu tak adil menurut kita karena kita berfokus pada upah—bukan Sang Tuan yang kita layani. Bukankah motivasi kita dalam melayani semestinya untuk Sang Tuan? Fokusnya tak boleh pada diri sendiri, tetapi pada Sang Tuan. Sama seperti saat kita punya kesempatan melayani seorang raja, bukankah itu merupakan suatu kebanggaan yang tak ternilai? Berpijak pada pandangan tersebut, kita akan memahami bahwa upah bukanlah hal yang terutama; bukan pada apa yang kita dapat, tetapi pada yang bisa kita beri.

Kedua, apabila kita protes, bukankah itu tandanya kita merasa iri hati? (ayat 15). Seperti perumpamaan tentang anak yang hilang (Lukas 15:11-32)—ketika si sulung memprotes kemurahan hati sang ayah kepada adiknya. Si sulung merasa ayahnya berlaku tidak adil karena ia sudah setia dan bekerja keras. Kita adalah manusia berdosa yang telah diselamatkan Tuhan dari sengat maut. Itu sebabnya Tuhan berhak atas hidup kita sepenuhnya, berhak memberikan apa pun yang pantas dan perlu kita peroleh. Baiklah kita fokus pada apa yang harus kita kerjakan dan berikan, bukan pada apa yang bisa kita peroleh



BERIKANLAH YANG TERBAIK KEPADA TUHAN DAN SESAMA TANPA IRI HATI, TETAPI ATAS DASAR KASIH
 
Bacaan hari ini: 1 Samuel 24:1-14
Ayat mas hari ini: Mazmur 119:30
Bacaan Alkitab Setahun: 2 Tesalonika 1-3



Salah satu kejahatan paling berbahaya di dunia ini adalah mengabsahkan sebuah tindakan atas nama Tuhan. Termasuk jika tindakan itu memperdaya, melukai, meneror, atau bahkan menghabisi nyawa sesama. Orang suka menyembunyikan keinginan dan ambisi pribadinya di balik topeng “kehendak Tuhan” atau “perintah suci agama”, sambil menghalalkan cara-cara tak bermoral.

Kisah Daud di En-Gedi menerangi pemahaman kita. Kesempatan dan semua faktor pendukung begitu terbuka untuk menghentikan sumber ancaman bagi dirinya. Saat itu Saul sedang lengah. Dengan satu kali kibasan pedang, selesai! Tak ada penghalang. Daud benar-benar bebas melakukannya. Bahkan keyakinan imannya sendiri mengatakan, “Tuhan sekarang menyerahkan engkau ke dalam tanganku” (ayat 11). Artinya, jika Daud melakukannya pun, ia dapat membenarkan diri dengan alasan “Tuhan memang berkenan”. Tetapi, ia memilih untuk tidak melakukannya. Ia memilih untuk tidak mencemari tangannya dengan darah orang yang diurapi Tuhan.

Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk dengan kehendak-bebas, tetapi sekaligus juga dengan tanggung jawab yang menyertai. Jadi, jangan gampang-gampang mengatakan “ini kehendak Tuhan”. Sebab andaikan bagi kita tampaknya Tuhan memang menghendaki, karena kesempatannya begitu terbuka, keputusan untuk melakukannya atau tidak masih tetap ada di tangan kita. Pertimbangan dan keputusan moralnya ada di pundak kita. Tuhan tidak menghendaki kita melepaskan diri dari tanggung jawab pribadi atas keputusan moral kita. Apalagi dengan cara “melemparkan” tanggung jawab itu kepada-Nya, dengan dalih “Tuhan menghendaki”


JANGAN MENGGUNAKAN DALIH KEHENDAK TUHAN UNTUK MENGHINDARI TANGGUNG JAWAB PRIBADI KITA
 
Bacaan hari ini: Yohanes 10:1-10
Ayat mas hari ini: Yohanes 10:4
Bacaan Alkitab Setahun: 1 Timotius 1-3


Para murid sekolah di Inggris dilarang menyalakan nada dering telepon genggam di kelas. Namun, mereka tidak habis akal. Mereka memasang ringtone yang disebut “suara nyamuk”, yaitu nada dengan frekuensi tinggi yang tidak bisa didengar oleh telinga orang dewasa. Para guru pun tak bisa mendengar suaranya. Namun, para murid dapat mendengarnya, sehingga bisa berkirim SMS dengan leluasa. Rupanya setelah berusia 25 tahun ke atas, ada bulu-bulu halus di dalam telinga manusia yang menua atau rusak. Itu sebabnya telinga orang dewasa tak lagi dapat mendengar suara dengan frekuensi tinggi (di atas 16 KHz) seperti telinga anak-anak.

Yesus menggambarkan diri-Nya sebagai gembala yang baik dan para murid adalah domba milik-Nya. Ada ikatan batin antara gembala dan domba. Gembala di Israel biasanya memberi nama tiap dombanya dan memanggil nama mereka dengan nada khas. Jika malam tiba, setelah semua domba masuk kandang, sang gembala tidur di pintu masuk. Ia menjadi pintu—tameng untuk melindungi domba dari serangan musuh. Kedekatan ini membuahkan kepekaan. Domba-domba mampu mengenali dan membedakan suara gembalanya. Jika gembala asing memanggil, mereka tak bereaksi.

Di sekitar kita ada banyak suara. Kadang sulit membedakan mana suara yang benar dan mana yang sesat; mana kehendak Tuhan, mana bukan kehendak Tuhan. Untuk melatih kepekaan, kita perlu membangun persekutuan dengan Tuhan melalui disiplin doa dan firman. Kalau kita ingin terus mengenali suara-Nya, jangan mengabaikan disiplin rohani ini


TANPA DOA DAN FIRMAN ANDA AKAN KEHILANGAN KEPEKAAN
 
Bacaan hari ini: Galatia 2:15-21
Ayat mas hari ini: Galatia 2:16
Bacaan Alkitab Setahun: 2 Timotius 1-4


Saat sekolah, kita mungkin pernah dihukum karena melanggar aturan. Aturan me-mang diperlukan, tetapi juga mengandung bahaya, yakni jika diterapkan menjadi pemu-tlakan yang kaku. Jika hidup beriman hanya berisi aturan dan hukuman, dapatkah kita merasakan indahnya pengampunan dan cinta kasih?

Dalam Galatia 2:15-21, Paulus hendak meluruskan pemahaman yang keliru, yang memaksa orang kristiani non-Yahudi untuk menerima hukum Taurat sebagai syarat mengikut Yesus. Paulus menyatakan bahwa Taurat tidak dapat membenarkan orang. Sebaliknya, Taurat cenderung mengungkung dan membebani manusia karena tak mungkin mampu memenuhinya. Sementara itu, iman kepada Kristus justru membenarkan orang berdosa. Siapa pun dapat dibenarkan oleh karya Kristus (ayat 16). Lantas, ada yang mengatakan bahwa manusia boleh terus berkubang dalam dosa karena toh Kristus akan memberi pembenaran. Paulus menolak pendapat ini, sebab dibenarkan dalam iman berarti dijadikan benar, bukan dipersilakan berbuat yang tidak benar. Dan, siapa pun yang beriman mesti menunjukkan gaya hidup yang berpadanan dengan pembenaran yang telah ia terima dari Tuhan. Orang yang terus berbuat dosa berarti belum sungguh-sungguh memahami makna pembenaran. Ia hanya mau memetik manfaat dari Kristus, tetapi tak beriman kepada-Nya.

Beriman bukan sekadar ucapan mulut. Beriman adalah soal hidup yang nyata. Karena itu Paulus berkata: “Hidupku bukannya aku lagi, tetapi Kristus yang hidup di dalam aku”. Itulah sebabnya kita perlu menjaga hidup batin dan bersukacita senantiasa



BILA KRISTUS TELAH MEMERDEKAKAN JANGAN LAGI MENYENTUH BELENGGU YANG TELAH DILEPASKAN
 
Bacaan hari ini: Yakobus 1:1-8
Ayat mas hari ini: Amsal 24:16
Bacaan Alkitab Setahun: Titus 1-3; Filemon 1


Pada tahun 1850-an, Levi Strauss mengadu nasib ke Kalifornia untuk menambang emas. Hasilnya tak seberapa banyak, tetapi ia tidak putus asa. Ia lantas mencari usaha sampingan dengan membuat bahan kain keras (jeans) untuk tenda atau penutup mobil. Teman kerjanya berkomentar: “Mengapa kamu tidak membuat celana dari bahan ini?” orang itu menjelaskan bahwa para penambang perlu celana dari bahan kain yang kuat. Strauss setuju. Ia pun membuat celana bagi para penambang emas. Hal ini menjadi langkah awal ia mendapatkan “emas”. Celana berbahan jeans itu disukai banyak orang, bahkan menjadi populer sampai ke seluruh dunia.

Dalam hidup ini, kita tidak dapat menghindari kegagalan, kesusahan, pencobaan, atau ujian. Namun, kita dapat menyikapinya secara berbeda. Jika disikapi dengan keputusasaan, masa sulit akan melumpuhkan semangat hidup. Membuat kita menjadi pecundang. Sebaliknya, jika disikapi dengan ketekunan, masa sulit bisa dianggap sebagai “suatu kebahagiaan” (ayat 2). Mengapa? Karena melaluinya kita ditempa menjadi lebih dewasa dan berpengalaman. Apakah ketekunan itu? Sikap pantang menyerah dan terus berusaha melakukan yang terbaik di saat terburuk. Ketekunan membentuk orang menjadi tahan banting; pandai melihat peluang di tengah penghalang. Dan, buahnya adalah keberhasilan.

Apakah Anda tengah melalui masa sulit? Kegagalan bisnis, keretakan hubungan, sakit-penyakit, sampai ujian iman. Apakah pencobaan dan kegagalan membuat Anda patah semangat atau pesimis? Ayo bangkit lagi! Mintalah hikmat kepada Tuhan agar bisa tetap bertahan



KEPUTUSASAAN MELUMPUHKAN KETEKUNAN MEMAMPUKAN
 
Bacaan hari ini: 1 Samuel 17:40-50
Ayat mas hari ini: 1 Samuel 17:50
Bacaan Alkitab Setahun: Ibrani 1-4



Kejutan sesuatu yang tidak terduga; diduga tidak terjadi malah itu yang terjadi, disangka terjadi malah tidak terjadi. Dalam permainan sepak bola kejutan kerap terjadi; di mana kesebelasan yang semula dianggap lemah, tidak punya peluang menang, tetapi malah keluar sebagai pemenang. Salah satu contoh adalah ketika Piala Eropa tahun 2004. Sejak awal yang dijagokan menjadi juara adalah negara raksasa sepak bola macam Jerman, Italia, Prancis, dan Belanda. Namun, yang kemudian menjadi juara justru Yunani, negara yang sama sekali tidak diperhitungkan.

Peristiwa Daud mengalahkan Goliat juga kejutan. Betapa tidak, siapa yang men-duga si penjaga ternak, “anak ingusan”, sanggup mengalahkan prajurit profesional yang sangat ditakuti seperti Goliat. Namun itulah yang terjadi. Sejarah mencatat demikian. Kita bisa membayangkan ketika tubuh raksasa Goliat itu tumbang dihantam “ketapel” Daud, para prajurit kedua pihak yang menyaksikan hanya bisa melongo. Terhenyak dan terdiam.

Fenomena kejutan ini kiranya mengingatkan kita; kalau kita sedang berada “di atas angin”, hidup bergelimang sukses dan kejayaan, hati-hati, jangan lupa diri. Jangan takabur. Sebab bisa saja dalam sekejap semua itu amblas tak berbekas. Maka mawas diri itu penting. Bagaimana pun kita tetaplah makhluk yang terbatas. Sebaliknya, kalau kita berada “di bawah angin”, hidup kita terus berkubang kegagalan dan diremehkan, jangan putus asa, teruslah berusaha. Lakukan yang terbaik. Kejutan selalu bisa terjadi kapan saja, dan dengan cara apa saja. Seperti Daud ketika mengalahkan Goliat



Mawas dirilah di tengah kegembiraan dan jangan kecil hati di tengah kepedihan
 
Bacaan hari ini: 2 Korintus 1:3-11
Ayat mas hari ini: 2 Korintus 1:6
Bacaan Alkitab Setahun: Ibrani 5-7



Pernahkah Anda bertemu dengan orang yang memiliki ilmu kebal; yang tak mem-pan ditembus senjata tajam, bahkan peluru? Mungkin pernah. Namun, adakah orang yang kebal terhadap penderitaan? Selama punya rasa dan hati, orang tidak dapat kebal dari kesesakan hidup. Akan tetapi, penderitaan yang berat belum tentu “menggilas” manusia. Mari cermati pesan Paulus tentang hal ini.

Mengawali suratnya kepada jemaat di Korintus, Paulus berkata bahwa Allah telah menghiburnya dalam penderitaan. Ya, ia memang sedang harus menanggung keseng-saraan Kristus ketika surat ini ditulis (ayat 5). Namun, saat ia mengalami penderitaan berat, ada juga penghiburan yang besar. Bahkan penderitaan itu pada gilirannya justru menjadi penghiburan. Inilah pesannya; di tengah impitan beban hidup, kita mesti membuka hati untuk merasakan penguatan Allah. Dan ada satu kenyataan ilahi yang memampukan kita untuk menghadapi segala beban hidup, yakni bahwa Allah kita sungguh berkuasa, bahkan dapat membangkitkan orang mati (ayat 9). Hal ini terbukti melalui peristiwa kebangkitan Kristus. Dan itulah pengharapan Paulus.

Jika kita menghadapi beban hidup bersama-sama dengan Allah, maka sebuah “luka” pun dapat berubah menjadi “obat”. Bagaimana tidak? Penderitaan yang kita alami akan membuat kita memiliki pengalaman iman dengan Tuhan. Melalui hal itu, kita pun dikuatkan untuk tetap tegar di tengah badai. Dan pada gilirannya, orang yang kuat akan dapat meneguhkan orang lain. Bukan dengan penghiburan yang klise, tetapi penghiburan yang berdasarkan pengalaman nyata



PENDERITAAN BERAT YANG DIOLAH DENGAN TEPAT DAPAT MENJADI OBAT ROHANI YANG MANTAP
 
Bacaan hari ini: Filipi 2:1-11
Ayat mas hari ini: Filipi 2:7
Bacaan Alkitab Setahun: Ibrani 8-10


Apa kesamaan Fransiskus Asisi, Ibu Teresa, dan Romo Mangun? Salah satu hal yang paling menonjol dari ketiganya adalah mereka rela meninggalkan kenyamanan hidup untuk tinggal dan melayani orang-orang miskin; baik di Eropa berabad-abad yang lalu, di India, maupun di Indonesia. Kita percaya mereka melakukannya karena iman kepada Kristus. Kita pun percaya inspirasi mereka datang dari peristiwa dua ribu tahun lalu, pada suatu malam di Betlehem.

Malam itu, Allah Pencipta dan Penguasa semesta meninggalkan segala kemuliaan-Nya, berinkarnasi menjadi manusia untuk menyelamatkan kita. Bukan dalam rupa seorang raja, bangsawan, atau orang terhormat, melainkan sebagai anak dari sepasang wong cilik (rakyat jelata), yang bahkan tak sanggup menyewa tempat untuk melahirkan bayi dengan layak (Lukas 2:7). Paulus menggambarkan peristiwa ini dengan kalimat: “Dia mengosongkan diri-Nya” (ayat 6).

Peristiwa inkarnasi Allah menjadi manusia biasa memang patut dikagumi dan disyukuri. Namun tak hanya itu, peristiwa ini mesti menginspirasi dan menggerakkan kita untuk melayani orang lain, seperti ketiga tokoh di atas. Mereka bersedia keluar dari kenyamanan; untuk berbagi dengan sesama yang membutuhkan. Ada begitu banyak orang di sekitar kita dan di dunia ini yang menderita; baik secara fisik, mental, atau spiritual. Mereka memerlukan makanan, pakaian, dan perawatan. Mereka perlu dihibur, ditemani, dan dikasihi. Terlebih mereka perlu mendengar Injil. Tuhan telah memulai. Kini giliran kita yang hidup pada zaman ini untuk meneruskannya



ALLAH TELAH MENELADANKAN PENGOSONGAN DIRI AGAR KITA PUN MENGOSONGKAN DIRI UNTUK MELAYANI
 
Bacaan hari ini: Lukas 1:39-45
Ayat mas hari ini: Lukas 1:44
Bacaan Alkitab Setahun: Ibrani 11-13



Kesedihan dan kegembiraan itu menular. Apabila Anda sedih, orang di sekitar Anda dapat merasakannya. Bahkan mereka bisa ikut sedih. Sebaliknya, jika Anda bergembira, suasana hati Anda akan memendar hangat, sehingga terasa oleh orang lain. Bahkan bisa menghangatkan hati mereka juga. Jadi bukan hanya penyakit, pengalaman rasa dalam diri manusia dapat menular. Lalu, bagaimana dengan pengalaman batin? Bisakah itu menular? Tentu saja! Bila batin seseorang damai, maka kedamaian itu akan memancar lembut di mata, wajah, dan seluruh tubuhnya. Siapa pun yang berhubungan dengannya, sedikit banyak akan “tersetrum” damainya.

Suatu ketika, Maria mengunjungi Elisabet untuk meneguhkan hatinya sehubungan dengan pernyataan malaikat Gabriel (ayat 36). Saat mereka berjumpa, Elisabet merasa-kan “setrum”—anak dalam rahimnya melonjak dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus (ayat 41). Bahkan ia dapat berkata, “Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?” (ayat 43). Padahal Kitab Suci tidak mengatakan bahwa malaikat juga menyampaikan pesan itu kepada Elisabet!

Perjumpaan dengan Tuhan secara pribadi juga bisa terasa seperti “setrum” yang menyenangkan. Dan itu bisa Anda bagikan kepada dunia. Namun, tak usah merasa gagal bila tak ada orang yang menyatakannya, sebab hal ini memang tak menuntut pengakuan. Rasakan, hayati, dan nikmati setrum perjumpaan dengan Tuhan sebagai penguatan bagi diri Anda. Dan orang-orang yang murni hatinya, seperti Maria dan Elisabet, dengan sendirinya akan “saling setrum”. Semoga kita juga



ALLAH MENYALURKAN KEHANGATAN KASIH-NYA AGAR KITA MENERUSKANNYA KEPADA DUNIA
 
Bacaan hari ini: Roma 15:1-6
Ayat mas hari ini: Markus 10:45
Bacaan Alkitab Setahun: 1 Petrus 1-5



Ketika saya tengah menempuh studi di China, seorang sahabat menceritakan sebuah pengalaman malam Natal di suatu gereja rumah. Sebelum Natal, pendeta di ge-reja itu mengingatkan jemaat untuk mengundang sebanyak mungkin keluarga dan teman yang belum percaya, agar hadir dalam kebaktian malam Natal. Saat Natal tiba, rumah tempat mereka mengadakan ibadah dibanjiri banyak orang. Sebagian besar dari mereka baru pertama kali beribadah di gereja. Karena banyak sekali yang datang, bangku yang tersedia tidak mencukupi. Tanpa perlu dikomando, beberapa jemaat yang melihat hal itu segera memberikan bangku mereka. Lalu mereka masuk ke kamar dan berdoa supaya orang yang duduk di bangku mereka mendengar Injil dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat.

Mendengar kisah itu, saya ingat kata Paulus dalam surat Filipi. Bahwa Kristus, sekalipun setara dengan Allah, rela mengosongkan diri-Nya (Filipi 2:7) ketika datang ke dunia ini. Dia merelakan hak yang sesungguhnya patut Dia nikmati. Dia tidak hendak dilayani, tetapi hendak melayani dan memberikan nyawa-Nya

Bagaimana dengan kita? Kerap kali Natal kita buat semegah dan semeriah mungkin demi kepuasan diri. Mungkin kita menyisihkan uang untuk kegiatan sosial, tetapi terkadang itu hanya embel-embel dan bukan inti acara Natal. Ini saatnya kita kembali ke berita Natal, yaitu meneladani Allah yang memberi. Merelakan hak-hak kita, agar orang lain dimudahkan untuk mengenal Tuhan. Kita dapat segera memulainya, bahkan dari hal kecil seperti berbagi bangku



ANTARKAN SESAMA UNTUK MENGENAL ALLAH LEWAT SEGALA CARA YANG DAPAT KITA UPAYAKAN
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.