• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Renungan Harian/Saat Teduh.

Bacaan hari ini: Matius 2:1-12
Ayat mas hari ini: Matius 2:11
Bacaan Alkitab Setahun: 2 Petrus 1-3



Seorang ibu tengah menyusun daftar hadiah Natal buat para kerabat dan sahabat keluarga. Anaknya yang berumur tujuh tahun duduk di sampingnya dan asyik memerhatikan. “Nak, Ibu sudah menyusun daftar nama penerima hadiah Natal kita. Coba kamu lihat, apakah ada nama yang lupa Ibu tulis?” tanyanya. Si anak menyimak daftar nama yang ditulis ibunya dengan teliti. “Ibu lupa mencatumkan nama Yesus,” sahutnya kemudian.

Sebetulnya sangat ironis ketika Natal tidak lagi berfokus pada Kristus. Bukankah Natal adalah peringatan akan hari kedatangan-Nya? Sayangnya, yang kerap terjadi sekarang adalah orang-orang malah sibuk dengan kepentingan dan kesenangannya sendiri, sehingga pertanyaan yang muncul bukan, “Apa yang bisa aku berikan buat Sang Bayi Kudus?”, melainkan, “Hadiah apa yang akan aku dapat? Mau shopping ke mana? Bisnis apa lagi yang bisa aku garap?”. Fokusnya adalah “aku”, bukan Kristus.Di gereja pun demikian. Orang begitu sibuk dengan berbagai persiapan acara, hingga tidak jarang orang saling berkelahi. Kita lupa untuk duduk tenang dan bertanya, “Apakah memang ini yang Kristus inginkan sebagai peringatan atas kelahiran-Nya?” Tidak heran kalau kemudian Natal berlalu tanpa makna. Hanya sebuah rutinitas. Tidak mengubah atau memperbarui apa-apa.

Hari ini kita kembali membaca kisah para Majus. Mereka datang ke Betlehem dari negeri yang jauh; melewati berbagai rintangan dan bahaya; membawa hadiah-hadiah bermakna untuk Kristus. Fokus mereka adalah: menyembah Kristus, bukan menuruti keinginan atau kepentingan sendiri



NATAL HARUS BERFOKUS PADA KRISTUS SEBAB NATAL ADALAH PESTA-NYA, BUKAN PESTA KITA
 
Bacaan hari ini: Lukas 2:8-20
Ayat mas hari ini: 2 Korintus 5:17
Bacaan Alkitab Setahun: 1 Yohanes 1-5



Natal 2004 adalah natal pertama saya di China (ketika studi di sana). Natal pertama tanpa keluarga; tanpa pohon Natal; tanpa kebaktian Natal; tanpa kartu Natal; tanpa lagu Natal; bahkan tanpa libur natal! Namun, di tengah keadaan demikian, saya justru menemukan makna Natal yang sejati. Pada tanggal 24 Desembersahabat saya dibaptis; dan saya berkesempatan melihat sebuah hidup yang sungguh diubahkan oleh Kristus. Sejak sahabat saya menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi, ia telah banyak berubah—dari orang yang keras menjadi orang yang lembut hati; dari orang yang tak memiliki hubungan dengan Tuhan, menjadi orang yang bergaul erat dengan Dia.

Ketika itu barulah saya sadar bahwa inilah arti Natal. Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang-orang berdosa dan mengubah hidup mereka—menjadikan hidup yang tak berarti menjadi berarti. Demikian pula mukjizat Natal pertama yang dialami para gembala. Mereka hidup biasa-biasa saja, tetapi sebuah berita dari malaikat mengubahkan hidup mereka. “Telah lahir bagimu Juru Selamat” (ayat 11). Bukan bagi orang lain, tetapi bagimu. Mereka pun menemui bayi Yesus lalu pulang sambil memuji-muji Allah (ayat 20).

Natal tak akan berarti sebelum kita bertemu dengan Kristus. Dan, mukjizat natal adalah ketika seseorang tersesat dapat bertemu dengan Sang Juru Selamat—Juru Selamat yang lahir baginya. Sudahkah Anda mengalami Kristus lahir di hati Anda? Sudahkah Anda mengalami perubahan hidup karena-Nya? Jika belum, Dia rindu mela-kukannya hari ini



NATAL TERINDAH TERJADI KETIKA YESUS LAHIR DI HATI YANG HANCUR
 
Bacaan hari ini: Yesaya 9:1-6
Ayat mas hari ini: Yesaya 9:1
Bacaan Alkitab Setahun: 2 Yohanes; 3 Yohanes; Yudas



Apakah Yesus lahir tanggal 25 Desember? Tidak! Kita membaca bahwa saat Yesus lahir, para gembala “menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam” (Lukas 2:8). Dan, para gembala menggembalakan domba di padang saat malam hari hanya pada musim panas. Padahal, Desember adalah musim dingin. Artinya, kelahiran Yesus pasti terjadi pada bulan-bulan musim panas, meski tak ada yang mengetahui waktunya secara pasti. Tanggal 25 Desember dijadikan hari Natal karena hari itu merupakan perayaan berbaliknya matahari ke belahan bumi utara. Di tengah musim dingin yang gelap, terang muncul; Yesus lahir sebagai Terang Dunia.

Natal bukan perayaan ulang tahun Yesus, melainkan perayaan datangnya Yesus ke dunia sebagai Sang Terang. Kelahiran-Nya membuka babak baru: dunia yang dikuasai kegelapan dosa kini melihat Terang yang besar. Di mana terang hadir, di situ tak ada lagi kegelapan. Apa akibatnya? Pertama, umat manusia dilepaskan dari belenggu dosa yang menekan dan menindas (ayat 3). Kedua, ada damai sejahtera yang mampu mengenyahkan perang dan perseteruan (ayat 4) serta ketidakadilan (ayat 6).

Dua ribu tahun sudah Yesus lahir. Mengapa penindasan, perang, dan ketidakadilan masih ada? Karena masih banyak orang belum membuka hati bagi Sang Terang. Manusia “melihat” Terang itu, tetapi tidak menyambut-Nya, sehingga hatinya masih dikuasai kegelapan. Tugas kita adalah memperkenalkan terang Kristus kepada sesama melalui tindakan kasih. Itulah inti perayaan Natal. Bukan sekadar menyalakan lilin atau pohon terang, melainkan hidup dalam terang dan membawa orang mengenal Sang Terang



KEGELAPAN HANYA BISA TERUSIR JIKA TERANG DIPERSILAKAN HADIR
 
Bacaan hari ini: Galatia 4:4-9
Ayat mas hari ini: Galatia 4:4,5
Bacaan Alkitab Setahun: Wahyu 5-8



Setelah 37 tahun bekerja di meja operasi, dokter Evan Kane sadar bahwa bius total berisiko tinggi. Menurutnya, pada operasi tertentu pasien cukup dibius lokal. Namun, praktik ini belum dikenal pada tahun 1921. Untuk membuktikan teorinya, dokter Kane mencari orang yang mau menjadi pasien percobaan, tetapi ia kesulitan. Tak seorang pun ingin tetap sadar ketika operasi tengah berlangsung dan merasakan sakit luar biasa. Akhirnya, dokter Kane berinisiatif—ia mengajukan diri untuk dioperasi, yaitu operasi usus buntu. Inilah operasi usus buntu pertama dengan bius lokal. Hasilnya sukses. Terobosan besar ini membuat operasi dengan bius lokal mulai dipakai di seluruh dunia dan meringankan derita pasien.

Untuk menyelesaikan sebuah masalah, kerap diperlukan sosok yang berani mengambil inisiatif. Dan, Allah yang kita sembah itu penuh inisiatif! Melihat manusia tak berdaya di bawah kuasa dosa, Dia tidak tinggal diam. Dia tak membiarkan manusia terus menjadi hamba ilah-ilah, yang akhirnya akan membuat manusia binasa. Karena tak seorang pun dapat menjadi penebus dosa, Allah berinisiatif mengutus Anak-Nya sendiri untuk lahir sebagai manusia dan menebus kita (ayat 4). Bahkan, Roh Anak-Nya pun diutus untuk tinggal dalam hati kita (ayat 6). Solusi total itu membuat manusia kini bisa bebas dari kuasa dosa dan mengabdi pada Allah.

Natal adalah saat untuk kita mensyukuri inisiatif Allah. Kehadiran-Nya di dunia telah membebaskan kita dari kebinasaan melalui karya penebusan Kristus. Karena itu, kita yang telah menerima anugerah tersebut mesti mengambil inisiatif untuk mengabdi hanya kepada Allah



SEBUAH INISIATIF MUNCUL BUKAN KARENA PAKSAAN MELAINKAN KARENA KASIH DAN KEPEDULIAN

 
Bacaan hari ini: Yakobus 4:13-17
Ayat mas hari ini: Roma 8:28
Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 1-2



Menyusun resolusi adalah hal yang ke*rap dilakukan orang di awal tahun. Na**mun, banyak orang begitu semangat me*nyusun resolusi agar menjadi “lebih ba*ik”, kemudian lupa ketika waktu berlalu. Ada banyak hal membuat kita sulit mewu*jud*kan resolusi. Akan tetapi, ada satu hal penting yang bisa menjadi pangkal kega*gal*an kita, yakni saat kita menyusun reso*lusi dengan pertanyaan yang salah, “Apa yang ingin saya capai tahun ini?” atau “A*pa yang ingin saya lakukan tahun ini?” Sebagai orang-orang yang menjadikan Ye*sus se*ba*gai Raja atas hidup ini, bukankah seharusnya kita mendasarkan resolusi pada perta*nya*an, “Tuhan, apa yang Engkau ingin aku lakukan tahun ini? Apa yang Engkau ingin agar saya capai tahun ini?” Ada dua alas*an mengapa kita harus melibatkan Tuhan dalam menyusun resolusi.

Pertama, Yakobus mengingatkan agar kita tidak melupakan Tuhan dalam perencanaan, karena kita tidak tahu apa yang akan ter*jadi besok (ayat 14). Yakobus menasihati supaya kita berkata, “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu” (ayat 15). Hanya Tuhan yang tahu apa yang akan terjadi di se*panjang tahun ke depan. Namun, Tuhan akan memimpin kita untuk membuat keputusan yang tepat, saat kita membuat rencana bersa*ma-Nya. Kedua, kita mesti ingat bahwa tujuan utama hidup kita adalah men*jadi serupa dengan Kristus (Roma 8:29). Karena itu, fokus re*so*lusi kita seharusnya adalah menjadi apa yang Tuhan mau, bukan se*kadar menjadi lebih baik menurut ukuran manusia.

Mari membuat dan menjalani resolusi bersama Tuhan. Pegang*lah janji Tuhan, bahwa Dia akan “turut bekerja dalam segala se*su*atu” di sepanjang tahun ini



JANGAN KATAKAN KEPADA TUHAN APA YANG BAIK MENURUT KITA TANYAKAN KEPADA TUHAN APA YANG DIA PIKIR BAIK BAGI KITA
 
Bacaan hari ini: Kejadian 1:26-2:17
Ayat mas hari ini: Kejadian 2:15
Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 12-15



Ada sebagian orang kristiani yang ber*pen*dapat bahwa pekerjaan yang di*ja**lani sehari-hari sekadar untuk ber*tah*an hi*dup—tanpa ada makna spiri*tu*al. Me**reka berpikir bahwa Tuhan lebih pe*du*li ke*pa*da doa, nyanyian, saat teduh, dan se*mua ke*giat*an rohani. Bagi mereka, pe*ker*ja**an yang paling menyenangkan Tuhan ada*lah men*jadi pendeta atau misionaris. Akibat*nya, me*reka mengerjakan peker*jaan se*hari-ha*ri mereka dengan setengah ha*ti dan bah*kan kerap dihinggapi rasa ber*sa*lah.

Pemahaman ini tidak sejalan dengan a*pa yang terdapat dalam firman Tuhan ha*ri ini. Dikisahkan bahwa setelah Adam di*cip*takan, Allah memberinya tugas. Tu*gas ini bukanlah untuk berdoa, membaca Alkitab, menyanyikan pujian, atau kegiat*an rohani yang lain. Tu*gasnya adalah untuk mengusahakan dan me*me*lihara taman Eden (Kejadian 2:15). Bahkan salah satu tujuan Adam diciptakan adalah untuk berkarya dan mengelola seluruh cip*ta*an (Kejadian 1:28).

Untuk menjelaskan konsep ini, Martin Luther, seorang tokoh reformasi gereja abad ke-16, pernah berkata, “Meskipun aku tahu bahwa besok dunia akan kiamat, aku akan tetap menanam pohon a*pelku.” Inti kalimat ini adalah bahwa pekerjaan sehari-hari kita (seperti bertani, berdagang, mengurus keluarga, belajar, dan seba*gai*nya) memiliki makna spiritual yang sama dalamnya dengan ke*gi*atan-kegiatan rohani kita (seperti berdoa, bersaat teduh, maupun ke*bak*tian). Bekerja merupakan salah satu hal penting yang Tuhan ingin kita lakukan dalam hidup ini. Karena itu, sudah sepantasnya ki*ta memperlakukan dan mengerjakan pekerjaan kita sama seriusnya de*ngan kegiatan rohani kita



PEKERJAAN KITA SAMA PENTING DAN BERHARGANYA DENGAN KEGIATAN ROHANI KITA

 
Bacaan hari ini: Ulangan 15:12-18
Ayat mas hari ini: Ulangan 15:15
Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 20-22



Kacang lupa kulit adalah ungkapan ki*as*an untuk menyebut orang yang lu*pa akan masa lalunya dan menjadi som*bong. Misalnya, seorang gadis berasal da***ri desa, merantau ke kota, berhasil men****ja*di artis terkenal, lalu sikap dan pe*ri***la**kunya ber*ubah menjadi sok, jauh dari tata kra*ma. Ungkapan itu juga bisa dike*nakan pa*da orang yang tidak tahu ber**te*ri*ma kasih, lu*pa akan jasa-jasa orang yang pernah me****nolong dan membe*sar*kan**nya. Seperti si Malin Kundang, tokoh dalam sa*lah satu ce**rita rakyat dari Suma*tra Ba*rat. Malin Kun***dang adalah pe*mu*da yang me*raih ke*suk**sesan di ran*tau, te**tapi ke*mudian ia ti*dak mau meng**a*kui ibu**nya sen*diri, se*hing*ga di*ku*tuk men*jadi ba**tu.

Tuhan sangat tidak berkenan dengan si*kap “kacang lupa kulit”. Itulah sebabnya berulang kali Dia meng*i*ngat*kan umat Israel tentang status mereka dulu, yaitu sebagai bu*dak-budak di Mesir, dan bahwa Tuhanlah yang telah mem*bebas*kan me*reka (a*yat 15). Tujuannya supaya mereka tetap me*ngan*dal*kan Tuhan, dan tidak berpaling kepada ilah-ilah lain. Sekaligus su*pa*ya mereka juga me*miliki empati dan kepekaan un*tuk membantu orang lain yang mem*butuhkan seperti mereka dulu (ayat 13,14).

Maka, baiklah kita terus mengingat karya kasih Tuhan dalam hi***dup kita, sehingga kita selalu terdorong untuk memakai segala yang ada pada kita untuk kemuliaan-Nya. Dan, baiklah kita juga ti***dak melupakan peran dan jasa orang lain dalam setiap kesuksesan yang kita raih, sehingga kita bisa tetap menunjukkan rasa terima ka**sih kita ke*pada mereka. Bukan seperti kacang yang lupa pada ku**litnya



KITA ADALAH ORANG BERUTANG KEPADA TUHAN DAN KEPADA ORANG-ORANG DI SEKITAR KITA

 
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 7:54-60
Ayat mas hari ini: Kisah Para Rasul 5:41
Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 27-29



Blandina adalah nama seorang perem*pu*an kristiani yang meninggal ka*re*na sebu*ah penganiayaan di Lyon, Pran*cis, pada tahun 177. Ia mengalami sik*sa*an be*gi*tu rupa, tetapi ia tetap mem*perta*hankan iman*nya kepada Tuhan Yesus. Sam**pai-sam*pai, walaupun sang penyik*sa sudah ke*lelahan dan frustrasi menyik*sa**nya, ia te*tap pada pendirian dan keya*kin**an*nya.

Kematian Blandina ini mengikuti jejak ke*matian Stefanus, martir kristiani perta*ma yang kisahnya tercatat dalam Kisah Pa***ra Rasul 7. Saat itu penganiayaan ter*ha**dap jemaat kristiani semakin nyata ter*ja*di. Aniaya itu di*mu*lai dengan ancaman kepada Rasul Petrus dan Rasul Yo*hanes da**lam Kisah Para Rasul 4 dan 5. Kemu*dian disu*sul dengan hukuman mati bagi Stefa*nus. Namun, mereka semua rela dan bahkan ber*sukacita atas terja*di*nya pengania*ya*an tersebut (Kisah Para Rasul 5:41). Ini di*mung*kin*kan karena iman keyakinan mereka akan Yesus sangat te*guh. Ke*ya*kin*an ini dapat terbangun karena mereka sudah melihat sen*diri karya Tuhan Ye*sus dalam hidup mereka.

Dalam hidup kita sebagai orang percaya, ada masa-masa ke*ti*ka iman kita menjadi goyah. Pada saat itu kita mungkin mem*per*ta*nyakan ten*tang keberadaan Allah, tentang kasih-Nya, tentang ke*hi*dup*an, tentang ke*matian, tentang kebangkitan Yesus, dan se*ba*gai*nya. Di saat-saat de*mikian, mari kita mengenang kisah para martir kris*tiani di masa lalu seperti Stefanus dan Blan*dina. Mung*kinkah me*reka rela mati jikalau mereka tidak sung*guh-sungguh yakin bah*wa iman yang mereka miliki, dan juga kita miliki ini, sung*guh-sungguh be*nar?



KESETIAAN DAN PENGORBANAN PARA MARTIR KRISTIANI ADALAH SALAH SATU BUKTI KUAT TENTANG KEBENARAN IMAN KITA

 
Bacaan hari ini: Matius 9:9-13
Ayat mas hari ini: Matius 9:12
Bacaan Alkitab Setahun: Ayub 5-7


Suatu kali saya bertanya kepada seo*rang ibu, “Apakah Ibu yakin masuk sur*ga kelak?” Ibu itu menjawab, “Yakin sih. Ah, tapi kadang masih ragu juga.” Yakin tetapi ra*gu? Artinya masih tidak yakin. Lalu saya bertanya lagi, “Mengapa begitu, Bu?” Si ibu menjawab, “Saya ini masih banyak dosa, masih suka ber*bohong, masih suka ma*rah-marah ter*ha*dap suami saya. Po*kok*nya saya merasa tidak la*yak masuk sur*ga.”

Kerap kali perasaan dan kenyataan bah**wa kita masih memiliki banyak dosa da**pat membuat kita merasa enggan un*tuk datang kepada Tuhan. Na*mun, fir*man Tuhan hari ini memberikan sebuah kon***sep yang berbeda. Ketika Yesus te*ngah ber*kum*pul dan makan bersama pa*ra pemu*ngut cukai dan orang berdosa di rumah Matius, orang-orang Farisi yang ada di sekitar tempat itu mem*per*ta*nyakan apa yang dilakukan oleh Yesus. Akan tetapi, Yesus mem*berikan ja*wab*an yang hingga kini men*jadi pengharapan bagi semua orang ber*do*sa, yaitu bahwa Dia da*tang ke dunia untuk menjadi sahabat orang-orang yang ber*do*sa. Bu*kan untuk melakukan dosa ber*sama para pe**mungut cukai, me*lain*kan untuk menghapuskan dosa-dosa me*re*ka.

Seandainya Anda adalah salah satu dari orang-orang berdosa yang diun**dang untuk makan bersama Yesus di rumah Matius, res*pons apa yang akan Anda berikan? Menerima atau menolaknya ka*rena me*rasa tidak layak? Pilihan ada di tangan Anda. Anda mesti tahu bah**wa Ye***sus ada*lah sahabat orang berdosa. Dia akan selalu me*ne*ri*ma orang ber**do*sa; siapa pun yang mau datang kepada-Nya



TAKUTLAH UNTUK BERBUAT DOSA TETAPI JANGAN TAKUT MEMBAWA DOSA KEPADA KRISTUS
 
Bacaan hari ini: Filipi 4:2-8
Ayat mas hari ini: Filipi 4:8
Bacaan Alkitab Setahun: Ayub 11-13



Di sebuah kota hidup seorang wanita yang sudah sangat lanjut usianya, te*ta*pi ia masih sehat dan tetap berse*ma*ngat. Ia tinggal sendirian di rumahnya yang sederhana. Suaminya telah mening*gal du*nia belasan tahun lalu. Para pen*du*duk me*nge**nalnya sebagai ibu yang murah se*nyum dan penuh perhatian kepada sia*pa sa*ja.

Suatu hari, tepat di usianya yang ke-87, seorang wartawan dari surat kabar lo*kal mewawancarainya, “Apa rahasia Ibu se**hingga bisa tetap sehat dan berse*ma*ngat?” tanya si wartawan. Ibu itu menja*wab, “Saya berusaha selalu berpikir positif dan melakukan kegiatan-kegiatan positif”. “Kegiatan seperti apa, Bu?” tanya si war*ta**wan lagi. “Misalnya setiap hari saya me*ra*wat tetangga saya, seorang wanita berusia 70 tahun, menyediakan ma*kanan untuknya, mengajaknya jalan-jalan sore, atau sekadar me*ne*maninya minum teh dan menyulam.”

Para ahli gerontologi, ilmu tentang warga usia lanjut, me*nga*ta*kan bahwa pada dasarnya setiap orang memiliki tiga jenis usia, yaitu usia kronologis, usia biologis, dan usia psikologis. Usia kronologis dan usia biologis itu alamiah, tidak bisa dielakkan. Sedangkan usia psi**kologis tergantung pada pilihan kita sendiri. Kalau kita, seperti yang di*nasihatkan Paulus hari ini, memiliki hati yang selalu ber*su*kacita (ayat 4), hidup yang bersyukur (ayat 6), dan pikiran yang ter*arah pa*da hal-hal yang positif dan membangun (ayat 8), maka usia ps*i**ko*lo*gis kita akan sehat. Selanjutnya, hal itu akan berdampak po*sitif terhadap hidup ke*seharian kita. Dan dengan demikian, kita juga bi*sa menjadikan hi*dup kita senantiasa berguna serta bermakna




USIA TUA BUKAN HALANGAN UNTUK BERKARYA KUNCINYA PADA HATI DAN PIKIRAN YANG SEHAT
 
Bacaan hari ini: Kidung Agung 2:1-7
Ayat mas hari ini: Kidung Agung 2:2
Bacaan Alkitab Setahun: Imamat 17-19


Saya mendengar kisah ini ketika men*ja*lani konseling pranikah. Pendeta ber***cerita tentang sepasang suami istri yang awet menikah. Rahasia mereka se*der**hana. Setiap hari mereka masing-ma*sing menuliskan SHMILY di tempat-tempat ter*tentu di sekitar mereka—di secarik ker*tas yang disisipkan di wadah gula, di kaca cer*min, di gundukan pasir kebun, atau di li*pat*an kemeja bekal perjalanan ke luar ko*ta. Malamnya sang suami akan ber*ce*ri*ta (atau menelepon dari luar kota) ba*gai*ma*na ia menemukan tulisan tersembunyi is*trinya, dan sang istri bercerita se*ba*lik*nya. Kebiasaan itu memupuk kemesraan me*reka hari demi hari. Apa arti SHMILY? See how much I love you—lihatlah, beta*pa a*ku mencintaimu!

Salomo menulis kidung panjang tentang sepasang kekasih yang bernaung di bawah panji cinta. Dalam cuplikan yang kita baca, si gadis merasa dirinya seperti bunga mawar dan bunga bakung, je*nis bunga yang mudah ditemukan di Israel. Ia mungkin mengang*gap dirinya gadis yang biasa-biasa saja. Namun, kekasihnya ber*pan*da*ngan lain. Di matanya yang penuh cinta, gadis itu “seperti bunga ba****kung di antara duri-duri”—sosok yang istimewa, menyita per*ha*ti*an, dan layak dipuji.

Bahasa cinta, yang dilandasi dengan penghargaan terhadap pasangan yang kita cintai, memang vital untuk membina kemesraan per*nikah*an. Di sebuah situs internet ada nasihat jitu mengenai hal ini. Bu*nyi*nya, “Jangan mengatakan ’Aku cinta padamu’ kalau kau tidak ber*sung*guh-sungguh. Namun, kalau kau bersungguh-sung*guh, ucap*kan*lah hal itu sesering mungkin. Orang mudah lupa”



UNGKAPKAN CINTA ANDA KEPADA PASANGAN SESERING MUNGKIN —MELALUI SIKAP, UCAPAN, DAN TINDAKAN
 
Bacaan hari ini: Pengkhotbah 7:1-7
Ayat mas hari ini: Pengkhotbah 7:2
Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 31-33



Rumah duka biasanya terkesan suram, kotor, pengap, dan menyeramkan. Untuk menghapus kesan itu, kini mulai banyak dibangun rumah duka modern yang indah, bersih, berpendingin udara, bahkan dilengkapi alat musik. Namun, ini tidak membuat orang lebih suka pergi ke sana, apalagi berlama-lama di situ! Manusia enggan berhadapan dengan kematian dan suasana duka.

Melihat kenyataan ini, nasihat Pengkhotbah terdengar tidak lazim. Menurutnya, lebih baik pergi ke rumah duka daripada pergi ke rumah pesta. Lebih baik bersedih dan meratap di rumah duka, ketimbang tertawa di rumah pesta. Mengapa? Karena kedukaan mengajarkan kita banyak hal. Kita disadarkan bahwa hidup ini singkat. Semua orang akan mati, termasuk kita. Mumpung masih ada kesempatan hidup, pakailah untuk berbenah diri! Keluarga yang meratap juga belajar banyak. Rasa kehilangan mendorong mereka lebih bergantung pada Tuhan. Jadi, di rumah duka kita belajar hidup bijak. Pelajaran ini tidak akan kita dapatkan di rumah pesta. Di situ orang diajak tertawa. Melupakan segala kesusahan dan realitas hidup. Dibawa bersenang-senang sampai lupa daratan!

Kita banyak belajar tentang Tuhan dan iman justru di saat sulit, bukan di saat bersenang-senang. Oleh karena itu, kemalangan ada gunanya. Tidak harus dihindari. Apakah Anda selalu berusaha menghindar dari penderitaan dengan segala cara? Saat Tuhan menempatkan Anda di “rumah duka”, apakah Anda lari ke “rumah pesta”? Lihatlah kemalangan sebagai kesempatan emas untuk belajar sesuatu dari Tuhan!




Tuhan membuat hidup kita kaya; dengan mengajar kita mencampur canda dan air mata
 
Bacaan hari ini: Efesus 6:10-20
Ayat mas hari ini: Efesus 6:11
Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 34-36



Ada humor tentang seseorang yang mati dan diizinkan memilih ke surga atau neraka. Ia memutuskan untuk melihat-lihat dulu. Di surga ia melihat suasana yang sangat tenang. Sayup-sayup terdengar musik gereja yang lembut. Di sana semua orang berdoa. Rupanya ia tidak tertarik suasana seperti itu. Maka, ia melihat neraka; di mana semua orang sedang minum-minum sambil ditemani banyak perempuan dengan baju yang erotis. Mereka tertawa dan berfoya-foya. Ia pun memilih ke neraka. Malaikat mengantarnya kepada Lucifer, yang segera mengangkat dan siap mencemplungkannya ke belanga besar yang panas. Cepat-cepat ia protes, “Bukannya tadi ada musik, wanita, bar, dan minuman? Mana semua itu?” Dengan santai Lucifer menjawab, “Oh, itu tadi hanya iklan!”

Inilah yang kerap dilakukan Iblis: “beriklan”. Iblis selalu hadir dengan iklan yang membuat kita terpikat. Ia menawarkan dosa sebagai sesuatu yang menyenangkan; membungkusnya seperti kado yang indah, sehingga tanpa sadar banyak orang terpikat olehnya. Iblis selalu menjanjikan kenikmatan luar biasa. Agar kita tidak jatuh dalam perangkap, Paulus menasihati kita untuk mengenakan seluruh perlengkapan senjata rohani yang telah Tuhan berikan (ayat 11).

Iblis takkan pernah berhenti berusaha menjerat kita. Sekali kita lengah dan tertarik pada kenikmatan yang ia tawarkan, ia pun mengejar dan membujuk kita untuk terus melakukannya. Ia akan tertawa setelah tipuannya mampu memperdaya dan memikat kita. Karena itu, “Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk semua orang kudus” (ayat 18).



Iblis selalu membungkus dosa dengan sangat menarik. Jika tidak berhati-hati, kita bisa terpikat olehnya​
 
Bacaan hari ini: Bilangan 12
Ayat mas hari ini: Bilangan 12:7
Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 37-39



Sebuah lembaga kristiani sudah lama menjalankan sebuah pos pelayanan kesehatan di suatu desa. Meski mayoritas penduduk desa tersebut bukan orang kristiani, hubungan mereka selama ini berjalan dengan sangat baik. Ini karena pos pelayanan tersebut dijalankan dengan hati yang tulus untuk menolong masyarakat tanpa membeda-bedakan agama. Keadaan begitu tenang, sampai suatu hari beberapa provokator dari luar daerah datang dan menyebarkan fitnah, sehingga timbullah keresahan di lingkungan tersebut.

Musa juga pernah mengalami masalah karena difitnah, meskipun ia adalah seorang yang jelas melayani Tuhan dengan hati tulus. Tidak tanggung-tanggung, fitnahan ini datang dari Miryam dan Harun, yang adalah orang-orang terdekatnya sendiri. Dapat kita bayangkan sakit hati yang Musa rasakan saat itu. Namun, Musa tidak menjadi marah atau mundur. Ia tetap setia dan berbesar hati untuk membiarkan Tuhan menjadi hakim atas mereka. Ia pun mengampuni Miryam dan Harun ketika Tuhan telah menyatakan keadilan-Nya.

Dalam melayani Tuhan, jemaat-Nya, atau orang lain, ada kalanya kita mungkin mendapat fitnahan seperti kisah Musa dan lembaga kristiani di atas. Atau, mendapat masalah-masalah lain yang menyakitkan hati kita. Pada saat itu kita perlu ingat bahwa pelayanan ini kita lakukan karena dan untuk Tuhan, sehingga kita tidak boleh kehilangan ketulusan dan kesetiaan. Selain itu, kita tidak perlu membalas mereka yang menyakiti kita. Kita perlu mengampuni mereka dan membiarkan Tuhan menyatakan keadilan-Nya; sesuai waktu dan cara-Nya.


Tetaplah tulus dan setia dalam pelayanan, ketika masalah datang menghadang​
 
Bacaan hari ini: 1 Korintus 16:5-18
Ayat mas hari ini: 1 Korintus 16:13,14
Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 40-42



”Bu,” kata seorang anak kecil, “Kata guru Sekolah Mingguku, kita hanya hidup sementara di dunia ini. Dan Tuhan meminta kita bersiap-siap untuk pergi ke dunia yang lebih baik. Tapi, Bu, kulihat tidak ada orang yang bersiap-siap. Ibu bersiap-siap mengunjungi Nenek, dan Tante Santi bersiap-siap menjemput kita, tapi kulihat tidak ada yang bersiap-siap pergi ke dunia yang lebih baik itu. Kenapa, Bu?” Orang percaya hidup dalam penantian akan kedatangan kembali Tuhan Yesus Kristus. Penantian ini bukan suatu sikap pasif, melainkan sikap yang waspada dan siap siaga. Sikap seperti itulah yang dinasihatkan Paulus kepada jemaat di Korintus.

Berjaga-jaga. Mereka harus senantiasa waspada akan musuh rohani yang mungkin menyusup dan mengancam hendak menghancurkan mereka. Musuh itu bisa berupa perpecahan, kesombongan, dosa, kekacauan, atau pengajaran sesat. Berdiri teguh dalam iman. Mereka harus bertekun di dalam Injil yang sudah diajarkan kepada mereka dan membawa mereka ke dalam keselamatan. Bersikap berani. Mereka harus kuat dan berani dalam menghadapi musuh iman, menjaga integritas, mengatasi dosa, dan menangani masalah.

Melakukan segala pekerjaan dalam kasih. Semangat dan kegigihan iman mereka harus dilandasi oleh kasih. Tanpa kasih, ketiga hal terdahulu hanya akan memperlihatkan fanatisme buta yang dapat menjadi batu sandungan bagi banyak orang. Bagaimana kesiapan Anda untuk menyambut-Nya? Nasihat Paulus tadi dapat kita terapkan untuk mempersiapkan diri.



Menunggu bukanlah kesempatan untuk bersikap pasif, melainkan kesempatan untuk mempersiapkan diri
 
Bacaan hari ini: Yakobus 4:1-4
Ayat mas hari ini: Matius 6:11
Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 43-45




The Compact, sekelompok aktivis lingkungan Amerika, bertekad untuk puasa belanja selama setahun. Tidak membeli barang baru apa pun kecuali kebutuhan pokok. Hasilnya? Mereka belajar banyak. Seorang remaja berkata, “Banyak barang yang tadinya sangat kuinginkan, ternyata tidak kubutuhkan.” Seorang ibu menutup kartu kreditnya. Seorang bapak mengaku bisa lebih menghargai barang. Jika rusak, ia berusaha memperbaikinya dulu, tidak langsung membeli yang baru. Mereka menyimpulkan, perilaku konsumtif membuat kita berbelanja lebih dari yang kita butuhkan.

Waspadailah jebakan perilaku konsumtif. Iklan dan promosi terus meyakinkan kita bahwa hidup belumlah lengkap sebelum membeli produk mereka. Kita dipacu untuk menginginkan dan memperoleh semuanya. Jika dituruti terus, segala cara akan kita tempuh. Mulai dari menumpuk utang sampai bertengkar demi mendapat lebih banyak uang belanja. Doa pun bisa dipakai untuk memaksa Tuhan memenuhi daftar belanja. Yakobus menamakan ini “persahabatan dengan dunia” (ayat 4). Saat hawa nafsu dibiarkan berkuasa, kita akan iri pada mereka yang punya lebih (ayat 2). Doa pun jadi terkontaminasi dengan permintaan duniawi (ayat 3).

Apakah Anda selalu merasa apa yang Anda miliki kurang? Apakah Anda resah jika belum memiliki benda yang banyak orang telah memilikinya? Apakah belanja Anda tak seimbang dengan penghasilan? Apakah doa Anda didominasi permintaan materi? Jika jawabnya “ya”, Anda tengah berada dalam jerat perilaku konsumtif. Bebaskan diri segera. Tak ada salahnya mencoba puasa belanja!



Masalah kebanyakan orang bukanlah memiliki terlalu sedikit, melainkan berharap memiliki terlalu banyak​
 
Bacaan hari ini: Kejadian 6:9-22
Ayat mas hari ini: Kejadian 6:22
Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 46-48


“Anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu.” Pepatah lama ini tepat untuk menggambarkan upaya tidak kenal lelah dari Chaerudin atau Bang Idin. Cita-citanya untuk menghijaukan bantaran Kali Pesanggrahan di Jakarta Selatan awalnya mendapat tentangan, kecaman, dan cemoohan. Ia dianggap gila merancang ide mustahil itu. Maklum pada 1980, bantaran Kali Pesanggrahan benar-benar kumuh dan tidak terurus; sampah bergunung-gunung teronggok, berdampingan dengan tembok tinggi para juragan tanah. Namun, itu dulu. Kini kalau Anda melewati Pondok Cabe Udik sampai Pondok Pinang, sejauh mata memandang pepohonan hijau terlihat menyegarkan mata.

Hasil jerih lelah Bang Idin selama lebih dari lima belas tahun berbuah hasil. Di jalur sepanjang 30 km, seluas 35 hektar, sekarang telah ditanami lebih dari 60 ribu spesies tanaman. Sungguh sebuah perjuangan keras dan tidak mudah. Atas jerih lelahnya itu, Bang Idin menerima penghargaan di bidang lingkungan dari pemerintah. Hal yang sama dialami oleh Nuh. Tidak ada hujan, tidak ada angin, Allah memerintahkannya membuat bahtera raksasa. Nuh taat. Walaupun bisa jadi ia harus menerima cemoohan dan hinaan orang-orang di sekitarnya. Usaha Nuh tidak sia-sia. Berkat bahteranya, ia dan keluarganya, serta binatang-binatang, selamat dari amukan air bah.

Ada saatnya kita harus melakukan sesuatu yang, mungkin bagi banyak orang, “bodoh”. Kita dicemooh dan diolok-olok. Jangan undur. Jalan terus, sepanjang kita meyakininya dengan sepenuh hati dan menjalankannya dengan tulus. Bukankah mereka yang tertawa belakangan adalah pemenang yang sesungguhnya?




Ejekan dan cemoohan jangan menyurutkan langkah kita
 
Bacaan hari ini: Yesaya 44:1-5
Ayat mas hari ini: Yesaya 44:4
Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 49-51



Corush Muzuni masih berusia tiga belas tahun ketika ia turut mendaftar sebagai calon presiden Iran tahun ini. Dalam sebuah wawancara, ia mengungkapkan alasannya mendaftar sebagai calon presiden. “Aku ingin mengukir sejarah, karena aku akan menandatangani kesepakatan dengan Barack Obama untuk menyewa beberapa pulau di Hawaii, sehingga anak-anak Gaza beserta anak-anak di seluruh dunia dapat merasa aman dan nyaman.” Kepulauan Hawaii terkenal sebagai surga para wisatawan karena tempatnya yang tenang dan indah. Tepat jika anak-anak mendambakan tempat seperti ini. Anak-anak akan memiliki lingkungan yang tenang, aman, dan nyaman bagi pertumbuhannya, baik pertumbuhan jasmani maupun rohani.

Tuhan, di dalam Yesaya 44, memberikan pengharapan bagi anak cucu dan keturunan Yakub yang masih dalam pembuangan. Secara jasmani, mereka akan mengalami pemeliharan Tuhan seperti rumput yang tumbuh di tengah-tengah air dan seperti pohon gandarusa di tepi sungai (ayat 4); cukup mendapat asupan makanan yang berguna bagi pertumbuhannya. Secara rohani, mereka pun bertumbuh, sehingga mereka mengaku bahwa mereka kepunyaan Tuhan (ayat 5). Dan, janji tersebut juga berlaku bagi anak-anak kita, anak cucu dan keturunan rohani Yakub.

Jika “beberapa pulau di Hawaii” itu bergantung pada kita, kita dapat memulainya dengan memberikan lingkungan bermain yang mendukung bagi anak-anak; membuka kesempatan agar mereka belajar berbagai hal positif yang mereka sukai; mendampingi menonton televisi; atau mengajak jalan-jalan sore sembari kita menyampaikan pesan-pesan mengenai kebaikan dalam setiap perbincangan.



Lingkungan yang aman dan nyaman pantas diberikan kepada anak-anak—tumpuan masa depan
 
Bacaan hari ini: Matius 23:1-12
Ayat mas hari ini: Matius 23:3
Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 52-54




Tujuan pendidikan adalah membuat seseorang yang tidak tahu menjadi tahu. Dari tidak bisa menjadi bisa. Dari yang sudah tahu menjadi lebih tahu. Dan dari yang sudah bisa menjadi lebih bisa. Sehingga ada perubahan dalam hidup. Dan untuk mewujudkan semuanya itu diperlukan seorang guru yang memang memiliki hati untuk mendidik siswanya.

Yesus menegur orang-orang Farisi dengan sangat keras karena mereka tidak menjadi guru yang baik bagi umat. Orang Farisi sebagai orang yang duduk di kursi Musa, yaitu orang yang memahami hukum dan peraturan agama, memiliki tugas membawa umat menjadi orang-orang yang hidup sesuai hukum Tuhan. Namun kenyataannya tidaklah demikian. Mereka lebih suka menekankan penampilan dan pujian (ayat 5), mengajarkan peraturan yang berat bagi umat tanpa mau menjadi teladan dalam melakukannya (ayat 4). Jadi, apa yang dilakukan orang Farisi bukanlah membuat umat menjadi semakin tahu dan mau melakukan hukum Taurat, tetapi membuat umat merasa mendapat beban berat tatkala berhadapan dengan hukum Taurat. Mereka telah melakukan pembodohan. Itu sebabnya Tuhan menegur mereka sebagai orang yang munafik.

Guru, orangtua, dan pendeta adalah orang-orang yang memiliki tugas mendidik. Tugas ini tampaknya sangat sederhana, tetapi sangat memerlukan hati. Hati yang berisi hasrat untuk melihat anak-anak yang dididik menjadi lebih baik. Bagaimana memiliki hati yang seperti ini? Hal pertama yang harus kita miliki adalah kerelaan untuk berbagi hal terbaik yang kita miliki tanpa pamrih, entah itu pengetahuan ataupun pengalaman hidup yang berharga. Di samping itu, kita mesti tetap disiplin mengisi diri dengan hal-hal yang baik.



PEMBODOHAN ADALAH TUJUAN SEORANG PENIPU. PENDIDIKAN ADALAH TUJUAN SEORANG PENDIDIK
 
Bacaan hari ini: Mazmur 8
Ayat mas hari ini: Mazmur 8:5
Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 55-57




Ada banyak acara bagi-bagi uang di televisi Indonesia. Bentuknya bisa berupa kuis, undian, bantuan, dan sebagainya. Semua penerima uang tersebut selalu menunjukkan kegembiraan. Tetapi ada sedikit perbedaan respons antara mereka yang mendapat uang yang berupa bantuan, dengan mereka yang mendapatkannya karena menang kuis. Biasanya, kelompok yang pertama menunjukkan rasa syukur yang meluap-luap kepada pembawa acara. Hal ini lebih jarang terjadi di kelompok yang kedua. Perbedaan ini disebabkan oleh karena cara pandang yang berbeda. Mereka yang mendapatkan uang dengan memenangkan suatu kuis, merasa layak mendapatkan uangnya. Sementara mereka yang menerima uang sebagai bantuan tanpa berbuat apa pun yang membuatnya pantas menerima, melihat uang tersebut sebagai anugerah.

Bacaan Alkitab hari ini mengingatkan kita bahwa hubungan kita dengan Allah sebetulnya adalah seperti orang yang menerima “uang bantuan”. Kita terlalu kecil untuk dapat dipandang layak diperhatikan Allah. Akan tetapi, oleh anugerah-Nya, justru Allah menjadikan kita puncak dan pemimpin ciptaan.

Fakta ini seharusnya menghadirkan perasaan takjub dan syukur kepada-Nya. Sayangnya, kadang kala kita lupa akan hal tersebut. Kadang kita merasa bahwa kita layak untuk diberkati Allah, mungkin karena merasa sudah aktif melayani, memberi banyak persembahan, bekerja keras dalam hidup, dan sebagainya. Akibatnya, kita jadi merasa tidak perlu lagi bersyukur. Hari ini kita diingatkan bahwa kita semua terlalu kecil bagi Allah, tetapi anugerah-Nya sangatlah besar bagi kita. Karena itu, kita harus selalu bersyukur pada-Nya.



Kesadaran akan kebesaran anugerah Allah pada kita menghasilkan ungkapan syukur dalam diri kita

 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.