• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Renungan Harian/Saat Teduh.

  • Pembuat thread awal. Pembuat thread awal. user.
  • Tanggal Mulai Tanggal Mulai
Bacaan hari ini: Imamat 25:1-22
Ayat mas hari ini: Keluaran 20:8
Bacaan Alkitab Setahun: Mikha 4-7


Kehidupan kerap kali menjebak manusia dengan ritme yang terlalu cepat dan tanpa jeda. Padahal Tuhan yang merancang manusia sejak semula, memberi kita perintah untuk beristirahat, dengan mengkhususkan sabat. Tuhan hendak menunjukkan cinta-Nya melalui sabat. Hidup seluruh ciptaan akan seimbang melalui penerapan sabat. Bahkan, bukan manusia saja yang diperintahkan untuk beristirahat, tetapi juga tanah. Dalam Imamat 25, Tuhan Allah menerapkan tahun sabat bagi tanah untuk berproduksi. Namun, Tuhan akan tetap mencukupkan makanan bagi umat selama tahun itu, karena sejak tahun keenam Tuhan sudah mengirim lebih banyak berkat (ayat 20, 21). Lebih jauh lagi, tahun kelima puluh (tahun Yobel) dikhususkan untuk mengadakan pembebasan.

Sabat diadakan agar kita bergantung pada pemeliharaan Tuhan dan menikmati kecukupan yang Tuhan sediakan. Ambil satu hari sabat setiap minggu sebagai momen untuk membuang segala kekhawatiran kita dalam mencari nafkah. Juga sebagai momen untuk belajar berserah total pada pemeliharaan Tuhan.

Tentu beristirahat pada hari sabat tidaklah identik dengan usaha mencari hiburan semata. Sabat perlu diisi dengan aktivitas-aktivitas yang semakin mendekatkan diri kita kepada sang Ilahi. Aktivitas yang memperkaya hidup batin seperti ibadah, bersekutu dengan saudara seiman, menikmati waktu bersama keluarga, dan sebagainya. Tanpa menjaga sabat, maka irama hidup kita tidak akan seimbang. Sabat akan mengajar kita betapa seharusnya kita bergantung sepenuhnya kepada Tuhan dan tidak khawatir secara berlebihan akan hidup ini


KESEIMBANGAN HIDUP TERJADI KETIKA SABAT KITA JALANI

 
Bacaan hari ini: Kejadian 2:18-25
Ayat mas hari ini: Kejadian 2:22
Bacaan Alkitab Setahun: Nahum 1-3


Pernahkah Anda kesepian? Bagaimana suasana hati Anda ketika itu? Kelabu dan dingin? Lalu bayangkan, dalam suasana begitu, tiba-tiba seseorang hadir dan membuat hati Anda hangat dan bahagia. Rasanya? Sungguh menyenangkan!

Saat Adam kesepian, Allah merasa kasihan kepadanya. Jadi, untuk memberinya penolong yang sepadan, Allah mengirim segala binatang hutan dan burung agar diberi nama oleh Adam. Tujuannya, supaya ia dapat memilih satu penolong baginya. Namun, tak ada yang sesuai. Karena semua calon gagal, Tuhan Allah membuat Adam tertidur. Lalu dari rusuk Adam dibangun-Nya (dari kata Ibrani banah, artinya “melakukan karya seni bak seniman patung”) seorang wanita (isyah). Berbeda dengan bagaimana Adam dibentuk (yatsar, artinya “melakukan karya seperti tukang”) dari debu tanah menjadi laki-laki (isy). Itulah pria dan wanita. Dibentuk dari bahan baku berbeda (debu tanah dan rusuk) serta cara kerja berbeda pula (cara tukang dan cara seniman). Walau demikian, pernikahan pertama itu mengandung semangat kesatuan dalam perbedaan. Sampai A-dam pun berkata: “Inilah dia tulang dari tulangku, dan daging dari dagingku” (ayat 23).

Demikian pula yang semestinya terjadi dalam semua pernikahan. Bagi calon pengantin yang merancang hidup baru dan pengantin baru, mungkin ini menggairahkan. Namun bagi suami istri yang sudah lama berumah tangga, perbedaan dalam kesatuan bisa jadi beban, bahkan beban berat! Namun, kemungkinan besar persoalannya ada pada pemikiran kita mengenai perbedaan. Jadi, mari mohon hikmat Tuhan; sebab siapa pintar mengelola perbedaan akan menemukan kesepadanan



PERBEDAAN BUKAN BENCANA JUSTRU PERBEDAAN YANG MEMBUAT HIDUP INI BERWARNA

 
Bacaan hari ini: Ibrani 13:1-6
Ayat mas hari ini: Ibrani 13:5
Bacaan Alkitab Setahun: Habakuk 1-3



Pada awal masa krisis ekonomi, pernah terjadi orang sulit membeli minyak goreng. Harganya meroket. Banyak orang menjadi resah. Namun, seorang ibu malah mendapat ide kreatif. Ia mencoba menggoreng tanpa minyak goreng! Ketika memasak telur ceplok, ditaruhnya daun pisang di atas wajan, lalu telur diceplok di atasnya. Hasilnya cukup memuaskan. Segera ide ini disebarluaskan ke media massa. Idenya, ketimbang belanja melebihi kemampuan, lebih baik belajar mencukupkan diri dengan apa yang ada.

Dalam Ibrani 13:5, penulis kitab Ibrani mengutip janji pemeliharaan Tuhan dari Ulangan 31:6, “Ia tidak akan membiarkan engkau.” Namun, didahului dengan sebuah syarat: “cukupkan dirimu dengan apa yang ada padamu”. Tuhan tidak akan memelihara orang yang boros dan serakah. Dia memelihara orang yang mau belajar bersyukur de-ngan apa yang ada. Yakni mereka yang berjuang untuk bisa hidup dengan yang sedikit, ketimbang terus berusaha meraup lebih banyak. Mereka yang memilih bergaya hidup memberi dan membagi (ayat 2,3) lebih dari mengumpulkan bagi diri sendiri. Mereka yang berusaha menikmati apa yang sudah tersedia, ketimbang menyesali apa yang telah hilang.

Kita hidup di zaman sulit. Di satu sisi, harga BBM dan kebutuhan pokok semakin mahal. Di sisi lain, semakin banyak tawaran untuk membeli aneka barang yang tak kita butuhkan. Tanpa belajar mencukupkan diri, kita bisa menjadi hamba uang yang serakah. Terjebak utang-piutang yang menyengsarakan. Atau menjadi pribadi yang ha-nya ingat diri sendiri, tak pernah memberi tumpangan. Ini saatnya kita belajar mencukupkan diri!



ALLAH AKAN MENCUKUPKAN MEREKA YANG BELAJAR MENCUKUPKAN DIRI

 
Bacaan hari ini: Yohanes 2:1-5
Ayat mas hari ini: Yohanes 2:4
Bacaan Alkitab Setahun: Zefanya 1-3



Setiap kali kisah di Kana dikhotbahkan, iman kita diteguhkan dengan mukjizat yang Yesus lakukan. Kerinduan untuk mengundang Yesus ke dalam hidup kita semakin besar. Memang benar bahwa jika Yesus hadir, maka kekurangan dalam hidup kita pasti dapat Yesus atasi. Namun lebih dari sekadar mengharap mukjizat-Nya, kita patut mengamati dan meniru sikap hidup Yesus dalam peristiwa ini.

Pertama, Dia mau hadir dalam pesta pernikahan. Artinya, Yesus mau bergaul, tidak menyendiri atau di Bait Suci saja. Kita pun mesti hadir di masyarakat dan lingkungan, berada di tengah orang banyak, mungkin di sana kita dapat melakukan sesuatu yang berguna. Kedua, Ibu Maria meyakini-Nya (ayat 4,5) sebagai Pribadi yang bisa dimintai pertolongan. Ibu Maria tidak meminta tolong kepada orang lain. Ia langsung datang kepada Yesus karena yakin Yesus pasti dapat menolong. Semoga setiap kita sebagai anak-anak-Nya juga dipercaya sebagai tempat ke mana orang dapat datang meminta pertolongan. Orang boleh merasa yakin mereka tidak akan ditolak oleh orang kristiani. Ketiga, Yesus rela berkurban bagi orang lain. Memang belum saat-Nya Yesus “dikenali” orang banyak lewat mukjizat yang Dia buat. Bila publik mulai mengetahui hal itu, kemungkinan besar akan muncul berbagai reaksi yang dapat menyulitkan Yesus. Walaupun demikian, Dia tetap membuat mukjizat agar pesta pernikahan di Kana terselamatkan. Begitulah Yesus berkurban dan menolong, agar orang lain terselamatkan.

Belajar dari sikap hidup Yesus, biarlah hari ini kita meniru Dia!



SIKAP HIDUP ORANG BANYAK MUNGKIN MEMENGARUHI KITA NAMUN BIARLAH SIKAP HIDUP YESUS YANG MENJADI CETAK BIRU KITA
 
Bacaan hari ini: Bilangan 10:29-34
Ayat mas hari ini: Bilangan 10:31
Bacaan Alkitab Setahun: Hagai 1-2


Seberapa sering Anda menerima pujian yang tulus dari kekasih Anda?” Pertanyaan ini diajukan pada ratusan suami istri dalam sebuah penelitian. Hasilnya mengejutkan. Ternyata banyak yang berkata, “Saya tak pernah menerima pujian” atau “Hampir tak pernah”. Seorang istri menjawab: “Aku tidak ingat kapan terakhir kali suamiku me-mujiku”. Banyak orang pelit dalam memuji. Berat lidah untuk menyatakan betapa ia menyukai, mengagumi, atau menghargai orang lain. Alasannya macam-macam. “Ia sudah tahu!”, “Kalau dipuji nanti besar kepala”, atau “Saya malu mengatakannya”.

Sebuah penghargaan dapat memperkokoh hubungan. Musa menyadari hal ini. Ketika berada di Gunung Sinai, Musa diberi tahu bahwa Hobab tidak lagi mau melanjutkan perjalanan bersama rombongannya. Memang Hobab bukan orang Israel. Ia orang Midian. Bukannya ikut ke tanah perjanjian, ia justru ingin kembali ke kampungnya. Melihat hal ini, Musa memohon Hobab tetap bersamanya. Musa menyatakan betapa pentingnya Hobab. Dipujinya Hobab sebagai penunjuk jalan terbaik. Orang yang paling tahu seluk-beluk padang gurun. Walaupun Musa pemimpin tertinggi, ia tidak gengsi un-tuk mengakui kehebatan Hobab. Penghargaan ini akhirnya membuat Hobab tak jadi meninggalkan Musa, sebab ia merasa dirinya berharga.

Coba pikirkan orang-orang yang sudah banyak menolong Anda. Mereka yang sudah membuat hidup Anda nyaman dan indah. Kapan terakhir kali Anda memuji dan menghargai mereka? Pernahkah Anda menyatakan betapa pentingnya mereka bagi Anda? Kalau belum, lakukanlah itu hari ini!


PUJIAN MEMPERKAYA HIDUP ORANG YANG MENERIMANYA TANPA MEMPERMISKIN SANG PEMBERINYA
 
Bacaan hari ini: 2 Timotius 2:22-26
Ayat mas hari ini: 2 Timotius 2:22,23
Bacaan Alkitab Setahun: Zakharia 1-3



Filippo Inzaghi adalah seorang striker sepakbola asal Italia. Gaya permainan bolanya tidak secantik Ronaldinho—pemain nasional Brasil. Tubuhnya kecil, kecepatan larinya pun rata-rata. Namun, yang membuatnya istimewa adalah kemampuannya mencari ruang kosong, sehingga setiap serangan yang ia buat menjadi efektif. Tak banyak gaya, tetapi gol tercipta. Itulah yang membuatnya menjadi striker yang tetap diandalkan oleh AC Milan, timnya, meskipun usianya sudah tidak muda lagi.

Prinsip ini senada dengan nasihat Paulus. Ayat-ayat yang kita baca adalah nasihat Paulus kepada Timotius yang hendak menjadi hamba Tuhan. Agar pelayanannya berhasil, Timotius diminta untuk tidak mengejar nafsu orang muda (ayat 22), tetapi menyalurkan energi dan waktunya untuk hal-hal yang lebih berguna. Tidak membuang waktu untuk sesuatu yang mengada-ada atau bodoh (ayat 23), tetapi mengejar keadilan, kesetiaan, kasih, dan damai sejahtera. Melalui setiap nasihat ini, Paulus rindu agar Timotius hidup seefektif mungkin dalam melayani Allah.

Sekarang coba kita terapkan nasihat ini bagi kita secara pribadi. Adakah kita masih banyak menghabiskan waktu untuk hal-hal yang kurang berguna; seperti bertengkar, menggosip, menjelekkan orang lain, dan sebagainya? Waktu yang ada begitu singkat dan tak akan terulang, jadi sudah seharusnya kita menggunakan waktu untuk melaku-kan hal-hal dan aktivitas yang menyenangkan hati Tuhan. Apalagi Tuhan memberi kita tugas untuk mengajar dan menuntun orang lain (ayat 24,25). Jangan buang waktu lagi, hiduplah efektif bagi Allah!



BEBERAPA MENIT YANG HABIS UNTUK MEMBICARAKAN ORANG LAIN SEBENARNYA CUKUP UNTUK MELAKUKAN SATU KEBAIKAN
 
Bacaan hari ini: Kejadian 44:18-34
Ayat mas hari ini: Matius 3:8
Bacaan Alkitab Setahun: Zakharia 4-6



Saya pernah bertemu seorang anak muda yang baru sembuh dari kecanduannya akan narkoba. Setelah dirawat di pusat rehabilitasi dan dinyatakan sembuh, ia pun diizinkan pulang. Lembaran baru dalam hidupnya dimulai. Ia pun kembali ke gereja. Namun, beberapa bulan kemudian saya mendengar berita mengejutkan bahwa anak muda itu meninggal dunia karena overdosis. Ya, mengagetkan karena seharusnya ia sudah sembuh. Pengalaman pahit dengan obat-obatan ternyata tidak membuat anak muda ini sungguh-sungguh berubah. Ia belum mengalami pertobatan yang membawa-nya sampai ke titik perubahan.

Saudara-saudara Yusuf telah melakukan kesalahan besar dalam hidup mereka. Dengan hati penuh dengki dan iri hati, mereka menjual Yusuf ke tangan orang asing (37:28). Namun, akhirnya itu menjadi pengalaman menyakitkan, bukan hanya buat Yusuf tetapi buat mereka juga. Mengapa? Setelah melihat ayah mereka sangat berduka, mereka sadar telah berbuat salah (37:34,35). Sebab itu, ketika mereka kembali diper-hadapkan pada sebuah tantangan untuk “menjual” Benyamin atau membelanya, mereka memilih untuk membela Benyamin (44:16,18-34). Mengapa? Karena mereka tidak mau melakukan kesalahan yang sama.

Sebuah pertobatan tidak cukup hanya sebuah kata yang keluar dari mulut kita. Apabila kita pernah melakukan sebuah dosa dan kemudian menyesalinya, kita perlu membuat perubahan yang nyata. Itu sebabnya pertobatan harus dialami tiap-tiap hari. Atas setiap perbuatan kita yang salah, mari bertobat dengan sungguh sampai kita be-nar-benar berubah



SEBUAH PERTOBATAN YANG SUNGGUH PASTI MEMBAWA KITA PADA PERUBAHAN DIRI

 
Bacaan hari ini: Keluaran 20:1-6
Ayat mas hari ini: Keluaran 20:4
Bacaan Alkitab Setahun: Zakharia 7-9


Jika kita ditanya apakah kita menyembah berhala, pasti kita langsung menampik-nya. Kita tidak pernah merasa menyimpan patung apalagi sujud menyembahnya. Kita merasa aman dari dosa pelanggaran titah kedua ini. Padahal, dosa ini tidak selalu berkenaan dengan ada tidaknya benda-benda objek pemujaan di sekitar kita. Namun, juga menyangkut cara berpikir dan cara bersikap, yang bersumber jauh di ruang kendali pikiran manusia, yakni paradigma kita.

Bahaya yang lebih nyata dan lebih berbahaya kerap kali adalah kecenderungan kita untuk “memberhalakan Tuhan”, daripada “mempertuhankan berhala”. Berhala disembah, tetapi sebenarnya apakah itu diberikan untuk kehormatan si berhala sendiri? Tidak! Berhala disembah, agar ia bersedia melayani si “penyembahnya”. Demikian pula tanpa disadari kita acap “memanfaatkan” Tuhan agar tujuan kita tercapai. Tuhan disembah dan dipuja, bukan karena Dia Tuhan, melainkan agar kita dapat meminta ini dan itu kepada Tuhan. Dan pada saat itulah kita telah memberhalakan Tuhan

Bangsa Israel mengalami didikan Allah yang berdaulat penuh. Allah yang memimpin menjadi satu-satunya tempat menggantungkan hidup mereka. Mereka sadar Allah yang Mahabesar dapat melakukan apa pun jika Dia mau. Itu sebabnya Dia patut disembah dan diagungkan, tanpa manusia berhak mengharap sesuatu dari-Nya. Mari menyembah Tuhan semata-mata karena Dia Tuhan. Apa pun yang dilakukan-Nya. Terlepas dari apa pun yang diberikan-Nya. Tanpa syarat, tanpa pamrih. Dia Allah Mahakuasa yang memi-liki kita



PENYEMBAHAN KEPADA TUHAN ADALAH TUJUAN HIDUP BUKAN ALAT UNTUK HIDUP

 
Bacaan hari ini: 1 Petrus 3:1-7
Ayat mas hari ini: 1 Petrus 3:1
Bacaan Alkitab Setahun: Zakharia 10-12


Sejak berpacaran dengan Dedi, Santi menyadari kekasihnya itu sering bersikap cuek. Tidak peduli. “Tidak mengapa,” pikirnya, “aku akan mengubahnya setelah menikah!” Setelah berumah tangga barulah ia sadar betapa sulitnya mengubah suami. Berbagai cara telah dipakainya; mulai dari memohon, merajuk, menangis, menegur, sampai mengancam sang suami untuk lebih memedulikan dirinya. Hasilnya nihil. Bukannya tambah peduli, sikap cuek sang suami malah makin menjadi. Pasalnya, ia merasa jengkel “diteror” sang istri.

Jarang sekali orang bisa berubah karena dipaksa. Kita tidak bisa mengubah orang lain karena perubahan hanya bisa terjadi dari kesadaran diri. Yang bisa kita lakukan hanyalah menciptakan suasana kondusif untuk mendorong orang lain berubah. Menyadari hal itu, Rasul Paulus meminta para istri untuk “memenangkan suami tanpa perkataan” jika ia berbuat salah. Dengan menunjukkan keteladanan yang simpatik, suami akan sadar diri dan terdorong untuk berubah. Cara ini jauh lebih efektif ketimbang mengkhotbahi. Nasihat Paulus tidak hanya berlaku bagi para istri, tetapi juga untuk setiap orang. Keteladanan hidup adalah perhiasan batin; punya daya pikat; menarik orang untuk berusaha memilikinya juga.

Apakah Anda ingin orang yang Anda kasihi berubah? Jangan katakan, “Aku akan mengubah dia!” Mintalah Tuhan yang mengubah orang tersebut. Sementara itu, berusahalah untuk mengubah diri Anda sendiri. Tunjukkan keteladanan yang simpatik. Memang butuh waktu lama, tetapi perjuangan Anda tak akan sia-sia. Perlahan tapi pasti, perubahan akan terjadi


KETELADANAN ITU BAGAIKAN MAGNET IA MENARIK ORANG MENGIKUTI APA YANG KITA CONTOHKAN
 
Bacaan hari ini: Amsal 31:10-31
Ayat mas hari ini: Amsal 31:29
Bacaan Alkitab Setahun: Zakharia 13-14



Cindy dan Chip sudah 5 tahun pisah rumah. Rencananya, mereka akan bercerai pada akhir 2007. Lagipula, Chip sudah punya kekasih baru. Pada awal tahun, sesuatu terjadi. Chip menderita gagal ginjal parah. Cindy tidak tega melihatnya. “Bagaimanapun, ia masih suamiku,” ujarnya. Maka ia sumbangkan satu ginjal untuk Chip, tanpa ikatan apa pun. Rencana cerai tetap berjalan. Namun setelah keduanya pulih dari operasi, mereka jatuh cinta lagi! Sang suami berujar, “Buat apa aku mencari perempuan lain, jika di sini ada seseorang yang mau berkorban begitu besar untukku?” Akhirnya, Chip meninggalkan kekasih gelapnya dan kembali kepada Cindy.

Pengorbanan istri sanggup meluluhkan hati suami. Pengabdian istri adalah kecantikan batin yang tak ternilai. Ada banyak bentuk pengorbanan. Dalam kitab Amsal, pengorbanan istri ditunjukkan dengan perjuangannya setiap hari. Mulai dari memenuhi kebutuhan sandang pangan suami dan anak-anaknya (ayat 13-19, 21,22) sampai menjadi guru dalam keluarga (ayat 26,27). Dari pagi hingga malam ia berjerih lelah. Mengupayakan yang terbaik, demi masa depan keluarga. Ia lelah, tetapi bahagia. “Ia tertawa tentang hari depan”.

Dewasa ini, banyak suami atau anak memandang sepele pengorbanan istri atau ibu. Kesibukannya mengurus rumah ataupun bekerja dianggap sudah biasa. “Memang sudah kewajibannya.” Padahal di balik cerita sukses suami maupun keberhasilan anak, ada pengorbanan istri atau ibu. Istri atau ibu kita mungkin belum pernah mendonorkan ginjalnya. Namun, pengorbanannya dari hari ke hari tidak kurang. Kita patut menghargainya lebih!


ISTRI KITA MUNGKIN BUKAN ORANG TERCANTIK TETAPI IA ADALAH ORANG YANG TERBAIK
 
Bacaan hari ini: Yohanes 3:14-20
Ayat mas hari ini: Yohanes 3:17
Bacaan Alkitab Setahun: Maleakhi 1-4



Saya mendapat kiriman sebuah klip video dari seorang teman di Jakarta. Kisahnya, ada seorang ibu yang menemukan seekor singa di sebuah hutan di Cali, Kolombia. Singa itu terluka parah dan hampir mati. Si ibu membawanya pulang dan merawatnya dengan penuh kasih hingga sembuh. Kemudian ia menyerahkan singa itu ke kebun binatang setempat supaya mendapat perawatan yang lebih baik. Klip video berdurasi sekitar 40 detik itu berisi tayangan ketika suatu hari si ibu meng-unjungi singa itu. Melihat ibu penyelamatnya datang, serta merta singa itu berdiri dan dari dalam kerangkeng, ia meraih dan memeluk erat si ibu dengan kedua kaki depannya. Si ibu pun mengusap-usap kepala singa itu. Mengharukan sekali.

Seekor binatang buas pun tahu berterima kasih kepada penyelamatnya. Lalu, bagaimana dengan manusia? Mirip dengan si ibu yang menyelamatkan singa yang terluka itu, Tuhan Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan manusia yang terluka—bahkan telah mati karena dosa-dosa yang mengerikan. Namun, apa yang kemudian Dia terima dari manusia? Justru penolakan dan penyaliban! Sungguh ironis.

Kita tentunya tidak ingin mengulangi kesalahan manusia dua ribu tahun yang lalu. Bayangkanlah kondisi kita yang terluka dan tanpa harapan; kematian seolah-olah tinggal menunggu waktu. Lalu Tuhan Yesus datang; menolong, merawat, dan menyelamatkan kita, sehingga kita sembuh benar. Kita dipulihkan. Adakah hidup kita sudah menunjukkan rasa terima kasih yang menyukakan hati-Nya?



KALAU HEWAN SAJA TAHU BERTERIMA KASIH KENAPA KITA TIDAK?
 
Bacaan hari ini: Mazmur 25
Ayat mas hari ini: Mazmur 25:10
Bacaan Alkitab Setahun: Matius 1-3



Jepit rambut tipis—biasanya berwarna hitam dan berukuran kecil—kerap kali dianggap remeh oleh banyak orang. Namun, buat saya, jepit rambut itu sangat berguna. Selama beberapa waktu, ia akan menjepit dan menjaga rambut saya agar tetap di tempatnya, sehingga kelihatan rapi. Sementara beraktivitas, kadang saya meraba jepit rambut saya dan lega jika mendapati ia menjalankan tugasnya dengan baik. Sekalipun mungkin—andai rambut saya bisa “merasa”—itu menyebabkan si jepit “dibenci” oleh rambut saya karena ia membuat rambut saya tidak bisa terurai dengan bebas.

Dalam hidup kita pun, ada banyak “jepit” yang Tuhan taruh, yakni “jepit-jepit” per-aturan yang menurut kita terkadang membosankan, mengekang, membatasi, kuno, dan membuat kita merasa tidak enak, tetapi sangat perlu. Perlu untuk mengarahkan kita tetap berada di jalan yang Tuhan kehendaki. Perlu untuk membentuk kita menjadi pribadi seperti yang Tuhan mau!

Mari sekali lagi kita belajar dari Daud. Salah satu kunci keberhasilan Daud adalah ia mencintai hukum-hukum Tuhan. Ia tidak bosan dengan hukum-Nya. Ia telah mengalami bagaimana hukum Tuhan itu telah membuatnya berbalik dari kejahatan (ayat 7,8); juga membangkitkannya dari kejatuhan; membuatnya kembali karib dengan Allah dan tidak kehilangan karunia-Nya (ayat 14). Tuhan telah menyediakan jalan hidup yang penuh ka-sih setia dan kebenaran. Kita tinggal diminta untuk berpegang pada janji-Nya, menuruti peringatan-Nya. Mungkin peringatan-Nya tak tampak menarik bagi kita, tetapi serupa dengan jepit rambut yang kecil, ia pasti sangat berguna



TAK SEMUA PERINGATAN TUHAN TAMPAK INDAH TETAPI SEMUANYA ADA UNTUK MENJAGAI HIDUP KITA BENAR
 
Bacaan hari ini: Yohanes 14:1-11
Ayat mas hari ini: Yohanes 14:6
Bacaan Alkitab Setahun: Matius 4-7


Seorang anak miskin dari desa sangat ingin pergi ke istana dan menjumpai raja ne-geri itu. Ibu dan tetangga-tetangga mengatakan bahwa niatnya itu tak masuk akal. Namun, si anak tetap nekat. Ia pun berangkat. Sayang, penjaga istana tak mengi-zinkannya masuk begitu saja. Berbagai pertanyaan dan syarat diajukan, sehingga si anak gelagapan. Akibatnya, ia tak boleh masuk. Sambil berjalan pulang, ia menangis tersedu-sedu. Di tengah jalan, ia bertemu seorang anak laki-laki yang bertanya mengapa ia menangis. Setelah mendengar ceritanya, anak laki-laki itu menggandeng tangannya dan berkata, “Ayo ikut aku.”

Maka berjalanlah mereka beriringan. Ternyata mereka kembali ke istana. Sampai di gerbang, si anak desa sudah khawatir. Namun, ia mendapati situasi yang berbeda. Para pengawal menunduk. Tanpa berkata apa-apa mereka membukakan pintu, memberikan penyambutan, lalu mempersilakan keduanya masuk. Sampai akhirnya mereka bertemu sang raja. Di depan raja, si anak laki-laki berkata, “Ayah, perkenalkan, ini temanku. Ia sangat ingin bertemu Ayah. Ayah mau kan berbincang dengannya?”

Gerbang surgawi, barangkali juga serupa pintu berpalang yang dijaga banyak pengawal. Dan, di hadapan mereka, kita adalah warga biasa, yang tak bisa masuk begitu saja. Namun, kondisinya akan berbeda saat kita tak datang sendiri ke sana. Apabila Yesus yang menggandeng tangan kita, tak ada syarat diajukan (ayat 3). Sebaliknya, penyambutan diberikan. Dan kita boleh menikmati keberadaan kita di sana. Ya, tak ada syarat lain untuk masuk ke sana. Satu saja syaratnya: masuk bersama Yesus!



KUNCI GERBANG SURGA ADA DI TANGAN SANG ANAK KITA TAK BISA KE SANA TANPA GANDENGAN TANGAN-NYA
 
Bacaan hari ini: Efesus 5:14-21
Ayat mas hari ini: Efesus 5:15
Bacaan Alkitab Setahun: Matius 8-10



Saya mendapat puisi ini dari sebuah e-mail yang dikirim seorang teman di Jakarta: Sediakan waktu untuk berpikir, itulah sumber kejernihan. Sediakan waktu untuk bermain dan bersantai, itulah rahasia awet muda. Sediakan waktu untuk membaca, itulah landasan kebijaksanaan. Sediakan waktu untuk berteman, itulah jalan menuju hidup bermakna. Sediakan waktu untuk bermimpi, itulah yang membawa Anda ke bintang. Sediakan waktu untuk mencintai dan dicintai, itulah hak istimewa dari Tuhan. Sediakan waktu untuk melihat sekeliling, waktu Anda terlalu singkat untuk hidup dalam dunia Anda sendiri. Sediakan waktu untuk tertawa, itulah musik bagi jiwa. Sediakan waktu bersama keluarga, itulah mutiara paling indah. Sediakan waktu pribadi untuk di bersama Tuhan, itulah sumber kekuatan.

Ya, bagaimana hidup kita; apakah akan bermakna dan berguna, ataukah akan berlalu dengan sia-sia tanpa arti, tergantung pada bagaimana kita mempergunakan waktu. Semua orang dikaruniai jumlah waktu yang sama; 24 jam sehari, tujuh hari seminggu, 52 minggu setahun. Tidak kurang, tidak lebih. Dengan waktu yang sama itu, ada orang yang bisa berkarya besar bagi Tuhan dan sesamanya, tetapi ada juga orang yang “nol besar” alias tidak berkarya apa-apa selama hidupnya. Pangkalnya terletak pada pengelolaan waktu.

Rasul Paulus membedakan orang arif dengan orang bebal dari cara hidupnya. Cara hidup seseorang selalu berkenaan dengan cara ia menggunakan waktunya. Tergolong yang manakah kita? Orang arif atau orang bebal?



WAKTU TIDAK AKAN TERULANG, SEKALI BERLALU SELAMANYA BERLALU PERGUNAKAN WAKTU SEBAIK-BAIKNYA DAN SEBENAR-BENARNYA

 
Bacaan hari ini: Yohanes 3:22-36
Ayat mas hari ini: Yohanes 3:30
Bacaan Alkitab Setahun: Matius 11-14



Nama Tenzing Norgay tidaklah sepopuler Sir Edmund Hillary. Padahal, Norgay ada-lah orang yang mendampingi dan bersama Hillary menaklukkan Mount Everest. Ia adalah penduduk asli yang berprofesi sebagai pemandu jalan bagi Hillary. Setelah pendakian yang monumental itu, nama Hillary menjadi terkenal ke seluruh dunia. Ia pun diingat dan dikenang sebagai orang pertama yang menaklukkan Mount Everest. Kecewakah Norgay? Tidak. Dalam sebuah wawancara ia berkata, “Andai menjadi orang kedua yang menaklukkan Everest adalah hal yang memalukan, saya akan menanggungnya.” Norgay sadar betul ia hanyalah pemandu. Tugas utama seorang pemandu adalah mengantar orang tiba di tempat tujuan. Apa yang dicapai setelah itu bukanlah “bagiannya”.

Sama dengan sikap yang dihidupi oleh Yohanes Pembaptis. Yohanes sadar betul bahwa dirinya hanyalah seorang utusan; pembawa berita. Bukan berita itu sendiri. Tugasnya adalah membuka jalan bagi Sang Mesias (ayat 28). Kepada murid-muridnya yang bertanya, ia menjawab, “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (ayat 30).

Begitulah prinsip dasar pelayanan kristiani: menjadikan Tuhan, yang kita junjung dan layani, semakin dimuliakan dan diingat. Pelayanan bukan untuk “membesarkan” nama kita, sebab kita ini hanyalah alat; entah sebagai pendeta, guru Sekolah Minggu, aktivis gereja, atau apa pun. Justru kalau karena pelayanan kita, orang malah lebih mengingat dan mengagumi kita, pasti ada yang salah. Sebab itu berarti kita telah mengambil apa yang bukan hak kita



TUJUAN PELAYANAN ADALAH MENJADIKAN TUHAN NOMOR SATU BIARLAH KITA TETAP ”DI BELAKANG”
 
Bacaan hari ini: Efesus 6:1-4
Ayat mas hari ini: Efesus 4:29
Bacaan Alkitab Setahun: Matius 15-17



Banyak konflik orangtua dan anak dibingkai oleh kata-kata: “Bapak Ibu itu kuno!” Atau, “Anak zaman sekarang tidak tahu menghormati orangtua, beda dengan zaman kami dahulu”. Begitulah yang kerap terjadi dalam banyak rumah tangga. Lalu bagaimana ketegangan seperti ini mesti dikelola?

Paulus berpesan agar orangtua mendidik anak-anak dalam ajaran dan nasihat Tuhan serta bertindak sedemikian rupa agar anak paham yang mereka terima meru-pakan ekspresi kasih semata. Bisa jadi ajaran dan nasihat mengambil bentuk yang tegas, tetapi tak pernah ketegasan itu keluar dari hati yang membenci. Sebaliknya, anak diminta menghormati orangtuanya, bukan hanya agar si anak beruntung (“supaya lanjut umurmu”, ayat 3). Anak perlu taat kepada orangtua yang hidup dalam Tuhan karena ini merupakan sebuah perintah; suatu keharusan! Namun, ingat juga pesan Paulus, “taatilah orangtuamu di dalam Tuhan”. Artinya, perspektif ketaatan pada orangtua mesti berpusatkan kepada Tuhan. Nilai-nilai ketuhanan itulah yang menjadi dasar ketaatan anak terhadap ayah dan ibunya.

Bisa saja orangtua berbuat salah, bahkan jahat. Terhadap kasus seperti ini, anak tentu harus lebih memegang kebenaran sebagai ekspresi imannya kepada Tuhan sebagai sumber segala kebenaran. Sekalipun demikian, janganlah orangtua diabaikan. Mereka tetap layak menerima hormat. Semoga sebagai anak, kita selalu menghargai orangtua dengan hati yang hormat, bukan dengan hati yang merasa “lebih” lalu meremehkan bahkan menihilkan orangtua sendiri




JIKA DAMAI YANG ANDA INGINKAN MULAILAH DARI KELUARGA ANDA—BUNDA TERESA

 
Bacaan hari ini: Markus 7:24-30
Ayat mas hari ini: Markus 7:26
Bacaan Alkitab Setahun: Matius 18-21



Sebagai orangtua kristiani, kita memiliki kewajiban yang tak boleh dilupakan. Apakah itu? Berdoa untuk anak-anak kita! Dalam buku How to be a Good Mom, dikupas tentang pentingnya orangtua berdoa untuk anak-anaknya. Doa untuk anak-anak sungguh merupakan sesuatu yang penting dan tak dapat diabaikan!

Pokok doa pertama tentu kita berdoa untuk kehidupan rohani anak-anak. Berdoa agar mereka semakin mengenal Allah lebih dalam lagi. Dengan doa, anak-anak kita akan menjadi anak-anak yang takut akan Tuhan. Ketika itu terjadi, tanpa harus kita awasi dengan ketat pun mereka dapat menjadi anak yang bertanggung jawab atas hidup mereka sendiri. Pokok doa selanjutnya, kita berdoa untuk perkembangan fisik dan mental mereka. Ada begitu banyak anak memiliki gambar diri yang rusak. Sulit menerima diri sendiri. Mereka mungkin minder, penuh sikap negatif, dan pesimis. Melalui doa, mintalah Allah membuat terobosan-terobosan baru dalam hidup mereka, sehingga hidup mereka diubahkan. Masih banyak yang perlu kita doakan. Berdoa untuk komunitas dan pergaulan anak-anak kita; untuk calon pasangan hidup mereka kelak; untuk kesehatan mereka; untuk studi atau aktivitas-aktivitas yang dijalani; untuk masa depan mereka; dan tentu masih ada banyak hal khusus yang bisa kita doakan.

Kita takkan pernah menjadi orangtua yang baik jika berhenti berdoa untuk anak-anak kita. Dengan berdoa untuk anak-anak, berarti kita mengakui keterbatasan kita sebagai orangtua dalam mendidik anak-anak. Dengan berdoa, kita mengizinkan Tuhan yang tak terbatas menyatakan kebaikan-Nya kepada anak-anak kita



KITA TIDAK AKAN PERNAH MENJADI ORANGTUA YANG BAIK JIKA KITA BERHENTI BERDOA UNTUK ANAK-ANAK KITA
 
Bacaan hari ini: Ayub 42:1-6
Ayat mas hari ini: Ayub 42:5
Bacaan Alkitab Setahun: Matius 22-24



Emily hanyalah wanita biasa. Ketika mertuanya meninggal, suaminya diminta melan-jutkan sebuah proyek raksasa pembangunan jembatan. Namun, di tengah proses pembangunan itu, suaminya sakit—lumpuh, tuli, dan sulit berkomunikasi. Saat itulah, sang suami, dalam keterbatasannya, mengajarkan berbagai hal mengenai pembangunan jembatan. Emily pun menjadi asisten utama suaminya dan berusaha belajar teknik pembangunan sendiri. Pada 1870, sebuah jembatan sepanjang 1.825 meter terbentang kokoh di atas East River. Jembatan tersebut menghubungkan Brooklyn dan Manhattan di Amerika Serikat. Itulah Brooklyn Bridge, yang berhasil dituntaskan pembangunannya oleh Emily Warren Roebling. Pencobaan kerap membawa kita naik satu tingkat lebih tinggi. Melalui masalah, tidak jarang kita bertemu dengan kemampuan-kemampuan kita yang tidak terduga; belajar tentang arti pentingnya kasih, semangat kekeluargaan, makna persahabatan sejati, dan yang tak kalah penting, merasakan pengalaman penyertaan Tuhan yang luar biasa.

Itulah yang dialami Ayub. Ia harus menghadapi kenyataan bahwa segala yang ia miliki hilang lenyap. Namun, Allah menuntun Ayub melewati setiap lembah yang penuh duka dan kepedihan. Dan, ketika semuanya berlalu, Ayub mendapatkan pengalaman berharga. Ia mengalami sendiri penyertaan Allah. Katanya, “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau” (ayat 5).

Mungkin Anda tengah dalam pergumulan berat. Jangan putus asa. Tuhan punya rencana yang besar dalam hidup Anda



SIKAPI PENCOBAAN DENGAN IMAN MAKA ITU AKAN MEMBAWA KITA LEBIH DEKAT DENGAN TUHAN​
 
Bacaan hari ini: Lukas 18:9-14
Ayat mas hari ini: Roma 12:15
Bacaan Alkitab Setahun: Matius 25-28



Ketika muridnya bertanya tentang ucapan yang paling disesalinya, sang guru yang bijaksana menjawab, “Saat saya berkata: Syukurlah bukan saya!”. “Mengapa begitu, Guru?” tanya muridnya lagi. Sang guru lalu bercerita, “Suatu hari, seorang tetangga mengabarkan bahwa terjadi kebakaran hebat di desa saya. Sebagian besar rumah di sana habis terbakar. Rumah saya selamat. Saat itulah saya spontan berkata, ’Syukurlah!’ Itulah kalimat yang paling saya sesali, sebab bagaimana mungkin saya bisa mensyukuri keuntungan diri sendiri di atas kesusahan orang lain?”

Tidak salah kita bersyukur karena terhindar dari sebuah kejadian buruk. Akan tetapi, menjadi salah kalau kemudian kita mengabaikan orang lain yang tertimpa kejadian buruk itu. Tidak bersimpati kepada orang yang mendapat kemalangan, karena sibuk mensyukuri keberuntungan diri sendiri. Dalam kasus lain, hal ini mirip dengan sikap orang Farisi dalam perumpamaan Tuhan Yesus. Ia bersyukur karena “tidak seperti orang-orang lain yang berdosa” (ayat 11).

Sebagai orang kristiani kita dipanggil untuk hidup dalam kasih Kristus. Salah satu aspek dari kasih Kristus adalah simpati. Simpati berasal dari kata Yunani syn artinya bersama dengan (together with), dan paskhein artinya mengalami, menderita (to experience, to suffer). Jadi, simpati adalah kesediaan untuk keluar dari perhatian ter-hadap kesenangan diri sendiri dengan turut merasakan kesusahan orang lain. Lawan dari simpati adalah antipati. Senang melihat orang lain susah, dan susah melihat orang lain senang. Itu bukan sikap kristiani



JANGAN BERGEMBIRA DI ATAS KEBURUKAN DAN KESUSAHAN ORANG LAIN

 
Bacaan hari ini: Markus 12:41-44
Ayat mas hari ini: Markus 12:41
Bacaan Alkitab Setahun: Markus 4-7


Kata tulus (dalam bahasa Inggris sincere) berasal dari dua kata Latin: sine (tanpa) dan cere (lilin). Dulu, para tukang kayu biasa melapisi akhir perabot yang hendak dijual. Jika ada lubang atau pekerjaan si tukang yang kurang halus, cacat itu ditutupi dengan lilin, sehingga tampak halus dan layak dijual. Namun selang beberapa waktu, panas matahari akan melelehkan lilin itu dan menampakkan kondisi sesungguhnya. Itu sebabnya tukang kayu yang hendak menjaga integritasnya dalam melayani pelanggan akan memberi tanda SINE CERE (tanpa lilin) pada produknya. Ia hendak menjamin pro-duk buatannya asli dan tanpa tipuan.

Orang-orang kaya memberi banyak persembahan di Bait Suci (ayat 41); dan sangat mungkin itu membuat mereka tampak penting dan berjasa. Akan tetapi itu tak membuat Yesus terkesan. Ya, bukankah Dia terlalu kaya, sehingga sesungguhnya Dia tak membutuhkan uang atau pelayanan manusia? Tak ada gunanya manusia memberi banyak, jika di dalam hati tak ada kasih kepada Allah. Itu sebabnya nilai terbesar justru diberikan kepada dua peser seduit yang dibawa si janda miskin, ketika tanpa banyak bicara ia membawa seluruhnya yang ia punya kepada Allah (ayat 44)!

Sia-sialah kita memberi banyak dalam pelayanan—memberi persembahan, menjadi aktivis gereja, mengambil banyak porsi dalam pelayanan—jika di dalam hati kita ingin dilihat atau dianggap penting atau hebat. Cahaya kemuliaan Allah bersinar seperti mata-hari yang melelehkan lilin, sehingga apa pun kondisi hati kita, dapat Dia ketahui. Adakah hati kita sudah bertanda SINE CERE saat melayani Dia—tanpa motivasi yang salah atau tipuan apa pun?


LAKUKANLAH SETIAP PELAYANAN DENGAN TULUS DAN SETIA INGATLAH, YESUS MEMERHATIKAN HATI KITA
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.