• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Renungan Harian/Saat Teduh.

Grow in grace…
2 Peter 3:18



Daily Bible Reading:
2 Kings 5:1-17, Luke 4:16-30


Samuel and Susanna Wesley (John Wesley's parents) were at evening prayer one night when Susanna didn't say 'amen' to her husband's prayer for William of Orange, then King of England. When he asked her why, she explained that her sympathy lay with the deposed James the Second. It turned into a game of 'you do what I say' which he couldn't win. She wrote about what happened next: 'He immediately kneeled down and invoked the divine vengeance upon himself and all his posterity if he ever touched me again or came to bed with me before I had begged God's pardon, and his, for not saying amen to a prayer for the king.' The stalemate lasted six months and was broken only when a tragic fire destroyed two-thirds of their home.

People who cling to resentments, who don't know how to handle disappointment with grace, who have long memories, who choke on the words, 'I'm sorry,' or who sulk and pout and whine, always finish up on the short end of the stick. Losing well is an art that requires all the grace we can muster. It means having the humility to face reality with no excuses, but with the confidence not to allow losing to define our identity or make us feel 'less than.' It means no excuses, no blaming, no self-pity - but no self-condemnation either. It means having the discernment to know when to quit and when to persevere. It means learning how to say 'congratulations.' It means letting go of an outcome we cannot change, but holding on to the will to live fully and well, and seeking to glorify God in all that we do.
 
Bacaan hari ini: Nehemia 5:14-19
Ayat mas hari ini: Nehemia 5:18
Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 61-63



Selamat atas pernikahan putramu minggu lalu,” kata Pak Badu sambil menyalami tangan Pak Indra seusai kebaktian. “Maaf, saya tidak datang ke pestamu, soalnya saya tidak diundang!” sambungnya ketus. Rupanya Pak Badu tersinggung. Pikirnya, “Kalau ia menganggapku teman baik, seharusnya aku diundang.” Ia tidak paham bahwa Pak Indra sedang didera kesulitan keuangan, sehingga hanya mampu menyelenggarakan pesta kecil untuk kerabat dekat.

Dalam relasi dengan sesama, orang biasanya menuntut diperlakukan sesuai dengan statusnya. Status istimewa sebagai suami, istri, teman baik, penguasa, atau majikan membuat kita merasa berhak menerima perlakuan khusus. Kita marah jika mereka tidak memberi apa yang menjadi hak kita. Nehemia tidak demikian! Dua belas tahun sudah ia diangkat menjadi Bupati. Sesuai statusnya, ia berhak mendapat perlakuan khusus dari rakyat. Mereka wajib membayar upeti, apalagi Nehemia memerintah dengan penuh dedikasi. Namun, Nehemia tidak pernah mengambil jatah itu. Mengapa? Karena ia memahami bahwa “pekerjaan itu sangat menekan rakyat” (ayat 18). Pembangunan tembok Yerusalem menguras tenaga dan pikiran rakyat. Semakin Nehemia belajar mengerti kesusahan mereka, semakin ia tidak mau menuntut bagiannya.

Banyak perselisihan dalam keluarga dan masyarakat terjadi karena masing-masing pihak ingin diperlakukan khusus. Kadang kala kita menuntut lebih dari apa yang orang lain bisa berikan. Andaikan saja Anda bersikap seperti Nehemia: belajar memahami orang lebih daripada menuntut, pasti relasi Anda menjadi lebih indah!




BERJUMPA DENGAN ORANG YANG TAK SUKA MENUNTUT, SERASA BERJUMPA DENGAN KRISTUS YANG LEMAH LEMBUT
 
Bacaan hari ini: Wahyu 1:1-3
Ayat mas hari ini: Wahyu 1:1
Bacaan Alkitab Setahun: Mikha 1-4



Di internet saat ini banyak silang pendapat tentang ramalan suku Maya. Suku yang pernah hidup di selatan Meksiko atau Guatemala ini dikenal menguasai ilmu falak dan sistem penanggalan. Menurut manuskrip peninggalan mereka, pada 21 Desember 2012 akan muncul gelombang galaksi yang besar, sehingga mengakibatkan terhentinya semua kegiatan di muka bumi. Ada yang menginterpretasikan hal itu sebagai “kiamat”, tetapi banyak pula yang memaknainya secara kontemplatif sebagai seruan untuk mencegah kerusakan bumi.

Alkitab telah menyediakan satu kitab yang secara khusus membahas “kiamat” atau rangkaian peristiwa pada akhir zaman, yakni kitab Wahyu. Kitab ini tidak menjelaskan kapan persisnya hal itu akan terjadi, tetapi memaparkan gambaran simbolis tentang bagaimana hal itu akan terjadi. Melalui tulisan Yohanes ini, kita mengerti bahwa Yesus Kristus akan datang kembali, Iblis akan dihukum, dan semua orang akan diadili untuk menerima kehidupan kekal atau kebinasaan kekal.

Di tengah situasi dunia yang dilanda krisis, peperangan, bencana alam, dan penganiayaan terhadap orang percaya, berita kitab Wahyu menawarkan penghiburan dan pengharapan. Bagaimanapun situasinya, Allah tetap memegang kendali dan rencana-Nya akan tergenapi. Kitab Wahyu juga menantang kita untuk hidup dalam kekudusan. Kita menolak berbuat dosa dengan merenungkan, “Akankah saya melakukannya seandainya Dia datang kembali hari ini?” Walaupun, kita mesti terus bekerja dan melayani dengan tekun seolah-olah Dia baru akan datang kembali seribu tahun lagi!



PENGHARAPAN KITA AKAN MASA DEPAN TERWUJUD DALAM PILIHAN-PILIHAN KITA PADA HARI INI
 
Bacaan hari ini: Yesaya 55:8-9
Ayat mas hari ini: Yesaya 55:9
Bacaan Alkitab Setahun: Mikha 5-7


Mbak Suryanti adalah anggota keluarga dari pelayanan Renungan Harian. Bagian keluarga yang divonis sakit berat sejak awal tahun 2009. Kanker ganas. Sudah stadium akhir. Terlambat diketahui, sehingga sudah menjalar ke mana-mana. Benar-benar mengganas, hingga minggu dan bulan yang dijalani, segera saja menghabiskan tubuhnya.

Awal April 2009, kami melawatnya. Wajah mengernyit menahan sakit, menyambut kami. Ya, menit demi menit, kanker itu memberi siksaan yang mendera begitu sakit. Seorang rekan bertanya kepada Mbak Suryanti, “Apakah dalam kondisi sakit ini, Ibu masih percaya bahwa Tuhan baik?” Agak terkejut tampaknya ia mendengar pertanyaan itu. Tetapi tegas jawabnya, “Ya.” Lalu ditanya lagi, “Andaikan Tuhan mengizinkan Ibu sakit setahun lagi, apakah Ibu masih percaya Tuhan itu baik?” Sekali lagi jawabnya masih sama. Dan satu kali lagi, “Andai Ibu masih harus menderita bertahun-tahun lagi, dan akhirnya Tuhan bilang, ’Cukuplah kasih karunia-Ku, pulanglah anak-Ku’, apakah Ibu masih bisa mengatakan Tuhan itu baik?” Heran, bertambah tegas ia menyahut, “Ya, saya percaya Tuhan baik, ketika saya hidup, atau ketika saya mati.”

Berserah diri tanpa syarat, yang ditunjukkan Mbak Suryanti, menunjukkan kepercayaan kepada rancangan Allah. Bahkan meski tantangan di hadapan tidak dilalukan, meski mukjizat tak dijanjikan, percayanya tetap. Keberserahan kepada Sang Pencipta untuk mengatur hidup kita, bukan sebaliknya, merupakan kehendak Allah. Terkadang jalan-Nya sama sekali tak sama dengan jalan yang kita ingini. Seolah-olah sejauh langit dari bumi (ayat 9). Namun mari percaya, Dia merancang segalanya sempurna. Selalu.



JALAN-NYA TAK SELALU MUDAH, TETAPI YAKINLAH DIA MENYEDIAKAN AKHIR YANG INDAH
 
Bacaan hari ini: 2 Petrus 3:9-15
Ayat mas hari ini: 2 Petrus 3:14
Bacaan Alkitab Setahun: Nahum 1-3




Kota Bandung terkenal dengan Factory Outlet-nya. Tempat orang bisa berbelanja produk fashion dari merek ternama dengan harga miring. Pakaian sisa ekspor yang dijajakan di sana bagus-bagus. Harganya pun jauh di bawah harga outlet resmi. Namun, di antaranya ada pula barang yang tidak lolos kendali mutu (quality control). Produk ini cacat sedikit. Entah potongan, jahitan, bahan, atau warnanya tidak sesuai pesanan. Walaupun hanya cacat sedikit, pihak pemesan menganggapnya tidak layak ekspor!

Ketika memberitakan bahwa hari Tuhan pasti akan datang, Rasul Petrus menekankan betapa pentingnya kita hidup “tak bercacat dan tak bernoda” (ayat 14). Kata “tak bercacat” berkait erat dengan tradisi persembahan korban. Di Perjanjian Lama, setiap hewan korban harus diteliti dulu sebelum dipersembahkan. Ada semacam kendali mutu! Hanya yang dipandang tidak bercacat, yang pantas dipersembahkan kepada Tuhan. Bagi kita, hidup “tak bercacat” berarti berjuang terus agar hidup kita layak dipersembahkan bagi Tuhan. Masa penantian ini adalah kesempatan dari Tuhan untuk kita berbenah diri (ayat 9,15). Roh Kudus bisa membentuk kita sedikit demi sedikit, hingga kelak kita kedapatan tak bercacat saat kedatangan Tuhan.

Bagian mana dalam hidup Anda yang merupakan “cacat” di mata Tuhan? Sudahkah Anda berupaya membenahinya, atau masa bodoh dan berkata “cacat sedikit tidak mengapa”? Cepat atau lambat, kita semua harus menghadap hadirat Tuhan. Jangan sia-siakan kesempatan berbenah diri ini. Buatlah “proyek berbenah diri” jangka panjang, dengan pimpinan Roh Kudus!



MASALAHNYA BUKAN KAPAN DIA DATANG, MELAINKAN SUDAH LAYAKKAH KITA KAPAN PUN DIA DATANG?
 
Bacaan hari ini: Markus 6:30-32
Ayat mas hari ini: Markus 6:31
Bacaan Alkitab Setahun: Habakuk 1-3



Michael Schumacher menjadi juara dunia Formula One (F1) tujuh kali. Ia mampu memacu mobil balapnya dengan kecepatan di atas 300 km/jam, menyelesaikan puluhan lap dalam waktu yang amat cepat. Ada satu hal yang selalu ia lakukan saat berlomba, yaitu melakukan pit stop. Di pit stop itu, ia berhenti sejenak untuk mengisi bahan bakar, mengganti ban yang aus, dan memeriksa peralatan mobilnya. Sesaat kemudian ia pun melanjutkan lomba.

Sejarah mencatat, dalam F1 strategi pit stop tidak jarang menjadi penentu. Perhentian sesaat di pit stop itu bisa mengantar seorang pembalap meraih kemenangan. Mirip dengan kehidupan kita. Setiap hari kita menjalani berbagai aktivitas dan kerap terjebak dalam rutinitas. Tujuh hari dalam seminggu kita memacu diri kita dengan berbagai kesibukan pekerjaan, mungkin ditambah juga dengan pelayanan di gereja atau aktivitas di tempat lain. Sehingga saking sibuknya sampai-sampai kita pun kerap kali lupa hal yang sangat penting, yaitu “berhenti” sejenak.

Dalam bacaan kita, Tuhan Yesus mengetahui kelelahan para murid-Nya setelah melayani orang banyak. Dia pun lalu mengajak mereka beristirahat, menarik diri dari kesibukan. Ada saat di mana kita harus sejenak berhenti. Mengambil jeda dari kebisingan hidup. Sejenak menarik diri dari hiruk pikuk rutinitas. Mengistirahatkan bukan hanya tubuh, tetapi juga hati dan pikiran. Saat di mana kita memeriksa dan mengasah diri. Ibarat me-recharge baterai kehidupan kita. Untuk kemudian bersiap melanjutkan perjalanan lebih jauh lagi.




TANPA AKTIVITAS KITA BISA TUMPUL, TETAPI TANPA LIBUR KITA BISA AUS
 
Bacaan hari ini: Mazmur 19:2-7
Ayat mas hari ini: Mazmur 19:2
Bacaan Alkitab Setahun: Obaja




Pada sebuah siang yang panas, Badu—sebut saja demikian, mengeluh kepanasan. Mukanya terlipat, tak ada senyuman. Baju kerjanya mulai basah oleh keringat. Ini memperpanjang daftar keluhannya. Sorenya—masih di hari yang sama, sekali lagi Badu mengeluh. Hujan turun sangat lebat disertai kilat, dan angin menusuk tubuhnya yang tak mengenakan jaket. Dalam hati ia berkata, “Tuhan, jangan berlebihan dong! Bukankah akan lebih baik jika tadi siang tak sepanas itu, dan sore ini tak sedingin ini?” Mungkin itu juga yang ada dalam hati kebanyakan orang saat merespons cuaca. Saat panas, mengeluh. Saat hujan, mengeluh. Mendung pun mengeluh. Astaga! Siapakah kita? Apakah kita memiliki kuasa untuk mengendalikan alam, sampai-sampai kita mengeluh terhadap apa yang Tuhan jadikan? Bukankah yang seharusnya terjadi adalah bersyukur atas semua hal, termasuk atas cuaca?

Lihatlah pemazmur yang mengungkapkan kebesaran Allah, saat memandang ke langit. Ia bahkan menemukan tutur Sang Pencipta saat memandang cakrawala. Betapa luar biasa kepekaannya untuk mengerti pernyataan kemahakuasaan Tuhan melalui alam ciptaan-Nya! Sungguh, ini acap disepelekan dan diabaikan manusia.

Bagaimana dengan kita? Setiap hari kita hidup di bawah kolong langit. Namun, sempatkah kita memandang langit hari ini? Mahakarya ilahi yang sayang untuk diabaikan begitu saja! Luangkan waktu sejenak untuk menikmati keindahan karya Tuhan dan bersyukur; entah pada saat panas, mendung, maupun hujan. Jangan terjebak pada keluhan, melainkan ingatlah Dia yang menciptakannya. Dan, mulailah bersyukur atas semua ini.




SEPERTI TUHAN MENAUNGI KITA DENGAN LANGIT, DEMIKIANLAH DIA MENAUNGI KITA DENGAN KESETIAAN-NYA DARI HARI KE HARI
 
Bacaan hari ini: Galatia 2:1-14
Ayat mas hari ini: 1 Korintus 4:1
Bacaan Alkitab Setahun: Yeremia 1-2



Seorang rabi muda menggantikan ayahnya. Umat banyak yang protes, karena mereka sering membandingkannya dengan ayahnya, rabbi senior yang mereka hormati. Dalam pertemuan jemaat, kritik kepadanya berbunyi “Engkau tidak seperti ayahmu”. Dengan tenang rabi muda menjawab, “Kalian tahu, ayahku seorang yang tidak pernah meniru siapa pun. Kini biarkan aku menjadi diriku sendiri, tidak meniru siapa pun, termasuk meniru ayahku. Dengan begitu, bukankah aku justru mirip ayahku?”

Sebagai rasul, Paulus adalah pendatang baru. Ketokohan para senior membayanginya. Apalagi jemaat di Yerusalem masih banyak yang mencurigainya, bahkan mempertanyakan kerasulannya. Namun, Paulus tidak gentar. Ia yakin akan panggilan Tuhan baginya. Ia tahu apa tugasnya, yaitu menginjil kepada orang-orang bukan Yahudi (ayat 2,7). Ia tidak mencari popularitas. Ia tidak mencari permusuhan, malahan dengan giat membangun persekutuan (ayat 9). Namun, ia juga tidak mencari muka di depan para seniornya. Ia berpendirian teguh dan menjunjung tinggi kebenaran. Bahkan ia berani menegur Petrus (Kefas) dengan tulus (ayat 11).

Godaan untuk meniru dan menyesuaikan diri dengan harapan banyak orang sering mengusik kita. Mengapa? Karena kita ingin diterima. Kita pun sering tergoda untuk mencari muka di depan orang yang berpengaruh. Padahal mereka pun bisa salah. Hari ini kita belajar perlunya mandiri dalam bersikap, tanpa berlaku sok pintar. Teguh dalam pendirian, tanpa menjadi keras kepala. Menjadi diri sendiri, tanpa merendahkan orang lain.



TUHAN MENCIPTAKAN KITA MASING-MASING UNIK. JADI KENAPA MESTI MENIRU ORANG LAIN?
 
Bacaan hari ini: Kejadian 4:1-16
Ayat mas hari ini: Kejadian 4:7
Bacaan Alkitab Setahun: Yeremia 3-4



Dalam salah satu cerita Donal Bebek, pernah dikisahkan Donal yang bingung untuk bertindak; bertindak baik atau bertindak buruk. Lalu muncullah dua figur di kepalanya, yakni tokoh putih dan tokoh hitam. Kedua figur itu mati-matian berusaha memengaruhi Donal agar memperhatikan dan mengikuti nasihat mereka yang pastilah berseberangan. Donal pun harus memilih, mana yang ia ikuti: nasihat si tokoh putih atau hitam.

Firman Tuhan hari ini berkisah tentang Kain yang iri dan marah kepada Habel karena persembahannya tidak diindahkan Tuhan. Sangat mungkin ia juga merasa malu, karena terjemahan bahasa Ibrani dari “muka muram” (ayat 6) adalah “wajahnya jatuh”. Wajah jatuh berarti tak punya muka. Tak punya muka berarti malu. Jadi, Kain menjadi iri, marah, dan sekaligus malu akibat Tuhan menolak persembahannya. Akibatnya, Kain melampiaskan kemarahan dan rasa malu serta iri hatinya kepada Habel, adiknya. Kain membunuh Habel. Ini bukan tanpa peringatan Tuhan. Sebetulnya Tuhan sudah memperingatkan Kain, agar “berkuasa atas dosa yang sudah mengintip di depan pintu” (ayat 7). Namun, agaknya kuasa dosa yang mengintip di pintu hati Kain yang marah dan malu itu terlalu besar untuk dapat ia kuasai. Hasilnya tragis: Darah Habel tercurah ke tanah akibat pembunuhan yang dilakukan oleh kakak kandungnya.

Godaan si jahat harus kita kalahkan sejak awal; sejak godaan itu masih berupa benih. Itu jauh lebih mudah daripada kita mencoba mengalahkannya ketika godaan itu sudah menjadi pohon yang besar



DOSA BESAR BERAWAL DARI KEINGINAN KECIL
 
Bacaan hari ini: Lukas 12:42-46
Ayat mas hari ini: Lukas 12:43,44
Bacaan Alkitab Setahun: Yeremia 5-6




Apabila atasan tidak sedang berada di tempat, seorang karyawan bisa jadi akan memilih berhenti bekerja lalu bermalas-malasan; mungkin ngobrol ngalur ngidul dengan teman, atau main internet, atau bahkan tidur-tiduran. Nah, bagaimana dengan kita? Akan melakukan hal yang samakah?

Dalam bacaan Alkitab kita hari ini, Tuhan Yesus berbicara tentang pertanggungjawaban. Tuhan Yesus menggambarkan dua golongan hamba. Pertama, hamba yang bertanggung jawab, yaitu hamba yang tetap bekerja, walaupun tuannya tidak ada di tempat. Kedua, hamba yang tidak bertanggung jawab; hamba yang sok menjadi tuan dengan memukul para hamba yang lain, tidak bekerja melainkan bermalas-malasan, makan minum dan mabuk-mabukan. Apa yang terjadi pada waktu tuannya datang tiba-tiba tanpa pemberitahuan? Sangat jelas bahwa ada ganjaran yang berbeda bagi kedua golongan hamba tersebut. Golongan hamba pertama mendapatkan promosi kenaikan pangkat, sedangkan golongan hamba yang kedua mendapatkan hukuman yang setimpal.

Dari sini kita belajar bahwa ternyata ada ganjaran atas sebuah tanggung jawab. Tanggung jawab seharusnya menjadi bagian dalam etos kerja kristiani. Tunjukkanlah kepada sekitar kita bahwa terdapat perbedaan yang tampak dari para pekerja kristiani di Indonesia. Sudah menjadi tugas kita untuk menggarami dan menjadi teladan dalam dunia kerja di Indonesia saat ini. Bagaimana kita dapat berbicara mengenai kekristenan kepada dunia jika kita sendiri tidak pernah me*nunjukkan cara hidup kristiani, walaupun untuk hal-hal yang sederhana, seperti bertanggung jawab dalam pekerjaan?




TANGGUNG JAWAB ADALAH BAGIAN DARI ETOS KERJA KRISTIANI

 
Bacaan hari ini: Matius 13:31-33
Ayat mas hari ini: Matius 13:32
Bacaan Alkitab Setahun: Yeremia 17-20



Di Indonesia, arus listrik sering padam. Entah karena kerusakan teknis atau pemadaman bergilir. Hal ini sangat meresahkan, karena masyarakat sudah sangat bergantung pada listrik. Dulu, listrik dipakai hanya sebatas menyalakan lampu. Kini, pemakaiannya merambah ke segala bidang. Hampir semua kegiatan memerlukan listrik: mendinginkan ruangan, menjalankan mesin, menonton televisi, menyalakan komputer, dan lain-lain. Pengaruhnya semakin besar. Tidak bisa lagi kita hidup nyaman tanpanya!

Pengaruh atau dampak Kerajaan Surga juga begitu. Ia seumpama biji sesawi. Mula-mula kecil mungil. Tak terasa hadirnya, apalagi dampaknya. Namun, setelah tumbuh, ia menjadi pohon besar tempat bernaung burung-burung. Dampaknya sangat terasa. Burung-burung tak bisa hidup nyaman tanpanya. Kerajaan Surga juga seumpama ragi dalam adonan. Ketika ditaruh sejumput, tampaknya tidak terjadi apa-apa. Namun, perlahan tetapi pasti, 3 sukat adonan (hampir 40 liter) akan dipengaruhi hingga mengembang. Itulah yang terjadi saat kita hidup dalam Kerajaan Surga. Sewaktu baru beriman pada Kristus, mungkin Tuhan dan Firman-Nya belum terlalu memengaruhi hidup. Tetapi, makin lama dampaknya makin besar. Kristus dan Firman-Nya memengaruhi pikiran dan hati. Mewarnai setiap aksi. Menjadi sumber inspirasi.

Hidup dalam Kerajaan Allah tak pernah statis. Ada pertumbuhan. Pengaruh Kristus seharusnya semakin terasa, hingga kita tak nyaman lagi hidup tanpa merasakan hadir-Nya. Seberapa besar Yesus telah memengaruhi cara pikir, sikap, dan tindakan Anda?



IMAN YANG HIDUP SELALU BERGERAK MAJU, TIDAK PERNAH BERHENTI DI TEMPAT
 
Bacaan hari ini: 2 Korintus 3:1-6
Ayat mas hari ini: 2 Korintus 3:2
Bacaan Alkitab Setahun: Yeremia 21-23



Seorang pembuat pensil sebelum mengutus pensilnya ke dunia memberikan empat pesan. (1) Kamu bisa melakukan sesuatu yang luar biasa, tetapi hanya jika kamu mau berada di tangan seseorang. (2) Kamu akan menderita setiap kali kamu diruncingkan, tetapi kamu perlu itu untuk menjadi pensil yang baik. (3) Bagian yang terpenting dari hidupmu adalah bagian yang ada di dalam, bukan bagian luarnya. (4) Pada permukaan mana pun juga, selalu tinggalkan jejakmu dan teruslah menulis.

Ilustrasi di atas menyimpan kebenaran rohani yang luar biasa. Pertama, kita memiliki potensi yang luar biasa dan mampu melakukan hal yang besar. Hanya saja kalau kita membiarkan diri berada di tangan Tuhan. Kedua, ada kalanya kita akan mengalami proses-proses pengeratan dan peruncingan yang sangat menyakitkan. Itu membuat kita sangat menderita, tetapi mau tidak mau kita akan melewati proses itu demi kebaikan kita sendiri. Proses pengeratan kedagingan kita akan membuat karakter ilahi muncul dalam hidup kita.

Ketiga, bagian yang terpenting dalam hidup kita adalah bagian yang ada di dalam. Jangan pernah terjebak dengan hal-hal yang hanya merupakan penampilan luar saja. Tuhan tidak pernah tergiur dengan topeng-topeng kita. Tuhan lebih melihat kedalaman hati kita. Keempat, di mana pun Tuhan taruh kita, selalu tinggalkan jejak atau “tulisan-tulisan” yang benar-benar bisa memengaruhi orang yang membacanya. Jadilah orang kristiani yang berpengaruh dan selalu meninggalkan kesan yang mendalam bagi setiap orang yang bertemu dengan kita.



Sudahkah kita menjadi pensil yang meninggalkan goresan mendalam?

 
Bacaan hari ini: Mazmur 42:1-6
Ayat mas hari ini: Mazmur 42:2
Bacaan Alkitab Setahun: Yeremia 24-26


Dalam geografi Perjanjian Lama memang ada sungai yang tidak berair. Rusa-rusa Palestina kadang kala menemukan batang sungai yang kering pada musim kemarau. Jika hal ini terjadi, rusa-rusa biasanya menyusuri dan mendaki aliran sungai sampai menemukan mata air yang masih memiliki aliran air yang tipis untuk memuaskan dahaga mereka. Namun, tidak jarang ditemukan rusa yang tergeletak mati di tengah batang sungai karena benar-benar tidak menemukan air.

Demikianlah pemazmur bani Korah menggambarkan kerinduannya akan Tuhan. Kerinduan yang dimilikinya adalah kerinduan jiwa yang haus kepada Allah yang hidup. Kehausan yang tidak dapat digantikan dengan apa pun kecuali bertemu dengan Allah secara langsung. Tuhan senang mendapati hati yang merindukan-Nya dengan hasrat. Berdoa, bernyanyi, dan beribadah kepada Allah tidak hanya melibatkan unsur rasionalitas semata. Akan tetapi, perlu melibatkan perasaan dan jiwa yang bergairah memuji dan memuliakan Tuhan.

Blaise Pascal mengatakan bahwa dalam hati manusia ada ruang kosong yang akan selalu terasa kosong sampai ruang itu terisi dengan kehadiran Tuhan. Selama ruang itu masih kosong, manusia akan selalu berusaha mengisinya dengan berbagai hal; seperti kekayaan, kenikmatan, dan ketenaran. Namun, hal-hal semacam ini tidak akan pernah dapat mengisi kekosongan tersebut. Jiwa manusia tanpa Tuhan adalah seperti rusa yang mati di tengah batang sungai yang tidak berair. Jiwa yang kosong akan terus mencari dan mencari, sampai akhirnya kekosongan itu dipuaskan oleh Tuhan. Sebab, Dialah asal dan tujuan dari jiwa manusia.



TUHAN MENYENANGI JIWA YANG HAUS AKAN DIA
 
Bacaan hari ini: Bilangan 13
Ayat mas hari ini: Bilangan 13:30
Bacaan Alkitab Setahun: Yeremia 27-29



Saat memutuskan untuk menyeberangi Terusan St. Bernard di Pegunungan Alpen yang terkenal menakutkan, Napoleon Bonaparte ditertawakan oleh orang-orang Inggris dan Austria. Ia dicemooh karena membawa 60.000 tentara lengkap dengan meriam, berpeti-peti peluru, dan barang bawaan melewati kawasan itu, dianggap mustahil. Namun, Napoleon tidak terpengaruh. Ia memilih untuk melakukan perjalanan yang dianggap mustahil itu. Dan ternyata ia berhasil!

Ada dua kegagalan besar dalam hidup kita. Pertama, ketika kita tidak tahan menghadapi pandangan negatif, cemoohan, dan kritikan orang lain, lalu memilih mundur. Kedua, ketika kita meyakinkan diri sendiri bahwa kita tidak akan sanggup melakukan sesuatu. Konon dua kata yang paling banyak mendatangkan kegagalan adalah: “Tidak bisa”. Sebab, ketika kita berkata “tidak bisa”, secara tidak langsung sebetulnya kita sedang membangun tembok kegagalan. Mental block. Ibarat atlet yang sudah kalah sebelum bertanding.

Itulah juga yang terjadi kepada sepuluh pengintai yang diutus Musa, dan yang ternyata lebih dituruti oleh seluruh umat (Bilangan 14:1-4). Tanah Perjanjian sudah di depan mata, tetapi mereka melihat tantangan yang ada teramat besar. “Negeri yang telah kami lalui untuk diintai adalah suatu negeri yang memakan penduduknya, dan semua orang yang kami lihat di sana adalah orang-orang yang tinggi-tinggi perawakannya,” begitu mereka berkata (ayat 32). Namun, Yosua dan Kaleb, dua pengintai yang lain, membuktikan bahwa pandangan kesepuluh rekannya itu salah!



JADIKAN KRITIKAN DAN CEMOOHAN SEBAGAI BATU LONCATAN BUKAN BATU SANDUNGAN
 
Bacaan hari ini: 1 Korintus 9:24-27
Ayat mas hari ini: 1 Korintus 9:27
Bacaan Alkitab Setahun: Yeremia 30-32



Gerakan Pramuka masuk ke Indonesia pada sekitar tahun 1912. Akan tetapi, baru pada tanggal 14 Agustus 1961, gerakan Pramuka Nasional secara resmi diperkenalkan. Hari inilah yang kemudian kita peringati setiap tahun sebagai hari Pramuka.

Gerakan ini dimulai oleh Robert Baden-Powell sekitar tahun 1908 di Inggris. Ia adalah seorang tentara yang “terpaksa” melatih para pemuda di daerah di mana ia bertugas untuk membantunya dalam mempertahankan lini pertahanan dari serangan musuh. Melihat kegunaan pelatihan ini, ia terdorong mengadakan pelatihan serupa bagi para pemuda lain. Tujuannya supaya fisik, karakter, dan jiwa para pemuda dibentuk dengan baik. Dengan semangat kedisiplinan tinggi dan pantang menyerah yang berakar dari semangat kemiliteran, gerakan ini terus dipertahankan sampai kini. Semangat tersebut juga menjadi salah satu sebab gerakan ini terus berhasil membentuk para anggotanya menjadi orang-orang tangguh dan berguna.

Semangat untuk disiplin dan pantang menyerah ini juga perlu kita miliki sebagai pengikut Kristus, agar mampu menyangkal diri dan hidup sesuai kehendak-Nya. Dan untuk menjadi orang yang demikian, diperlukan proses panjang dan tak mudah. Kita perlu tekun melatih diri untuk tunduk kepada firman-Nya meski mungkin itu mengganggu kenyamanan kita, membuat kita takut, dan sebagainya. Ketika kita gagal, kita tidak menyerah, tetapi memperbaiki diri dengan belajar dari kesalahan yang sudah terjadi. Dengan begitu, pelan-pelan tetapi pasti, kita terbentuk untuk semakin lama semakin terbiasa hidup sesuai kehendak-Nya.



DIBUTUHKAN KEDISIPLINAN DAN SEMANGAT PANTANG MENYERAH UNTUK MENJADI PENGIKUT KRISTUS YANG SEJATI
 
Bacaan hari ini: Yosua 24:14–18
Ayat mas hari ini: Yosua 24:15
Bacaan Alkitab Setahun: Yeremia 33-36



Pernahkah Anda memperhatikan kapal-kapal yang berlabuh? Agar tetap berada di tempatnya, setiap kapal “dikendalikan” oleh sebuah jangkar yang besar. Jangkar ini membuat kapal tidak diombang-ambingkan angin dan gelombang pantai; agar kapal tidak hanyut dan hilang.

Setelah umat Israel menetap di tanah Perjanjian, mereka mengalami perubahan suasana sosial. Dulu mereka bangsa nomaden yang suka berpindah-pindah, kini menetap. Dulu peternak pindahan, kini menjadi bangsa agraris yang juga harus bergaul dengan bangsa-bangsa lain. Dulu mereka disediakan manna dan burung puyuh, kini mereka harus mengusahakan tanah sendiri. Perubahan sosial dan pengaruh religius ini membuat mereka tergoda untuk berpaling kepada ilah-ilah lain. Kekhawatiran Yosua terungkap dalam pasal 23. Oleh karena itu, Yosua dengan tegas mengingatkan kembali umat Israel akan apa yang telah diperbuat Tuhan kepada mereka dalam sejarah. Dari situ Yosua menantang umat meneguhkan komitmen mereka untuk setia kepada Tuhan. Komitmen itu tumbuh dari kebebasan dan kesadaran diri akan karya Tuhan. Bagi Yosua, hal itu dimulai dari situasi masyarakat yang paling kecil: keluarga. “Aku dan seisi rumahku akan beribadah kepada Tuhan”, kata Yosua.

Dunia memberikan banyak pilihan. Di tengah banyak pilihan itu, adakah kita juga memilih untuk menggembalakan keluarga kita sendiri? Jagalah pertumbuhan iman keluarga Anda. Izinkan Tuhan memakai keluarga Anda dengan segala pergumulannya, menjadi kesaksian nyata bagi keluarga-keluarga lain.



KELUARGA MERUPAKAN UNIT YANG KECIL, TETAPI KEKUATANNYA BEGITU BESAR
 
Bacaan hari ini: Rut 2:1-7
Ayat mas hari ini: Rut 2:7
Bacaan Alkitab Setahun: Yeremia 47-49



Bekerja sebagai regu pemadam kebakaran itu unik. Menurut Dr. Terence Keane, seorang pengamat perilaku, hanya 5% waktu mereka dipakai untuk memadamkan api. Sisanya, 95% waktu dipakai untuk menunggu. Ini membuat banyak pemadam kebakaran kerap merasa bosan, sehingga mereka disarankan agar melakukan pekerjaan lain untuk mengisi waktu, tetapi tetap siaga. Orang yang tidak bekerja akan merasa hidupnya tak bermakna. Tak bersemangat. Sebaliknya, kesibukan bekerja akan meningkatkan vitalitas hidup!

Rut dan mertuanya tiba di Israel tanpa membawa apa pun. Melarat. Fakta ini mengharuskan Rut segera berjuang mencari makan agar mereka berdua bisa tetap hidup. Rut tidak suka berpangku tangan, apalagi meminta-minta sambil menunggu belas kasihan orang. Rut lebih suka bekerja. Maka, ia mohon diperkenankan memungut sisa bulir-bulir jelai yang berceceran. Pekerjaan kasar ini ia tekuni dari pagi sampai sore. Melelahkan. Namun, Rut bekerja dengan tekun. “Seketika pun ia tidak berhenti,” karena didorong oleh rasa tanggung jawabnya. Rut bekerja keras melakukan yang terbaik, meski pekerjaannya sangat tidak menyenangkan. Dan, Tuhan memberkati karyanya.

Mungkin pekerjaan Anda lebih nyaman daripada Rut. Sudahkah Anda bekerja segiat dia: melakukan yang terbaik? Ataukah kita bermalas-malasan dan bekerja ala kadarnya? Ingatlah bahwa setiap pekerjaan adalah anugerah Tuhan. Berapa pun upah yang Anda terima, pekerjaan membuat kita merasa diri berharga. Pekerjaan membuat kita mampu mandiri. Jika dilakukan dengan giat dan penuh dedikasi, pekerjaan akan membawa kemuliaan besar bagi Tuhan.



JANGAN BEKERJA ALA KADARNYA. BEKERJALAH SEOLAH TUHAN-LAH BOS ANDA
 
Bacaan hari ini: Yakobus 4:13-17
Ayat mas hari ini: Yakobus 4:14
Bacaan Alkitab Setahun: Yeremia 50-52


Tuhan sudah memanggil Mbak Suryati pulang. Ke tempat yang tak kenal duka atau air mata. Keluh atau sakit. Pergulatannya dengan kanker yang tanpa ampun menyerangnya dalam bulan-bulan terakhir, telah usai. Segala perih dan sakit yang menyiksa sudah tidak ada lagi. Empat puluh tiga tahun Tuhan memberinya waktu. Sepertinya kurang lama, begitu mungkin keluarga dan kerabat merasa. Namun Tuhan bilang, ia sudah menamatkan tugasnya.

Bagi setiap pribadi, Allah telah menetapkan batas umur. Itu sebabnya Yakobus mengingatkan, alangkah baiknya jika kita menyandarkan setiap hari pada kemurahan-Nya. Dan, apabila Tuhan masih menghendaki kita hidup pada hari ini, itu tandanya kita mesti bekerja bagi-Nya. Melakukan “ini dan itu”—yang Allah rancangtugaskan bagi kita (ayat 15). Jika tidak, maka kita berdosa. Sebab, menyia-nyiakan “masa hidup” yang Tuhan tetapkan berarti kita seperti orang yang tahu bagaimana harus berbuat baik, tetapi tidak melakukannya (ayat 17).

Memandangi tanah yang diurukkan ke atas peti jenazah Mbak Suryanti, saya bertanya-tanya, “Tuhan, seberapa batas umur yang Engkau tetapkan ketika mencipta saya? Jika waktunya tak banyak lagi, adakah saya sudah melakukan ’ini dan itu’ yang Tuhan kehendaki untuk saya lakukan?” Mbak Suryanti telah menjadi pribadi yang berhasil. Membesarkan dua putra menjadi anak Tuhan yang setia, menjadi saksi bahkan di tengah sakit, dan terus mempertahankan iman dan kasih kepada Tuhan hingga waktunya berakhir. Kita tidak pernah tahu batas umur kita, tetapi tentunya kita dapat mencari tahu “ini-itu” yang mesti kita lakukan, selagi masih ada waktu.



SEBAB TAK KUTAHU BATAS UMURKU; TAK KAN KUBUANG WAKTU UNTUK MENCINTAI TUHANKU
 
Bacaan hari ini: Daniel 1
Ayat mas hari ini: Daniel 1:8
Bacaan Alkitab Setahun: Ratapan 1-5



Dalam bukunya yang berjudul Burung Berkicau, Anthony de Mello menceritakan kisah ini. Di sebuah desa hidup seorang kakek. Suatu kali ia mendapat wangsit, bahwa dua hari lagi hujan akan turun dan mencemari sungai di desa itu. Siapa pun yang minum airnya akan menjadi gila. Kakek itu memberitahukan kepada penduduk desa, tetapi tidak ada yang percaya. Akhirnya, si kakek mengumpulkan air persediaan untuk dirinya sendiri. Benar. Hujan turun, sungai desa tercemar. Semua penduduk desa menjadi gila setelah minum air sungai itu, kecuali si kakek. Dua minggu kemudian, si kakek merasa tidak tahan. Ia satu-satunya orang yang waras di antara semua orang gila. Ia pun lalu memutuskan minum air sungai dan ikut menjadi gila.

Berbeda dari lingkungan sekitar memang tidak mudah. Tidak heran kalau kerap kali orang mudah terseret “arus dunia”. Seorang remaja yang tidak suka merokok, misalnya, karena bergaul dengan teman-teman perokok, maka ia ikut-ikutan. Atau, seorang bapak yang rajin ke gereja dan punya reputasi baik, tetapi kemudian ketahuan korupsi karena teman-teman di kantornya ternyata suka melakukan korupsi.

Dalam lingkungan yang tidak sehat, kita perlu berketetapan hati untuk tidak ikut arus. Sebaliknya, tetap bertahan dengan prinsip iman dan identitas kita sebagai orang kristiani. Bisa ada risikonya memang, tetapi tidak usah kecil hati. Tuhan tidak mengecewakan orang yang setia kepada-Nya. Kisah Daniel dan teman-temannya dalam firman Tuhan hari ini menunjukkan kebenaran tersebut.



IKUT ARUS DUNIA HANYA AKAN MEMBUAT KITA TERHANYUT LALU TENGGELAM
 
Bacaan hari ini: Zefanya 2:13-15
Ayat mas hari ini: Zefanya 2:15
Bacaan Alkitab Setahun: 1 Tawarikh 1-3



Dalam film Kung Fu Panda, penjaga penjara tersinggung ketika utusan Master Shifu memintanya memperkuat penjagaan. Ia merasa penjaranya sudah sangat kuat: seribu penjaga, dan hanya satu tahanan, Tai Lung. Belum lagi sistem pengamanannya amat canggih. Namun, sebuah celah kecil yang luput dari perhatiannya berhasil dimanfaatkan Tai Lung untuk melepaskan diri dari belenggu. Dengan kelihaiannya, penjahat itu melumpuhkan penjaga satu per satu dan dengan kegesitannya ia berhasil mendobrak pintu penjara, lalu meloloskan diri.

Zefanya menubuatkan kehancuran Niniwe. Saat itu, menurut Life Application Study Bible, Niniwe merupakan pusat kebudayaan, teknologi, dan keelokan di Timur Dekat. Perpustakaan dan gedung-gedung megah menghiasi kota, sistem irigasi yang canggih mengairi perkebunan yang menghampar permai, perbentengannya diperkokoh dengan 1.500 menara. Kota itu beria-ria dan tenteram, sikap yang menggambarkan kepongahan dan kesembronoan, dilandasi oleh rasa aman yang palsu. Mirip dengan penjaga penjara tadi, ia merasa paling unggul, tiada tandingan, baik dalam kekayaan maupun kedigdayaan. Namun, sekitar sepuluh tahun setelah nubuatan ini, Niniwe benar-benar rata dengan tanah. Ia hancur karena kecongkakannya.

Nubuatan ini dapat mengingatkan kita agar waspada terhadap berbagai bentuk kesuksesan, seperti kekayaan, kepandaian, atau kekuasaan. Jangan sampai kita terlena, sehingga merasa bahwa diri kita paling unggul, tidak memerlukan Tuhan, dan merendahkan orang lain. Bukankah “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati” (Yakobus 4:6).




KESOMBONGAN BERKAWAN AKRAB DENGAN KECEROBOHAN: IA MEMBUAT KITA LENGAH TERHADAP KELEMAHAN PRIBADI
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.