• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Renungan Harian/Saat Teduh.

Yesus, yang memimpin kita dalam iman dan membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia
Ibrani 12:2


Bacaan: 1 Korintus 15:42-49
Setahun: Yehezkiel 5–7; Ibrani 12


Pada tahun 1728, Ben Franklin muda mengarang tulisan untuk batu nisan*nya sendiri:

Tubuh B. Franklin, si tukang cetak, ibarat sampul sebuah buku tua, lembaran buku itu sudah usang, hurufnya yang berwarna emas sudah terkelupas, terbaring di sini dan menjadi makanan cacing. Namun, karya dalam buku itu tidak akan hilang; karena, sebagaimana yang ia percayai, ia akan muncul sekali lagi, dalam edisi yang baru dan lebih cantik, sudah dikoreksi dan disempurnakan oleh Sang Pengarang.

Dalam tulisan batu nisan ini, si jenaka Franklin, manusia Renaissance kolonial, mengikuti kebenaran pandangan Alkitab mengenai kebangkitan. Tubuh yang sekarang ini kita miliki mudah termakan usia, mengalami kemunduran fisik, dan pada akhirnya mati. Akan tetapi, kebangkitan Yesus Kristus menjanjikan tubuh adikodrati baru yang dibangkitkan dalam kemuliaan. Rasul Paulus berkata kepada kita, “Tubuh yang ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan. Yang ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan” (1 Korintus 15:42,43).

Ketika kehidupan yang kita jalani menyusuri perjalanannya dalam proses menjadi tua, kita memiliki suatu harapan akan tubuh baru yang jauh lebih baik dari*pada tubuh kita yang semula. Di samping rasa sakit dan nyeri yang kita rasakan, ketetapan Tuhan bagi hidup kita aman di tangan “Yesus, yang memimpin kita dalam iman dan membawa iman kita itu kepada kesempurnaan” (Ibrani 12:2) —HDF

DALAM SEKEJAP MATA …
KITA SEMUA AKAN DIUBAH —Rasul Paulus

1 Korintus 15:42-49
15:42 Demikianlah pula halnya dengan kebangkitan orang mati. Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan.
15:43 Ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan.
15:44 Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah. Jika ada tubuh alamiah, maka ada pula tubuh rohaniah.
15:45 Seperti ada tertulis: "Manusia pertama, Adam menjadi makhluk yang hidup", tetapi Adam yang akhir menjadi roh yang menghidupkan.
15:46 Tetapi yang mula-mula datang bukanlah yang rohaniah, tetapi yang alamiah; kemudian barulah datang yang rohaniah.
15:47 Manusia pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani, manusia kedua berasal dari sorga.
15:48 Makhluk-makhluk alamiah sama dengan dia yang berasal dari debu tanah dan makhluk-makhluk sorgawi sama dengan Dia yang berasal dari sorga.
15:49 Sama seperti kita telah memakai rupa dari yang alamiah, demikian pula kita akan memakai rupa dari yang sorgawi.
 
17 November 2007 -- S A B T U

Hari Minggu Yang Sibuk | Mazmur 100:1-5

Banyak sekali orang Kristen yang hari Minggunya berjalan seperti ini: Ia mematikan alarm pagi lalu melanjutkan tidurnya. Acara malam Minggu begitu asyiknya sehingga harus dilewatkan sampai larut malam. Satu jam kemudian ia baru bangun dan langsung mandi, tetapi sebelumnya menyempatkan diri untuk berteriak guna memastikan anak-anak sudah bangun. Selesai mandi dan berpakaian, ia langsung mendandani anak-anak, memberi makan anjing, menyempatkan diri sarapan dan menelpon teman untuk acara makan siang nanti. Setelah itu semua anak digiring masuk ke mobil, sambil ia sibuk meredakan omelan pasangan, “Kenapa sih kita selalu telat?” Begitu tiba di halaman gereja ia dengan terburu-buru memarkir mobil dan berjalan cepat ke dalam gereja, lalu duduk sambil berusaha menenangkan pasangannya yang masih mengomel. Ia pun mulai ikut menyanyi, mendengarkan khotbah, lalu pulang dari gereja, bertemu dengan teman di restoran, pulang ke rumah dan tertidur lagi.

Apakah kebanyakan hari Minggu Anda seperti itu? Sudah pasti ada yang salah dengan alur kegiatan seperti itu: Di manakah penyembahannya? Keluarga ini memang hadir di dalam kebaktian, namun puji-pujian dan belajar firman Tuhan hanya menjadi suatu daftar kegiatan saja. Tidak ada waktu lagi yang tersisa untuk berhubungan dengan Tuhan. Bahkan ibadah gereja pun tidak lagi menjadi kegiatan utama di hari Minggu bagi mereka. Restoran dan tempat tidurlah yang menjadi pusat kegiatan hari Minggu bagi mereka.

Mazmur 100:4 memerintahkan kita: “Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!” Apakah sikap ini tampak setiap kali Anda datang ke gereja setiap Minggu? Jangan biarkan alur kegiatan di atas menjadi bagian hidup keluarga Anda. Ingatlah bahwa penyembahan bukanlah sesuatu yang harus Anda lakukan; melainkan sesuatu yang perlu Anda lakukan! Jadi rencanakanlah dan siapkanlah hati, pikiran dan keluarga Anda untuk bertemu sang Raja!

GBU all..
 
Tidak ada keselamatan di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain … yang olehnya kita dapat diselamatkan
Kisah Para Rasul 4:12


Bacaan: Yohanes 3:1-8
Setahun: Yehezkiel 8-10; Ibrani 13



Sebuah lagu rohani lama mengingatkan, “Setiap orang yang membicarakan surga tidak akan pernah ke sana.” Karena surga adalah tempat tinggal Allah, suatu tempat untuk menyatakan hadirat dan kemuliaan-Nya dalam segala keagungan, Dia memiliki hak penuh untuk menentukan siapa dan dengan syarat apa seseorang dapat diterima di surga. Kepercayaan lain mengenai bagaimana dan mengapa kita diterima di surga sudah pasti salah.

Contohnya adalah rasa percaya diri yang diekspresikan oleh seorang artis terkenal. Ketika ditanya mengenai imannya, ia menjawab, “Saya berdoa. Saya membaca Alkitab. Alkitab adalah buku terindah yang pernah ditulis. Saya seharusnya masuk surga; kalau tidak, itu tidak menyenangkan. Saya tidak melakukan kesalahan apa pun. Suara hati saya sangat jernih. Jiwa saya pun seputih bunga anggrek yang tumbuh di sana, dan saya akan langsung ke surga.”

Allah sendirilah yang menentukan siapa yang akan langsung pergi ke surga. Dalam Alkitab, firman Allah yang kudus, Dia menyatakan bahwa hanya mereka, yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Juru Selamat, yang akan diterima. Rasul Paulus mengatakan, “Tidak ada keselamatan di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan” (Kisah Para Rasul 4:12).

Penilaian diri tentang kemurnian jiwa dan kelayakan karakter seseorang untuk masuk surga bukanlah kriteria. Hanya firman Allah yang memberi kita standar penerimaan di surga —VCG


JIKA KRISTUS DIIMANI
KESELAMATAN DITERIMA DAN SURGA PUN DIRAIH


Yohanes 3:1-8
3:1 Adalah seorang Farisi yang bernama Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi.
3:2 Ia datang pada waktu malam kepada Yesus dan berkata: "Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorangpun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya."
3:3 Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah."
3:4 Kata Nikodemus kepada-Nya: "Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?"
3:5 Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.
3:6 Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.
3:7 Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali.
3:8 Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh."
 
Janganlah kamu khawatir … Bapamu yang di surga tahu bahwa kamu memerlukan semuanya itu
Matius 6:31,32

Bacaan: Matius 6:25-34
Setahun: Yehezkiel 11-13; Yakobus 1

Keponakan laki-laki saya akan segera kehilangan pekerjaan. Sebab itu, saya senang ketika mendengar kabar dari istrinya bahwa ia baru saja menerima tawaran untuk sebuah jabatan baru.

“Kami berdoa, saya cemas, dan Eric berketetapan untuk mendapatkan pekerjaan baru,” demikian tulis Angie lewat e-mail, menjelaskan perjalanan hidup mereka selama beberapa bulan terakhir.

Kita dengan mudah menjadi panik ketika menghadapi masalah yang serius, misalnya kehilangan pekerjaan, anggota keluarga yang terkena kanker, anak yang suka melawan.

Kita pun berdoa, dan menyibukkan diri. Kita mulai melakukan segala sesuatu yang kita anggap bisa membawa kita ke arah yang positif.

Dan, kita cemas. Kita tahu bahwa itu hanya memboroskan waktu. Namun, banyak di antara kita terjebak dalam dilema ini. Kita tahu bahwa kita harus memercayai Allah, tetapi kita bertanya-tanya tentang apa yang kira-kira akan Dia lakukan.

Inilah saatnya bagi kita untuk berpaling kepada firman-Nya, dan mengingat bahwa Dia berjalan bersama kita dan meminta kita menyerahkan segala kekhawatiran dan beban kita kepada-Nya. Kitab Suci menyatakan, “Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada-Nya, sebab Ia memelihara kamu” (1 Petrus 5:7), dan “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus” (Filipi 4:19).

Ketika pikiran Anda mencemaskan masa depan, ingatlah bahwa “Bapamu yang di surga tahu” (Matius 6:32) dan akan memberi Anda apa yang Anda butuhkan —CHK


KECEMASAN ADALAH BEBAN
YANG TIDAK PERNAH DIKEHENDAKI ALLAH UNTUK KITA PIKUL


Matius 6:25-34
6:25 "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?
6:26 Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?
6:27 Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?
6:28 Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal,
6:29 namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.
6:30 Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?
6:31 Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?
6:32 Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.
6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
6:34 Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."
 
Janganlah terbawa-bawa ke dalam dosa orang lain
1 Timotius 5:22


Bacaan: 1 Timotius 5:17-25
Setahun: Yehezkiel 14-15; Yakobus 2

Seorang pria kristiani di lingkungan kami menerima promosi yang memberinya penghasilan yang jauh lebih besar. Teman-teman sesama tenaga penjual mendesak agar ia menaikkan gaya hidupnya dengan membeli banyak barang menggunakan kartu kredit. Ia melakukan apa pun yang dilakukan orang lain, misalnya liburan main ski sekeluarga, naik kapal pesiar, membeli perabot baru, melakukan perjalanan belanja yang mewah.

Kemudian penjualan surut, dan gajinya turun. Tekanan itu mengakibatkan ketegangan hebat dalam pernikahannya. Teman-temannya menganjurkan agar ia mengikuti apa yang mereka lakukan: mengakali laporan biaya operasional dan laporan penjualannya. Ia mengikuti anjuran mereka, tetapi ia kemudian diliputi kecemasan dan rasa bersalah.

Seorang sahabat kristiani yang bijaksana mengamati ketegangan yang dialaminya dan berdoa untuknya. Ia kemudian menganjurkan agar ia berani menghadapi kenyataan. Orang percaya yang sedang menderita itu akhirnya berseru kepada Allah dalam rasa malu dan penyesalan. Ia mengakui dosanya, membereskan masalahnya dengan perusahaan, dan membicarakan hal itu dengan istrinya. Kedamaian akhirnya kembali hadir dalam hidupnya.

Ajaran Paulus kepada para penatua dalam bacaan hari ini berlaku untuk semua orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Ketika sedemikian banyak budaya di dunia digerakkan oleh kesombongan dan ketamakan, ajaran sang rasul agar tidak “terbawa-bawa ke dalam dosa orang lain” (ayat 22) sangatlah tepat.

Ketika kita tergoda untuk bergabung dengan orang lain dalam perbuatan yang salah, menjauhlah! —DCE


TAK SEORANG PUN YANG MENGIKUTI KRISTUS
AKAN TERPISAH DARI ALLAH


1 Timotius 5:17-25

5:17 Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar.
5:18 Bukankah Kitab Suci berkata: "Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik," dan lagi "seorang pekerja patut mendapat upahnya."
5:19 Janganlah engkau menerima tuduhan atas seorang penatua kecuali kalau didukung dua atau tiga orang saksi.
5:20 Mereka yang berbuat dosa hendaklah kautegor di depan semua orang agar yang lain itupun takut.
5:21 Di hadapan Allah dan Kristus Yesus dan malaikat-malaikat pilihan-Nya kupesankan dengan sungguh kepadamu: camkanlah petunjuk ini tanpa prasangka dan bertindaklah dalam segala sesuatu tanpa memihak.
5:22 Janganlah engkau terburu-buru menumpangkan tangan atas seseorang dan janganlah terbawa-bawa ke dalam dosa orang lain. Jagalah kemurnian dirimu.
5:23 Janganlah lagi minum air saja, melainkan tambahkanlah anggur sedikit, berhubung pencernaanmu terganggu dan tubuhmu sering lemah.
5:24 Dosa beberapa orang menyolok, seakan-akan mendahului mereka ke pengadilan, tetapi dosa beberapa orang lagi baru menjadi nyata kemudian.
5:25 Demikianpun perbuatan baik itu segera nyata dan kalau tidak demikian, ia tidak dapat terus tinggal tersembunyi.
 
[Kasih] tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain 1
Korintus 13:5

Bacaan: 1 Korintus 13
Setahun: Yehezkiel 16-17; Yakobus 3

Pasangan muda yang baru saja dikaruniai anak menerima hadiah atas kelahiran bayi mereka. Mereka sangat berterima kasih atas hadiah tersebut, maka sang ibu mengambil kartu ucapan terima kasih, menulis pesan indah, dan siap mengirimkannya.

Namun entah bagaimana, kartu itu tertimbun di tumpukan kertas pekerjaan dan tak pernah terkirim. Ucapan terima kasih itu terlupakan. Pemberi hadiah menunggu, tetapi tak ada ucapan terima kasih yang datang.

Hubungan menjadi renggang ketika satu keluarga mengira ucapan terima kasih telah dikirimkan, sementara yang lain menganggap tidak adanya ucapan terima kasih adalah sikap yang tidak sopan. Kegagalan untuk mengirimkan kartu, membuat pemberi hadiah merasa diremehkan, tidak dihargai, dan diabaikan.

Di antara banyak kata-kata penting, alangkah baiknya bila kita bisa menyampaikan dua kata berharga ini, yaitu “Terima kasih”. Selain bahwa mengucapkan terima kasih sangat penting, ada sisi lain yang mesti kita perhatikan. Jika kita memberi hadiah kepada orang lain, kita harus melakukannya dengan tulus tanpa mengharapkan balasan apa pun, termasuk ucapan terima kasih kembali. Kasih yang sejati memberi tanpa mengharapkan balasan.

Kasih, sebagaimana digambarkan dalam 1 Korintus 13:4, “sabar dan baik hati” dan tidak pernah mencari keuntungan diri. Kasih tidak pernah memendam kesalahan, bahkan saat seseorang lupa mengucapkan terima kasih atas kebaikan yang kita lakukan. Sisi lain dari ucapan terima kasih adalah hati tulus yang mencerminkan kasih Allah yang sempurna kepada kita —JDB

KASIH YANG SEJATI TIDAK BERSIFAT MENGIKAT

1 Korintus 13
13:1 Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.
13:2 Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.
13:3 Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku.
13:4 Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
13:5 Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
13:6 Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.
13:7 Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
13:8 Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.
13:9 Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna.
13:10 Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap.
13:11 Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.
13:12 Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.
13:13 Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.
 
Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu,
karena kedatangan Tuhan sudah dekat!

Yakobus 5:8

Bacaan: Yakobus 4:13-17; 5:7-11
Setahun: Yehezkiel 18-19; Yakobus 4

Himne berjudul Come, Ye Thankful People, Come sering dinyanyikan pada kebaktian pengucapan syukur kristiani. Himne yang ditulis pada 1844 oleh Henry Alford itu diawali dengan ucapan syukur kepada Allah atas hasil panen yang berhasil dikumpulkan sebelum musim dingin. Akan tetapi, himne itu sebetulnya lebih dari sekadar rasa syukur atas berkat hasil bumi. Himne itu berakhir dengan fokus pada “panen” Allah akan umat-Nya ketika Kristus datang:

Ya Tuhan, segeralah datang
Ke lumbung panenan akhir-Mu:
Kumpulkan umat-Mu,
Bebas dari penderitaan,
bebas dari dosa;
Dimurnikan selamanya,
Tinggal selamanya dalam hadirat-Mu:
Datanglah, bersama semua malaikat-Mu, datanglah—
Dirikanlah lumbung panenan yang mulia.

Ketika kita mengucap syukur atas pemenuhan kebutuhan materi, sangatlah penting untuk mengingat bahwa rencana kita tidak pasti dan hidup kita bagaikan uap yang cepat berlalu (Yakobus 4:14). Yakobus mendorong kita untuk bersikap seperti petani yang menunggu tanamannya bertumbuh dan siap dipanen. “Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat!” (5:8).

Ketika kita bersyukur kepada Allah karena telah menyediakan berbagai kebutuhan kita, ingatlah akan kedatangan kembali Yesus Kristus yang telah dijanjikan. Dengan penantian yang sabar, kita hidup bagi-Nya dan menanti datangnya hari ketika Dia datang untuk mengumpulkan tuaian kemenangan-Nya —DCM


AMIN, DATANGLAH, TUHAN YESUS! —Wahyu 22:20

Yakobus 4:13-17; 5:7-11
4:13 Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung",
4:14 sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.
4:15 Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu."
4:16 Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah.
4:17 Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.

5:7 Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan! Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi.
5:8 Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat!
5:9 Saudara-saudara, janganlah kamu bersungut-sungut dan saling mempersalahkan, supaya kamu jangan dihukum. Sesungguhnya Hakim telah berdiri di ambang pintu.
5:10 Saudara-saudara, turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan.
5:11 Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan.
 
Betul,kedatangan Tuhan sudah dekat,
Tidak banyak waktu,kita harus bersiap-siap.
Yg masih melakukan kegiatan yg sia2 seperti dugem,liat film bokep,liat foto2 porno,
Ayo segera ditinggalkan
 
Hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan,
supaya kamu sembuh

Yakobus 5:16


Bacaan: Kejadian 27:19-33
Setahun: Yehezkiel 20-21; Yakobus 5

Ketika seorang pelayan di Ohio menanyakan SIM seorang pelanggan, ia sangat terkejut saat melihat foto di kartu tersebut. Itu adalah fotonya sendiri! Pelayan itu telah kehilangan kartu identitasnya sebulan sebelumnya, dan wanita muda tadi menggunakannya supaya punya “bukti” bahwa ia sudah cukup umur untuk minum alkohol. Pelayan itu memanggil polisi dan si pelanggan ditangkap atas tuduhan pencurian kartu identitas. Karena berusaha untuk mendapatkan keinginannya, wanita muda itu berpura-pura menjadi orang yang bukan dirinya.

Yakub, dalam Perjanjian Lama, juga berpura-pura. Dengan bantuan ibunya, Ribka, ia menipu ayahnya yang hampir meninggal supaya mengira ia adalah kakaknya, yaitu Esau, sehingga ia bisa mendapatkan berkat anak sulung (Kejadian 27). Usaha penipuan Yakub terbongkar, tetapi Esau sudah terlambat untuk menerima berkat tersebut.

Kini kepura-puraan juga kerap kali terjadi di gereja. Beberapa orang menunjukkan penampilan yang palsu. Mereka menggunakan kata-kata “kristiani,” pergi ke gereja hampir setiap Minggu, dan bahkan berdoa sebelum makan. Mereka berpura-pura “melakukan semuanya itu” hanya untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain. Namun di dalam hati, mereka bergumul dengan kehancuran, rasa bersalah, keraguan, kecanduan, atau dosa lain yang tidak bisa dilepaskan.

Allah menempatkan kita di antara sekumpulan orang percaya supaya saling menguatkan. Terimalah kenyataan bahwa Anda tidak sempurna. Kemudian, mintalah nasihat kepada saudara yang saleh dalam Kristus —AMC

JADILAH SEPERTI YANG DIKEHENDAKI ALLAH BAGI ANDA
DAN JANGAN BERPURA-PURA MENJADI ORANG LAIN


Kejadian 27:19-33

27:19 Kata Yakub kepada ayahnya: "Akulah Esau, anak sulungmu. Telah kulakukan, seperti yang bapa katakan kepadaku. Bangunlah, duduklah dan makanlah daging buruan masakanku ini, agar bapa memberkati aku."
27:20 Lalu Ishak berkata kepada anaknya itu: "Lekas juga engkau mendapatnya, anakku!" Jawabnya: "Karena TUHAN, Allahmu, membuat aku mencapai tujuanku."
27:21 Lalu kata Ishak kepada Yakub: "Datanglah mendekat, anakku, supaya aku meraba engkau, apakah engkau ini anakku Esau atau bukan."
27:22 Maka Yakub mendekati Ishak, ayahnya, dan ayahnya itu merabanya serta berkata: "Kalau suara, suara Yakub; kalau tangan, tangan Esau."
27:23 Jadi Ishak tidak mengenal dia, karena tangannya berbulu seperti tangan Esau, kakaknya. Ishak hendak memberkati dia,
27:24 tetapi ia masih bertanya: "Benarkah engkau ini anakku Esau?" Jawabnya: "Ya!"
27:25 Lalu berkatalah Ishak: "Dekatkanlah makanan itu kepadaku, supaya kumakan daging buruan masakan anakku, agar aku memberkati engkau." Jadi didekatkannyalah makanan itu kepada ayahnya, lalu ia makan, dibawanya juga anggur kepadanya, lalu ia minum.
27:26 Berkatalah Ishak, ayahnya, kepadanya: "Datanglah dekat-dekat dan ciumlah aku, anakku."
27:27 Lalu datanglah Yakub dekat-dekat dan diciumnyalah ayahnya. Ketika Ishak mencium bau pakaian Yakub, diberkatinyalah dia, katanya: "Sesungguhnya bau anakku adalah sebagai bau padang yang diberkati TUHAN.
27:28 Allah akan memberikan kepadamu embun yang dari langit dan tanah-tanah gemuk di bumi dan gandum serta anggur berlimpah-limpah.
27:29 Bangsa-bangsa akan takluk kepadamu, dan suku-suku bangsa akan sujud kepadamu; jadilah tuan atas saudara-saudaramu, dan anak-anak ibumu akan sujud kepadamu. Siapa yang mengutuk engkau, terkutuklah ia, dan siapa yang memberkati engkau, diberkatilah ia."
27:30 Setelah Ishak selesai memberkati Yakub, dan baru saja Yakub keluar meninggalkan Ishak, ayahnya, pulanglah Esau, kakaknya, dari berburu.
27:31 Ia juga menyediakan makanan yang enak, lalu membawanya kepada ayahnya. Katanya kepada ayahnya: "Bapa, bangunlah dan makan daging buruan masakan anakmu, agar engkau memberkati aku."
27:32 Tetapi kata Ishak, ayahnya, kepadanya: "Siapakah engkau ini?" Sahutnya: "Akulah anakmu, anak sulungmu, Esau."
27:33 Lalu terkejutlah Ishak dengan sangat serta berkata: "Siapakah gerangan dia, yang memburu binatang itu dan yang telah membawanya kepadaku? Aku telah memakan semuanya, sebelum engkau datang, dan telah memberkati dia; dan dia akan tetap orang yang diberkati."
 

Nyata kemurahan Allah, Juru Selamat kita, dan kasih-Nya kepada manusia
Titus 3:4


Bacaan: Titus 3:1-7
Setahun: Yehezkiel 22-23; 1 Petrus 1

Bertahun-tahun yang lalu, saya menerima sebuah bingkisan berbentuk tabung melalui pos. Bingkisan tersebut berisi tongkat pancing bambu buatan Jim Schaaf yang indah sekali dan kili-kili pancing Bill Ballan yang klasik—peralatan pancing yang mahal dan harganya tidak terjangkau. Ada catatan tulisan tangan yang berbunyi, “Saya ingin melakukan sesuatu bagi Anda.” Sampai sekarang ini, saya tidak tahu siapa yang mengirimkan bingkisan tersebut.

Penyair William Cowper juga punya sahabat yang tak ia kenal dan mengiriminya berbagai hadiah, tetapi tak pernah menyebutkan namanya. Komentar Cowper setiap kali menerima hadiah selalu sama, “Orang yang tak dikenal telah datang.” Saya sering memikirkan ucapannya ketika memancing dengan tongkat pancing itu, “Orang yang tak dikenal telah datang.” Saya selalu berterima kasih kepada sahabat yang tak saya ketahui namanya atas kebaikan dan kasihnya.

Sepanjang hidup, Allah mencurahkan kebaikan-Nya—kebenaran, keindahan, persahabatan, kasih, dan tawa, serta banyak lagi. Dan, kita bersikap seakan kita tidak tahu dari mana asalnya. Allah telah menjadi Sahabat kita yang tidak dikenal.

Namun, Dia tak ingin selamanya tidak dikenal. Jika Anda ingin tahu lebih banyak lagi tentang Sahabat rahasia Anda, bacalah Injil, karena Dia tampak paling nyata dalam diri Yesus. Kasih selalu ada di dalam hati Allah, tetapi di dalam Yesus, kasih itu “kelihatan”. Allah, yang dinyatakan dalam diri Yesus, adalah Sahabat Anda yang baik hati dan penuh kasih. Apakah Anda akan mengakui-Nya dan berterima kasih kepada-Nya hari ini? —DHR


SAHABAT YANG PALING KITA KASIHI HANYALAH BAYANGAN
JIKA DIBANDINGKAN DENGAN YESUS


Titus 3:1-7
3:1 Ingatkanlah mereka supaya mereka tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa, taat dan siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik.
3:2 Janganlah mereka memfitnah, janganlah mereka bertengkar, hendaklah mereka selalu ramah dan bersikap lemah lembut terhadap semua orang.
3:3 Karena dahulu kita juga hidup dalam kejahilan: tidak taat, sesat, menjadi hamba berbagai-bagai nafsu dan keinginan, hidup dalam kejahatan dan kedengkian, keji, saling membenci.
3:4 Tetapi ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan kasih-Nya kepada manusia,
3:5 pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus,
3:6 yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita,
3:7 supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita.
 
Kamu adalah terang dunia
Matius 5:14

Bacaan: Roma 1:14-17
Setahun: Yehezkiel 24-26; 1 Petrus 2


Allah tidak kehabisan cara untuk menjangkau manusia. Jadi, jika Anda merasa bahwa Anda tidak memiliki kemampuan untuk menjangkau jiwa bagi Kristus, ingatlah Ethel Hatfield yang berusia 76 tahun. Karena ingin melayani Tuhan, ia bertanya kepada pendeta di gerejanya, apakah ia boleh mengajar Sekolah Minggu. Akan tetapi, pendeta tersebut berkata bahwa Ethel mungkin sudah terlalu tua! Ia pulang ke rumah dengan hati sedih dan kecewa.

Kemudian suatu hari, ketika Ethel sedang merawat kebun mawarnya, seorang mahasiswa keturunan Cina dari kampus yang ada di dekat situ berhenti untuk mengomentari keindahan bunga-bunga mawarnya. Ethel menawarkan secangkir teh. Ketika mereka sedang bercakap-cakap, Ethel berkesempatan untuk bercerita mengenai Yesus dan kasih-Nya. Keesokan harinya mahasiswa tadi datang bersama mahasiswa lain, dan itulah awal pelayanan Ethel.

Ethel merasa sangat senang dapat membagikan Injil Kristus kepada mahasiswa-mahasiswa tersebut, karena ia tahu bahwa Dia memiliki kekuatan untuk mengubah kehidupan. Injil-Nya adalah “kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya” (Roma 1:16).

Justru karena Ethel sudah tua, para mahasiswa keturunan Cina itu mendengarkannya dengan rasa hormat dan penghargaan. Ketika ia meninggal, sekitar 70 orang keturunan Cina yang sudah menjadi orang percaya berkumpul di upacara pemakamannya. Mereka telah dimenangkan bagi Kristus oleh seorang wanita yang dianggap terlalu tua untuk mengajar kelas Sekolah Minggu! —VCG


TAK SEORANG PUN TERLALU TUA
UNTUK MENJADI SAKSI KRISTUS


Roma 1:14-17
1:14 Aku berhutang baik kepada orang Yunani, maupun kepada orang bukan Yunani, baik kepada orang terpelajar, maupun kepada orang tidak terpelajar.
1:15 Itulah sebabnya aku ingin untuk memberitakan Injil kepada kamu juga yang diam di Roma.
1:16 Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.
1:17 Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman."
 
Mata-Mu terlalu suci untuk melihat kejahatan
Habakuk 1:13

Bacaan: Habakuk 1:1-5
Setahun: Yehezkiel 27-29; 1 Petrus 3

Saya pecandu berita yang senang mengetahui segala yang terjadi di dunia. Namun, kadang kekejaman hidup membuat saya merasa seperti anak kecil yang sedang menonton film horor. Saya tak ingin melihat apa yang terjadi. Saya ingin berpaling agar tak melihat semua itu.

Allah bereaksi terhadap kejahatan dengan cara yang sama. Bertahun-tahun lalu, Dia memperingatkan bangsa Israel bahwa Dia akan memalingkan muka dari mereka jika mereka berpaling pada kejahatan (Ulangan 31:18). Bangsa Israel melakukan kejahatan, dan Dia menyembunyikan wajah-Nya (Yehezkiel 39:24).

Nabi Habakuk tidak meninggalkan Allah, tetapi ia menderita bersama mereka yang telah meninggalkan Dia. “Mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku kejahatan,” tanyanya kepada Allah, “sehingga aku memandang kelaliman?” (Habakuk 1:3).

Tanggapan Allah terhadap nabi-Nya yang sedang bingung menunjukkan bahwa ketika kejahatan mengaburkan wajah Allah, ketidakmampuan kita melihat Dia bukan berarti bahwa Dia tidak bekerja demi kebaikan kita. Allah berkata, “Lihatlah di antara bangsa-bangsa dan perhatikanlah, jadilah heran dan tercengang-cengang, sebab Aku melakukan suatu pekerjaan dalam zamanmu yang tidak akan kamu percayai, jika diceritakan” (ayat 5). Allah akan menghakimi Yehuda, tetapi Dia juga akan menghakimi Babel sebagai bangsa penjajah atas kejahatan mereka (lihat Habakuk 2). Melalui semuanya itu, “orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya” (2:4).

Ketika berbagai kejadian dunia membuat Anda putus asa, tinggalkan berita dan bacalah Kitab Suci. Akhir kisahnya sudah dituliskan oleh Allah kita yang kudus. Kejahatan tidak akan bertahan —JAl


JANGAN PUTUS ASA KARENA KEJAHATAN
sebab ALLAH YANG AKAN MENANG


Habakuk 1:1-5
1:1 Ucapan ilahi dalam penglihatan nabi Habakuk.
1:2 Berapa lama lagi, TUHAN, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar, aku berseru kepada-Mu: "Penindasan!" tetapi tidak Kautolong?
1:3 Mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku kejahatan, sehingga aku memandang kelaliman? Ya, aniaya dan kekerasan ada di depan mataku; perbantahan dan pertikaian terjadi.
1:4 Itulah sebabnya hukum kehilangan kekuatannya dan tidak pernah muncul keadilan, sebab orang fasik mengepung orang benar; itulah sebabnya keadilan muncul terbalik.
1:5 Lihatlah di antara bangsa-bangsa dan perhatikanlah, jadilah heran dan tercengang-cengang, sebab Aku melakukan suatu pekerjaan dalam zamanmu yang tidak akan kamu percayai, jika diceriterakan.
 
Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali
Lukas 15:32


Bacaan: Lukas 15:25-32
Setahun: Yehezkiel 30-32; 1 Petrus 4

Kisah mengenai anak yang hilang sebenarnya adalah kisah mengenai dua saudara yang suka memberontak dan ayah mereka yang penuh kasih. Ini adalah kisah universal yang mewakili setiap umat manusia.

Saya tidak bisa sepenuhnya menyamakan diri saya dengan anak yang hilang. “Kehidupan liar” asing bagi saya. Akan tetapi, sikap sang kakak yang membenarkan diri tersebut mencerminkan pergumulan rohani saya. Dosanya mungkin lebih serius daripada gaya hidup amoral yang jelas-jelas tampak. Dosa itu tersembunyi, tetapi akan mudah dikenali ketika ia muncul.

Berikut ini adalah ciri-cirinya: Ia memilih kemarahan daripada penerimaan (Lukas 15:28). Ia memisahkan diri dan “tidak mau masuk” (ayat 28). Ia berkata kepada ayahnya, “anak bapa” (ayat 30), bukannya menyebutnya “saudaraku”. Jelaslah, ia belum mengalami mukjizat dari rahmat Allah.

Namun, sang ayah mencintai kedua anaknya tanpa syarat. Terhadap anak yang sudah memboroskan hartanya, ia berlari keluar untuk menyambut kedatangannya. Dan, terhadap anaknya yang sulung, ia “keluar dan membujuknya” (ayat 28). Tidak ada kata cercaan yang kasar. Yang ada hanyalah sukacita atas kepulangan anak bungsunya dan hati yang selalu merindukan anak sulungnya. Sebuah gambaran yang sangat indah mengenai betapa baiknya Allah yang mencari-cari kita!

Dalam kisah itu, anak manakah yang mencerminkan diri Anda? Sudahkah Anda menanggapi kasih Bapa surgawi yang tak terbatas? —DJD



KASIH ALLAH MENGUBAH ANAK YANG HILANG
MENJADI ORANG KUDUS YANG BERHARGA


Lukas 15:25-32

15:25 Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian.
15:26 Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu.
15:27 Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat.
15:28 Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia.
15:29 Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku.
15:30 Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia.
15:31 Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu.
15:32 Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali."
 
Lalu aku mengarahkan mukaku kepada Tuhan Allah untuk berdoa dan bermohon
Daniel 9:3


Bacaan: Daniel 9:3-19
Setahun: Yehezkiel 33-34; 1 Petrus 5

Apakah Anda pernah mendengar kisah seorang laki-laki tua berusia 85 tahun yang ditangkap karena berdoa? Kemungkinan besar, Anda sudah mendengarnya. Itu adalah kisah Daniel, seorang Yahudi tua di negeri Babel yang dijatuhi hukuman mati karena kesetiaannya dalam berdoa kepada Allah (Daniel 6).

Meskipun doa yang menyebabkan Daniel dilemparkan ke gua singa adalah doanya yang paling terkenal (6:11), itu bukan satu-satunya saat ketika kita mendapatinya sedang berdoa.

Dalam kitab Daniel 9, kita membaca sebuah contoh bagaimana ia berdoa. Ketika Daniel sedang membaca gulungan kitab Yeremia, ia mendapati bahwa pembuangan bangsanya akan berlangsung selama 70 tahun, dan bangsanya sudah 67 tahun berada dalam pembuangan (Yeremia 25:8-11). Ia sangat ingin supaya masa pembuangan itu segera berakhir.

Allah telah memanggil umat-Nya untuk hidup benar, tetapi mereka tidak melakukannya. Daniel memutuskan untuk hidup benar meskipun bangsanya tidak beriman. Ia mulai berdoa agar Allah tidak menunda berakhirnya masa pembuangan.

Ketika berdoa, Daniel berfokus pada penyembahan dan pengakuan dosa. Pola doanya memberi kita wawasan yang penting mengenai cara berbicara dengan Allah. Kita harus mengakui bahwa Allah itu “mahabesar dan dahsyat” (ayat 4) dan bahwa kita “telah berbuat dosa” (ayat 15). Dalam doa, kita memuja Allah dan mengakui dosa kita.

Marilah kita ikuti teladan Daniel. Baginya, doa sama pentingnya dengan hidup itu sendiri —JDB


TAK ada yang setegar ORANG KRISTIANI YANG BERTELUT dalam doa


Daniel 9:3-19

9:3 Lalu aku mengarahkan mukaku kepada Tuhan Allah untuk berdoa dan bermohon, sambil berpuasa dan mengenakan kain kabung serta abu.
9:4 Maka aku memohon kepada TUHAN, Allahku, dan mengaku dosaku, demikian: "Ah Tuhan, Allah yang maha besar dan dahsyat, yang memegang Perjanjian dan kasih setia terhadap mereka yang mengasihi Engkau serta berpegang pada perintah-Mu!
9:5 Kami telah berbuat dosa dan salah, kami telah berlaku fasik dan telah memberontak, kami telah menyimpang dari perintah dan peraturan-Mu,
9:6 dan kami tidak taat kepada hamba-hamba-Mu, para nabi, yang telah berbicara atas nama-Mu kepada raja-raja kami, kepada pemimpin-pemimpin kami, kepada bapa-bapa kami dan kepada segenap rakyat negeri.
9:7 Ya Tuhan, Engkaulah yang benar, tetapi patutlah kami malu seperti pada hari ini, kami orang-orang Yehuda, penduduk kota Yerusalem dan segenap orang Israel, mereka yang dekat dan mereka yang jauh, di segala negeri kemana Engkau telah membuang mereka oleh karena mereka berlaku murtad terhadap Engkau.
9:8 Ya TUHAN, kami, raja-raja kami, pemimpin-pemimpin kami dan bapa-bapa kami patutlah malu, sebab kami telah berbuat dosa terhadap Engkau.
9:9 Pada Tuhan, Allah kami, ada kesayangan dan keampunan, walaupun kami telah memberontak terhadap Dia,
9:10 dan tidak mendengarkan suara TUHAN, Allah kami, yang menyuruh kami hidup menurut hukum yang telah diberikan-Nya kepada kami dengan perantaraan para nabi, hamba-hamba-Nya.
9:11 Segenap orang Israel telah melanggar hukum-Mu dan menyimpang karena tidak mendengarkan suara-Mu. Sebab itu telah dicurahkan ke atas kami kutuk dan sumpah, yang tertulis dalam kitab Taurat Musa, hamba Allah itu, sebab kami telah berbuat dosa terhadap Dia.
9:12 Dan telah ditetapkan-Nya firman-Nya, yang diucapkan-Nya terhadap kami dan terhadap orang-orang yang telah memerintah kami, yakni bahwa akan didatangkan-Nya kepada kami malapetaka yang besar, yang belum pernah terjadi di bawah semesta langit, seperti di Yerusalem.
9:13 Seperti yang tertulis dalam kitab Taurat Musa, segala malapetaka ini telah menimpa kami, dan kami tidak memohon belas kasihan TUHAN, Allah kami, dengan berbalik dari segala kesalahan kami dan memperhatikan kebenaran yang dari pada-Mu.
9:14 Sebab itu TUHAN bersiap dengan malapetaka itu dan mendatangkannya kepada kami; karena TUHAN, Allah kami, adalah adil dalam segala perbuatan yang dilakukan-Nya, tetapi kami tidak mendengarkan suara-Nya.
9:15 Oleh sebab itu, ya Tuhan, Allah kami, yang telah membawa umat-Mu keluar dari tanah Mesir dengan tangan yang kuat dan memasyhurkan nama-Mu, seperti pada hari ini, kami telah berbuat dosa, kami telah berlaku fasik.
9:16 Ya Tuhan, sesuai dengan belas kasihan-Mu, biarlah kiranya murka dan amarah-Mu berlalu dari Yerusalem, kota-Mu, gunung-Mu yang kudus; sebab oleh karena dosa kami dan oleh karena kesalahan nenek moyang kami maka Yerusalem dan umat-Mu telah menjadi cela bagi semua orang yang di sekeliling kami.
9:17 Oleh sebab itu, dengarkanlah, ya Allah kami, doa hamba-Mu ini dan permohonannya, dan sinarilah tempat kudus-Mu yang telah musnah ini dengan wajah-Mu, demi Tuhan sendiri.
9:18 Ya Allahku, arahkanlah telinga-Mu dan dengarlah, bukalah mata-Mu dan lihatlah kebinasaan kami dan kota yang disebut dengan nama-Mu, sebab kami menyampaikan doa permohonan kami ke hadapan-Mu bukan berdasarkan jasa-jasa kami, tetapi berdasarkan kasih sayang-Mu yang berlimpah-limpah.
9:19 Ya Tuhan, dengarlah! Ya, Tuhan, ampunilah! Ya Tuhan, perhatikanlah dan bertindaklah dengan tidak bertangguh, oleh karena Engkau sendiri, Allahku, sebab kota-Mu dan umat-Mu disebut dengan nama-Mu!"
 
We have… an eternal house in Heaven.
2 Corinthians 5:1 NIV


Daily Bible Reading:
2 Chronicles 29-31, John 12:20-36, Psalm 118:19-29, Proverbs 28:5-8



Alice Gray writes, "Laurel knew she was dying. Over the weeks we often talked about Heaven. The hardest part was trying to image something we had never seen. Then I remembered this story - the young girl had been blind since birth. When she was twelve the doctors were able to perform a new type of surgery that would give her sight. But the outcome wouldn't be known for several days. After the bandages were removed from her eyes they had to be protected from the light. So she sat in darkness, waiting. The mother spent long hours answering her daughter's questions about what things looked like and what she should expect. Finally the moment came when the child's eyes could endure enough light for her to look out the window. She stood there for a long time without saying a word. Outside, the spring day was ideal - with fluffy white clouds decorating a blue sky. Blossoms sprinkled to the ground like pink snow as soft breezes bared the cherry trees. Yellow crocuses proudly lined the brick walkway that wound across the grass. When the girl turned back to her mother, tears were streaming down her cheeks. 'Oh, mother. Why didn't you tell me it would be so beautiful?' I shared this story with my friend, tears filling my own eyes. 'Laurel, right now we're sitting in the darkness, but before long you will be asking God the same question.'"

Heaven is real. It's more real than any place you've ever been, and much more beautiful. Paul calls it "Far better" (Philippians 1:23). When you get there you'll take Jesus by the hand and ask, "Why didn't You tell me it would be so beautiful?"
 
TUHAN telah memelihara hidupku, seperti yang dijanjikan-Nya. Kini sudah empat puluh lima tahun lamanya, sejak diucapkan TUHAN firman itu kepada Musa
Yosua 14:10

Bacaan: Yosua 14:6-13
Setahun: Yehezkiel 37-39; 2 Petrus 2


Nola Ochs, seorang mahasiswi Fort Hays State University di Kansas, baru-baru ini mengambil libur dari studi untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-95. Ia mulai berkuliah di Fort Hays pada 1930, tetapi tidak lulus. Ketika ia menyadari bahwa hanya dengan mengambil beberapa kredit lagi ia akan mendapatkan gelar, maka ia kembali kuliah di universitas itu pada tahun 2006. Nola tidak akan membiarkan usia mencegahnya untuk menghargai komitmen yang dibuatnya lebih dari 76 tahun lalu untuk menyelesaikan pendidikannya.

Dalam Yosua 14, kita membaca bahwa Kaleb tidak membiarkan usianya yang sudah lanjut mencegahnya untuk percaya bahwa Allah akan menepati janji-Nya yang diberikan 45 tahun sebelumnya (ayat 10-12). Sebagai salah satu pengintai yang dikirim ke Tanah Perjanjian , ia melihat kota-kota besar yang didiami oleh orang-orang kuat yang tubuhnya besar (Bilangan 13:28-33).

Akan tetapi, Kaleb setia kepada Allah dan percaya bahwa Dia akan membantu bangsa Israel menaklukkan tanah tersebut (14:6-9). Pada usia 85 tahun, Kaleb secara fisik masih kuat dan imannya tetap teguh. Ia percaya bahwa Allah akan membantunya menaklukkan tanah tersebut, meskipun didiami oleh para raksasa. Maka, Yosua memberkati Kaleb dengan bagian tanah tersebut dan memenuhi janji Allah yang sudah berusia 45 tahun.

Seperti Kaleb, kita pun tidak boleh membiarkan usia, raksasa pribadi kita, atau janji yang belum terpenuhi, menghalangi kita untuk memercayai bahwa Allah masih menghargai firman-Nya bagi kita —MLW



SETIAP JANJI ALLAH
DINYATAKAN BERSAMA DENGAN JAMINAN PRIBADI-NYA



Yosua 14:6-13

14:6 Bani Yehuda datang menghadap Yosua di Gilgal. Pada waktu itu berkatalah Kaleb bin Yefune, orang Kenas itu, kepadanya: "Engkau tahu firman yang diucapkan TUHAN kepada Musa, abdi Allah itu, tentang aku dan tentang engkau di Kadesh-Barnea.
14:7 Aku berumur empat puluh tahun, ketika aku disuruh Musa, hamba TUHAN itu, dari Kadesh-Barnea untuk mengintai negeri ini; dan aku pulang membawa kabar kepadanya yang sejujur-jujurnya.
14:8 Sedang saudara-saudaraku, yang bersama-sama pergi ke sana dengan aku, membuat tawar hati bangsa itu, aku tetap mengikuti TUHAN, Allahku, dengan sepenuh hati.
14:9 Pada waktu itu Musa bersumpah, katanya: Sesungguhnya tanah yang diinjak oleh kakimu itu akan menjadi milik pusakamu dan anak-anakmu sampai selama-lamanya, sebab engkau tetap mengikuti TUHAN, Allahku, dengan sepenuh hati.
14:10 Jadi sekarang, sesungguhnya TUHAN telah memelihara hidupku, seperti yang dijanjikan-Nya. Kini sudah empat puluh lima tahun lamanya, sejak diucapkan TUHAN firman itu kepada Musa, dan selama itu orang Israel mengembara di padang gurun. Jadi sekarang, telah berumur delapan puluh lima tahun aku hari ini;
14:11 pada waktu ini aku masih sama kuat seperti pada waktu aku disuruh Musa; seperti kekuatanku pada waktu itu demikianlah kekuatanku sekarang untuk berperang dan untuk keluar masuk.
14:12 Oleh sebab itu, berikanlah kepadaku pegunungan, yang dijanjikan TUHAN pada waktu itu, sebab engkau sendiri mendengar pada waktu itu, bahwa di sana ada orang Enak dengan kota-kota yang besar dan berkubu. Mungkin TUHAN menyertai aku, sehingga aku menghalau mereka, seperti yang difirmankan TUHAN."
14:13 Lalu Yosua memberkati Kaleb bin Yefune, dan diberikannyalah Hebron kepadanya menjadi milik pusakanya.
 

Jesus I know, and I know about Paul, but who are you?
Acts 19:15 NIV



Ever watch those TV shows where people do daring and dangerous things - things you might be tempted to think you could do? But there's always a disclaimer 'don't try this at home,' or 'don't try this on your own.' With that in mind let's read: "God did extraordinary miracles through Paul… handkerchiefs and aprons that had touched him were taken to the sick, and their illnesses were cured and the evil spirits left them. Some Jews who went around driving out evil spirits tried to invoke the name of the Lord Jesus over those who were demon-possessed. They would say, 'In the name of Jesus, whom Paul preaches, I command you to come out.' Seven sons of Sceva, a Jewish chief priest, were doing this… (One day) the evil spirit answered them, 'Jesus I know and I know about Paul, but who are you?' Then the man who had the evil spirit jumped on them and… gave them such a beating that they ran out of the house naked and bleeding" (Acts 19:11-16 NIV).

Paul was so empowered by God that he made ministry look easy. So these guys thought, "I can do that too." No you can't - unless God equips you, you'll fall flat on your face! The seven sons of Sceva were attracted by the wrong things. They wanted the power Paul had but they didn't want to pay the price Paul paid. God doesn't empower you to do your own thing, He empowers you to do His thing; which is the only thing that matters. Spirit-empowered living cannot be imitated, duplicated, bought, borrowed, or faked - and without it you're no match for the enemy!

Daily Bible Reading:
2 Chronicles 35-36, (2 Jn), John 13:1-17, Psalm 14, Proverbs 28:13-16
 


She will bring forth a Son, and you shall call His name Jesus, for He will save His people from their sins.

Matthew 1:21


READ
: Matthew 1:18-25

In the off-season of baseball, managers and coaches concentrate on trading players to set themselves up for a winning season the next year. But if you are a Chicago Cubs fan like I am, you don’t expect much because we haven’t won a championship in years! That made the promise from a newly acquired player for the Cubs sound rather incredible. To a packed press conference, he said, “We are going to win the World Series!” I have to admit, it was hard not to be skeptical. It sounded like a promise that most likely he couldn’t deliver.

No doubt the Jews of Jesus’ day who were living under the oppressive thumb of Rome had to wonder if God would ever make good on His promise to send a Deliverer who would forgive sin and restore the glory of Israel (Isa. 1:26; 53:12; 61). God had long ago promised them a Redeemer, but they hadn’t heard a word from Him in 400 years. But then, at just the right moment, the angel announced to Joseph that Mary would give birth to a Son who would “save His people from their sins” (Matt. 1:21).

Christmas proves that God is a promise-keeping God! He said that He would send a Deliverer, and He did. Your sin is not beyond the reach of this promise. He is ready and waiting to forgive your sins—all of them. —Joe Stowell
 

Grow in the grace and knowledge of our Lord and Savior Jesus Christ.
2 Peter 3:18


READ: Philippians 3:12-21


Jon Krakauer, author and mountain climber, was determined to reach the “roof of the world,” the peak of Mt. Everest. In an arduous ascent that killed some of his fellow climbers, he persevered. On May 10, 1996, he reached the summit.

“I understood on some dim, detached level that [the sweep of earth beneath my feet] was a spectacular sight,” wrote Krakauer of that moment. “I’d been fantasizing about this moment, and the release of emotion that would accompany it, for many months. But now that I was finally here, standing on the summit of Mt. Everest, I just couldn’t summon the energy to care.”

Temporal goals can never fully satisfy. We see this in the ministry of Paul. He told the believers in Philippi: “I press toward the goal for the prize of the upward call of God in Christ Jesus” (Phil. 3:14). It is the goal “for which Christ Jesus has also laid hold of me” (v.12). He will “transform our lowly body that it may be conformed to His glorious body” (v.21).

That goal can provide the most powerful incentive. It inspires us to become more and more like Jesus. Every upward step gives us joyful soul-satisfaction. How diligently are we striving to reach that goal? —Vernon C Grounds


I’m pressing on the upward way,
New heights I’m gaining every day—
Still praying as I’m onward bound,
“Lord, plant my feet on higher ground.” —Oatman



Don’t let contentment with earthly goals prevent you from attaining eternal gains.
 
Langganan RH Gratis by e-mail

Kalo ada yang mau dikirimin gratis setiap pagi ke alamat imel masing-masing, tinggal kirim imel kosong ke alamat e-RH[at]glorianet.org kasih subjectnya: SUBSCRIBE ;)

Semoga bermanfaat, Gbu!

Eh iya, versi online-nya di www.glorianet.org
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.