|
LOUNGE |
TANYA JAWAB |
KESEHATAN |
MUSIC |
MOVIES |
OLAHRAGA |
KULINER |
ANIME |
JOKES
GAMES |
COMPUTER |
OTOMOTIF |
PETS |
PONSEL |
DEBATE |
GALLERY |
YOUTH |
BERITA & POLITIK
CURHAT |
RELIGI |
MISTERI |
GAYA HIDUP |
EDUKASI |
SARAN |
TEST
|
Kuala Lumpur, Malaysia - Sekitar enam bulan yang lalu terdapat ketukan di pintu dan sewaktu di buka saya menemukan dua orang penyebar injil disana. Saya mengetahui bahwa mereka adalah penyebar Injil dari senyuman bersahabat yang dibuat-buat diwajah mereka, yang dimiliki oleh setiap penginjil sewaktu mereka mencoba untuk mengkristenkan seseorang.
Ini adalah yang ketiga kalinya dalam sebulan para penyebar injil ini mengetuk pintu saya dan menganggu saya jadi saya memutuskan untuk memberikan mereka pelajaran. "Selamat Pagi" kata mereka. "Selamat Pagi" saya menjawabnya.
"Apakah kamu pernah mendengar tentang Tuhan Yesus Kristus?" mereka bertanya."Saya mengetahui sedikit tentang dia tetapi saya adalah seorang Buddhis. Saya tidak tertarik untuk mengetahui lebih banyak" saya berkata. Tetapi seperti para penginjil lainnya mereka tidak mengacuhkan harapan saya dan terus meneruskan membicarakan tentang kepercayaan mereka.
Jadi saya berkata "Saya merasa anda tidak berhak berbicara kepada saya tentang Yesus" Mereka sangat keheranan dan bertanya, "Mengapa Tidak?" "Karena" saya berkata "kamu tidak mempunyai keyakinan". "Keyakinan kami terhadap Yesus sekuat batu karang" mereka menambahkan. "Saya tidak merasa demikian" saya berkata sambil tersenyum.
"Mohon buka Alkitab Anda dan bacakan Injil Markus Pasal 16 ayat 16, 17 dan 18" saya berkata dan ketika mereka sedang membalik-balikkan halaman Alkitab saya denga cepat kebelakang dan kembali lagi. Salah satu dari mereka menemukan bagian itu dan saya memintanya untuk membacakannya dengan lantang. "Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh." (Langsung dikutip langsung dari Alkitab Perjanjian Baru Injil Markus Pasal 16 ayat 16-18, penerbit Lembaga Alkitab Indonesia untuk The Gideons International)
ketika beliau menyelesaikannya, saya berkata "pada bagian itu Yesus berkata bahwa apabila kamu mempunyai keyakinan yang sebenarnya maka kamu dapat minum racun dan tidak mati." Saya mengeluarkan sebotol "Lankem" dari belakang punggung saya dan menyodorkannya, "Ini terdapat sedikit racun. Tunjukkanlah kepada saya keyakinan kamu dan saya akan mendengarkan apapun yang akan kamu katakan tentang Yesus"
Kamu seharusnya melihat mimik wajah mereka! Mereka tidak tahu apa yang harus dikatakan. "Apa masalahnya?" saya bertanya. "Apakah keyakinan kamu tidak cukup kuat?" Mereka terdiam sejenak dan kemudian salah satu dari mereka berkata "Alkitab juga mengatakan bahwa kita tidak boleh mencoba Tuhan". "Saya tidak mencoba Tuhan" saya berkata. "Saya mencoba anda. Kamu suka untuk bersaksi untuk Yesus dan ini merupakan kesempatanmu yang besar". Akhirnya satu dari mereka berkata,"Kami akan pergi dan menjumpai Pastor kami untuk menanyakan hal ini dan kembali untuk menjumpaimu. "Saya akan menunggumu saya berkata sewaktu mereka pergi dengan terburu-buru. Tentu mereka tidak pernah kembali lagi.
Disini sedikit saran. Simpan salinan refrensi dari Alkitab dan sediakan sebotol Lankem dan setiap kali para penginjil datang ke pintumu untuk menganggumu berikan mereka ujian ini.
Dalam suatu kunjungan Paus Yohanes Paulus II ke Indonesia, salah seorang bhikkhu kita ditanya apakah agama Buddha mengakui adanya Tuhan. Bhikkhu tersebut menjawab tidak mengakui Tuhan kalau Tuhan itu suatu makhluk. Paus sempat bingung, mungkin juga kebanyakan orang yang belum mengenal betul agama Buddha akan mengalami kebingungan seperti beliau. agama buddha tidak mengenal tuhan?
Pernah dalam suatu pertemuan dengan tokoh-tokoh agama, bhikkhu kita ditanya oleh salah seorang tokoh agama sebagai berikut : “Bapak Bhikkhu yang terhormat, saya telah membaca banyak kitab suci agama Buddha tetapi saya tidak bisa menemukan kata-kata Tuhan di manapun juga. Apakah agama Buddha tidak ber-Tuhan?” Bhikkhu kita tersebut lalu menjawab dengan enteng “Lho, bukankah di kitab-kitab suci Bapak-Bapak sekalian juga tidak ada kata-kata Tuhan?” Jawaban tersebut tentunya menimbulkan reaksi keras dari para tokoh agama yang hadir di situ, salah satunya bahkan berinisiatif menunjukkan betapa banyaknya tulisan Tuhan di kitab sucinya. Bhikkhu tersebut lalu berkata : “ Itu kan kitab suci yang sudah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia, kalau dalam kitab suci yang asli kan tidak ada kata Tuhan”. Mereka terdiam dan berpikir. Akhirnya mereka mengakui bahwa apa yang diucapkan bhikkhu tersebut mengandung kebenaran. Kitab suci Nasrani dalam bahasa aslinya Ibrani menyebut Tuhan sebagai Yahwe, sedangkan di Al Quran menyebut Tuhan dengan Allah, di Hindu dengan Sang Trimurti Brahma Siwa Wisnu (mohon maaf bila ada kesalahan istilah dan ejaan). Sedangkan kata Tuhan sendiri berasal dari bahasa kawi, dari kata 'TUAN' yang artinya 'yang disembah'. Bhikkhu tersebut kemudian bertanya kepada para tokoh agama tersebut “atas dasar apa kata Yahwe, Allah, Sang Trimurti lalu diterjemahkan menjadi kata Tuhan, apakah sosok Tuhannya sama?” Kata water, banyu, sui bisa diterjemahkan menjadi kata air dalam Bahasa Indonesia karena mengacu pada benda yang sama. Lalu apakah Tuhan dari agama-agama tersebut mengacu pada Sesuatu yang sama? Para tokoh agama tersebut akhirnya sepakat mengakui bahwa secara umum kelihatannya sama tetapi sebenarnya memiliki banyak perbedaan konsep yang cukup signifikan. Sangat diragukan mengacu pada Tuhan yang sama, kalau toh mau dianggap sama itupun hanya berupa anggapan belaka, bukan suatu kebenaran. Oleh karena itu wajar dan sah saja bila konsep Tuhan di dalam agama Buddha berbeda dengan konsep Tuhan di agama-agama lain. Bhikkhu tersebut juga menjelaskan bahwa konsep Tuhan dalam agama Buddha jarang sekali diterjemahkan menjadi kata Tuhan karena menghindari pemahaman yang bias. NIBBANA sebagai konsep Ketuhanan dalam agama Buddha lebih sering ditulis dalam bahasa aslinya
Karena mereka sudah di didik begitu, kalau saya akan mengatakan seperti ini :Itu pengalaman orang lain, bukan gw sendiri. Dapatnya copas dari forum yg lain.
Bagaimanapun menurut saya, itu jurus yg ampuh untuk menghadapi misionaris yg begitu bersemangat menyebarkan ajaran mereka.
Kalo ketemu di gramedia, ajak aja ke supermarket, bagian penjualan racun serangga (aka: baygon) pasti yahud deh.
Buddha Light berkata:gw ada cerita yg benar2 terjadi baru2 ini.
kejadian ini menimpah teman gw yg ZFZ.
latarbelakang agama keluarga teman gw ni awalnya budhis semua, kemudian satu persatu pindah menjadi keagama lain. adiknya mengalami sedikit gangguan mental entah kerena pergaulannya yg dulu yg dekat dgn narkoba ato karna kena ilmu org, menurut temen gw adiknya ini dulu sering menginggung perasaan orang.
setelah dibawa berobat kedokter ke loya (org yg konon bisa mengundang roh suci), tapi semuanya gak ada hasilnya. suatu hari adiknya pergi dari rumah dan bertemu dgn org kristen kharismatik (sorry klo salah ketik, gw jg fanatik malas untuk menghafal yg berbau kristen).dari sana adiknya sering pergi ke kebaktian mereka, sepulang dari sama adik selalu mengatakan abangnya memuja setan/hantu, walaupun tidak menunjukkan perubahan tapi adiknya sangat percaya sama agama mereka. lama kelamaan adiknya menjadi bosan juga pergi ke kebaktian, dari sini lah masalahnya timbul.
setelah sekian lama gak ke kebaktian, datang lah pendeta dan seorang rekannya lagi. pertama2 sih maksud kedatangannya cuma untuk mengajak adiknya, setelah minta izin sama abangnya (tmb gw yg ZFZ) akhirnya diizinkan abangnya dan mereka pun konon ceritanya mau berangkat kegereja, setelah mereka berangkat abangnyapun keluar rumah karna ada keperluan.
bukannya kegereja pendeta berserta rekannya balik arah kerumah temannya, tanpa minta izin sipendata menghancurkan altar pujibhakti dirumah membakar foto2 buddha, buku2 buddha, kitab yang berisikan kheng, serta semua yg ada hubungannya dengan Buddha.pada saat kejadian berlangsung hanya ada siibu yg berada dirmh dan siibupun tidak kuasa menahan mereka, akhirnya siibu memutuskan menelpon anaknya yg buddhis.
Tiba rumah semua telah dihancurkan pendeta.
ini adalah sekilas percakapan antara teman gw (ZFZ) dengan pendeta )
abang : Kenapa kamu menghancurkan barang saya tanpa izin, jika kamu bermaksud untuk mengobati adik saya, kamu kan bisa menaruh barang2 saya disanpin.
pendeta : bukan saya yg menhancurkan barang anda, tapi roh kuduslah yg menghancurkan barang2 anda, saya tidak tau apa2. (tidak ada kata maaf yg keluar karena merasa benar )
abang : oh bukan anda ya, anda tunggu sebentar saya telpon dulu.
abangnya ini menelpon pengurus divihara ZFZ. setelah tiba sang pendeta diceramahin sampai tidak berkutip, karna sipendeta bersikeras tidak bersalah maka mereka memutuskan untuk melapor keperwakilan walubi. anda diputus agar sang pendeta mengganti rugi barang2 yg telah bakar dan meminta maaf lewat surat kabar.
si pendetapun takut kasusnya sampe masuk publik, akhirnya dia meminta maaf mengakui kesalahannya sambil bersujud, mereka menjadi kasihan kepadanya, permohonan maafnya akhirnya diterima, sang pendeta hanya perlu mengganti kerugian sesuai dengan barang2 yg telah bakarnya.
cerita ini merupakan cerita nyata dan tidak saya karang2.
bagaimana menurut teman2, apakah bener roh yg dirasuki itu memang roh kudus/roh suci. ato mereka bermain dengan setan yg tidak mereka sadari ?
dilbert berkata:saya pernah menghadiri upacara pemberkatan pernikahan teman saya yang beragama Kristen (kurang jelas apa katolik atau protestan) di gereja. Di papan rubrik majalah dinding, saya mendapatkan satu Grafik Lingkaran yang menarik perhatian saya.
Grafik lingkaran tersebut memuat data umat beberapa agama di kota M (kota kami). Jelas sekali disana digambarkan persentase Agama Islam, Agama Kristen, Agama Buddha, Agama Hindu dan Agama KongHuCu (Tradisi). Yang menarik perhatian saya kemudian adalah bahwa grafik tersebut memaparkan data bahwa jumlah umat KongHuChu(Tradisi) ternyata lebih banyak dibandingkan dengan umat Buddha. Dan diberi tanda panah di bagian Agama KongHuCu (Tradisi) dijadikan sebagai sasaran untuk Kristenisasi.
Saya takjub sekali bahwa dipihak Gereja sampai menyajikan data yang demikian (NYATA) bahwa banyak penganut agama Buddha (KTP BUDDHA) sebenarnya adalah umat KongHuChu (Tradisi) yang secara AJARAN tidak KUAT.
Kalo gak mati, berarti orang itu benar2 percaya pada yesus.@dragonhung
kalo dengan cara anda, gimana kalo ketemu orang yg nekat mau minum racun itu, seperti cerita nyata orang nekat masuk kandang singa/macan akhirnya mati sia2 krn berpikir Tuhannya mau menolongnya??
Dengan mempraktekan dan melaksanakan Dhamma yang telah diajarkan oleh Sang Buddha berarti kita telah menteladani perbuatan-perbuatan Beliau. Segala tindak tanduk sudah ada didalam TriRatana. ^_^Mau tanya lagi,
Dalam agama lain, misal; Islam, umatnya menteladani perbuatan perbuatan nabi mereka. Kemudian begitu juga yang Kristen.
Dalam hal umat Buddha, apakah kita menteladani perbuatan-perbuatan Sidharta Gautama?
Maksud saya, sudah terkandung didalam yang situ. Yang kita teladani kan ajarannya bukan orangnya. Kalau orangnya, bisa menjadi kultus tersendiri. udah gitu, banyak perbuatan yang tidak sesuai dengan azas norma norma masyarakat, misal meninggalkan keluarga dll....Dengan mempraktekan dan melaksanakan Dhamma yang telah diajarkan oleh Sang Buddha berarti kita telah menteladani perbuatan-perbuatan Beliau. Segala tindak tanduk sudah ada didalam TriRatana. ^_^
Thanx untuk berpendapat.Mohon saya memberikan pendapat kepada Bung Roughtorer bila berkenan,
Banyak Non Buddhis memandang kisah Sidharta meninggalkan Keduniawian keluarga & orangtuanya sebagai kekurangan Ajaran Buddha itu sendiri, tapi dalam Pandangan Buddhis sendiri pasti berbeda.
Untuk menjawab pertanyaan diatas : Haruskah kita meneladani sikap Sidharta dengan meninggalkan keluarga untuk mencapai cita2 Kebahagiaan Sejati ?
Jawabannya adalah :
Dengan kebjiaksanaan kita menerangkan kepada keluarga bahwa perbuatan kita tidak hanya membawa kebahagiaan bagi anda melainkan berguna untuk keluarga.
Namun bila pihak keluarga menolaknya maka kita harus dengan sabar dan tidak boleh memaksakan kehendak segera mungkin. Dan apabila sampai tuapun anda tidak diperbolehkan meninggalkan keluarga mungkin dengan cara mengendalikan diri , mengurangi Kekotoran batin setiap saat tanpa perlu menjadi pertapa/Bhikkhu bagi saya pribadi itu cukup maksimal untuk mencapai cita2 anda menjadi bhikkhu. (Dikehidupan berikutnya mudah2an cita2 anda tercapai)
Karena dalam dunia ini pasti ada 2 Pendapat yang saling bertentangan tentang 1 Hal apapun. Trims. Cermati dgn bijak hidup Anda.
Semoga anda Berbahagia....