|
LOUNGE |
TANYA JAWAB |
KESEHATAN |
MUSIC |
MOVIES |
OLAHRAGA |
KULINER |
ANIME |
JOKES
GAMES |
COMPUTER |
OTOMOTIF |
PETS |
PONSEL |
DEBATE |
GALLERY |
YOUTH |
BERITA & POLITIK
CURHAT |
RELIGI |
MISTERI |
GAYA HIDUP |
EDUKASI |
SARAN |
TEST
|
hahaha...saya kira sebaiknya saya belajar samantha dulu lagi biar mantap...alias mencapai jhana.
kalau masalah melihat sampai sedetil-detil dari bentuk pikiran ini agak sulit...soalnya objek masih kadang lari...dan tidak bisa diam sesuai kehendak.
soalnya untuk melihat sampai asava yang bersifat nivarana dan anusaya sulit karena halus.
tq atas info nya...
jika d tanya....manakah yang mencapai kesucian arahat,anagami,sakadagami,sotapanna...
apakah bentuk pikiran,pencerapan,kesadaran,mental itu yang mencapai kesucian?
minta bacaan atau artikel tentang membahas landasan iddhipada secara luas donk.....
remang-remang ini ^^
gue mau tanya nih.. ^^
agama buddha itu kan percaya dengan adanya karma??
trus jg "pikiran adalah pelopor" ini sering ada dalam ceramah2 yg gue denger ya.. trus yg mau gue tanyain tuh...
Karma itu dateng nya dr mana?? pikiran kita kah?? kalo misalnya gini...
gue ga bohong.. tp menyembunyikan sesuatu..
mmm misalnya di tanya jam 17.00 : "uda makan?"
trus saya bilang "sudah"
dalam pikiran saya adalah saya sudah makan tadi pagi. tp saya bilang sudah. brarti itu tidak bohong dunk??? walau yg di maksud oleh penanya adalah makan sore. apakah ini ada karmanya?? trus jg yg menyebabkan sebuat karma berbuah itu apa? apakah kekuatan pikiran bisa mengkondisikan karma tersebut? kalau dalam contoh tadi saya beranggapan bahwa saya tidak salah menurut saya itu merupakan hal yg baik, yg mengkondisikan karma tersebut berbuah itu merupakan pikiran saya yg bilang itu baik??? kalau begitu saat kita membunuh dengan perasaan yg bahagia pun itu merupakan perbuatan baik???
terima kasih
hehehe, ini namanya penipuan pada diri sendiri....gue mau tanya nih.. ^^
agama buddha itu kan percaya dengan adanya karma??
trus jg "pikiran adalah pelopor" ini sering ada dalam ceramah2 yg gue denger ya.. trus yg mau gue tanyain tuh...
Karma itu dateng nya dr mana?? pikiran kita kah?? kalo misalnya gini...
gue ga bohong.. tp menyembunyikan sesuatu..
mmm misalnya di tanya jam 17.00 : "uda makan?"
trus saya bilang "sudah"
dalam pikiran saya adalah saya sudah makan tadi pagi. tp saya bilang sudah. brarti itu tidak bohong dunk??? walau yg di maksud oleh penanya adalah makan sore. apakah ini ada karmanya?? trus jg yg menyebabkan sebuat karma berbuah itu apa? apakah kekuatan pikiran bisa mengkondisikan karma tersebut? kalau dalam contoh tadi saya beranggapan bahwa saya tidak salah menurut saya itu merupakan hal yg baik, yg mengkondisikan karma tersebut berbuah itu merupakan pikiran saya yg bilang itu baik??? kalau begitu saat kita membunuh dengan perasaan yg bahagia pun itu merupakan perbuatan baik???
terima kasih
anda membunuh dengan perasaan bahagia?...alau dalam contoh tadi saya beranggapan bahwa saya tidak salah menurut saya itu merupakan hal yg baik, yg mengkondisikan karma tersebut berbuah itu merupakan pikiran saya yg bilang itu baik??? kalau begitu saat kita membunuh dengan perasaan yg bahagia pun itu merupakan perbuatan baik???
sebagai umat buddha...haruslah jujur sungguh jujur..coba baca di karaniyametta sutta.agama buddha itu kan percaya dengan adanya karma??
trus jg "pikiran adalah pelopor" ini sering ada dalam ceramah2 yg gue denger ya.. trus yg mau gue tanyain tuh...
Karma itu dateng nya dr mana?? pikiran kita kah?? kalo misalnya gini...
gue ga bohong.. tp menyembunyikan sesuatu..
mmm misalnya di tanya jam 17.00 : "uda makan?"
trus saya bilang "sudah"
dalam pikiran saya adalah saya sudah makan tadi pagi. tp saya bilang sudah. brarti itu tidak bohong dunk???
9. "Bhikkhu Nagasena, apakah ciri khas moralitas?"
"Menopang, O baginda, karena moralitas merupakan landasan bagi semua sifat yang balk, yakni:
a. Lima kemampuan batin yang mengendalikan dan lima kekuatan moral (Catatan- yakni: keyakinan, semangat, kewaspadaan, konsentrasi, dan kebijaksanaan),
b. Tujuh faktor pencerahan (Catatan- yakni: kewaspadaan, penyelidikan, semangat, sukacita, ketenangan, konsentrasi, dan ketenang-seimbangan),
c. Delapan faktor Jalan Mulia (Catatan- yakni: pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, mata pencaharian benar, usaha benar, kewaspadaan benar, dan konsentrasi yang benar),
d. Empat landasan kewaspadaan (Catatan- yakni: kewaspadaan pada tubuh, pada perasaan, pada buah-pikir, pada objek pikiran),
e. Empat usaha benar (Catatan- yakni: usaha untuk mencegah dan menghilangkan keadaan yang tidak bajik serta usaha untuk mengembangkan dan mempertahankan keadaan yang bajik),
f. Empat landasan keberhasilan (Catatan- yakni: hasrat, energi, keuletan dan kebijaksanaan),
g. Empat penyerapan (Catatan- yakni: empat tahap pemusatan pikiran atau jhana ),
h. Delapan kebebasan (Catatan- yakni: delapan tingkat pelepasan pikiran oleh konsentrasi yang sangat kuat),
i. Empat metode konsentrasi (Catatan- yakni: meditasi untuk cinta kasih, kasih sayang, sukacita bersimpati, dan ketenang-seimbangan), serta
j. Delapan pencapaian yang agung (Catatan- yakni: empat jhana tanpa-bentuk dan empat jhana berbentuk).
Semua sifat yang baik itu ditopang oleh moralitas. Di dalam diri orang yang mengembangkan batinnya dengan menggunakan moralitas sebagai fondasi, kondisi-kondisi yang baik ini tidak akan berkurang."
"Berikanlah ilustrasi."
"Seperti halnya semua bentuk kehidupan hewan dan tumbuhan bergantung pada tanah sebagai penopang, demikian juga seorang petapa -dengan moralitas sebagai penopangnya- mengembangkan lima kemampuan batin yang mengendalikan dan lain sebagainya itu.5 Demikian ini yang dikatakan Sang Buddha:
"Bila orang bijaksana, yang telah kokoh moralitasnya,
Mengembangkan konsentrasi dan permahaman,
Kemudian sebagai bhikkhu, dia gigih dan bijaksana,
Dia berhasil menguraikan kekusutan ini."6
10. "Apakah ciri khas dari keyakinan?"
"Kejernihan dan inspirasi. Ketika keyakinan muncul di dalam pikiran, keyakinan itu menembus cadar lima penghalang. Maka pikiran menjadi terang, tenang dan tidak terganggu. Dengan demikian keyakinan menjadi jernih. Dan inspirasi adalah tanda ketika meditator -karena memahami bagaimana pikiran orang lain telah terbebas- kemudian terinspirasi untuk mencapai apa yang masih belum dapat dicapainya, untuk mengalami apa yang masih belum pernah dirasakannya, dan untuk merealisasikan apa yang masih belum dimengertinya. Demikian ini yang dikatakan Sang Buddha:
'Dengan keyakinan dia menyeberangi banjir,
Dengan kewaspadaan melewati samudera kehidupan,
Dengan ketetapan hati semua penderitaan dia tenangkan,
Dengan kebijaksanaan dia dimurnikan'."7
11. "Dan apa, Yang Mulia, ciri khas dari semangat?"
"Penguatan, O baginda, sehingga semua sifat baik yang ditopang oleh semangat tidak menjadi pudar."
"Berikanlah ilustrasi."
"Sama seperti bila bala tentaranya telah dipukul mundur oleh pasukan musuh yang lebih besar, seorang raja akan mengingat-ingat siapa sekutu yang bisa diharapkan untuk menguatkan pasukannya agar dapat mengalahkan musuh yang kuat itu. Begitulah penguatan merupakan ciri dari semangat. Demikian ini yang dikatakan Sang Buddha:
'Siswa mulia yang penuh semangat, O bhikkhu,
Menyingkirkan yang tidak bajik dan mengembangkan yang bajik,
Menghindari yang tercela dan mengembangkan yang tak tercela,
Dengan begitu dia menjaga kemurnian pikirannya'."8
12. "Nagasena, apakah ciri khas dari kewaspadaan?"
"Mencatat dan menyimpan di dalam ingatan. Ketika kewaspadaan timbul di dalam pikiran petapa, secara berulang-ulang dia mencatat apa yang bajik dan apa yang tidak bajik, apa yang tak-tercela dan apa yang tercela, apa yang tidak penting dan apa yang penting, sifat-sifat yang gelap dan terang, dan sebagainya. Dia akan berpikir, 'Inilah empat landasan kewaspadaan, inilah empat usaha yang benar, inilah empat landasan keberhasilan, inilah lima kemampuan batin yang mengendalikan, inilah lima kekuatan moral, inilah tujuh faktor pencerahan, inilah delapan faktor Jalan Mulia, inilah ketenangan, inilah kebijaksanaan, inilah pandangan terang, dan inilah kebebasan.'
Demikianlah dia mengembangkan semua sifat yang bajik dan menghindari sifat-sifat yang harus dihindari."
"Berikanlah ilustrasi."
"Sama seperti bendahara raja yang mengingatkan tuannya tentang besarnya pasukan raja dan jumlah kekayaan yang ada."
"Bagaimana 'menyimpan di dalam ingatan' dapat menjadi tanda kewaspadaan?"
"Ketika kewaspadaan muncul di dalam pikiran, orang akan mencari kategori tentang sifat-sifat yang baik dan yang tidak baik. Dia akan berpikir, 'Sifat-sifat yang ini menguntungkan dan yang itu merugikan.' Dengan demikian dia melenyapkan apa yang jelek di dalam dirinya serta mempertahankan apa yang baik."
"Berikanlah ilustrasi."
"Sama seperti perdana menteri raja yang memberikan nasihat tentang tindakan yang benar. Demikian ini yang dikatakan Sang Buddha:
'Kunyatakan, O para bhikkhu, kewaspadaan sangatlah membantu di mana pun juga'."9
13. "Dan apa, Nagasena, ciri khas dari konsentrasi?"
"Menjadi pemimpin, O baginda. Semua sifat yang bajik mempunyai konsentrasi sebagai pemimpinnya; sifat-sifat bajik mengarah padanya, dan menuju ke situ."
"Berikanlah ilustrasi."
"Seperti halnya kasau rumah miring dan menuju ke suatu titik -yaitu titik tertinggi di atap- demikian juga semua sifat yang baik mengarah dan memusat pada konsentrasi. Demikian ini yang dikatakan Sang Buddha:
'Bhikkhu, kembangkanlah konsentrasi;
seorang bhikkhu yang terkonsentrasi melihat segala
sesuatu sebagaimana adanya'."10
14. Apa, Nagasena, ciri khas dari kebijaksanaan?"
"Menerangi,11 O baginda. Ketika kebijaksanaan muncul di dalam pikiran, kebijaksanaan itu mengusir kegelapan yang dimiliki kebodohan batin, membuat munculnya pancaran pandangan terang, membuat bersinarnya pengetahuan, dan membuat jelasnya Kesunyataan Mulia. Demikianlah meditator dengan kebijaksanaan yang paling terang mencerap ketidakkekalan, ketidakpuasan, dan tidak-adanya-diri di dalam segala bentuk."
"Berikanlah ilustrasi."
"Sama seperti lampu, O baginda, yang berada di ruangan gelap akan menerangi ruangan itu dan membuat objek yang ada menjadi jelas terlihat."
15. Sifat-sifat yang sangat berbeda ini, Nagasena, apakah membuahkan hasil yang sama?"
"Ya, yaitu hancurnya kekotoran di dalam pikiran. Sama seperti berbagai kekuatan pasukan misalnya gajah, kavaleri kereta perang, dan pemanah membuahkan satu hasil, yaitu takluknya tentara musuh."
"Penjelasan yang baik, Nagasena. Anda pandai menjawab."