anggayasha
IndoForum Junior A
- No. Urut
- 4731
- Sejak
- 12 Agt 2006
- Pesan
- 3.220
- Nilai reaksi
- 107
- Poin
- 63
HI, apa benar allah itu ada? buktinya apa?
Buktinya adalah semesta alam ini. Terlalu aneh dan tanpa dasar apabila ada yang meyakini bahwa alam semesta ini terjadi secara kebetulan. Setiap yang diciptakan pasti ada yang menciptakan. Tidak mungkin manusia bisa menciptakan dirinya sendiri, begitu juga dengan lalat maupun tumbuh-tumbuhan. Penciptaan alam semesta ini terlalu sempurna untuk sebuah kejadian yang kebetulan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan dalil aqli (akal) dan dalil qath’i dalam surat Ath Thuur: Artinya: Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? (Ath Thuur: 35)
Artinya: Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun, ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). Ataukah di sisi mereka ada perbendaharaan Robbmu atau merekakah yang berkuasa? (Ath Thuur: 35-37)
Dari ayat di atas tampak bahwa makhluk tidak diciptakan tanpa pencipta, dan makhluk tidak menciptakan dirinya sendiri. Jadi jelaslah, yang menciptakan makhluk adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kita ambil contoh sederhana, jika ada seseorang yang berkata kepada anda, ada sebuah istana yang di dalamnya terdapat kursi singgasana yang megah, permadani yang indah, perabotan-perabotan pokok yang dihiasi dengan perhiasan yang berkilauan beserta sebuah taman dengan air mancur di depan istana, kemudian orang tersebut mengatakan kepada anda bahwa istana tersebut tercipta dengan sendirinya secara kebetulan, tanpa pencipta, pasti anda tidak akan mempercayainya, dan mengganggap itu adalah perkataan dusta dan dungu. Sekarang saya tanyanya kepada anda, masih mungkinkah alam semesta yang luas ini beserta apa-apa yang berada di dalamnya tercipta dengan sendirinya atau tercipta secara kebetulan?!
Namun untuk melihat wajah Allah, manusia tidak akan dapat melihatnya di dunia ini karena Allah merupakan perkara yang ghaib.
Artinya: (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib[14], yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.(al-baqarah: 3)
[14]. Yang ghaib ialah yang tak dapat ditangkap oleh pancaindera. Percaya kepada yang ghaib yaitu, mengi'tikadkan adanya sesuatu yang maujud yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindera, karena ada dalil yang menunjukkan kepada adanya, seperti: adanya Allah, Malaikat-Malaikat, Hari akhirat dan sebagainya.
....Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya[255]. Karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasulNya; dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu pahala yang besar. (al-'Imran:179)
[255]. Di antara rasul-rasul, Nabi Muhammad s.a.w. dipilih oleh Allah dengan memberi keistimewaan kepada beliau berupa pengetahuan untuk menanggapi isi hati manusia, sehingga beliau dapat menentukan siapa di antara mereka yang betul-betul beriman dan siapa pula yang munafik atau kafir.
Kesempatan untuk melihat wajah Allah hanya ada ketika kita sudah berada di akhirat, sesuai dengan firman-Nya
"Artinya : Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Mereka melihat RabbNya". [Al-Qiyamah : 22-23]
Logika Allah yang tidak dapat dilogika oleh manusia yang bagaimana yang Anda maksud?? berikan contoh.Masalah yang kedua adalah pernyataan anda dan jg sering menjadi pernyataan orang islam umumnya: "gimana pun juga logika makhluk tdk bs sama dengan logika Pencipta". Why? Bukankah Allah itu maha besar, maha kuat, maha mampu melakukan segalanya, ttp kenapa ia tidak dapat menjelaskan sesuatu agar logika manusia dapat menerima? Mohon jgn anda jawab: "Justru itu semakin membuktikan bahwa Allah itu adalah Maha dan manusia adalah hamba yg tak bisa apa2". Justru kalau saya jd tuhan, saya akan berusaha sekuatnya agar apa yang saya perintahkan dapat dimengerti oleh hamba2 saya, bukan malah membuat 'gap' agar konsistensi saya yang Maha semakin terlihat jelas.
Sudah jelas, manusia hanya dapat melihat Allah saat di akhirat kelak. Bukan di dunia. Penjelasan sudah saya jelaskan di atas.Jg ttg cerita Musa (maaf kalau cerita saya salah) di gunung Thur Sina. Ketika Musa meminta agar Allah menampakkan wujudnya, Allah berkat: "Wahai Musa sesungguhnya engkau tak akan dapat melihat wujudku". Untung saja musa tidak menjawab: "Ya Allah, bukankah selama ini engkau selalu berkata bahwa engkau adalah yang Maha segalanya, ttp knapa engkau tak mampu mewujudkan agar aku dapat melihatmu, knapa tak kau keluarkan saja kata: 'kun fa ya kun mu'? agar aku dapat melihatmu?".
Jika Allah tidak ingin menampakkan dirinya kepada nabi Musa as. itu karena Allah memang tidak menginginkannya. Bukankah hak Allah ini sudah kamu analogikan di postinganmu sendiri??
Dear Da_VivoS,
OK. Trim's. Masalah ttg 'kun fa ya kun' bisa saya terima, sebab menurut pendapat islam, Allah Maha pengatur semuanya, jd terserah dia mau lakukan apa saja, karena semua ini dia yg ciptakan. Dapat dianalogikan spt jika saya punya rumah, maka saya berhak 100% untuk mengelola rumah saya tanpa adanya campur tangan dari pihak manapun.
Mengenai ayat tersebut, Ibnu 'Abbas dan Mujahid berkata: "maksudnya, dari kalangan bani Israil." (lihat kitab tafsir Ibnu Katsir)Kemudian, dari ayat: "Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman". Perhatikan kata2: "dan aku orang yang pertama-tama beriman", memangnya nabi sebelum musa tidak ada yang beriman?
Memang benar, kalau belum membaca syahadat dan mengimaninya secara benar, anda tidak wajib sholat. Karena anda bukan muslim. Hanya orang muslim yang diwajibkan mendirikan sholat.Dear ONANERS,
tetap berbeda mas, percaya akan Allah berarti menyerahkan seluruh hidup kita kepadanya. Ini yg buat saya sangat susah, knapa saya harus menyerahkan seluruh hidup saya klo kerpercayaan (iman) saya belum bisa mencapai 100%.
Percuma saya sholat klo iman saya belum benar. Ingat rukun islam, yg no 1 bkn sholat ttp syahadat (penyaksian). Klo yg no 1 (syahadat) belum benar maka percuma anda jalankan yg no 2 (sholat).
Bukankah pernah orang2 kafir ditantang untuk membuat kitab yg dapat menandingi isi Al-Quran, kemudian tidak satupun yang mampu.
Saya akan mencoba tantangan ini, tp bukan untuk membuat sebuah kitab ataupun sebuah ayat, tp yg saya lakukan berikut adalah memperbaiki ayat dari al-quran.
Disebutkan dalam Q.S. Al-baqarah:22 "...dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit...", dapat saya koreksi menjadi: "...dan Dia menurunkan air (hujan) dari awan...".
Dari 2 perbandingan tsb, manakah yg lebih tepat nilainya? dari langit atau dari awan? dimanakah batasan langit? bukankah ilmu pasti mengajarkan air turun dari awan? berarti al-quran dan ilmu pasti adalah 2 hal yg bertentangan. kenapa al-quran memakai bahasa kiasan, kok bukannya memakai bahasa yg lebih tepat. Apa waktu jaman nabi belum dikenal perbendaharaan kata "awan", atau belum mengetahui bahwasannya air hujan itu turun dari gumpalan awan?
Padahal dijelaskan dalam Q.S Al-baqarah:2 "Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa".
Kalau anda menanyai 2 org teman, "Hai teman, kalian td makan apa?", teman 1 menjawab: "Aku makan ayam", kemudian teman satu menjawab: "Aku makan hewan". Dari 2 jawaban ini, manakah yg menurut anda terasa sangat aneh?
Saya harap ayat berikut bisa membuat anda diam dan merenungkan kembali akan kebenaran ajaran Islam.
Artinya: Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan. (an-nuur: 43)
Artinya: Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan. (an-nuur:44)
Lagipula jika ingin membuat ayat utuk menandingi Al Qur'an, anda harus membuatnya dalam bahasa arab.