Bismillahirrohmanirrohim
An-Nisaa`:153
يَسْأَلُكَ أَهْلُ الْكِتَابِ أَن تُنَزِّلَ عَلَيْهِمْ كِتَاباً مِّنَ السَّمَاءِ فَقَدْ سَأَلُواْ مُوسَى أَكْبَرَ مِن ذَلِكَ فَقَالُواْ أَرِنَا اللّهِ جَهْرَةً فَأَخَذَتْهُمُ الصَّاعِقَةُ بِظُلْمِهِمْ ثُمَّ اتَّخَذُواْ الْعِجْلَ مِن بَعْدِ مَا جَاءتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ فَعَفَوْنَا عَن ذَلِكَ وَآتَيْنَا مُوسَى سُلْطَاناً مُّبِيناً
Ahli Kitab meminta kepadamu agar kamu menurunkan kepada mereka sebuah Kitab dari langit. Maka sesungguhnya mereka telah meminta kepada Musa yang lebih besar dari itu. Mereka berkata : "
Perlihatkanlah Allah kepada kami dengan nyata".
Maka mereka disambar petir karena kezalimannya, dan mereka menyembah anak sapi, sesudah datang kepada mereka bukti-bukti yang nyata, lalu Kami ma`afkan (mereka) dari yang demikian. Dan telah Kami berikan kepada Musa keterangan yang nyata.
An-Nisaa`:164
وَرُسُلاً قَدْ قَصَصْنَاهُمْ عَلَيْكَ مِن قَبْلُ وَرُسُلاً لَّمْ نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ وَكَلَّمَ اللّهُ مُوسَى تَكْلِيماً
Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu.
Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung [381].
381
Allah berbicara langsung dengan Nabi Musa a.s. merupakan keistimewaan Nabi Musa a.s., dan karena Nabi Musa a.s. disebut: "Kalimullah" sedang rasul-rasul yang lain mendapat wahyu dari Allah dengan perantaraan Jibril. Dalam pada itu Nabi Muhammad s.a.w. pernah berbicara secara langsung dengan Allah pada malam hari di waktu mi`raj.
Al-A`raaf:143
وَلَمَّا جَاء مُوسَى لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنظُرْ إِلَيْكَ قَالَ لَن تَرَانِي وَلَـكِنِ انظُرْ إِلَى الْجَبَلِ فَإِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهُ فَسَوْفَ تَرَانِي فَلَمَّا تَجَلَّى رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكّاً وَخَرَّ موسَى صَعِقاً فَلَمَّا أَفَاقَ قَالَ سُبْحَانَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَاْ أَوَّلُ الْمُؤْمِنِينَ
Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku,
nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku".
Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu [565],
dijadikannya gunung itu hancur luluh dan
Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman".
565
Para mufassirin ada yang mengartikan yang nampak oleh gunung itu ialah kebesaran dan kekuasaan Allah, dan ada pula yang menafsirkan bahwa yang nampak itu hanyalah cahaya Allah. Bagaimanapun juga nampaknya Tuhan itu bukanlah nampak makhluk, hanyalah nampak yang sesuai sifat-sifat Tuhan yang tidak dapat diukur dengan ukuran manusia.
@milenko
logika pencipta tidak sama dengan yang diciptakan emg benar, dan seharusnya bs diterima
perumpamaan sebuah meja yang diciptakan oleh seorang tukang kayu, meja sebagai benda yang diciptakan dan tukang kayu sebagai pencipta. sampai kapanpun meja tidak akan menjadi tukang kayu. dan juga pencipta tidak sama / tidak serupa dengan benda yang diciptakannya. maka dari itu benda yang diciptakan harus puas dengan cap "barang ciptaan"
soal Nabi Musa AS. aq jelasin lwt ayat-ayat diatas
surat An Nisa:153
Allah menyambar dengan petir. Itu ditujukan bwt kaum Nabi Musa saat itu yang menginginkan melihat wujud Allah, dan akhirnya dimaafkan karena sebelum disambar itu, kaum tersebut belum mendapat bukti-bukti keMaha an Allah jadi Allah memaafkan mereka. Lalu mengapa orang" sekarang ingin melihat Allah tidak disambar?? ya jelas karena manusia sekarang telah diberitahukan buanyak keMaha an Allah, mulai dari Al-Quran, ayat-ayatnya trutama An Nisa ini, dsb. So, kebangetan banget kl sampai mengingkari Allah dan RasulNya.
An Nisa: 164
Yang aq kasi warna ungu. Allah hanya menjelaskan, kalau Nabi Musa AS.
hanya berbicara langsung tanpa tatap muka. Dan yang dimaksud dengan "berbicara langsung" adalah Allah berbicara tanpa perantara (malaikat). Jadi kalau di ilustrasikan, Nabi Musa sperti berbicara sendiri di tempat suci yg tlah ditentukan (ayatnya aq taruh bawah).
Al- A'raaf: 143
Yang biru, Nabi Musa AS. meminta untuk Allah memperlihatkan wujudNya
langsung. Namun apa yg terjadi, belum sampai Allah menampakkan wujudNya Nabi Musa AS pingsan dan gunung yang notabene juga ciptaan Allah, luluh dan hancur. Terlihatlah kalau Allah sebagai Pencipta tidak mungkin sanggup untuk diindera, bahkan oleh UtusanNya sekalipun (Rasul-Rasul dan Nabi-nabiNya).
Jadi kesimpulannya, Allah sebagai Tuhan tidak akan pernah serupa dengan makhluk-makhlukNya (kemampuannya, wujudnya, dsb.)
lampiran
Thaahaa:010
إِذْ رَأَى نَاراً فَقَالَ لِأَهْلِهِ امْكُثُوا إِنِّي آنَسْتُ نَاراً لَّعَلِّي آتِيكُم مِّنْهَا بِقَبَسٍ أَوْ أَجِدُ عَلَى النَّارِ هُدًى
Ketika ia melihat api, lalu berkatalah ia kepada keluarganya: "Tinggallah kamu (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit daripadanya kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu".
Thaahaa:011
فَلَمَّا أَتَاهَا نُودِي يَا مُوسَى
Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil: "Hai Musa.
Thaahaa:012
إِنِّي أَنَا رَبُّكَ فَاخْلَعْ نَعْلَيْكَ إِنَّكَ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًى
Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada dilembah yang suci, Thuwa.
Thaahaa:013
وَأَنَا اخْتَرْتُكَ فَاسْتَمِعْ لِمَا يُوحَى
Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu).
Thaahaa:014
إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.