• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Renungan Harian/Saat Teduh.

  • Pembuat thread awal. Pembuat thread awal. user.
  • Tanggal Mulai Tanggal Mulai
Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan,
siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum

Amsal 11:25


Bacaan: Amsal 11:24-31
Setahun: Yehezkiel 26-28

Danau Galilea dan Laut Mati di Palestina memiliki karakteristik yang berbeda. Di Danau Galilea hidup banyak ikan. Para nelayan biasa menangkap ikan di sana. Di sekitarnya hidup bermacam tumbuhan hijau dan subur. Kontras dengan Laut Mati. Air Laut Mati banyak mengandung garam, sehingga tak ada makhluk hidup yang mampu bertahan di sana. Daerah di sekelilingnya pun kering dan gersang.

Mengapa bisa demikian? Rupanya begini, Danau Galilea memperoleh air dari sungai-sungai kecil yang ada di sekitarnya, lalu mengalirkannya ke Sungai Yordan. Membuat tanah di sepanjang aliran antara danau itu dengan Sungai Yordan menjadi subur. Sebaliknya, Laut Mati memperoleh air dari Sungai Yordan, tetapi ia tidak mengalirkannya ke mana pun. Laut itu sama sekali tidak punya saluran keluar.

Hikmahnya adalah, bahwa membagi berkat itu menyehatkan. Bukan saja bagi orang yang menerima, melainkan juga bagi yang memberi. Maka, jangan menganggap bahwa dengan membagi berkat kepada yang lain, seolah-olah kita melulu yang berkorban. Tidak. Sebab pada saat kita memberi, saat itu juga sebetulnya kita menerima, walaupun mungkin dalam bentuk yang berbeda. Berkat yang kita tebar akan selalu "berbunga" dan "berbuah". Sebaliknya, berkat yang kita simpan hanya untuk diri sendiri malah bisa membusuk.

Sebagai orang kristiani, kita dipanggil untuk menjadi penyalur berkat, seperti Danau Galilea; bukan menjadi penimbun berkat seperti Laut Mati. Dengan memberi kita mendapat, dengan menahan berkat kita justru akan kehilangan (ayat 24) —AYA


DI BALIK BERKAT YANG KITA TERIMA
TERSIMPAN TANGGUNG JAWAB untuk BERBAGI DENGAN SESAMA


Amsal 11:24-31
11:24. Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan.
11:25. Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum.
11:26. Siapa menahan gandum, ia dikutuki orang, tetapi berkat turun di atas kepala orang yang menjual gandum.
11:27. Siapa mengejar kebaikan, berusaha untuk dikenan orang, tetapi siapa mengejar kejahatan akan ditimpa kejahatan.
11:28. Siapa mempercayakan diri kepada kekayaannya akan jatuh; tetapi orang benar akan tumbuh seperti daun muda.
11:29. Siapa yang mengacaukan rumah tangganya akan menangkap angin; orang bodoh akan menjadi budak orang bijak.
11:30. Hasil orang benar adalah pohon kehidupan, dan siapa bijak, mengambil hati orang.
11:31. Kalau orang benar menerima balasan di atas bumi, lebih-lebih orang fasik dan orang berdosa!
 
Lalu sangat takutlah Yakub dan merasa sesak hati; maka dibaginyalah orang-orangnya yang bersama-sama dengan dia, kambing dombanya,
lembu sapi dan untanya menjadi dua pasukan

Kejadian 32:7


Bacaan: Kejadian 32:1-12
Setahun: Yehezkiel 29-32

Ada sebuah dongeng yang menceritakan mengapa kucing bermusuhan dengan anjing. Dikisahkan bahwa kucing dan anjing dulu berteman akrab. Namun suatu hari kucing menipu anjing dan membuat anjing marah. Sejak itu, anjing membenci kucing. Kucing pun menjadi takut kepada anjing. Selanjutnya, untuk mencegah agar anjing tidak dapat mengendus jejak kucing dengan penciumannya yang tajam, sejak itu kucing selalu mengubur kotorannya.

Hubungan Esau dan Yakub mirip dengan anjing dan kucing di atas. Yakub pernah melakukan sesuatu yang membuat Esau marah besar (Kejadian 27). Itu sebabnya Yakub melarikan diri. Namun dalam perjalanannya kembali ke Kanaan, Yakub akhirnya terpaksa harus bertemu lagi dengan Esau. Hal ini membuatnya takut karena ia ingat apa yang telah diperbuatnya dahulu dan juga kemarahan kakaknya. Sebab itu ia ketakutan kalau-kalau kakaknya akan membalas dendam.

Secara umum, ada dua cara yang dipilih orang untuk menyikapi suatu masalah. Pertama, seperti yang dilakukan oleh Yakub dan oleh kucing dalam dongeng di atas, yaitu melarikan diri. Cara ini memang lebih mudah, tetapi dampak ke depannya masih bisa panjang. Kita bisa terus digelayuti oleh perasaan tidak tenang, dan suatu hari masalah tersebut dapat muncul kembali dengan dampak yang lebih parah. Kedua adalah dengan menghadapi masalah tersebut dan berusaha menyelesaikannya. Cara ini pada awalnya mungkin akan tampak lebih repot dan menakutkan. Namun setidaknya masalah itu tidak akan menjadi berkepanjangan. Cara mana yang Anda pilih? —ALS


JANGAN LARI DARI MASALAH
HADAPI DAN SELESAIKANLAH SAMPAI TUNTAS!


Kejadian 32:1-12
32:1 Yakub melanjutkan perjalanannya, lalu bertemulah malaikat-malaikat Allah dengan dia.
32:2 Ketika Yakub melihat mereka, berkatalah ia: "Ini bala tentara Allah." Sebab itu dinamainyalah tempat itu Mahanaim.
32:3 Sesudah itu Yakub menyuruh utusannya berjalan lebih dahulu mendapatkan Esau, kakaknya, ke tanah Seir, daerah Edom.
32:4 Ia memerintahkan kepada mereka: "Beginilah kamu katakan kepada tuanku, kepada Esau: Beginilah kata hambamu Yakub: Aku telah tinggal pada Laban sebagai orang asing dan diam di situ selama ini.
32:5 Aku telah mempunyai lembu sapi, keledai dan kambing domba, budak laki-laki dan perempuan, dan aku menyuruh memberitahukan hal ini kepada tuanku, supaya aku mendapat kasihmu."
32:6 Kemudian pulanglah para utusan itu kepada Yakub dan berkata: "Kami telah sampai kepada kakakmu, kepada Esau, dan iapun sedang di jalan menemui engkau, diiringi oleh empat ratus orang."
32:7 Lalu sangat takutlah Yakub dan merasa sesak hati; maka dibaginyalah orang-orangnya yang bersama-sama dengan dia, kambing dombanya, lembu sapi dan untanya menjadi dua pasukan.
32:8 Sebab pikirnya: "Jika Esau datang menyerang pasukan yang satu, sehingga terpukul kalah, maka pasukan yang tinggal akan terluput."
32:9 Kemudian berkatalah Yakub: "Ya Allah nenekku Abraham dan Allah ayahku Ishak, ya TUHAN, yang telah berfirman kepadaku: Pulanglah ke negerimu serta kepada sanak saudaramu dan Aku akan berbuat baik kepadamu--
32:10 sekali-kali aku tidak layak untuk menerima segala kasih dan kesetiaan yang Engkau tunjukkan kepada hamba-Mu ini, sebab aku membawa hanya tongkatku ini waktu aku menyeberangi sungai Yordan ini, tetapi sekarang telah menjadi dua pasukan.
32:11 Lepaskanlah kiranya aku dari tangan kakakku, dari tangan Esau, sebab aku takut kepadanya, jangan-jangan ia datang membunuh aku, juga ibu-ibu dengan anak-anaknya.
32:12 Bukankah Engkau telah berfirman: Tentu Aku akan berbuat baik kepadamu dan menjadikan keturunanmu sebagai pasir di laut, yang karena banyaknya tidak dapat dihitung."
 
Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak hancur terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa
2 Korintus 4:8,9


Bacaan: 2 Korintus 4:1-15
Setahun: Yehezkiel 33-35

Sepulang sekolah, Kathleen, putri saya, suka bermain bola di rumah. Anak usia empat tahun itu sangat suka memantul-mantulkan bola kesayangannya ke lantai. Suatu saat ia berkata, "Pa, Kathleen suka dengan bola ini. Tiap kali Kathleen membanting bola ini, ia malah melambung tinggi. Lucunya, semakin keras dibanting, ia malah melambung makin tinggi ya, Pa."

Paulus adalah seorang rasul yang berterus terang tentang realitas kehidupan dan pelayanan yang tengah dilakukannya. Sejak menyerahkan diri untuk melayani Tuhan, masalah justru seakan-akan enggan meninggalkannya. Ketika melayani jemaat di Korintus, ia pun tidak bebas dari masalah. Jemaat Korintus terkenal dengan reputasinya yang buruk. Banyak hal yang terjadi dalam jemaat ini, telah menyakitkan hati Allah dan Paulus. Misalnya perpecahan, juga tindakan tidak bermoral. Secara logika, sangat masuk akal bila Paulus mempertanyakan penyertaan Tuhan atas hidupnya, memprotes, atau bahkan mengambek. Namun, Paulus tidak melakukannya. Ia tetap setia memegang komitmen pelayanannya.

Inilah inti "karakter pelayanan kristiani" sejati yang harus dimiliki oleh setiap pelayan Tuhan; di mana pun dan dalam peran apa pun. "Ditindas namun tidak terjepit ... habis akal namun tidak putus asa ... dianiaya namun tidak ditinggalkan sendiri ... dihempaskan namun tidak binasa" (ayat 8,9). Saya menyebutnya "Kristen bola", yang tak menjadi "kempes" walaupun "dibanting" dengan berbagai tantangan dan kesulitan. Apa rahasianya? "Kami senantiasa membawa kematian Yesus dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus nyata dalam tubuh kami" (ayat 10) —MZ


MASALAH SEBESAR APA PUN
DAPAT DILEWATI BERSAMA TUHAN


2 Korintus 4:1-15
4:1 Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati.
4:2 Tetapi kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah. Sebaliknya kami menyatakan kebenaran dan dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah.
4:3 Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa,
4:4 yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.
4:5 Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus.
4:6 Sebab Allah yang telah berfirman: "Dari dalam gelap akan terbit terang!", Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus.
4:7 Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.
4:8 Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa;
4:9 kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.
4:10 Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.
4:11 Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini.
4:12 Maka demikianlah maut giat di dalam diri kami dan hidup giat di dalam kamu.
4:13 Namun karena kami memiliki roh iman yang sama, seperti ada tertulis: "Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata", maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata-kata.
4:14 Karena kami tahu, bahwa Ia, yang telah membangkitkan Tuhan Yesus, akan membangkitkan kami juga bersama-sama dengan Yesus. Dan Ia akan menghadapkan kami bersama-sama dengan kamu kepada diri-Nya.
4:15 Sebab semuanya itu terjadi oleh karena kamu, supaya kasih karunia, yang semakin besar berhubung dengan semakin banyaknya orang yang menjadi percaya, menyebabkan semakin melimpahnya ucapan syukur bagi kemuliaan Allah.
 
Supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia,
tetapi pada kekuatan Allah

1 Korintus 2:5


Bacaan: 1 Korintus 2:1-5
Setahun: Yehezkiel 36-39

Jacky Chan, bintang film laga Hong Kong yang sudah mendunia, mengunjungi Indonesia pascabencana tsunami Aceh. Ia datang mewakili selebriti Hong Kong yang memberi sumbangan sebagai tanda empati atas penderitaan yang dialami rakyat Aceh. Dalam sebuah wawancara di salah satu televisi swasta, seorang wartawan bertanya, "Hampir di setiap film, Anda berperan sebagai seorang pahlawan. Menurut Anda, apa kriteria pahlawan itu?" Ia menjawab singkat, "Orang biasa yang melakukan sesuatu yang luar biasa."

Kitab Hakim-hakim adalah kitab yang menceritakan perjuangan para pahlawan atau pemimpin militer sebelum Israel menjadi sebuah kerajaan. Jadi bukan hakim dalam pengertian sekarang. Banyak tokoh hebat dalam kitab Hakim-hakim dan kisahnya diceritakan secara panjang lebar. Namun Samgar hanya diceritakan secara singkat—dalam satu ayat (Hakim-hakim 3:31). Berbeda dengan tokoh-tokoh lainnya. Samgar tipikal sosok yang sederhana. Dalam melawan orang Filistin pun, ia hanya memakai tongkat pengusir lembu sebagai senjata—bukan pedang atau tombak seperti lazimnya orang berperang. Samgar adalah orang sederhana dengan prestasi spektakuler.

Tuhan dapat memakai siapa saja secara luar biasa, pun bila kita hanyalah orang biasa. Kuncinya, kita mau berusaha yang terbaik, sambil tetap mengandalkan diri pada hikmat Allah, bukan pada kekuatan sendiri (ayat 5). Bagaimana dengan kita? Boleh jadi kita bukan orang hebat seperti Otniel, Ehud, atau Simson—tokoh-tokoh dalam kitab Hakim-hakim, tetapi orang sederhana seperti Samgar. Jangan berkecil hati. Sebab itu bukan halangan untuk melakukan sesuatu yang luar biasa —NDA


JANGAN KECIL HATI KARENA KITA ORANG BIASA
SEBAB ALLAH YANG MEMILIKI KITA LUAR BIASA


1 Korintus 2:1-5

2:1 Demikianlah pula, ketika aku datang kepadamu, saudara-saudara, aku tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu.
2:2 Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.
2:3 Aku juga telah datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan sangat takut dan gentar.
2:4 Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh,
2:5 supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah.
 
Mengapakah engkau melihat serpihan kayu di mata saudaramu,
sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?

Matius 7:3


Bacaan: Matius 7:1-5
Setahun: Yehezkiel 40-42

Istri saya sudah tuli," keluh seorang suami kepada dokter pribadinya. "Saya harus bicara berkali-kali padanya, barulah ia mengerti." Sang dokter lantas memberi usul: "Bicaralah dengannya dari jarak sepuluh meter. Jika tak ada respons, coba dari jarak lima meter, lalu dari jarak satu meter. Dari situ kita akan tahu tingkat ketuliannya."

Si suami mencobanya. Dari jarak sepuluh meter, ia bertanya pada istrinya, "Kamu masak apa malam ini?" Tak terdengar jawaban. Ia mencoba dari jarak lima meter, bahkan satu meter, tetap saja tak ada respons. Akhirnya ia bicara di dekat telinga istrinya, "Masak apa kamu malam ini?" Si istri menjawab: "Sudah empat kali aku bilang: sayur asam!" Rupanya, sang suamilah yang tuli.

Saat mengkritik orang lain, kita kerap kali tidak sadar bahwa kita pun memiliki kelemahan yang sama, bahkan mungkin lebih parah. Ada kalanya apa yang tidak kita sukai dari orang lain adalah sifat yang tidak kita sukai dari diri sendiri. Kita belum bisa mengatasi satu kebiasaan buruk, kemudian jengkel saat melihat sifat buruk itu muncul dalam diri orang lain, sehingga kita memintanya untuk berubah.

Tuhan Yesus tidak melarang kita menilai orang lain secara kritis. Namun, janganlah membesar-besarkan kesalahan orang lain dengan mengabaikan kesalahan diri sendiri. Jika kita memakai standar atau ukuran tinggi dalam menilai orang lain, pastikan kita sendiri sudah memenuhi standar yang kita buat. Yang terbaik adalah introspeksi diri terlebih dulu sebelum memberi kritik kepada orang lain —JTI


MAKIN TINGGI STANDAR YANG KITA BUAT BAGI SESAMA
MAKIN TINGGI STANDAR YANG HARUS KITA SENDIRI PENUHI
Matius 7:1-5
7:1 "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.
7:2 Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.
7:3 Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?
7:4 Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu.
7:5 Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."
 
Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku. Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah
Mazmur 62:2-3


Bacaan: Mazmur 62:1-13
Setahun: Yehezkiel 46-48

Pada tahun 80-an ada sebuah film berjudul Bodyguard yang dibintangi Kevin Costner dan Whitney Houston. Film ini bercerita tentang Houston sebagai artis yang hidupnya dikelilingi oleh para penggemar fanatik yang ingin mencelakai dirinya. Untuk melindungi diri, ia lalu menggunakan jasa pengawal pribadi, seorang veteran angkatan perang. Dalam film itu ditunjukkan bagaimana peralatan canggih digunakan di seluruh rumah Houston untuk membuatnya bisa tidur tenang.

Setiap orang tentunya ingin hidup tenang. Sebab apalah artinya kita memiliki segala sesuatu, tetapi hidup tidak tenang; selalu gelisah, galau, dan selalu dikejar ketakutan? Sayang orang kerap salah mencari sumber ketenangan. Misalnya, dengan menggantungkan hidup pada bodyguard, senjata, uang, atau jabatan.

Ketenangan yang sejati tidak terletak pada semua itu, tetapi pada kedekatan dengan Tuhan. Sebab Tuhan adalah Pemilik sesungguhnya dari kehidupan ini. Tuhan adalah adalah sumber pengharapan dan perlindungan. Seperti yang disaksikan oleh Daud dalam Mazmur bacaan kita. Daud pernah hidup terlunta-lunta sebagai pelarian ketika dikejar-kejar oleh Saul yang ingin membunuhnya, dan ia merasakan betul bagaimana kasih dan kuasa Tuhan melindunginya.

Anda mendambakan ketenangan? Kuncinya: jangan jauh-jauh dari Tuhan. Tidak berarti hidup kita kemudian menjadi lurus dan mulus, juga tidak lantas kita bebas lepas dari segala masalah. Tidak. Masalah dan rintangan bisa tetap ada, tetapi seberapa pun besarnya masalah yang mendera dan rintangan yang menghadang, itu tidak akan merenggut ketenangan kita — AYA


DEKAT DENGAN TUHAN
ITU KUNCI KETENANGAN HIDUP


Mazmur 62:1-13
62:1 Untuk pemimpin biduan. Menurut: Yedutun. Mazmur Daud.
62:2 Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku.
62:3 Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah.
62:4 Berapa lamakah kamu hendak menyerbu seseorang, hendak meremukkan dia, hai kamu sekalian, seperti terhadap dinding yang miring, terhadap tembok yang hendak roboh?
62:5 Mereka hanya bermaksud menghempaskan dia dari kedudukannya yang tinggi; mereka suka kepada dusta; dengan mulutnya mereka memberkati, tetapi dalam hatinya mereka mengutuki. Sela
62:6 Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku.
62:7 Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah.
62:8 Pada Allah ada keselamatanku dan kemuliaanku; gunung batu kekuatanku, tempat perlindunganku ialah Allah.
62:9 Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita. Sela
62:10 Hanya angin saja orang-orang yang hina, suatu dusta saja orang-orang yang mulia. Pada neraca mereka naik ke atas, mereka sekalian lebih ringan dari pada angin.
62:11 Janganlah percaya kepada pemerasan, janganlah menaruh harap yang sia-sia kepada perampasan; apabila harta makin bertambah, janganlah hatimu melekat padanya.
62:12 Satu kali Allah berfirman, dua hal yang aku dengar: bahwa kuasa dari Allah asalnya,
62:13 dan dari pada-Mu juga kasih setia, ya Tuhan; sebab Engkau membalas setiap orang menurut perbuatannya.
 
Mereka menerima tiga puluh uang perak, yaitu harga yang ditetapkan untuk seorang menurut penilaian yang berlaku di antara orang Israel
Matius 27:9


Bacaan: Matius 26:6-16; Yohanes 10:17,18
Setahun: Daniel 1-3

Selama ini saya menduga Yudas menjual Gurunya seharga tiga puluh keping uang perak karena sifatnya yang tamak. Cerita yang tertulis di dalam Alkitab mengenai Yudas meyakinkan saya akan hal ini (Matius 26:8,9; Yohanes 12:6).

Saya mencoba menghitung nilai uang perak itu dalam rupiah. Menurut Dake’s Bible, tiga puluh keping uang perak sama nilainya dengan 19,20 dolar Amerika. Katakanlah satu dolar Amerika setara dengan Rp9.000,00. Berarti "harga" Yesus kurang lebih adalah Rp172.800,00. Murah sekali! Jadi, pasti uang bukan menjadi faktor utama Yudas menjual Yesus. Apalagi kemudian Yudas mengembalikan uang itu kepada para imam.

Rupanya Yudas memiliki harapan seperti orang Yahudi pada umumnya, yaitu menjadikan Yesus sebagai pahlawan secara politik dengan cara melawan kekaisaran Romawi. Namun, ketika orang banyak berniat mengangkat-Nya menjadi raja, Yesus malah mengasingkan diri. Bukan hanya itu, Yesus juga malah mengajar mereka untuk memberikan kepada kaisar apa yang menjadi haknya. Jadi, cara yang paling pamungkas untuk memaksa Yesus melawan adalah dengan menyerahkan Dia kepada para imam. Namun, Yesus memilih jalan salib. Yudas pun frustrasi dan gantung diri (Matius 27:5).

Bila direnungkan, kerap kali kita juga "mengkhianati dan menjual" Yesus demi mencapai tujuan kita sendiri, yaitu ketika kita memaksakan cara dan kehendak kita sendiri. Namun, Yudas telah menjadi contoh agar kita tak mengulang kesalahannya. Tuhan tahu yang lebih baik. Biarlah dalam seluruh aspek kehidupan kita belajar tunduk dan mengikuti jalan-Nya —ACH


KERAP KALI KITA MERASA TAHU MANA YANG BAIK
TETAPI ALLAH SELALU MEMIMPIN KITA PADA YANG TERBAIK

Matius 26:6-16; Yohanes 10:17,18
26:6 Ketika Yesus berada di Betania, di rumah Simon si kusta,
26:7 datanglah seorang perempuan kepada-Nya membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi yang mahal. Minyak itu dicurahkannya ke atas kepala Yesus, yang sedang duduk makan.
26:8 Melihat itu murid-murid gusar dan berkata: "Untuk apa pemborosan ini?
26:9 Sebab minyak itu dapat dijual dengan mahal dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin."
26:10 Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata: "Mengapa kamu menyusahkan perempuan ini? Sebab ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku.
26:11 Karena orang-orang miskin selalu ada padamu, tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu.
26:12 Sebab dengan mencurahkan minyak itu ke tubuh-Ku, ia membuat suatu persiapan untuk penguburan-Ku.
26:13 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja Injil ini diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia."
26:14 Kemudian pergilah seorang dari kedua belas murid itu, yang bernama Yudas Iskariot, kepada imam-imam kepala.
26:15 Ia berkata: "Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?" Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya.
26:16 Dan mulai saat itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus.

10:17 Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali.
10:18 Tidak seorangpun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku."
 
Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang
dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku

Matius 25:40


Bacaan: Matius 25:31-40
Setahun: Daniel 4-6


Di sebuah kapel terpasang lukisan seorang malaikat yang sedang menimba air. Wajahnya cerah pertanda sukacita saat ia melakukan tugas itu. Keringat yang masih membekas di wajah menjadi bukti bahwa ia serius menjalankan tugasnya. Dalam hati saya bertanya, "Apa tidak keliru? Itukah tugas malaikat? Bukankah malaikat bertugas melayani Allah, bukan mengerjakan hal-hal yang tampaknya duniawi seperti menimba air?"

Acap kali kita membedakan hal-hal yang rohani dan jasmani. Ketika melayani dan beribadah di gereja, kita seperti sedang mengerjakan hal yang rohani. Sementara saat menjalankan pekerjaan sehari-hari, kita menganggapnya kegiatan duniawi. Kitab Matius memberi cara pandang berbeda. Pada hari penghakiman terakhir, Tuhan datang dalam kemuliaan-Nya. Dia memisahkan seorang demi seorang (ayat 32). Lalu kepada mereka yang ada di sebelah kanan-Nya, Tuhan berkata, "Terimalah kerajaan yang telah disediakan bagimu." Apa dasarnya? "Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan" (ayat 35). Apa yang dilakukan kepada sesama, berarti juga dilakukan untuk Tuhan. Itulah ibadah! Ibadah menyangkut dimensi vertikal—hubungan dengan Allah, dan dimensi horisontal—hubungan dengan sesama.

Bila Anda melakukan aktivitas sehari-hari dengan tujuan memuliakan Tuhan, itu pun sudah bisa disebut ibadah. Maka, apa pun pekerjaan dan aktivitas yang Anda lakukan hari ini, jalanilah semuanya dengan hati gembira seperti malaikat yang menimba air dalam lukisan tadi —MZ


JADIKAN AKTIVITAS DALAM HIDUP KESEHARIAN KITA
SEBAGAI IBADAH KEPADA ALLAH



Matius 25:31-40
25:31 "Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya.
25:32 Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing,
25:33 dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya.
25:34 Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.
25:35 Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan;
25:36 ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.
25:37 Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum?
25:38 Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian?
25:39 Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau?
25:40 Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.
 
Dan bahwa setiap orang dapat makan, minum dan menikmati kesenangan dalam segala jerih payahnya, itu juga adalah pemberian Allah
Pengkhotbah 3:13


Bacaan: Lukas 16:19-31
Setahun: Daniel 7-9


Ada sebuah karikatur bergambar dua batu nisan bersebelahan. Nisan yang satu bertuliskan, "Di sini terbaring jenazah Peter yang meninggal karena terlalu banyak makan gandum". Sedangkan nisan yang lain bertuliskan, "Di sini terbaring jenazah Akharia yang meninggal karena gandum Peter tidak pernah singgah di sini". Sebuah sindiran yang sangat mengena bagi kita.

"Jauh di mata, dekat di hati" merupakan ungkapan yang indah tentang kedekatan batin—kedekatan batin yang terjalin meski tak berjumpa secara fisik. Namun, atas perumpamaan Tuhan yang satu ini berlaku prinsip yang sebaliknya, yakni "dekat di mata, jauh di hati". Betapa dekatnya Lazarus tinggal dengan si orang kaya. Hanya "... dekat pintu rumah orang kaya itu" (ayat 20). Begitu dekatnya ia untuk disapa, diperhatikan, dan ditolong. Namun, Lazarus malah mati mengenaskan dalam kemiskinan. Sangat kontras jika dibandingkan dengan kemakmuran "si tetangga". Mengapa? Semua tahu jawabnya. Persis seperti karikatur di atas.

Sebenarnya banyak penderitaan di dunia ini tak perlu terjadi, jika orang-orang terdekat dari orang yang menderita mau berbuat sesuatu. Tuhan mengizinkan kedekatan fisik terjadi agar kita tergerak berbagi kasih dengan mereka. Dengan anak yang perlu diperhatikan dan tetangga yang sakit; dengan nenek yang duduk sendirian di sebelah kita waktu di gereja dan Bi Inem yang ayahnya (di desa) sakit keras; dengan Pak Pos yang rutin mengantar surat ke rumah kita dan Pak Jo yang setia mengangkut sampah dari rumah kita. Dan banyak lagi. Ya, mereka ada "dekat di mata" justru agar tersedia tempat di hati kita bagi mereka —PAD


SEGALA YANG KITA DAPAT DARI TUHAN
LAYAK KITA BAGIKAN KEPADA SESAMA YANG MEMBUTUHKAN


Lukas 16:19-31
16:19 "Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan.
16:20 Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu,
16:21 dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya.
16:22 Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham.
16:23 Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya.
16:24 Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini.
16:25 Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita.
16:26 Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang.
16:27 Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku,
16:28 sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini.
16:29 Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu.
16:30 Jawab orang itu: Tidak, bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat.
16:31 Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati."
 
Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus
Matius 28:19


Bacaan:
Matius 28:16-20
Setahun: Daniel 10-12


Film Mission Impossible yang dibintangi Tom Cruise sempat menjadi boxoffice pada tahun 2006. Film yang diangkat dari serial televisi berjudul sama ini berkisah tentang agen Ethan Hunt yang mendapatkan misi yang teramat berat, bahkan nyaris mustahil. Dalam upaya mewujudkan misinya itu Hunt tidak sendiri. Ia dibantu teman-temannya yang tergabung dalam Impossible Mission Force (IMF).

Seperti film-film Hollywood yang lain, sesulit apa pun misi yang diemban oleh Hunt dan teman-temannya, pada akhirnya mereka berhasil menuntaskannya. Mereka sanggup mengubah apa yang tadinya dianggap "mustahil" menjadi "tidak mustahil". Kuncinya terletak pada penggunaan peralatan canggih dan kemampuan para tokohnya.

Sebagai pengikut Kristus kita pun memiliki misi yang harus diemban di dunia ini, yaitu menjadikan semua bangsa murid Kristus. Dari sisi "target akhirnya", betul, ini sungguh tugas yang teramat berat. Bayangkan, menjadikan semua bangsa murid Kristus—walaupun pasti bukan sebuah mission impossible. Sebab kalau itu mustahil, Tuhan Yesus pun tentu tidak akan memerintahkannya.

Namun, dari sisi bagaimana misi tersebut dapat diwujudkan, sebetulnya tidaklah "seberat" itu. Maksudnya, kita semua bisa turut berperan serta. Caranya? Yaitu dengan menjadikan hidup kita sebagai kesaksian yang indah bagi orang-orang di sekitar kita. Dengan begitu, mereka melihat dan merasakan sapaan kasih Kristus lewat tindakan dan ucapan kita, lalu tergerak untuk mengikut Kristus. Kuncinya terletak pada kasih kita kepada Tuhan dan kepedulian kita terhadap sesama —AYA


HIDUP MENCERMINKAN KRISTUS DALAM SIKAP DAN LANGKAH
ADALAH KESAKSIAN HIDUP YANG PALING NYARING


Matius 28:16-20
28:16 Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka.
28:17 Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu.
28:18 Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.
28:19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
28:20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
 
Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan ... burung-burung ... ternak dan atas seluruh bumi ... segala binatang melata
Kejadian 1:26

Bacaan: Kejadian 1:1-31
Setahun: Hosea 1-4


Bioteknologi adalah sebuah bidang ilmu yang menerapkan kemajuan teknologi ke dalam bidang ilmu biologi. Prospek kemajuan yang ditawarkan oleh bidang ilmu yang satu ini sungguh luar biasa. Mulai dari yang sudah kita anggap normal, seperti semangka tanpa biji, sampai kepada yang masih terasa bagaikan mimpi seperti mengganti anggota tubuh kita yang rusak dengan teknologi sel punca (stem cell).

Namun, perkembangan ini juga menimbulkan banyak masalah etika. Kemajuan yang ditawarkan tersebut acap kali berbenturan dengan batas-batas etika yang selama ini dipegang oleh masyarakat. Sebagai contoh, teknologi embryonic stem cell membutuhkan janin sebagai bahan percobaannya. Tak heran begitu banyak perdebatan yang terjadi di kalangan para ahli etika seputar isu-isu bioteknologi tersebut.

Disadari atau tidak, perkembangan bioteknologi memang membawa perubahan yang besar dalam pola pikir manusia mengenai seluruh alam dan ciptaan. Manusia, dengan perkembangan bioteknologi, seakan-akan merasa mampu mengubah alam dan kemudian menciptakan kehidupan baru. Dengan demikian, manusia merasa bahwa ia adalah allah. Dan karena itu, ia tidak lagi memerlukan Allah yang sejati.

Sebagai umat percaya, kita harus berhati-hati terhadap isu ini. Sebab seperti yang kita baca dalam bacaan Alkitab hari ini, tampak jelas siapa Tuhan dan siapa kita. Dia adalah pencipta segala sesuatu, sedangkan kita, betapa pun hebat dan canggihnya, tetap hanyalah ciptaan yang penuh keterbatasan. Tanpa Dia kita tidak ada. Terlepas dari Dia kita binasa —ALS


SEMAJU APA PUN TEKNOLOGI MANUSIA
KITA TETAP CIPTAAN YANG BERGANTUNG KEPADA SANG PENCIPTA


Kejadian 1:1-31
1:1. Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.
1:2 Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.

1:3. Berfirmanlah Allah: "Jadilah terang." Lalu terang itu jadi.
1:4 Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap.
1:5 Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama.

1:6. Berfirmanlah Allah: "Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air."
1:7 Maka Allah menjadikan cakrawala dan Ia memisahkan air yang ada di bawah cakrawala itu dari air yang ada di atasnya. Dan jadilah demikian.
1:8 Lalu Allah menamai cakrawala itu langit. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kedua.

1:9. Berfirmanlah Allah: "Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering." Dan jadilah demikian.
1:10 Lalu Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamai-Nya laut. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
1:11 Berfirmanlah Allah: "Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi." Dan jadilah demikian.
1:12 Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang berbiji. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
1:13 Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ketiga.

1:14. Berfirmanlah Allah: "Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun,
1:15 dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu menerangi bumi." Dan jadilah demikian.
1:16 Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-bintang.
1:17 Allah menaruh semuanya itu di cakrawala untuk menerangi bumi,
1:18 dan untuk menguasai siang dan malam, dan untuk memisahkan terang dari gelap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
1:19 Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keempat.

1:20. Berfirmanlah Allah: "Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup, dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala."
1:21 Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air, dan segala jenis burung yang bersayap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
1:22 Lalu Allah memberkati semuanya itu, firman-Nya: "Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah air dalam laut, dan hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak."
1:23 Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kelima.

1:24. Berfirmanlah Allah: "Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis makhluk yang hidup, ternak dan binatang melata dan segala jenis binatang liar." Dan jadilah demikian.
1:25 Allah menjadikan segala jenis binatang liar dan segala jenis ternak dan segala jenis binatang melata di muka bumi. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.

1:26. Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi."
1:27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.
1:28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."

1:29. Berfirmanlah Allah: "Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu.
1:30 Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya." Dan jadilah demikian.

1:31. Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.
 
Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.
Galatia 5:13


Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 88; Lukas 9; Yeremia 23-24

Bull riding atau mengendarai banteng merupakan salah satu dari tujuh pertandingan utama dalam acara rodeo profesional. Bull riding adalah cabang yang paling terkenal dan berbahaya dalam pertandingan rodeo.

Tujuan dari pertandingan bull riding adalah bertahan menunggangi seekor banteng liar selama 8 detik dengan satu tangan untuk mencapai kemenangan. Para cowboy yang menunggang banteng hanya diperbolehkan menggunakan satu tangan untuk memegang tali yang melingkari banteng. Gagal bertahan selama 8 detik ataupun menggunakan tangan yang bebas untuk memegang banteng maupun anggota tubuh sendiri berakibat diskualifikasi.

Namun demikian, usaha 8 detik menunggangi banteng seberat 2000 pon ini merupakan usaha yang sangat berbahaya. Tidak sedikit cowboy yang terjatuh dan terluka karena ditanduk banteng. Sebuah perkataan yang sering dikutip mengenai bull riding adalah, "It is not if you get hurt, it is when!"

Dalam diri manusia terdapat sifat dosa yang sulit dikendalikan bagaikan banteng liar. Bermain-main dengan dosa merupakan sesuatu hal yang berbahaya. Bukan soal apakah kita akan terluka karena bermain-main "mengendarai" dosa, tapi soal kapan waktunya!

Seringkali hanya dibutuhkan waktu kurang dari 8 detik bagi iblis untuk membuat kita terpelanting dan tertanduk hingga binasa. Mari berhenti bermain dengan dosa! Ijinkan tangan Yesus yang berlubang mengambil alih tali yang melingkari banteng itu. Hanya kasih karunia yang membuat kita bertahan hingga keluar sebagai pemenang.


Berhentilah bermain-main dengan dosa.
 
Siapa mengumpat, membuka rahasia, tetapi siapa yang setia, menutupi perkara
Amsal 11:13


Bacaan: Amsal 11:9-13
Setahun: Hosea 8-11


Ibu Debi jengkel sekali. Dua hari lalu, ia baru saja menceritakan uneg-unegnya pada istri pendeta di gerejanya. Ia menceritakan perihal suaminya yang diduga menyeleweng. Suatu pagi, teman satu gereja menelepon dan bertanya: "Ada masalah apa dengan suamimu?" Ibu Debi kaget sekaligus kecewa. Kabar soal suaminya sudah sampai ke telinga para ibu di komisi wanita. Rupanya, dalam persekutuan doa ibu-ibu kemarin malam, sang istri pendeta memasukkan namanya ke dalam pokok doa. "Doakan Ibu Debi yang sedang punya masalah dengan suaminya," katanya. Walau berniat baik dan tak menyebut masalahnya secara rinci, si istri pendeta telah gagal menjaga rahasia.

Di gereja, banyak orang kecewa karena berhadapan dengan orang yang tak bisa menjaga rahasia. Ini masalah serius. Membocorkan rahasia berarti mengkhianati kepercayaan yang telah diberikan seseorang. Walaupun tanpa sengaja, dampaknya tetap merusak. Amsal mengingatkan, mulut yang mengucapkan apa yang tidak perlu bisa "membinasakan sesama" (ayat 9), bahkan "meruntuhkan kota" (ayat 10). Selanjutnya, ketidakmampuan menyimpan rahasia juga menandakan bahwa orang itu tidak setia dan tidak bisa mengendalikan diri (ayat 12). Seseorang yang bijak seharusnya tahu kapan saatnya berdiam diri dan kapan saatnya menutupi perkara.

Sekali gagal menjaga rahasia, orang lain akan kapok untuk berbagi rasa lagi dengan kita. Mereka akan menutup diri karena merasa tidak aman. Akibatnya, kita akan kehilangan persekutuan yang akrab dan mendalam. Oleh sebab itu, mulai sekarang kendalikanlah lidahmu! Stop membicarakan yang tidak perlu —JTI


LEBIH BAIK MEMILIH APA PUN YANG AKAN ANDA KATAKAN
KETIMBANG MENGATAKAN APA PUN YANG ANDA PILIH


Amsal 11:9-13
11:9 Dengan mulutnya orang fasik membinasakan sesama manusia, tetapi orang benar diselamatkan oleh pengetahuan.
11:10 Bila orang benar mujur, beria-rialah kota, dan bila orang fasik binasa, gemuruhlah sorak-sorai.
11:11 Berkat orang jujur memperkembangkan kota, tetapi mulut orang fasik meruntuhkannya.
11:12 Siapa menghina sesamanya, tidak berakal budi, tetapi orang yang pandai, berdiam diri.
11:13 Siapa mengumpat, membuka rahasia, tetapi siapa yang setia, menutupi perkara.
 
Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan seluruh nafkah yang dimilikinya
Lukas 21:4


Bacaan: Lukas 21:1-4
Setahun: Hosea 12-14

Kak Yanto adalah seorang penarik becak berusia separuh baya. Ia biasa mangkal di depan Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta. Penghasilannya tidak tetap. Kalau sedang sepi, ia hanya memperoleh sekitar Rp10.000,00 sehari. Kalau sedang ramai, biasanya sehari bisa sampai Rp25.000,00-Rp30.000,00. Dari penghasilannya itu, selain tentu untuk menghidupi istri dan tiga orang anaknya di kampung, Pak Yanto juga selalu menyisihkan untuk memberi persembahan bagi gerejanya yang tengah direnovasi.

Ada dua hal yang membuat sebuah pemberian itu berharga. Pertama, ketulusan yang mendasari; memberi karena memang mau memberi. Titik. Bukan, misalnya, supaya mendapat pujian atau berharap ucapan terima kasih. Motivasi tidak tulus akan mengurangi nilai sebuah pemberian. Kedua, adanya pengorbanan di baliknya. Pemberian yang bertolak dari keterbatasan dan kekurangan si pemberi akan jauh lebih bernilai, terlepas besar kecilnya nilai nominal pemberian itu.

Inilah yang dilakukan oleh janda miskin yang kita renungkan hari ini. Ia memberi banyak justru dalam kekurangannya. Dan dari pemberiannya itu tercermin pula ketulusan. Ia memberi tanpa berpikir apa yang akan diperolehnya sebagai balasan; betul-betul sebuah pemberian atas dasar kerelaan dan karena keinginan untuk memberi yang terbaik. Itulah sebabnya di mata Tuhan, pemberiannya itu jauh lebih bernilai dari semua pemberian yang lain (ayat 3). Ya, sebuah pemberian dapat menunjukkan besarnya kasih di baliknya ketika kita melakukannya tanpa pamrih, dan ketika kita harus berkorban untuk memberikannya —AYA


NILAI SEBUAH PEMBERIAN TERLETAK PADA
KETULUSAN DAN PENGORBANAN YANG MELANDASINYA


Lukas 21:1-4
21:1 Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan.
21:2 Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu.
21:3 Lalu Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu.
21:4 Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya."
 
Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!" Sesudah mengetahuinya mereka berkata: "Lima roti dan dua ikan"
Markus 6:38


Bacaan: Markus 6:30-44
Setahun: Yoel 1-3

Mukjizat lima roti dan dua ikan diawali dengan belas kasihan Yesus (ayat 34). Namun rupanya Yesus tidak bermaksud bekerja sendirian. Ia meminta partisipasi dari pihak orang banyak. Sabda-Nya, "Berapa banyak roti yang ada padamu?" Bahkan tidak hanya bertanya, Dia juga menekankan perlunya partisipasi itu. Mari perhatikan sabda lanjutan-Nya, "Cobalah periksa!" Dan, akhirnya dari hasil pemeriksaan itu, mereka mendapatkan lima roti dan dua ikan.

Mukjizat Tuhan tidak dilakukan di dalam kehampaan. Yesus meminta kita untuk mengambil bagian. Apabila kita mengelak dengan mengatakan bahwa kita tidak memiliki apa pun, Yesus akan "masuk" lebih dalam dan Dia akan berkata, "Coba periksa dulu ... periksa ... periksa ... apa yang ada padamu!" Dan bila kita sudah menemukannya, bawalah itu kepada-Nya. Dia akan "mengambilnya ... menengadah ke langit, mengucapkan berkat atas apa yang kita bawa, dan memberkatinya", kemudian menggunakan hal itu demi menjadi berkat yang lebih berarti bagi hidup orang-orang lain di sekitar kita.

Kita belajar satu hal penting dari kisah lima roti dua ikan yang menjadi makanan untuk lima ribu orang dan bersisa dua belas bakul. Mukjizat Tuhan dimulai dengan belas kasihan Tuhan yang berpadu dengan keterlibatan dari umat yang bersedia.

Adakah Anda bersedia dipakai menjadi saluran mukjizat Tuhan? Periksalah apa yang ada pada Anda dan bawalah itu kepada Yesus agar diberkati dan dipakai-Nya. Dia tidak pernah meminta apa yang Anda tidak punya. Dia meminta apa yang Anda punya. Anda mengatakan bahwa Anda tidak punya apa-apa? Cobalah periksa dulu! —DKL


BAWALAH talenta Anda KEPADA TUHAN
dia akan melipatgandakannya


Markus 6:30-44
6:30 Kemudian rasul-rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan.
6:31 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!" Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makanpun mereka tidak sempat.
6:32 Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi.
6:33 Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka.
6:34 Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.
6:35 Pada waktu hari sudah mulai malam, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya dan berkata: "Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam.
6:36 Suruhlah mereka pergi, supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa dan di kampung-kampung di sekitar ini."
6:37 Tetapi jawab-Nya: "Kamu harus memberi mereka makan!" Kata mereka kepada-Nya: "Jadi haruskah kami membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan?"
6:38 Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!" Sesudah memeriksanya mereka berkata: "Lima roti dan dua ikan."
6:39 Lalu Ia menyuruh orang-orang itu, supaya semua duduk berkelompok-kelompok di atas rumput hijau.
6:40 Maka duduklah mereka berkelompok-kelompok, ada yang seratus, ada yang lima puluh orang.
6:41 Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, supaya dibagi-bagikan kepada orang-orang itu; begitu juga kedua ikan itu dibagi-bagikan-Nya kepada semua mereka.
6:42 Dan mereka semuanya makan sampai kenyang.
6:43 Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti dua belas bakul penuh, selain dari pada sisa-sisa ikan.
6:44 Yang ikut makan roti itu ada lima ribu orang laki-laki.
 
Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Surga
Matius 19:12


Bacaan: 1 Korintus 7:25-40
Setahun: Amos 1-4

Sebuah cerita humor. Seorang gadis lajang berdoa begini: "Ya Tuhan, kalau memang ia jodohku, dekatkanlah. Kalau bukan jodohku, jodohkanlah. Kalau ia bukan jodohku, jangan sampai ia dapat jodoh yang lain, selain aku. Amin."

Status melajang kerap kali dianggap menyusahkan atau bahkan dirasa sebagai aib bagi yang menyandangnya. Perasaan itu muncul biasanya karena si lajang mendengarkan perkataan orang lain. Padahal sebetulnya yang penting bukan statusnya, tetapi sikap dalam menghadapinya. Jika disikapi secara positif, maka sisi-sisi positifnya akan tampak. Bukankah orang yang melajang punya waktu luang dan konsentrasi lebih besar untuk berkarya? Melajang juga bukan berarti hidup sendiri, karena orang yang melajang justru punya kesempatan lebih banyak untuk membangun relasi dengan orang lain.

Mempunyai pasangan hidup atau menikah, tak serta merta membuat segalanya menjadi lebih baik. Paulus malah mengingatkan akan "harga" yang harus dibayar dalam hidup berpasangan (ayat 33-34). Intinya kalaupun berpasangan, janganlah sampai kita terbelenggu perkara duniawi. Jangan sampai riak-riak pernikahan malah menjadi batu sandungan bagi orang lain.

Jadi baik sendiri ataupun berpasangan, tanggung jawab kita di hadapan Tuhan tetap sama; berkarya memuliakan nama-Nya. Bila menikah, bijaklah membina keluarga. Bila hidup lajang, bajiklah membawa diri. Bagi lajang yang sangat ingin menikah, ingatlah bahwa hidup kita ada di tangan-Nya. Jalani apa pun hidup Anda dengan rasa syukur. Percayakanlah hidup Anda pada rencana dan kebijaksanaan-Nya. Tuhan tahu yang terbaik —DYA


melajang maupun menikah
kita sama-sama mesti memuliakan nama-nya!


1 Korintus 7:25-40
7:25 Sekarang tentang para gadis. Untuk mereka aku tidak mendapat perintah dari Tuhan. Tetapi aku memberikan pendapatku sebagai seorang yang dapat dipercayai karena rahmat yang diterimanya dari Allah.
7:26 Aku berpendapat, bahwa, mengingat waktu darurat sekarang, adalah baik bagi manusia untuk tetap dalam keadaannya.
7:27 Adakah engkau terikat pada seorang perempuan? Janganlah engkau mengusahakan perceraian! Adakah engkau tidak terikat pada seorang perempuan? Janganlah engkau mencari seorang!
7:28 Tetapi, kalau engkau kawin, engkau tidak berdosa. Dan kalau seorang gadis kawin, ia tidak berbuat dosa. Tetapi orang-orang yang demikian akan ditimpa kesusahan badani dan aku mau menghindarkan kamu dari kesusahan itu.
7:29 Saudara-saudara, inilah yang kumaksudkan, yaitu: waktu telah singkat! Karena itu dalam waktu yang masih sisa ini orang-orang yang beristeri harus berlaku seolah-olah mereka tidak beristeri;
7:30 dan orang-orang yang menangis seolah-olah tidak menangis; dan orang-orang yang bergembira seolah-olah tidak bergembira; dan orang-orang yang membeli seolah-olah tidak memiliki apa yang mereka beli;
7:31 pendeknya orang-orang yang mempergunakan barang-barang duniawi seolah-olah sama sekali tidak mempergunakannya. Sebab dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu.
7:32 Aku ingin, supaya kamu hidup tanpa kekuatiran. Orang yang tidak beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, bagaimana Tuhan berkenan kepadanya.
7:33 Orang yang beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan isterinya,
7:34 dan dengan demikian perhatiannya terbagi-bagi. Perempuan yang tidak bersuami dan anak-anak gadis memusatkan perhatian mereka pada perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa mereka kudus. Tetapi perempuan yang bersuami memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan suaminya.
7:35 Semuanya ini kukatakan untuk kepentingan kamu sendiri, bukan untuk menghalang-halangi kamu dalam kebebasan kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu melakukan apa yang benar dan baik, dan melayani Tuhan tanpa gangguan.
7:36 Tetapi jikalau seorang menyangka, bahwa ia tidak berlaku wajar terhadap gadisnya, jika gadisnya itu telah bertambah tua dan ia benar-benar merasa, bahwa mereka harus kawin, baiklah mereka kawin, kalau ia menghendakinya. Hal itu bukan dosa.
7:37 Tetapi kalau ada seorang, yang tidak dipaksa untuk berbuat demikian, benar-benar yakin dalam hatinya dan benar-benar menguasai kemauannya, telah mengambil keputusan untuk tidak kawin dengan gadisnya, ia berbuat baik.
7:38 Jadi orang yang kawin dengan gadisnya berbuat baik, dan orang yang tidak kawin dengan gadisnya berbuat lebih baik.
7:39 Isteri terikat selama suaminya hidup. Kalau suaminya telah meninggal, ia bebas untuk kawin dengan siapa saja yang dikehendakinya, asal orang itu adalah seorang yang percaya.
7:40 Tetapi menurut pendapatku, ia lebih berbahagia, kalau ia tetap tinggal dalam keadaannya. Dan aku berpendapat, bahwa aku juga mempunyai Roh Allah.
 
You did it to Me.
Matthew 25:40 NAS



Daily Bible Reading:

1 Samuel 11-13, Luke 24:45-53, Psalm 63, Proverbs 22:17-23


A minister on Chestnut Street in Philadelphia noticed a homeless man coming towards him. He was filthy and his beard was caked with rotten food. He was holding a cup of coffee and the lip of the cup was dirty. Staggering up to him the homeless man exclaimed, "Hey, mister. You want some of my coffee?" The pastor really didn't, but he thought it was the right thing to do, so he said, "Sure, I'll take a sip." When he handed the cup back he remarked, "You're generous giving away your coffee." Looking at him the derelict man replied, "Well, it was particularly delicious today, and I think if God gives you something that good you should share it!"

The pastor continued: "I figured I was being set up and it would cost me five bucks. So I asked him, 'Is there something I can do for you in return?' The man answered, 'Yeah, you can give me a hug!' (To tell the truth, I was hoping for the five dollar option!) He put his arms around me, and I suddenly realised he wasn't going to let me go! People were passing by and staring at me. There I was, dressed in my establishment garb, hugging this filthy man! I was embarrassed. Then little by little my embarrassment changed to awe. I heard a voice echoing down the corridors of time saying, 'I was hungry; did you feed Me? I was naked; did you clothe Me? I was sick; did you care for Me? I was the homeless man you met on Chestnut Street… did you hug Me? For if you did… you did it to Me.'"
 

Bacaan hari ini:
Mazmur 104
Ayat mas hari ini: Mazmur 8:4,5
Bacaan Alkitab Setahun: Amos 8-9; Obaja 1


Suatu sore, saya asyik bercengkerama dengan anak saya yang baru berusia dua setengah tahun. Langit sore yang lembayung tampak begitu indah, sehingga sayang untuk kami lewatkan sambil bersantai di kursi panjang. Dengan asyik anak saya menelusuri langit dengan jari mungilnya yang tertuding ke atas, sembari menyanyi “Pelangi, pelangi, alangkah indahmu ….” Tiba-tiba senandungnya yang patah-patah itu terhenti dan ia bertanya, “Ma, Tuhan ada di mana?” Saya agak terkejut mendengarnya, tetapi dengan segera saya menja-wab, “Tuhan ada di hatimu, Nak. Di hati Mama juga.”

Sebagai orang dewasa, benak kita cenderung penuh dengan berbagai urusan. Maka, tak heran bila sedang memandang ciptaan Tuhan dan keindahan alam, kita jarang mengingat Pribadi yang telah menciptakan semua itu (Mazmur 104:24). Padahal, sesungguhnya hal itu merupakan saat-saat indah di mana Tuhan menyapa kita dengan kesejukan kasih-Nya, khususnya di tengah-tengah berbagai urusan kita di dunia ini. Bahkan manakala kita berada di tengah gelapnya kehidupan, alam akan mengingatkan kita bahwa Allah yang menciptakan semesta yang agung, sesungguhnya juga memer-hatikan kita pribadi demi pribadi, termasuk segala keberatan di hidup kita (Mazmur 8:4,5).

Marilah kita menikmati karunia Allah yang dari waktu ke waktu mewakili senyum kasih-Nya. Langit yang biru, mentari senja yang memerah, pelangi yang membusur dengan cantiknya, pegunungan yang gagah, lautan yang menggelora, dan banyak lagi yang lain, akan selalu menunjuk kepada kebesaran penciptanya


TANGAN ALLAH MENCIPTA ALAM YANG BEGITU LUAS TETAPI DIA JUGA BISA MENDEKAP SAYA YANG BEGITU KECIL
 
Bacaan hari ini: Kejadian 36:1-8
Ayat mas hari ini: Yesaya 49:16
Bacaan Alkitab Setahun: Yunus 1-4



Saya mengenal seorang ibu yang begitu mengasihi anaknya. Bahkan sekalipun si anak berlaku tidak baik, sang ibu tak kehilangan rasa sayangnya. Suatu kali, si anak marah, meninggalkan rumah, dan tak kembali. Beberapa orang meminta si ibu untuk membiarkannya saja karena si anak sangat kurang ajar. Orang-orang yang tak tahan melihat perilakunya mengatakan bahwa ia adalah “anak yang patut dibuang”. Akan tetapi, si ibu tidak menggubris. Ia terus berusaha mencari anaknya dan berharap anaknya kembali. Bagi saya, kasih ibu ini tampak ajaib, sebab saat orang lain “membuang” si anak, sang ibu mencarinya.

Gambaran tokoh Esau dalam Alkitab juga serupa dengan anak di atas. Esau, bisa dikatakan tidak menghargai kasih Allah. Ia memandang rendah hak kesulungan yang dimilikinya dan dengan mudah menjualnya dengan harga yang tak setimpal. Namun, Alkitab tak berhenti mencatat tentang kehidupannya, dan seluruh ayat dalam Kejadian 36 menceritakan bagaimana Allah terus memelihara Esau dan keturunannya. Walaupun Esau bisa dianggap sebagai “anak yang kurang ajar dan patut dibuang”, tetapi Allah tetap mengasihinya. Itulah kejaiban kasih Allah.

Dalam perjalanan hidup ini, kita juga bisa bersikap “kurang ajar”. Bahkan barangkali manusia bisa tidak tahan menghadapi sikap atau perilaku kita. Namun, ketika orang lain sulit menerima kita, Allah terus mencari kita. Kasih-Nya selalu sangat besar kepada kita. Dan setiap kita adalah objek kasih-Nya yang besar. Maukah kita menyambut kasih ajaib itu dan menghargainya dengan sungguh-sungguh?


BAHKAN KETIKA SEMUA ORANG SEOLAH-OLAH ”MEMBUANG” KITA ALLAH TERUS MENCARI KITA
 
Bacaan hari ini: Mazmur 150
Ayat mas hari ini: Mazmur 150:6
Bacaan Alkitab Setahun: Mikha 1-3


Kata “Puji Tuhan” kerap kita dengar saat seseorang bersaksi bahwa ia telah mengalami atau menerima berkat Tuhan; misalnya mendapatkan sesuatu, lulus ujian, atau sembuh dari sakit. Sepertinya kata ini tidak jauh dengan perasaan bersyukur. Namun, apa benar hanya pada saat-saat demikian kita perlu berkata, “Puji Tuhan”?

Mazmur 150 mengajarkan kepada kita, mengapa dan kapan kita harus memuji-Nya. Mazmur ini sungguh tepat untuk mengakhiri kitab yang penuh dengan berbagai pengalaman dan perasaan para penulisnya. Para pemazmur menuangkan setiap pengalaman mereka—bisa pujian atau keluhan, syukur atau permohonan, keyakinan atau keraguan. Namun, atas setiap pengalaman naik turun itu, setelah perjuangan, pergumulan, peperangan yang harus dilalui, mereka mengakhirinya dengan satu nya-nyian yang mantap bahwa Tuhan sungguh layak dipuji. Sama dengan para pemazmur, tidak ada anak Tuhan yang luput dari gelombang kehidupan. Perjalanan hidup manusia selalu kaya dengan aneka pengalaman; baik-buruk, senang-susah, berhasil-gagal. Namun, atas setiap pengalaman itu, Allah tetap berdaulat. Dan bila kita hidup melekat kepada-Nya, pasti kemenangan yang akan kita alami.

Kelak seluruh dunia akan menaikkan pujian seperti Mazmur 150 ini. Dan pujian yang dipersembahkan bagi-Nya, disajikan layaknya sebuah orkestra: semua alat musik dipadu untuk menembangkan kemegahan-Nya! Ditambah dengan tari-tarian yang mengekspresikan syukur melimpah. Jadi mulai saat ini, atas setiap hal yang terjadi dalam hidup kita, mari berlatih untuk berkata, “Puji Tuhan!”


TERPUJILAH TUHAN YANG MULIA ATAS SETIAP PERISTIWA YANG KITA TERIMA
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.