• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Renungan Harian/Saat Teduh.

  • Pembuat thread awal. Pembuat thread awal. user.
  • Tanggal Mulai Tanggal Mulai
Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari hadapanmu
Yakobus 4:7


Bacaan:
Yakobus 1:12-15
Setahun: Yesaya 8-10

Dalam buku Keponakan Penyihir dari seri The Chronicles of Narnia, diceritakan bagaimana Digory telah membuat sebuah kesalahan fatal, yakni dengan membunyikan bel yang membangkitkan seorang penyihir jahat. Ketika Aslan menanyai Digory tentang hal itu, Digory berkelit, "Aku rasa aku agak terkena mantra yang tertulis dalam bel itu". Mendengar jawaban itu, Aslan menegaskan, "Benarkah?" Kemudian barulah Digory mengaku, "Tidak. Sekarang aku tahu aku tidak terkena mantra. Aku hanya berpura-pura."

Ketika dihadapkan pada satu pencobaan dan gagal, kerap kali kita juga berkelit dengan mengatakan bahwa kita dijebak, digoda, atau terkena "mantra" seperti dalih Digory. Padahal, sebenarnya kita tidak terkena mantra apa pun. Kita sendiri yang membuat pilihan untuk jatuh. Yakobus mengatakan dengan jelas bahwa tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri (ayat 14). Setan bisa menggoda kita, tetapi pilihan untuk berdosa atau tidak, tetap berada di tangan kita.

Lalu bagaimana kita dapat menang melawan dosa? Bisa dengan dua hal: tunduk kepada Allah dan melawan Iblis. Keduanya sama penting, jadi harus sama-sama dilakukan. Kita bisa saja tetap gagal meski telah berdoa dan memohon belas kasihan Tuhan, karena kita tidak mau melawan Iblis dengan tegas. Kita hanya bisa melakukannya dengan berani berkata "Tidak!" kepada dosa. Itulah salah satu karunia yang kita peroleh dari Kristus yang telah menang atas maut. Karena Kristus telah menang bagi kita, maka saat kita berani berkata tidak, dosa pun tidak lagi berkuasa atas tubuh kita! —GS

KATAKAN TIDAK KEPADA DOSA
MAKA DOSA ITU AKAN KEHILANGAN KUASANYA


Yakobus 1:12-15
1:12 Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.
1:13 Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: "Pencobaan ini datang dari Allah!" Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun.
1:14 Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.
1:15 Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.
 
Bangunlah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan
Lukas 22:46

Bacaan: Keluaran 17:8-16
Setahun: Yesaya 11-14

Dengan garang, si banteng menyerudukkain merah di tangan matador. Setelah berulang kali ia pun kelelahan, sebab tiap kali mendekati kain merah, si matador mengibaskannya. Ia tak sadar kain merah itu bukan lawan yang sebenarnya.

Peperangan Israel melawan Amalek bukan sekadar perang fisik antara dua kekuatan militer. Amalek hanya alat—semacam "kain merah" yang dikibaskan oleh kekuatan yang ingin menghambat rencana Allah bagi masa depan Israel. Itu sebabnya Musa sebagai pemimpin Israel perlu memimpin bangsanya menghadapi perang tersebut secara tepat. Caranya? Dengan "mengangkat tangan", yakni terus berdoa, seperti lazimnya umat Israel berdoa dengan menadahkan tangan (Ezra 9:5; 1 Timotius 2:8) sampai kemenangan mereka raih. Doa yang tak henti, karena tidak dilakukan sendiri, tetapi bersama-sama—sebagaimana Musa berdoa bersama Harun dan Hur—besar sekali kuasanya. Sebab Tuhan-lah yang berperang melawan "si musuh sejati".

Hidup kita serupa pertempuran. Banyak musuh menyerbu; desakan nafsu, situasi pelik, orang sulit di pekerjaan, pengusik ketenangan rumah tangga, penjegal karier, pesaing yang curang, pengacau, dan pemfitnah di gereja. Menghadapi hal-hal ini dengan kekuatan fisik hanya akan membuat kita lelah dan kalah. Apalagi jika kita pun terkecoh untuk membalas dengan cara serupa. Kita mesti sadar bahwa mereka hanya "kain merah", bukan "si matador" yang mengibarkannya. Jadi, hadapilah dengan doa. Angkatlah tangan, tetaplah berdoa! Jika Anda menjadi lelah, mintalah saudara seiman untuk turut menopang dan berdoa bersama kita. Andalkan kekuatan Allah dalam melawan "sang matador", si penguasa kegelapan —PAD



PEPERANGAN ROHANI HARUS DIHADAPI
DENGAN SENJATA ROHANI PULA



Keluaran 17:8-16
17:8 Lalu datanglah orang Amalek dan berperang melawan orang Israel di Rafidim.
17:9 Musa berkata kepada Yosua: "Pilihlah orang-orang bagi kita, lalu keluarlah berperang melawan orang Amalek, besok aku akan berdiri di puncak bukit itu dengan memegang tongkat Allah di tanganku."
17:10 Lalu Yosua melakukan seperti yang dikatakan Musa kepadanya dan berperang melawan orang Amalek; tetapi Musa, Harun dan Hur telah naik ke puncak bukit.
17:11 Dan terjadilah, apabila Musa mengangkat tangannya, lebih kuatlah Israel, tetapi apabila ia menurunkan tangannya, lebih kuatlah Amalek.
17:12 Maka penatlah tangan Musa, sebab itu mereka mengambil sebuah batu, diletakkanlah di bawahnya, supaya ia duduk di atasnya; Harun dan Hur menopang kedua belah tangannya, seorang di sisi yang satu, seorang di sisi yang lain, sehingga tangannya tidak bergerak sampai matahari terbenam.
17:13 Demikianlah Yosua mengalahkan Amalek dan rakyatnya dengan mata pedang.
17:14 Kemudian berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Tuliskanlah semuanya ini dalam sebuah kitab sebagai tanda peringatan, dan ingatkanlah ke telinga Yosua, bahwa Aku akan menghapuskan sama sekali ingatan kepada Amalek dari kolong langit."
17:15 Lalu Musa mendirikan sebuah mezbah dan menamainya: "Tuhanlah panji-panjiku!"
17:16 Ia berkata: "Tangan di atas panji-panji TUHAN! TUHAN berperang melawan Amalek turun-temurun."
 
Kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran, dan penghakiman
Yohanes 16:8

Bacaan: Yohanes 16:7-15
Setahun: Yesaya 15-18

Roberto Salazar, bocah 6 tahun, jarang menangis. Ia menderita penyakit langka; Hereditary Sensory and Autonomic Neuropathy, sebuah penyakit yang membuatnya tidak bisa merasakan sakit. Pernah ia gigit lidahnya sendiri sampai hampir putus. Orangtuanya panik, namun ia tenang saja. Kali lain Roberto terjatuh. Kakinya terluka, tetapi ia tidak menjerit minta tolong. Ia bangun dan berjalan lagi dengan luka menganga. Kondisi ini sangat berbahaya. Tubuhnya bisa terbakar atau terpotong tanpa disadari. Rasa sakit memang tidak enak, tetapi perlu untuk menyadarkan kita jika ada yang tidak beres.

Roh Kudus sering memberikan "rasa sakit" ketika orang beriman berbuat dosa. Dia menegur dan memberi peringatan, supaya kita insaf. Dia mengingatkan kita kembali akan perkataan-perkataan Kristus (ayat 13,14). Sebagai Roh Kebenaran, Dia bertugas memimpin kita ke dalam seluruh kebenaran. Jadi, Dia tidak bisa tinggal diam waktu kita berbuat dosa. Dia akan menegur. Teguran-Nya mungkin terasa sakit dan menciptakan rasa bersalah di hati. Namun, ini perlu agar kita mendapatkan kesempatan untuk berbalik ke jalan Tuhan. Tanpa teguran, dengan mudah kita dapat disesatkan oleh pelbagai godaan. Seperti Roberto, kita bisa menjadi mati rasa terhadap dosa. Dan, bisa-bisa kita sudah terseret jauh sebelum sempat menyadarinya.

Bersyukurlah jika Roh Kudus masih menegur dan membuat Anda merasa bersalah ketika berbuat dosa. Itu tandanya Dia masih berkarya dalam diri Anda. Dengarkan dan hargailah teguran-Nya! Jangan sampai hati Anda kebal, hingga merasa nyaman berbuat dosa —JTI


BAGI MEREKA YANG MENOLAK TEGURAN ROH KUDUS
KEGELAPAN ITU TERLIHAT TERANG

Yohanes 16:7-15
16:7 Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.
16:8 Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman;
16:9 akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku;
16:10 akan kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi;
16:11 akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum.
16:12 Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya.
16:13 Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.
16:14 Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku.
16:15 Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku."
 
Firman yang didengar itu tidak berguna bagi mereka, karena mereka tidak dipersatukan dalam iman dengan orang-orang yang mendengarkannya
Ibrani 4:2

Bacaan: Bilangan 14:40-45
Setahun: Yesaya 19-21

Waktu kecil, bila saya membandel dan tidak menyimak perintah orangtua, mereka akan berkomentar, "Kuping itu jangan jadi kuping panci, cuma ditempel di kepala, tapi tidak dipakai untuk mendengarkan." Maknanya sama dengan ungkapan: "masuk telinga kiri, keluar telinga kanan." Menunjukkan kesembronoan kita dalam mendengar, yang bisa berakibat fatal. Ini pula yang kerap membuat bangsa Israel gagal menghadapi persoalan, terutama ketika melintasi padang gurun. Mereka tidak mendengarkan dengan baik. Bacaan kita memuat contoh bagaimana mereka tak memedulikan teguran Musa; tetap nekad masuk ke Kanaan, dan gagal.

Kesungguhan kita dalam mendengar dan menanggapi firman Tuhan akan menentukan pertumbuhan iman kita (Roma 10:17). Tak ada rumus baku serta cara pintas mengenai cara membuang "kuping panci" dan memiliki telinga yang peka mendengar suara Tuhan. Satu-satunya cara adalah dengan melatih telinga rohani secara tekun dan teratur.

Pertama, kita perlu mengambil waktu untuk menyendiri dan mencari suasana sunyi, agar kita punya situasi kondusif untuk mendengarkan suara Tuhan yang lembut. Selanjutnya, dalam kesunyian ini, jangan biarkan pikiran menjadi kosong. Gunakan waktu tersebut untuk mengambil suatu bagian kecil firman Tuhan, dan merenungkannya. "Cerna" bagian tersebut sungguh-sungguh dan gali maknanya sedalam mungkin. Bila perlu, bandingkan dengan bagian-bagian lain yang serupa dalam Alkitab sebagai referensi, kemudian ambillah penerapan praktis dalam hidup Anda. Ketika kita terlatih untuk mendengarkan Tuhan, kita akan semakin memahami pola pikir dan kehendak Allah bagi kita —ARS

MENDENGARKAN ADALAH PINTU
MENUJU PENGERTIAN DAN PERUBAHAN

Bilangan 14:40-45
14:40 Dan keesokan harinya bangunlah mereka pagi-pagi hendak naik ke puncak gunung sambil berkata: "Sekarang kita hendak maju ke negeri yang difirmankan TUHAN itu; memang kita telah berbuat dosa."
14:41 Tetapi kata Musa: "Mengapakah kamu hendak melanggar titah TUHAN? Hal itu tidak akan berhasil.
14:42 Janganlah maju, sebab TUHAN tidak ada di tengah-tengahmu, supaya jangan kamu dikalahkan oleh musuhmu,
14:43 sebab orang Amalek dan orang Kanaan ada di sana di depanmu dan kamu akan tewas oleh pedang; dari sebab kamu berbalik membelakangi TUHAN, maka TUHAN tidak akan menyertai kamu."
14:44 Meskipun demikian, mereka nekat naik ke puncak gunung itu, tetapi tabut perjanjian TUHAN dan Musa juga tidaklah meninggalkan tempat perkemahan.
14:45 Lalu turunlah orang Amalek dan orang Kanaan yang mendiami pegunungan itu dan menyerang mereka; kemudian orang-orang itu mencerai-beraikan mereka sampai ke Horma.
 
Musa mendengarkan perkataan mertuanya itu dan dilakukannyalah segala yang dikatakannya
Keluaran 18:24

Bacaan: Keluaran 18:13-27
Setahun: Yesaya 22-24


Musa memang hebat. Bukan saja karena hal-hal besar yang ia lakukan, tetapi juga karena sebagai tokoh besar dan pemimpin, ia tetap mau terbuka menerima masukan. Memerhatikan, mengasah, dan mengolah usulan yang datang kepadanya, menjadikan Musa pemimpin yang patut ditiru.

Ketika Yitro, mertuanya, melihat bagaimana Musa menangani sendiri semua hal tentang pengelolaan masalah bangsa Israel, ia mengingatkan bahwa itu "tidak baik" (ayat 17). Yitro lalu mengusulkan agar dalam menjalankan tugasnya ini, Musa memakai strategi yang lebih tepat, termasuk bahwa ia dapat melibatkan orang-orang yang cakap sebagai mitra pelayanan. Musa mendengarkan usulan ini dan sungguh-sungguh melakukannya. Setelah beres, barulah Musa melepas mertuanya pergi (ayat 27). Artinya sang mertua masih bisa melihat bagaimana Musa memperbaiki sistem pelayanannya. Betapa indahnya bila seseorang mendengarkan dan menerima nasihat baik dari orang lain, demi pelayanan yang lebih baik dalam pekerjaan Tuhan!

Mari renungkan bagaimana hal ini dapat diterapkan juga dalam kita berkeluarga, melayani Tuhan, bekerja, dan bersaksi. Sudahkah kita menjadi orang yang terbuka memerhatikan usulan orang lain dan mau mengkajinya dengan rendah hati? Atau, kita sering merasa terganggu dengan nasihat orang, sehingga nasihat yang tepat pun kita abaikan demi gengsi? Jangan buru-buru menolak saran yang datang. Nasihat yang baik bisa muncul dari siapa saja. Bila hati kita terbuka, kita dapat melihat pertolongan bisa datang dari mana saja. —DKL


NASIHAT TAK MEMBUAT ORANG JADI KECIL
ITU SEBABNYA ORANG BESAR PUN TAK TAKUT MENERIMA NASIHAT​

Keluaran 18:13-27
18:13 Keesokan harinya duduklah Musa mengadili di antara bangsa itu; dan bangsa itu berdiri di depan Musa, dari pagi sampai petang.
18:14 Ketika mertua Musa melihat segala yang dilakukannya kepada bangsa itu, berkatalah ia: "Apakah ini yang kaulakukan kepada bangsa itu? Mengapakah engkau seorang diri saja yang duduk, sedang seluruh bangsa itu berdiri di depanmu dari pagi sampai petang?"
18:15 Kata Musa kepada mertuanya itu: "Sebab bangsa ini datang kepadaku untuk menanyakan petunjuk Allah.
18:16 Apabila ada perkara di antara mereka, maka mereka datang kepadaku dan aku mengadili antara yang seorang dan yang lain; lagipula aku memberitahukan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan Allah."
18:17 Tetapi mertua Musa menjawabnya: "Tidak baik seperti yang kaulakukan itu.
18:18 Engkau akan menjadi sangat lelah, baik engkau baik bangsa yang beserta engkau ini; sebab pekerjaan ini terlalu berat bagimu, takkan sanggup engkau melakukannya seorang diri saja.
18:19 Jadi sekarang dengarkanlah perkataanku, aku akan memberi nasihat kepadamu dan Allah akan menyertai engkau. Adapun engkau, wakililah bangsa itu di hadapan Allah dan kauhadapkanlah perkara-perkara mereka kepada Allah.
18:20 Kemudian haruslah engkau mengajarkan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan, dan memberitahukan kepada mereka jalan yang harus dijalani, dan pekerjaan yang harus dilakukan.
18:21 Di samping itu kaucarilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap; tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang.
18:22 Dan sewaktu-waktu mereka harus mengadili di antara bangsa; maka segala perkara yang besar haruslah dihadapkan mereka kepadamu, tetapi segala perkara yang kecil diadili mereka sendiri; dengan demikian mereka meringankan pekerjaanmu, dan mereka bersama-sama dengan engkau turut menanggungnya.
18:23 Jika engkau berbuat demikian dan Allah memerintahkan hal itu kepadamu, maka engkau akan sanggup menahannya, dan seluruh bangsa ini akan pulang dengan puas senang ke tempatnya."
18:24 Musa mendengarkan perkataan mertuanya itu dan dilakukannyalah segala yang dikatakannya.
18:25 Dari seluruh orang Israel Musa memilih orang-orang cakap dan mengangkat mereka menjadi kepala atas bangsa itu, menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang.
18:26 Mereka ini mengadili di antara bangsa itu sewaktu-waktu; perkara-perkara yang sukar dihadapkan mereka kepada Musa, tetapi perkara-perkara yang kecil diadili mereka sendiri.
18:27 Kemudian Musa membiarkan mertuanya itu pergi dan ia pulang ke negerinya.
 
Ketika orang banyak melihat apa yang telah diperbuat Paulus, mereka itu berteriak …: “Dewa-dewa telah turun ke tengah-tengah kita dalam rupa manusia”
Kisah Para Rasul 14:11

Bacaan: Kisah Para Rasul 14:8-20
Setahun: Yesaya 25-28

Winston Churchill, mantan Perdana Menteri Inggris, pernah ditanya, "Tidakkah Anda merasa tersanjung? Setiap kali Anda berpidato, orang datang berbondong-bondong sampai tidak kebagian tempat. Mereka sangat menyanjung Anda!" Sang Perdana Menteri menjawab: "Tiap kali ingin berbangga, saya ingat satu hal. Seandainya saya kelak dihukum gantung, jumlah orang yang hadir pasti melonjak dua kali lipat!"

Sanjungan dunia semu sifatnya. Gampang berubah. Ketika Tuhan Yesus memasuki Yerusalem, rakyat menyanjung-Nya. Beberapa hari kemudian, massa yang sama meneriakkan "Salibkan Dia!" Itu juga yang dialami Rasul Paulus. Sehabis menyembuhkan seorang lumpuh dengan kuasa Allah di Listra, penduduk terkesima. Dikiranya Paulus dan Barnabas adalah titisan dewa. Mereka berdua pun langsung dipuja-puja dan diberi aneka persembahan. Tetapi begitu orang-orang Yahudi membujuk mereka, segera saja mereka berbalik melempari Paulus dengan batu (ayat 19). Untunglah Paulus dan Barnabas tidak haus sanjungan. Keduanya malah prihatin melihat penduduk memuja-muja mereka. Paulus berusaha menjelaskan bahwa hanya Tuhan yang layak disembah. Pantang baginya untuk mencuri kemuliaan Tuhan bagi diri sendiri.

Setiap orang suka disanjung. Sebetulnya tidak salah kalau kita merasa tersanjung saat dipuji orang. Yang salah, kalau kemudian kita gila sanjungan, hingga rela mengorbankan apa pun demi mendapat sanjungan. Sanjungan bisa menyesatkan, lagipula cepat sirna. Lebih baik fokuskan diri untuk melakukan tugas sebaik mungkin. Tidak peduli disanjung atau tidak —JTI

SANJUNGAN ITU IBARAT PERMEN KARET
BOLEH DINIKMATI SESAAT, NAMUN JANGAN DITELAN

Kisah Para Rasul 14:8-20

14:8 Di Listra ada seorang yang duduk saja, karena lemah kakinya dan lumpuh sejak ia dilahirkan dan belum pernah dapat berjalan.
14:9 Ia duduk mendengarkan, ketika Paulus berbicara. Dan Paulus menatap dia dan melihat, bahwa ia beriman dan dapat disembuhkan.
14:10 Lalu kata Paulus dengan suara nyaring: "Berdirilah tegak di atas kakimu!" Dan orang itu melonjak berdiri, lalu berjalan kian ke mari.
14:11 Ketika orang banyak melihat apa yang telah diperbuat Paulus, mereka itu berseru dalam bahasa Likaonia: "Dewa-dewa telah turun ke tengah-tengah kita dalam rupa manusia."
14:12 Barnabas mereka sebut Zeus dan Paulus mereka sebut Hermes, karena ia yang berbicara.
14:13 Maka datanglah imam dewa Zeus, yang kuilnya terletak di luar kota, membawa lembu-lembu jantan dan karangan-karangan bunga ke pintu gerbang kota untuk mempersembahkan korban bersama-sama dengan orang banyak kepada rasul-rasul itu.
14:14 Mendengar itu Barnabas dan Paulus mengoyakkan pakaian mereka, lalu terjun ke tengah-tengah orang banyak itu sambil berseru:
14:15 "Hai kamu sekalian, mengapa kamu berbuat demikian? Kami ini adalah manusia biasa sama seperti kamu. Kami ada di sini untuk memberitakan Injil kepada kamu, supaya kamu meninggalkan perbuatan sia-sia ini dan berbalik kepada Allah yang hidup, yang telah menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya.
14:16 Dalam zaman yang lampau Allah membiarkan semua bangsa menuruti jalannya masing-masing,
14:17 namun Ia bukan tidak menyatakan diri-Nya dengan berbagai-bagai kebajikan, yaitu dengan menurunkan hujan dari langit dan dengan memberikan musim-musim subur bagi kamu. Ia memuaskan hatimu dengan makanan dan kegembiraan."
14:18 Walaupun rasul-rasul itu berkata demikian, namun hampir-hampir tidak dapat mereka mencegah orang banyak mempersembahkan korban kepada mereka.
14:19 Tetapi datanglah orang-orang Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium dan mereka membujuk orang banyak itu memihak mereka. Lalu mereka melempari Paulus dengan batu dan menyeretnya ke luar kota, karena mereka menyangka, bahwa ia telah mati.
14:20 Akan tetapi ketika murid-murid itu berdiri mengelilingi dia, bangkitlah ia lalu masuk ke dalam kota. Keesokan harinya berangkatlah ia bersama-sama dengan Barnabas ke Derbe.
 
Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu,
hiduplah dalam damai dengan semua orang!

Roma 12:18


Bacaan: Roma 12:9-21
Setahun: Yesaya 29-31

Ini curhat seorang teman, "Saya sedang mengalami konflik dengan seorang teman di gereja. Masalahnya cuma sepele, Alkitabnya saya taruh di kotak tempat menyimpan Alkitab-Alkitab yang ketinggalan di gereja. Saya sama sekali tidak tahu kalau itu Alkitabnya. Saya pikir itu Alkitab orang yang ketinggalan karena tergeletak begitu saja di kursi gereja. Namun, ia marah ke saya. Dibilangnya saya mau ngerjain, mau membuatnya susah. Ia menuduh saya membencinya. Saya sudah minta maaf, sudah menjelaskan duduk masalahnya pula, tetapi ia tetap tidak mau terima. Lalu, saya harus bagaimana lagi?"

Dalam berelasi dengan orang lain–di kantor, kampus, atau gereja–mungkin kita juga pernah mengalami hal serupa; bertemu dengan "orang yang sulit". Apa pun yang kita lakukan disalahartikan. Selalu berprasangka buruk terhadap kita. Kadang jadi konflik batin juga. Di satu sisi kita harus mengasihi dan hidup damai dengan orang lain. Namun pada kenyataannya, ada orang yang menganggap kita seperti "kucing melihat anjing"; membenci, sikapnya sinis, bahkan kasar. Sangat menjengkelkan.

Lalu bagaimana? Sebagaimana bertepuk tangan harus dengan dua tangan, begitu juga hidup damai dengan orang lain. Kita tidak bisa memaksa orang lain untuk bersikap sama dengan kita. Itulah sebabnya Rasul Paulus mengatakan, "Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu" (ayat 18). Jadi, betul, kita harus selalu berusaha hidup damai dengan orang lain, tetapi kalau ternyata orang lain menolaknya, itu di luar kemampuan kita. Janganlah kita terus menyalahkan diri sendiri. Yang penting kita tidak membencinya —AYA

BAGIAN KITA ADALAH MENGASIHI. TETAPI APAKAH ORANG LAIN
MENERIMA ATAU TIDAK, ITU DI LUAR WEWENANG KITA

Roma 12:9-21
12:9 Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik.
12:10 Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat.
12:11 Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.
12:12 Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!
12:13 Bantulah dalam kekurangan orang-orang kudus dan usahakanlah dirimu untuk selalu memberikan tumpangan!
12:14 Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk!
12:15 Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!
12:16 Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai!
12:17 Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!
12:18 Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!
12:19 Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.
12:20 Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya.
12:21 Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!
 
Tuhan akan melepaskan aku dari setiap usaha yang jahat. Dia akan menyelamatkan aku, sehingga aku masuk ke dalam Kerajaan-Nya di surga
2 Timotius 4:18


Bacaan: 2 Timotius 4:9-18
Setahun: Yesaya 32-35

Victor Frankl, psikiater Yahudi, dibawa tentara Nazi ke kamp kerja paksa di Auschwitz, bersama 1.500 orang lainnya. Setibanya di sana, 1.300 orang, termasuk orangtua, istri, dan saudaranya, dibawa ke kamar gas untuk dibunuh. Frankl sendiri dibiarkan hidup di kamp, namun ia kehilangan semua orang yang dikasihinya. Walau tersiksa lahir batin, ia bertahan. Mengapa? Karena ia punya harapan. Dr. Jerome Groopman, penulis The Anatomy of Hope, menjelaskan bahwa harapan adalah obat untuk tetap hidup sehat dalam situasi genting. Harapan meyakinkan orang bahwa yang terbaik masih akan datang.

Surat 2 Timotius ditulis ketika Paulus kesepian. Ia harus menghadapi sidang pengadilan, tanpa seorang pun bisa membelanya. Kreskes dan Tikhikus pergi karena tugas lain menanti. Demas telah terbujuk kenikmatan dunia dan meninggalkannya (ayat 10). Padahal orang-orang seperti Aleksander, si tukang tembaga, telah memberi kesaksian yang memberatkan. Situasinya sungguh mengecewakan, namun Paulus tidak kehilangan harapan. Mengapa? Karena harapannya disandarkan kepada Tuhan, bukan kepada manusia. Saat kehilangan rekan-rekan, ia yakin Tuhan sendiri akan mendampingi dan menguatkan (ayat 17). Harapan Paulus terbentang jauh ke depan. Bukan hanya sebatas menang dalam persidangan. Paulus yakin ia akan diselamatkan Tuhan sampai masuk surga (ayat 18).

Harapan sangat penting. Namun juga jangan lupa, kepada siapa Anda berharap juga tidak kalah pentingnya. Maka, jangan salah menaruh harapan. Jika berharap banyak kepada manusia, kita bisa kecewa. Taruhlah harapan kepada Tuhan yang tak berubah di segala keadaan —JTI

ANDA BOLEH KEHILANGAN HARTA, TEMAN, ATAU JABATAN
NAMUN JANGAN SAMPAI KEHILANGAN HARAPAN


2 Timotius 4:9-18

4:9 Berusahalah supaya segera datang kepadaku,
4:10 karena Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku. Ia telah berangkat ke Tesalonika. Kreskes telah pergi ke Galatia dan Titus ke Dalmatia.
4:11 Hanya Lukas yang tinggal dengan aku. Jemputlah Markus dan bawalah ia ke mari, karena pelayanannya penting bagiku.
4:12 Tikhikus telah kukirim ke Efesus.
4:13 Jika engkau ke mari bawa juga jubah yang kutinggalkan di Troas di rumah Karpus dan juga kitab-kitabku, terutama perkamen itu.
4:14 Aleksander, tukang tembaga itu, telah banyak berbuat kejahatan terhadap aku. Tuhan akan membalasnya menurut perbuatannya.
4:15 Hendaklah engkau juga waspada terhadap dia, karena dia sangat menentang ajaran kita.
4:16 Pada waktu pembelaanku yang pertama tidak seorangpun yang membantu aku, semuanya meninggalkan aku--kiranya hal itu jangan ditanggungkan atas mereka--,
4:17 tetapi Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku, supaya dengan perantaraanku Injil diberitakan dengan sepenuhnya dan semua orang bukan Yahudi mendengarkannya. Dengan demikian aku lepas dari mulut singa.
4:18 Dan Tuhan akan melepaskan aku dari setiap usaha yang jahat. Dia akan menyelamatkan aku, sehingga aku masuk ke dalam Kerajaan-Nya di sorga. Bagi-Nyalah kemuliaan selama-lamanya! Amin.
 
Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya
Bilangan 14:8

Bacaan: Bilangan 14:1-14
Setahun: Yesaya 40-42

Seorang ibu meminta anak sulungnya membeli sebotol minyak. Dalam perjalanan pulang, si sulung terjatuh. Minyak dalam botolnya tumpah separuh. "Bu, tadi saya jatuh dan menumpahkan minyak setengah botol," katanya. Hari berikutnya, giliran si bungsu yang diminta sang ibu untuk membeli minyak. Kejadian yang sama terulang. Dalam perjalanan pulang si bungsu terjatuh dan minyak yang dibawanya tumpah separuh. "Bu, tadi saya jatuh. Minyaknya tumpah, tetapi saya berhasil menyelamatkan separuhnya," katanya.

Kejadiannya sama, tetapi ada satu hal yang membedakan, yaitu cara pandang. Si sulung melihat pengalamannya secara negatif, sedang si bungsu melihat pengalamannya secara positif. Itu pula yang terjadi pada kedua belas orang pengintai yang diutus oleh Musa. Mereka melihat kenyataan yang sama. Namun, mereka pulang dengan laporan yang jauh berbeda. Sepuluh orang pengintai melihat dengan mata pesimis bahwa tantangan yang mereka lihat tidak mungkin diatasi. Sedangkan dua pengintai lainnya, Yosua dan Kaleb, melihat dengan optimis bahwa dengan pertolongan Tuhan Yang Mahabesar mereka akan mampu mengatasi segala tantangan yang ada di depan.

Kuncinya adalah berfokus pada hal-hal yang positif. Seperti si bungsu dalam cerita di atas, berfokus pada separuh minyak yang berhasil ia selamatkan; Yosua dan Kaleb, juga berfokus pada kasih, penyertaan, dan pemeliharaan Tuhan. Apakah kenyataan yang sedang Anda hadapi saat ini? Coba buat daftar hal baik apa saja yang ada di baliknya. Lalu fokuskan pikiran dan hati Anda pada hal-hal baik itu. Efeknya akan sangat berbeda —AYA

YANG PENTING BUKAN APA YANG TERJADI
TETAPI BAGAIMANA KITA MENYIKAPI
Bilangan 14:1-14
14:1 Lalu segenap umat itu mengeluarkan suara nyaring dan bangsa itu menangis pada malam itu.
14:2 Bersungut-sungutlah semua orang Israel kepada Musa dan Harun; dan segenap umat itu berkata kepada mereka: "Ah, sekiranya kami mati di tanah Mesir, atau di padang gurun ini!
14:3 Mengapakah TUHAN membawa kami ke negeri ini, supaya kami tewas oleh pedang, dan isteri serta anak-anak kami menjadi tawanan? Bukankah lebih baik kami pulang ke Mesir?"
14:4 Dan mereka berkata seorang kepada yang lain: "Baiklah kita mengangkat seorang pemimpin, lalu pulang ke Mesir."
14:5 Lalu sujudlah Musa dan Harun di depan mata seluruh jemaah Israel yang berkumpul di situ.
14:6 Tetapi Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune, yang termasuk orang-orang yang telah mengintai negeri itu, mengoyakkan pakaiannya,
14:7 dan berkata kepada segenap umat Israel: "Negeri yang kami lalui untuk diintai itu adalah luar biasa baiknya.
14:8 Jika TUHAN berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya.
14:9 Hanya, janganlah memberontak kepada TUHAN, dan janganlah takut kepada bangsa negeri itu, sebab mereka akan kita telan habis. Yang melindungi mereka sudah meninggalkan mereka, sedang TUHAN menyertai kita; janganlah takut kepada mereka."
14:10 Lalu segenap umat itu mengancam hendak melontari kedua orang itu dengan batu. Tetapi tampaklah kemuliaan TUHAN di Kemah Pertemuan kepada semua orang Israel.
14:11 TUHAN berfirman kepada Musa: "Berapa lama lagi bangsa ini menista Aku, dan berapa lama lagi mereka tidak mau percaya kepada-Ku, sekalipun sudah ada segala tanda mujizat yang Kulakukan di tengah-tengah mereka!
14:12 Aku akan memukul mereka dengan penyakit sampar dan melenyapkan mereka, tetapi engkau akan Kubuat menjadi bangsa yang lebih besar dan lebih kuat dari pada mereka."
14:13 Lalu berkatalah Musa kepada TUHAN: "Jikalau hal itu kedengaran kepada orang Mesir, padahal Engkau telah menuntun bangsa ini dengan kekuatan-Mu dari tengah-tengah mereka,
14:14 mereka akan berceritera kepada penduduk negeri ini, yang telah mendengar bahwa Engkau, TUHAN, ada di tengah-tengah bangsa ini, dan bahwa Engkau, TUHAN, menampakkan diri-Mu kepada mereka dengan berhadapan muka, waktu awan-Mu berdiri di atas mereka dan waktu Engkau berjalan mendahului mereka di dalam tiang awan pada waktu siang dan di dalam tiang api pada waktu malam.
 
... kekalahan yang besar telah diderita oleh rakyat; lagipula kedua anakmu, Hofni dan Pinehas, telah tewas, dan tabut Allah sudah dirampas ...
1 Samuel 4:17

Bacaan:
1 Samuel 4:16-22
Setahun: Yesaya 43-45

Tiga orang anak sedang bermain lomba adu cepat mobil-mobilan. Sebelum lomba dimulai, salah seorang anak tampak berdoa dengan khusyuk. Setelah lomba berakhir, ternyata anak yang berdoa itu memenangkan pertandingan. Seorang temannya bertanya, "Tadi sebelum lomba kamu berdoa supaya Tuhan membuat mobil-mobilanmu menang ya?" Anak itu menjawab, "Tidak. Saya berdoa kepada Tuhan, supaya kalau kalah saya tidak menangis."

Ketika bangsa Israel mengalami kekalahan hebat dalam peperangan melawan bangsa Filistin; tabut Allah dirampas, ditambah lagi kedua anaknya tewas, hingga Imam Eli amat sangat terpukul. Ia begitu syok, sampai kemudian terjatuh dan mati (ayat 18).

Menghadapi kekalahan memang tidak mudah. Bukan hanya dalam perkara-perkara besar, bahkan juga dalam hal-hal yang kelihatannya sepele, seperti ketika kita beradu pendapat dengan orang lain dalam sebuah diskusi. Tidak heran kalau kemudian banyak orang yang tidak bisa menerima kekalahan, kemudian merasa malu, marah, kecewa, dan kesal, setelah itu mengambek, menangis, bahkan mendendam. Tidak sedikit pula yang lantas malah membuat kesalahan dan memunculkan masalah baru.

Lalu, bagaimana caranya agar kita tidak tenggelam dalam kekalahan? Pertama, terimalah kekalahan sebagai bagian dari kehidupan. Hidup seperti roda yang berputar; ada saatnya kita berada di atas, ada saatnya kita berada di bawah. Kedua, lihatlah kekalahan sebagai sarana bagi kita untuk belajar rendah hati dan bergantung kepada Tuhan. Ketiga, ingatlah bahwa di balik setiap kejadian yang Tuhan izinkan terjadi pasti ada hikmahnya —AYA

KEKALAHAN TERBESAR ADALAH
KETIKA KITA TIDAK BISA MENERIMA KEKALAHAN


1 Samuel 4:16-22
4:16 Kata orang itu kepada Eli: "Aku datang dari medan pertempuran; baru hari ini aku melarikan diri dari medan pertempuran." Kata Eli: "Bagaimana keadaannya, anakku?"
4:17 Jawab pembawa kabar itu: "Orang Israel melarikan diri dari hadapan orang Filistin; kekalahan yang besar telah diderita oleh rakyat; lagipula kedua anakmu, Hofni dan Pinehas, telah tewas, dan tabut Allah sudah dirampas."
4:18 Ketika disebutnya tabut Allah itu, jatuhlah Eli telentang dari kursi di sebelah pintu gerbang, batang lehernya patah dan ia mati. Sebab telah tua dan gemuk orangnya. Empat puluh tahun lamanya ia memerintah sebagai hakim atas orang Israel.
4:19 Adapun menantunya perempuan, isteri Pinehas, sudah hamil tua. Ketika didengarnya kabar itu, bahwa tabut Allah telah dirampas dan mertuanya laki-laki serta suaminya telah mati, duduklah ia berlutut, lalu bersalin, sebab ia kedatangan sakit beranak.
4:20 Ketika ia hampir mati, berkatalah perempuan-perempuan yang berdiri di dekatnya: "Janganlah takut, sebab engkau telah melahirkan seorang anak laki-laki." Tetapi ia tidak menjawab dan tidak memperhatikannya.
4:21 Ia menamai anak itu Ikabod, katanya: "Telah lenyap kemuliaan dari Israel" --karena tabut Allah sudah dirampas dan karena mertuanya dan suaminya.
4:22 Katanya: "Telah lenyap kemuliaan dari Israel, sebab tabut Allah telah dirampas."
 
... tetapi supaya pekerjaan-pekerjaan Allah dinyatakan di dalam dia
Yohanes 9:3


Bacaan: Yohanes 9:1-7
Setahun: Yesaya 46-49

Keterlaluan! Di dekat seorang buta yang tidak berdaya, murid-murid bukannya memberi sedekah tetapi malah membicarakan mengapa orang itu buta. "Pasti karena telah berbuat dosa. Tetapi siapa yang berbuat dosa; orang buta ini sendiri atau orangtuanya, ya?" Begitulah obrolan para murid Yesus.

Orang buta itu telah sangat menderita dengan kebutaannya. Kalau orang-orang malah mencurigai dirinya atau orangtuanya telah melakukan dosa, dan lantas hanya mendiskusikan tentu ini hanya menambah penderitaannya. Murid-murid mungkin lupa bahwa mereka sendiri juga orang berdosa (Roma 3:23). Bahkan, jika orang buta itu buta secara jasmani, mereka mungkin saja malah lebih parah, yakni buta rohani.

Yesus tidak terjebak dalam obrolan yang tidak membangun itu. Dia memilih melakukan sesuatu; menyembuhkan mata orang buta itu. Dan yang mengejutkan, Yesus juga berkata: "... bukan dia dan bukan juga orangtuanya, tetapi supaya pekerjaan-pekerjaan Allah dinyatakan di dalam dia" (ayat 3). Bisa dibayangkan, betapa senangnya si buta mendengar hal itu! Pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dirinya? Wow! Sebelum berjumpa Yesus, baginya semua gelap. Hidupnya serasa hampa tidak berguna. Tak ada yang peduli, apalagi melibatkannya dalam aktivitas. Namun, segalanya berbeda setelah berjumpa Yesus. Sang Terang dunia bukan saja menyembuhkan, tetapi bahkan mau melibatkannya dalam pekerjaan Allah!

Kita, daripada membicarakan dosa orang lain, marilah perbincangkan pekerjaan di ladang Tuhan, yang harus kita kerjakan selagi hari masih siang —MNT

MILIKILAH MATA YANG MELIHAT SEPERTI TUHAN MELIHAT


Yohanes 9:1-7
9:1 Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya.
9:2 Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: "Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?"
9:3 Jawab Yesus: "Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.
9:4 Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja.
9:5 Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia."
9:6 Setelah Ia mengatakan semuanya itu, Ia meludah ke tanah, dan mengaduk ludahnya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi
9:7 dan berkata kepadanya: "Pergilah, basuhlah dirimu dalam kolam Siloam." Siloam artinya: "Yang diutus." Maka pergilah orang itu, ia membasuh dirinya lalu kembali dengan matanya sudah melek
 
Remember the Lord in all you do, and He will give you success.
Proverbs 3:6 NIV


Daily Bible Reading:
Proverbs 1-4, 1 Thessalonians 2


Cartoonist, Walt Kelly, once pictured his character, Pogo, fishing, when a duck asks him, "Have you seen my cousin? He's migrating north by kiddy car." Pogo exclaims, "By kiddy car?" "Yep," says the duck, "He's afraid to fly in case he falls into the water." Pogo says, "Why doesn't he swim?" The duck responds, "He gets seasick." Pogo replies, "When your cousin decided to be a duck, he chose the wrong business!"

Blessed is the duck that walks like a duck, quacks like a duck, and does what ducks are supposed to do. Only then will he succeed! Want to be successful? Follow these guidelines, based on S.E.C.R.E.T.S.

(a) Sense of purpose: Write down your goals and review them regularly. Jesus said, "Blessed are the meek [focused]: for they shall inherit the earth" (Matthew 5:5). (b) Excellence: Need a standard to reach for? "Work… as if… for the Lord" (Colossians 3:23 NCV). (c) Contribution: "God is fair; He will not forget the work you did [for others]" (Hebrews 6:10 NCV). (d) Responsibility: Take responsibility for your actions. "A man who refuses to admit his mistakes can never be successful" (Proverbs 28:13 TLB). (e) Effort: Without hard work, success is impossible. "Diligence brings wealth" (Proverbs 10:4 TM). (f) Time management: Time is the one thing you can't get more of. Listen, "Teach us to live wisely and well" (Psalm 90:12 TM). (g) Stick with it: "We will receive our harvest… if we do not give up" (Galatians 6:9 NCV). There's the formula - now put it to work!
 
Underneath are the everlasting arms.
Deuteronomy 33:27 NIV


Daily Bible Reading:
John 4:4-26, John 7:37-41, Exodus 17:1-7, Isaiah 35:1-7


During World War II, six-year old Jill Briscoe's family was evacuated to the English Lake District. Recalling a particularly scary night, she writes, "A storm had broken over our heads. Rain, like giant tears, slashed against the window and thunder grumbled. I didn't like storms, and I was old enough to understand that an even bigger storm was raging, a war involving the entire world. But it seemed far away. The fire was warm and my father was relaxed in his big chair. Suddenly, aware that I needed reassurance, he put down his paper and smiled, 'Come here, little girl,' he said in his quiet but commanding voice. And then I was safe in his arms, lying against his shoulder and feeling the beat of his heart.

"Looking back, I realise how my Heavenly Father shelters me from the storms of life. When sorrow swamped me at my mother's funeral, I sought reassurance in my Father's presence. When the winds of worry whipped away my confidence as I faced gangs of young people in street evangelism, I glanced up to see my Father's face. When floods of fear rose as I waited in hospital for the results of frightening tests, I sensed my Heavenly Father say, 'Come here, little girl.' I climbed into His arms, leaned against His shoulder and murmured, 'Ah, this is a grand place to be.'"

The Bible says, "The eternal God is your refuge, and underneath are the everlasting arms" (Deuteronomy 33:27). If life's storms are overwhelming you, climb up into your Heavenly Father's arms, feel the beat of His heart, and rest assured He's bigger than the storm you're facing.
 
Sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya.
Yoh 11:15b


Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 49; Titus 3; Yesaya 51-52

Kemampuan memprioritaskan pekerjaan memang sangat dibutuhkan. Apalagi ketika kita harus berhadapan dengan banyak pekerjaan di tengah minimnya tenaga yang ada. Hal ini juga yang dialami oleh Yesus dan murid-muridNya dalam pelayanan mereka.

Dalam Alkitab, kita melihat bagaimana Yesus dan murid-muridNya seringkali diminta menyembuhkan orang sakit di samping mewartakan Firman Allah. Salah satunya ketika Yesus diminta meyembuhkan Lazarus yang sedang sakit keras.

Anehnya, Yesus malah menunda sampai 2 hari sebelum menolong Lazarus (ayat 6). Mungkin kita berpikir Yesus lelah dan harus beristirahat dulu. Namun, tidakkah menolong orang sakit jauh lebih penting daripada sekedar beristirahat? Tapi Yesus melihat bahwa jauh lebih penting menyatakan kemuliaan Allah dan agar Anak Allah dimuliakan (ayat 4) sekaligus mengajar murid-muridNya percaya (ayat 14 dan 15). Lagipula menyembuhkan orang sakit sudah menjadi hal yang biasa. Sebaliknya, membangkitkan orang mati jelas akan memberi dampak yang luar biasa (ayat 45).

Pekerjaan mendadak di tengah pekerjaan lain yang sedang dikerjakan memang sering terasa menyebalkan. Namun, bukan berarti kita dapat mengabaikannya. Sebagaimana Yesus, kita juga perlu belajar melihat prioritas dalam pekerjaan kita. Kita perlu melihat kepentingan di balik pekerjaan tersebut, lalu mengerjakannya sepenuh hati pula. Siapa tahu dengan demikian, kita akan memberi dampak yang luar biasa bagi perusahaan.


Pertimbangkan baik-baik sebelum menolak atau menerima pekerjaan yang mendadak.
 
Sebab oleh karena pekerjaan Kristus ia nyaris mati dan ia mempertaruhkan jiwanya untuk memenuhi apa yang masih kurang dalam pelayananku kepadamu.
Filipi 2:30


Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 50; Filipi 1; Yesaya 53-54

Belakangan ini, kegigihan untuk bekerja dan memberikan yang terbaik, jarang ditemui. Sebaliknya yang lebih sering dijumpai adalah semangat untuk bekerja asal-asalan. Datang ke kantor hanya untuk minum kopi, membaca koran, ngobrol, merokok, dan akhirnya tidur. Kondisi ini berlangsung dari hari ke hari sehingga sangat merugikan institusi di mana orang ini bekerja. Ironis memang, apalagi kalau itu dilakukan oleh pekerja berlabel "Kristen".

Paulus beruntung karena mendapat banyak rekan sekerja yang berbeda dengan mentalitas di atas. Kalaupun ada, jumlahnya bisa dihitung. Selebihnya, mayoritas rekan pelayanan Paulus adalah pekerja-pekerja Kristus dengan semangat juang yang gigih.

Salah satu contohnya adalah Epafroditus yang bukan saja bekerja sebaik-baiknya, tetapi juga rela mempertaruhkan nyawanya. Kondisi yang sakit dan membuatnya hampir mati, tak dihiraukannya. Semua itu bukanlah alasan untuk berhenti dari semangat memberikan persembahan terbaik.

Apa yang dialami Paulus tentu juga menjadi kerinduan setiap pemimpin terhadap pekerjanya. Adakah kita dapat memenuhi kerinduan itu? Siapkah kita memberi jawaban, "Sayalah orang yang Anda cari!" ketika pemimpin mendambakan pekerja yang all out dalam tugasnya? Jawabannya ada di tangan kita.


Mungkinkah kita belum maksimal dalam bekerja?
 

... dan kamu akan mengetahui kebenaran,
dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu

Yohanes 8:32


Bacaan: Yohanes 8:30-36
Setahun: Yesaya 64-66

Banyak orang terkadang "putus asa" menjalani hidup berimannya. Perbuatan-perbuatan yang berlawanan dengan kehendak Allah masih terus dilakukan. Dalam hati tidak ingin melakukan, tetapi nyatanya berkali-kali masih terulang. Berulang kali berjanji, tetapi terus gagal. Bahkan ada orang yang marah pada diri sendiri karena terus jatuh dalam lubang yang sama dengan mengulangi dosa yang sama. Dan, akhirnya menjadi budak dosa untuk selamanya.

Hari ini firman Tuhan mengingatkan bahwa sesungguhnya dalam keadaan demikian, kita tidak usah putus asa, apalagi terus menerus menyalahkan diri. Tuhan Yesus memberikan solusi. "Tetap dalam firman-Ku" (ayat 31). Istilah "tetap" berarti setiap saat, selalu—bukan kadang-kadang, dalam setiap aspek hidup kita. Jika firman Tuhan menguasai mulut, tentu perkataan kita akan terkontrol. Jika firman Tuhan menguasai kepala, pasti pikiran kita selalu tertuju kepada Yesus. Jika firman menguasai langkah, pasti kita tidak berjalan ke tempat yang berdosa. Pada saat itulah, kebenaran itu akan memerdekakan kita (ayat 32). Yah, memerdekakan kita, karena sekalipun kita bukan keturunan hamba, tetapi pada saat kita masih melakukan dosa maka kita adalah hamba dosa (ayat 34).

Kita perlu terus-menerus berjuang melawan dosa. Jangan menyerah. Untuk itu, kita perlu selalu dekat dengan firman-Nya. Betul, kita tidak akan seketika menjadi manusia suci tanpa cela, tetapi firman Tuhan akan mengingatkan dan menolong tetap berjalan di jalur yang benar. Hidupilah firman-Nya, akrabi, maka kebenaran itu memerdekakan kita —MZ


MELAKUKAN FIRMAN MENOLONG KITA
HIDUP SESUAI KEHENDAK-NYA


Yohanes 8:30-36
8:30 Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepada-Nya.
8:31 Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku
8:32 dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."
8:33 Jawab mereka: "Kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapapun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?"
8:34 Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa.
8:35 Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah.
8:36 Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka."
 
Sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga
dan percaya bahwa ia akan menjadi bapak banyak bangsa,
menurut yang telah difirmankan

Roma 4:18


Bacaan: Kejadian 12:1-4
Setahun: Yeremia 1-4


Setelah lebih dari 25 tahun mengabdi, Pak Riko dimutasi oleh atasannya dari kantor pusat di Jakarta ke kantor cabang di Palangkaraya. Pak Riko panik. Baginya hanya ada dua pilihan: mutasi atau berhenti. Pindah ke tempat baru sungguh tak terbayangkan. Ia sudah mapan. Seluruh keluarganya ada di Jakarta. Istri dan keempat anaknya juga sudah puluhan tahun tinggal di Jakarta. Pindah tempat berarti harus memulai lagi semuanya dari nol.

Meninggalkan kemapanan hidup memang bukan perkara mudah. Ketika Abram dipanggil Tuhan untuk meninggalkan negerinya, ia pun pasti bergumul berat. Pada usia 75 tahun, Abram tentu sudah sangat mapan. Sudah menyatu dengan lingkungan Ur-Kasdim. Lantas, mengapa Tuhan menyuruhnya pergi jauh? Rupanya Abram hidup dalam lingkungan penyembah "allah lain" (Yosua 24:2). Keluarga dan masyarakatnya menyembah dewa-dewi Babel. Setelah Abram beriman, Tuhan memintanya pergi membangun sebuah generasi baru yang takut akan Tuhan. Ada janji yang indah: dari Abram akan lahir bangsa yang besar. Namun janji itu baru terwujud jika ia berani meninggalkan kemapanan. Akhirnya Abram berangkat juga. Apa dasarnya? Iman! Imanlah yang memberanikan orang menerobos kemapanan.

Ada saat dalam hidup di mana kita perlu meninggalkan zona nyaman. Misalnya, saat pindah kerja, membuka bisnis baru, memasuki pernikahan, atau saat kita kehilangan apa yang kita andalkan. Jika saat itu tiba, jangan takut melangkah. Jangan menunggu sampai semua sudah tampak pasti, baru bertindak. Beriman berarti memberanikan diri melangkah dengan terus melihat ke mana Tuhan akan memimpin —JTI


KITA BERANI MAJU KARENA MEYAKINI PIMPINAN TUHAN
BUKAN KARENA KEPASTIAN MASA DEPAN


Kejadian 12:1-4
12:1 Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;
12:2 Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat.
12:3 Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat."
12:4 Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya, dan Lotpun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran.
 
Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan,
sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya,
hidupnya tidaklah tergantung pada kekayaannya itu

Lukas 12:15


Bacaan: Lukas 12:13-21
Setahun: Yeremia 5-7

Banyak pengusaha sukses dunia saat ini telah menunjukkan kedermawanan. Mereka menyisihkan sejumlah besar kekayaan yang mereka punya untuk membangun karya kasih bagi kemanusiaan. Sebut saja misalnya Henry Ford—pengusaha otomotif, Bill Gates—pendiri Microsoft, Larry Page dan Sergey Brinn—pemilik Google. Mereka tidak mengumpulkan kekayaan hanya untuk diri sendiri, tetapi mau berbagi dengan sesama yang membutuhkan. Mereka telah memberi sumbangsih sangat besar bagi dunia pendidikan, pengentasan kemiskinan, penanggulangan kesehatan, dan bencana alam.

Tuhan Yesus menceritakan perumpamaan tentang seorang kaya yang bodoh. Orang itu mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, bersikap tamak, dan berpikir bahwa dengan menjadi kaya maka semua urusannya pasti beres. Kepada orang yang demikian, Tuhan Yesus berkata, "Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil darimu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?" (ayat 20).

Memang berbahaya kalau kita hanya sibuk mengumpulkan kekayaan untuk diri sendiri. Sebab betapapun harta kekayaan—seperti juga jabatan dan popularitas—tidaklah abadi. Cepat atau lambat akan kita tinggalkan. Maka, bila kita diberkati dengan kekayaan lebih, baiklah kita menjadikan itu juga sebagai berkat bagi sesama yang membutuhkan. Itu akan jauh lebih berarti. Sebab nilai seseorang tidak ditentukan oleh seberapa banyak kekayaan yang ia kumpulkan, tetapi oleh seberapa besar hidupnya menjadi berkat dan mendatangkan kesukaan bagi sesamanya. Oleh karena itu, jangan biarkan hati kita dijerat oleh ketamakan akan harta benda —AYA


TAMAK DAN HANYA MEMIKIRKAN DIRI SENDIRI
ADALAH AWAL KEHANCURAN


Lukas 12:13-21
12:13 Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: "Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku."
12:14 Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?"
12:15 Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."
12:16 Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: "Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya.
12:17 Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku.
12:18 Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku.
12:19 Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!
12:20 Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?
12:21 Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah."
 
Berbahagialah setiap orang yang takut akan Tuhan,
yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!

Mazmur 128:1


Bacaan: Matius 5:1-12
Setahun: Yeremia 8-11


Dalida adalah ratu kecantikan Mesir tahun 1955. Ia kemudian hijrah ke Paris. Di sana ia berhasil menjadi penyanyi dan pemain film terkenal. Kariernya sukses, kekayaannya berlimpah. Namun, toh Dalida merasa hidupnya sangat malang. Suaminya, Lucien Morisse, meninggal karena bunuh diri. Begitu juga Luigi Tenco, kekasihnya. Kenyataan itu membuat Dalida sangat terpukul. Akhirnya di tengah ketenaran dan kekayaannya, ia memutuskan untuk bunuh diri. Ia menulis sepucuk surat: "Beban hidup sungguh tak tertanggungkan." Begitulah, keberhasilan lahiriah bukan jaminan kebahagiaan. Kebahagiaan tidak diukur oleh seberapa besar kekayaan dan popularitas yang kita miliki.

Bacaan hari ini merupakan bagian dari khotbah Yesus di bukit (Matius 5-7) di bawah judul Ucapan Bahagia. Berulang-ulang dikatakan "berbahagialah", yang dalam bahasa Yunaninya: makarios, yaitu kebahagiaan yang lengkap, utuh, sempurna. Itulah kebahagiaan sejati. Bagaimana meraihnya?

1. Hidup sepenuhnya mengandalkan kekuatan Allah (ayat 3).
2. Selalu bersedia peduli dan berbagi dengan sesama (ayat 4, 7).
3. Rendah hati dan panjang sabar (ayat 5).
4. Gigih berjalan dalam kebenaran, apa pun risiko yang harus
ditanggung (ayat 6,10).
5. Menjaga hati, menjauhi sikap bermusuhan dan pikiran buruk terhadap
orang lain (ayat 8,9).

Jadi jelaslah bahwa kebahagiaan sejati tidak tergantung pada hal-hal di luar diri, seperti kekayaan, popularitas, dan jabatan. Kebahagiaan sejati bersemi dalam hati, dan memancar keluar; dalam tindakan dan ucapan —AYA


KEBAHAGIAAN SEJATI
TIDAK DAPAT DILEPASKAN DARI TUHAN

Matius 5:1-12
5:1 Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya.
5:2 Maka Yesuspun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya:
5:3 "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
5:4 Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
5:5 Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.
5:6 Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.
5:7 Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.
5:8 Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.
5:9 Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
5:10 Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
5:11 Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.
5:12 Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu."
 
Ia mengulurkan tangan-Nya, menyentuh orang itu dan berkata kepadanya,
”Aku mau, jadilah engkau tahir”

Markus 1:41

Bacaan: Markus 1:40-45
Setahun: Yeremia 12-14

Mana lebih baik: Mau, tetapi tak mampu? Atau mampu, tetapi tak mau? Mana pula yang lebih sering kita lakukan dalam kehidupan? Banyak orang mampu, tetapi tak banyak yang mau menggunakannya secara penuh untuk meningkatkan mutu kehidupan orang lain.

Si kusta menyapa Yesus, "Kalau Engkau mau, Engkau dapat ...." Yesus menjawab dengan sederhana, namun sungguh melegakan: "Aku mau." Dengan jawaban ini Yesus menunjukkan bahwa Dia sangat mengerti kondisi si kusta. Sebagai pesakitan kusta, orang itu harus menandai dirinya dengan pakaian khusus dan teriakan peringatan agar tak seorang pun mendekatinya. Untuk makan, ia harus menunggu kiriman keluarganya tanpa perlu bertemu muka. Kusta adalah penyakit yang dianggap begitu menjijikkan, bahkan dianggap hukuman Allah yang menajiskan orang. Tak heran bila ia mengalami kesedihan yang dalam karena penyakitnya. Itu sebabnya ia hanya berani meminta dengan cemas sambil berharap, "Kalau Engkau mau ..." Ini berarti bila Yesus tidak mau, maka ia akan mengerti. Namun, Yesus sangat memahami isi hati si kusta. Karena itu sebelum melakukan penyembuhan fisik, Yesus menyentuh hati si kusta yang luka dengan berkata penuh pengertian, "Aku mau ... jadilah engkau tahir"

Kita belajar bahwa yang penting bagi pelayanan Yesus bukan sekadar menyembuhkan penyakit, namun juga memberi harapan baru bagi mereka yang lelah dan lesu jiwanya. Melalui tindakan dan kata-katanya, Yesus memberi semangat hidup bagi orang yang mati harapannya. Inilah teladan kita. Mari ikuti dan teruskan karya-Nya —DKL


DALAM MELAYANI SESAMA
LIBATKAN TUHAN UNTUK MEMULIHKAN HATI MEREKA


Markus 1:40-45

1:40 Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya: "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku."
1:41 Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: "Aku mau, jadilah engkau tahir."
1:42 Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir.
1:43 Segera Ia menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras:
1:44 "Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada siapapun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan, yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka."
1:45 Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya kemana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota. Ia tinggal di luar di tempat-tempat yang sepi; namun orang terus juga datang kepada-Nya dari segala penjuru.
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.