• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

metta?....bagaimana cara memancarkannya?

benar kata bro carodhammo,
yang mengajarkan vegetarian total hanya di aliran spritual india....

dan di aliran2 itu, TIDAK diharuskan disumpah untuk bervegetarian..
itulah kesalahan fatal di aliran maitreya, seseorg harus disumpah utk vegetarian.

mengapa aliran2 itu tidak perlu sumpah utk menjalankan pola hidup vegetarian ?
Karena mereka diberi pengertian secara mendalam.. dan tujuan mereka jelas, yaitu megarah ke jalan spiritual, yang tidak lain berarti mendalami meditasi hingga mencapai realisasi.
Mereka tidak disumpah karena juga bahwa tidak setiap saat vegetarian bisa dilakukan, spt: saat perang, sakit keras, dll..
Intinya adalah prajna/panna harus digunakan dalam menjalankan pola hidup bervegetarian, dan bukan sesuatu yg kaku. Tapi ber tujuan yg jelas, yaitu: utk mendukung kehidupan dan latihan spritual.

dan kita lihat di aliran maitreya.. vegetarian dijadikan alat dagangan saja, utk promosi aliran.. bahwa aliran mereka "lebih suci" krn vegetarian.
Tapi tujuan vegetarian mereka sangatlah dangkal... mungkin hanya sebatas cinta kasih kpd hewan/binatang...
mereka beranggapan bahwa dgn vegetarian, mereka bisa menumbuh kembangkan cinta kasih kepada hewan/binatang.
Itu hanya benar sebagian.
Dalam menjalani kehidupan..manusia tidak luput dari mengorbankan makhluk hidup lainnya utk kelangsungan hidup.
Jangan lupa TUMBUHAN2 juga makhluk hidup.
Di sini kita bisa mengetahui, sejauh apa definisi makhluk hidup di aliran maitreya.
 
@caro....peace...peace caro.....

Umat seharusnya tidak memberi Bhante makanan daging hewan, jika umat itu memberikan baik itu sengaja maupun tidak berarti umat itu melanggar sila pertama. Menimbun karma buruk , karena penjagal menangkap atau membunuh demi anda2 yang doyan daging. Mereka membunuh demi anda. Anda yang bertanggung jawab atas timbunan karma buruk seperti posting @ caro. gautama mengatakan jangan memberi makanan yg tidak pantas.
Bhante itu ga punya dapur, diberi apapun dia makan, asal saat makan Bhante ini tidak tergiur. bhante harus bersikap makan untuk hidup. Daging pun dia lahap karena Gautama sudah mengingatkan jangan memberi tathagata makanan yg tidak pantas. Anda yg akan menimbun karma buruk itu. Bhante tidak. Anda pikir telah berbuat dana dengan memberi makan Bhante, benar..kalo makanan itu adalah yg pantas yakni Bebas dari rasa sakit dan tekanan mental......kalo yg tidak pantas maka tahulah sendiri apa yg anda timbun.

Kondisi untuk seorang yg tidak ada dapur , mereka tidak bisa memilih. Gautama tidak mungkin terus terang meminta disediakan sayur saja . Karena seorang tathagata tidak boleh memilih. Tapi secara tersirat tathagata berkata : jangan memberi makanan yg tidak pantas. ....mana ada daging yang pantas ? Yg bebas dari rasa sakit dan tekanan mental saat di gorok ?
Karena tidak ada daging yg pantas , mo makan apa ?

Orang2 yg meat lover berkata, tak ada makanan yg bebas rasa sakit, bahkan tumbuhan juga.

Untuk mempertahankan keinginan nafsu akan daging mereka mencari pembenaran, bahkan menyerang institusi yg bervegetarian. Jika demikian maka tidak ada lagi yg perlu dibahas tentang makan daging dan vegetarian.

Kembali pada Metta...bagaimana ada Metta jika rasa peduli akan mahluk yg di atas meja makan saja tidak ada ? Tak ada rasa peduli, lalu bagaimana memancarkan Metta ?

Jalan sang Budha telah dipelintir, mengaku sebagai pewaris jalan orthodok. Mengaku sebagai pewaris jalan murni sang Budha.
Saya tidak tahu , apakah itu wajah yg sesungguhnya ? Atau hanya segelintir yang tak tahu apa2 , yg sok tahu, Yg mana sebenarnya tidak orisinil sesungguhnya...
 
@caro....peace...peace caro.....

Umat seharusnya tidak memberi Bhante makanan daging hewan, jika umat itu memberikan baik itu sengaja maupun tidak berarti umat itu melanggar sila pertama. Menimbun karma buruk , karena penjagal menangkap atau membunuh demi anda2 yang doyan daging. Mereka membunuh demi anda. Anda yang bertanggung jawab atas timbunan karma buruk seperti posting @ caro. gautama mengatakan jangan memberi makanan yg tidak pantas.
Bhante itu ga punya dapur, diberi apapun dia makan, asal saat makan Bhante ini tidak tergiur. bhante harus bersikap makan untuk hidup. Daging pun dia lahap karena Gautama sudah mengingatkan jangan memberi tathagata makanan yg tidak pantas. Anda yg akan menimbun karma buruk itu. Bhante tidak. Anda pikir telah berbuat dana dengan memberi makan Bhante, benar..kalo makanan itu adalah yg pantas yakni Bebas dari rasa sakit dan tekanan mental......kalo yg tidak pantas maka tahulah sendiri apa yg anda timbun.

Kondisi untuk seorang yg tidak ada dapur , mereka tidak bisa memilih. Gautama tidak mungkin terus terang meminta disediakan sayur saja . Karena seorang tathagata tidak boleh memilih. Tapi secara tersirat tathagata berkata : jangan memberi makanan yg tidak pantas. ....mana ada daging yang pantas ? Yg bebas dari rasa sakit dan tekanan mental saat di gorok ?
Karena tidak ada daging yg pantas , mo makan apa ?

Orang2 yg meat lover berkata, tak ada makanan yg bebas rasa sakit, bahkan tumbuhan juga.

Untuk mempertahankan keinginan nafsu akan daging mereka mencari pembenaran, bahkan menyerang institusi yg bervegetarian. Jika demikian maka tidak ada lagi yg perlu dibahas tentang makan daging dan vegetarian.

Kembali pada Metta...bagaimana ada Metta jika rasa peduli akan mahluk yg di atas meja makan saja tidak ada ? Tak ada rasa peduli, lalu bagaimana memancarkan Metta ?

Jalan sang Budha telah dipelintir, mengaku sebagai pewaris jalan orthodok. Mengaku sebagai pewaris jalan murni sang Budha.
Saya tidak tahu , apakah itu wajah yg sesungguhnya ? Atau hanya segelintir yang tak tahu apa2 , yg sok tahu, Yg mana sebenarnya tidak orisinil sesungguhnya...

yang bilang anda dan itu pandangan anda.


====
jika kita sering memakai bahan kayu...seperti lemari,meja,dll...apa bisa di bilang kita juga mendukung penebangan hutan liar karena kebutuhan akan kayu?
pahami lah pikiran anda.
saya pikir masalah daging sudah cukup jelas....
=====

wah,,,saya tidak tahu siapa yang anda maksud dengan mereka.
tapi kita umat theravada makan apa saja yang tersedia...baik daging maupun sayur....asal halal^^ dan patut dihargai serta disyukuri / puas

salam metta....
 
Bukan makan apa yg tersedia, tapi lebih tepatnya memesan apa yang tersedia dan apa yg disukai. Jangan dipelintir, bedanya jauh.

Itu sah2 saja. Peace.....

Janganlah memberi makanan yg tidak pantas.
Ada rasa sakit dan tekanan mental saat lehernya digorok.
Diduga penjagal membunuh hewan2 demi permintaan meat lovers.
Makanan itu tidak pantas.......menghentikan hidup mahluk tersebut dengan menimbulkan rasa sakit dan tekanan mental.
 
@caro....peace...peace caro.....

Umat seharusnya tidak memberi Bhante makanan daging hewan, jika umat itu memberikan baik itu sengaja maupun tidak berarti umat itu melanggar sila pertama. Menimbun karma buruk , karena penjagal menangkap atau membunuh demi anda2 yang doyan daging. Mereka membunuh demi anda. Anda yang bertanggung jawab atas timbunan karma buruk seperti posting @ caro. gautama mengatakan jangan memberi makanan yg tidak pantas.
Bhante itu ga punya dapur, diberi apapun dia makan, asal saat makan Bhante ini tidak tergiur. bhante harus bersikap makan untuk hidup. Daging pun dia lahap karena Gautama sudah mengingatkan jangan memberi tathagata makanan yg tidak pantas. Anda yg akan menimbun karma buruk itu. Bhante tidak. Anda pikir telah berbuat dana dengan memberi makan Bhante, benar..kalo makanan itu adalah yg pantas yakni Bebas dari rasa sakit dan tekanan mental......kalo yg tidak pantas maka tahulah sendiri apa yg anda timbun.

Kondisi untuk seorang yg tidak ada dapur , mereka tidak bisa memilih. Gautama tidak mungkin terus terang meminta disediakan sayur saja . Karena seorang tathagata tidak boleh memilih. Tapi secara tersirat tathagata berkata : jangan memberi makanan yg tidak pantas. ....mana ada daging yang pantas ? Yg bebas dari rasa sakit dan tekanan mental saat di gorok ?
Karena tidak ada daging yg pantas , mo makan apa ?

Orang2 yg meat lover berkata, tak ada makanan yg bebas rasa sakit, bahkan tumbuhan juga.

Untuk mempertahankan keinginan nafsu akan daging mereka mencari pembenaran, bahkan menyerang institusi yg bervegetarian. Jika demikian maka tidak ada lagi yg perlu dibahas tentang makan daging dan vegetarian.

Kembali pada Metta...bagaimana ada Metta jika rasa peduli akan mahluk yg di atas meja makan saja tidak ada ? Tak ada rasa peduli, lalu bagaimana memancarkan Metta ?

Jalan sang Budha telah dipelintir, mengaku sebagai pewaris jalan orthodok. Mengaku sebagai pewaris jalan murni sang Budha.
Saya tidak tahu , apakah itu wajah yg sesungguhnya ? Atau hanya segelintir yang tak tahu apa2 , yg sok tahu, Yg mana sebenarnya tidak orisinil sesungguhnya...

Siapa yang anda maksud dengan "mereka" yang mencari pembenaran bahkan menyerang institusi yang bervegetarian? Bila saya termasuk, kapan saya menyerang institusi yang bevegetarian? tolong qoute kata2 saya. Harap bedakan kata2 mempertanyakan alasan mereka bervegetarian dengan menyerang mereka bervegetarian.

@Akiong, tolong anda jawab juga pertanyaan2 saya yang terdahulu di thread ini jangan menghindar terus, supaya saya tidak lagi sok tahu dan sok mengerti.

Anda berkata seperti ini "bagaimana ada Metta jika rasa peduli akan mahluk yg di atas meja makan saja tidak ada ? Tak ada rasa peduli, lalu bagaimana memancarkan Metta ?" sekarang pertanyaannya adalah
Bagaimana memancarkan metta terhadap binatang yang masih anda bunuh / anda sakiti / anda ganggu walaupun itu jarang. Contoh binatang yang kemungkinan anda bunuh Nyamuk, semut, lalat. Contoh binatang yang anda sakiti atau ganggu Tikus dan laba2 (menghancurkan sarangnya). Tentunya selain berdoa Kepada Sang Kesadaran Tertinggi.

Bagaimana anda tahu bahwa Sang Kesadaran Tertinggi berkenan untuk mengijinkan/ malah tidak mengijinkan anda untuk memancarkan Metta? Dan bila tidak mengijinkan maka tidak ada gunanya anda memancarkan Metta, benar atau tidak?

Mengapa sang kesadaran tertinggi tidak membiarkan semua manusia langsung dapat memancarkan Metta? karena banyak manusia yang bukan penganut ajarannya.

Anda selalu bilang seseorang mencapai tingkat mental tertentu baru bisa memancarkan Metta tanpa berdoa terlebih dahulu. Bagaimana mencapai kondisi itu untuk orang non vegetarian kalau segala sesuatu harus bervegetarian terlebih dahulu? kalo anda bilang seperti itu berarti ada jalannya loh untuk mencapai kondisi yang anda maksud.

Tolong berikan nama Nabi yang mengajarkan Vegetarian dan tolong postingkan ajarannya. Tidak perlu deh sutta yang menerangkan / mengatakan sang Buddha adalah vegetarian, karena aliran anda bersumber dari banyak Nabi, jadi mohon salah satu nabi yang mengajar dialiran anda saja. Tentunya Nabi yang diketahui dan di akui oleh dunia.

Tolong di perjelas Akusala Garukha Kamma di aliran anda, biar semuanya lebih paham dan tidak menyerang aliran anda lagi.
--> Ilustrasi,
1. Hukum dengan jelas memberitahukan bahwa memakai/membawa/mengedarkan narkoba akan masuk penjara atau bahkan dinegara tertentu akan di hukum mati.
2. Hukum dengan jelas mengatakan bahwa membunuh akan masuk penjara atau bahkan dinegara tertentu akan di hukum mati.
--> Bila anda bilang ga perlu di bahas karena tidak perlu intimidasi, apakah Hukum2 diatas adalah intimidasi? saya rasa tidak karena itu adalah pemberi tahuan atas apa konsekuensi yang akan didapat jika melanggarnya. Atau memang cara intimidasi ini sering digunakan di aliran anda? Jadi tolong jelaskan, bila garukha akusala kamma sama dengan rekan anda yang terdahulu, tolong berikan sutta atau apapun yang memberitahu hal ini. Bila tidak sama tapi ada akusala garukha kamma tolong jelaskan. bila tidak ada akusala garukha kamma, mengapa anda berkata tidak perlu ada intimidasi?

btw, saya tahu siapa yang orisinil dan tidak dari posting anda diatas. dan siapa yang sok tahu. jadi supaya saya tidak sok tahu dan sok mengerti, sehingga memelintir kata2 sang Buddha, tolong beritahu jawaban2 diatas.

Thanks
 
seperti saya katakan sebelumnya, Budha gautama menganjurkan vegetarian. simak saja sendiri, posting anda ttg sutta itu.

Kami bisa berdoa , memohon cahaya kasih lao Mu turun, tidak seperti anda tidak berdoa.

Setiap mahluk memiliki Karmanya masing2, karenanya kesadaran tertinggi tidak bisa secara otomatis turun tangan. Karena sudah ada mekanismenya. kecuali anda meminta , kami memutar.AMKM.

Metta bisa dibangkitkan dengan baca sutta atau cerita sejenisnya. Tetapi untuk memancarkan metta, itu diperlukan kekuatan Metta yg besar. Orang2 yg makan daging di mangkoknya tidak akan pernah bisa. kecuali ada bantuan dari luar untuk membangkitnya, atau orang tersebut meditasinya sudah bisa masuk jhanna.

akusala garukha kamma, saya tidak menguasainya. sorry saja , cari yg ahlinya saja. atau cari yg pencetusnya. saya tidak pernah mengkaji hal tersebut.
 
@Akiong, anda mengatakan sang Buddha mengajurkan vegetarian dari kalimat berikut?

9. "Demikianlah yang saya maksudkan, Bhante."
"Jivaka, ia yang membunuh makhluk hidup untuk Tathagata atau murid Tathagata adalah menimbun banyak kamma buruk (apunna) dalam lima cara yaitu dalam hal ini, ketika ia berkata: 'Pergi dan tangkap seekor binatang', inilah cara pertama ia menimbun banyak kamma buruk. Selanjutnya, sementara binatang itu ditangkap, binatang ini menderita kesakitan dan tekanan batin sebab kerongkongannya terasa sakit, inilah cara kedua menimbun kamma buruk. Begitu pula ketika ia berkata: 'Pergi dan bunuh binatang itu', inilah cara ketika ia menimbun banyak kamma buruk. Sementara binatang itu dibunuh, binatang itu mengalami kesakitan dan penderitaan, inilah cara keempat ia menimbun banyak kamma buruk. Demikian pula, bilamana ia memberi kepada Tathagata atau muridnya sesuatu yang tidak pantas diberikan, inilah cara kelima ia menimbun kamma buruk. Jivaka, ia yang membunuh makhluk hidup (binatang) untuk Tathagata atau muridnya adalah menimbun kamma buruk dalam lima cara ini."


tapi anda harus baca secara keseluruhan tidak bisa mengambil satu kalimat itu saja. bagaimana dengan kalimat ini

3. "Jivaka, mereka yang mengatakan mereka membunuh makhluk hidup untuk petapa Gotama dan petapa Gotama dengan sadar makan daging (binatang) yang dibunuh dengan maksud dan khusus menyediakannya untuk Beliau --- pernyataan ini tidak mengutip kata-kata-Ku, namun salah mewakilkan-Ku dengan hal yang tak benar, dengan fakta yang salah. Jivaka, saya mengatakan bahwa dalam tiga kondisi daging tak dimakan, yaitu: jika (pembunuhan) itu dilihat, didengar dan diduga (pembunuhan dilakukan demi seorang bhikkhu). Jivaka, berdasarkan pada tiga kondisi ini saya katakan daging tidak boleh dimakan. Jivaka, tetapi saya mengatakan bahwa dalam tiga kondisi daging dapat dimakan, yaitu jika (pembunuhan) itu tidak dilihat, tidak didengar dan tidak diduga (pembunuhan dilakukan demi seorang bhikkhu). Jivaka, berdasarkan pada tiga kondisi ini, saya nyatakan daging dapat dimakan.

Sekarang mengapa saya memposting semua kata2 tersebut? karena saya tidak mao dibilang menyembunyikan sesuatu, dan semua saya coba berikan selengkapnya. anda pada saat membaca dan mengartikan juga harus seluruhnya jangan mentang2 ada kata2 yang bisa anda gunakan sebagai vegetarian anda gunakan dan mengabaikan kalimat lainnya.

Lagi pula kalimat yang pertama itu (yang diawali dengan 9....) itu berarti seorang yang menyediakan makanan berupa daging kepada sang Buddha dan pengikutnya dengan sengaja membunuh melakukan 5 perbuatan buruk, karena melanggar sila 1. tapi herannya kenapa sang Buddha tidak bilang bahwa Beliau dan para pengikutnya ikut bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut, atau sang Buddha mengatakannya secara implisit? Bila iya, mengapa ada kalimat yang menyatakan daging dapat dimakan? karena anda selalu mengatakan bahwa para meat lover ikut bertanggung jawab dengan pembunuhan para binatang tersebut.

Anggaplah saya setuju dengan anda bahwa sang Buddha menganjurkan vegetarian dari kalimat diatas.
nih pertanyaan paling gampang menurut saya, anak sd pun harusnya bisa jawab. Apakah mengajurkan sama dengan wajib?

Sampe2 kalo tidak vegetarian tidak bisa memancarkan Metta, sedangkan Sang Buddha sendiri di sutta tersebut menjelaskan pengikutnya bisa memancarkan Metta walaupun makan daging (ada di sutta itu juga). hmmm........wah, jadi memelintir kata2 sang Buddha lagi sekarang....Kenapa sang Buddha tidak berkata semua umatnya untuk wajib vegetarian aja supaya tidak ada yang memelintir ucapannya?

Oh iya, anda pernah bilang bahwa Maitreya pernah "menjelma" menjadi Chi Kung, benar atau salah ya? kalo benar, maka sepengetahuan saya dan setelah saya cari keterangan di internet, Chi Kung adalah seorang Bhikkhu dari aliran Mahayana yang diwajibkan vegetarian malah memakan daging dan meminum arak. nah loh, kok bisa yach? katanya welas asih harus vegetarian tapi Chi Kung yang di anggap jelmaan Maitreya makan daging dan minum arak nih, berarti melanggar ajaran sendiri????atau mungkin yang di internet salah?
 
oh sebagai refrensi...
pernah suatu kali devadatta menyarangkan agar semua bikhu sangha makan vegetarian saja...
tapi sang buddha menolak saran itu.


Kondisi untuk seorang yg tidak ada dapur , mereka tidak bisa memilih. Gautama tidak mungkin terus terang meminta disediakan sayur saja . Karena seorang tathagata tidak boleh memilih. Tapi secara tersirat tathagata berkata : jangan memberi makanan yg tidak pantas. ....mana ada daging yang pantas ? Yg bebas dari rasa sakit dan tekanan mental saat di gorok ?
Karena tidak ada daging yg pantas , mo makan apa ?

jadi biar anda tidak kecewa
di mana pandangan anda sang buddha menyarankan vegetarian only.....
pandangan anda itu keliru. ^_^

sang buddha bahkan mengatakan yang mau melatih vegetarian silahkan yang tidak vege juga silahkan....
tingkat kesucian bukan ditentukan oleh tenggorokan,,,vege atau non-vege....semua baik-baik saja.
tapi tingkat batin itu ditentukan oleh pikiran....apa yg anda pikir, apa yang anda ucapkan, apa yg anda lakukan.
 
Wah, kok tanggapannya seperti ini ya? kayaknya anda seperti orang kebakaran jenggot?

@Akiong, anda pernah bilang kalau ajaran anda bersumber dari beberapa Nabi, tapi sepengetahuan saya tidak ada Nabi yang mengajarkan Vegetarian total, bila ada tolong beri tahu saya, karena pengetahuan saya terbatas. Lao Tze, tidak mengajarkan vegetarian, bahkan saat upacara Tao banyak menggunakan Daging, kalo salah tolong koreksi. Kong Hu Cu, mengajarkan moral2 kehidupan tidak pernah membahas tentang vegetarian. Yesus dan Muhamad, pasti tidak mengajarkan Vegetarian. Itulah beberapa nabi yang saya kenal dan tidak mengajarkan Vegetarian, mungkin anda bisa membuka wawasan saya.
dan mana kutipan sutta yang menyatakan bahwa Buddha adalah Vegetarian, dengan naskah asli seperti anda minta ke saya.

Dan sekali lagi, tolong anda jelaskan tentang akusala garukha kamma di aliran anda. Apakah yang rekan anda posting (dari aliran M) benar? bila benar, tolong postingkan Sutta atau artikel yang mengajarkan tentang ini. Bila salah tolong beritahu yang benar. Sekali lagi ini bukan untuk intimidasi seperti yang anda posting dahulu, atau memang aliran anda sering mengintimidasi umatnya? hanya sebagai pengetahuan mana yang benar dan salah serta akibat yang ditanggung jika ini salah. seperti pemberitahuan bila anda membawa/memakai/mengedarkan narkoba anda akan di tangkap dan di penjara. apakah pemberitahuan tsb intimidasi?

@Akiong, perlu di ingatkan, anda berdiskusi didalam forum Buddha, Aliran anda memang masuk ke dalam WALUBI, tapi disini harus diingatkan anda harus menghormati aliran lain. Bila anda merasa aliran itu salah, berikan bukti2nya secara nyata, dan silahkan berdiskusi dengan baik.

Dan hati2 bila memposting sesuatu. Mengapa anda tidak mencoba di forum agama lain? Mereka diijinkan loh membunuh sendiri hewan untuk mereka makan.

Dalam membaca sesuatu, cobalah untuk di mengerti, kalo kurang mengerti cobalah untuk bertanya baik2 tapi sebelum itu, kosongkan dulu "cangkir-mu" sebelum anda menuang teh.

Secara pribadi saya setuju dengan anda. Bila dilihat dari sejumlah agama besar yang ada di dunia saat ini, dulu tak tahu di masa depan. Justru agama Buddha yang mencetuskan ide vegetarian. Ini adalah pelaksanaan yang teramat ketat dari Pancasila Buddhis.

Namun sekali lagi, agama Buddha adalah agama yang sangat demokratis. Artinya. Tidak ada paksaan sama sekali dalam menjalankan ide-ide tentang jalan kebenaran yang dicetuskan agama ini. Tidak seperti dalam agama lain yang ada istilah 'wajib', 'murtad', atau 'haram'. Justru agama Buddha mengajarkan bagi umat yang percaya untuk bertindak dengan kesadaran sendiri.

Permasalahan paling umum bagi umat Buddha di Indonesia mungkin saat ini banyaknya pemakaian istilah asli (Pali) atau Sansekerta atau Mandarin yang menimbulkan banyak kebingungan pada umat awam. Kemudian, fakta lagi bahwa banyak istilah dalam ketiga bahasa penting dalam perkembangan ajaran Buddha itu sendiri sangat sulit dicari padananannya dalam bahasa Indonesia.

Keadaan ini bisa menimbulkan misunderstanding bila tidak diluruskan. Dalam Pancasila, mungkin menurut saya lebih tepat bila diartikan, saya berjanji berusaha untuk menghindari pembunuhan (dalam hal pannatipatta). Jadi, dalam hal ini, manusiawi sekali bahwa ada wacana tentang 'saya berjanji' untuk 'berusaha' sebagaimana semaksimal mungkin untuk menghindari perbuatan pembunuhan.

Jadi, pannatipattanya ada di kepala. Bukan di perut. Miskonsepsi ini seringkali menjadi kontroversi karena ada ide-ide dari dalam tubuh agama Buddha sendiri tentang vegetarian. Kenyataan, budaya vegetarian berkembang pesat di aliran Mahayana.

Namun, bila kita tinjau kembali pada hakekat dari ide menghindari pembunuhan ini. Apa salahnya dengan daging? Apakah dengan memakan daging berarti melakukan pembunuhan? atau terlibat dalam usaha terbunuhnya seekor mahluk hidup?

Bila ini diceritakan pada umat yang bukan Buddha. Lantas, seringkali saya menerima pertanyaan, "Bukankah tumbuhan juga mahluk hidup?" Sementara konsep mahluk hidup dalam agama Buddha. Dalam khazana Jawa Kuno, ada istilah 'getah' dan 'getih'. Yang bergetah adalah tumbuhan, sedangkan yang ber'getih' adalah hewan. Nah... Getih menjadi syarat dalam konsep kehidupan.

Tentu saja bhikku menghindari daging sebisa mungkin. Namun, mereka yang sudah memilih jalan suci ini juga tidak diperbolehkan dengan tegas untuk pilih-pilih makanan. Karena itu sama saja dengan membubazirkan pemberian umat serta identik dengan kemewahan. Dan, walaupun tidak ada larangan dengan sanksi-sanksi yang cukup tegas. Dalam menjalani jalan kesucian, seorang diharapkan bisa konsekwen dengan ikrar/janjinya sendiri.

Saya tidak berani menanggapi komentar DragonHung, karena kembali setiap pribadi, apapun agama dan dasar kepercayaannya, tentu saja pemahamannya berbeda-beda.

Kemudian, bila kita disini meributkan, ngotot dan tarik urat leher dalam argumen masing-masing soal vegetarian. Hidup di dunia ini singkat kok, gak sampai 100 tahun juga kebanyakan sudah kembali ke kematian. Nanti kita buktikan saja sendiri.

Karenanya, disini kita hanya bisa berargumen dengan melandasakan diri pada apa yang tertulis dalam kitab suci. Rujukan dari tripitaka melalui sutta-sutta yang sudah dituliskan Carodammo belum juga bisa membuat orang lain percaya. Yah mau gimana lagi. Postingan Sinthung seingat saya juga sudah banyak mengenai vegetarian ini.

Dalm kondisi sekarang, satu pihak ngotot bahwa vegetarian adalah wajib hukumnya. Sementara pihak yang lain menyatakan bahwa vegetarian tidak wajib. Namun termasuk perbuatan baik yang bisa membantu dalam memperbaiki pencapaian-pencapaian kesucian hidup. Pihak yang satu berpendapat bahwa tanpa vegetarian kesucian tidak bakal bisa didapat karena masih kurangnya pancaran cinta kasih. Pihak yang satu lagi berpendapat, bahwa vegetarian tidak bisa menentukan kesucian yang didapat. Kemudian diambil rujukan-rujukan dari teladan Siddharta Gautama yang menjadi pembabar ajaran Buddha, justu Sang Buddha sendiri menunjukkan bahwa Dia yang tidak berpantang makan daging bisa mencapai Arahat. Pihak yang satunya kemudian sempat pula berkomentar, benarkah Sidharta Gautama pari-Nibbana?

Tak ada putus-putusnya membicarakan kepercayaan. Sama dengan pertanyaan seorang Buddhis pada ketuhanan dalam agama lain. Sama juga dengan petanyaan umat lain tentang ketiadaaan Tuhan dalam ajaran Buddha.
 
Kemudian, bila kita disini meributkan, ngotot dan tarik urat leher dalam argumen masing-masing soal vegetarian. Hidup di dunia ini singkat kok, gak sampai 100 tahun juga kebanyakan sudah kembali ke kematian. Nanti kita buktikan saja sendiri.
yah....jangan mau seperti orang yang tertembak anak panah...lalu mau tahu apa panah itu terbuat dari kayu apa,,,dari arah mana,,,,berapa dalam tusukannya....siapa yg menembak....dll..

tugas sekarang adalah.....nibbana.

kadang-kadang saya merasa tidak perlu lagi menanggapi masalah vegetarian...ini disebabkan karena si pendengar tidak mau sama sekali menerima kenyataan kalau vegetarian juga belum tentu lepas dari pembunuhan dan konsep bahwa daging identik dengan membunuh adalah salah.

tapi saya disini hanya menjelaskan terus menerus...tanpa mau terikat...
jadi pasti ada tiba saat nya saya tidak menjelaskan lagi dan itu tanpa penyesalan sedikit pun.

simple saja...
1.apakah jika kita memakai / membeli bahan yang terbuat dari kayu sama dengan kita mendukung PENEBANGAN LIAR DI HUTAN saat ini?
( pikirkan lah yang ini, karena sama identik dengan apakah membeli daging = merestui pembunuhan? )

2.apakah jika kita memakai memakai KOSMETIK KECANTIKAN = mendukung pembunuhan CACING?

ini adalah pertanyaan yang bisa mungkin langsung mengenai sasaran.....
dan tanpa di jawab pun.....sudah jelas jawabannya. ^^

salam metta.

======

berarti semua nabi-nabi di ajaran maitreya itu masuk neraka avijii donk..karena akusala garuka kamma yang di post dulu.
yesus,muhammad,siddharta,dll. >>>>nabi sendiri tidak mematuhi perintah LAO MU >>>jgn makan daging.

apa masih bisa disebut NABI(yang di utus LAO MU?)......Nabi kan yang menyebarkan ajaran....lalu?...kok melanggar sendiri sih ajarannya....
pikiran bung @caro ini sangat teliti benar...^^.....sekaligus membuka gambaran kalau adanya kontradiksi.


===
Gautama tidak mungkin terus terang meminta disediakan sayur saja .
ohh saya lupa bilang ....tau karaniya metta sutta?...jujur sungguh jujur.
dan lagi..tidaklah mungkin sang buddha apa yang patut di ajarkan malah tidak terus terang.
dan memang tidak ada 1 bagian pun dalam tripitaka yang mengajarkan/memperlihatkan sifat-sifat sang buddha seperti yang anda bilang....
 
@Roughtorer, thanks atas sarannya,
Tujuan saya membahas vegetarian ini karena salah satu yang dipakai adalah ajaran sang Buddha. saya hanya ingin meluruskan saja, dan sama seperti @marcedes bila saya rasa cukup dengan pembahasan vegetarian maka saya akan keluar dari pembahasan vegetarian ini. yang masih menjadi pertanyaan adalah kenapa beberapa thread lari ke masalah vegetarian terjadi diskusi dengan aliran maitreya.

Note: buat saya vegetarian adalah baik dan saya mendukungnya, yang saya pertanyakan adalah alasan melakukan vegetarian.

Untuk garukha akusala kamma, menurut saya sebaiknya rekan2 dari aliran maitreya coba mencari tahu dan meluruskan hal ini, sama seperti bila saya salah mempostingkan sesuatu, maka rekan2 yang lain baik @sinthung, @marcedes, @roughtorer, @thirdeye atua yang lainnya pasti akan meluruskannya. Hal ini ditujukan untuk mencegah salah pengertian baik dari pembaca maupun penulis (dalam hal ini saya).

untuk vegetarian sendiri di aliran maitreya ada yang masih membingungkan saya. Chi Kung yang dianggap sebagai salah satu wujud Maitreya adalah Bhikkhu yang memakan daging dan arak, sedangkan disaat yang sama beliau adalah seorang Bhikkhu aliran Mahayana (kalo tidak salah) dimana sebagai seorang Bhikkhu dari aliran Mahayana harus vegetarian. Mungkin rekan2 dari Maitreya bisa menjelaskan hal ini?

Terlepas dari segala sesuatu yang menyatakan bahwa keberadaan Chi Kung yang masih di perdebatkan, tapi ada satu hal yang saya ingat dengan baik pada saat Chi Kung menjelaskan mengapa beliau makan daging. Karena yang penting adalah hati dan perbuatan bukannya apa yang tampak diluar (makan daging dan minum arak), karena disaat yang sama banyak Bhikkhu yang hanya baik dalam tindakan2 sehari2 yang tampak seperti vegetarian, tidak minum arak, berkata sopan dan ramah tama tapi tidak melatih diri dengan benar dan tamak.

Dari kalimat ini saya belajar bahwa yang penting adalah melatih diri dengan baik sesuai ajaran yang dianutnya. Janganlah bertindak seperti bhikkhu2 pada zaman Chi Kung. Seperti seorang hartawan yang sering berdana besar karena hanya ingin terkenal dan dikagumi oleh masyarakat luas.
 
ia juga...si chi-kung itu makan daging...

(dari info teman gw yg IKT)
....chi-kung sangat sering datang pada saat acara kelas dhamma(KERASUKAN DEWA yang memaki MEDIA)....dengan gaya yang seperti memegang kipas,mengipas-ngipas pelan-demi pelan....

padahal chi-kung makan daging....masa yang datang SETAN / PETA dari neraka AVIJI?
ini berkontradiksi dengan pernyataan sebelumnya oleh seorang umat maitreya.

chi-kung juga mereka sebut dengan sebutan "buddha chi-kung"..
saya sendiri tidak tahu kapan chi-kung naik pangkat jadi buddha.

jika se-waktu di kehidupan manusia sudah menjadi buddha,tidak mungkin lagi bisa hadir di acara rasuk-merasuk...
tapi kalau di alam dewa jadi buddha,yah bisa saja....tapi pertanyaannya.
siapa yang mengajari beliau dhamma disana?
 
Saya juga ingin menambahkan sedikit informasi mengenai masuknya Dewa ke raga manusia di IKT...jadi sekarang ini didalam IKT sendiri juga terjadi polemik yang mengatakan kalau Dewa yang masuk ke raga manusia bukan 100% adalah Dewa yang benar2 datang dari Surga, karena sudah pernah terjadi pada saat yang katanya "Dewa" yang turun tsb ternyata adalah "Setan/Iblis"..terbukti dari kata2 yang dikeluarkan ternyata "ngaco" semua (pernah terjadi di beberapa FoThang).....

Jadi sekarang ini ada beberapa pendapat yang bertentangan artinya ada yang masih melakukan turunnya Dewa ke raga manusia sedangkan ada beberapa yang sudah tidak lagi melakukan itu....

Pertanyaannya : dari dasar seperti apa/acuan dari mana yang dapat membuktikan kalau ternyata Dewa bisa masukkan ke raga manusia dan berkomunikasi dengan manusia.....???

Ada yang bisa bantu gak????sori....udah diluar topik tp aku masih mengharapkan ada yg bisa memberikan sedikit penerangan ....thanks....

Thanks....Peace
 
Saya juga ingin menambahkan sedikit informasi mengenai masuknya Dewa ke raga manusia di IKT...jadi sekarang ini didalam IKT sendiri juga terjadi polemik yang mengatakan kalau Dewa yang masuk ke raga manusia bukan 100% adalah Dewa yang benar2 datang dari Surga, karena sudah pernah terjadi pada saat yang katanya "Dewa" yang turun tsb ternyata adalah "Setan/Iblis"..terbukti dari kata2 yang dikeluarkan ternyata "ngaco" semua (pernah terjadi di beberapa FoThang).....

Jadi sekarang ini ada beberapa pendapat yang bertentangan artinya ada yang masih melakukan turunnya Dewa ke raga manusia sedangkan ada beberapa yang sudah tidak lagi melakukan itu....

Pertanyaannya : dari dasar seperti apa/acuan dari mana yang dapat membuktikan kalau ternyata Dewa bisa masukkan ke raga manusia dan berkomunikasi dengan manusia.....???

Ada yang bisa bantu gak????sori....udah diluar topik tp aku masih mengharapkan ada yg bisa memberikan sedikit penerangan ....thanks....

Thanks....Peace

Sejalan dengan pemikiran teman-teman sedhamma, Mercedes, Caro dan Meili juga DragonHung.

Mungkinkah dengan mencapai tingkat tertentu (istilah M level tertentu) orang bisa membedakan yang merasuki adalah dewa atau mahluk dari alam lain sebangsa setan, jin atau hantu gentayangan?.

Jelas-jelas dalam agama-agama besar hanya dalam ajaran Buddha ada gagasan mengenai vegetarian ini. Yang dengan berlandaskan sutta-sutta yang ada, jelas terlihat bahwa Sang Buddha Gautama sendiri menolak usaha untuk memutlakkan gagasan vegetarian ini.

Tapi, air memang sangat susah dicampur dengan minyak. Mungkin diperlukan katalisator basa kelas tinggi semacam sabun sakti agar air bisa mngenyahkan minyak. Penjelasan apapun sangat susah untuk menunjukkan posisi bahwa kenetralan umat Buddha dalam gagasan vegetarian ini.

Ajaran Buddha bukan dan tidak pernah sampai pada gagasan fanatik. Kita dituntut untuk belajar dan belajar lagi. Tidak hanya Buddha dharma, lebih lagi kepada pengetahuan, ilmu, sains dan kebudayaan-kebudayaan manusia. Gagasan vegetarian dilaksanakan seluruh umat manusia adalah gagasan mustahil. Kalaupun bisa dilakukan oleh segelintir atau seluruh umat Buddha, tidak menjamin akan golnya vegetarian menjadi hukum dunia. Karena, ajaran Buddha tidak memaksa. Lebih kepada mengajak atau menganjurkan.

Umat Buddha jelas menerima gagasan Vegetarian sebagai pancaran metta yang sungguh-sungguh sekali. Namun sekali lagi, tidak pernah gagasan vegetarian ini sampai pada titik fanatisme. Karena ini bisa berarti menjadi kemelekatan. Tidak bisa makan bila masih ada daging. Seharusnya yang dianjurkan adalah sebuah kondisi netral. Makan untuk bertahan hidup.

Bukan bermaksud mendesak (walau sepertinya tidak bakal ditanggapi). Senada dengan @Caro dan @Merce, bagimana dengan 'buddha' Chi Kung? bahkan, seperti orang batak, ternyata menurut info yang saya terima, Chi Kung itu 'ciak kau bak' - alias makan daging anjing. Ini info dari rekan Meitreya di tempat saya tinggal yang kebetulan saya tanya. Namun, dalam kondisi ini, dia sendiri tidak bisa menjelaskan bagaimana perihal Chi Kung yang tidak vegetarian ini.

Jadi, saya melihat dalam ajaran apapun, vegetarian agaknya sangat baik bila bisa diterapkan. Namun tidak juga menjadi bencana lebih parah dari stunami bila makan daging. Karena metta lebih bersifat pemikiran - pancaran, dari pada sekedar simbol di perut. 'Buddha' Chi Kung setidaknya memperlihatkan hal tersebut.
 
Saya juga ingin menambahkan sedikit informasi mengenai masuknya Dewa ke raga manusia di IKT...jadi sekarang ini didalam IKT sendiri juga terjadi polemik yang mengatakan kalau Dewa yang masuk ke raga manusia bukan 100% adalah Dewa yang benar2 datang dari Surga, karena sudah pernah terjadi pada saat yang katanya "Dewa" yang turun tsb ternyata adalah "Setan/Iblis"..terbukti dari kata2 yang dikeluarkan ternyata "ngaco" semua (pernah terjadi di beberapa FoThang).....

Jadi sekarang ini ada beberapa pendapat yang bertentangan artinya ada yang masih melakukan turunnya Dewa ke raga manusia sedangkan ada beberapa yang sudah tidak lagi melakukan itu....

Pertanyaannya : dari dasar seperti apa/acuan dari mana yang dapat membuktikan kalau ternyata Dewa bisa masukkan ke raga manusia dan berkomunikasi dengan manusia.....???

Ada yang bisa bantu gak????sori....udah diluar topik tp aku masih mengharapkan ada yg bisa memberikan sedikit penerangan ....thanks....

Thanks....Peace
beberapa guru spirtual saya(bikhu sangha) mengajurkan untuk tidak memakai cara seperti rasuk-merasuk.

lebih baik belajar apa yang sudah di perlihatkan saat ini..
yakni dhamma....inilah warisan yang di berikan sang buddha yang sangat berharga.

dhamma saranam gacchami.
 
Sabda Sang Buddha melarang makan daging terdapat di sutra-sutra Mahayana seperti Lankavatara, Surangama, Mahaparinirvana dan Brahmajala.
Kita lihat teks dari bab Sutra Lankavatara yang khusus membahas kejahatan makan daging:

Karena dorongan cinta kasih sejati, seorang Bodhisatva akan menjauhi makanan daging yang dilahirkan dari cairan mani dan darah. Seorang Bodhisatva mendisiplinkan dirinya membabarkan welas asih tidak akan menimbulkan ketakutan bagi makhluk lain. Karenanya dia akan menampik
makan daging.

Tak benar bahwa daging adalah makanan yang benar dan boleh dikonsumsi
jika binatang itu tidak dibunuh oleh dirinya,
jika dia tidak memerintahkan orang lain membunuh untuknya,
jika binatang itu tidak dibunuh khusus untuk dirinya...
Bukan itu saja tetapi di masa mendatang akan banyak orang... dipengaruhi cita rasa daging akan bersama-sama dengan berbagai cara dan argumen yang canggih mempertahankan praktek makan daging.

Tetapi... makan daging dalam bentuk apapun, alasan bagaimanapun, dan dimanapun adalah dilarang dan tak dibenarkan...Praktek makan daging tidak saya izinkan kepada siapapun, tidak saya izinkan, tidak akan pernah saya izinkan... (Sutra Lanvakatara)

Sutra Surangama:

Tujuan mempraktekkan Dhyana dan upaya mencapai Samadhi adalah membebaskan diri dari penderitaan. Tetapi dalam perjuangan melepaskan diri dari penderitaan kita sendiri, bagaimana kita telah menjadi penyebab penderitaan bagi makhluk lain? Jika engkau tidak mengontrol pikiranmu hingga pikiran tentang hal-hal tak baik dan pembunuhan menjadi menjijikkan, maka engkau tak akan pernah terbebas dari belenggu dunia... Setelah aku mencapai Parinirvana maka dalam kalpa terakhir berbagai setan iblis akan bermunculan menipu orang dan mengajarkan bahwa mereka boleh makan daging dan masih dapat mencapai pencerahan... Bagaimana o seorang bikhu yang mendamba menyelamatkan makhluk yang tak terbatas jumlahnya menjadikan dirinya pemakan daging makhluk hidup lainnnya?

Sutra Mahaparinirvana (versi Mahayana): "Memakan daging memadamkan bibit maha welas kasih."
Bagaimana ajaran Mahayana begitu langsung bertentangan dengan Theravada dalam hal makan daging? Beberapa komentator berpendapat bahwa perbedaan ini mencerminkan perubahan sikap moral masyarakat yang terjadi pada masa penyusunan kedua set kitab suci tersebut. Tetapi pernyataan ini mengabaikan dua keberatan.
Pertama, berbagai tradisi spiritual dan kitab suci di India sebelum masa Sang Buddha sudah mengutuk praktek makan daging. Karena daging dianggap tidak mendukung pembinaan spiritual. Kedua, Conze dan sarjana buddhis lainnya menunjukkan sutra-sutra Sanskerta berusia lebih muda dibandingkan sutra berbahasa Pali (Theravada). Sehingga beralasan untuk menduga jika para sesepuh Mahayana menganggap sutra-sutra Theravada sudah benar merefleksikan pandangan Sang Buddha dalam hal makan daging maka mereka akan berdiam diri. Tetapi kenyataannya mereka berbicara dengan gigih sehingga dengan sendirinya menunjukkan betapa terganggunya mereka dengan apa yang jelas-jelas mereka rasakan sebagai penyelewengan terhadap ajaran Sang Buddha dan korupsi spirit dan maksud sila pertama.

Alexandre David-Neel berdasarkan pengalamannya selama bertahun-tahun di Tibet menceritakan bahwa meskipun umumnya orang-orang Tibet sangat menyukai daging tetapi banyak Lama yang sama sekali tidak mengkonsumsi daging. Mereka yang makan daging ataupun tidak, sebagai pengikut doktrin Tantrayana percaya bahwa makan daging adalah perbuatan iblis. Perbuatan yang akan mendatangkan ganjaran atas dosa.
Tidak saja pembalasan tetap makan daging juga akan "menciptakan atmosfer psikis yang merusak di tempat di mana daging sering dimakan." David-Neel juga mengatakan bahwa di Pegunungan Sagain, Myanmar seluruh komunitas bikhu (Anggota Sangha) bervegetarian dengan ketat. Kenyataan ini menunjukkan tidak semua bikhu dan umat awam di negara-negara Theravada mengikuti versi Pali tentang apa yang katanya disabdakan Sang Buddha tentang praktek makan daging. Dia juga menunjukkan bahwa banyak umat saleh yang tak makan daging di Tibet. Tibet bagi David-Neel adalah negeri yang telah dikenalnya sebelum invasi dan pencaplokan oleh RRC. Di Tibet tambahnya, adalah hal umum jika orang menghindari makan daging pada hari-hari tertentu yaitu awal bulan, akhir bulan, dan pertengahan bulan.
 
Sabda Sang Buddha melarang makan daging terdapat di sutra-sutra Mahayana seperti Lankavatara, Surangama, Mahaparinirvana dan Brahmajala.
Kita lihat teks dari bab Sutra Lankavatara yang khusus membahas kejahatan makan daging:

Karena dorongan cinta kasih sejati, seorang Bodhisatva akan menjauhi makanan daging yang dilahirkan dari cairan mani dan darah. Seorang Bodhisatva mendisiplinkan dirinya membabarkan welas asih tidak akan menimbulkan ketakutan bagi makhluk lain. Karenanya dia akan menampik
makan daging.

Tak benar bahwa daging adalah makanan yang benar dan boleh dikonsumsi
jika binatang itu tidak dibunuh oleh dirinya,
jika dia tidak memerintahkan orang lain membunuh untuknya,
jika binatang itu tidak dibunuh khusus untuk dirinya...
Bukan itu saja tetapi di masa mendatang akan banyak orang... dipengaruhi cita rasa daging akan bersama-sama dengan berbagai cara dan argumen yang canggih mempertahankan praktek makan daging.

Tetapi... makan daging dalam bentuk apapun, alasan bagaimanapun, dan dimanapun adalah dilarang dan tak dibenarkan...Praktek makan daging tidak saya izinkan kepada siapapun, tidak saya izinkan, tidak akan pernah saya izinkan... (Sutra Lanvakatara)

Sutra Surangama:

Tujuan mempraktekkan Dhyana dan upaya mencapai Samadhi adalah membebaskan diri dari penderitaan. Tetapi dalam perjuangan melepaskan diri dari penderitaan kita sendiri, bagaimana kita telah menjadi penyebab penderitaan bagi makhluk lain? Jika engkau tidak mengontrol pikiranmu hingga pikiran tentang hal-hal tak baik dan pembunuhan menjadi menjijikkan, maka engkau tak akan pernah terbebas dari belenggu dunia... Setelah aku mencapai Parinirvana maka dalam kalpa terakhir berbagai setan iblis akan bermunculan menipu orang dan mengajarkan bahwa mereka boleh makan daging dan masih dapat mencapai pencerahan... Bagaimana o seorang bikhu yang mendamba menyelamatkan makhluk yang tak terbatas jumlahnya menjadikan dirinya pemakan daging makhluk hidup lainnnya?

Sutra Mahaparinirvana (versi Mahayana): "Memakan daging memadamkan bibit maha welas kasih."
Bagaimana ajaran Mahayana begitu langsung bertentangan dengan Theravada dalam hal makan daging? Beberapa komentator berpendapat bahwa perbedaan ini mencerminkan perubahan sikap moral masyarakat yang terjadi pada masa penyusunan kedua set kitab suci tersebut. Tetapi pernyataan ini mengabaikan dua keberatan.
Pertama, berbagai tradisi spiritual dan kitab suci di India sebelum masa Sang Buddha sudah mengutuk praktek makan daging. Karena daging dianggap tidak mendukung pembinaan spiritual. Kedua, Conze dan sarjana buddhis lainnya menunjukkan sutra-sutra Sanskerta berusia lebih muda dibandingkan sutra berbahasa Pali (Theravada). Sehingga beralasan untuk menduga jika para sesepuh Mahayana menganggap sutra-sutra Theravada sudah benar merefleksikan pandangan Sang Buddha dalam hal makan daging maka mereka akan berdiam diri. Tetapi kenyataannya mereka berbicara dengan gigih sehingga dengan sendirinya menunjukkan betapa terganggunya mereka dengan apa yang jelas-jelas mereka rasakan sebagai penyelewengan terhadap ajaran Sang Buddha dan korupsi spirit dan maksud sila pertama.

Alexandre David-Neel berdasarkan pengalamannya selama bertahun-tahun di Tibet menceritakan bahwa meskipun umumnya orang-orang Tibet sangat menyukai daging tetapi banyak Lama yang sama sekali tidak mengkonsumsi daging. Mereka yang makan daging ataupun tidak, sebagai pengikut doktrin Tantrayana percaya bahwa makan daging adalah perbuatan iblis. Perbuatan yang akan mendatangkan ganjaran atas dosa.
Tidak saja pembalasan tetap makan daging juga akan "menciptakan atmosfer psikis yang merusak di tempat di mana daging sering dimakan." David-Neel juga mengatakan bahwa di Pegunungan Sagain, Myanmar seluruh komunitas bikhu (Anggota Sangha) bervegetarian dengan ketat. Kenyataan ini menunjukkan tidak semua bikhu dan umat awam di negara-negara Theravada mengikuti versi Pali tentang apa yang katanya disabdakan Sang Buddha tentang praktek makan daging. Dia juga menunjukkan bahwa banyak umat saleh yang tak makan daging di Tibet. Tibet bagi David-Neel adalah negeri yang telah dikenalnya sebelum invasi dan pencaplokan oleh RRC. Di Tibet tambahnya, adalah hal umum jika orang menghindari makan daging pada hari-hari tertentu yaitu awal bulan, akhir bulan, dan pertengahan bulan.

sang buddha sendiri makan daging,,buddha kasappa juga makan daging.
kalau masalah sutta versi mahayana...gw tidak tahu...

tapi apakah sang buddha makan daging dan memadamkan bibit welas asih nya?
lalu mengapa masih digelari sammasambuddha sakyamuni? oleh aliran mahayana? mengapa apa yang ditunjukkan sang buddha tidak sesuai perkataannya?
inilah beberapa alasan saya menganut aliran theravada...dimana tidak satupun ada kontradiksi baik dari awal sampai akhir dan lagi semua pertanyaan yg saya punya dahulu di jawab dengan sempurna.....just self opinion. ^^


oh....ada yang bisa bikin thread tentang membahas dhamma ga?..selain vegetarian ini...belajar ini hanya berputar-putar.....
 
kalo bervegetarian adalah sebagai syarat utama/mutlak dalam meningkatkan level spritual menurut saya sangat gampang sekali, apalagi zaman sekarang tidak susah kalo mau cari makanan vegetarian, di mal aja sekarang dah banyak, enak2 lagi, bahkan kadang org non-vegetarian aja suka makanan vegetarian.Makanan vegetarian sekarang sudah banyak inovasinya, sangat menggugah selera....

Apakah orang yang bervegetarian juga telah "bervegetarian" hatinya? Artinya apakah cuma mulutnya berpantang makan daging tetapi hatinya tidak bisa mengimbangi?

Dan sang Buddha memang tidak memaksakan untuk bervegetarian tetapi apabila Beliau memang menganjurkan untuk bervegetarian apakah Beliau menganjurkan bervegetarian ala "zaman modern" seperti sekarang ini?
Seperti kita ketahui sekarang restoran vegetarian bertebaran dimana2 dengan tawaran menu yg semakin hari semakin inovatif dan dengan harga yg "super mahal"....

Kalau memang dianjurkan bervegetarian maka lebih baik makan makanan yang sederhana,tidak ada daging2 buatan, bukan makanan restoran yang harganya "Wah", makanan yang tidak banyak inovasi dan variasinya sehingga tidak membuat orang jadi ngiler dan makan terlalu berlebihan....

Tapi kalo emang semua manusia di seluruh dunia ini dianjurkan bervegetarian tidak adil donk bagi warga eskimo, apakah mereka bisa hidup dengan makan sayur2an doank? bukankan mereka bertahan hidup dengan makan daging/lemak hewan yang bisa menghangatkan badan? ada yang bisa bantu gak?????
 
@1Top1, ada beberapa masukan dari forum sebelah,

Mengenai Lankavatara Sutra atau nama lengkapnya Saddharma-Lankavatara-Sutra. Konon isi sutra ini adalah kotbah Sang Buddha ketika Ia secara mistis datang ke negara Lanka (Sri Lanka). Meskipun konon dikatakan sebagai kotbah yang dibabarkan oleh Sang Buddha namun para ahli sepakat bahwa sutra ini tidak lain adalah literatur yang baru selesai disusun pada sekitar tahun 350 s/d 400 Masehi. Dan menurut H. Nakamura (Indian Buddhism, 1987), terdapat beragam versi dari Lankavatara Sutra. Lankavatara Sutra ada 2 versi, versi panjang dan versi pendek. Mengenai vegetarian hanya ada pada versi panjang. Lalu mana yang “asli”? Menurut para ahli termasuk Master Zen D.T. Suzuki (“The Lankavatara Sutra - A Mahayana Text, 1931), Bab mengenai vegetarian bukanlah perkataan autentik dari Sang Buddha, tetapi merupakan penambahan oleh seseorang. Jadi sebenarnya tidak ada mengenai vegetarian dalam Lankavatara Sutra versi aslinya.

Pandangan Mahayana
Sutra2 Mahayana sangat menonjol dalam pelarangan makan daging. Di antaranya adalah Brahmajala Sutra Mahayana, Maha-parinirvana sutra, Shurangama sutra dan Lankavatara Sutra.
Dlm Brahmajala Sutra, seorang biksu Mahayana diceritakan tak boleh makan daging, tapi ini cuma salah satu dari 48 pelanggaran sampingan.
Dalam sutra Shurangama, dikatakan bahwa kita juga sebaiknya jangan menginjak rumput atau minum susu, krn dgn begitu membantu kita sepenuhnya mencapai kebebasan sejati. Pertama, kita teliti dulu, Buddha kalau berjalan di hutan2 selalu menginjak rumput, bahkan Buddha juga banyak minum susu, demikian juga murid2nya. Di Vinaya aliran Mahayana juga tak dilarang minum susu plus nginjak rumput. Kalau nginjak rumput saja gak boleh… la vegetarian kan malah membunuh tanaman.. masa nanti nggak makan kita2 ini??
Dalam sutra2 Mahayana, disebutkan kita tdk boleh makan daging dalam bentuk apapun, cara apapun, tempat manapun tetapi hendaknya kita memakan makanan Dharma. Sekarang kita lihat, apa Dharma=vegetarian? Mengingat Dharma bebas dari segala dogma, tidak mungkin Dharma=vegetarian bukan?
Vegetarian di dalam Mahayana ini dimaksudkan untuk membantu melatih pikiran dan meditasi serta memperlancar dalam menolong semua makhluk. Daging2an dalam Mahayana dianggap dpt lebih membantu pikiran seseorg menjadi tidak teguh alias dpt menghambat, krn daging2an adalah simbol dari tidak adanya kasih terhadap alam. Sedangkan vegetarian adalah simbol dari kasih.
Sutra Lankavatara Bab 8 yang menceritakan ttg vegetarian bahkan mengalami bbrp kali modifikasi, shg yg sekarang beredar adalah hasil dari modifikasi tsb, jd keasliannya sudah diragukan, krn terlalu banyak campur tangan pandangan masing2 biksu yang menulis.
Ajaran Mahayana yang lebih dalam, menganggap vegetarian ini sebagai keadaan luar saja. Yang kita harus lakukan adalah ‘inner vegetarian’ sbg pralambang kasih bukan ‘ekstern vegetarian’ yaitu cuma makan sayur2an. Bila kita sudah inner vegetarian, maka ekstern vegetarian tak ada apa2nya, oleh krn itu banyak biksu Zen Mahayana Jepang, dsb yang tidak vegetarian, krn menyadari hal ini. Jadi, yang dimaksud sutra2 Mahayana ttg vegetarian itu sebenarnya menunjuk langsung pada pikiran kita, bukan keadaan luar. Inilah salah satu arti dari memakan Dharma itu.

Pengertian tumbuhan dlm Mahayana krg lebih sama dengan Theravada. Cuma di Mahayana, tumbuhan dapat menjadi Buddha ttp di Theravada tidak bisa. Di dlm Mahayna diceritakan bahkan tumbuhan, batu, gunung dapat mencapai ke-Buddhaan, krn segala sesuatu di seluruh dunia ini berdasarkan pada tubuh Dharmakaya Tathagata atau ‘Tao’(Tao di sini bukan/tidak sama dengan Tao dalam agama TAO). Namun, perlu pemahaman lbh lanjut pd hal ini.

dan keduanya bukan dari forum Buddhist terutama aliran Theravada. Bisakah menjadi pertimbangan? Bahkan untuk aliran Mahayana sendiri masih meragukan tentang vegetarian mutlak ini, hal ini dibabarkan oleh para ahli salah satunya Master Zen D.T. Suzuki. ini saya berikan link-nya dari terjemahan beliau http://lirs.ru/do/lanka_eng/lanka-chapter-4.htm#chap8

Untuk rekan2 dari Mahayana bisa tolong bantu ga biar lebih jelas tentang sutra2 ini.
 
11. Peraturan yang Minor dan Tidak Begitu Penting

"Telah disabdakan oleh Sang Buddha, 'O, bhikkhu, dari pengetahuan yang lebih
tinggilah Saya mengajarkan Dhamma.' (A.i.276; M.ii.9) Tetapi Beliau juga
berkata: 'Setelah Saya tidak ada lagi, Ananda, bila diinginkan oleh Sangha,
biarlah Sangha menghapus peraturan yang kecil dan tidak begitu penting.' (D.
ii;154; Vin.ii.287)
Apakah itu berarti
bahwa peraturan-peraturan itu ditetapkan secara salah dan tanpa sebab yang
tepat?"

"O, Baginda, ketika Sang Buddha berkata,"Biarlah Sangha menghapus peraturan
yang minor dan tidak begitu penting', itu dikatakan untuk menguji para
bhikkhu. Seperti halnya seorang raja pada waktu akan mangkat akan menguji
putra-putranya dengan berkata: 'Daerah-daerah di luar kerajaanku akan
berada dalam bahaya keruntuhan setelah aku mangkat.' Nah, setelah
ayahandanya mangkat, apakah para putra raja itu
akan begitu saja mau kehilangan daerah-daerah di luar kerajaan?"

"Tentu saja tidak, Bhante. Para raja mempunyai keinginan
menguasai. Karena nafsu akan kekuasaan, para pangeran mungkin justru akan
melebarkan daerah kekuasaannya dua kali lipat dari apa yang telah mereka
miliki, tetapi mereka tidak akan pernah mau begitu saja kehilangan apa yang
telah mereka miliki."

"Begitu pula, Baginda, para putra Sang Buddha, karena semangat akan Dhamma
mereka mungkin akan mempertahankan bahkan lebih dari seratus lima puluh
peraturan (diluar 75 peraturan kecil terdapat 152 peraturan kebhikkhuan -
Patimokkha), tetapi mereka tidak akan pernah mau begitu
saja kehilangan apa yang telah ditetapkan."


"Bhante Nagasena, ketika Sang Buddha mengacu pada 'Peraturan yang Kecil dan
Tidak Begitu Penting' orang mungkin merasa ragu-ragu, yang mana peraturan
yang dimaksud itu."

"Tindakan yang berkenaan dengan salah-melakukan (Dukkata-pelanggaran 75
latihan dan peraturan lainnya yang relatif kecil) merupakan peraturan yang
tidak begitu penting, dan salah-berucap (Dubbhasita) mengacu pada peraturan
minor. Para tetua yang bertemu dalam Konsili Buddhis Pertama juga tidak satu
pendapat mengenai hal ini."

12. Ajaran Rahasia

"Sang Buddha berkata kepada Ananda, 'Sehubungan dengan Dhamma, Sang
Tathagata bukanlah seorang guru yang merahasiakan sesuatu dalam genggamannya
sendiri.' (D. ii. 100; S.v. 153) Tetapi ketika Beliau ditanya oleh
Malunkyaputta, Beliau tidak menjawab (M. ii. Sta. 63).
Apakah Beliau tidak menjawab karena ketidak-pedulian, ataukah Beliau hendak
menyembunyikan sesuatu?"
"O, Baginda, bukan karena ketidak-pedulian dan juga bukan karena ingin
menyembunyikan sesuatu maka Beliau tidak menjawab. Suatu pertanyaan dapat
dijawab dengan satu dari empat cara:
1. secara langsung,
2. dengan analisa,
3. dengan pertanyaan balik, dan
4. dengan mengabaikannya."
"Dan pertanyaan macam apa yang harus dijawab secara langsung?"
'Apakah materi itu kekal? Apakah perasaan tubuh itu kekal? Apakah pencerapan
itu kekal?' Pertanyaan-pertanyaan itu harus dijawab secara langsung."
"Dan apa yang harus dijawab dengan analisa?"
'Apakah yang tidak kekal itu materi?'
"Dan apa yang harus dijawab dengan pertanyaan balik?"
'Apakah mata dapat mencerap segala sesuatu?'
"Dan apa yang harus diabaikan?"
'Apakah dunia itu abadi? Apakah dunia itu tidak abadi? Apakah Sang Tathagata
ada setelah kematiannya? Apakah Sang Tathagata tidak ada setelah
kematiannya? Apakah jiwa sama dengan tubuh? Apakah tubuh itu satu hal dan
jiwa itu hal lain?' Pada pertanyaan-pertanyaan demikianlah maka Sang Buddha
tidak memberi jawaban pada Malunkyaputta. Tidak ada alasan untuk
menjawabnya. Para Buddha tidak berbicara tanpa alasan."

bisa di simak dan dibaca..... ^^
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.