Sdr tyven,
Kembali aku bertanya ke kamu: Apakah kamu setiap kali berbuat( pikiran, perkataan, perbuatan dan kelalaian) dan mengkonsumsi( baik barang maupun makanan), sudah bisa dipastikan itu semua halal, karena telah melalui proses pembuktian ? Catatan : Jangan sampai kamu ad hominem dengan mengatakan hal itu tidak penting; karena kamu juga telah menuduh bahwa aku menyepelekan makanan dan bahwa semua sudah haram.
Jika kamu menjawab pasti halal, aku hentikan diskusi ini, karena percuma dengan alasan2mu yang tidak masuk akal. Kamu membohongi dirimu sendiri.
Ingat juga manusia hidup bukan hanya dari makanan.
Manusia berdosa karena perbuatannya, karena kesombongannya, karena keegoisannya, dan terpenting mengenai dosa adalah karena manusia diperbudak oleh iblis.
Yang terpenting : Hal-hal atau persoalan yang sifatnya telah didogmakan, didoktrinkan dan didisiplinkan telah ada di GK, sebagai acuan umat untuk mentaatinya.
Bukan makanan atau barangnya yang terpenting tapi bagaimana cara berbuat untuk mendapatkannya sehingga itu dikonsumsi dan digunakan sebagai bagian dari hidup ini. Semua telah jelas tolok ukurnya dan di atur oleh Kuasa Mengajar Gereja.
Kembali aku bertanya ke kamu: Apakah kamu setiap kali berbuat( pikiran, perkataan, perbuatan dan kelalaian) dan mengkonsumsi( baik barang maupun makanan), sudah bisa dipastikan itu semua halal, karena telah melalui proses pembuktian ? Catatan : Jangan sampai kamu ad hominem dengan mengatakan hal itu tidak penting; karena kamu juga telah menuduh bahwa aku menyepelekan makanan dan bahwa semua sudah haram.
Jika kamu menjawab pasti halal, aku hentikan diskusi ini, karena percuma dengan alasan2mu yang tidak masuk akal. Kamu membohongi dirimu sendiri.
Ingat juga manusia hidup bukan hanya dari makanan.
Manusia berdosa karena perbuatannya, karena kesombongannya, karena keegoisannya, dan terpenting mengenai dosa adalah karena manusia diperbudak oleh iblis.
Yang terpenting : Hal-hal atau persoalan yang sifatnya telah didogmakan, didoktrinkan dan didisiplinkan telah ada di GK, sebagai acuan umat untuk mentaatinya.
Bukan makanan atau barangnya yang terpenting tapi bagaimana cara berbuat untuk mendapatkannya sehingga itu dikonsumsi dan digunakan sebagai bagian dari hidup ini. Semua telah jelas tolok ukurnya dan di atur oleh Kuasa Mengajar Gereja.