Bro, kalau bertanyanya yang seperti ini, saya lebih mungkin untuk menjawabnya...
Letak persoalannya adalah
teman-teman hanya bisa menilai dari sudut pandang yang telah terbentuk selama ini yaitu buddhisme theravada dan mahayana.
apa yang Anda jadikan sebagai pegangan justru adalah tidak cukup memadai untuk memahami Maitreya.
Itulah sebabnya saya sampai ngomong
"berhitung dasar tidak cukup untuk memahami quantum."
"bagai katak di dalam sumur yang ingin paham dunia."
padahal kalo saya ngomong kek gitu terus kan kayanya ngeyel dan menghina.
tapi itulah faktanya.
Itulah pula sebabnya sdr Syntax berkali-kali mengatakan kalau memang mau mengerti secara menyeluruh, datanglah, tetapi dengan sepenuh hati yang ingin memahami.
Saya tidak mengatakan Theravada tidak lengkap, atau tidak baik.
Theravada sangat baik sebagai dasar
(saya sendiri, lama, semasa kuliah, belajar Budhisme secara Theravada. Dan saya tidak merasa meninggalkannya, menghianatinya apalagi menjelek-jelekkannya)
Maitreya, approach dan konsep keBodhisattva-annya tentu lebih menyerupai Mahayana dan Tantrayana.
Juga perlu dipahami, Maitreya berkembang meluas awalnya di China daratan, dimana Budhisme sebagai 'pengajaran/pendidikan', Konfusianisme sebagai 'moral etika', dan Taoisme sebagai 'filosofi' telah menyatu.
Ditambah lagi dengan Mandarin sebagai kultur yang demikian tua.
Itulah sebabnya berbagai penjelasan, yang sebenarnya bersifat metafor, langsung teman2 gugat habis.
sama seperti
"Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui"
kita yang mengerti bahasa Indonesia tentu saja paham artinya.
Bagi yang tidak mengerti bisa langsung bilang: "gila, tidak masuk logika."
Bung, jangankan memahami Maitreya secara menyeluruh, Anda kan juga hadir di thread "sumpah....". Fenomena yang diutarakan oleh Marce tersebut saja masih harus lama dicerna.. apalagi Maitreya.
Point yang lain adalah begini.
Maitreya bukanlah Buddhis logika yang penuh metodologi.
Ini juga sebabnya logika tidak cocok dipakai untuk memahami nurani.
(Maaf, saya bukan mengatakan Anda2 ngak ada nurani, t'rus temen2 Maitreya ngak ngerti logika)
Itulah sebabnya yang satu bilang Ehipassiko, yang satu bilang Nurani.
Sama seperti "Men are from Mars, Women are from Venus" Bung.
Bung kalo semua orang logika dan nuraninya sempurna, artinya kebijaksanaan dan welas kasihnya sempurna; ngak perlu lagi ada diskusi di sini Bung. Buddhisme itu indah Bro....
Satu hal lagi Bung,
Tentu saja saya paham betul apa yang Anda ingin sampaikan mengenai pengalaman Anda, karena saya juga telah melewatinya.
Tentu saja bukan hanya Anda yang telah melihat kekurangan dan kesalahan pada IKT/MLDD sebagai organisasi keagamaan, pada petugas dan pekerjanya, pada penjelasan penjelasan penceramahnya, dsbnya.
perbedaan kita adalah:
Anda langsung meninggalkannya.
saya berusaha introspeksi dan berusaha memperbaikinya, saya memilihnya sebagai rumah spiritual saya.
: "Mengapa?"
Karena disinilah saya memahami jati diri, peran, tujuan dan idealisme hidup saya.
Dan "Buddha, Dharma dan Sangha" menjadi hidup bagi saya.
Dan "Percaya, Harapan dan Kasih"-pun menjadi nyata.
Bung, tidak ada "rumah" yang ngak cacat, kalau masih di dunia, semuanya dilakukan oleh manusia untuk manusia. Manusianya saja masih tidak sempurna, bagaimana produk manusia bisa sempurna.
Anyhow, Tentukanlah satu "rumah" untuk diri sendiri, temukan role, dream and sense of purpose bagi hidup yang sementara ini.
Temen2. Maitreya adalah urusan rumah spiritual saya.
Maaf jika di tengah upaya untuk melindunginya, saya justru merusaknya
dan di tengah proses itu ada yang saya sakiti. maaf.