@singthung
kutipan panjang diatas sama sekali tidak menjawab apa yang ingin saya ketahui, yaitu dari mana asalnya hukum sebab akibat, walau hukum ini sudah berjalan lama sekali, tetapi harus ada asal muasal hukum sebab akibat yang begitu hebat dan dashyat dlm mengatur kehidupan, mengatur karma, mengatur alam semesta dan sebagainya
thanks
Tidak semua hal yang berlaku di dunia ini ada jawabannya. Mengapa harus tetap ngotot Tuhan campur tangan untuk hal-hal yang sebenarnya tidak pasti. Banyak ajaran yang mencari-cari jawaban untuk hal-hal yang tidak terjawab, dengan membenturkan diri pada Konsep TUHAN.
Coba bayangkan seperti ini.
Sekarang yang mengeluarkan konsep Tuhan seperti yang anda maksud adalah ajaran-ajaran agama dari Timur Tengah (Abrahamic). dan kebetulan agama-agama dari Timur Tengah ini ditenggarai menjadi keyakinan universal. Bahkan sampai meracuni keyakinan akan konsep ketuhanan yang beda pada agama Buddha. Sehingga muncul ketuhanan yang maha esa dalam ajaran Meitreya yang pengertiannya sama dengan ajaran-ajaran dari Timur Tengah itu.
Bagaimana bila agama pagan oran-orang Sunda yang menjadi keyakinan manusia seperti agama-agama dari Timur Tengah itu. Gamblangnya, bagaimana bila dongeng 'asal mula jadi' dari Sunda yang menjadi agam dunia. Kita semua harus yakin dong bahwa kita semua keturunan anjing? Karena Sang Kuriyang yang incest dengan ibunya Dayang Sumbi, tak sadar bahwa bapaknya ternyata anjing dengan nama si Tumang yang dibunuhnya.
Nah..... kalau anda maksa untuk mencari siapa yang menciptakan Hukum Karma, Purnabava dan sebagainya.... Buat apa ada jalan mencapai pencerahan? Buat apa ada Buddha (termasuk Meitreya) yang kita yakini serba tahu?
Tidak memberikan jawaban yang tegas dalam hal ini, anda menginginkan pembenaran bahwa semuanya ciptaan Tuhan. Dan maaf maaf saja, ajaran Buddha menolak memberikan pengertian tentang konsep ketuhanan seperti itu. Agama Buddha memberikan pengertian bahwa memang banyak hal yang tidak bisa dijangkau oleh manusia biasa (entah bagi manusia yang sudah tercerahkan, karena saya belum). Dan ajaran Buddha menolak untuk sedikit-sedikit menjawab dengan bersembunyi di balik Tuhan. "Sudah ada yang ngatur..... " seperti itu.
Ajaran Buddha memberikan kita kesempatan untuk memakai otak kita, baik yang kiri maupun yang kanan, baik yang depan maupun yang belakang untuk mengerti bahwa sesuatu itu seperti apa adanya. Agama Buddha tidak mau memberikan jawaban bullshit pada sesuatu yang sulit untuk dijangkau dengan pikiran kita manusia biasa dengan kata maha sakti 'Tuhan'.
Kalau ada yang mengira di dalam agama Buddha semuanya harus ada jawabannya. Aku membenarkan, sebatas pribadi dengan mencari sendiri. Namun di konsep Tuhan lah sebenarnya menurutku, jawaban seperti dicari-cari, dipaksakan agar keraguan umat bungkam dan tidak ada pertanyaan lagi. Karena melawan atau mempertanyakan Tuhan saja sudah dosa.
Dan dengan demikian, tidak ada komentar lebih lanjt kagi kan? Karena umat sudah terlanjur takut untuk berpikir lebih jauh memaksimalkan kemampuannya sebagai mahkluk intelektual.
Syukur metode membungkam umat itu tidak berkembang di ajaran Buddha. Kalau kebetulan metode membungkam umat tersebut ada di aliran Meitreya, tentu itu bukan salah dari penganut atau ajaran Buddha.