• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Istilah - Istilah Agama Hindu

Dewa Sadwinayaka

Enam kelompok Dewa, yaitu:
1. Dewa Surya;
2. Dewa Chandra;
3. Dewa Baruna;
4. Dewa Kala;
5. Dewa Gana;
6. Dewa Kumara.
 
Sapta Wara

Hari yang tujuh, yaitu:
1. Raditya. Dewanya Sanghyang Bhaskara. Urip/neptu (5);
2. Soma. Dewanya Sanghyang Candra. Urip/neptu (4);
3. Anggara. Dewanya Sanghyang Anggkara. Urip / neptu (3);
4. Budha. Dewanya Sanghyang Udaka. Urip/neptu (7);
5. Wraspati. Dewanya Sanghyang Sukra Guru. Urip/neptu (8);
6. Sukra. Dewanya Sanghyang Bregu. Urip/neptu (6);
7. Saniscara. Dewanya Sanghyang Wasu. Urip/neptu (9).
 
Sapta Loka

Tujuh Tempat / tujuh alam
1. Bhuh Loka = Jagra Pada = Atman
2. Bhwah Loka = Swapana Pada = Antara Atman
3. Swah Loka = Supta Pada = Parama Atman
4. Tapa Loka = Turya Pada = Niratma
5. Jana Loka = Turyanta Pada = Adyatma
6. Maha Loka = Kewalya Pada = Niskalatma
7. Satya Loka = Parama Kewalya Pada = Sunyatma
 
Sapta Patala (Bumi)

Tujuh Lapisan Bumi, yaitu:
1. Patala;
2. Nitala;
3. Sutala;
4. Antala;
5. Tala;
6. Tala-Tala;
7. Mahatala.
 
Sapta Padma

Tujuh teratai gaib yang ada pada tubuh hanya bisa diketahui dengan bathin:
1. Kundalini Padma;
2. Swadistana padma;
3. Nabhipura Padma;
4. Anakata Padma;
5. Wisuda Padma;
6. Adnya Padma;
7. Sahasra Padma.
 
Sad Cakra

1. Muladhara Chakra (pada dasar dari tulang belakang) memiliki empat daun bunga dan mengendalikan bau dengan unsure padat. = Tempat pada tulang punggung di antara payu pastha atau dubur dan kelamin.

2. Swadishthana Chakra (pada dasar kelamin) memiliki enam daun bunga dan mengendalikan rasa, dengan unsure cair, = Tempat pada tulang punggung diantara nadi pusar dengan upastha/alat kelamin.

3. Manipura Chakra (di seberang pusar) mempunyai sepuluh daun bunga dan mengendalikan pandangan, dengan uncur cahaya =Terletak pada tulang punggung dan sejajar dengan Nadi/Pusar.

4. Anahata Chakra (sejajar dengan hati) mempunyai duabelas daun bunga dan mengendalikan sentuhan, dengan udara = Terletak pada tulang punggung dan sejajar dengan hulu hrdaya atau hulu hati/jantung.

5. Wisuddha Chakra (pada jakun kerongkongan) memiliki enam belas daun bunga dan mengendalikan pendengaran, dengan unsur ether = Terletak pada tulang punggung dan sejajar dengan tempatnya Kerongkongan.

6. Ajna Chakra (di antara alis) memiliki dua daun bunga dan mengendalikan pikiran. = Terdapat pada tulang punggung dan sejajar dengan letaknya bhrumadya/Kening

7. Sahasrara Chakra (terletak diatas titik paling atas dari kepala) mempunyai seribu daun bunga. Disini Yogi telah meperoleh Kesadaran Kosmis.= Tempatnya pada SiwaDwara/Ubun-Ubun dan sehasra cakra ini sering pula disebut Siwasthana Brahmaranda.
 
Sapta Maha Rsi

Tujuh orang Rsi yang ada pada jamannya, sangat menonjol dalam tugasnya membimbing umat manusia dan menrima wahyu, yaitu:
1. Rsi Grtasamada;
2. Rsi Wiswamitra;
3. Rsi Wamadewa;
4. Rsi Atri;
5. Rsi Bharadwaja;
6. Rsi Wasistha;
7. Rsi Kanwa.
 
Asta Wara

Hari yang delapan, yaitu:
1. Sri. Dewanya Dewi Shri. Urip / neptu (6)
2. Indra. Dewanya Sanghyang Indra. Urip / neptu (5)
3. Guru. Dewanya Sanghyang Guru. Urip / neptu (8)
4. Yama. Dewanya Sanghyang Yama. Urip / neptu (9)
5. Rudra. Dewanya Sanghyang Rudra. Urip / neptu (3)
6. Brahma. Dewanya Sanghyang Brahma. Urip / neptu (7)
7. Kala. Dewanya Sanghyang Kala. Urip / neptu (1)
8. Uma. Dewanya Dewi Uma. Urip/neptu (4)
 
Asta Abiseka

Ada delapan jenis penobatan / inisiasi yaitu:
1. Saktabhiseka = Inisiasi untuk mengikuti sadhana dalam menerima ajaran Tantra;
2. Punarbhiseka = Inisiasi untuk menjadi daksina chana;
3. Krama Diaksabhiseka = Inisiasi seseorang untuk menjadi Brahmana;
4. Samrarajyabhiseka = Penobatan seseorang untuk menjadi Maharaja;
5. Mahasamrajayabhiseka = Penobatan seseorang untuk menjadi Maharaja Diraja;
6. Yogadiksabhiseka = Penobatan seseorang untuk menjadi seorang Yogi;
7. Purnadiksabhiseka = Inisiasi seseorang karena telah memperoleh kesempurnaan hidup;
8. Mahapurnadiksabhiseka = Inisiasi untuk seseorang, sehingga kepadanya diberi wewenang melakukan upacara sradha.
 
Asta Aiswarya

Delapan kemahakuasaan Tuhan, yaitu:
1. Anima = sifat Tuhan yang amat halus atau bisa berbentuk yang sekecil-kecilnya.
2. Lagima = Bisa berat seberat-beratnya dan ringan seringan-ringannya.
3. Mahima = Bisa berada di mana-mana. Di mana Tuhan dipuja disitu memberi suka.
4. Prapti = Bisa sampai di mana saja sesuai kehendakNya.
5. Prakamiya = Bisa berubah kecil, muda, tua, bisa laki bisa perempuan dan bisa masuk ke dalam tubuh semua yang hidup.
6. Isitwa = Di Sorga atau di Kahyangan dihormati oleh para Dewa-Dewa dan mampu memerintah bahkan mengusir Dewata dari Kahyangan.
7. Wasitwa = Tidak ada yang dapat mengalangi kehendakNya, luput dari mara bahaya.
8. Yatrakamawasayitwa = Semua perintahnya terlaksana, dan terjadi semua atas kehendakNya.
 
Asta Angga Yoga

Delapan macam sikap untuk mendekati Tuhan, yaitu:
1. Yama = Pengendalian hawa nafsu;
2. Niyama = Meningkatkan kewajiban melaksanakan keimanan;
3. Asana = Melatih sikap duduk seperti: Padmasana, Bajrasana, dan lain sebagainya.
4. Pranayama = Melatih pernafasan;
5. Pratyahara = Pengekangan indriya, melepaskan diri dari ikatan obyek duniawi.
6. Dharana = Meditasi / renungan pikiran yang terus menerus ke arah satu obyek.
7. Dhyana = Konsentrasi pikiran ditujukan kepada satu obyek yang lebih dalam.
 
Asta Bumi

Ilmu Pengetahuan tentang jenis ukuran pekarangan serta sifatnya untuk dipergunakan tempat membangun perumahan dan kahyangan.
 
Asta Dasa Purana

Ada 18 buah Kitab-Kitab Purana, yaitu:
1. Bramanda Purana;
2. Brahmawaiwarta Purana;
3. Markandeya Purana;
4. Bhawisya Purana;
5. Wamana Purana;
6. Brahma Purana atau Adhi Purana;
7. Wisnu Purana;
8. Narada Purana;
9. Bhagawata Purana;
10. Garuda Purana;
11. Padma Purana;
12. Waraha Purana;
13. Matsya Purana;
14. Kurma Purana;
15. Lingga Purana;
16. Siwa Purana;
17. Skanda Purana;
18. Agni Purana.
 
Asta Dasa Berata Pramiteng Prabu

Asta Dasa Berata Pramiteng Prabu
Delapan belas kekuasaan/kewenangan seorang Raja/Pemimpin. (Menurut theori Patih Gajah Mada).

1. Wijaya; bersikap tenang dan bijaksana.
Pemimpin hendaknya tenang, sabar dan bijaksana, tidak cepat panic menghadapi persoalan;

2. Matri Wira; berani membela yang benar.
Pemimpin harus berani mebela kebenaran secara universal.

3. Matangguan; harus mendapat kepercayaan rakyat.
Pemimpin harus mendapat kepercayaan rakyat, karenanya ia harus bertindak atas landasan Tri Kaya Parisudha.

4. Satya bhakti a prabhu; taat kepada pemimpin/pemerintah.
Pemimpin harus taat kepada atasan. Artinya untuk siap diangkat sebagai pemimpin dan siap bertindak kalau dipimpin.

5. Wagmi wak; pandai bericara dan meyakinkan pendengar.
Maksudnya. Pemimpin harus bisa beragetasi untuk membangunkan semangat rakyat dalam menunaikan tugas baktinya kepada Nusa dan Bangsa.

6. Wicak Saneng Naya; cerdik menggunakan pikiran.
Pemimpin harus cerdik mengemukakan buah pikirannya.

7. Sarjawa Upasama ; selalu bersikap rendah hati.
Bersifat rendah diri/hati. Jadi pemimpin tidak patut merasa diri super dan sombong.

8. Dirotsaha; rajin dan tekun bekerja.

Rajin dan tekun dengan segala daya, karsa dan ciptanya sebagai Asewaksa Jagat (Abdi Masyarakat).

9. Tan Satresna; jangan terikat/mengikatkan diri pada satu golongan atau persoalan.

Tidak mengikat diri atau tidak memihak kepada salah satu golongan atau aliran.

10. Masihi Samasta Buwana; bersikap kasih sayang kepada semuanya.

Menyayangi isi alam semesta. Maksudnya, mempunyai rasa peri-kemanusiaan yang tebal.

11. Sih Semesta buwana; dikasihi oleh semuanya;
Pemimpin harus berusaha agar betul-betul dicintai oleh rakyat.

12. Negara Gineng Pratidnya; selalu mengabdi dan mendahulukan kepentingan negara.
Selalu mengutamakan kepentingan Negara dari pada kepentingan pribadi maupun keluarga atau golongan.

13. Dibyacita; toleran terhadap pendirian orang lain.
Toleran terhadap pendirian orang lain dengan lapang dada dan pandangan luas.

14. Sumantri; tegas dan jujur.
Pemimpin hendaknya tegas dan jujur sehingga tegaknya wibawa dan simpatik.

15. Nayakemeseh; selalu dapat menguasai musuh.
Seorang Pemimpin, hendaknya dapat menguasai musuh, baik yang ada di luar maupun dalam Negeri, lebih-lebih musuh dalam diri sendiri.

16. Ambeg Paramartha; pandai mendahulukan hal-hal yang lebih penting.

Pemimpin hendaknya bijaksana mengutamakan yang lebih penting.

17. Waspada Pubha Wisesa; waspada selalu/introspeksi diri.
Pemimpin hendaknya selalu mengadakan selfkoreksi, introspeksi dan retrospeksi secara objektip.

18. Prasaja; hiduplah sederhana.
Seorang pemimpin senang hindup sederhana.
 
Nawa / Sanga

Sanga Wara
Hari yang sembilan, yaitu:
  • Dangu = Dewanya Sanghyang Ishwara, Urip/neptu (5)
  • Jangur = Dewanya Sanghyang Maheswara, Urip/neptu (8)
  • Gigis = Dewanya Sanghyang Brahma, Urip/neptu (9)
  • Nohan = Dewanya Sanghyang Rudra, Urip/neptu (3)
  • Ogan = Dewanya Sanghyang Mahadewa, Urip/neptu (7)
  • Erangan = Dewanya Sanghyang Sangkara, Urip/neptu (1)
  • Urungan = Dewanya Sanghyang Wishnu, Urip/neptu (4)
  • Tulus = Dewanya Sanghyang Sambhu, Urip/neptu (6)
  • Dadi = Dewanya Sanghyang Ciwa, Urip/neptu (8)
 
Dewa Nawa Sanga

Sembilan kekuatan Brahman yang menjaga keseimbangan ala mini, yaitu:
1. Wisnu di Utara
2. Sambhu di Timur Laut
3. Iswara di Timur
4. Mahesora di Tenggara
5. Brahma di Selatan
6. Rudra di Barat Daya
7. Mahadewa di Barat
8. Sangkara di Barat Laut
9. Ciwa di Tengah-Tengah
 
Dasa

Dasa Wara
Hari yang sepuluh :
1. Pandita = Dewanya Sanghyang Surya, Urip/neptu (5)
2. Pati = Dewanya Sanghyang Kala Mertyu, Urip/neptu (7)
3. Suka = Dewanya Sanghyang Semara, Urip/neptu (10)
4. Duka = Dewanya Sanghyang Durgha, Urip/neptu (4)
5. Shri = Dewanya Sanghyang Amrta, Urip/neptu (6)
6. Manuh = Dewanya Sanghyang Kala Lupa, Urip/neptu (2)
7. Manusa = Dewanya Sanghyang Suksma, Urip/neptu (3)
8. Raja = Dewanya Sanghyang Kla Ngis, Urip/neptu (8)
9. Dewa = Dewanya Sanghyang Dharma, Urip/neptu (9)
10. Raksasa = Dewanya Sanghyang Maha Kala, Urip/neptu (1)
 
Tumpek

Hari Tumpek berasal dari kata-kata "tu" dan "pek".
Tu artinya keluar, dan Pek artinya akhir; rangkaian kata-kata itu berarti "penggabungan dari akhir", dalam hal ini Tumpek adalah pertemuan dari akhir Saptawara (Saniscara) dan akhir Pancawara (Kliwon). Jika kedua akhir ini bertemu dengan Wuku bermakna sebagai hari raya yang berhubungan dengan Trihitakarana.

Hari-hari Tumpek ada enam yaitu:

1. TUMPEK KRULUT
(Sabtu, Kliwon, Krulut)
Sumber sastranya, Lontar Aji Gurnita. Krulut berasal dari kata "lulut" artinya : senang sekali dalam hal ini berhubungan dengan alat-alat tetabuhan (gamelan).

Suara gambelan Pelok yaitu :

  • "Dang" Dewanya Iswara aksaranya Sa,
  • "Ding" Dewanya Brahma aksaranya Ba,
  • "Deng" Dewanya Mahadewa aksaranya Ta,
  • "Dung" Dewanya Wisnu aksaranya A,
  • "Dong" Dewanya Siwa aksaranya I.

Suara gamelan Slendro yaitu :

  • "Ndang" Dewinya Mahadewi aksaranya Na.
  • "Nding" Dewinya Saraswati aksaranya Ma,
  • "Ndeng" Dewinya Gayatri aksranya Si,
  • "Ndung" Dewinya Sri aksaranya Wa,
  • "Ndong" Dewinya Uma aksaranya Ya;

Banten ditujukan kepada Bethara Asta Eswarya : sesayut, pengambean, peras, panyeneng, sodaan, daksina, blabaran, ketipat gong, ketipat kelanan, canang wangi, lenge wangi, pasucian, rantasan, kumkuman, pengulapan, pangenteg, prayascita, dan segehan mesambleh pitik samlunglung, dan banten odalan.

2. TUMPEK KUNINGAN (Sabtu, Kliwon, Kuningan)
Banten Redite Wuku Kuningan (ulihan jawa) ditujukan kepada Hyang Pramestiguru: sodaan, canang genten, segehan cacahan.

Banten Soma Wuku Kuningan (ulihan bali) ditujukan kepada Hyang Pramestiguru dan Sang Buta Dungulan : sodaan, canang burat wangi, canang genten, segehan kepel.

Banten Saniscara Wuku Kuningan (kuningan) ditujukan kepada Hyang Pramestiguru: tebog dengan rerasmenan, jajan, raka-raka, tamiang, candiga, canang wangi, canang pasucian, sodaan, penek kuning dengan lauk kuning telur, segehan aperancak. Tataban manusa : sesayut prayascita luwih, panyeneng, penek kunig, guling bebek putih segehan kuning.

Pada hari ini Ida Bhatara dan para Dewata-dewati diiringi para leluhur tedun untuk mensucikan diri dan melancaran, namun beliau-beliau akan kembali ke alam Nirwana pada jam 12 siang; oleh karena itu upacara agar dilaksanakan pagi hari sebelum jam itu.

3. TUMPEK LANDEP (Sabtu, Kliwon, Kuningan)
Disebut juga sebagai Tumpek Senjata, hari pemujaan Sanghyang Pasupati dan juga merupakan Pujawali Bhatara Siwa.

Pada hari ini diupacarai segala macam senjata dan peralatan dari besi terutama buatan pande; tujuannya mohon ketajaman pikiran dan kekuatan lahir batin manusia (dipersenjatai Dharma).

Sumber sastranya Lontar Sundrigama; banten di Sanggah Pamerajan: tegteg daksina peras ajuman, tumpeng putih kuning selengkapnya dengan lauk sate berisi terasi merah, raka-raka; di perapen bantennya : sesayut pasupati, sesayut jayeng perang, sesayut kusumayuda, suci, daksina peras ajuman, canang wangi, dan pareresik.

4. TUMPEK UYE /TUMPEK KANDANG (Sabtu, Kliwon, Uye)
Sumber sastranya Lontar Sundarigama; bermakna sebagai hari terciptanya segala inatang; Dewa yang dipuja : Sanghyang Rare Angon (manifestasi Siwa); bantennya : di sanggah pamerajan : suci, daksina peras ajuman, penek, sodan putih kuning, lenga wangi, burat wangi, panyeneng, pasucian; di kandang binatang berkaki empat :sesayut, panyeneng, pabersihan, jerimpeng, canang raka, dan ketupat; di kandang untuk jenis unggas : ketupat sida purna, ketupat bagia, ketupat pendawa, panyeneng, tetebus, kembang payasan.

5. TUMPEK WARIGA (Sabtu, Kliwon, Wariga)
Tumpek Bubuh, merupakan otonan bagi segenap tumbuh-tumbuhan, dan awal dari rangkaian upacara-upacara Hari Galungan; yang dipuja adalah Bhatara Sangkara, mohon keselamatan bagi tumbuh-tumbuhan agar dapat dimanfaatkan manusia.

Berbagai nama yang diberikan kepada hari ini mengandung makna tertentu, yaitu :
Tumpek Pengarah, memberitahukan kepada pohon-pohonan bahwa 25 hari mendatang Galungan tiba mohon agar berbuah berbunga dan berdaun lebat agar dapat digunakan
untuk Galungan.
Tumpek Pengatag, karena batang pohon dicekak lalu disisipi satsat simbol kesucian sambil menepuk-nepuk batang (tagtag).
Tumpek Bubuh, karena di batang pohon itu diolesi bubur tepung beras simbol makanan.
Tumpek Uduh, karena manusia meminta (nguduh) pohon berbuah berdaun dan berbunga lebat .
Tumpek Wariga, karena jatuh pada Wuku Wariga yaitu hari baik untuk bermohon ke hadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa.

Sumber sastranya Lontar Sundarigama, banten di sanggah pamerajan, pura subak, atau palinggih dewa ayu sedahan abian : Sesayut, peras, tulung, bubur tepung, tumpeng agung, babi guling, jajan, raka-raka, panyeneng, tatebus, peras topeng.

6. TUMPEK WAYANG (Sabtu, Kliwon, Wayang)
Sumber sastranya Lontar Sundarigama; bermakna sebagai otonan wayang.
Perlengkapan wayang merupakan simbol-simbol sebagai berikut :

  1. "Kelir" simbol ruangan alam permukaan bumi (bhuwana agung) dan simbol penampilan manusia yang mempunyai triguna : sattwam, rajas, tamas (bhuwana alit)
  2. "Lampu blencong" simbol matahari (bhuwana agung) dan simbol sinar jiwaatman yang mengendalikan triguna (bhuwana alit)
  3. "Dalang" simbol Ida Sanghyang Widhi Wasa yang berada di balik sinar cahaya-Nya (bhuwana agung) dan simbol jiwaatman yang memberi kekuatan sehingga badan kasar manusia bisa bergerak/berkata (bhuwana alit)
  4. "Wayang" simbol mahluk-mahluk ciptaan Ida Sanghyang Widhi Wasa yang diberi kehidupan namun kemudian dipralina untuk kembali ke sunia (bhuwana agung); "sunia" disimbolkan sebagai "gedog" (simbol trikona); perlakuan wayang oleh dalang seperti kodrat Ida Sanghyang Widhi Wasa terhadap mahluk hidup (bhuwana alit) di mana ada tiga proses yaitu : utpti (dikeluarkan dari gedog = dihidupkan), stiti (dimainkan di-kelir = kerja sebagai mahluk hidup), dan pralina (dikembalikan ke gedog = akhir kehidupan)
  5. "Gender" simbol irama zaman (bhuwana agung) dan simbol suara kehidupan (bhuwana alit)
Pada hari Tumpek Wayang, yang dipuja adalah Bethara Iswara; bantennya : disanggah pamerajan: peras, ajuman, perangkatan, bebek putih dipanggang, canang meraka, buah-buahan, pesucian, dan mapeselat memakai pandan duri; banten ayaban untuk Hyang Maha Kala dan tataban untuk manusia (terutama yang lahir di Wuku Wayang) : sesayut tumpeng agung, prayascita, panyeneng, banten otonan, beakala, banten nyapuh leger.
Selain wayang, juga disucikan alat-alat: gong, gambang, gender, gentha, angklung, kulkul, pratima, arca, dan benda-benda suci lainnya yang berbentuk ukiran.
 
Dasa Awatara

Sepuluh Awatara / utusan Tuhan sebagai pemelihara alam yaitu:

1. Matsya Awatara yaitu Hyang Widhi turun kedunia sebagai Ikan yang besar yang menyelamatkan manusia pertama dari tenggelam saat dunia dilanda banjir yang maha besar.

2. Kurma Awatara yaitu Hyang Widhi turun sebagai kura-kura besar yang menumpu dunia agar selamat dari bahaya terbenam saat pemutaran Gunung Mandara di Lautan Susu (Kesire Arnawa) oleh para Dewa untuk mencari Tirta Amertha (Air suci kehidupan)

3. Waraha Awatara yaitu Hyang Widhi turun sebagai Badak Agung yang mengait dunia kembali agar selamat dari bahaya tenggelam

4. Nara Simbha Awatara yaitu Hyang Widhi turun sebagai manusia berkepala singa (Simbha/Sima) yang membasmi kekejaman Raja Hyrania Kasipu yang sangat lalim dan menindas Adharma

5. Wamana Awatara yaitu Hyang Widhi turun kedunia sebagai orang kerdil berpengetahuan tinggi dan mulia dalam mengalahkan Maha Raja Bali yang sombong dan ingin menguasai dunia serta menginjak-injak Dharma.

6. Paracu Rama Awatara yaitu Hyang Widhi turun kedunia sebagai Rama Parasu yaitu Rama bersenjatakan Kapak yang membasmi para ksatrya yang menyeleweng dari ajaran Dharma.

7. Rama Awatara yaitu Hyang Widhi turun sebagai Sang Rama putra raja Dasa Rata dari Ayodya untuk menghanncurkan kejahatan dan kelaliman yang ditimbulkan oleh Raksasa Rahwana dari negara Alengka.

8. Krisna Awatara yaitu Hyang Widhi turun sebagai Sri Krisna raja Dwarawati untuk membasmi raja Kangsa, Jarasanda dan membantu Pandawa untuk menegakkan keadilan dengan membasmi Kurawa yang menginjak-injak Dharma.

9. Budha Awatara yaitu Hyang Widhi turun sebagai putra raja Sododana di Kapilawastu India dengan nama Sidharta Gautama yang berarti telah mencapai kesadaran yang sempurna. Budha Gautama menyebarkan ajaran Budha dengan tujuan untuk menuntun umat manusia mencapai kesadaran, penerangan yang sempurna atau Nirwana.

10. Kalki Awatara yaitu penjelmaan Hyang Widhi yang terakhir yang akan turun untuk membasmi penghinaan-penghinaan, pertentangan-pertentangan agama akibat penyelewengan umat manusia dari ajaran Hyang Widhi (Dharma). Menurut keyakinan umat Hindu, awatara terakhir akan turun apabila memuncaknya pertentangan-pertentangan agama di dunia ini.
 
Dasa Aksara

Sepuluh huruf suci lambang prabhawa atau manifestasi dari Tuhan yang berstana di sepuluh penjuru alam untuk menjaga keseimbangan alam, yaitu:

  1. SA = Dewa Iswara berstana di Timur
  2. BA = Dewa Brahma berstana di Selatan
  3. TA = Dewa Mahadewa berstana di Barat
  4. A = Dewa Wisnu berstana di Utara
  5. I = Dewa Iswara berstana di Tengah-Tengah
  6. NA = Dewa Mahesora berstana di Tenggara
  7. MA = Dewa Rudra berstana di Barat Daya
  8. SI = Dewa Sangkara berstana di Barat Laut
  9. WA = Dewa Sambhu berstana di Timur Laut
  10. YA = Dewa Ciwa bestana di Tengah-tengah
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.