• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

>> Info Seputar Provider Kartu <<

Status
Tidak terbuka untuk balasan lebih lanjut.
Layanan Data Hemat Saat di Luar Negeri

Jakarta, 28 November 2007


Pelanggan Telkomsel kini semakin nyaman menikmati layanan data di luar negeri dengan adanya paket tarif murah bulanan, yakni Rp 280.000 untuk 15 MB dan Rp 560.000 untuk 40 MB atau sekitar Rp 14 per kilobyte.

Layanan yang diberi nama Bridge DataRoam ini merupakan kerjasama Telkomsel sebagai salah satu pendiri aliansi operator terkemuka Asia Pasifik Bridge Alliance dengan para operator anggotanya, yakni: Airtel (India), AIS (Thailand), CSL (Hong Kong), CTM (Macau), GlobeTelecom (Philippines), Maxis (Malaysia), SK Telecom (Korea), SingTel Mobile (Singapore),SingTel Optus (Australia), dan Taiwan Mobile (Taiwan).

VP Marketing & CRM Hendri Mulya Sjam mengatakan, "Kami terus berupaya mendengarkan apa yang dibutuhkan pelanggan dan mencari solusinya. Layanan ini kami hadirkan karena adanya kebutuhan penggunaan layanan data yang cukup tinggi dari pelanggan saat mereka berada di luar negeri terutama wilayah Asia Pasifik, yang mana kebanyakan pelanggan korporat kami. Untuk itu kami menyediakan 2 pilihan paket hemat dan berlaku flat saat berada di 10 negara anggota Bridge Mobile, di mana sebelumnya operator memberlakukan tarif berbeda-beda berkisar Rp 20/kilobyte."

"Kini pelanggan lebih gampang menghitung berapa yang harus dibayar untuk layanan data selama di luar negeri, sehingga mereka tinggal menyesuaikan dengan kebutuhan dan anggarannya," ungkap Hendri.

Paket Data

Seorang pelanggan Telkomsel sedang mengakses email lewat Blackberry-nya. Pelanggan Telkomsel kini semakin nyaman menikmati layanan data di luar negeri dengan adanya paket tarif murah bulanan, yakni Rp 280.000 untuk 15 MB dan Rp 560.000 untuk 40 MB atau sekitar Rp 14 per kilobyte.


Paket hemat ini ditujukan untuk pelanggan dengan tingkat pengunaan data (data roaming) kategori sedang hingga tinggi, sebagai tolak ukur Paket 15MB dapat digunakan untuk 300 email dan 1.500 halaman WAP, sedangkan Paket 40MB untuk 800 email dan 4.000 halaman WAP. Dengan begitu kini pelanggan Telkomsel dapat menggunakan layanan datanya sesuai kebutuhan, misalnya: Blackberry, email, browsing, download, dan sebagainya di jaringan GPRS, 3G, dan HSDPA.

Untuk mulai menikmati layanan ini pelanggan dapat mendaftar ke GraPARI (kantor pelayanan Telkomsel) sebelum berangkat ke luar negeri dan memilih paket yang diinginkan. Sedangkan untuk pelanggan korporat dapat menghubungi 128 dari ponselnya atau langsung menghubungi Account Manager Telkomsel untuk perusahaannya masing-masing. Paket yang telah dipilih berlaku selama sebulan sejak tanggal pembelian dan bila pelanggan penggunaannya melebihi kuota paket yang dipilih maka kelebihannya akan berlaku tarif normal roaming data (sekitar Rp 20/kb).

"Layanan data lintas negara dengan tarif hemat ini merupakan upaya Telkomsel dalam memenuhi kebutuhan bisnis global sebagian masyarakat yang menuntut adanya solusi akses email dan internet untuk mendukung aktivitas mereka. Hal ini sejalan dengan komitmen Telkomsel untuk menghadirkan layanan berstandar Internasional dengan tarif yang semakin terjangkau, sekaligus menjadi pemain utama di tingkat Asia Pasifik."
 
XL Perpanjang Tarif Promo Rp1/detik

03 Desember 2007


XL memperpanjang tarif promo Rp1/detik sampai dengan awal tahun 2008. Untuk Xplor diperpanjang hingga 15 Februari 2008 sedangkan Bebas diperpanjang sampai 15 Januari 2008. Promo Tarif Xplor diperpanjang dengan mekanisme baru yaitu memberikan tarif khusus bagi pelanggan Xplor Classic (regular) untuk menelepon ke sesama XL Rp.9/detik di 3 menit pertama dan Rp.1/detik di menit berikutnya. Serta non XL (operator lain dan PSTN) Rp.23/detik di 3 menit pertama dan Rp.9/detik di menit berikutnya. Sementara promo tarif bebas yang berakhir 30 November dan 31 Desember 2007 di beberapa area layanan XL diperpanjang dengan mekanisme yang sama.

Pelanggan XL hingga kuartal 3 mencapai 12,8 juta pelanggan, dan saat ini telah mencapai sekitar 14 juta pelanggan, dimana 60% merupakan pengguna bebas dan hampir 4% adalah pelanggan Xplor. (Sumber: OKEZONE.COM)
 
XL Patok 5 Juta Pelanggan Baru 2008

05 Desember 2007


PT Excelcomindo Pratama Tbk (XL) mematok target penambahan sampai 5 juta pelanggan baru tahun depan seiring proyeksi pertumbuhan bisnisnya sampai 30%. Presdir XL Hasnul Suhaimi optimistis bisnis XL tahun depan bisa tumbuh sampai 30% dan menjaring pelanggan baru antara 4,5 juta sampai 5 juta nomor. "Kami harapkan tahun depan bisnis kami akan seperti tahun ini, antara 25%-30%," ujarnya.

Operator tersebut menyatakan belanja modal US$700 juta tahun ini sebanyak 90% sudah terserap untuk pembangunan sekitar 2.000 BTS, MSC, billing system dan penyebaran serat optik. Basis pelanggan XL per November 2007 sudah menembus 14 juta nomor dan diperkirakan melampaui target akhir tahun ini.

Hasnul menilai pasar saat ini kompetitif di mana operator telah menurunkan tarif dengan caranya masing-masing dan pelanggan sudah menyadarinya sesuai kebiasaan komunikasinya.

"Dengan pasar yang tumbuh, pelayanan pelanggan menjadi lebih penting, agar orang mau beralih ke seluler dan pangsa pasar diperbesar dan semua pemain kebagian."

Jangan bocor

Mengenai rencana pengaturan tarif oleh pemerintah, XL menyatakan siap. "Namun, harapan kami bila industri sudah kompetitif, sebaiknya jangan terlalu diatur, sebab kompetisinya bisa hilang," tegasnya.

Dia mengilustrasikan kompetisi yang sudah terjadi di mana kompetitor sudah berjumlah lebih dari dua. Bahkan enam operator aktif dari total 10 operator.

Dia memberikan contoh rencana kewajiban lapor tarif promo, siapa yang akan menjamin bahwa strategi itu tidak bocor.

"Kalau bocor, semua ikut, kreativitas tidak terjadi. Harapan kami, mana yang belum kompetitif bisa diatur, tetapi kalau sudah kompetitif tidak perlu lagi," tuturnya.

Ketika disinggung model pengaturan batas atas batas bawah, Hasnul mengingatkan pengaturan itu dikhawatirkan memberi ruang terlalu sempit untuk berkreasi.

"Kami akan usul karena pemerintah cukup terbuka misalnya mengapa promo tiga bulan harus lapor," paparnya.

Dia menegaskan kompetitifnya pasar saat ini ditandai dengan perang kreativitas. "Ini bukan perang tarif. Karena perang kreativitas, pelanggan untung dan perusahaan juga mendapat trafik. Sedangkan jika perang tarif, pelanggan untung perusahaannya mati," jelasnya memberi contoh kondusifnya pasar di mana tidak ada operator yang rugi dan operator kecil juga hidup.

XL saat ini menggelar empat variasi tarif di tempat berbeda-beda berdasarkan pola trafik komunikasi di daerah yang juga memiliki karakter semakin banyak memiliki pengguna yang oportunis terhadap tarif. (Sumber: Bisnis Indonesia)
 
Pelanggan Telkomsel Jawa-Bali Dilayani 133.594 Titik Pelayanan

08 Desember 2007


Seiring dengan penggelaran jaringan infrastruktur telekomunikasi selularnya di seluruh kabupaten dan kecamatan di Indonesia, Telkomsel menghadirkan ratusan ribu titik pelayanan yang siap melayani lebih dari 45 juta pelanggan guna lebih meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat dan pelanggannya.

Saat ini Telkomsel telah menghadirkan sekitar 310.000 titik pelayanan yang berupa GraPARI (68 buah), GeraiHALO (238 buah), KiosHALO (2.300 buah), Retail Nasional (3.153 buah), Outlet Dealer Telkomsel (5.000 buah), dan M Kios (290 buah).

"GeraiHALO adalah salah satu tempat pelayanan Telkomsel yang merupakan perpanjangan kantor layanan GraPARI Telkomsel yang dikelola oleh mitra kerja. Masyarakat dan pelanggan akan mendapatkan layanan satu atap (one stop services) layaknya di GraPARI. Di GeraiHALO pelanggan bisa mendapatkan layanan, mulai dari informasi umum, penanganan keluhan, aplikasi dan pembayaran tagihan kartuHALO, penjualan kartu dan isi pulsa, balik nama, sampai open blokir. Bahkan pelanggan juga bisa membeli ponsel baru bergaransi lengkap dengan aksesorinya. Dengan adanya GeraiHALO, tentunya akan lebih memudahkan pelanggan untuk mendapatkan layanan yang lebih dekat selain ke GraPARI," ungkap VP Telkomsel Area Jawa-Bali Irfandi Firmansyah di sela-sela acara penghargaan GeraiHALO terbaik se-Jawa Bali.

Untuk wilayah Area Jawa Bali sendiri (Jateng - DIY, Jawa Timur, dan Bali - Nusa Tenggara), Telkomsel telah hadir lebih dekat dengan pelanggannya lewat 133.594 titik pelayanan yang melayani lebih dari 10,8 juta pelanggan area ini, mulai dari kota kabupaten, bahkan hingga pelosok sekalipun.

Irfandi mengatakan, "Kehadiran ratusan ribu titik pelayanan merupakan salah satu wujud nyata komitmen kami dalam menyediakan dukungan pusat pelayanan seiring dengan cepatnya penggelaran jaringan. Meningkatkan pelayanan dengan memperhatikan faktor-faktor kedekatan, kemudahan, dan kenyamanan untuk mendapatkan berbagai layanan dari Telkomsel yang cepat dan tuntas menjadikan slogan kami 'Begitu Dekat Begitu Nyata' akan dirasakan secara langsung oleh masyarakat."

"Perkembangan dan pembangunan di wilayah Area Jawa Bali sangatlah pesat. Hal ini harus didukung dengan solusi komunikasi terpadu, baik dari sisi jaringan maupun pelayanannya. Seiring luasnya jaringan Telkomsel yang telah melayani sampai ke pelosok bahkan pedalaman, kehadiran pusat pelayanan di berbagai tempat strategis yang berdekatan dengan tempat tinggal dan bekerja tentunya merupakan hal yang sangat diharapkan pelanggan," tambah Irfandi.

Di saat layanan operator selular lainnya belum menjangkau hingga seluruh kabupaten, bahkan masih ada yang baru memulai membangun jaringan di pusat-pusat kota wilayah Indonesia Timur, Telkomsel telah dengan cepat memperluas jaringannya hingga tingkat kecamatan, karena di tahun 2005 telah berhasil melayani seluruh kabupaten di Indonesia.

Melalui program melayani sampai tingkat kecamatan, Telkomsel telah berhasil menggelar sekitar 20.000 BTS (Base Tranceiver Station) melayani seluruh kecamatan Sumatera, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Di tahun 2007 ini Telkomsel mengalokasikan investasi US$ 1,5 billion (sekitar Rp 14 triliun) untuk menambah 5.000 BTS baru dalam menyukseskan penggelaran jaringan di seluruh kecamatan Pulau Kalimantan dan tahun 2008 diharapkan bisa melayani kecamatan di wilayah Indonesia Timur (Sulawesi, Maluku, dan Papua).

Seiring dengan semakin luasnya penggelaran jaringan, Telkomsel tentunya memberikan kemanfaatan, seperti meningkatkan kelancaran komunikasi antar penduduk, daya tarik investasi, peluang usaha dan lapangan kerja baru, serta percepatan pertumbuhan perekonomian dan kemasyarakatan.

Telkomsel menghadirkan 3 produk (paskabayar kartuHALO, prabayar simPATI dan Kartu As) sebagai upaya melayani segmentasi yang berbeda-beda. Kepercayaan pasar terus menunjukkan peningkatan yang fantastik, di mana tahun 1995 hanya melayani 26 ribu pelanggan kini menjadi 45 juta pelanggan atau 1.730 kali lipat. Tingginya kepercayaan pasar ini dikarenakan Telkomsel relatif dapat memenuhi 5 parameter kebutuhan pokok, yakni: jaringan yang luas, kualitas jaringan, fasilitas produk yang lengkap, kenyamanan pelayanan purna jual, dan tarif yang wajar. (Sumber: TELKOMSEL.COM)
 
Contact Center XL 70% Layani Informasi Produk

08 Desember 2007


XL telah melengkapi dirinya dengan infrastruktur, teknologi, produk dan layanan pelanggan yang mendukung penyediaan solusi komunikasi berbasis ICT bagi pelanggannya. XL Contact Center adalah salah satu unit layanan pelanggan XL yang memberikan layanan pelanggan melalui telepon dan surat menyurat (elektronik dan faksimili). Fokus dari XL Contact Center adalah memberikan informasi dan solusi atas keluhan pelanggan, guna mencapai kepuasan pelanggan.

Untuk memenuhi kebutuhan layanan pelanggan dan memperkuat visi XL menjadi penyedia ICT, XL Contact Center diperkuat oleh tim yang multi skills untuk memberikan solusi komunikasi yang beragam, juga informasi atau keluhan seputar gadget. XL Contact Center juga telah ditunjang dengan IVR (Interactive Voice Response) yang dapat membantu memberikan informasi seputar program yang sedang berlangsung atau produk yang dimiliki XL. Layanan tambahan lainnya adalah layanan Video Contact Center berbasis 3G yang memungkinkan pelanggan bertatap muka dengan petugas kami. Layanan ini merupakan layanan Video Contact Center Pertama di Indonesia,” papar Ferry Fibriandani, Head of Contact Management XL.

Lebih lanjut mengenai petugas XL Contact Center yang multi skills, Ferry menjelaskan bahwa salah satu solusi komunikasi yang diberikan XL adalah solusi telekomunikasi korporat berbasis GSM dan Non GSM yang diberikan oleh XL Business Solutions. Solusi ini sangat beragam mulai dari sirkit sewa (leased line), broadband, IP (Internet Protocol), internet HSDPA, BlackBerry, hingga penyediaan PABX berbasis GSM dan telepon untuk pelanggan korporat. Mengingat solusi yang dibutuhkan pelanggan korporat sangat unique dan customized, tentunya dibutuhkan skill dan pengetahuan yang luas untuk dapat menangani customer insight, feedback maupun permintaan informasi dari pelanggan. Beberapa dari petugas XL Contact Center adalah mereka yang telah memiliki sertifikasi teknis atas suatu platform dan perangkat dari berbagai merek tertentu.

Saat ini, XL Contact Center melayani pelanggan XL dari seluruh Indonesia selama 24 jam dan 7 hari seminggu. Call dari pelanggan yang masuk ke unit ini sekitar 70% adalah permintaan tentang informasi produk dan layanan, dan 30% merupakan penyelesaian keluhan pelanggan. Sebagai upaya meningkatkan kepuasan pelanggan, XL Contact Center telah menambah titik layanan di beberapa lokasi, sehingga memiliki kemampuan load balancing dan disaster recovery system.

Buah dari upaya peningkatan layanan pelanggan yang dilakukan secara berkesinambungan adalah pengakuan dari pihak luar berupa Call Center Award 2006 dari majalah Marketing dan penghargaan Best Customer Service Award 2006 dari majalah Selular.” Penghargaan bukan sebagai tujuan utama, itu hanyalah compliment. Yang terpening bagi kami adalah kepuasan pelanggan atas layanan kami,” pungkas Ferry. (Sumber: OKEZONE.COM)
 
Indosat: Saatnya Jadi Challenging Brand

08 Desember 2007


Persaingan tajam dan vulgar di bisnis seluler menuntut Indosat terus memperbarui cetak biru pengembangan merek dan strategi pemasaran ke depan. Sebuah pertaruhan yang membutuhkan kecerdasan, kecermatan dan stamina tinggi.

Life begins at fourty. Barangkali ungkapan itu tepat buat Indosat saat ini. Di usia ke-40 tahun pada 2007 ini, Indosat benar-benar mulai dihadapkan pada situasi persaingan bisnis yang makin terbuka, makin berani (vulgar), dan berlangsung sangat ketat. Bisa dibilang seperti iklan rokok: "Bikin hidup lebih hidup".

Yang paling menohok adalah di bisnis seluler, yang memberikan kontribusi pendapatan terbesar Indosat, sekitar 77%. Dalam dua tahun terakhir terjadi dinamika luar biasa dalam hal penetrasi pasar, perkembangan teknologi dan inovasi layanan. Siapa pun pemain di dalamnya -- termasuk Indosat -- dibuat terengah-engah karena kegairahan yang diciptakan. "Beginilah kalau industrinya belum mature. Semua pemain memiliki kesempatan sama besarnya merebut pasar," ujar Agus W. Soehadi. Guru besar Prasetiya Mulya Business School itu memperkirakan empat tahun mendatang barulah akan tampak situasi pasar yang lebih matang.

Berdasarkan data Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia, potensi pasar seluler memang masih menggiurkan. Diperkirakan baru 80 juta pengguna telepon nirkabel (wireless line) dari sekitar 230 juta jiwa penduduk Indonesia atau sekitar 34%. Padahal, di beberapa negara mapan, jumlah pengguna telepon nirkabel bisa mencapai minimal 75%. Artinya, masih terbuka peluang besar bagi pemain seluler di Indonesia untuk membiakkan diri. Indosat yang memiliki tiga produk unggulan -- Matrix, pascabayar untuk pelanggan profesional; Mentari, prabayar untuk pelanggan menengah; dan IM3, prabayar untuk pelanggan muda & trendi -- masih berpeluang besar memenetrasi pasar. Dikatakan Guntur S. Siboro, Direktur Pemasaran Indosat, pihaknya baru mengumpulkan sekitar 18 juta pelanggan layanan seluler, tak sampai 8% dari penduduk Indonesia. "Bagi kami, pasar seluler memang masih menjanjikan. Ia baru bisa dibilang saturated (jenuh) kalau angkanya mendekati 50%," ujar Guntur mantap.

Kendati peluang pasarnya sangat besar, bukan berarti bisa mudah menggarapnya. Kini, setidaknya ada 12 produk beradu di telepon nirkabel (berbasis GSM dan CDMA). Masing-masing masih sibuk mencari kekuatan dan diferensiasi yang berbeda-beda, meskipun pasar yang dituju kurang-lebih sama. Akibatnya, seperti terlihat belakangan ini: terjadi overcommunicated -- gara-gara masing-masing operator ingin paling didengar pelanggannya.

Melihat komunikasi yang makin crowded ini, menurut Agus, para operator perlu mengevaluasi program pemasaran yang dijalankan. Lebih baik lagi jika mengkaji kembali cetak biru pemasaran yang telah dibuat.

Mengapa? Karena, produk dan teknologi di bisnis seluler kurang-lebih sama. Bahkan Mas Wigrantoro, Ketua Masyarakat Telematika Indonesia, menyebutkan bisnis seluler sudah seperti komoditas saja. Sehebat apa pun produk, teknologi dan layanan yang diberikan, semuanya dengan mudah bisa diikuti operator lain. Wigrantoro mengatakan, sesungguhnya tidak ada diferensiasi yang kuat antara Simpati, XL, Mentari, Jempol, Bebas, dan lainnya. Kalaupun operator memiliki dua produk yang berbeda, menurut dia, sebenarnya cuma satu macam produk, soalnya yang membedakan hanya segmen pasarnya.

Dari sisi harga juga tidak jauh berbeda. Hanya pengemasannya yang berbeda. Strategi promosinya pun sama. Kalau operator yang satu pasang model A, yang lain mengikuti dengan perbedaan yang tidak signifikan. Satu mensponsori event atau membuat event, yang lain pun begitu. Pesannya relatif sama pula: satu mengandalkan coverage, yang lain juga. "Lama-kelamaan industri ini akan menjadi generik," ucap Wigrantoro. (Sumber: swa.co.id)
 
Smart Targetkan 1 Juta Pengguna

11 Desember 2007


PT Smart Telecom akan segera melakukan ekspansi layanan ke luar Jawa pada awal tahun depan dengan target jumlah pelanggan hingga satu juta orang. Deputy Chief Executive Officer Smart Telecom Djoko Tata Ibrahim menegaskan perusahaan menyiapkan US$150 juta untuk belanja modal tahun depan, sementara untuk tahun ini telah menginvestasikan sekitar US$200 juta.

"Smart Telecom melayani kebutuhan komunikasi seluruh masyarakat Indonesia tidak hanya terwujud dari sajian tarif hemat tetapi juga dapat dilihat dari keseriusan menghadirkannya secara serentak tidak saja di area-area yang selama ini sepertinya hanya dimanjakan oleh para operator," ujarnya dalam peluncuran program Smart Bicara Gratis 24 Jam Tanpa Syarat, akhir pekan lalu.

Smart Telecom adalah salah satu unit bisnis di bawah naungan Sinar Mas Group yang bergerak di bidang jasa telekomunikasi seluler yang merupakan gabungan dari PT Indoprima Mikrosellindo (Primasel) dan PT Wireless Indonesia (Win).

Perusahaan ini adalah penyedia layanan telekomunikasi seluler baru di Indonesia yang berbasis teknologi CDMA 2000 1X dan Ev-Do-Rev A dengan frekuensi 1.900 MHz.

Menurut Djoko, seluruh wilayah Indonesia akan dijangkau sesuai dengan lisensi seluler nasional yang dimiliki sehingga akan meliputi Jawa, Bali, Lombok, Sumatra, Kali-mantan, Sulawesi dan Papua.

Hingga saat ini sebagian besar Pulau Jawa telah terjangkau layanan Smart khususnya kota besar seperti Jakarta, Bandung, Bogor, Cirebon, Surabaya, Malang, Semarang, Yogyakarta dan sekitarnya. Sampai dengan akhir 2007, anak perusahaan Grup Sinar Mas tersebut hadir di seluruh daerah di Pulau Jawa.

Pada awal 2008, layanan Smart direncanakan sudah hadir di Bali dan Lombok dan diikuti dengan daerah-daerah di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Hingga akhir 2009 direncanakan seluruh wilayah Indonesia akan dapat dilayani oleh Smart.

Djoko menambahkan guna memberikan nilai lebih pada pelanggan, pihaknya segera meluncurkan layanan pascabayar, melengkapi layanan prabayar yang sudah ada. (Sumber: Bisnis Indonesia)
 
XL Jalin Kerjasama 42 Operator Mancanegara

11 Desember 2007


PT Excelcomindo Pratama Tbk (XL) telah menjalin kerjasama dengan 42 operator mitra jelajah internasional di 27 negara, untuk mempermudah pelanggan menggunakan layanan 3G di negara-negara tersebut.

"Saat ini pelanggan dapat tetap menggunakan layanan 3G, baik untuk keperluan akes internet maupun video call saat berada di luar negeri. Kami telah menjalin kemitraan dengan 42 operator di 27 negara di Australia, Asia, Eropa dan Amerika," kata General Manager Intercarier Relations XL, Titus Dondi dalam siaran pers.

Ia menjelaskan, kemitraan terbaru dijalin XL dengan Mobitel Slovania dan Wataniya Kuwait, serta MTN (Dialog) Sri Lanka pada akhir November lalu.

Selain memberikan manfaat bagi pelanggan XL yang berada di luar negeri, kemitraan itu juga bermanfaat bagi pelanggan yang ada di Indonesia. "Mereka dapat melakukan komunikasi video call dengan kerabat atau relasi di negara-negara yang telah menjalin kerjasama dengan kami," kata Titus.

Saat ini, di Australia, Hongkong dan Taiwan terdapat masing-masing empat mitra operator yang melakukan kerjasama dengan XL. Sementara di Belgia ada tiga mitra operator, di Prancis, Korea Selatan, Malaysia, Saudi Arabia, dan Singapura masing-masing dua operator.

Selain itu, XL memiliki kerjasama dengan mitra operator di Jerman, Italia, Israel, Jepang, Kuwait, Belanda, Selandia Baru, Pilipina, Polandia, Portugal, Qatar, Slovenia, Spanyol, Sri Lanka, Swisa, Uni Emirat Arab, Inggris dan AS. (Sumber: investorindonesia.com )
 
Pengguna 3G Telkomsel di Bali 100 Ribu

11 Desember 2007


Telkomsel kini telah memiliki 100 ribu pengguna layanan seluler generasi ketiga (3G) sejak peluncurannya pertama kali November 2006 lalu. GM Sales and Customer Services Telkomsel, Hastining Bagyo Astuti, mengatakan jumlah pengguna 3G Telkomsel di Bali baru sekitar 11% dari total pelanggan di area tersebut yang mencapai 1,1 juta.

"Di Bali kami belum memiliki pelanggan HSDPA (internet kecepatan tinggi atau 3,5G-red), baru sebatas pengguna 3G saja," ujarnya.

Sementara, Manager Corporate Communication Telkomsel Suryo Hadiyanto mengatakan, total pengguna 3G secara nasional telah mencapai kisaran tiga juta pelanggan dari total 46 juta pelanggan yang dimiliki Telkomsel saat ini.

"Secara nasional, pelanggan HSDPA kami telah mencapai 193 ribu. Mereka menggunakan produk Telkomsel Flash," tandasnya. (Sumber: detikinet.com)
 
Telkomsel Luncurkan Kartu Simpati PeDe

11 Desember 2007
PeDe-com.jpg

Telkomsel memperkenalkan kartu perdana Simpati PeDe dengan skema tarif Rp 0,5 per detik. Operator selular itu berharap, dengan hadirnya layanan baru tersebut jumlah pelanggan dan traffic penggunaan telepon akan meningkat.

Dirut Telkomsel Kiskenda Suriahardja menolak jika dikatakan produk baru yang disebut Simpati PeDe itu mengikuti tuntutan Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU). Dalam putusannya KPPU mewajibkan Telkomsel menurunkan tarifnya 15 persen.

"Kita sudah merancang program ini sejak 2-3 bulan lalu, bukan karena KPPU. Melalui produk ini kami hanya menyederhanakan tata cara perhitungan tarif sesuai keinginan pelanggan," ujarnya dalam peluncuran Simpati PeDe di Hotel Mulia, Jakarta, Senin (10/12/2007).

Untuk saat ini, skema tarif tersebut baru bisa dinikmati oleh pelanggan kartu perdana Simpati PeDe. Namun 23 juta pelanggan Simpati lainnya, ujar Kiskenda, bisa menggunakan layanan tersebut dengan mengirimkan SMS ke nomor *880#.

Kiskenda menjelaskan, skema tarif setengah rupiah per detik ini baru bisa dinikmati setelah penggunaan menit pertama atau pada detik 61. Tarif pada menit pertama adalah Rp 25 per detik. (Sumber: detikinet.com)
 
Operator 3 Ekspansi ke Pekanbaru

12 Desember 2007


Setelah menjangkau Jawa, Bali, Lombok, Batam, Bintan, Lampung dan Palembang, Hutchison Charoen Pokphand Telecommunication (HCPT) Indonesia, melalui layanan selulernya '3' (baca: tri), kini memperluas jaringannya ke Pekanbaru.

Presiden Direktur HCPT, Rajiv Shawney mengatakan pengembangan jaringan dan layanan 3 ke Sumatera merupakan bukti nyata dari komitmen 3 yang berkesinambungan untuk menciptakan layanan telekomunikasi bergerak yang terjangkau. Langkah ini sesuai dengan rencana 3 untuk menggelar layanannya ke tingkat nasional.

"Kami yakin bahwa perpaduan antara kualitas jaringan yang kuat, keterjangkauan harga, dan produk inovatif memungkinkan pengguna selular di Indonesia untuk senantiasa terhubung," kata Presiden Direktur HCPT, Rajiv Shawney.

Sama seperti di kota-kota lain yang sudah luncur, di Pekanbaru 3 juga menawarkan beberapa layanan inovatifnya seperti promo SMS gratis ke sesama pengguna 3, layanan Beli 1 dapat 3 Lipatnya dan skema tarif terbaru yaitu Tarif 1/2 Harga.

Khusus untuk skema tarif terbaru, 3 memberikan pilihan fleksibel untuk pengguna dengan memangkas setengah dari tarif yang berlaku sebelumnya, yaitu Rp 75/menit untuk panggilan lokal maupun jarak jauh antar 3 (tarif normal Rp 150/menit); Rp 500/menit untuk panggilan lokal ke operator lain (tarif normal Rp 1000/menit); Rp 1000/menit untuk panggilan jarak jauh ke operator lain (tarif normal Rp 2000/menit). Semua tarif tersebut belum termasuk PPN 10%. (Sumber: detikinet.com)
 
Layanan Haji Indosat Kerja Bareng AMPHURI

13 Desember 2007
haji.jpg


Indosat kembali memberikan layanan telekomunikasi bagi masyarakat yang menjalankan ibadah haji di tanah suci melalui Program Haji Indosat, yang terdiri dari tarif telekomunikasi ringan serta pendirian Pusat Layanan Haji di Arab Saudi.

"Indosat sebagai operator telekomunikasi terpadu di Indonesia, berkomitmen untuk memberikan layanan terbaik termasuk bagi program haji, agar dapat dinikmati oleh masyarakat di Indonesia yang sedang melaksanakan haji. Hal ini sejalan dengan misi kami untuk menjadi operator yang memberi layanan berkualitas dan berkelas dunia yang juga dapat menghubungkan masyarakat Indonesia yang sedang melaksanakan ibadah haji dengan keluarganya di Indonesia," ujar Guntur S Siboro, Direktur Marketing Indosat.

Pusat Layanan Haji Indosat sudah dirasakan manfaatnya bagi jemaah haji Indonesia sejak kehadirannya mulai tanggal 3 Desember 2007. Dalam kegiatan di Arab Saudi, tim Indosat tidak hanya mendirikan Posko namun juga secara mobile melakukan kunjungan langsung ke maktab-maktab di Mekkah dan membantu jemaah haji Indonesia yang kesulitan menggunakan handphonenya. Pusat Layanan Haji Indosat di Arab Saudi akan berakhir pada 8 Januari 2008 dengan lokasi Posko yang berpindah-pindah mengikuti jadwal pergerakan jemaah antara lain di Hotel Grand Mekkah, Hotel Hilton Mekkah, Misfalah-Mekkah, dan Madinah.

Selain pendirian Posko Haji Indosat, Program Haji dari Indosat ini memberikan tarif ringan baik untuk melakukan panggilan ke Indonesia, panggilan ke nomor Arab Saudi, menerima panggilan dari Indonesia, dan pengiriman sms.

Program Haji Indosat ini memberikan tarif yang lebih hemat bila dibandingkan tarif operator Indonesia lainnya. Untuk menerima panggilan telepon dari Indonesia dari nomor apa saja hanya dikenakan biaya sebesar Rp4.400/menit baik untuk penguna Matrix, Mentari, maupun IM3 dan untuk melakukan panggilan ke Indonesia dengan Matrix sebesar Rp8.963/menit (pukul 00.00-06.00) sedangkan untuk pengguna IM3 dikenakan Rp12.100/menit dan untuk pengguna Mentari sebesar Rp13.420/menit. Tarif kirim sms dari Arab Saudi juga ringan yaitu hanya Rp2.323 untuk Matrix dan Rp2.750 untuk Mentari dan IM3. Untuk kerabat di Indonesia yang ingin menelepon ke nomor tujuan lokal Arab Saudi pun, Indosat memberikan tarif menarik Rp1.900/menit melalui kode akses internasional 01016 dari kartu Matrix, Mentari, IM3, dan StarOne. Tarif-tarif tersebut sudah termasuk PPN.

Untuk menghubungi langsung tim Indosat di Arab Saudi, Indosat menyediakan contact center selama 24 jam di nomor +966-515177907 dan +966-515177908. Pendirian Layanan Haji Indosat adalah berkat kerja sama Indosat dengan AMPHURI (Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umroh Republik Indonesia) dan mitra Indosat di Arab Saudi, selain itu Indosat bersama Departemen Agama senantiasa menyediakan informasi layanan haji dengan alamat website www.informasihaji.com. Pusat Layanan Haji Indosat ini melayani jemaah haji Indonesia dalam memberikan solusi kelancaran berkomunikasi, layanan isi ulang voucher Indosat, blokir/membuka blokir kartu, dan layanan informasi haji. (Sumber: OKEZONE.COM)
 
Layanan Suara Masih Jadi Andalan Telkomsel

13 Desember 2007


Layanan suara masih memberikan kontribusi terbesar bagi pendapatan Telkomsel. Program tarif per detik pun diharapkan mendongkrak pengguna. Dirut Telkomsel Kiskenda Suriahardja dalam peluncuran Simpati PeDe di Hotel Mulia, Jakarta, Senin (10/12/2007) mengatakan Telkomsel saat ini memiliki 46,5 juta pelanggan. Rinciannya, pengguna Simpati 23 juta, KartuHalo 1,7 juta dan sisanya adalah pengguna KartuAs.

Dari seluruh pelanggannya, pendapatan Telkomsel ternyata masih didominasi oleh layanan suara. Tepatnya, 73 persen pendapatan berasal dari layanan suara, pesan singkat (SMS) 24 persen dan adalah sisanya komunikasi data lainnya.

Untuk menit penggunaan (minute of usage) per hari Telkomsel mencatatkan 3 menit per pelanggan. Dengan nilai pendapatan rata-rata per pengguna (Average Revenue per User/ARPU) Rp 78 .000.

Pengadaan program Simpati PeDe diharapkan bisa meningkatkan jumlah pengguna Telkomsel. Meskipun hanya ditujukan pada pelanggan Simpati, Kiskenda yakin program ini akan ikut berdampak pada pelanggan yang lainnya. (Sumber: detikinet.com )
 
Telkomsel Janji Akan Terus Turunkan Tarif

14 Desember 2007


PT Telkomsel mengklaim akan terus menurunkan harga layanannya kepada pelanggan seiring perkembangan teknologi dan makin meningkatnya penetrasi seluler di Indonesia. Dirut Telkomsel Kiskenda Suriahardja menandaskan komponen tarif sangat berbeda dengan komponen lainnya, apalagi bila dibandingkan dengan negara lain.

"Masyarakat seharusnya melihat investasi kami di daerah pedalaman yang jauh dari sarana transportasi dan listrik yang tentu saja membutuhkan biaya yang tidak sedikit, sementara saat ini hampir seluruh kecamatan telah terjangkau layanan Telkomsel," ujarnya.

Untuk menjaga kualitas jaringannya, Telkomsel hingga saat ini telah merealisasikan belanja modal sekitar 65% sampai 70%, atau tidak jauh berbeda dengan pencapaian tahun lalu sementara jumlah base transceiver station telah mencapai 20.000 unit. Jumlah pelanggan Telkomsel hingga akhir November telah melebihi 46 juta orang, sedangkan khusus Simpati telah mencatat angka 23 juta orang.

Lebih lanjut Kiskenda menambahkan dalam rangka menghadirkan layanan terbaik bagi masyarakat luas, Telkomsel selalu berupaya mengimplentasikan lisensi nasional yang diamanatkan pemerintah dengan berpedoman pada sejumlah parameter.

"Parameter yang dimaksud a.l. memulai penggelaran jaringan hingga pelosok, kualitas tertinggi melalui teknologi terkini, inovasi produk dan layanan, pelayanan bermutu internasional dan tarif sesuai dengan regulasi," ujarnya.

Setelah memelopori biaya flat per detik lewat kartu As pada April tahun lalu, anak perusahaan PT Telkom Tbk tersebut memberlakukan biaya pemakaian Rp0,5 per detik sepanjang hari ke sesama pelanggan Telkomsel setelah menit pertama.

Pemberlakuan harga baru tersebut ditandai dengan peluncuran kartu perdana Simpati Pe De sebagai pilihan lain bagi pelanggan Telkomsel selain Simpati Ekstra, Simpati Jitu, dan Simpati Nusantara.

Untuk layanan percakapan ke PSTN atau FWA lokal diberlakukan tarif Rp15 per detik, SLJJ Rp35 per detik dan ke seluler lain Rp25 per detik (lokal) dan Rp60 per detik (SLJJ).

Terkait keputusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang mengharuskan Telkomsel menurunkan tarifnya hingga 15%, Kiskenda menandaskan tarif secara alami akan terus turun dari tahun ke tahun sementara jenis tarif itu sendiri ada berbagai macam baik dari sisi waktu, jenis layanan, zona bicara, dan sebagainya.

Jateng dan DIY

Sementara itu, dari Semarang, Roosman Koeshendarto, GM Sales & CS Jawa Tengah & Daerah Istimewa Yogyakarta PT Telkomsel, mengatakan operator itu berhasil mencapai target pelanggan baru sebanyak 4,5 juta nomor di kedua provinsi tersebut.

"Angka itu naik dibandingkan dengan yang diraih pada tahun lalu yang hanya sebanyak 3,7 juta pelanggan," ujarnya selepas sosialisasi peluncuran SimPATI PeDe, kemarin.

Penambahan 4,5 juta pelanggan baru itu meliputi simPAti 2,5 juta, Kartu AS 1,5 juta, dan kartuHalo 500.000 nomor.

Menurut Roosman, salah satu faktor pendukung pencapaian target pelanggan baru itu adalah pengoperasian menara BTS (base transceiever station) baru sehingga populasinya menjadi 2.200 menara BTS dari sebelumnya yang hanya 1.545 menara.

"Sekitar 200 unit dari total menara BTS baru itu merupakan menara untuk jaringan 3G," ujar Roosman. (Sumber: Bisnis Indonesia)
 
Perang Tarif Seluler Makin Panas

15 Desember 2007


Perang tarif antaroperator seluler, makin seru saja. 'Pertempuran' makin seru setelah Telkomsel 'turun gunung' dengan menawarkan tarif Rp 0,5 per detik. Tarif ini, merupakan tarif promosi terendah untuk saat ini. XL, misalnya, menawarkan tarif Rp 1 per detik. Sementara Esia menawarkan tarif Rp 50 per menit atau sekitar Rp 0,83 per detik.

Namun, murah atau mahal amat relatif. Bergantung dari sisi mana melihatnya? Bagi Purwo, tarif Rp 0,5 per detik tergolong murah. Sekarang ini hanya membayar Rp 1.690 untuk menelepon saudaranya di Wonogiri dalam waktu 7 menit 20 detik. ''Sebelum bisa habis Rp 5.000,- apalagi nelpon siang hari,'' kata Purwo usai mencoba layanan baru Telkomsel Simpati Pe De.

Awal pekan ini, Telkomsel merilis kartu perdana baru, Simpati Pe De. Varian baru kartu prabayar Simpati ini, menawarkan tarif flat Rp 0,5 per detik ke sesama pelanggan Telkomsel di seluruh Indonesia. Tarif Rp 0,5 per detik berlaku setelah penggunaan satu menit. Untuk penggunaan hingga satu menit (60 detik), dikutip Rp 25 per detik.

Layanan yang sama bisa dinikmati pelanggan Simpati (biasa). Bila ingin beralih ke Simpati Pe De, cukup melakukan registrasi ke *880#, masuk ke menu perpindahan tarif dan memilih tarif detik. ''Tarif Telkomsel senantiasa fleksibel dan transparan,'' kata Direktur Utama Telkomsel, Kiskenda Suriahardja, usai peluncuran layanan ini di Jakarta, Senin (10/12). Kiskenda memastikan bahwa tarif Rp 0,5 dihitung setelah detik ke 60.

Pelanggan yang menggunakan menelepon tiga menit dikutip Rp 1.560,- bila menelepon satu jam Rp 3.320,- Tarif ini hanya berlaku untuk komunikasi ke sesama pelanggan Telkomsel (on net). Untuk komunikasi ke PSTN/FWA lokal Rp 15 per detik, SLJJ Rp 35 per detik. Untuk operator lain non PSTN/FWA, lokal Rp 25 per detik dan SLJJ Rp 60 per detik.

Ia menolak anggapan bahwa tarif baru merupakan respon atas putusan KPPU yang menghukum Telkomsel menurunkan tarif sekurang-kurangnya 15 persen. ''Simpati Pe De telah disiapkan sekitar tiga bulan lalu,'' kata Kiskenda. Terhadap putusan KPPU sendiri, Telkomsel tengah menyiapkan banding ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, karena belum paham dengan tarif yang dimaksud KPPU.

''Kalau berbicara mengenai tarif, varian banyak sekali. Kalau berbicara mengenai produk, kami punya Halo, Simpati dan KartuAs. Bicara soal layanan, ada voice, SMS atau internet, belum lagi kalau kita bicara soal waktu dan durasi. Varian tarif banyak sekali,'' ujar Kiskenda kemudian. Pada sisi lain, terminologi murah atau mahal pada industri seluler juga bergantung pada berbagai aspek.

Tarif murah jika boleh disebut demikian, dilukiskan Kiskenda sebagai alternatif pilihan untuk pelanggan. Dalam hal ini pelanggan diberikan berbagai alternatif tarif yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Pelanggan Simpati Pe De, memang akan menikmati tarif komunikasi murah. Namun demikian, pelanggan Simpati Pe De tidak bisa menikmati aneka layanan Simpati Extra, seperti paket hemat, paket super hemat, talkmania, SMS malam hari termasuk bonus bicara dan SMS.

Langkah Telkomsel, mendapat dukungan sang induk, Telkom Indonesia. ''Tarif Rp 0,5 per detik yang ditawarkan Telkomsel sesuai dengan permintaan pasar. Kalau mau kompetisi, tarifnya ya Rp 0,5 per detik,'' kata Direktur Utama Telkom Indonesia, Rinaldi Firmansyah. Kehadiran Simpati Pe De, tak urung menawarkan tarif paling murah untuk layanan on net GSM. Sebelumnya tarif paling murah diklaim kartu prabayar XL, bebas, yang menawarkan tarif Rp 1 per detik.

Simpati Pe De, menjadikan kompetisi di pasar prabayar seluler--baik GSM maupun CDMA--, makin seru saja. Dalam batas-batas tertentu, ia akan mempengaruhi pula pasar fixed wireless acces (FWA) yang paling gencar menawarkan tarif murah. Ia juga membuka peluang Telkomsel merambah segmen yang paling bawah. Pada industri seluler, setidaknya ada lima kategori pelanggan berdasarkan tingkat penggunaan per bulan (ARPU), yakni sampai dengan Rp 50 ribu per bulan, antara Rp 50 ribu hingga Rp 150 ribu, Rp 150 ribu hingga Rp 300 ribu, Rp 300 ribu hingga Rp 1 juta dan diatas Rp 1 juta.

Pelanggan dengan ARPU dibawah Rp 50 ribu per bulan menjadi fokus operator baru dan FWA. Karenanya, mereka mengusung ikon tarif murah untuk menarik pelanggan. Mereka kini harus berhadapan dengan Telkomsel yang praktis unggul dibanyak aspek. Kiskenda enggan berkomentar lebih jauh mengenai peluang menguasai pasar yang semakin luas dan pangsa pasar yang semakin besar. ''Komitmen kami adalah memberi layanan kepada sebanyak mungkin pelanggan. Penetrasi di Indonesia masih sekitar 36 persen, pasar masih terbuka luas,'' ujarnya kemudian.

Pasar memang terbuka luas. PT Bakrie Telecom (BTel), misalnya, terus melakukan ekspansi jaringan ke 17 kota baru. Dalam waktu dekat BTel akan beroperasi di Batam, Palembang dan Pekanbaru dengan target pelanggan hingga akhir 2007, 3,7 juta. Langkah yang sama ditempuh Smart. Smart menargetkan perolehan satu juta pelanggan hingga akhir tahun 2008. Selain menawarkan tarif yang cukup bersaing, Smart juga terus membangun dan memperluas jaringannya baik di Pulau Jawa maupun luar Jawa.

''Smart di Pulau Jawa akan memiliki sekitar 1.200 BTS. Saat ini yang sudah menyala sebanyak 800 BTS. Hingga akhir Desember nanti kami akan mencapai Sukabumi, Bandung. April hingga Mei 2007, akan mencapai Sumatera di Medan dan Pekanbaru. Sulawesi dan Kalimantan diharapkan bisa dicapai pada Juni 2007,'' papar Deputi CEO Smart Telecom, Djoko Tata Ibrahim.

Ketatnya persaingan antar operator dibenarkan Deputi Presiden Direktur BTel, Erik Meijer. Ia mengatakan belum ada rencana untuk melakukan revisi tarif. ''Kami rasa promo-promo yang dijalankan Esia selama ini sudah cukup. BTel belum ada rencana untuk merevisinya, tapi belum tahu nanti kedepannya,'' kata Erik ditemui di sela-sela peluncurakan program value added terbarunya Sport Esia, Senin (10/12).

Erik mencontohkan Promo Untung pake Esia, dimana pelanggan diberikan kesempatan untuk mendapatkan uang. Pelanggan yang menerima telepon dari operator GSM akan mendapatkan Rp 50/ menit. Esia sendiri memberlakukan tarif lokal on net Rp 3.000/ jam atau Rp 50/ menit dihitung dari menit pertama. Sementara untuk interlokal on net, tarifnya sama namun pelanggan harus menggunakan kode 01010. SMS on net Rp 50, sedangkan off net Rp 250/ SMS.

Tarif off net (antar operator) lokal Rp 800/ menit, antar kota dengan zona dekat (kurang dari 200 Km) Rp 1.545/ menit (peak hour) dan Rp 1.364/ menit (off peak hour). Untuk zona jauh (di atas 200 km), Rp 2.727/ menit (peak hour) dan Rp 1818 / menit (off peak). BTel, lanjutnya, akan meneruskan layanan dan program promo yang telah dijalaninya selama ini yaitu mewujudkan layanan dan perangkat yang paling murah dengan mutu yang lebih baik dan lengkap. Melihat banyaknya operator yang berlomba-lomba menurunkan tarif telepon, BTel mengaku siap menghadapi. ''Bagus, kita senang pasar semakin seru. Mudah-mudahan bisa meningkatkan pamor CDMA di Indonesia,'' katanya.

Namun, ia menghimbau agar masyarakat jeli melihat secara detil tarif yang ditawarkan. Termasuk syarat-syarat perhitungan tarif dari menit ke berapa yang berlaku. Masyarakat, katanya, harus lebih teliti dan waspada. Erik menambahkan, penentuan tarif seharusnya diserahkan kepada masing-masing operator dengan merujuk pada mekanisme pasar yang berlaku. ''Itu yang membuat kompetisi menjadi seru.

Tarif itu seharusnya ditentukan dari berapa masyarakat membayar. Kalau terlalu mahal tentunya tidak akan laku, namun jika terlalu murah operator tidak bisa bertahan. Jadi sebaiknya dibebaskan saja, kalau terlalu diatur akan susah, karena ini adalah kompetisi bebas. Tarif boleh diatur kalau kompetisinya tidak bebas,'' tegas Erik.

Smart menawarkan telepon gratis hingga 15 menit. Pada menit ke 15 panggilan akan terputus, dan dapat dilanjutkan kembali setelahnya dengan waktu yang sama. Promo ini akan berlangsung sampai 31 Maret 2008. ''Dengan program Smart Bicara Gratis, pelanggan dapat menikmati layanan komunikasi hebat tanpa dikenakan tarif sepersen pun. Semuanya ini kami lakukan hanya untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan, '' ungkap Djoko.

Sementara untuk tarif offnet (ke operator lain), Smart memberlakukan tarif Rp 550/ 30 detik untuk panggilan lokal dan Rp 660/ 30 detik untuk interlokal. Untuk tarif SMS on net berlaku Rp 25/ SMS sedangkan offnet sebesar Rp 275/ SMS. Murah dan mahal, memang kembali kepada pelanggan masing-masing. (Sumber: republika.co.id)
 
Jangan Terjebak Bahasa Tarif Murah

16 Desember 2007


Jor-joran tarif murah yang dilakukan operator telekomunikasi di Indonesia, memang memberikan keuntungan bagi pelanggan atau konsumen. Tarif komunikasi menjadi lebih murah dan ini sesuai dengan keinginan konsumen di Indonesia.

Hanya saja, bahasa komunikasi dalam tarif murah yang diberikan operator, menurut HERU SUTADI Anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), banyak yang tidak informatif. Bahkan bagi mereka yang tidak paham dengan bahasa komunikasi tersebut bisa terjebak.

Pada suarasurabaya.net, HERU mengatakan, tarif murah komunikasi bagi masyarakat Indonesia sesuai dengan 4 visi Departemen Komunikasi dan Informasi, Ditjen Postel dan BRTI. Tarif murah yang diberikan operator ini membuat teledensitas meningkat sehingga penetrasi terhadap telekomunikasi di Indonesia juga makin tinggi, layanan menjadi lebih berkualitas, tarif terjangkau masyarakat dan tarif murah bisa meningkatkan produksi dalam negeri.

Cuma yang menjadi persoalan, papar HERU, banyak operator di Indonesia miskin edukasi ke pelanggan. Ini terlihat dari iklan yang ditayangkan baik di TV, Billboard maupun di brosur.

Bahasa komunikasi yang dipakai operator, HERU menilai, tidak informatif. Ini menyebabkan konsumen tidak paham dan tidak tahu apakah tarif murah itu promosi atau benar-benar tarif murah. Kalau itu benar-benar tarif murah, apa saja persyaratannya atau ketentuan yang harus diikuti pelanggan.

BRTI sendiri seringkali menegur hampir seluruh operator terkait dengan bahasa komunikasi yang menjebak konsumen. Seperti Indosat, dengan promo tarif Rp 0/detik yang tidak transparan ternyata bukan tarif murah tapi diskon 50% untuk program Freetalk 5000.

“Begitu juga dengan XL dengan tarif Rp 1/detik dalam iklannya tidak diberikan penjelasan ke konsumen setelah berapa menit percakapan, apa untuk seluruh wilayah Indonesia dan time band-nya. Operator 3 saat awal beroperasi, di baliho yang besar-besar malah tidak dicantumkan syarat-syaratnya hanya berupa kata-kata “Mau ?”. Esia hampir sama tanpa syarat padahal banyak ketentuan didalamnya yang seharusnya dikomunikasikan ke masyarakat,”ungkapnya.

HERU menegaskan tarif murah yang ditawarkan operator sebenarnya strategi untuk mengejar profit dan pendapatan perusahaan. Ironisnya, begitu BRTI meminta operator membuka interkoneksinya dengan operator lainnya, selalu mengatakan belum bisa memenuhi permintaan. Alasannya, pendapatan terus menurun.

Padahal pembukaan interkoneksi tersebut, kata HERU, ujung-ujungnya adalah untuk kebaikan pelanggan. “Tapi kita melihat, alasan yang disampaikan operator sebenarnya untuk mendorong munculnya kebijakan agar tarif bisa turun,” tukasnya.

Hal senada juga disampaikan SAID UTOMO Ketua Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen Jawa Timur. Dihubungi suarasurabaya.net, SAID mengatakan, pelayanan yang baik pada konsumen akan ditentukan dengan tarif semakin murah, kualitas komunikasi tidak terputus dan coverage area terpenuhi.

SAID melihat tarif murah yang diberikan operator telekomunikasi melalui iklannya sama sekali tidak ada yang transparan. “Bahkan kita melihat itu pembodohan pada konsumen yang tidak tahu apa-apa. Seharusnya, dalam iklannya, secara detil disebutkan ketentuannya seperti apa. Dengan adanya ketentuan itu, konsumen akan berpikir dan membandingkan iklan operator lainnya, baru kemudian memilih tarif komunikasi yang benar-benar murah,”tukasnya.

Tarif murah, diakui SAID, memang menguntungkan konsumen. Tapi bukan berarti serta merta operator bisa seenaknya menawarkan iklannya secara vulgar namun miskin informasi. “Sebenarnya operator tahu soal UU Perlindungan Konsumen. Hanya saja, itu belum diterapkan seluruhnya dalam menayangkan iklannya termasuk bagaimana mengemas bahasa komunikasi yang baik,”pungkasnya. (Sumber: SuaraSurabaya.net)
 
Isi Ulang Jempol City dan Xtra XL Bebas Tidak Tersedia Mulai 15 Januari 2008

18 Desember 2007


Isi ulang pulsa untuk kartu prabayar jempol City yang berlaku di pulau Batam, tidak lagi tersedia mulai tanggal 15 Januari 2008. Namun pengguna jempol City dapat menggunakan isi ulang XL bebas dan secara otomatis menikmati manfaat tarif XL bebas yang berlaku seperti Rp 1/detik .

Kartu perdana jempol City dan Voucher Isi Ulang jempol City yang sudah beredar di dealer, toko selular dan di XL Center maka secara otomatis akan mengikuti sistem pentarifan XL bebas mulai tangal 15 Januari 2008.

Sementara itu untuk Isi ulang Xtra XL bebas yang memberikan manfaat gratis SMS setiap hari akan ditiadakan mulai tanggal 15 Januari 2008.

Pelanggan masih dapat mendapatkan isi ulang ini sampai dengan 14 Januari 2008. Bagi pelanggan yang masih memiliki pulsa Xtra masih dapat mempergunakan manfaat pulsa Xtra hingga tanggal 15 Februari 2008, dengan catatan pelanggan tidak melakukan pengisian ulang dengan isi ulang regular selama periode tersebut.

Untuk informasi lebih lanjut silakan menghubungi XL Contact Center 818 atau kunjungi XL Center terdekat. (Sumber: XL.CO.ID)
 
Seluler RI Terbesar di Asia Tenggara

19 Desember 2007


Indonesia menjadi pemimpin pasar telekomunikasi seluler dalam hal jumlah pelanggan, di Asia Tenggara. Laporan Research & Markets bertajuk 2007 Asia Mobile Communications & Mobile Data Market menyebutkan total pelanggan seluler di Indonesia mencapai 75 juta nomor. Tempat kedua dan tempat ketiga ditempati oleh Filipina dengan total pelanggan 49 juta dan Thailand sekitar 47 juta.

Penelitian ini mencakup 35 negara di Asia yang dikelompokkan berdasarkan geografis, seperti Asia Tengah, Asia Utara, Selatan, dan Tenggara.

Negara-negara yang terdapat di wilayah Asia Tengah selama bertahun-tahun terus berkutat untuk keluar dari kondisi keterbatasan infrastruktur telekomunikasi dan rendahnya penetrasi telekomunikasi, baik seluler maupun saluran tetap. (Sumber: Bisnis.com)
 
XL Perluas Program Paket Kartu Bebas

19 Desember 2007


PT Excelcomindo Pratama Tbk (XL) menggencarkan program paket Kartu Bebas dengan empat merek ponsel populer di Indonesia, karena besarnya animo masyarakat di Jakarta ataupun daerah. Tina Prabowo GM Marketing XL menuturkan animo pasar program paket relatif besar di mana sekitar 80% handset program paket sudah dipasarkan.

"Empat paket merek dan tipe ponsel ini sangat hemat karena jika manfaatnya digabung maka nilainya lebih tinggi dibandingkan nilai yang mereka bayar," ujarnya Kamis pekan lalu.

XL menawarkan empat paket XL bebas dengan ponsel merek Nokia, Sony Ericsson, Motorola dan LG. (Sumber: Bisnis.com)
 
Ditjen Postel Prediksikan 90 Juta Pelanggan Seluler 2008

19 Desember 2007


Direktorat Jenderal (Ditjen) Pos dan Telekomunikasi Departemen Komunikasi dan Informatika (Postel Depkominfo) memprediksikan ada 90 juta orang pelanggan telepon seluler di Indonesia pada 2008.

"Tahun depan kita perkirakan ada 90 juta pelanggan. Sementara jumlah pelanggan seluler saat ini ada 80 juta pelanggan," kata Direktur Telekomunikas Ditjen Postel, Budi Santoso, di sela-sela acara Telecommunication Infrastructure Summit 2007 di Jakarta.

Dia memprediksikan pelanggan seluler masih akan bertambah 500.000 sampai 1 juta orang sampai akhir tahun 2007.

Budi mengatakan pertumbuhan pelanggan seluler pada 2008 tergantung pemasaran yang dilakukan operator.

"Kita harapkan pertumbuhan palangan di daerah-daerah baru seperti ibukota kabupaten. Pertumbuhan pelanggan seluler saat ini masih terkonsentrasi di daerah-daerah gemuk," kata Budi.

Akan tetapi, lanjjut dia, pemerintah mengharapkan yang signifikan dari pelanggan telepon fixline (jaringan tetap) antara 1 juta sampai 2 juta pelanggan pada 2008.

Budi mengatakan pertumbuhan telepon kabel memang masih stagnan. "Berarti operator harus bangun jaringan fixline," kata Budi.

Dia menjelaskan sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah, teledensitas untuk telepon kabel sebantak 13 persen pada 2009.

Budi juga melihat di dunia telekomunikasi sudah terjadi kompetisi dan tarif telepon juga sudah kompetitif.

Akan tetapi anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI)Kamilov Sagala membantah bahwa dunia telekomunikasi Indonesia sudah kompetitif. "Itu kompetisi semu, belum kompetisi murni. Kompetisi belum berjalan," kata Kamilov. (Sumber: ANTARA News)
 
Status
Tidak terbuka untuk balasan lebih lanjut.
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.