Terkait Jaringan Teroris Singapura
Densus 88 Temukan 50 Kilogram Bom
PALEMBANG - Sejumlah orang yang ditangkap di Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel), dua hari lalu, Selasa (1/7), ternyata betul-betul terlibat jaringan terorisme. Bahkan, ada yang termasuk jaringan buron teroris nomor wahid Singapura, Mas Selamat Kastari.
Kemarin (2/7) Mabes Polri kembali menerjunkan pasukan khusus dari Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri. Di-back up Satbrimob Polda Sumsel, mereka mendatangi lokasi penangkapan di Jl Papera RT 34 No 2110 Kel Sei Pangeran, Palembang.
Kapolda Sumsel Irjen Pol Drs Ito Sumardi mengatakan, penangkapan dua orang yang diduga teroris itu merupakan operasi besar yang dilakukan Mabes Polri. "Penangkapan itu menunjukkan jaringan teroris berskala besar mulai menyelinap masuk ke Sumsel," ujarnya usai membuka rakor di Ruang Catur Sakti, Mapolda Sumsel, kemarin (2/7).
Mantan Kapolwiltabes Surabaya itu menambahkan, operasi gabungan Mabes Polri itu merupakan operasi besar yang telah direncanakan. "Biasanya operasi seperti itu pasti terarah, rahasia, dan tertutup. Dengan demikian, penangkapan seperti itu akan cepat terungkap. Dan, diperioritaskan mereka (teroris, Red) yang memiliki jaringan berskala besar," ujar Ito.
Seperti diberitakan, Tim Densus 88 Antiteror menangkap dua orang yang diduga terkait dengan kelompok teroris, berinisial Wah dan Fa. Selasa (1/7) sekitar pukul 15.30 WIB. Penangkapan dilakukan dalam sebuah penggrebekan di sebuah rumah di Jalan Papera RT 34 No 2110 Kelurahan Sei Pangeran, Palembang.
Sebelum tertangkap, salah seorang tersangka berusaha melarikan diri dengan meloncat pagar belakang toko yang sekaligus rumahnya. Sementara satu orang lainnya, ditangkap di dalam rumah yang selama ini dibiarkan kosong karena pemiliknya, Bustam Alamsyah sudah meninggal dunia. Sebelum ditempati dua orang yang kini ditahan tersebut, rumah tersebut dibiarkan kosong oleh ahli waris Bustam Alamsyah.
Menariknya, penggerebekan teroris itu hanya berlangsung dua jam sebelum Presiden mendarat di Palembang pada pukul 17.00 WIB untuk membuka Konggres XX PGRI
Lebih lanjut Kapolda Sumsel mengatakan, pihaknya tidak dilibatkan dalam operasi besar tersebut. Polda Sumsel hanya mem-back up bila terjadi hal-hal yang tak diinginkan dan lebih membahayakan masyarakat umum. "Yang menangani bukan Polda Sumsel, tapi tim gabungan Mabes Polri. Namun, kita tetap proaktif untuk terus mengembangkan kasus tersebut," bebernya.
Ketika didesak mengenai jumlah dan nama pelaku kejahatan yang sudah ditangkap, Kapolda mengaku tidak tahu. Saat dikonfirmasi ada tidaknya kaitan antara para tersangka dan terpidana teroris buron nomor wahid Singapura, Mas Selamat Kastari, Kapolda tidak menjawab secara tegas. "Bisa saja ada keterkaitan karena jaringan teroris luas. Mereka bisa selalu bergabung baik dari Aceh, Lampung, dan Jawa," ujarnya.
Juru Bicara Mabes Polri Irjen Abubakar Nataprawira juga membenarkan adanya penangkapan sejumlah orang yang diduga terkait terorisme di Palembang, Sumatera Selatan. Tetapi, dia tidak bersedia merinci penangkapan dan identitas maupun jumlah orang yang ditangkap.
Abubakar mengatakan belum menerima laporan rinci dari petugas reserse maupun Detasemen Khusus yang berada di lapangan, sehingga belum bisa memberi keterangan lebih rinci. Termasuk adakah keterkaitan orang-orang yang ditangkap itu dengan jaringan teroris yang selama ini sudah banyak ditangkap.
Di lapangan, informasi mengenai siapa saja dan berapa orang yang tertangkap juga sangat tertutup. Ada yang menyebut tujuh orang, tetapi ada juga yang menyebut sembilan orang. Salah seorang yang ditangkap bahkan disebut-sebut warga negara Singapura.
Diperoleh informasi juga bahwa dari rumah yang digerebek kemarin polisi mengamankan sejumlah rangkaian bom dan bahan peledak berkekuatan tinggi.
Sumber koran ini di Mabes Polri mengatakan, ada delapan pelaku teror yang diamankan dari sejumlah lokasi. Penangkapan mereka membuktikan bahwa ahli bom Dr Azhari yang tewas ditembak di Batu pada 9 November lalu ternyata berhasil menurunkan kemampuannya kepada anak didiknya. "Termasuk pada Upik Lawanga, buron dalam kasus Poso, yang kita cari," katanya.
Namun, sumber tersebut tidak mengonfirmasi apakah Upik ada dalam jaringan yang dibekuk itu. "Yang jelas, Noordin M. Top belum ada. Yang kita tangkap itu dari mana-mana, tidak hanya jaringan Poso," tambahnya.
Meski begitu, sumber itu menutup rapat saat ditanya akan diledakkan di mana bom-bom maut tersebut. "Jangan, nanti bisa membuat resah masyarakat. Ini jaringan yang dulu juga (Jamaah Islamiyah)," sambungnya.
Sumber itu melanjutkan, bom yang dibuat jaringan tersebut diperkirakan berjumlah 40 buah dan baru ditemukan 22 buah. "Sisanya masih kita cari ke segala arah," katanya. Jaringan ini juga terkait dengan Mas Selamat Kastari dan H -warga Singapura yang juga telah dibekuk. Bom itu memiliki kemampuan ledakan lebih besar daripada bom Bali I. Hari ini mereka diterbangkan ke Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok.
Pengungkapan kasus teror dalam skala besar di Palembang mendapat dukungan dari fungsi polisi yang lain, seperti Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Mabes Polri. Dua anggota Puslabfor tadi malam terbang ke Palembang untuk mengidentifikasi sejumlah bahan peledak dan bom rakitan yang ditemukan. "Mereka membantu cabang Labfor Palembang," kata Kapuslabfor Polri Brigjen Pol Ruslan Riza saat dihubungi tadi malam.
Selain meneliti dan mengambil sampel bom-bom rakitan yang telah disita dari sejumlah lokasi, tim akan menjejak di lokasi mana saja bom mematikan itu dirakit. Sebab, di setiap tempat perakitan bom pasti ditemukan residu bahan peracik bom seperti potasium klorat. "Namun, hingga kini belum ada laporannya. Yang bertugas menonaktifkan bom-bom tersebut Gegana," tambahnya.
Sisir Lagi TKP
Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri yang di-back up Satbrimob Polda Sumsel kembali mendatangi lokasi penangkapan di Jl Papera RT 34 No 2110 Kel Sei Pangeran, Palembang. Sejak pukul 09.00 mereka menyisir TKP. Informasi yang dihimpun Sumatera Ekspres (Grup Jawa Pos), penyisiran tersebut terkait temuan bahwa di tempat itu masih ada bom aktif.
Pengamatan dari radius 150 meter, di TKP satuan Gegana yang berseragam lengkap tampak sedang menjinakkan bom. Beberapa petugas mengeluarkan beberapa gulung kabel yang sepertinya alat untuk menjinakkan bom. Petugas juga menggunakan peralatan detektor. Sebab, informasi yang didapat koran ini, bom tersebut ditanam dalam tanah. Penyisiran tidak hanya di TKP, tapi beberapa areal di luar TKP.
Saat tim Gegana melakukan penyisiran, situasi terasa tegang. Petugas mengevakuasi warga di sekitar lingkungan rumah bercat kuning yang diduga masih terdapat peledak aktif. Warga dilarang masuk sejak police line dipasang pukul 07.00 hingga kegiatan tersebut berakhir sekitar pukul 18.00. Akibatnya, beberapa warga mengeluh karena aktivitas sehari-hari mereka terganggu. Tapi, warga tidak bisa berbuat apa-apa dan menuruti instruksi petugas. Bahkan, beberapa wartawan televisi yang meliput di dalam areal police line diminta menjauh.
Di areal penyisiran terdapat enam mobil. Juga tersedia kendaraan lapis baja bertuliskan satuan Gegana. Sekitar pukul 17.00, sebuah mobil Mitsubishi Kuda milik Labfor Polda Sumsel, yang berisi dua orang langsung masuk lokasi. Petugas penjinak bom mengikuti dengan membawa beberapa koper kecil yang diduga berisi bahan peledak.
Sekitar pukul 18.00, proses yang berlangsung di TKP berakhir. Petugas terlihat memasukkan bahan yang diduga peledak dan peralatan perakit bom ke dalam sebuah kendaraan taktis EOD (explosive ordinance disposal) Gegana Satuan Brimob Polda Sumsel. Kemudian, delapan kotak plastik hijau yang diduga bahan rakitan dan peralatan untuk merakit bom dimasukkan ke sebuah truk pengangkut personel.
Informasi yang didapat, barang bukti itu dibawa markas Satbrimob Polda Sumsel di Bukit Besar. Total bahan peledak yang ditemukan mencapai 50 kg. Daya ledaknya mungkin lebih kuat daripada bom Bali.