• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Indonesia Today

  • Pembuat thread awal. Pembuat thread awal. Alexis
  • Tanggal Mulai Tanggal Mulai
Polwan Otaki Penggelapan
Kerja Sama dengan Calon Suaminya


BADUNG - Ulah polisi wanita (polwan) yang bertugas di Polres Badung, Bali, ini benar-benar mencoreng kesatuan baju cokelat yang baru saja merayakan ulang tahun ke-62 pada 1 Juli lalu. Bripka Nyoman Sun, nama polwan tersebut, ditangkap dengan tuduhan mengotaki penggelapan mobil sewaan.

Bersama dia, juga ditangkap Surito, lelaki yang disebut-sebut sebagai calon suaminya. Seorang perempuan lain yang berasal dari Tabanan, Ida Ayu Candra, juga ditahan polisi.

Sampai kasus terungkap kemarin (3/7), mereka sudah menggelapkan tiga mobil sewaan berjenis Toyota Avanza. Oleh Surito, tiga mobil itu dijadikan agunan pinjaman di beberapa pegadaian di Jawa.

Kapolres Badung AKBP Akhmad Subarkah membenarkan adanya penangkapan salah seorang anak buahnya itu. Uniknya, penangkapan dilakukan personel lain polres tersebut. "Meski anggota polisi, tidak ada yang diistimewakan. (Pelaku, Red) tetap diproses karena terlibat kasus pidana," tegas mantan Dansat Brimob Polda Bali itu.

Penangkapan atas Sun dan kedua rekannya didasarkan pada laporan korbannya, Suparsa. Menurut korban, dua perempuan tersebut menyewa mobilnya pada 21 Februari lalu. Harga sewa disepakati Rp 3 juta per bulan untuk setiap unit mobil.

Namun, sampai batas waktu sewa berakhir, tiga kendaraan itu tidak juga dikembalikan. Korban pun melacak keberadaan dua perempuan tersebut, namun tidak berhasil. Dari berbagai informasi yang dia kumpulkan, tiga mobilnya itu ternyata digadaikan di Jawa. Korban pun melapor ke polisi.

Polisi lalu bergerak cepat, memburu dua perempuan tersebut. Karena salah seorang tersangka adalah personel polres sendiri, perburuan tidak berlangsung lama.

Pemeriksaan berkembang setelah keduanya mengaku bahwa tiga mobil itu digadaikan di Jawa. Dan, yang membawanya adalah Surito.

Menurut pengakuan mereka, mobil-mobil tersebut digadaikan antara Rp 21 juta-Rp 25 juta. Lokasi pegadaiannya ada di Jember, Probolinggo, dan Situbondo, Jawa Timur.
 
9817large.jpg


Pasadena di Tomohon


TOMOHON - Kota Tomohon memang belum begitu dikenal. Tapi, tidak lama lagi, kota yang terletak 25 km dari Manado, Sulawesi Utara, itu bakal tenar sebagai Pasadena Indonesia. Kota tersebut merupakan salah satu penghasil bunga di tanah air. Lebih daripada itu, Tomohon mempunyai even Tournament of Flowers (TOF) yang semakin meneguhkan sebutan tersebut.

TOF adalah satu di antara 12 kegiatan Tomohon Flower Festival (TFF) 2008, sekaligus puncak pelaksanaan TFF 2008. ''TOF berupa turnamen kendaraan hias. Bunganya hidup, bukan bunga artifisial,'' jelas Johny Mambo, ketua panitia pelaksana TFF 2008. Kegiatan yang dilangsungkan kemarin (3/7) itu dibuka Ibu Mufidah Jusuf Kalla dan dihadiri beberapa kepala daerah.

Penyelenggaraan TOF kali ini bukan yang pertama. Tahun lalu, even itu juga dilaksanakan. Hanya, sifatnya lokal. ''Peserta yang terlibat hanya dari desa kelurahan, instansi pemerintah, dan swasta Tomohon,'' jelas Johny.

Tahun ini skalanya ditingkatkan. Tidak lagi lokal, namun nasional. Karena itu, acaranya dibuat lebih semarak. Tidak sekadar menghadirkan TOF, tetapi juga kegiatan lain. Mulai seminar florikultura nasional, pameran bunga, pasar bunga, hingga kontes tanaman hias.

Peminat TOF cukup banyak. Total ada 46 peserta dari 33 ibu kota provinsi seluruh Indonesia. Lalu, kota-kota yang tergabung dalam asosiasi pemerintah kota Indonesia non-ibu kota provinsi, kota-kota anggota citynet (organisasi kota Asia Pasifik), plus tujuh kabupaten Sulawesi Utara. ''Even ini merupakan satu dari tiga program unggulan Visit Indonesia Year 2008,'' imbuh Johny.

Sebagai sebuah kegiatan bersakala nasional, turnamen itu menghadirkan juri-juri yang berkompeten. Tim juri terdiri atas Bambang Prasanto dari Yayasan Bunga Nusantara, Thorsten d'Heureuse (Jerman) dari Tropland Studio, Ketua Umum Asosiasi Bunga Indonesia Karen Syarif Tambayong, Widy Setiantri dari Persatuan Pengusaha Anggrek, dan Ade Wahyuni dari Departemen Pertanian.

Antusiasme TOF tak hanya terlihat dari banyaknya peserta. Masyarakat Tomohon pun menyambut hangat. Bahkan, keriuhannya sudah terasa sejak pagi. Sesuai dengan jadwal, acara dimulai pukul sebelas siang. Namun, sejak pukul delapan pagi, sudah banyak orang ''turun ke jalan''. Terutama mereka yang bertempat tinggal di sepanjang Jalan Raya Tomohon.

Sejak awal, mereka menyiapkan tempat senyaman-nyamannya untuk melihat parade kendaraan bunga itu. Mereka menempatkan kursi-kursi plastik di pinggir trotoar supaya tidak capek berdiri. Bagi yang rumahnya terletak di bagian lebih tinggi dari jalan, kursi-kursi plastik itu dijajar di halaman dan mereka melihat dari atas.

Kawasan sepanjang Jalan Raya Tomohon yang dilalui parade mobil hias juga tak kalah meriah. Jalan sepanjang 5 kilometer itu berhias rangkain bunga Merry Gold. Bunga berwarna kuning dan oranye itu dirangkai memanjang pada kawat. Tiap untaian bunga itu mengawal di sepanjang trotoar. Mulai area start di Kelurahan Walikan hingga di depan Kantor Wali Kota Tomohon, tempat dewan juri.

Menginjak siang, suasana makin meriah. Makin banyak orang yang berjajar di sepanjang trotoar. Semuanya tumpah ruah, laki-laki, anak-anak, maupun wanita. Apalagi ketika defile kendaraan hias mulai tampak. Penonton semakin banyak. Yang tak kebagian tempat di sepanjang trotoar memilih menonton dari lantai atas gereja. Bahkan, ada juga yang memanjat pagar supaya pandangan tak terhalang.

Bunga dari Petani

Menanamkan citra sebagai kota bunga, Tomohon rupanya tak ingin menyia-nyiakan keberlangsungan even tersebut. Seluruh bunga yang digunakan peserta dipasok dari petani bunga di Tomohon. ''Suplai bunga ini berasal dari koperasi yang ada di tiga puluh lima desa/kelurahan,'' jelas Johny yang juga menjabat sekretaris kota Tomohon itu.

Pemkot Tomohon lantas membuat zoning. Setiap wilayah ditetapkan jenis pasokan bunganya. Misalnya, Tomohon Timur khusus memasok bunga chrysant. Dengan begitu, distribusi dan pengontrolan mudah, sekaligus menghindarkan suplai dari luar,'' tegas Johny. Peserta pun mudah mendapatkan bunga yang sesuai dengan kebutuhannya.

Lantas, berapa bunga yang terpakai? ''Wah, banyak sekali. Kisarannya 100 ribu kuntum bunga per float (kendaraan hias),'' ungkap Lelly Rochelly, supervisor kendara TOF. Bunga-bunga itu beragam. Tapi, yang paling banyak adalah jenis merry gold. Bunga berkelopak kuning dan oranye itu memang tumbuh subur di tanah Tomohon.
 
9792large.jpg


Hari-Hari Sugeng, Anak Sumiarsih, Menjelang Eksekusi Mati
Lima Tahun Tak Bertemu, Kangen Jumpa Ibu


Sugeng, terpidana mati kasus pembunuhan lima anggota keluarga Letkol Mar Purwanto, mengaku siap menghadapi regu tembak. Dia hanya merindukan ibunya, Sumiarsih, yang sudah lima tahun tak bertemu dan bulan ini rencananya juga dieksekusi.

MAYA APRILIANI, Surabaya

-------

RAMBUT di bagian bawah kepala Sugeng sudah memutih. Namun, terpidana mati yang sudah 20 tahun menjalani hukuman di penjara itu malah bangga memamerkan model cukuran rambutnya yang baru.

''Ya, ini potongan baru. Biar kelihatan lebih segar. Masak mau masuk TV kok kumus-kumus (kusut, Red),'' ujar Sugeng saat ditemui Jawa Pos di Lapas Porong kemarin.

Pria kelahiran Jombang, Jatim, 15 September 1964, itu terlihat tegar meski namanya masuk daftar lima terpidana mati yang akan dieksekusi bulan ini. Penghuni blok D Lapas Porong itu juga masih bisa tersenyum saat diajak bercanda.

Sugeng sadar, sejak ada pemberitaan tentang rencana eksekusi untuknya, bakal banyak wartawan yang akan memburu dirinya. Hal seperti itu pernah dia alami pada 2003. Saat permohonan grasi yang diajukannya ditolak Presiden Megawati. ''Saya katakan ke Pak Kepala Lapas Porong (Kusnin), pasti banyak wartawan yang akan menemui saya,'' ucapnya.

Di balik keceriaan itu, duda tanpa anak itu mengaku kecewa. Sebab, sebelumnya dia hanya mendengar soal grasinya ditolak. Bukan rencana eksekusi. Dia baru mendengar kabar mengagetkan itu pada 2 Juli lalu justru dari media massa. "Saya prihatin. Ada rasa gelo (kecewa),'' ujarnya.

Menurut dia, dirinya telah menebus kesalahan yang pernah dilakukan dengan menjalani pidana penjara hampir 20 tahun (ditahan 17 Agustus 1988). Itu berarti hukuman badan yang dijalani sudah masuk kategori maksimal. ''Kalau saya dieksekusi, berarti saya menjalani dua hukuman. Hukuman pidana 20 tahun dan (eksekusi) mati,'' katanya.

Menurut dia, berada di penjara dalam waktu selama itu tidaklah gampang. Dia menyesali perbuatan pembunuhan berencana yang dilakukan bersama ibu (Sumiarsih), ayah tiri (Djais Adi Prayitno, meninggal karena sakit di lapas), dan adik ipar (Sersan Dua (pol) Adi Saputro, sudah dieksekusi) dengan menjadi warga binaan yang baik.

''Selama 20 tahun saya selalu mematuhi segala aturan yang ditetapkan lembaga pemasyarakatan,'' tuturnya.

Mantan penghuni Lapas Nusakambangan itu tidak menyangka bahwa grasinya juga akan ditolak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Awalnya dia justru berpikiran grasi yang diajukan akan diterima. ''Soalnya yang datang ke lapas mencari saya staf setneg (sekretariat negara). Bukan jaksa seperti biasanya,'' kata Sugeng.

Dia ingat betul detik-detik mendebarkan saat dipanggil Kalapas Kusnin pada 10 Juni lalu. Perasaan campur aduk bergejolak di dalam dadanya. "Ternyata grasi saya ditolak lagi," ucap Sugeng dengan lirih.

Usai mengatakan itu, mata Sugeng yang pernah menjadi penghuni Blok X Kamar No 3 Lapas Lowokwaru, Malang, tampak berkaca-kaca. Dia terdiam sejenak sambil membetulkan letak sepasang sandal jepit bertali biru di kakinya. "Mudah-mudahan masih ada upaya hukum lagi. (Saya berharap) ada perubahan (hukuman)," katanya, kemudian tersenyum.

Sugeng yakin masih ada upaya hukum yang bisa ditempuh. Dia mengaku hingga saat ini belum mengetahui soal grasi yang diajukannya pada 2003. Grasi itu dilakukan sebelum penolakan grasi dari Presiden Megawati turun. "Kami tidak tahu apakah penolakan grasi kali ini untuk grasi yang saya ajukan pada 2003 atau grasi yang diajukan oleh Wati (adik Sugeng, Rose Mei Wati Astuti)," katanya.

Ketidakjelasan itu pula yang membuat Sugeng masih optimistis. Dia yakin masih ada kesempatan untuk mengubah hukuman yang dijatuhkan kepadanya. Saat ini pun, tim kuasa hukumnya telah mempersiapkan surat permohonan penangguhan eksekusi. Dua hari lalu surat itu telah disusun. "Saya sadari saya salah. Ya, ini akibat perbuatan saya. Tapi, saya berusaha untuk memperbaiki diri," katanya.

Hingga kini dia melakukan berbagai kegiatan positif selama di dalam penjara. Mulai merawat tanaman, memelihara ikan, hingga membuat kerajinan miniatur kendaraan dari kayu. "Saya senang diberi kepercayaan oleh lapas. Punya banyak aktivitas," ujarnya. "Kalau tidak memiliki pekerjaan, mungkin saya sudah gila memikirkan eksekusi mati," katanya lantas tertawa.

Di Lapas Porong, Sugeng dipercaya untuk merawat ratusan tanaman. Berkat tangan dinginnya, saat ini ada 53 bunga kamboja dan 100 batang bugenvil yang tertata apik di dalam lingkungan blok. "Kami juga sedang mengembangkan tanaman hias. Seperti gelombang cinta ini," ujarnya sambil menunjuk tanaman berdaun lebar yang terkenal mahal itu.

Sebelum masuk penjara, Sugeng memang pernah bekerja sebagai tukang taman di sebuah hotel di Surabaya. Dia pandai membentuk bonsai. "Kalau soal menyiram, teman-teman (napi) lain bisa. Tapi, untuk membentuk bonsai atau stek jarang yang bisa," katanya.

Kalau dia jadi dieksekusi, Sugeng malah mengkhawatirkan nasib tanaman yang telah dibesarkannya. "Saya kepikiran. Saya juga tidak tega makan ikan yang saya budidayakan sendiri di lapas. Waktu mau makan mesti brebes mili (menangis)," kata penyuka pepes pindang itu.

Saat ini Sugeng memiliki satu keinginan, yaitu bertemu dengan ibu kandungnya, Sumiarsih, yang kini mendekam di Lapas Wanita Malang, yang bulan ini rencananya juga akan dieksekusi. "Sudah lima tahun saya tidak bertemu Ibu," ucapnya.

Sugeng mengakui kadang dia bisa menyapa sang ibu lewat telepon penjara. Namun, hal itu pun jarang dilakukan karena untuk menelepon juga membutuhkan uang. "Saya ingin memberikan semangat kepada Ibu. Supaya tetap tegar dan sabar. Kalau boleh memilih, kami ingin mati secara alami. Tidak mati di tangan regu tembak," katanya.
 
Buron Singapura Masuk RI
Pengakuan Jaringan Teroris Palembang


JAKARTA - Terbongkarnya jaringan teroris Palembang oleh Densus 88/Antiteror Mabes Polri menyingkap fakta baru. Polisi mendapat keterangan dari para tersangka bahwa buron nomor satu pemerintah Singapura Mas Selamat bin Kastari telah menyusup masuk ke Indonesia. Kini polisi terus bergerak mengecek dan memburu Mas Selamat yang diperkirakan telah menyeberang ke Pulau Jawa.

''Benar begitu. Dia (Mas Selamat, Red) ada di sini,'' kata seorang sumber di lingkungan Mabes Polri kemarin. Namun, sumber tersebut tak merinci dari mana lelaki yang pernah memalsukan namanya menjadi Edy Hariyanto untuk mendapatkan kartu tanda penduduk (KTP) Sidoarjo itu berhasil menyusup ke Indonesia. ''Yang jelas, kami mencari dia di segala penjuru. Dia kan sudah punya pengalaman di negeri ini,'' tambahnya.

Mas Selamat yang lahir di Kendal, Jawa Tengah, 47 tahun silam pernah ditahan di Riau dan Medaeng, Surabaya, akibat memalsukan identitas. Wajah dan aksen bicaranya yang hampir tak bisa dibedakan dengan orang Indonesia kebanyakan membuat dia mudah beradaptasi di Indonesia. Selesai menjalani masa pidana di Indonesia, Mas Selamat diekstradisi ke Singapura pada 3 Februari 2006.

Di sana dia ditahan karena keterlibatannya dengan Jamaah Islamiyah (JI) di bawah Internal Security Act tanpa proses pengadilan. Namun, pada 27 Februari 2008, Mas Selamat yang berjalan pincang karena pernah melompat dari lantai II gedung Polda Riau melarikan diri dari penjara kelas satu Whitley Road Detention Center. Sejak itu, perburuan Mas Selamat dimulai.

Soal Mas Selamat juga disinggung Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Abubakar Nataprawira dalam jumpa pers di Mabes Polri kemarin (3/6). Namun, jenderal bintang dua itu tak menyebutkan soal penyusupan Mas Selamat ke Indonesia, tetapi keterlibatannya dengan Hasan -sebelumnya ditulis H-, warga Singapura yang dibekuk di Sumatera Selatan (Sumsel).

Hasan adalah rantai yang membuka jaringan Palembang di mana polisi telah membekuk sepuluh orang tersangka. Lelaki 35 tahun itu dibekuk Densus 88/Antiteror Mabes Polri pada Sabtu, 28 Juni, di Sekayu, Banyuasin, Sumsel. Polisi mencium posisi guru bahasa Inggris itu setelah pemerintah Singapura mengeluarkan red notice (daftar pencarian orang) atas diri Hasan yang dituduh terlibat JI. ''Dia juga terkait dengan Mas Selamat yang lari,'' tambah Abubakar.

Selama di Indonesia Hasan mengajarkan kemampuan merakit bom kepada orang-orang di Palembang, yang berasal dari segala penjuru Indonesia, termasuk Solo. Salah seorang yang mendapatkan pelatihan merakit bom adalah AT alias M, 35, amir Forum Anti Pemurtadan (Fakta) Palembang. Bersama AT, Hasan menjadi pimpinan kelompok teror dan sempat berencana mengebom Kafe Dedudel, Kampung China, Bukit Tinggi, Sumatera Barat.

AT juga dituduh polisi terlibat percobaan pembunuhan dan penganiayaan Pendeta Joshua di Bandung pada 2005. Dalam catatan koran ini, Joshua adalah pendeta gereja ortodoks di Bandung.

Modusnya, dia pura-pura dijemput untuk diundang karena ada jemaat yang perlu dikunjungi. Sampai di tengah perjalanan, dia dijerat lehernya, tapi berontak dan lari. Kejadiannya di Lembang, Bandung. Pelakunya, antara lain, Sultan Qolbi alias Asa Dullah alias Arsyad yang telah dipidana di Maluku.

''Dari tangan AT kami menyita sepucuk senpi jenis SNW dan enam butir peluru,'' lanjut Abubakar. Tersangka yang lain adalah SG alias S alias R, 22, mahasiswa, dan AM alias Z, 26, seorang buruh penyadap karet. Keduanya tercatat sebagai anggota Fakta dan mendapatkan pelatihan merakit bom oleh Hasan. Bom-bom maut itu disimpan W alias Y alias R, 35, swasta, atas perintah AT. W yang juga anggota Fakta terlibat dalam kasus penganiayaan pendeta Joshua.

Fakta makin terseret jauh saat AG alias AT alias T, 36, yang sehari-hari berdinas sebagai PNS di Balai Pemasyarakatan Palembang terlibat kasus Pendeta Joshua, penyembunyian bom, dan rencana peledakan di Bukit Tinggi. AG dibantu rekannya di Fakta yang lain, yakni Hp alias AH alias H, 25, swasta.

Sedangkan AS alias UG, 42, pengasuh sebuah ponpes di Ogan Komering Ilir yang pernah mengeyam ilmu militer di Afghanistan angkatan '87, juga ikut ditangkap polisi karena menyembunyikan Hasan. Bukan hanya dia, guru ponpes tersebut, SA alias AB, 28, juga terseret dalam kasus tersebut. Tersangka yang terakhir ditangkap adalah AMT, 30, seorang guru yang juga anggota Fakta.

Sembilan orang di antara sepuluh tersangka kemarin pagi dikirim ke Rutan Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok. Mereka tiba di Rutan sekitar pukul 11.05 WIB dengan iring-iringan tujuh kendaraan, seperti Ford 4WD, dua bus unit warna cokelat, Taft, dan mobil boks. Mereka diberi penutup kepala warna hitam dan matanya dipasang kacamata gurun lensa gelap.

Tak cukup, kedua tangannya pun diborgol. Kesembilan orang itu tampak mengenakan pakaian seadanya, seperti kaus dan celana panjang. Sedangkan anggota polisi yang mengawal mengenakan pakaian santai. Beberapa di antara mereka memakai baju antipeluru lengkap dengan senjata laras panjang jenis M 16-A4 dan Steyr Aug A3, serta pistol terpasang di paha. Kepalanya terbalut penutup wajah warna hitam. Usai dikeluarkan dari bus, para tahanan itu digiring ke sel bagian belakang gedung utama Mako Brimob.

Polisi akan meneruskan interogasi di sana. Sebab, bahan peledak yang ditemukan di sejumlah lokasi kejadian perkara tergolong berdaya ledak tinggi. Misalnya, empat buah rangkaian elektrik bom pipa. Bukti yang lain adalah sebuah tupperware untuk casing rakitan bom, 50 butir peluru kaliber 38, dan 18 unit CPU. Yang lain adalah 16 buah bom pipa elektronik bahwa 10 di antaranya siap digunakan dan 6 tanpa isi. Selain itu, ada dua kaleng black powder masing-masing berisi 4,3 kg dan 4,8 kg.

Selain itu, ada 6 kotak tupperware yang masing-masing berisi 8 detonator buatan siap pakai dan rangkaian elektronik untuk bom. Namun, rangkaian bom itu tidak di-setting untuk pengebom bunuh diri karena dilengkapi timer. Ada yang waktunya di-setting mundur 4 menit, 2,5 menit, dan 3,5 menit.

Lalu, bahan penyusun bom yang ditemukan adalah sebungkus plastik yang terdiri atas aluminium powder, potasium nitrat, potasium klorat, campuran karbon dan nitrat, serta urea. Yang lain adalah buku catatan kecil berisi rangkaian elektronik dan berbagai gulungan kabel. "Mereka juga terkait jaringan Nordin M. Top di Jawa Tengah, Semarang, dan Wonosobo," imbuh Abubakar.
 
Penjual Organ Kena Vonis Minimal
Hakim Denda Sulaiman SGD1.000, Toni SGD 2.000


JAKARTA - Warga negara Indonesia yang terlibat penjualan organ di Singapura, Sulaiman Damanik, 26, dan Toni, 27, bisa bernapas lega. Dalam persidangan yang digelar di Singapura kemarin (3/7), hakim Bala Reddy menghukum keduanya dengan vonis minimal.

Sulaiman didenda SGD 1.000 atau penjara satu minggu, ditambah penjara dua minggu. Sedangkan Toni dihukum denda SGD 2.000 atau penjara dua minggu, ditambah penjara dua minggu, ditambah lagi tiga bulan. ''Namun, Toni mendapat potongan satu bulan penjara,'' ujar Minister Konsuler Fungsi Protokol dan Konsuler KBRI Singapura Kemal Haripurwanto tadi malam (3/7). Kemal menyatakan, hukuman untuk keduanya terhitung sejak 21 Juni.

Hukuman yang diterima Sulaiman dan Toni terbilang minim. Sebab, jelas Kemal, mereka berdua diancam hukuman maksimal setahun penjara dan denda SGD 10 ribu. Dalam persidangan kemarin, KBRI menunjuk pengacara Mohd Muzammil bin Mohd. ''Upaya pembelaan pengacara kami membuahkan hasil cukup memuaskan,'' ujarnya. Wakil KBRI juga hadir dalam persidangan kemarin.

Dalam pembelaannya, cerita Kemal, Muzammil fokus kepada latar belakang kehidupan kedua tertuduh. ''Sulaiman dan Toni sangat gembira dengan keputusan yang minimal tersebut,'' jelasnya.

Seperti diberitakan, Sulaiman dan Toni adalah dua WNI asal Medan, Sumatera Utara. Mereka terlibat perdagangan organ manusia di Singapura.

Kementerian Kesehatan Singapura melarang jual beli organ untuk menghindari eksploitasi terhadap orang miskin. Larangan itu juga untuk menjaga kondisi warganya dari risiko medis yang tidak diinginkan.

Toni berhasil menjual ginjalnya kepada seorang warga bernama Juliana Soh pada Maret 2008. Saat itu, Toni mengaku sebagai anak angkat Juliana sejak berumur 10 tahun.

Dengan mengaku sebagai anak angkat, proses transplantasi ginjal diperbolehkan karena terjadi secara sukarela. Proses operasi transplantasi ginjal Juliana dilakukan di RS Mount Elizabeth, Singapura.

Sementara itu, Sulaiman berencana menjual salah satu ginjalnya kepada executive chairman perusahaan ritel CK Tang, Tang Wee Sung, 56, yang menderita gagal ginjal. Dari transaksi terlarang itu, Sulaiman diperkirakan mendapatkan SGD 23.700 (sekitar Rp 160 juta).

Karena transaksi organ dilarang di Singapura, Sulaiman berusaha mengelabui dengan menyatakan bahwa dirinya masih mempunyai hubungan famili dengan keluarga Tang. Pada 17 Juni, dia meyakinkan tim panel bahwa sama sekali tidak ada transaksi finansial dalam operasi bedah itu. Tim panel pun menyetujui pendonoran tersebut. Namun, sebelum proses transplantasi Tang terjadi, kedok mereka diungkap Kepolisian Singapura.

Sulaiman dan Toni mengaku ditawari seseorang di Medan untuk menjual organ ginjalnya. Toni yang pertama melakukan aksi tersebut lantas menjadi perantara bagi Sulaiman untuk menjual ginjalnya ke Tang. Sulaiman tinggal di Singapura sejak 29 Mei.
 
Bocah Tewas Dikeroyok Anjing
TANJUNGPANDAN - Nopriadi, bocah 8 tahun, warga Desa Air Sagak, Tanjungpandan, Belitung, ditemukan tewas mengapung di bibir pantai Air Sagak sekitar pukul 19.00 WIB kemarin (4/7). Korban ditemukan ayahnya, Syahrudin, dalam kondisi penuh luka gigitan binatang.

Menurut cerita teman korban, Sony, kejadian tragis yang menimpa siswa SD 23 itu berawal sekitar pukul 14.00 ketika dirinya dan Nopriadi serta tiga teman lainnya bermain di pinggir pantai. Mereka asyik mencari kepiting.

Mendadak, datang empat anjing yang langsung mengejar mereka. Karena ketakutan, mereka berlari sekuat tenaga untuk menyelamatkan diri. Nahas, Nopriadi tertangkap oleh anjing yang belum jelas pemiliknya tersebut. Bocah itu kemudian menjadi bulan-bulanan empat anjing tersebut.

Karena ketakutan, bocah-bocah yang berhasil menyelamatkan diri dari kejaran anjing itu tidak memberitahukan kejadian tersebut kepada keluarga Nopriadi. Barulah selepas magrib, Syahrudin yang curiga anaknya belum juga pulang mencari ke bibir pantai.

Satu jam kemudian, dia menemukan anaknya terapung dalam kondisi sudah tidak bernyawa. Dari bagian leher, ditemukan luka menganga lebar yang diduga sebagai bekas gigitan anjing. Di sekujur badan korban juga ditemukan puluhan luka bekas gigitan yang sama.

Meski sudah tahu anaknya tak bernyawa, Syahrudin tetap melarikan sang buah hati ke RSUD Tanjungpandan. Polisi yang datang ke lokasi kejadian langsung mengidentifikasi dan meminta keterangan teman korban. Rencananya, jenazah korban dimakamkan hari ini di pemakaman desa setempat.
 
Elpiji Capai Rp 130 Ribu
MALINAU - Harga jual gas elpiji 12 kilogram di Kabupaten Malinau melambung hingga Rp 130 ribu per tabung. Ukuran 14 kilogram tabung dari Malaysia dijual Rp 185 ribu.

Menurut Anton Nauli, pemilik Toko Holla Malinau, harga yang dipatoknya itu disebabkan langkanya pasokan. Dia banyak bergantung pada Malaysia.

''Kalau tabung Indonesia, saya dipasok dari Tarakan. Namun, saya juga banyak dikirimi dari Malaysia,'' ujarnya. "Besok (hari ini, Red), rencananya gas dari Tarakan akan masuk ke Malinau, tapi saya belum tahu jumlahnya,'' lanjut Anton. Lantaran minimnya pasokan, mungkin harga elpiji itu naik lagi.

Mahalnya elpiji di Malinau tersebut, menurut dia, juga disebabkan naiknya ongkos angkut kapal dan ongkos bongkar buruh dari kapal. Belum lagi, ongkos tranportasi ke tempat gudang atau toko juga butuh biaya. "Saat ini, kondisi jalan trans Kaltim yang menghubungkan Bulungan-Malinau rusak parah dan sedang dalam pengerjaan sehingga pasokan pun terhenti," jelasnya.

Di Kota Tarakan naik gila-gilaan. Untuk tabung berisi 12 kg, harga di tingkat eceran saat ini Rp 125 ribu. Padahal, harga dari Pertamina hanya separonya.

Tingginya harga elpiji di pasaran tersebut menjadi sorotan berbagai pihak. Di antaranya, Sekretaris Komisi II DPRD Tarakan Ir Yancong. Dia berharap, Pemerintah Kota Tarakan bisa segera menyikapi dan menekan para agen yang menyalurkan elpiji menurunkan harga hingga batas normal.

Secara terpisah, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Investasi (Deperindagkopin) Tarakan Nasib Map menyatakan, pihaknya tidak memiliki kewenangan terkait hal tersebut. Dalihnya, agenlah yang berhubungan langsung dengan Pertamina.

''Karena masalah elpiji ini berhubungan dengan masyarakat Tarakan, kami akan melakukan penjajakan dengan pihak agen. Walaupun wewenang kami tidak sejauh itu," kata Nasib.

Dia mengatakan, harga yang ditentukan agen elpiji tentu sudah berdasarkan estimasi yang ada. Di antaranya, biaya angkut dari Balikpapan ke Tarakan, biaya pelabuhan, serta biaya lain. Dia mencontohkan, perbandingan harga sembako di Tarakan dengan Tanjung Selor bisa saja lebih murah di Tanjung Selor.

''Kalau di Tanjung Selor, barang dari Surabaya bisa langsung masuk ke pelabuhan. Bahkan, truk pemilik barang bisa langsung mengangkut barangnya sehingga cost bisa ditekan. Kalau di Tarakan, banyak tahapan sehingga cost-nya juga mahal. Kalau distributor disuruh untuk menjual murah dan merugi, siapa mau? Lebih baik tidak berjualan,'' tukas Nasib.
 
Hanya Dipangkas Rp 300 Juta
Anggaran Upacara Adat Pemkab Badung

BADUNG - Kritik tajam yang dilancarkan beberapa pihak yang tidak setuju tingginya biaya upacara di lingkup Pemkab Badung memaksa Kadis Kebudayaan Putu Gede Sridana menyerah dengan keputusannya. Secara mengejutkan, Kadis Kebudayaan memilih merasionalisasi anggaran upacara di Pura Lingga Bhuwana Puspem Badung.

Dari hasil perhitungan akhir, jumlah yang dipangkas kurang lebih Rp 300 juta. ''Anggaran yang kami rancang ini tinggi karena waktu penyusunan anggaran kami serba terburu-buru. Jadi, belum sempat ada pengecekan, tahu-tahu kami sadar setelah diungkap ke publik,'' ujar Kadis Kebudayaan Putu Gde Sridana kemarin (4/7).

Semula, untuk upacara karya memungkah, padudusan agung, ngenteg linggih, dan tawur balik sumpah yang akan dilaksanakan 17 Juli mendatang, Dinas Kebudayaan meminta dana Rp 2,799 miliar. Sesuai rencana, anggaran yang membutuhkan rekomendasi dewan itu akan diambil dari sisa lebih perhitungan anggaran (silpa).

Tapi, menurut Kadis Kebudayaan, penyusunan anggaran saat itu tidak melalui pengecekan yang matang. Setelah diungkap media, pengecekan dilakukan. Hasilnya, ada beberapa pos yang dirasionalisasi hingga diperoleh penghematan 12 persen. Meski begitu, nilainya tetap miliaran rupiah. Yakni, Rp 2,463 miliar.

Saking takutnya dengan BPK, Dinas Kebudayaan langsung berkonsultasi ke BPK Perwakilan V Denpasar. Intinya, meminta saran dan pendapat dengan penggunaan anggaran yang digunakan agar nanti tidak ada temuan baru yang merugikan Dinas Kebudayaan.

Bagaimana hasilnya? ''Tidak ada masalah,'' ungkap Sridana. Hanya, dikatakan bahwa BPK memberikan beberapa petunjuk teknis yang sifatnya khusus. Misalnya, untuk pengadaan banten atau sesaji yang tidak diatur dalam Keppres 80/2005.

Sebelumnya, eksekutif meminta tambahan anggaran Rp 1,8 miliar lebih. Padahal, di dalam APBD induk 2008 telah dipasang anggaran Rp 800 juta lebih untuk upacara-upacara di Puspem.
 
Yang Jemput Tim Polres Magelang
SEMARANG - Polres Semarang, tampaknya, cukup berhati-hati menangani perselingkuhan Kapolsek Grabag Magelang AKP Wjt, yang digerebek anggota Polres Semarang dan Polsek Ambarawa pada Kamis (3/7) di sebuah kamar Hotel Baru Ambarawa, Kabupaten Semarang.

Meski nyata-nyata TKP (tempat kejadian perkara)-nya di Ambarawa, toh Polres Semarang justru menyerahkan kasus tersebut ke Polres Magelang. AKP Wjt diduga berselingkuh dengan anggota Bhayangkari yang sudah bersuami.

Kapolres Semarang AKBP Hafidz Yuhas beralasan, meski TKP di wilayah hukum Polres Semarang, yang bersangkutan belum diperiksa di Polres Semarang. Saat itu, kata Hafidz, AKP Wjt sudah dijemput tim dari Polres Magelang.

Kapolres AKBP Hafidz membenarkan pada Kamis (3/7) menangkap Wjt bersama pasangan mesumnya di Hotel Baru. Penangkapan dilakukan saat dilaksanakan operasi penggerebekan di hotel yang sama. Sebab, sebelumnya polisi mendapatkan laporan bahwa di hotel tersebut kerap terjadi keributan.

Informasi yang dihimpun, penggerebekan yang dilakukan tim Polres Semarang dan Polsek Ambarawa memaksa Kapolsek Grabag AKP Wjt dan pasangan gelapnya menjalani pemeriksaan intensif di Polres Semarang.

Namun, sebelum dibawa ke Polres Semarang, tim dari Polres Magelang menjemput AKP Wjt. Akhirnya, Wjt diserahkan ke tim Polres Magelang.

Kapolres Magelang AKBP Bayu Wisnu Murti kepada wartawan mengatakan, AKP Wjt terancam mendapatkan sanksi tegas dari kesatuannya. Bayu Wisnu Murti berjanji menindak tegas bila anak buahnya terbukti bersalah.

Meski demikian, AKBP Bayu Wisnu akan melakukan crosscheck sekaligus memastikan kebenaran laporan tersebut. "Kami tidak ingin hanya katanya. Melainkan harus mendapatkan kejelasan sebagai landasan untuk menentukan kebijakan lebih lanjut. Kalau terbukti bersalah, tentunya ditindak sesuai aturan yang berlaku," tegasnya kemarin.

Kapolres AKBP Bayu membenarkan bahwa sejumlah anggota Polres Magelang berangkat ke Kabupaten Semarang untuk meng-crosscheck adanya penangkapan terhadap AKP Wjt.

Ditanya tentang keberadaan AKP Wjt, AKBP Wisnu tidak berterus terang. Termasuk, saat ditanya apakah sudah dibawa ke Polres Magelang, lagi-lagi Bayu tidak menjawab secara tegas. Berkali-kali dia hanya mengatakan akan melakukan crosscheck dulu atas kasus itu ke Polres Semarang. "Anggota kita belum pulang dari sana. Mereka baru berangkat sekitar pukul 10.00 pagi tadi (kemarin)," katanya.
 
Extravaganza, Salah Satu Tayangan TV Bermasalah!

114900p.jpg


Senin, 7/7/2008 | 11:43 WIB

JAKARTA, SENIN - Tayangan komedi Extravaganza yang laris manis disiarkan di stasiun televisi Trans TV, ternyata menjadi salah satu dari empat tayangan televisi di Indonesia yang dianggap bermasalah dan mendapat teguran dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Tiga tayangan lainnya adalah Ngelenong Nyok (Trans TV), Film Kartun One Piece (Global TV) dan Suami-Suami Takut Istri (Trans TV).

Penilaian tersebut merupakan hasil pemantauan dari tim panelis yang berasal kalangan akademisi serta pemerhati media dan anak yang diketuai Pakar Pendidikan Arief Rahman. Hasil pemantauan itulah kemudian manjadi bahan penilaian KPI. Anggota Tim panelis tersebut beranggotakan Seto Mulyadi, Nina Armando, Bobby Guntarto, Razaini Taher. Tim panelis tersebut dibantu 11 orang analis setelah melalui forum rapat dengan komisioner KPI Pusat

"Jenis tayangan yang dipantau yakni meliputi sinetron komedi, variety show, dan tayangan anak dan dalam rentang waktu 1 hingga 13 Mei 2008," ujar Nina Armandi di Gedung Bapeten, Jakarta, Senin (7/7).

Nina menjelaskan proses evaluasi tersebut dimaksudkan dalam menegakkan dan mengarahkan TV sebagai media hiburan yang sehat dan pendidikan bagi masyarakat luas. Empat tayangan yang dianggap bermasalah tersebut dinilai memiliki frekuensi paling tinggi dalam menonjolkan adegan berbau vulgar, seks, pelecehan, dan kekerasan dari 10 tayangan yang dianggap bermasalah hasil preliminary analysis.

Selain mempersoalkan isi tayangan KPI juga mempersoalkan banyaknya acara tidak melakukan pengklasifikasian acara atau penggolongan program siaran berdasarkan usia khalayak penonton. Dasar hukum yang dijadikan rujukan KPI yakni Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran maupun Standar Program Siaran 2007.

Salah satunya yakni Pasal 36 Ayat 1 UU Nomor 32 Tahun 2002 yang berbunyi isi siaran wajib mengandung informasi, pendidikan, hiburan, dan manfaat untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral, kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya Indonesia.

---------------------------------

Senin, 7/7/2008 | 12:18 WIB

JAKARTA, SENIN - Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) melayangkan surat teguran kedua kepada penanggungjawab acara Extravaganza yang ditayangkan di salah satu stasiun televisi nasional. Ini adalah surat teguran terakhir. Tayangan Extravaganza terancam dihentikan.

"Jika tidak segera diperbaiki, maka kami meminta tayangan ini dihentikan," ujar Nina Armando, anggota panelis saat memaparkan hasil evaluasi terhadap program-program televisi periode 1 hingga 13 Mei 2008 yang dikeluarkan KPI di Gedung Bapeten, Jakarta, Senin (7/7).

Hadir pada saat pemaparan hasil evaluasi tersebut yakni para tim panelis yang beranggotakan Pakar Komunikasi Dedi N Hidayat, Pakar Komunikasi Nina Armando, Pemerhati Anak dan Gender Razaini Taher, dan Yayasan Pengembangan Media Anak Bobby Guntarto.

Hasil evaluasi tim panelis, tayangan acara komedi itu mengandung muatan vulgar, melecehkan kaum perempuan, dan menyiratkan seks. "Walaupun komedi, tapi secara konotasi mengarah ke seks," ujar Nina.

Saat pemaparan, Tim Panelis juga menampilkan adegan-adegan dalam program Extravaganza. yang dianggap bermasalah. Salah satu contohnya yakni saat Exravaganza menghadirkan bintang tamu grup band Ungu. Adegan tersebut memperlihatkan penampilan dan gerak-gerak Aming, salah satu pemainnya, yang dinilai terlalu vilgar dan melecehkan kaum perempuan saat mengenakan pakaian ala perempuan.

Selain mempersoalkan isi tayangan, KPI juga mempersoalkan jam penayangan acara tersebut. Acara yang ditayangkan pukul 19.00 WIB hingga 21.00 WIB memungkinkan anak-anak turut menyaksikan adegan yang dianggap 'tidak wajar' tersebut.
 
Wapres: Keahlian Pilot Jadi Penentu Keselamatan

Senin, 7 Juli 2008 | 12:18 WIB

Laporan Wartawan Kompas, Suhartono

JAKARTA, SENIN - Wakil Presiden Muhammmad Jusuf Kalla menyatakan, bagi dirinya keselamatan penerbangan tidak bergantung pada pesawat besar atau pesawat kecil. Akan tetapi, bergantung pada keahlian dan profesionalitas pilot.

Hal itu disampaikan Wapres Kalla saat meresmikan International Federation of Air Lines Pilots Association (IFalpa), yang diselenggarakan Asosiasi Pilot Garuda (APG) dan Aviation Conference bertemakan "Moving Toward Safer Skies" di Jakarta, Senin (7/7). Dalam acara itu hadir di antaranya President Ifalpa Carlos Simon dan Direktur Utama PT Garuda Indonesia Emirsyah Satar.

"Keselamatan jiwa kita, jiwa penumpang pesawat, tergantung pada pilot dan co-pilot. Oleh sebab, buat saya, tidak soal pesawat kecil atau pesawat besar, tidak penting.Yang penting adalah keahlian dan profesionalitas pilot," ujar Wapres Kalla.

Kalla kemudian menceritakan, beberapa hari yang lalu, ia melakukan penerbangan ke luar Jakarta beberapa kali melakukan satu acara kunjungan, dengan menaiki pesawat kecil, yaitu Fokker F-28. "Buat saya tidak ada persoalan, ketika staf saya menanyakan. "Kalau tidak ada masalah dari pilot, pemeliharaan pesawat dan sistem penerbangannya, it's oke. Tidak ada masalah," tambah Wapres.

Indonesia, lanjut Kalla, yang dipisahkan oleh 3.500 pulau besar dan pulau kecil dan terdiri dari 150 juta penduduk Indonesia, merupakan potensi bagi angkutan penerbangan. "Karena itu, keselamatan penerbangan penumpang itu sangat penting dan utama. Anda pilot mengakut 50 juta jiwa penumpang setiap tahunny6a," katanya.

Wapres yang hanya memberikan sambutan sekitar empat menit dalam bahasa Inggris, berharap konferensi tersebut dapat mengembangkan sistem dan meningkatkan kemampuan dan profesionalitas para pilot.
 
Mereka yang Enggak Mempan Santet


Senin, 7 Juli 2008 | 11:25 WIB

JAKARTA, SENIN - Santet. Banyak orang meragukan fenomena metafisis ini. Bagaimana dinalar secara rasional sekumpulan paku, mur, baut, dan kawat tiba-tiba ada di dalam tubuh seseorang. Santet memang bukan konsumsi nalar.

Peristiwa di luar nalar inilah yang dialami Noorsyaidah, warga Jalan Merdeka III, Samarinda Ilir, Kalimantan Timur. Sejak tahun 1991 dari perut dan dada perempuan berusia 40 tahun ini bermunculan puluhan batang kawat sepanjang sekitar 20 cm.

"Kalau saya bilang itu santet pasti para profesor itu tidak percaya," ujar Anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Permadi, saat dihubungi Kompas.com, Senin (7/7). Permadi yang dekat dengan dunia paranormal dimintai pendapatnya tentang fenomena yang dialami Noosyaidah.

Santet, menurut Permadi, mudah masuk ke tubuh orang yang sedang labil. Pengobatan medis tidak bisa menyembuhkannya. Itu pula yang dialami Noorsyaidah. Ia coba menempuh pengobatan medis, tapi tak membuahkan hasil. Pengobatan alternatif kebatinan pun dilakoninya, tapi gagal juga menghentikan keluarnya kawat-kawat itu. "Perlu orang yang jago santet luar biasa untuk melawannya," kata Permadi.

Meski santet terdengar menyeramkan, tuturnya, santet tidak dapat menyerang semua orang. Ada orang-orang tertentu yang kebal terhadap santet. "Selama tidak percaya dengan klenik, pasti tak akan kena santet," ujarnya. (C10-08)
 
Puluhan Kawat Keluar dari Perut Bu Noor (1)

Senin, 7 Juli 2008 | 05:13 WIB

NOORSYAIDAH terus menahan sakit dari penyakit aneh yang dideritanya. Di perut dan dada perempuan berusia 40 tahun ini bermunculan puluhan batang kawat sepanjang sekitar 20 cm.

"Mungkin Allah SWT ingin memperlihatkan kepada dunia bahwa dengan kekuasan-Nya apapun bisa saja terjadi dan sayalah orang yang dipilih untuk memperlihatkan kekuasan-Nya itu. Maka itu saya harus menjalaninya dengan tabah," kata Noor dengan pasrah.

Saat ditemui di kediaman saudara perempuannya di Jalan Merdeka III, Samarinda Ilir, Noor terpaksa harus berjalan membungkuk agar kawat-kawat di perutnya itu tidak mengenai baju kaos berwarna merah yang dikenakannya.

Bahkan, Noor pun hanya bisa duduk di pinggir kursi dan tetap membungkuk karena sedikit saja dia bergerak, kawat di tubuhnya itu akan menyentuh kain bajunya dan nyeri akan dirasakannya.

"Ini karena ada Mas (wartawan Tribun Kaltim) saja saya pakai baju, biasanya saya tidak pakai baju karena terus terang saja kawat-kawat ini kalau menyentuh barang apa saja rasanya sangat sakit sekali," ujarnya sembari menyingkapkan bajunya dan memperlihatkan kawat-kawat yang tumbuh di bagian perutnya itu.

Guru aktif TK Al-Quran di Sangatta, Kutai Timur, ini menceritakan, penyakit yang dideritanya itu dialami sejak tahun 1991. Tanpa sebab musabab kawat-kawat itu tiba-tiba saja bermunculan di perutnya dan bagian dadanya. Padahal, saat itu dia sedang menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Sospol Universitas Mulawarman Samarinda.

"Tapi, kalau dulu hanya sekitar seminggu kawat-kawat itu berjatuhan sendiri dan hilang. Nanti sekitar sebulan kemudian bermunculan lagi. Nah, sekarang ini sudah sekitar enam bulan lebih, kawat-kawat di perut saya ini tidak ada yang jatuh atau hilang. Jadi, sungguh menderita sekali," katanya.

Segala upaya pengobatan, mulai dari medis, alternatif, hingga mendatangi orang pintar sudah dilakukannya. Namun, penyakit tersebut tetap tak sembuh. Operasi mungkin sudah puluhan kali dialaminya, tetap saja kawat-kawat itu setelah dicabut dengan cara medis tak mau hilang dari dirinya.

"Semua orang bilang bahwa penyakit saya ini terkena santet atau semacamnya, tapi berani jujur bahwa saya ini tak pernah punya musuh atau menyakiti orang lain. Makanya, dokter atau orang pintar yang mengobati penyakit saya ini juga bingung untuk menyembuhkannya," ujarnya.

Saat ini, untuk menghilangkan perasaan sakit atau stres akibat penyakit yang dialaminya itu tak kunjung sembuh, Noor mengaku lebih banyak menghabiskan waktu untuk kegiatan sosial, misalnya mengajar. "Tapi, kalau malam sudah datang, ya terpaksa harus terpikir, kenapa saya mengalami nasib seperti ini. Mudah-mudahan saja suatu saat ada hikmahnya buat saya, amin," katanya penuh harap.
 
Ketua BPK: Jenderal Pun Kami Giring ke Penjara!


Senin, 7 Juli 2008 | 11:39 WIB

JAKARTA, SENIN - Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Anwar Nasution dikenal memiliki gaya bicara ceplas-ceplos. Berulang kali ia mengeluarkan pernyataan yang kontroversial, sesekali mengundang tawa. Tak terkecuali saat memberikan pidatonya dalam penyerahan hasil pemeriksaan Laporan Keuangan Lemhanas 2007 di Gedung Lemhanas, Jakarta Pusat, Senin (7/7).

Anwar dengan tegas mengatakan, BPK yang diamanahkan melakukan pemeriksaan keuangan terhadap tiga lapisan birokrasi di level pusat, provinsi, dan kabupaten/kota melaksanakan tugasnya tanpa pandang bulu, termasuk para Jenderal.

"Bu Umar (Umar Wirahadikusumah) pernah tanya ke saya, 'Anwar, apa BPK sekarang bisa memeriksa TNI dan para Jenderal?'. Saya jawab, bisa. Siapa pun, termasuk para jenderal kami giring ke penjara! BPK bukan cuma berani sama bupati. Misalnya, ada korupsi pengadaan alat persenjataan yang melibatkan jenderal," kata Anwar, tanpa menyebut jenderal yang dimaksudnya.

Anwar mengaku dekat dengan keluarga almarhum Umar Wirahadikusumah. Umar pernah menjabat sebagai Ketua BPK periode 1973-1983. "Saya katakan ke Panglima (Panglima TNI), bukan kau saja yang concern dengan NKRI ini. Kita juga! Jadi jangan sampai ada lagi yang beli senjata untuk memberontak ke pemerintah pusat," katanya.

Untuk itu, kata Anwar, BPK selalu mengingatkan agar jangan terjadi penyimpangan dan penyalahgunaan dalam menggunakan keuangan negara. "Seperti lagunya Broery, Jangan Ada Dusta di Antara Kita. Laporan yang diberikan ke BPK harus laporan yang benar, jangan ada kebohongan," ujarnya.
 
Parpol Adalah Sumber Kekacauan

Senin, 7 Juli 2008 | 12:27 WIB

JAKARTA, SENIN - Terseretnya sejumlah anggota dewan dan pejabat di lingkungan birokrasi dalam berbagai kasus hukum, mengundang keprihatinan. Apalagi, mereka yang bermasalah tak sedikit yang merupakan kader partai politik (parpol).

Menanggapi hal ini, Gubernur Lemhanas Muladi menyatakan, parpol merupakan sumber kekacauan."Parpol itu sumber kekacauan, karena mereka (parpol) punya kewenangan yang luar biasa. Rekruitmen kepemimpinan, mulai dari eselon I sampai DPR semuanya dari parpol. Jadi, kalau sudah dimulai dengan cara money politics, rusak negeri ini," kata Muladi, dalam jumpa pers di Gedung Lemhanas, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Senin (7/7).

Muladi menuturkan, sudah semestinya parpol dituntut akuntabilitas dan transparansinya dalam memilih pemimpin yang baik. Proses rekruitmen kepemimpinan, menurut Muladi, menjadi sumber masalahnya. "Parpol itukan kader mudanya banyak sekali. Jadi harus obyektif dalam rekruitmennya untuk mendapatkan pemimpin yang baik. Sekarang, dalam pencalegan aturannya mencapai suara 30 persen, bisa mengalahkan nomor urut. Angka 30 persen itu tidak banya, jadi perpaduan sistem distrik dan proporsional menjadi penting," kata Muladi.
 
Menpan: Jangan Saling Makan!

Senin, 7 Juli 2008 | 11:30 WIB

JAKARTA, SENIN - Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) Taufik Effendi mengatakan, hal tersulit yang dialami bangsa Indonesia adalah bekerja sama. Apa maksudnya? Di Gedung Lemhanas, Jakarta Pusat, Senin (7/7), awalnya Taufik bercerita tentang pengalaman pengusaha Tanri Abeng dan Rektor Undip Susilo Wibowo saat berkunjung ke Spanyol.

Taufik bercerita, Tanri Abeng dan Susilo kehilangan tas. "Pak Tanri datang ke kantor polisi untuk lapor kehilangan. Sampai di sana, ternyata banyak sekali yang juga kehilangan tas. Tapi, tidak dimuat di media. Rektor Undip Susilo Wibowo waktu ke Spanyol juga mengalami hal yang sama. Banyak juga yang kehilangan tas. Tapi tidak dimuat di media. Bandingkan dengan di Indonesia. Dua tahun lalu, seorang diplomat kehilangan tas di Hotel Borobudur. Wah, luar biasa! Semua media memuat beritanya. Saya di sini tidak akan berkomentar, apa ini juga yang memengaruhi tingginya kunjungan turis ke Spanyol? Mari kita renungkan bersama," papar Taufik.

Oleh karena itu, lanjut dia, diperlukan kerja sama enam elemen bangsa, yakni kalangan birokrasi, legislatif, yudikatif, aparat keamanan, media massa, dan masyarakat. "Perlu kerja sama antarsemuanya, jangan saling makan satu sama lain! Jadikah kita agen kerja sama. Makanya, jangan heran kalau main bola kita nggak pernah menang. Karena kita tidak bisa kerja sama. Bawa bola sendiri, maunya ngegolkan sendiri," katanya.

Dalam acara penyerahan hasil keuangan BPK terhadap Lemhanas tersebut, Taufik juga mengingatkan empat hal yang harus dicamkan oleh para aparatur negara. Pertama, berhenti berpikir formalitas. Kedua, meninggalkan pola pikir secara normatif. Ketiga, tidak hanya berpikir between the box, saatnya berpikir "out of the box". Dan terakhir, tidak hanya berpikir tentang output, namun juga berpikir tentang outcome.
 
10165large.jpg


Diyakini Berusia Ratusan Tahun
Dua benda yang diyakini memiliki nilai sejarah berupa mangkuk ungu dan satu benda berwarna kuning emas bersegi enam memanjang ditemukan Lasimah, 30, seorang ibu rumah tangga, di Malinau.

Warga Teluk Sanggan RT 2 Malinau Hulu itu menemukannya sekitar pukul 17.00 Wita pada 23 Juni lalu. Saat itu, Jauhari, suami Lasimah, sedang menyusun kayu papan sekitar 10 meter dari tempat dirinya menemukan harta karun tersebut.

Tidak lama kemudian, Salimah berbicara kepada suaminya tentang benda yang ditemukannya saat mencongkel tanah timbunan.

''Saya suruh ambil dan bersihkan," kata Jauhari kepada istrinya.

Setelah dibersihkan, ternyata benda segi memanjang itu berwarna kuning keemasan dan di tengahnya terdapat satu titik lingkaran membentuk cincin jari berwarna merah.

Setelah penemuan dua benda itu, rumah keluarga Jauhari dikunjungi tetangga dan para sesepuh warga Tidung yang ingin melihat benda tersebut.
 
Bensin Rp 35.000 Per Liter
BA'A - Gila! Seliter bensin di Pulau Sabu, Provinsi NTT (Nusa Tenggara Timur), Rp 35.000. Tingginya harga bahan bakar minyak (BBM) itu karena memang sulit didapat.

Kelangkaan tersebut terjadi setelah perahu layar motor (PLM) Imanuel yang mengangkut BBM dari Kupang tenggelam akhir Juni lalu. Selain itu, kondisi cuaca yang tidak bersahabat sepekan terakhir menyebabkan pasokan BBM ke Pulau Sabu berhenti total.

Angin kencang disertai gelombang laut dengan ketinggian 2-3 meter memaksa pemilik perahu menunda perjalanan menuju pulau tersebut. Padahal, saat ini hanya alat transportasi seperti itulah yang bisa menjangkau Pulau Sabu.

Sebenarnya sudah disiapkan KM Timau untuk mengirim BBM ke Pulau Sabu. Biasanya, kapal itu mengangkut BBM ke Rote.

Namun, karena kondisi cuaca masih buruk, kapal tersebut terpaksa sandar di Dermaga Tenau, Kupang. ''Mudah-mudahan cuaca besok cukup bersahabat,'' ungkap salah seorang awak kapal.

Tokoh masyarakat Sabu Barat Vecky Adoe menjelaskan, dampak kelangkaan BBM mulai terasa tiga hari terakhir. Sejumlah pengecer mulai menjual premium dengan harga Rp 35 ribu per liter.

Meski harga sudah sedemikian tinggi, konsumen tetap memburu BBM karena memang sangat membutuhkan. Vecky berharap, pemerintah segera turun ke lapangan untuk mengecek kemungkinan ada yang sengaja menimbun BBM demi keuntungan pribadi.
 
Belasan Jam Berjuang Melawan Api
PURWOKERTO - Pasar Wage Purwokerto terbakar sekitar pukul 23.30 Sabtu malam lalu. Petugas pemadam kebakaran harus bekerja ekstra keras memadamkan api yang melahap pasar terbesar di kota itu. Sampai belasan jam api belum juga berhasil dijinakkan.

Penyebab kebakaran masih simpang siur. Para pedagang dan kuli angkut hanya tahu asap sudah membubung tinggi saat mereka datang menjelang tengah malam itu. "Saya mendapat laporan dari juru kunci pasar, Tarmidi, api diketahui sekitar pukul 23.30. Saat itu api sudah membakar Blok B petak 18 - 20 los daging," tutur Kepala Pasar SH Yudi, kepada Radarmas..

Para pemilik kios yang panik berusaha mengamankan barang-barang yang masih bisa diselamatkan. Tak mempedulikan api yang berkobar, mereka saling membantu mengangkat barang-barang di kios masing-masing.

PMK kesulitan mengendalikan apa karena sulit mendekati lokasi kebakaran. Sementara api dengan cepat menyebar karena banyak kios yang terbuat dari kayu, yang memudahkan penyebaran api.

Kondisi jalan di depan pasar Wage sendiri dipadati warga yang ingin melihat terjadinya kebakaran. Beberapa polisi berusaha mengatur lalu lintas di depan pasar untuk menghindari semakin parahnya kemacetan.

Kebakaran itu adalah kebakaran kedua sejak pasar tersebut direnovasi 2004 lalu. Pada kebakaran pertama sempat beredar isu kesengajaan.

Bagaimana dengan kebakaran kali ini? Kapolres Banyumas, AKBP Drs Hari Prasdojo, belum bisa memastikan penyebab kebakaran tersebut. "Perlu dilakukan penyelidikan," kata Hari di lokasi.

Salah satu sumber radarmas, menyebutkan api berasal dari sampah-sampah yang ada di bagian atas. Ketika tempat itu didatangi memang terlihat sampah yang tengah dilalap api. Tapi bagaimana sampah itu bisa tiba-tiba terbakar, masih harus diselidiki.
 
Turunkan Kembali Harga BBM
Anggota DPR Paparkan Target Hak Angket


JOGJA - Anggota DPR dari FPDIP Arya Bima menyatakan, hak angket bahan bakar minyak (BBM) diajukan bukan dalam rangka menjatuhkan pemerintahan SBY-JK. Bima mengatakan, ide hak angket itu muncul hanya untuk mendorong transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan.

"Muaranya, kalau kebijakan soal BBM transparan, kita ingin harga BBM diturunkan kembali ke harga semula," kata Bima saat berbicara di depan ratusan mahasiswa dalam diskusi publik bertema BBM Tak Harus Naik di halaman PSPK UGM kemarin (6/7).

Diskusi publik tersebut diadakan Aliansi Mahasiswa Jogjakarta (AMJ). Tampil pula dalam diskusi itu mantan Menko Ekuin Kwik Kian Gie dan Rektor UII Jogja Edi Suandi Hamid.

Bima yang alumnus Fisipol UGM itu menilai, pengelolaan energi dan sumber daya mineral (ESDM) selama ini tidak transparan. Begitu pula Pertamina. Karena itu, untuk mengungkap ketidaktransparanan tersebut, diperlukan hak angket.

Kwik memaparkan, saat ini ada yang ganjil dalam pemerintahan SBY-JK. Saat harga minyak dunia meroket, seharusnya Indonesia menikmatinya. "Kenyataannya malah sebaliknya. Kita bingung dan harga BBM malah dinaikkan," ungkapnya.

Kwik menambahkan, sejak delapan tahun lalu, dirinya mengkritisi manajemen Pertamina yang tertutup. Dia pun sampai geleng-geleng kepala saat sebagai Menko Ekuin dan menteri Bappenas tidak bisa melihat laporan keuangan, neraca, dan jurnal milik Pertamina.

Saat duduk sebagai wakil rakyat di Komisi IX DPR, Pertamina juga menolak ketika dimintai laporan. "Ini benar-benar gila. Masak alasannya karena kebiasaan yang boleh baca laporan hanya presiden dan menteri keuangan. Padahal, saat itu saya komisaris Pertamina," keluhnya.

Dari hitungan Kwik, dengan harga minyak dunia yang membubung tinggi, Indonesia mendapat keuntungan Rp 5.370 per barel. Namun fakta di dalam negeri, pemerintah malah menaikkan harga BBM, khususnya bensin, dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.000.

Kwik juga heran ketika pemerintah tak berani meninjau ulang kontrak karya dengan perusahaan-perusahaan asing yang mengebor minyak di bumi Indonesia. "Ini ada apa. Ini pemerintahan macam apa," kecamnya.
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.