• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

[Universal] Bagaimana pengamalan cinta kasih saudara2?

Kebod

IndoForum Newbie A
No. Urut
15465
Sejak
11 Mei 2007
Pesan
416
Nilai reaksi
3
Poin
18
Namo Buddhaya...

Pengen berbagi neh...gimana pengamalan cinta kasih teman2 seperti yang diajarkan dalam Buddhisme yang kita anut?
Mungkin tmn2 ada yang suka berdana kepada pengemis, pantang bunuh nyamuk bagaimanapun juga, atau lainnya.

Oh iya, mohon jangan mengepost sambil membawa aliran2 tertentu ya , thread ini bebas untuk semua Buddhis.

Thanx

Namo Buddhaya
 
KARANIYAMATTHAKUSALENA
YAN TAM SANTAM PADAM ABHISAMECCA
SAKKO UJU CA SUHUJU CA
SUVACO CASSA MUDU ANATIMANI

SANTUSSAKO CA SUBHARO CA
APPAKICCO CA SALLAHUKAVUTTI
SANTINDRIYO CA NIPAKO CA
APPAGABBHO KULESU ANANUGIDDHO

NA CA KHUDDAM SAMACARE KINCI
YENA VINNU PARE UPAVADEYYUM
SUKHINO VA KHEMINO HONTU
SABBE SATTA BHAVANTU SUKHITATTA

YE KECI PANABHUTATTHI
TASA VA THAVARA VA ANAVASESA
DIGHA VA YE MAHANTA VA
MAJJHIMA RASSAKA ANUKATHULA

DITTHA VA YE VA ADDITTHA
YE CA DURE VASANTI AVIDURE
BHUTA VA SAMBHAVESI VA
SABBE SATTA BHAVANTU SUKHITATTA

NA PARO PARAM NIKUBBETHA
NATIMANNETHA KATTHACI NAM KANCI
BYAROSANA PATIGHASANNA
NANNAMANNASSA DUKKHAMICCHEYYA


MATA YATHA NIYAM PUTTAM
AYUSA EKAPUTTAMANURAKKHE
EVAMPI SABBABHUTESU
MANASAMBHAVAYE APARIMANAM

METTANCA SABBALOKASMIM
MANASAMBHAVAYE APARIMANAM
UDDHAM ADHO CA TIRIYANCA
ASAMBADHAM AVERAM ASAPATTAM

TITTHANCARAM NISINNO VA
SAYANO VA YAVATASSA VIGATAMIDDHO
ETAM SATIM ADHITTHEYYA
BRAHMAMETAM VIHARAM IDHAMAHU

DITTHINCA ANUPAGAMMA
SILAVA DASSANENA SAMPANNO
KAMESU VINEYYA GEDHAM
NA HI JATU GABBHASEYYAM PUNARETI’TI


Inilah yang harus dikerjakan
oleh mereka yang tangkas dalam kebaikan.
Untuk mencapai ketenangan,
Ia harus mampu, jujur, sungguh jujur,
Rendah hati, lemah lembut, tiada sombong.

Merasa puas, mudah disokong/dilayani
Tiada sibuk, sederhana hidupnya
Tenang inderanya, berhati-hati
Tahu malu, tak melekat pada keluarga.

Tidak berbuat kesalahan walaupun kecil
yang dapat dicela oleh Para Bijaksana
Hendaklah ia berpikir :
Semoga semua makhluk berbahagia dan tentram,
Semoga semua makhluk berbahagia.

Makhluk hidup apa pun juga
Yang lemah dan kuat tanpa kecuali
Yang panjang atau besar
Yang sedang, pendek, kecil atau gemuk.

Yang tampak atau tidak tampak
Yang jauh atau pun dekat
Yang terlahir atau yang akan lahir
Semoga semua makhluk berbahagia.

Jangan menipu orang lain
Atau menghina siapa saja.
Jangan karena marah dan benci
Mengharapkan orang lain celaka.


Bagaikan seorang ibu yang mempertaruhkan jiwanya
Melindungi anaknya yang tunggal,
Demikianlah terhadap semua makhluk
Dipancarkannya pikiran (kasih sayangnya) tanpa batas.

Kasih sayangnya ke segenap alam semesta
Dipancarkannya pikirannya itu tanpa batas
Ke atas, ke bawah dan kesekeliling
Tanpa rintangan, tanpa benci dan permusuhan.

Selagi berdiri, berjalan atau duduk
Atau berbaring, selagi tiada lelap
Ia tekun mengembangkan kesadaran ini
Yang dikatakan : Berdiam dalam Brahma

Tidak berpegang pada pandangan salah (tentang atta/aku)
Dengan sila dan penglihatan yang sempurna
Hingga bersih dari nafsu indera
Ia tak akan lahir dalam rahim mana pun juga.
 
Dalam mengamalkan kasih saya belum bisa berbuat banyak kk,
hanya hal-hal kecil yang dapat saya lakuan, misalnya pada waktu saya mendapat berkat contoh : satu benda kecil yang baru, misalnya baju, travel bag dll,
saya berusaha menyalurkan benda yang lebih lama kepada orang lain yang belum punya dan membutuhkannya.

Tetapi saya berkeinginan untuk menjadi lebih mempunyai kasih lagi terhadap sesama....


yuk siapa lagi yang ingin menceritakan pengalaman kasih sehari-hari dalam kehidupan kita .... :)
 
Pengamalan cinta kasih.. biasa nya kami sekeluarga.. jika ada rejeki lebih ita gunakan untuk fang'sen (melepas mahkluk hidup) bisa ikan.. burung.. ato belut.. hal ini biasa kami lakukan sambil berharap semoga semua mahluk hidup berbahagia..

hehehe.. meski demikian tidak dapat dipungiri kalo kita masih terlalu awam untuk tidak membunuh seekor nyamuk ^^'
 
Namo Buddhaya...

Pengen berbagi neh...gimana pengamalan cinta kasih teman2 seperti yang diajarkan dalam Buddhisme yang kita anut?
Mungkin tmn2 ada yang suka berdana kepada pengemis, pantang bunuh nyamuk bagaimanapun juga, atau lainnya.

Oh iya, mohon jangan mengepost sambil membawa aliran2 tertentu ya , thread ini bebas untuk semua Buddhis.

Thanx

Namo Buddhaya

Hal pantang bunuh nyamuk, bagaimana kita harus bersikap untuk mengindari membunuh nyamuk dengan baygon dll
karena nyamuk kalau di biarkan bisa menggigit anak-anak, dan bagaimana jika nyamuk tersebut adalah nyamuk aedes agypty yang jika menggigit bisa mengakibatkan kematian ?
mohon masukannya :)
 
kalau menurut saya, memang mencegah membunuh nyamuk adalah salah satu perbuatan cinta kasih, tetapi kalau sampai nyamuk tsb membahayakan nyawa manusia (demam berdarah) seperti tak ada salahnya lbh baik kita membunuhnya. Tentu membunuh nyamuk Aedes Agypty juga termasuk perbuatan membunuh dan tentu ada karma buruknya, tapi ya bagaimana lagi, kalau sudah membahayakan nyawa, sepertinya kita tak ada pilihan.
Itu menurut saya, mgkn teman2 senior mau menambahkannya atau mau mengkritik statement saya kalau ada kesalahan
 
iya kali, mungkin ajaran Buddha mengajarkan cinta kasih bukan terhadap manusia saja, tetapi juga mahluk2 kecil yang mungkin di ajaran lain, tidak begitu di perhatikan, tetapi Buddha sangat memperhatikannya.

Bisa jadi begini, kita hanya membunuh mahluk jika mahluk tsb membahayakan bagi kita, sedang jika tidak, maka sangat dilarang membunuh mahluk2 tadi.

Banyak diantara kita, yang suka mempermainkan hewan , kadang mengadu nya sampai mati, bahkan tidak segan-segan menyiksanya sekedar ntuk iseng mempermainkannya dll
Maka dengan ajaran Buddha, kita diajarkan mempunyai perhatian dan kasih kepada mahluk lain.

Kira-kira seperti itu kah kk ?

Hal pengamalan kasih menurut saya. lebih sukar di terapkan atas diri kita terhadap sesama manusia. Kadang kita harus seringkali memendam rasa kecewa, marah dsb terhadap orang yang membikin kita kecewa. Apakah benar, dengan tidak mengkonsumsi daging, hal itu lebih mudah bagi kita untuk mengendalikan diri ? Lalu jika tidak makan daging apakah kita tidak kekurangan gisi padahal kita harus makan makanan yang lengkap, setidaknya nasi, lauk pauk, daging , telur, sayuran, buah dan susu ? Lalu bagaimana kalau kita berpantang daging telur dan susu ? Apakah ada pengganti nya ?
mohon pencerahan nya, thx
 
iya kali, mungkin ajaran Buddha mengajarkan cinta kasih bukan terhadap manusia saja, tetapi juga mahluk2 kecil yang mungkin di ajaran lain, tidak begitu di perhatikan, tetapi Buddha sangat memperhatikannya.

Menurut saya, karena agama lain tidak mempercayai adanya hukum reinkarnasi, dan hewan merupakan reinkarnasi dari manusia atau sebaliknya, makanya agama lain tidak begitu memperhatikan kasih terhadap hewan atau makhluk2 kecil.

Bisa jadi begini, kita hanya membunuh mahluk jika mahluk tsb membahayakan bagi kita, sedang jika tidak, maka sangat dilarang membunuh mahluk2 tadi.

Banyak diantara kita, yang suka mempermainkan hewan , kadang mengadu nya sampai mati, bahkan tidak segan-segan menyiksanya sekedar ntuk iseng mempermainkannya dll
Maka dengan ajaran Buddha, kita diajarkan mempunyai perhatian dan kasih kepada mahluk lain.

Kira-kira seperti itu kah kk ?

Betul sekali, cc Effie. Percaya atau tidak, saya sendiri terkena hukum pembalasan karma. Sewkt kecil saya suka menyiksa kucing, dgn menenggelamkannya dlm selokan, perasaan saya tuch senang banget. Tp kucing2 tsb tidak sampai mati. Setelah dewasa, dan membaca buku pembalasan hukum karma di sebutkan disana, sebab dari penyiksaan binatang akibat tidak mendapatkan tubuh yang sehat (sering didatangi penyakit) di kehidupan ini atau akan datang. Makanya tubuh saya sering sakit-2an, spt typus, malaria, demam berdarah , sering demam, flu, pokoknya daya tahan tubuh saya lemah. Tp saya tetap bersyukur, hutang adalah hutang. Saya berhutang kpd kucing2, makanya saya harus membayarnya. Jd setiap kali saya sakit, saya selalu mengucapkan syukur kepada Tuhan artinya karma buruk saya yang berbuah telah saya lunasi. Betul2 menyesal mengapa dulu sewaktu kecil saya harus menyiksa kucing, padahal mereka lucu2 sekali, bukankah begitu cc Effie? hehehe

Hal pengamalan kasih menurut saya. lebih sukar di terapkan atas diri kita terhadap sesama manusia. Kadang kita harus seringkali memendam rasa kecewa, marah dsb terhadap orang yang membikin kita kecewa. Apakah benar, dengan tidak mengkonsumsi daging, hal itu lebih mudah bagi kita untuk mengendalikan diri ? Lalu jika tidak makan daging apakah kita tidak kekurangan gisi padahal kita harus makan makanan yang lengkap, setidaknya nasi, lauk pauk, daging , telur, sayuran, buah dan susu ? Lalu bagaimana kalau kita berpantang daging telur dan susu ? Apakah ada pengganti nya ?
mohon pencerahan nya, thx

Dengan tidak memakan daging belum tentu lbh mudah bagi kita untuk mengendalikan diri, semuanya kembali kepada org tsb yang ingin belajar bersabar untuk tidak marah kepada seseorang atau tidak. Tp biasanya dgn tidak memakan daging ditambah dgn belajar kesabaran, akan mendatangkan kepuasan bathin yang tinggi/besar berupa praktek cinta kasih yang lbh sempurna di banding hanya belajar kesabaran tapi tetap mengkonsumsi daging. Krn cinta kasih bukan kepada manusia saja, tp juga binatang. Bgmana bisa di sebut praktek cinta kasih kalau daging hewan masih saja di konsumsi? Ini menurut saya lah........tak tahu teman2 yang lain.
Mengenai kekurangan gizi bagi seorang vegetaris itu tidak akan terjadi sepanjang dia tahu bagaimana mengatur pola makan sehat. Spt lemak hewani dapat di suplai dgn lemak nabati. Kalau di aliran Maitreya susu dan telur di perbolehkan, karena susu dan telur tidak harus melalui proses pembunuhan untuk mendapatkannya. Jadi protein bisa kita dapatkan dari telur dan susu, lemak dapat kita dapatkan dari tumbuh2an, spt kacang2an, margarin, keju.


Mgkn teman2 senior yang lain ingin menambahkan....karena saya juga masih belajar...
 
ikut nimbrung ya kk n cc.. ^^'

kata Buddha.. semua mahkluk hidup memiliki benih ke-Buddha'an.. itulah sebap mengapa kita harus menghargai nyawa se'ekor nyamuk sekali pun.. namun.. kita juga harus bersikap bijaksana dunk.. hehehe.. kadang membunuh nyamuk memang diperlukan jika nyamuk itu mengganggu.. dan tidak dengan sengaja memburu untuk membantai nyamuk.. =P

namun.. ada baiknya kita mencegah datangnya nyamuk lebih dahulu.. khususnya nyamuk demam berdarah.. dengan mengikti petunjuk2 umum yang sudah kita tahu.. seperti 3M dll.. hehehe.. atau.. menyemprot baygon di tempat persembunyian nyamuk, tanpa menyemprotkan langsung pada nyamuknya.. dan menutup rapat pintu jendela.. setelah hari menjelang petang.. untuk menghindari masuknya nyamuk dari luar.. hehehe..

tidak makan daging belum tentu membuat seseorang jadi memiliki cinta kasih yang tinggi.. semua tergantung pribadi orang.. dan pikiran kita sendiri.. kan pikiran adalah pelopor. jadi ketika kita tidak berfikir untuk menyakiti semua mahkluk.. da tetap mengembangkan metta maka lama2.. kita juga akan memiliki cinta kasih pada semua dengan lebih besar.. bener ngk ya?? hehhee..

Trus.. tidak mengkonsumsi daging.. memang secara sederhana semua yang ada di daging dapat digantikan dengan semua yang ada di tumbuhan.. namun tidak akan sesempurna itu.. ada esuatu yang ada di daging namun tidak terdapat di tumbuhan.. demikian sebaliknya.. suplemen makanan juga bisa membantu.. namun tetap saja tidk cukup..

tapi ya.. mau tidak makan daging ato tetap makan daging.. semua bebas lah.. yang penting tidak merugikan kesehatan.. dan badan tetap sehat ya kan.. hehehe.. ^^'

oh iya.. saya ada punya teman malah dia sudah vegetarian sejak dari bayi.. bahkan daging aja dia ngk pernah tau rasanya lo.. hehehe.. ya.. dia penganut maitreya.. cewek orangnya.. cantik.. namun bertubuh mungil.. nah.. dia sekarang lagi pacaran dengan sepupu saya.. namun pihak sepupu saya khawatir dengan'nya.. katanya takut ngk bisa punya anak karena vegetarian sejak bayi.. gimana menurut kk n cc???

mohon maaf bila ada salah kata..
mettacitena..
 
memank sih,klo org vegetarian badannya mungil gitu...tp yg penting ya...mereka dapat karma baik karena mengasihi binatang kan?
 
@uniqueman
tidak makan daging bisa mandul, saya rasa tidak ada kaitan nya /heh
biasanya kemandulan seorang wanita bukan karena ketidaklengkapan makanan, tapi cenderung ada kelainan di kandungan dan sekitarnya.

oh begitu ya, jadi temperamen seseorang tidak terbentuk karena sering makan daging atau tidak....

buat saya pribadi walau saya ingin mengikuti bukan pemakan daging, tapi saya merasa kesulitan, karena keluarga saya 80 % selalu masakan nya bahan bakunya adalah daging. sedang yang 20% adalah lauk pauk tahu tempe dan sayuran.
jikalau saja ada layanan catering vegetarian, wah pasti hidup akan lebih sehatlah setidaknya.

@chineseculture
iya kk, memang di agama lain tidak mengenal reinkarnasi sedemikian, sedang buat saya sendiri tahu reinkarnasi juga karena pernah melihat cerita-cerita film di TV itu saja.
Dan apa benar sy pernah mendengar cerita dari seorang teman, bahwa seekor kupu-kupu adalah reinkarnasi dari Opa Oma kita yang sudah meninggal. Jadi sewaktu ada seekor kupu-kupu datang ke ruang tidur kita, tanda nya si Oma kita yg udah meninggal beberapa tahun yang lalu datang menengok cucunya, jadi jangan diusir keluar, biarkan Oma ( kupu-kupu ) tadi leluasa menengok cucunya hingga puas, dan jika sdh puas maka dia akan pergi dengan sendirinya, kata teman Buddha saya itu.
Nah pertanyaan saya, ....
apakah kita bisa mengetahui, bahwa orang yang udah meninggal bereinkarnasi dalam bentuk kupu atau bentuk nyamuk atau barangkali dalam bentuk binatang yang lain ?
Bagaimana kita bisa mengetahuinya bahwa orang tua kita yang telah meninggal bereinkarnasi menjadi bentuk seekor binatang / serangga apa ?
Maaf pertanyaan saya ini, bukan bermaksud lain, tapi saya sungguh2 ingin mengetahui lebih banyak tentang sesuatu hal yang pernah saya dengar. Sekalian saja di IF ada forum Buddha, jadi saya bisa bertanya sambil menambah pengetahuan tentang ajaran Buddha, sebelumnya terima kasih :)
 
iya juga sih.. saya kira juga tidak berhubungan kemandulan dengan tidak makan daging.. hehehe.. ( semoga ) ya yang saya ceritakan di atas merupakan kelucuan dan keunikan saja yang saya temui di kehidupan sehari2..

hehehe.. @ cc effie.. pacar saya waktu mo diet dia bervegetarian selama 3 bulan.. dan sukses.. hehehe.. saya pribadi sekeluarga selalu vegetarian tiap tangal 1 dan 15 penanggalan cina.. ^^' itung2 diet..
hehee..

untuk oma dan opa kita sebagai kupu2 untuk jangan diusir sih.. sebenarnya mitos untuk melindungi kupu2 yang memang hidupnya tidak lama.. biar tidak disakiti oleh kita.. dan biasa anak2 yang suka memainkan nya.. hehehe

hm.. orang yang bisa mengetahui menjadi apa dan siapa kah sebelumnya kupu, nyamuk dan sebagainya itu adalah orang yang tentunya memiliki kemampuan suprabatural.. dalam Buddhis.. setelah seseorang mencapai Janna ( kalo salah tulis, maap ) tertentu dalam meditasinya maka seseorang dapat memungkinkan melihat hal2 seperti itu.. dan orang2 seperti itu biasa merupakan seorang bhiksu yang telah lama berlatih meditasi.. namun biasanya mereka tidak akan pernah mengungkapkan kepada umum, kalau mereka bisa melakukannya.

mengenai bagaimana kita mengetahui orangtua kita menjadi binatang/ serangga apa.. itu gampang.. lihat semasa hidupnya.. mereka jika kurang dalam berbuat jahat, menyakiti orang lain dan banyak berbuat baik.. hehhehe.. sudah dipastikan alam binatang bukan menjadi tujuan kelahiran kembali mereka.. jadi tanang saja.. ^^'

oh ya.. rasanya dalam Buddhis bukan reinkarnasi deh.. melainkan tunimba lahir.. kecuali di sekte tantra.. mereka mengenal reinkarnasi dan juga tunimba lahir..

kalo salah2.. mohon maaf ya.. tidak bermasuk menyinggung siapa saja..
mettacitena.. ^^'
 
klo aku,masih belum ikrar,tp suka vegetarian...Suka ber-vegetarian dan suka makanannya...Nabati gitu
 
betul kata cc Effie, kemandulan tak berhubungan dgn vegetarian. Bnyk kasus kemandulan dan mereka adalah pemakan daging. Bahkan bnyk tmn vihara yang vegetarian sudah puluhan tahun, begitu married langsung mengandung.
kupu2 yang mampir ke rumah dan di anggap sebagai reinkarnasi dari opa oma kita adalah takhayul, kita orang awam tidak akan tahu kemana orang kesayangan kita di lahirkan setelah meninggal. Tetapi orang yang meninggal dan Rohnya keluar lewat mulut akan dilahirkan menjadi binatang air spt ikan, udang; Rohnya yang keluar lewat mata akan di lahirkan menjadi hewan unggas spt burung, ayam; Rohnya yg keluar lewat telinga akan di lahirkan menjadi hewan mamalia spt anjing, kucing; Rohnya yang keluar lewat hidung akan di lahirkan menjadi serangga; Rohnya yang keluar lewat ubun2 akan di lahirkan menjadi dewa dewi di alam surga. (Tolong di ralat kalau ada kesalahan)
 
@chinesculture
wah.. begitu ya.. lantas bagaimana kita tahu.. rohnya tersebut keluarnya lewat mana kk???
 
@uniqueman

kita tak tahu krn tak dpt melihat.
kita lihat saja :

Roh keluar dari mulut di lahirkan menjadi binatang air spt ikan
kita lihat mulut ikan yang selalu buka tutup tak pernah berhenti

Roh keluar dari mata di lahirkan menjadi unggas spt Elang
Burung Elang memiliki penglihatan yg tajam, dari angkasa dia dpt melihat benda2 yang ada di bawah

Roh keluar dari telinga di lahirkan menjadi mamalia spt anjing
Pendengaran anjing sangat tajam kan makanya telinga anjing suka di gerak2 kan pertanda dia sedang mendengar sesuatu
 
wah...pengetahuannya luas banget!hebat...
 
@uniqueman

kita tak tahu krn tak dpt melihat.
kita lihat saja :

Roh keluar dari mulut di lahirkan menjadi binatang air spt ikan
kita lihat mulut ikan yang selalu buka tutup tak pernah berhenti

Roh keluar dari mata di lahirkan menjadi unggas spt Elang
Burung Elang memiliki penglihatan yg tajam, dari angkasa dia dpt melihat benda2 yang ada di bawah

Roh keluar dari telinga di lahirkan menjadi mamalia spt anjing
Pendengaran anjing sangat tajam kan makanya telinga anjing suka di gerak2 kan pertanda dia sedang mendengar sesuatu

Roh???? (Saudara ini Buddhis atau Bukan??)
PUNABBHAVA




Punabbhava berasal dari bahasa Pali yang terbentuk dari dua kata yaitu kata ”puna” dan ”bhava”. Kata ”puna” berarti lagi atau kembali, sedangkan ”bhava” berarti proses menjadi ada/eksis atau kelahiran. Jadi, secara harafiah, punabbhava berarti proses menjadi ada/eksis lagi atau kelahiran kembali atau tumimbal lahir. Punabbhava atau Kelahiran kembali atau tumimbal lahir merupakan suatu proses menjadi ada/eksis kembali dari suatu makhluk hidup di kehidupan mendatang (setelah ia meninggal/mati) sehingga lahir (jati), dimana proses ini merupakan akibat atau hasil dari kamma (perbuatan)nya pada kehidupan lampau.

Proses menjadi ada/eksis atau kelahiran kembali atau punabbhava terjadi pada semua makhluk hidup yang belum pencapai Penerangan Sempurna, ketika mereka telah meninggal/mati.

Dalam Hukum Paticcasamuppada (Sebab-Musabab yang Saling Bergantungan), proses menjadi ada/eksis atau punabbhava atau kelahiran kembali disebabkan oleh Kamma (perbuatan) yang kemudian menghasilkan kemelekatan kepada segala sesuatu termasuk kemelekatan pada hidup dan kehidupan. Jadi makhluk hidup apapun yang mengalami proses menjadi ada/eksis atau kelahiran kembali (punabbhava), merupakan makhluk yang masih memiliki kemelekatan pada sesuatu dalam kehidupan sebelumnya. Dan seperti yang diuraikan dalam Hukum Paticcasamuppada kemelekatan timbul karena adanya Tanha (Keinginan/Kehausan) dan juga Avijja (Ketidaktahuan/Kebodohan).

Karena Avijja (Ketidaktahuan/Kebodohan) seseorang menyadari atau tidak menyadarinya, tetap terus mengumbar keinginan/kehausannya terhadap segala sesuatu sehingga timbul kemelekatan pada dirinya terhadap segala sesuatu.

Proses menjadi ada/eksis atau kelahiran kembali atau punabbhava terjadi pada semua makhluk hidup yang belum pencapai Penerangan Sempurna, ketika mereka telah meninggal/mati. Dalam Hukum Paticcasamuppada (Sebab-Musabab yang Saling Bergantungan), proses menjadi ada/eksis atau punabbhava atau kelahiran kembali disebabkan oleh Kamma (perbuatan) yang kemudian menghasilkan kemelekatan kepada segala sesuatu termasuk kemelekatan pada hidup dan kehidupan. Jadi makhluk hidup apapun yang mengalami proses menjadi ada/eksis atau kelahiran kembali (punabbhava), merupakan makhluk yang masih memiliki kemelekatan pada sesuatu dalam kehidupan sebelumnya. Dan seperti yang diuraikan dalam Hukum Paticcasamuppada kemelekatan timbul karena adanya dan juga . Karena Avijja (Ketidaktahuan/Kebodohan) seseorang menyadari atau tidak menyadarinya, tetap terus mengumbar keinginan/kehausannya terhadap segala sesuatu sehingga timbul kemelekatan pada dirinya terhadap segala sesuatu.


Proses Kelahiran Kembali

Dalam proses kelahiran kembali atau rebirth (bahasa Inggris), tidak terjadi suatu perpindahan roh/jiwa/kesadaran ke dalam jasmani yang baru. Yang terjadi dalam proses kelahiran kembali adalah adanya proses berkesinambungan dari kesadaran (citta) pada kehidupan lampau dengan kesadaran (citta) kehidupan baru yang merupakan suatu aksi-reaksi. Oleh karena itu proses kelahiran kembali sangatlah berhubungan dengan proses kematian itu sendiri. Dan kedua proses yang berhubungan dengan batin ini sangatlah kompleks.
Guru Buddha menjelaskan dalam Satta Sutta; Radha Samyutta; Samyutta Nikaya 23.2 {S 3.189} bahwa makhluk hidup pada umumnya dan manusia pada khususnya merupakan perpaduan dari lima kelompok (Panca Khandha), yang kelimanya dikelompokkan menjadi dua bagian. Pertama yaitu jasmani atau fisik dan yang kedua adalah batin. Baik fisik maupun batin ini tidak terlepas dari hukum perubahan, suatu saat muncul dan saat kemudian mengalami pemadaman/mati. Batin sendiri terdiri dari perasaan, pencerapan, bentuk-bentuk pikiran, dan kesadaran. Unsur-unsur batin ini disebut dalam bahasa Pali sebagai citta. Citta juga sering disebut dengan kesadaran. Citta/kesadaran ini mengalami kemunculan, pemisahan dan pemadaman/mati.

Pada saat seseorang mengalami kematian, jasmani tidak lagi bisa berfungsi untuk mendukung citta/kesadaran. Citta/kesadarannya pun akan mengalami pemadaman/kematian dan secara otomatis ia meneruskan kesan apapun yang tertanam padanya kepada Citta/kesadaran penerusnya yang tidak lain merupakan Citta/kesadaran pada kehidupan yang baru. Penerusan Kesadaran (Patisandhi Vinnana) ini terjadi dengan adanya peran dari Kamma yang pernah dilakukan.

Ketika jasmani mengalami kematian, dalam pikiran orang yang sekarat muncul kesadaran yang bernama Kesadaran Ajal (Cuti Citta). Ketika Kesadaran Ajal mengalami pemadaman juga, maka orang tersebut dikatakan sudah meninggal. Tetapi pada saat yang bersamaan pula (tanpa selang/jeda waktu) Citta/kesadaran kehidupan baru muncul. Dan saat itulah seseorang telah dilahirkan kembali, sudah berada dalam kandungan dengan jasmani yang baru berupa janin. Keseluruhan proses ini terjadi dalam waktu yang singkat.


Perumpamaan Lilin

Proses kelahiran kembali dimana tidak adanya peristiwa perpindahan jiwa/roh dapat diperumpamakan seperti sebuah api lilin. Ketika kita melihat sebuah api yang menyala pada sebuah lilin nampak apinya sama saja walaupun telah satu jam telah berlalu. Tidak tampak adanya api dari lilin lain yang menggantikannya. Yang jelas tampak oleh kita adalah memendeknya ukuran lilin tersebut. Tetapi apakah ini berarti api yang menyala tersebut merupakan api yang sama dengan api yang kita lihat satu jam yang lalu? Jawabannya adalah tidak sama.

Jika kita perhatikan secara seksama, api pada lilin tidak akan hidup tanpa adanya unsur-unsur pendukung seperti batang lilin, sumbu, dan udara (oksigen). Api yang menyala tersebut ternyata merupakan api yang berbeda karena tiap saat disokong oleh bagian dari batang lilin, sumbu dan molekul-molekuk udara yang berbeda. Meskipun disokong oleh unsur-unsur yang berbeda, tetapi api tersebut tetap menyala tanpa perlu padam kemudian menyala lagi. Dengan kata lain adanya proses yang berkesinambungan.

Api disini tidak lain adalah kesadaran, batang lilin dan sumbu adalah jasmani, dan udara adalah kamma. Jasmani dan kamma adalah penyokong keberlangsungan kesadaran.


Tiga Kondisi Terjadinya Kelahiran

Dalam Mahatanhasankhaya Sutta; Majjhima Nikaya 38, Guru Buddha menjelaskan:

"Para bhikkhu, embrio (dalam kandungan) terjadi karena penggabungan tiga hal, yaitu: adanya pertemuan ayah dan ibu, tetapi ibu tidak ada makhluk yang siap terlahir (kembali), dalam hal ini tidak ada pembuahan dalam kandungan; ada pertemuan ayah dan ibu, ibu dalam keadaan masa subur, tetapi tidak ada makhluk yang siap untuk terlahir (kembali), dalam hal ini tidak ada pembuahan dalam kandungan; tetapi ada pertemuan ayah dan ibu, ibu dalam keadaan masa subur dan ada makhluk yang siap terlahir (kembali), maka terjadi pembuahan karena pertemuan tiga hal itu.”

Jadi ada tiga kondisi yang harus dipenuhi sehingga terjadi suatu kelahiran, khususnya pada kelahiran manusia, yaitu: adanya sepasang (calon) orang tua yang subur, adanya hubungan seksual dari sepasang (calon) orang tua, dan adanya makhluk yang siap untuk terlahir (gandhabba). Istilah `gandhabba` berarti `datang dari tempat lain`, mengacu pada suatu arus energi batin yang terdiri dari kecenderungan-kecenderungan, kemampuan-kemampuan dan ciri-ciri karakteristik yang diteruskan dari jasmani yang telah mati.

Ketika jasmani mati, `batin bergerak ke atas` (uddhamgami) dan mengembangkan diri lagi pada sel telur (calon) ibu yang baru saja dibuahi. Janin tumbuh, lahir dan berkembang sebagai pribadi baru, dengan diprasyarati, baik oleh karakteristik batin yang terbawa (dari kehidupan lampau) juga oleh lingkungan barunya. Kepribadiannya akan berubah dan bermodifikasi oleh usaha kesadaran, pendidikan, pengaruh orang tua dan lingkungan sosial. Watak menyukai atau tidak menyukai, bakat kemampuan dan sebagainya, yang dikenal sebagai "sifat bawaan" dari setiap individu sebenarnya adalah terbawa dari kehidupan sebelumnya. Dengan kata lain, watak serta apa yang dialami pada kehidupan kita saat sekarang, pada tingkat-tingkat tertentu adalah hasil (vipaka) dari perbuatan (kamma) kehidupan lampau. Perbuatan-perbuatan kita selama hidup, demikian pula, akan menentukan di alam kehidupan mana kita akan dilahirkan.


Empat Cara Kelahiran

Ada empat cara kelahiran makhluk hidup yang telah dijelaskan oleh Guru Buddha di dalam Mahasihanda Sutta; Majjhima Nikaya 12.

”Sariputta, ada empat cara kelahiran. Apakah empat cara kelahiran itu? Kelahiran melalui telur (andaja yoni), kandungan (jalabuja yoni), tempat lembab (samsedaja yoni) dan kelahiran secara spontan (opapatika).
Apakah kelahiran melalui telur? Ada makhluk-makhluk yang lahir dengan memecahkan kulit telur; ini yang disebut kelahiran melalui telur.
Apakah kelahiran melalui kandungan? Ada makhluk-makhluk yang lahir melalui kandungan; ini yang disebut kelahiran melalui kandungan.
Apakah kelahiran pada tempat lembab? Ada makhluk-makhluk yang lahir dalam ikan yang membusuk, mayat yang membusuk, adonan yang membusuk, atau dalam jamban atau dalam saluran air kotor; ini yang disebut kelahiran pada tempat lembab.
Apakah kelahiran secara spontan? Ada dewa-dewa dan penghuni-penghuni neraka dan makhluk manusia tertentu dan para penghuni tertentu dari alam yang tidak menyenangkan, yang lahir (muncul) secara spontan; ini yang disebut kelahiran secara spontan.
Inilah empat cara kelahiran.”


Alam Kehidupan

Setiap makhluk yang dilahirkan kembali akan terlahir di salah satu dari 31 alam kehidupan sesuai dengan kammanya. Mereka yang cenderung banyak melakukan kamma buruk pada umumnya akan terlahir di alam-alam rendah atau alam penderitaan. Sedangkan mereka yang cenderung banyak melakukan kamma baik pada umumnya akan terlahir di alam-alam tinggi atau alam bahagia.
Secara garis besar 31 alam kehidupan dibagi menjadi lima bagian yaitu: terdapat empat alam kemerosotan (apayabhumi), satu alam manusia (manussabhumi), enam alam dewa (devabhumi), enam belas alam brahma berbentuk (rupabhumi), dan empat alam brahma tanpa bentuk (arupabhumi).

Apayabhumi yang terbentuk dari tiga kosakata, yaitu `apa` yang berarti `tanpa, tidak ada`, `aya` yang berarti `kebajikan`, dan `bhumi` yang berarti `alam tempat tinggal makhluk hidup`. Alam ini juga sering disebut dengan `duggatibhumi`. `Duggati` terbentuk dari dua kosakata, yaitu `du` yang berarti `jahat, buruk, sengsara`, dan `gati` yang berarti `alam tujuan bagi suatu makhluk yang ajan dilahirkan kembali`. Apayabhumi adalah suatu alam kehidupan yang tidak begitu ada kesempatan untuk berbuat kebajikan. Apayabhumi terdiri dari empat alam, yaitu: alam neraka (Niraya), alam binatang (Tiracchana), alam setan (Peta), alam iblis (Asurakaya). Karena tidak semua binatang hidup dalam kesengsaraan, alam ini tercakup dalam guggatibhumi secara tidak menyeluruh dan langsung.

Manussabhumi terbentuk dari dua kosakata, yaitu `manussa` dan `bhumi`. `Manussa` terdiri dari dua kosa kata yaitu mano yang berarti `pikiran, batin` dan `ussa` yang berarti `tinggi, luhur, meningkat, berkembang.` Jadi manussabhumi yang berarti alam tempat tinggal manusia.

Devabhumi disebut juga alam surga. Alam ini merupakan alam dimana makhluk penghuninya hidup dalam kenikmatan inderawi. Tapi meskipun disebut sebagai alam surga, para makhluk yang hidup di alam ini yaitu dewa dan dewi juga hidup dan ketidakekkalan. Alam surga terbagi menjadi enam alam, yaitu: Catumaharajika, Tavatimsa, Yama, Tusita, Nimmanarati, dan Paranimmitavasavatti.

Rupabhumi merupakan alam tempat kelahiran jasmaniah serta batiniah para brahma berbentuk. Yang dimaksud dengan brahma ialah makhluk hidup yang memiliki kebajikan khusus yaitu berhasil mencapai pencerapan Jahna (pemusatan pikiran yang kuat dalam memegang obyek) yang luhur. Alam brahma terdiri dari 16 alam, yaitu: tiga alam bagi peraih jhana pertama (Pathama), tiga alam bagi peraih Jhana kedua (Dutiya), tiga alam bagi peraih Jhana ketiga (Tatiya), dua alam bagi peraih Jhana keempat (Catuttha), dan lima alam Suddhavasa. Alam Suddhavasa merupakan alam kehidupan bagi mereka yang telah terbebas dari napsu birahi (kamaraga) dan sebagainya, yaitu para Anagami (tingkat kesucian ketiga) yang berhasil meraih pencerapan Jhana kelima.

Arupabhumi merupakan suatu alam tempat kelahiran batiniah para brahma tanpa bentuk. Meskipun disebut sebagai suatu alam yang mengacu pada tempat atau bentuk, namun di sini sesungguhnya sama sekali tidak terdapat unsur jasmaniah/fisik sehalus apa pun dan dalam wujud apapun. Kelahiran di alam brama tanpa bentuk ini terjadi karena pengembangan perenungan yang kuat terhadap unsur jasmaniah yang menjijikkan sehingga tidak menginginkannya.


Menghentikan Kelahiran Kembali

Setelah mencapai Pencerahan Agung, Guru Buddha memekikkan pekik kemenangan, ”Dengan melalui banyak kelahiran Aku telah mengembara dalam samsara (siklus kehidupan). Terus mencari, namun tak kutemukan pembuat rumah ini. Sungguh menyakitkan kelahiran yang berulang-ulang ini.”
”O pembuat rumah, engkau telah kulihat, engkau tak dapat membangun rumah lagi. Seluruh atapmu telah runtuh dan tiang belandarmu telah patah. Sekarang batinku telah mencapai Keadaan Tak Berkondisi (nibbana). Pencapaian ini merupakan akhir daripada napsu keinginan.”(Dhammapada 153-154)

Bagi mereka yang telah sadar, mencapai Pencerahan Agung dan merealisasikan Kebenaran Tertinggi, kelahiran kembali merupakan suatu proses yang melelahkan dan menyakitkan seperti yang diucapkan oleh Guru Buddha dalam pekik kemenangan tersebut. Oleh karena itu bagi mereka yang telah sadar, mereka akan berusaha melepaskan diri dari proses kelahiran kembali. Dan bagi mereka yang telah mencapai Pencerahan Agung dan merealisasikan Kebenaran Tertinggi (Nibbana), tidak akan lagi mengalami kelahiran kembali.

Sesuai dengan rumusan Hukum Sebab-Musabab Yang Saling Bergantungan (Paticcasamuppada), yang menyatakan bahwa: Dengan adanya ini, maka terjadilah itu, dengan tidak adanya ini, maka tidak adalah itu (”Imasming Sati Idang Hoti, Imasming Asati Idang Na Hoti”), maka untuk menghentikan proses menjadi (kelahiran kembali) perlu meniadakan atau melenyapkan penyebab dari proses menjadi tersebut. Penyebab dari proses menjadi tersebut tidak lain adalah Tanha (Keinginan/Kehausan) dan Avijja (Ketidaktahuan/Kebodohan) yang ada pada diri seseorang.

Jalan atau cara melenyapkan Tanha (Keinginan/Kehausan) dan Avijja (ketidaktahuan/kebodohan) adalah dengan melaksanakan sila (kemoralan), samadhi (konsentrasi), dan panna (kebijaksanaan) yang terdapat dalam Jalan Mulia Berunsur Delapan (Ariya Atthangiko Magga). Dengan menjalankan Jalan Mulia Berunsur Delapan secara sempurna, seseorang bukan hanya nantinya terbebas dari kelahiran kembali, tetapi juga dapat merealisasikan Kebenaran Tertinggi (Nibbana).

 
Anatta


Anatta berasal dari kata ”an” yang merupakan bentuk negatif atau sering diterjemahkan sebagai tidak atau bukan. Dan ”atta” berarti berarti diri sejati atau inti/`roh`. Dalam bahasa Sanskerta disebut juga sebagai anatman. Jadi kata ”an-atta” berarti bukan diri sejati atau tanpa inti/`roh`.

Sabbe dhamma anatta berarti segala sesuatu yang berkondisi, terbentuk dari perpaduan unsur, dan juga sesuatu yang tidak berkondisi merupakan sesuatu yang tidak memiliki inti/`roh` dan bukan diri yang sejati.

Beberapa orang telah salah memahami mengenai ajaran anatta dengan beranggapan bahwa tidak ada diri, tidak ada yang namanya orang/person (puggala). Anggapan ini keliru. Guru Buddha tidak mengajarkan hal ini. Beliau mengajarkan bahwa ada yang disebut dengan diri atau orang/person (puggala), tetapi diri atau orang/person (puggala) tersebut bukanlah benar-benar inti atau jati diri dari diri atau orang (person) tersebut, melainkan hanyalah merupakan perpaduan unsur-unsur yang membentuk, yang membuatnya ada atau eksis yang suatu saat akan mengalami perubahan. Karena perpaduan unsur-unsur inilah diri seseorang terbentuk. Dan karena segala sesuatu yang terbentuk dari perpaduan dari unsur-unsur pasti mengalami perubahan, maka diri seseorang pun mengalami perubahan, penguraian, yang akhirnya eksistensi dari diri seseorang tidak lagi ada atau eksis. Inilah mengapa dikatakan tidak memiliki inti atau bukan diri sejati.

Mengapa segala fenomena tidak ada inti atau bukan diri sejati?

Di dalam Anattalakkhana Sutta; Samyutta Nikaya 22.59 {S 3.66}, Guru Buddha menjelaskan bahwa Rupa (jasmani), Vendana (perasaan), Sanna (pencerapan), Sankhara (pikiran) dan Vinnana (kesadaran) disebut sebagai Panca Khanda (lima kelompok kehidupan/kegemaran) yang semuanya bukanlah diri sejati. Jika Khanda itu merupakan diri sejati, maka tidak akan mengalami penderitaan, dan semua keinginan seseorang akan kandha-nya akan terpenuhi, ”Biarkan Kandha-ku seperti ini dan bukan seperti itu.”

Tetapi karena khanda tidak dapat dikendalikan sesuai dengan keinginan atau harapan seseorang, ” Biarkan Kandha-ku seperti ini dan bukan seperti itu”, dan juga mengalami penderitaan, maka dikatakan bahwa kandha bukanlah diri sejati.

Selain ajaran Anatta yang diajarkan oleh Guru Buddha, di dunia ini terdapat 2 ajaran atau paham lain yang terdapat dalam kepercayaan lain, yaitu:

Attavada, yaitu paham atau ajaran yang menyatakan bahwa terdapat atta atau inti atau diri sejati yang tidak mengalami perubahan, yang ada sepanjang masa atau abadi meskipun melalui tahap kelahiran kembali. Paham ini juga disebut sebagai paham Eternalisme (paham ini tidak dibenarkan oleh Sang Buddha).

Ucchedavada, yaitu paham atau ajaran yang menyatakan bahwa sama sekali tidak terdapat atta atau diri, dimana ketika mati maka semuanya akan turut lenyap, tidak membentuk apapun lagi, tidak meengalami kelahiran kembali. Paham ini juga disebut sebagai paham Nihilisme (paham ini tidak dibenarkan oleh Sang Buddha).

Beberapa contoh nyata mengenai ajaran Anatta. Ketika kita melihat sebuah sofa maka kita akan melihatnya sebagai hal yang biasa dan menyebutnya sebagai sofa. Tetapi ketika sofa yang terbuat dari kayu, busa, kain, lem, tenaga manusia, dan sebagainya itu kita uraikan, kita pisah-pisahkan, kita bongkar, maka yang kita lihat sekarang hanyalah beberapa potong kayu bekas, kain, busa dan sebagainya yang tidak mungkin sama dengan bahan awal pembuat sofa. Kita hanya menyebutnya sebagai sisa sofa, kain bekas sofa, kayu bekas sofa, dan sebagainya. Kita tidak akan melihat lagi sofa tadi.

Contoh lain tentang ajaran Anatta, ketika kita membuat roti. Roti dibuat dengan memakai tepung, ragi, gula, garam, mentega, susu, air, api, tenaga kerja dan lain-lain Tetapi setelah menjadi roti tidak mungkin kita akan menunjuk satu bagian tertentu dan mengatakan: ini adalah tepungnya, ini garamnya, ini menteganya, ini airnya, ini apinya, ini tenaga kerjanya dst. Karena setelah bahan-bahan itu diaduk menjadi satu dan dibakar di oven, maka bahan-bahan itu telah berubah sama sekali. Meskipun roti itu terdiri dari bahan-bahan yang tersebut di atas, namun setelah melalui proses pembuatan dan pembakaran di oven telah menjadi sesuatu yang baru sama sekali dan tidak mungkin lagi untuk mengembalikannya dalam bentuknya yang semula.

Pemahaman akan ajaran anatta dapat juga dianalisa dan direnungkan dalam ajaran mengenai Sebab-Musabab yang Saling Bergantungan (Paticcasamuppada).

 
@Singthung
wah penjabarannya panjang amat .....
apa bisa disingkatkan ?
Karena kata2nya saja banyak yang tidak saya mengerti, apa lagi isinya /sob
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.