• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Tanyakan [ASK] seputar islam disini (discussion)

Assalammualaikum.


Sewaktu saya masih sma saya pernah menjalankan puasa nazar yang saya laksanakan hari jumat, lalu tmn sekolah saya yang pada hari itu tahu bahwa saya sedang berpuasa nazar bilang kepada saya. "Mana ada puasa di hari jumat." dan ada yang bilang kalo selain puasa ramadhan, dilarang untuk puasa dihari jumat karna hari raya islam, ada yang bilang sabtu karna hari raya yahudi, dan minggu karna hari raya nasrani...

jadi saya mau tanya kalo saya mau bayar puasa nazar saya di hari jumat, sabtu, dan minggu itu boleh gak sih??

Klo menurut pendapat pribadiku g masalah. Yg g boleh puasa cuman 2hari yaitu idul fitri n idul adha. Klo hari jumat cuman pendapat (disarankan tidak berpuasa), bukan g boleh. Yg perlu dicatat janji/ nazar harus ditunaikan sesuai aturan puasa (g boleh aneh2 ). Sorry klo salah newbie ikut jawab
 
ngomongin kejelekan itu, bukan cuma muslim aja gan, an pernah dulu mau di baptis gara gara pacanan ma orang bda agama, hampir ane terpengruh, tapi gak jadi, jati diri ane di bangkitin ma pendetanya setelah dia mengolok olok Allah S.W.T dan Rasull, dan semua nama nama islam di depan ane, tiba tiba ane jadi marah dan langsung melotot ke itu pendeta, dia kaboor dari gerja itu. tapi ane inget banget mukanya, klo ane rkam nih forum bisa ngamuk kyknya. tapi itu dah lewat, jadi jangan pikir cuma orang islam yg jelek, orang lur islam jauh lebih jelek, klo lo islam mikir islam jelek, semoga lu mati jadi kafirun. amiiiiiiiiin.
 
Berbohong demi kebaikan inilah yang sering kali menjadi salah kaprah dalam hidup kita, dimana kita berbuat bohong biasanya kata – kata sakti pun akan menjadi senjata utama dalam membela diri kita sendiri yaitu “Lhoooo Kan Saya Berbohong demi Kebaikan”…Sssttttt…. Itu salah besar, berbohong ya brbohong…walaupun saya pun juga bukan manusia yg sempurna yg tk pnh bohong . tp berbohong, sekecil apapun kebohongan tetap saja itu Berbohong.
 
assalamualaikum wr.wb

Maaf saya cuma mau menyampaikan amanat untuk para imam mahdi (mahdi = manusia dipilih alloh = Ulama, Kyai, Ustadz, Ajengan), bagi saya bila tidak disampaikan nanti dosa. Dsini sya ibarat tukang pos.

1. JAGALAH AL-QUR'AN (Aplikasikan dalam kehidupan kita sehari2)
2. ISLAMKAN YANG ISLAM (Maksudnya bukan berarti kita belum islam, hanya mungkin selama hidup kita sudah mmbatalkan 2 kalimah syahadat.
3. ISLAMKAN YANG BELUM ISLAM (Anak kcil yg belum baligh)

Kunci keislaman ini harus dimiliki tiap orang yg mngaku dan agar lbih mnguatkan keislamannya.
caranya :

1. Taud
2. Basmalah
3. Syahadat
4. Tahlil takbir
5. Istigfar 3x
a. Permohonan maaf kpd org tua
b. Bertaubat secara batin kpd ssama manusia jga diri sndiri
c. Bertaubat kpd allah
6. Bersama diakhiri al-fatihah
7. Harus disaksikan minimal 3 orang

Sbg bahan apa ini semua keluar dari aturan dan tatacara. kita sbg muslim (islam) harus tahu kunci keislamannya. Bkan islam kturunan, bukan islam islaman (islam ikut2an).

Dalam al-qur'an dijelaska di dlam :

QS. 7 AYAT 158
QS. 7 AYAT 172
QS. 40 AYAT 18
QS. 24 AYAT 55
QS. 18 AYAT 110

Seorang kyai, ulama, ustadz, ajengan dll, adlah imam bgi umatnya. Prtanggungjwaban bkan cma di dunia, tapi juga di akherat. Apa anda sudah siap ???

Baca, dan resapi QS.Yasin Ayat : 13 - 21
 
assalamualaikum wr.wb

Maaf saya cuma mau menyampaikan amanat untuk para imam mahdi (mahdi = manusia dipilih alloh = Ulama, Kyai, Ustadz, Ajengan), bagi saya bila tidak disampaikan nanti dosa. Dsini sya ibarat tukang pos.

1. JAGALAH AL-QUR'AN (Aplikasikan dalam kehidupan kita sehari2)
2. ISLAMKAN YANG ISLAM (Maksudnya bukan berarti kita belum islam, hanya mungkin selama hidup kita sudah mmbatalkan 2 kalimah syahadat.
3. ISLAMKAN YANG BELUM ISLAM (Anak kcil yg belum baligh)

Kunci keislaman ini harus dimiliki tiap orang yg mngaku dan agar lbih mnguatkan keislamannya.
caranya :

1. Taud
2. Basmalah
3. Syahadat
4. Tahlil takbir
5. Istigfar 3x
a. Permohonan maaf kpd org tua
b. Bertaubat secara batin kpd ssama manusia jga diri sndiri
c. Bertaubat kpd allah
6. Bersama diakhiri al-fatihah
7. Harus disaksikan minimal 3 orang

Sbg bahan apa ini semua keluar dari aturan dan tatacara. kita sbg muslim (islam) harus tahu kunci keislamannya. Bkan islam kturunan, bukan islam islaman (islam ikut2an).

Dalam al-qur'an dijelaska di dlam :

QS. 7 AYAT 158
QS. 7 AYAT 172
QS. 40 AYAT 18
QS. 24 AYAT 55
QS. 18 AYAT 110

Seorang kyai, ulama, ustadz, ajengan dll, adlah imam bgi umatnya. Prtanggungjwaban bkan cma di dunia, tapi juga di akherat. Apa anda sudah siap ???

Baca, dan resapi QS.Yasin Ayat : 13 - 21
 
Kalo mau sholat tahajud itu mesti tidur dulu atau nggak sih?
 
Saudara seiman yang budiman,

Assalamu’alaikum


Mungkin pertanyaan ini sudah basi, tp mohon sy dapatkan jawaban pasti.
Sengaja saya paparkan kasusku dalam bentuk saya, karena hal ini benar2 terjadi, harapan saya agar jadi perenungan bersama dan dihindarkan terjadi bagi yang lain
1. Bgmn perlakuan yg hrs diberikan kpd wanita (yg terikat perkawinan) yg terlanjur berzinah ? Sedangkan di Indonesia tdk memberlakukan Hukum Islam, termasuk juga tidak dapat dijalankannya aturan yang berlaku dalam Surah An-Nur ayat 2, yaitu hukum rajam sampai mati.Sedangkan saya sungguh-sungguh ingin menebus dosa yang telah saya perbuat.
2. Bagaimana saya harus memperlakukan suami yg tdk menceraikan saya, sungguhpun beliau tahu apa yang sudah saya lakukan. Namun, tampaknya suami jg maih memendam rasa perih di hatinya ?
3. Bgmn caranya melaksanakan TAUBATAN NASUHA dg sbenar-benarnya TAUBAT dan menebus dosa besar saya kpd Allah & suami ?

Atas dasar takut hanya kpd Allah dan kecintaan saya kepada suami, saya bersedia melakukan apapun hukuman dunia atau amalan apapun sebagai pengganti hukum rajam tersebut.

Saya memohon dg teramat sangat untuk mendapatkan pencerahan….

Jazakumullah Khoiron Katsir..
Syukron…
 
ntu namanya ghibah, orang yang ghibah ibarat memakan bangkai saudaranya sendiri, siapapun orangnya, mau muslim to non muslim, apalagi yang di ghibah orang yang udah meninggal dunia..
 
Rekan-rekan semua, numpang sharing web mengenai Islam, terutama yang terkait dengan Al-QUr'an yang insya Allah artikelnya masih terus nambah.
Alamat webnya EN-I-ER-PE

Artikel-artikelnya antara lain :

- Keberkahan zaitun
- Spektrum cahaya
- Listrik dan hukum kekekalan energi
- Listrik, Kekekalan Energi, dan Spektrum Cahaya Dalam Al-Qur'an
- Al-Qur'an dan Pembentukan Minyak Bumi
- Nabi Berkata di Dalam Hadis Bahwa Matahari Mengelilingi Bumi ?
- Fosil, Batu dan Besi
- Al-Qur'an dan Besi Bagi Manusia
- At-Takwiir 17-18: Proses Fotosintesis di Pagi Hari
- At-Takwiir 15-16 Juga Menjelaskan tentang Lubang Hitam
- Atom dan Partikel yang Lebih Kecil Dari Atom
- Al-Qur'an, Gravitasi, Orbit, Atom, dan Partikel Pembentuknya
- Ath-Thaariq 5-7 : Sperma Dibentuk oleh Organ Antara Tulang Belakang dan Tulang Dada ?
- Mungkinkah Al-Qur'an Menerangkan Keberadaan Lubang Hitam dan Pulsar ?
- Umur Bumi dan Alam Semesta - Pertentangan Antara Agama dan Ilmu
- Terjadinya Hujan dan Petir : Saat Al-Qur'an dan Ilmu Diadu
- Ketika Al-Qur'an Berkata Tentang Oksigen dan Klorofil
- Manusia dan Tahapan Pembentukannya
- Ada tidaknya udara di luar angkasa, sebuah pernyataan lain dalam Al-Qur'an
- Bentuk alam semesta
- Dihapuskannya tanda malam, pembentukan bulan menurut Al-Qur'an
- Proses Pembentukan Alam Semesta
- Langit atau bumi yang terlebih dahulu diciptakan ?
- Enam hari, delapan hari atau 13.5 milyar tahun ?
- Bumi Tercipta Lebih Dulu Daripada Langit, Sebuah Pernyataan Al-Qur'an
- Surah Asy-Syams menerangkan tentang Hidrogen dan Helium
- Benarkah Al-Qur'an Berkata Matahari Tidak Menyebabkan Siang ?
- Surah Asy-Syams Ayat 1 dan 2 menyatakan Geosentris ?
- Rotasi dan Revolusi Bumi dalam Al-Qur'an
- Matahari dan Bulan Mengelilingi Bumi Menurut Al-Qur'an
- Tempat Terendah di Bumi
- Bumi itu Datar Menurut Al-Qur'an
- Al-Qur'an dan Lebah
- Al-Qur'an dan Laba-laba
- Perihal bunuh diri
- Malaikat dalam perang
- Kaum munafik - sang pengkhianat
- Kaum kafir - perusak perjanjian
- Kaum kafir - penghalang menuju jalan Allah
- Al-Qur'an, Terorisme dan Bunuh Diri
- Maryam, Ibu Yesus sekaligus Saudara Harun dan Musa ?
- Toleransi Antar Umat Beragama
- Islam, Paham Pluralisme dan Liberalisme
- Al-Qur'an : Dukungan Terhadap Toleransi Serta Penolakan Terhadap Pluralisme dan Liberalisme
- "Kami" Sebagai Kata Ganti Allah Dalam Al-Qur'an, Apakah Allah Itu Lebih Dari Satu ?
- 26, Nomor Atom Besi
- Al-Qur'an dan Pertentangan yang Banyak di Dalamnya
- 360, Derajat tertinggi
- Adam & Yesus - Quran, The Perfect Harmony
- Manusia dan Tahapan Pembentukannya
- Ashabul Kahfi dan Kata ke-309
- Sembilan Belas Dalam At-Taubah Ayat 128 dan 129
- Al-Qur'an, Enam, Lebah, dan Laba-Laba
- Al-Qur'an, Inisial dan Prima Kembar
- Al-Qur'an dan Teorema Sembilan Belas
- Membuat Surah yang Menyamai Al-Qur'an? Siapa Takut!
- Sembilan Belas - Pendeteksi Keaslian Al-Qur'an
 
Islam's Secret Santa and Muhammad is the false prophet?

Sebagai pembuka, mohon maaf saya tau dari judul saja sudah menghina Islam dan Muhammad, Tetapi jika ayat-ayat ini tidak disebarkan maka agan sekalian akan buta untuk selamanya padahal Quran sendiri yang mengatakannya.

Saya meminta maaf karena tulisan ini dalam bahasa Inggris 'Dikarenakan saya memusatkan tulisan ini yang mana saya tadi sebelumnya tulis ditempat lain agar dunia internasional dapat membacanya'

Saya adalah seorang bocah berumur 13 tahun, tetapi saya menerima jikalau seseorang menanyai saya tentang agama. Jika berkenan untuk bertanya silahkan bertanya disini jikalau sedang membicarakan topik ini juga atau melalui private message jika ingin membicarakan yang lain.

Islam's Secret Santa

Islam's Secret Santa (Prepare for the Shock because the Saviour wasn't Allah or Muhammad but the secret Santa is the who that saving you from Allah's desruction)

According to Muhammad, Allah would destroy us for not sinning. Hence, we're only alive right now because we sin. Why do we sin? Because Satan tempts us. Therefore, Satan saved us from Allah's destruction.

If Islam is true then the greatest enemy of Allah is Jesus. It's because Jesus was a prophet (Quran), while in the Bible (Jesus is the Son of God) who has no sin!

Sahih Muslim 6621 - Abu Ayyub Ansari reported that Allah's Messenger said: If you were not to commit sins, Allah would have swept you out of existence and would have replaced you by another people who have commited sin, and then asked forgiveness from allah and He would have granted them pardon.
Sahih Muslim 6622 - Abu Huraira reported Allah's Messenger having said: By Him in Whose hand is my life, if you were not to commit sin, Allah would sweep you out of existence and He would replace (you by) those people who would commit sin and seek forgiveness form Allah, and He would have pardoned them.
Qur'an 2:35-36 - We said: "O Adam! dwell thou and thy wife in the Garden; and eat of the bountiful things therein as (where and when) ye will; but approach not this tree, or ye run into harm and transgression." Then did Satan make them slip from the (garden), and get them out of the state (of felicity) in which they had been.
Qur'an 7:19-22 - "O Adam! dwell thou and thy wife in the Garden, and enjoy (its good things_ as ye wish; but approach not this tree, or ye run into harm and transgression.' Then began Satan to whisper suggestions to them, in order to reveal to them their shame was hidden from them (before)....
Qur'an 15:39 - Satan said: "O my Lord! Because you misled me, I shall indeed adorn the path of error for them (mankind) on the earth, and I shall mislead them all."

Muhammad is the false prophet?

Muhammad is the false prophet? (Prepare for the shock because Quran said Muhammad is the false prophet)

According to the Qur'an, Allah killed him . . . for being a false prophet.

Qur'an 69:44-46 (Shakir) - And if [Muhammad] had fabricated against Us some of the sayings, We would certainly have seized him by the right hand, then We would certainly have cut off his aorta.
Qur'an 69:44-46 (Hilali-Khan) - And if he (Muhammad) had forged a false saying concerning Us We surely should have seized him by his right hand (or with power and might), and then certainly should have cut off his life artery (Aorta).
Qur'an 69:44-46 (Pickthall) - And if [Muhammad] had invented false sayings concerning Us, We assuredly had taken him by the right hand and then severed his life-artery.
Sahih al-Bukhari 4428 - The Prophet in his ailment in which he died, used to say, "O Aishah! I still feel the pain caused by the food I ate at Khaibar, and at this time, I feel as if my aorta is being cut from that poison."
Sunan Abu Dawud 4498 - Muhammad then said about the pain of which he died: "I continued to feel pain from the morsel which I had eaten at Khaibar. This is the time when it has cut off my aorta.
Sunan Ibn Majah 1622 - Aishah said: "I never saw anyone suffer more pain than the Messenger of Allah."
 
Dear brothers :)
I am new to this forum and I am not indonesian. So I will write in english. Sorry....
Also I can not create new topic, so I will ask my question here.

I am looking for quran recitations (telawats) from الشيخ عبدالباسط و الشيخ محمد المنشاوي which visit indonesia in 1955. There are some photos and picture show that they has telawats in front of president sukarno (1955) and in a mosque (مسجد). These telawats are really lost and no body has them.

I search and found there is a national library in jakarta. So maybe they can help. All events for presidents all over the world are recorded and archived. This is true also for president sukarno.

I am requesting all brothers in jakarta to contact the national library/archive so that they can help finding these jewelry telawats.

with thanks
 
bicara tentang ngomongin orang lain,,apakah diperbolehkan ngomongin kejelekan orang lain untuk kita jadi kan pelajaran??apakah itu tidak termasuk membuka aib saudara muslim keorang lain??

Ana pernah membaca fatwa Syaikh Bin Baz -rahimahullah- dan Syaikh Fauzan Al fauzan -hafidzahullah- bahwa wajib bagi kita menerangkan Al Haq walaupun di sana terdapat banyak orang awam dan terasa seperti ghibah bagi mereka, karena Al-Imam An-Nawawi rahimahullah dalam kitab beliau “Riyadhus Shalihin min Kalami Sayyidil Mursalin” halaman 510, meletakkan satu bab khusus tentang diperbolehkannya ghibah. Beliau rahimahullah berkata:

“Ketahuilah, bahwa ghibah itu diperbolehkan jika didasari tujuan yang benar dan syar’i, yakni tidak mungkin sampai kepada tujuan yang benar dan syar’i tersebut melainkan dengan berlaku ghibah, di antaranya ada enam sebab:

1. Kezaliman, maka boleh bagi orang yang terzalimi itu mengadukan kezaliman tersebut kepada penguasa atau hakim dan selain keduanya dari pihak-pihak yang mempunyai wewenang kekuasaan dan kekuatan guna menegakkan keadilan dari orang yang telah menzalimi dirinya. Seperti perkataan: “Si Fulan telah menzalimi aku dengan begini..”

2. Meminta pertolongan guna merubah kemungkaran dan mengembalikan orang yang berbuat maksiat kepada kebenaran. Maka dia menyampaikan kepada pihak yang diharapkan mampu untuk menghilangkan kemungkaran tersebut, dengan mengatakan: “Si Fulan berbuat seperti ini, maka tolong cegahlah dia..” atau semisalnya. Dalam kondisi seperti ini diperbolehkan menjadikan satu pihak sebagai perantara dengan maksud untuk menghilangkan suatu kemungkaran, karena jikalau tidak bermaksud demikian, maka ini termasuk perbuatan yang haram.

3. Meminta fatwa, dia berkata kepada mufti (juru fatwa): “Ayahku telah berlaku zalim terhadapku, atau saudaraku telah menzalimi aku, atau suamiku, atau si Fulan berbuat seperti itu, apakah dia berhak berlaku seperti itu? dan bagaimana caranya agar aku terbebas dari perbuatannya itu? Dan kembali memperoleh hak-ku, dan menghindari kezalimannya itu? atau ungkapan yang semisalnya, maka ini diperbolehkan berhubung ada kebutuhan yang mendesak. Akan tetapi dalam hal ini yang lebih hati-hati dan lebih utama dia berkata secara umum seperti: “Bagaimana pendapatmu tentang seseorang, atau seorang suami yang berlaku seperti ini?” sehingga tujuannya dapat tercapai dengan tanpa menyebutkan seseorang secara khusus, namun pada dasarnya diperbolehkan menyebut personal secara khusus, sebagaimana yang akan kami sebutkan dalam hadits Hindun insya Allah Ta’ala.

4. Tahdzir (memperingatkan) kaum muslimin dari kejelekan (atau kesesatan) dan dalam rangka menasehati mereka. Hal ini terdapat beberapa sisi, di antaranya:

a. Mencela perawi-perawi hadits yang pantas untuk dicela (dengan menyebutkan kesalahan-kesalahan mereka, penyimpangan-penyimpangan mereka, -pent) serta para saksi yang tidak terpercaya, yang demikian ini boleh berdasarkan kesepakatan para Ulama, bahkan bisa menjadi wajib jika hal tersebut dibutuhkan.

b.Meminta pertimbangan untuk pernikahan seseorang, atau bekerja sama, meletakkan amanah, atau bermu’amalah atau selain itu, seperti bertetangga. Maka wajib atas orang yang dimintai pertimbangannya itu tidak menyembunyikan hakekat keadaan yang sebenarnya, bahkan dia harus menerangkan kejelekan-kejelekannya dengan tujuan nasihat.

c. Jika seseorang melihat orang yang belajar fiqh sering mendatangi ahlul bid’ah (orang yang sesat) atau orang yang fasiq, untuk mengambil ilmu, dan dia khawatir bila pelajar tersebut terpengaruh dengan kesesatannya, maka wajib atas dia untuk menasehati pelajar itu dengan menerangkan hakekat keadaan yang sebenarnya dari ahlul bid’ah dan orang fasiq tersebut, dengan syarat niatnya itu dalam rangka nasihat. Karena dalam perkara ini kerap dijadikan dalih bagi seseorang yang terkadang melakukan hal ini dengan niat yang rusak yakni hasad (kedengkian), dan syaithan tengah mengaburkan atasnya dan memberikan gambaran kepadanya bahwa dia sedang memberikan nasihat. Maka hendaknya hal ini menjadi perhatian dan peringatan.

d. Pihak yang memiliki wewenang kekuasaan, namun dengan kekuasaannya itu dia tidak menegakkan hukum pada tempatnya, apakah karena dia bukan orang yang pantas untuk mengemban tugas tersebut, ataukah karena dia orang yang fasiq, atau orang yang lalai. Maka wajib menyebutkan perihal orang tersebut kepada pihak yang memiliki wewenang kekuasaan yang umum (lebih tinggi) guna menyingkirkannya dan memberikan kekuasaan tersebut kepada orang yang lebih pantas, atau atasannya diberitahu agar orang tersebut diperlakukan sebagaimana mestinya dan tidak tertipu dengan sikapnya yang seolah baik, atau agar atasannya membimbing orang tersebut sehingga dapat istiqamah atau merubah perbuatannya itu.

5. Seseorang yang secara demonstratif (terang-terangan) menampakan kefasikan atau kebid’ahannya, seperti orang yang terang-terangan dalam minum khamr, pemeras, pencatut, merampas harta manusia dengan zalim, melakukan perkara-perkara yang bathil, maka diperbolehkan untuk menyebutkan kejelekan-kejelekan tersebut yang dia lakukan dengan terang-terangan, namun diharamkan menyebutkan aib-aib dia selain itu, kecuali jika ada alasan lain sebagaimana yang telah kami sebutkan.

6. Mengenal seseorang dengan julukan tertentu, seperti seseorang yang dikenal dengan julukan Al-A’masy (si picek), Al-A’raj (si pincang), Al-Asham (si tuli), Al-A’ma (si buta), Al-Ahwal (si juling) dan selain mereka, maka hal ini diperbolehkan, namun diharamkan jika niatnya untuk merendahkan, dan jika memungkinkan untuk memanggil dengan sebutan selain itu, maka yang demikian ini lebih diutamakan.

Demikian enam sebab yang telah disebutkan oleh para Ulama, dan mayoritasnya telah disepakati."
 
nanya bole kan???
1. ...
2. trus ada yg taw maksud smua makhluk Allah di ciptakan dari nur Muhammad SAW?
he..he.. bole kan 3 pertanyaan?
3. ...

maap ngrepotin :D
wassalamualaikum

CAHAYA (NUR) MUHAMMADI
Termasuk dalam madzhab wihdah al-wujud, ialah adanya keyakinan dikalangan orang-orang sufi tentang masalah Aqthab, Autad, Abdal, Aghwats, An-Najba (yakni beberapa istilah status, jabatan atau peringkat dikalangan sufi), bahwa ruh Allah berdiam pada diri mereka sehingga merekalah yang mengatur apa yang ada.

Mereka menduduki kedudukan Allah dalam mencipta dan mengatur. Yang demikianpun termasuk keyakinan Syi'ah terhadap para imamnya. Seperti dikatakan Khumeini dalam kitabnya Al-Hukumah Al-Islamiyah hal.52 : "Sesungguhnya imam mempunyai kedudukan yang terpuji dan derajat yang tinggi, dan kekuasaan untuk mencipta serta tunduk di bawah kekuasaannya seluruh unsur dari semesta ini. Dan termasuk madzhab kami yang sangat penting pula, bahwa para imam kita mempunyai kedudukan yang tidak dapat diraih oleh para malaikat terdekatpun, dan tidak pula oleh nabi yang didekatkan. Dan berdasarkan riwayat-riwayat yang ada pada kita, dengan hadits-haditsnya, bahwa Rasul teragung Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para imam, mereka semua, sebelum adanya alam semesta ini berupa cahaya yang dijadikan Allah mengelilingi Ars-Nya. [21]

Sesungguhnya orang-orang sufi, dimana beribu-ribu kaum muslimin dari segala penjuru dirangkul mereka, lalai ketika mengangkat orang-orang tersebut (para imamnya) ke derajat ketuhanan atau yang mendekati hal itu. Yaitu menjadikan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkedudukan diantara mereka dalam mengatur semesta, baik masalah penciptaan dan pengaturan, mendatangkan manfaat dan memberikan madharat, qadha dan qadar .... Maka, mulailah mereka mengada-ngadakan perkataan terhadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melalui teori Al-Haqiqah Al-Muhammadiyah yang mengeluarkan Rasulullah dari alam manusia dan menjadikannya cahaya (nur). Dari cahaya Muhammad itulah seluruh mahluk diciptakan.

"Artinya : ... Sungguh besar perkataan yang keluar dari mulut mereka. Tiadalah yang mereka katakan itu kecuali dusta". [Al-Kahfi : 5]

Berikut ini sebagian dari perkataan mereka :

1. Muhammad Adalah Asal Semesta.
"Sesungguhnnya akal yang pertama adalah dinasabkan kepada Muhamad. Karenanya Allah menciptakan Jibril di waktu terdahulu. Maka Muhammad adalah bapak bagi Jibril dan merupakan asal dari seluruh alam semesta".[22]

2. Muhammad Di Atas 'Arsy.
"Mahluk yang pertama adalah debu, dan mahluk yang pertama yang berwujud secara hakiki adalah Muhammad yang disifatkan istiwa' di atas 'Arsy Ar-Rahmani, yaitu 'Arsy ilahi. [23]

3. Cahaya Muhammad (Nur Muhammadi) Adalah Cahaya Allah.
4. Muhammad Adalah Penjaga Atas Semesta.
5. Semesta Diciptakan Karena Muhammad.

Ibnu Nabatah Al-Mishri berkata :
Kalau bukan karenanya,
tidak adalah bumi dan tidak pula ufuk.
Tidak pula waktu, tidak pula mahluk,
tidak pula gunung.

6. Muhammad Mengetahui Yang Ghaib.

Berikut ini dalil-dalil mereka yang mereka sembunyikan di balik punggung-punggunya :

Hadits pertama.
"Artinya : Pertama kali yang diciptakan Allah adalah cahaya nabimu, wahai Jabir" [Hadits Palsu]

Hadits kedua.
"Artinya : Aku sudah menjadi nabi sedangkan Adam masih berwujud antara air dan tanah". [Hadits Palsu. Lihat Syarah Jami'ash-Shagir III/91 dan Asna Al-Mathalib hal. 195]

Ini adalah perkataan yang sangat lemah dan matan-nya mungkar. Bukankah air adalah bagian dari tanah ? Adapun hadits shahih berlafadz : "Artinya : Aku sudah menjadi Nabi, sedangkan Adam adalah keadaan antara ruh dan jasad", tetapi ini pada ilmu Allah yang azali.

Hadits ketiga.
"Artinya : Kalau tidak karena engkau, maka bintang-bintang itu tidak diciptakan". [Shan'ani berkata bahwa hadits ini Palsu dan disepakati Imam Syaukani dalam kitab Fawaid Al-Majmu'ah hl. 116]

Padahal sesungguhnya Allah telah menutup berbagai jalan menuju perbuatan yang melebih-lebihkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.

"Artinya : Katakanlah, sesungguhnya aku ini adalah manusia seperti kamu semua. Hanyasanya diwahyukan kepadaku (wahyu). Sesungguhnya sesembahanmu adalah sesembahan yang Esa. Maka barangsiapa yang mengharapkan bertemu dengan Rabbnya, hendaklah ia beramal dengan amalan yang shalih dan tidak menyekutukan sesuatu pun dengan-Nya". [Al-kahfi : 110]

Dan berfirman Subhanahu wa Ta'ala.

"Artinya : Katakanlah, Maha Suci Rabbku. Bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi rasul ?". [Al-Isra : 93]

Dan berfirman Subhanahu wa Ta'ala.

"Artinya : Katakanlah, tidaklah aku mengatakan kepada kalian semua bahwa aku mempunyai perbendahaaran Allah, tidak pula aku mengetahui yang ghaib, tidak juga aku katakan bahwasanya aku ini malaikat. Tidaklah aku mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah, apakah sama orang yang melihat dengan orang yang buta ? Apakah kalian semua tidak berpikir ?". [Al-An'am : 50]

Telah bersabda pula beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam.

"Artinya : Janganlah kalian semua melebih-lebihkan aku seperti orang-orang Nashrani melebih-lebihkan Isa anak Maryam. Sesungguhnya aku adalah hamba, maka katakanlah hamba Allah dan utusan-Nya". [Hadits Shahih Riwayat Bukhari dan Muslim]

Dan telah bersabda Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam.

"Artinya : Sesungguhnya aku ini adalah manusia yang dapat marah pula". [Hadits Shahih Riwayat Bukhari dan Muslim]

Dan riwayat lainnya yang sangat banyak. Inilah sifat-sifat kemanusiaan yang di sandang Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam sejak lahirnya hingga bertemu dengan Rabbnya. Beliaulah yang mengajak manusia untuk mencontohnya dan menempuh jejak-jejaknya.

Kalau bukan dari alam kita, tidaklah kita diperintahkan untuk mengikuti beliau dan menjalani sunah-sunahnya. Siapakah yang lebih benar perkataannya dari Allah, sedangkan Dia telah menyetujui hakikat ini melalui lafadz-lafadz Qur'ani yang pasti dan terinci :

"Artinya : Mereka berkata, kenapa tidak diturunkan kepada kita malaikat ? kalau diturunkan kepada mereka malaikat, maka pasti telah diselesaikan perkaranya (dengan dibinasakan mereka semua) kemudian mereka tidak diberi tangguh. Dan kalau seandainya Kami turunkan malaikat, pasti akan Kami jadikan dia seorang manusia, Kami-pun akan jadikan mereka tetap ragu sebagaimana mereka kini ragu". [Al-An'am : 8-9]

Dan ketahuilah, semoga Allah menambahkan ilmu kepadamu, semesta ini adalah mahluk yang diciptakan dengan tujuan tertentu. Yaitu beribadah kepada Allah. Seperti dinyatakan dalam firman-Nya.

"Artinya : Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku". [Adz-Dzariyat : 56]
 
Akibat Belajar Tanpa Guru

assalamualaikum warrohmatullahi wabarraokatu,

saya sedikit minta pendapat dari rekan2 sekalian mengenai belajar sendiri dalam islam,
pada saat ini, banyak buku yang sudah diterjemahkan dalam bahasa indonesia, apakah itu ilmu fiqh,tajuid,tafsir,ahlaq dll. dan juga al qur'an yang sudah ada terjemahan bahasa indonesia. juga cara membaca al quar'an pun sudah ada vcd-nya.
jadi setiap orang muslim bisa belajar sendiri. tanpa harus berguru langsung pada seorang ulama/uztads. ditambah dengan sedikit diskusi ....mungkin setiap orang bisa 'kelihatan jago'...
kalo munurut rekan2 disini bagaimana? apakah hal ini di perbolehkan dalam islam, atau setiap pribadi dari kita mesti punya guru dengan sanad yang jelas kepada rasullulah?


Kisah orang-orang yang belajar tanpa guru (otodidak), sehingga mereka salah dalam membaca dalil, dikarenakan ada kesalahan penulisan dalam kitab yang mereka baca atau mereka salah membaca, dan tidak ada guru yang mengoreksinya. Sehingga mereka beramal sesuai dengan apa yang mereka baca.

Kisah yang dibawakan Asy Syaikh Shalih Fauzan rahimahulloh :

Kisah yang Pertama,

Jangan sampai seperti orang yang membaca hadits riwayat Muslim :

الْحَبَّةُ السَّوْدَاءَ شِفَاءٌ لِكُلِّ دَاءٍ إِلاََّ السَّامِ

“Jintan hitam adalah obat dari segala penyakit kecuali mati.”

Kemudian datang orang ini dia baca hadits tersebut, dia baca sendiri tanpa bimbingan guru, ternyata di cetakannya terdapat kesalahan penulisan, الْحَبَّةُ السَّوْدَاءَ Al Habbatus Sauda’ yang artinya Jintan Hitam, dia baca menjadi الْحَيَّةُ السَّوْدَاءَ Al Hayyatus Sauda’ yang artinya Ular Hitam, sehingga menjadi :

الْحَيَّةُ السَّوْدَاءَ شِفَاءٌ لِكُلِّ دَاءٍ إِلاََّ السَّامِ

“Ular hitam adalah obat dari segala penyakit kecuali mati.”

Orang ini ketka membaca haditsnya, diamalkan ilmunya. Dia pergi menangkap ular hitam kemudian dia makan, matilah dia.

قَتَلَهُ جَهْلُهُ

“Kebodohannya membunuh dia sendiri.”

Kisah yang Kedua,

Jangan juga seperti kisah orang yang lainnya, yang setiap kali dia datang ke masjid membawa pisau dan kapak, yang diletakkan di depannya.

Ditanya kepadanya : “Ya fulan kenapa kamu melakukan itu.”

Katanya : “Saya amalkan sebuah hadits dalam riwayat Bukhari dan Muslim.”

Ditanya lagi : “Apa riwayatnya?”

Katanya : “Nabi bersabda :

إِذَا أَتَيْتُمْ الصَّلَاةَ فَأْتُوْهَا بِسِكِّيْنٍ وَفَأْزٍ

“Apabila kalian datang menuju shalat maka datanglah dengan membawa pisau dan membawa kampak.”

Itu salah baca dan salah harokat, yang benar dalam Shahih Bukhari dan Muslim :

إِذَا أَتَيْتُمْ الصَّلَاةَ فَأْتُوْهَا بِسَكِيْنَةٍ وَوَقَارٍ

“Apabila kalian mendatangi shalat maka datanglah dengan tenang dan tidak tergesa-gesa.”

سَكِيْنَةٍ Sakinah yang artinya Tenang dia baca سِكِّيْنٍ Sikkin yang artinya Pisau, وَقَارٍ Waqor yang artinya Tidak tergesa-gesa dia baca فَأْزٍ Fa’z yang artinya Kampak. Akhirnya tiap kali pergi ke masjid dia membawa pisau dan kampak.

Tambahan kisah dari Al Ustadz Dzulqarnain hafizhahullah :

Kisah yang Ketiga,

Ada seorang yang membaca hadits :

يَحْمِلُ هـذَا الْعِلْمَ مِنْ كُلِّ خَلَفٍ عُدُوْلُهُ

“Ilmu ini dibawa pada setiap generasinya oleh orang – orang adilnya”. (HR. Baihaqi)

Kata عُدُوْلُهُ ‘Uduuluhu yang artinya orang-orang adilnya, dia baca menjadi عَدُوٌّلَهُ ‘Aduwwun lahu yang artinya musuhnya sendiri.

Sehingga menjadi :

يَحْمِلُ هـذَا الْعِلْمَ مِنْ كُلِّ خَلَفٍ عَدُوٌّلَهُ

“Ilmu ini dibawa pada setiap generasinya oleh musuhnya sendiri”.

Kalau dia baca di depan guru pasti akan diluruskan bacaannya, akan dibenarkan oleh guru. Jangankan yang seperti itu, jika terdapat kesalahan harokat saja, akan diluruskan oleh guru. Maka ini adalah metode dan manhaj yang hendaknya ditempuh oleh seorang penuntut ilmu.


Diantara faedah seorang mengambil ilmu dari guru :

- Dengan mengambil ilmu dari guru, dia akan melihat akhlaq dari guru, dan bagaimana cara penyampaian yang baik.

- Dengan mengambil ilmu dari guru, dia akan memperingkas jalan dalam mencari ilmu, contohnya :

Dalam masalah jihad, pembagian kafir menjadi 4 (kafir dzimmi, kafir mu’ahad, kafir musta’man dan kafir harbi), ini bisa disimpulkan jika membaca Kitabul Jihad dari awal sampai akhir. Jika datang kepada guru, gurunya langsung menjelaskan pembagian kafir. Yang bisa meringkas waktu dan tidak perlu membahas Kitabul Jihad dari awal sampai akhir yang akan butuh waktu berhari-hari bahkan berbulan-bulan untuk mendalami dan memahaminya. Begitu duduk dengan guru akan diperingkas ilmu itu untuk kita.

Allohu a’lam

Ini adalah kisah nyata akibat belajar tanpa guru dan malu bertanya.

Seorang guru kami bercerita, bahwa ada seorang ikhwan sering memandang akhwat dari kejauhan dan kemudian membaca doa :
اللهم كما أحسنت خلقي فحسن خلقي

“Ya Allah, sebagaimana engkau telah membaguskan penciptaanku maka baguskanlah akhlakku.”

Akhirnya ikhwan ini ditegur karena amalannya tersebut, ternyata ikhwan ini punya dalil. Beliau berdalil dengan hadits :

أن النبي صلى الله عليه و سلم كان إذا نظر [ وجهه ] في المرآة قال :
اللهم كما أحسنت خلقي فحسن خلقي

Rasulullah apabila sedang memandang (wajahnya) di cermin, beliau mengucapkan : “Ya Allah, sebagaimana engkau telah membaguskan penciptaanku maka baguskanlah akhlakku.”

Tertawalah guru kami yang bercerita, karena apa? Dalam hadits itu tertulis المرآة dengan kasrah pada huruf mim (Al- Mir’ah) yang artinya cermin. Dan ikhwan ini membaca dengan fathah pada huruf mim (Al-Mar’ah) yang artinya wanita. Pantas saja, beliau suka memandangi wanita dari kejauhan.

Hadits diatas sendiri yang mengaitkan untuk membaca doa ini ketika melihat ke cermin, dilemahkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Al-Irwaul Ghalil no. 74.

Dan hadits yang shahih adalah hadits untuk membaca doa ini di waktu kapan saja tidak terikat ketika sedang memandang ke cermin, sebagaimana hadits shahih yang datang dari Aisyah dan Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhuma secara marfu’ dalam riwayat Ahmad .

Wallahu a’lam
 
Assalamu alaikum wr. wb.


akhi2 sekalian saya mo nanya, bagaimanakah hukum tentang penggunaan kata "sodaqollahulazim" usai membaca Al-Quran ?

hal ini saya tanyakan sebab saya mendapatkan seseorang yg tidak pernah melafalkan kata tersebut usai membaca Al-Quran,

katanya "ini merupakan bid'ah kalo diwajibkan".


mohon pencerahan dari akhi2 sekalian ...

Dasar agama Islam ialah hanya beramal dengan Kitabullah dan Sunnah rasulNya. Keduanya adalah sebagai marja’ –rujukan- setiap perselisihan yang ada di tengah-tengah kaum muslimin. Siapa yang tidak mengembalikan kepada keduanya maka dia bukan seorang mukmin. Allah berfirman, “Maka demi Rabmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS An Nisa : 65).

Telah mafhum bersama bahwa Allah menciptakan manusia bukan untuk suatu urusan yang sia-sia, tetapi untuk satu tujuan agung yang kemaslahatannya kembali kepada manusia yaitu agar beribadah kepadaNya. Kemudian tidak hanya itu saja, tetapi Allah juga mengutus rasulNya untuk menerangkan kepada manusia jalan yang lurus dan memberikan hidayah –dengan izin Allah- kepada sirotil azizil hamid. Allah berfirman, “Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS An Nahl : 64).

Sungguh, betapa besar rahmat Allah kepada kita, dengan diutusnya Rasulullah, Allah telah menyempurnakan agama ini. Allah telah berfirman, “…Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu ni’matKu dan telah Kuridhoi islam itu jadi agama bagimu…” (QS Al Maidah : 3). Tak ada satu syariatpun yang Allah syariatkan kepada kita melainkan telah disampaikan oleh rasulNya. Aisyah berkata kepada Masyruq, “Siapa yang mengatakan kepadamu bahwa Muhammad itu telah menyembunyikan sesuatu yang Allah telah turunkan padanya, maka sungguh ia talah berdusta !” (HR. Bukhori Muslim).

Berkat Al Imam As Syatibi, “Tidaklah Nabi meninggal kecuali beliau telah menyampaikan seluruh apa yang dibutuhkan dari urusan dien dan dunia…” Berkat Ibnu Majisyun, “Aku telah mendengar Malik berkata, “Barang siapa yang membuat bid’ah (perkara baru dalam Islam), kemudian menganggapnya baik, maka sungguh dia telah mengira bahwa Muhammad telah menghianati risalah, karena Allah telah berfirman, “Pada hari ini telah Kusempurnakan unutukmu agamamu…””” (QS Al Maidah : 3).

Kaum muslimin –rahimakumullah-, sahabat Ibnu Mas’ud telah berkata, “Ikutilah, dan jangan kalian membuat perkara baru !”. Suatu peringatan tegas dimana kita tidak perlu untuk menambah–nambah sesuatu yang baru atau bahkan mengurangi sesuatu dalam hal agama. Banyak ide atau atau anggapan–anggapan baik dalam agama yang tidak ada contohnya bukanlah perbuatan terpuji yang akan mendatangkan pahala, tetapi justru yang demikian itu berarti menganggap kurang atas syariat yang telah dibawa oleh rasulullah, dan bahkan yang demikian itu dianggap telah membuat syariat baru. Seperti perkataan Iman Syafi’i, ”Siapa yang membuat anggapan-anggapan baik dalam agama sungguh ia telah membuat syariat baru.”

Ucapan “shodaqollahul adzim” setelah membaca Al Quran atau satu ayat darinya bukanlah hal yang asing di kalangan kita kaum muslimin -sangat disayangkan-. Dari anak kecil sampai orang tua , pria atau wanita sudah biasa mengucapkan itu. Tak ketinggalan pula –sayangnya- para qori Al Quran dan para khotib di mimbar-mimbar juga mengucapkannya bila selesai membaca satu atau dua ayat AlQuran. Ada apa memangnya dengan kalimat itu ?

Kaum muslimin –rahimakumullah-, mengucapkan “shodaqollahul adzim” setelah selasai membaca Al Quran baik satu ayat atau lebih adalah bid’ah, perhatikanlah keterangan- keterangan berikut ini.

Pertama
Dalam shahih Bukhori no. 4582 dan shahih Muslim no. 800, dari hadits Abdullah bin Mas’ud berkata, “Berkata Nabi kepadaku, “Bacakanlah padaku.” Aku berkata, “Wahai Rasulullah, apakah aku bacakan kepadamu sedangkan kepadamu telah diturunkan?” beliau menjawab, “ya”. Maka aku membaca surat An Nisa hingga ayat “Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu).” (QS An Nisa : 41) beliau berkata, “cukup”. Lalu aku (Ibnu Masud) menengok kepadanya ternyata kedua mata beliau berkaca-kaca.”

Sahabat Ibnu Mas’ud dalam hadits ini tidak menyatakan “sodaqollahul adzim” setelah membaca surat An Nisa tadi. Dan tidak pula Nabi memerintahkannya untuk menyatakan “shodaqollahul adzim”, beliau hanya mengatakan kepada Ibnu Mas’ud “cukup”.

Kedua
Diriwayatkan oleh Bukhori dalam shahihnya no. 6 dan Muslim no. 2308 dari sahabat Ibnu Abbas beliau berkata, “Adalah Rasulullah orang yang paling giat dan beliau lebih giat lagi di bulan ramadhan, sampai saat Jibril menemuinya –Jibril selalu menemuinya tiap malam di Bulan Ramadhan- bertadarus Al Quran bersamanya”.

Tidak dinukil satu kata pun bahawa Jibril atau Nabi Muhammad ketika selesai qiroatul Quran mengucapkan “shodaqollahul adzim”.

Ketiga
Diriwayatkan oleh Bukhori dalam shahihnya no. 3809 dan Muslim no. 799 dari hadits Anas bin Malik –radiyallahu anhuma-, “Nabi berkata kepada Ubay, “Sesungguhnya Allah menyuruhku untuk membacakan kepadamu “lam yakunil ladzina kafaru min ahlil kitab” (“Orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya)…”) (QS Al Bayyinah : 1). Ubay berkata , ”menyebutku ?” Nabi menjawab, “ya”, maka Ubay pun menangis”.

Nabi tidak mengucapkan “shodaqollahul adzim” setelah membaca ayat itu.

Keempat
Diriwayatkan oleh Bukhori dalam shahihnya no. 4474 dari hadits Raafi’ bin Al Ma’la –radiyallahu anhuma- bahwa Nabi bersabda, “Maukah engkau kuajari surat yang paling agung dalam Al Quran sebelum aku pergi ke masjid ?” Kemudian beliau (Nabi) pergi ke masjid, lalu aku mengingatkannya dan beliau berkata, “Alhamdulillah, ia (surat yang agung itu) adalah As Sab’ul Matsaani dan Al Quranul Adzim yang telah diberikan kepadaku.”

Beliau tidak mengatakan “shodaqollahul adzim”.

Kelima
Terdapat dalam Sunan Abi Daud no. 1400 dan Sunan At Tirmidzi no. 2893 dari hadits Abi Hurairah dari Nabi, beliau bersabda, “Ada satu surat dari Al Quran banyaknya 30 ayat akan memberikan syafaat bagi pemiliknya –yang membacanya/ mengahafalnya- hingga ia akan diampuni, “tabaarokalladzii biyadihil mulk” (“Maha Suci Allah yang ditanganNyalah segala kerajaan…”) (QS Al Mulk : 1).

Nabi tidak mengucapkan “shodaqollahul adzim” setelah membacanya.

Keenam
Dalam Shahih Bukhori no. 4952 dan Muslim no. 494 dari hadits Baro’ bin ‘Ajib berkata, “Aku mendengar Rasulullah membaca di waktu Isya dengan “attiini waz zaituun” , aku tidak pernah mendengar seorangpun yang lebih indah suaranya darinya”.

Dan beliau tidak mengatakan setelahnya “shodaqollahul adzim”.

Ketujuh
Diriwatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya no. 873 dari hadits Ibnat Haritsah bin An Nu’man berkata, “Aku tidak mengetahui/hafal “qaaf wal qur’aanil majiid” kecuali dari lisan rasulullah, beliau berkhutbah dengannya pada setiap Jumat”.

Tidak dinukil beliau mengucapkan setelahnya “sodaqollahul adzim” dan tidak dinukil pula ia (Ibnat Haritsah) saat membaca surat “qaaf” mengucapkan “shodaqollahul adzim”.

Jika kita mau menghitung surat dan ayat-ayat yang dibaca oleh Rasulullah dan para sahabatnya serta para tabiin dari generasi terbaik umat ini, dan nukilan bahwa tak ada satu orangpun dari mereka yang mengucapkan “shodaqollahul adzim” setelah membacanya maka akan sangat banyak dan panjang. Namun cukuplah apa yang kami nukilkan dari mereka yang menunjukkan bahwa mengucapkan “shodaqollahul adzim” setelah membaca Al Quran atau satu ayat darinya adalah bid’ah –perkara yang baru- yang tidak pernah ada dan di dahului oleh genersi pertama.

Kaum muslimin –rahimakumullah-, satu hal lagi yang perlu dan penting untuk diperhatikan bahwa meskipun ucapan “sodaqollahul adzim” setelah qiroatul Quran adalah bid’ah, namun kita wajib meyakini dalam hati perihal maknanya bahwa Allah maha benar dengan seluruh firmannya, Allah berfirman, “Dan siapa lagi yang lebih baik perkataanya daripada Allah”, dan Allah berfirman, “Dan siapa lagi yang lebih baik perkataanya dari pada Allah”. Barang siapa yang mendustakanya –firman Allah- maka ia kafir atau munafiq.

Semoga Allah senantiasa mengokohkan kita diatas Al Kitab dan Sunnah dan Istiqomah diatasnya. Wal ilmu indallah.
(Dikutip dari tulisan Ustadz Abu Hamzah Yusuf, Bulletin Al Wala wal Bara Edisi ke-5 Tahun ke-1 / 10 Januari 2003 M / 06 Dzul Qo’dah 1423 H. Url http://fdawj.atspace.org/awwb/th1/5.htm)
 
HIks.....
Mohon maaf nih agak memaksa

Pertanyaan q yg sudah berumur 1 bulan lum di jawab kekna (uda nanya kemana-mana sama aja hasilna :()

ORANG MIMISAN BOLE SHOLAT GK YAH???

uda itu aj :D
wassalamualaikum wr.wb


Kita dapat membagi pembahasan ini menjadi tiga topik bahasan: [1] Darah haidh, [2] Darah manusia, dan [3] Darah hewan yang halal dimakan.

[1] Darah Haid

Untuk darah haidh sudah dijelaskan bahwa darah tersebut adalah darah yang najis. Dalil yang menunjukkan hal ini, dari Asma’ binti Abi Bakr, beliau berkata, “Seorang wanita pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata, “Di antara kami ada yang bajunya terkena darah haidh. Apa yang harus kami perbuat?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Gosok dan keriklah pakaian tersebut dengan air, lalu percikilah. Kemudian shalatlah dengannya.” [1]

Shidiq Hasan Khon rahimahullah mengatakan, “Perintah untuk menggosok dan mengerik darah haidh tersebut menunjukkan akan kenajisannya.”[2] Hal ini pun telah disepakati oleh para ulama.[3]

[2] Darah manusia

Untuk darah manusia, mengenai najisnya terdapat perbedaan pendapat di antara para ulama. Mayoritas ulama madzhab menganggapnya najis. Dalil mereka adalah firman Allah Ta’ala,
قُلْ لا أَجِدُ فِي مَا أُوحِيَ إِلَيَّ مُحَرَّمًا عَلَى طَاعِمٍ يَطْعَمُهُ إِلا أَنْ يَكُونَ مَيْتَةً أَوْ دَمًا مَسْفُوحًا أَوْ لَحْمَ خِنْزِيرٍ فَإِنَّهُ رِجْسٌ

“Katakanlah: “Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaKu, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi – karena sesungguhnya semua itu kotor.” (QS. Al An’am: 145). Para ulama tersebut menyatakan bahwa karena dalam ayat ini disebut darah itu haram, maka konsekuensinya darah itu najis.

Namun ulama lainnya semacam Asy Syaukani[4] dan muridnya Shidiq Hasan Khon[5], Syaikh Al Albani[6] dan Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahumullah menyatakan bahwa darah itu suci. Alasan bahwa darah itu suci sebagai berikut.

Pertama: Asal segala sesuatu adalah suci sampai ada dalil yang menyatakannya najis. Dan tidak diketahui jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan membersihkan darah selain pada darah haidh. Padahal manusia tatkala itu sering mendapatkan luka yang berlumuran darah. Seandainya darah itu najis tentu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akan memerintahkan untuk membersihkannya.[7]

Kedua: Sesuatu yang haram belum tentu najis sebagaimana dijelaskan oleh Asy Syaukani rahimahullah[8].

Ketiga: Para sahabat dulu sering melakukan shalat dalam keadaan luka yang berlumuran darah. Mereka pun shalat dalam keadaan luka tanpa ada perintah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk membersihkan darah-darah tersebut.

Sebagaimana terdapat dalam sebuah hadits yang menceritakan seorang Anshor. Ketika itu ia sedang shalat malam, kemudian orang-orang musyrik memanahnya. Ia pun mencabut panah tadi dan membuangnya. Kemudian ia dipanah sampai ketiga kalinya. Namun ketika itu ia masih terus ruku’ dan sujud padahal ia dalam shalatnya berlumuran darah.[9]

Ketika membawakan riwayat ini, Syaikh Al Albani rahimahullah menjelaskan, “Riwayat ini dihukumi marfu’ (sampai pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam). Karena sangat mustahil kalau hal ini tidak diperhatikan oleh beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seandainya darah yang amat banyak itu menjadi pembatal shalat, tentu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam akan menjelaskannya. Karena mengakhirkan penjelasan di saat dibutuhkan tidak diperbolehkan, sebagaimana hal ini telah kita ketahui bersama dalam ilmu ushul.”[10]

Juga ada beberapa riwayat lainnya yang mendukung hal ini. Al Hasan Al Bashri mengatakan,
مَا زَالَ الْمُسْلِمُونَ يُصَلُّونَ فِى جِرَاحَاتِهِمْ

“Kaum muslimin (yaitu para sahabat) biasa mengerjakan shalat dalam keadaan luka.”[11]

Dalam Muwatho’ disebutkan mengenai sebuah riwayat dari Miswar bin Makhromah, ia menceritakan bahwa ia pernah menemui ‘Umar bin Al Khottob pada malam hari saat ‘Umar ditusuk. Ketika tiba waktu Shubuh, ia pun membangunkan ‘Umar untuk shalat Shubuh. ‘Umar mengatakan,
وَلَا حَظَّ فِي الْإِسْلَامِ لِمَنْ تَرَكَ الصَّلَاةَ

“Tidak ada bagian dalam Islam bagi orang yang meninggalkan shalat.” Lalu ‘Umar shalat dalam keadaan darah yang masih mengalir.[12]

Hal ini menunjukkan bahwa pendapat terkuat dalam masalah ini, darah manusia itu suci baik sedikit maupun banyak. Namun kita tetap menghormati pendapat mayoritas ulama yang menyatakan bahwa darah itu najis. Wallahu a’lam bish showab.

[3] Darah dari hewan yang halal dimakan

Darah dari hewan yang halal dimakan di sini seperti darah hasil sembelihan kambing, unta atau sapi. Pembahasan darah jenis ini sama dengan pembahasan darah manusia di atas, yaitu sebenarnya tidak ada dalil yang menyatakan bahwa darah tersebut najis. Maka kita kembali ke hukum asal bahwa segala sesuatu itu suci.

Ada riwayat dari Ibnu Mas’ud yang menguatkan bahwa darah dari hewan yang halal dimakan itu suci. Riwayat tersebut,
صَلَّى بْنُ مَسْعُوْدٍ وَعَلَى بَطْنِهِ فَرْثٌ وَدَمٌّ مِن جَزْرِ نَحْرِهَا وَلَمْ يَتَوَضَّأْ

“Ibnu Mas’ud pernah shalat dan di bawah perutnya terdapat kotoran (hewan ternak) dan terdapat darah unta yang disembelih, namun beliau tidak mengulangi wudhunya.”[13]

Ada pula riwayat dari Ibnu Mas’ud, ia mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat di sisi Ka’bah. Sedangkan Abu Jahl dan sahabat-sahabatnya sedang duduk-duduk ketika itu. Sebagian mereka mengatakan pada yang lainnya, “Coba kalian pergi ke tempat penyembelihan si fulan”. Lalu Abu Jahl mendapati kotoran hewan, darah sembelihan dan sisa-sisa lainnya, kemudian ia perlahan-lahan meletakkannya pada pundak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau sujud. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam merasa kesulitan dalam shalatnya. Ketika beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sujud, Abu Jahl kembali meletakkan kotoran dan darah tadi di antara pundaknya. Beliau tetap sujud, sedangkan Abu Jahl dan sahabatnya dalam keadaan tertawa.”[14]

Asy Syaukani rahimahullah mengatakan, “Adapun darah selain darah haidh, maka dalil yang menjelaskan mengenai hal ini beraneka ragam dan mengalami keguncangan. Sikap yang benar adalah kembali ke hukum asal segala sesuatu itu suci sampai ada dalil khusus yang lebih kuat atau sama kuatnya yang menyatakan bahwa darah itu najis.”[15]

Demikian pembahasan kami mengenai darah apakah najis ataukah tidak. Masalah ini adalah masalah yang masih ada ruang ijtihad sehingga kami pun menghargai pendapat lainnya. Nantikan pembahasan kami selanjutnya mengenai najisnya khomr. Semoga Allah mudahkan.

Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.

Diselesaikan di Panggang, Gunung Kidul, 5 Rabi’ul Awwal 1431 H
 
@atas


"tuntutlah ilmu sampai kenegri cina(negara minoritas muslim aka negara non muslim)"

Setiap orang pasti telah mengetahui perkataan ini.

اُطْلُبُوْا العِلْمَ وَلَوْ في الصِّينِ

“Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri China.”

Inilah yang dianggap oleh sebagian orang sebagai hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun perlu diingat bahwa setiap buah yang akan dipanen tidak semua bisa dimakan, ada yang sudah matang dan keadaannya baik, namun ada pula buah yang dalam keadaan busuk.

Begitu pula halnya dengan hadits. Tidak semua perkataan yang disebut hadits bisa kita katakan bahwa itu adalah perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Boleh jadi yang meriwayatkan hadits tersebut ada yang lemah hafalannya, sering keliru, bahkan mungkin sering berdusta sehingga membuat hadits tersebut tertolak atau tidak bisa digunakan. Itulah yang akan kita kaji pada kesempatan kali ini yaitu meneliti keabsahan hadits di atas sebagaimana penjelasan para ulama pakar hadits. Penjelasan yang akan kami nukil pada posting kali ini adalah penjelasan dari ulama besar Saudi Arabia dan termasuk pakar hadits, yaitu Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah. Beliau rahimahullah pernah menjabat sebagai Ketua Komisi Tetap Urusan Riset dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi. Semoga Allah memberi kemudahan dalam hal ini.

Penjelasan Derajat Hadits

Mayoritas ulama pakar hadits menilai bahwa hadits ini adalah hadits dho’if (lemah) dilihat dari banyak jalan.

Syaikh Isma’il bin Muhammad Al ‘Ajlawaniy rahimahullah telah membahas panjang lebar mengenai derajat hadits ini dalam kitabnya ‘Mengungkap kesamaran dan menghilangkan kerancuan terhadap hadits-hadits yang sudah terkenal dan dikatakan sebagai perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam‘ pada index huruf hamzah dan tho’. Dalam kitab beliau tersebut, beliau mengatakan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh Al Baihaqi, Al Khotib Al Baghdadi, Ibnu ‘Abdil Barr, Ad Dailamiy dan selainnya, dari Anas radhiyallahu ‘anhu. Lalu beliau menegaskan lemahnya (dho’ifnya) riwayat ini. Dinukil pula dari Ibnu Hibban –pemilik kitab Shohih-, beliau menyebutkan tentang batilnya hadits ini. Sebagaimana pula hal ini dinukil dari Ibnul Jauziy, beliau memasukkan hadits ini dalam Mawdhu’at (kumpulan hadits palsu).

Dinukil dari Al Mizziy bahwa hadits ini memiliki banyak jalan, sehingga bisa naik ke derajat hasan.

Adz Dzahabiy mengumpulkan riwayat hadits ini dari banyak jalan. Beliau mengatakan bahwa sebagian riwayat hadits ini ada yang lemah (wahiyah) dan sebagian lagi dinilai baik (sholih).

Dengan demikian semakin jelaslah bagi para penuntut ilmu mengenai status hadits ini. Mayoritas ulama menilai hadits ini sebagai hadits dho’if (lemah). Ibnu Hibban menilai hadits ini adalah hadits yang bathil. Sedangkan Ibnul Jauziy menilai bahwa hadits ini adalah hadits maudhu’ (palsu).

Adapun perkataan Al Mizziy yang mengatakan bahwa hadits ini bisa diangkat hingga derajat hasan karena dilihat dari banyak jalan, pendapat ini tidaklah bagus (kurang tepat). Alasannya, karena banyak jalur dari hadits ini dipenuhi oleh orang-orang pendusta, yang dituduh dusta, suka memalsukan hadits dan semacamnya. Sehingga hadits ini tidak mungkin bisa terangkat sampai derajat hasan.

Adapun Al Hafizh Adz Dzahabiy rahimahullah mengatakan bahwa sebagian jalan dari hadits ini ada yang sholih (dinilai baik). Maka kita terlebih dahulu melacak jalur yang dikatakan sholih ini sampai jelas status dari periwayat-periwayat dalam hadits ini. Namun dalam kasus semacam ini, penilaian negatif terhadap hadits ini (jarh) lebih didahulukan daripada penilaian positif (ta’dil) dan penilaian dho’if terhadap hadits lebih harus didahulukan daripada penilaian shohih sampai ada kejelasan shohihnya hadits ini dari sisi sanadnya. Dan syarat hadits dikatakan shohih adalah semua periwayat dalam hadits tersebut adalah adil (baik agamanya), dhobith (kuat hafalannya), sanadnya bersambung, tidak menyelisihi riwayat yang lebih kuat, dan tidak ada illah (cacat). Inilah syarat-syarat yang dijelaskan oleh para ulama dalam kitab-kitab Mustholah Hadits (memahami ilmu hadits).

Seandainya Hadits Ini Shohih

Seandainya hadits ini shohih, maka ini tidak menunjukkan kemuliaan negeri China dan juga tidak menunjukkan kemuliaan masyarakat China. Karena maksud dari ‘Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China’ –seandainya hadits ini shohih- adalah cuma sekedar motivasi untuk menuntut ilmu agama walaupun sangat jauh tempatnya. Karena menuntut ilmu agama sangat urgen sekali. Kebaikan di dunia dan akhirat bisa diperoleh dengan mengilmui agama ini dan mengamalkannya.

Dan tidak dimaksudkan sama sekali dalam hadits ini mengenai keutamaan negeri China. Namun, karena negeri China adalah negeri yang sangat jauh sekali dari negeri Arab sehingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memisalkan dengan negeri tersebut. Tetapi perlu diingat sekali lagi, ini jika hadits tadi adalah hadits yang shohih. Penjelasan ini kami rasa sudah sangat jelas dan gamblang bagi yang betul-betul merenungkannya.

Wallahu waliyyut taufiq.

Sumber: Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 22/233-234, Asy Syamilah

Keterangan:

Hadits shohih adalah hadist yang memenuhi syarat: semua periwayat dalam hadits tersebut adalah adil (baik agamanya), dhobith (kuat hafalannya), sanadnya bersambung, tidak menyelisihi riwayat yang lebih kuat, dan tidak ada illah (cacat).
Hadits hasan adalah hadits yang memenuhi syarat shohih di atas, namun ada kekurangan dari sisi dhobith (kuatnya hafalan).
Hadits dho’if (lemah) adalah hadits yang tidak memenuhi syarat shohih seperti sanadnya terputus, menyelisihi riwayat yang lebih kuat (lebih shohih) dan memiliki illah (cacat).

Pangukan, Sleman, 13 Muharram 1430 H

Yang selalu mengharapkan ampunan dan rahmat Rabbnya
 
Da_VivoS;546144 Assalamualaikum wr.wb.

tanya nih

2. Jika kita terbangun jam 05.00 padahal jam sgitu langi uda terang (muncul kuning"), apakah tetap boleh sholat??? dilain sisi Rasulullah melarang kita untuk sholat d waktu terbitnya Fajar

sekian, mohon bantuannya
 
Assalammualaikum..

Sodaraku yg berimana ane mau nanya dong tolong kasih pencerahan, ane dulu sempet pacaran kemudian ane putusin krn metode itu tidak sesuai hati ane sehingga ane mengajak sang perempuan kita cukup tanpa status kalo mau lanjut ta'aruf tidak ada gaya berhubungan anak muda jaman sekarang megang tangan, peluk, deket"n, cium,dll. Jujur ane takut dng Allah mengapa ane berbuat demikian dng metode yg skrng saya gunakan, tapi selepas kita seperti sekarang ini kita masih terkadang smsn hanya sekedar mengingatkan slt makan dll.. Apakah itu juga udah salah berdasarkan sudut pandang islam? tolong berikan dalilnya sekalian

Terima Kasih..
 
Assalamualaikum Wr. Wb, ya kawan2 sekalian seiman, setaqwa, dan seislam yang dimuliakan Allah SWT..
yak berhubung banyak thread yang tanya masalah 1 pertanyaan aja, abis itu ada yang post langsung kejawab, ditutup, ada yang nanya lagi, kejawab ditutup, saya rasa forum juga jadi jelek yaah, kesannya ga rapih..

nah maka dari itu, dimaksudkan agar mempersatukan pertanyaan2 dan lain hal nya... saya membuat thread ini... smoga banyak manfaatnya, jikalau banyak ke mudharat, pasti nya akan segera ditutup!
saya menghimbau kepada saudara2ku sekalian agar bisa membantu jawab, menimbalbalik apa yang nanti akan ditanyakan...

maka dari itu saya membuat rulesnya, tambahan masukan akan sangat berarti demi majunya forum islam yang kita cintai ini..
1. Pertanyaan terakumulasi dalam jumlah 3 saja, jikalau 3 pertanyaan tersebut (walaupun sifatnya acak) belum ada yang terjawab, maka jika ada yang ingin bertanya lagi dimohon kesabarannya sampai pertanyaan2 tersebut dijawab/terjawab, oleh karena itu, saudara2 sekalian yang merasa tau ttg pertanyaan tersebut, sudi kiranya membantu saudara yang lain.
2. Thread yang bernada bertanya, diluar thread ini akan saya hapus/closed!
3. Dalam bertanya hendaklah diutarakan kejelasan dari pertnyaan2 tersebut, agar kami, tidak bertanya kembali kepada si penanya "yang jelas donk", "itu mksdnya apa?" dst..
4. Insya Allah thread ini dibantu dibimbing oleh Hj. Zainab Sofa (ahli tafsir al-qur'an dan al-hadist), jikalau beliau tidak sedang sibuk, pastinya pertanyaan2 yang diberikan akan dijawab secepatnya melalui saya/no1 thx to my grandma for helping develop this forum islam

thread ini dibuat tidak lebih karena ingin memajukan forum islam, dan share ilmu2 keislaman kepada saudara2 kita yang lain.


trims,
Wassalamualaikum Wr. Wb.



bang FBR

pengen tau orang islam yang masuk keristen karna iya nyaman dengan agama keristen apa itu dosa ?
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.