• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Setetes Embun

41

Hadiah​


Suatu ketika sebuah perusahaan besar yang sukses dalam pembuatan produk unggulan dan juga dalam pemasaran akan melaksanakan ulang tahun. Direktur diperusahaan itu menyadari sepenuhnya bahwa apa yang dicapai perusahaan itu bukanlah karyanya sendiri. Tanpa adanya empat orang kepala divisi yang membidangi berbahai pekerjaan di perusahaan tersebut, tidak mungkin tercapai kemajuan yang begitu berarti. Untuk itusang direktur berusaha memberikan bingkisan sebagai hadiah bagi keempatkepadal divisi tersebut.

Pada hari H, para kepala divisi tadi dipanggil oleh direktur perusahaan. Dengan kata-kata yang berwibawa dan penuh kasih, dia mengatakan, "Saudaraku, tanpa Anda semua, kemajuan ini tidak akan kita peroleh. Atas jasa Anda, pada haru ulang tahun perusahaan kita ini sebagai direksi perusahaanm saya ingin memberikan bingkisan kepada Anda. Anda bisa memilih. Pertama, Anda bisa memilih bungkusan ini, di dalamnya ada Alkitab. Saya berpikir bahwa Alkitab tersebut akab menguatkan Anda sekeluarga. Atau pilihan kedua berupa uang sebesar 200.000 rupiah saja sebagai penghargaan atas usaha-usaha yang Anda lakukan selama ini untuk memajukan perusahaan kita."

Keempat kepala divisi itu mulai berpikir. Salah seorang di antaranya angkat tangan. "Bapak direktur yang terhormat, memang benar apa yang Bapak katakan, bahwa Alkitab sanngat berguna bagi hidup kami. Tetapi, karena anak saya akan mengikuti ujian dan membutuhkan biaya,maka dengan terpaksa saya memilih uang tersebut." Ternyata samoai kepada irang yang ketiga, mereka memilih uang dengan berdalih butuh biaya sekolah, kesehatan, dan lain-lain. Tetapi orang keempat sangat berbeda. Dia berpikir realistis, takkan mungkin direktur menyerahkan Alkitab saja, yang harganya tidak lebih dari separuh nilai uang yang dipersiapkan untuk pilihan kedua. Dia berpikir bahwa benarkata direktur tadi bahwa Alkitab tersebut begitu penting, dan memang hingga sekarang dia belum memiliki Alkitab. Jadi inilah saat yang tepat untuk memiliki Alkitab. Kemudian dia mengatakan, "Bapak Direktur, memang sekarang saya sangat membutuhkan biaya, tetapi saya pikir kebutuhan untuk membeli Alkitab sering tersisihkan karena desakan kebutuhan lain. Jadi,s aya ingin memilih Alkitab tersebut." Direktur tadi tersenyum lalumemberikan Alkitab itu. Waktu bungkusnya dibuka, memang benar dugaannya. Di dalam Alkitab tersebut juga ada uang 200.000 rupiah. Dia sangat senang karena mendapatkan dua hal yang dibutuhkannya sekaligus.

Sering kita mengabaikan kebutuhan akan firman Tuhan. Waktu kita seolah-olah hanya untuk mencariuang. Kita telah di[erhamba oleh unag. Bisa kita lihat baik tenaga, waktu, maupun seluruh pikiran kita berkutata hanya pada masalah bagaimana mendapatkan uang. Akan tetapi, sangat perlu kita ketahui bahwa uang bukanlah merupakan jaminan hidup. Lukas 12:15 secara tegas mengatakan, "Berjagalah-jagalah dan wapadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu." Tetapi dengan jelas pula dalam Matius 6:25-33 dikatakan agar manusia jangan senantiasa diliputi oleh kekhawatiran akan makanan dan minuman, sebab burung-burung danbunga-bunga yang tidak mempunyai kekuatan untuk mencari makanan senantiasa dipelihara oleh Bapa. Yesusu dengan tegas mengatakan, "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu" (Matius 6:33)
 
42

Gumpar​


Di beberapa desa di wilayah pelayanan kami, para petani tidak perlu jauh-jauh menggilingkan padinya. Mereka telah memiliki penggiling atau tepatnya penumbuk padi, dengan metode sederhana, yang dinamankan gumpar. Memang didesa yang besar telah ada kilang penggilingan padi yang digerakkan oleh mesin yang cata kerjanya tentu lebih cepat.

Tetapi gumpar memang sangat sederhana dan tidak memerlukan biaya yang sangat tinggi. Para petani itu cukup memilih aliran air yang agak besar di pematang sawah, kemudian di sana dibangun alat penumbuk berupa sebatang kayu. Pada ujung yang satu diletakkan sepotong kayu yang digunakan sebagai penumbuk, sedangkan di ujung yang lain diletakkan bak kayu kecil yang bisa menampung air dari pematang. Jika sudah penuh, akan turun seirama dengan beratnya air dalam ba, mirip dengan mainan TK -jungkat-jungkit. Waktu air telah tumpah,a lu atau penumbuk di ujung yang satu akan jatuh dan menumbuk padi yang telah dipersiakan dalam satu lesung besar.

Dari sini saya bisa melihat kebenaran prisnsip kesetian yang membawa keberhasilan yang besar. Kenapa kita katakan demikian? Untuk mengisi bak air dibutuhkan sekitar lima menit, kemudian menumpahkannya, dan menjatuhkan alu untuk menumbuk padi. Dengan demikian, untuk menumbuk satu lesung atau sama dengan satu kaleng padi dibutuhkan waktu berjam-jam. Tetapi mereka menikmati gumparnya, sebab mereka cukup mengantarkan padinya pada sore hari atau pagi hari ,ekmudian mengambilnya setelah menjadi beras pada pagi atau sore hari. Kualitasnya tentu lebih baik, melampaui padi tumbukan pabrik di desa besar.

Dari hal ini kita juga melihat bahwa pekerjaan yang kecil dalam kesetiaan akan mendatangkan upah atau hasil yang besar. Petani yang menggunakan gumparnya, mendapatkan hasil berlipat ganda walaup harus engan kesabaran. Pertama, dia tidak membutuhkan tenaga yang besar untuk memikulnya ke desa yang jauh; kedua, didorong kebutuhan air di gumpar, dengan sendirinya mereka merawat saluran airnya; ketiga, mereka mendapatkan beras tanpa membayar ongkos giling; keempat, mereka mendapatkan beras dengan kualitas terbaik. Saya memahami apa yang dikatakan Amsal bahwa upah pekerjaan orang benar membawa kepada kehidupan (Amsal 10:16), atau seperti dikatakan Paulus di dalam 1 KOrintus 3:14 "Jika pekerjaan yang dibangun seseorang taha uji, ia akan mendapat upah." adalah suatu kebenaran, sebab apa yang kita kerjakan dalam kebernaran tidak pernah sia-sia.
 
43

Kisah Anak Kerang​


Saya tidak tahu apakah Anda pernah membaca buku karangan Jasen H. Sinamo. Buku itu berjudul Mengubah Pasir Menjadi Mutiara. Buku tersebut unggul karena pembahasan yang sederhana, yang mampu memotivasi kita mejadi orang-orang yang optimis.

Salah satu contoh yang dituliskan beliau adalah Kisah Anak Kerang. Suatu hari anak kerang meraung-raung kesakitan sambil menunjukkan kepada ibunya bahwa sebutir pasir yang tajam telah menghujani tubuhnya yang meraj dan lembek. Kemudian dengan berurai air mata ibunya berkata kepada anaknya, "Anakku, Tuhan tidak memberikan kepada kita sebuah tangan pun seperti yang dimiliki mahkluk lain. Karena itu ibu tidak bisa membantu. Ibu tahu bagaimana sakitnya itu. Oleh karena itu, Anakku, kuatkanlah hatimu, besarkanlah semangatmu untuk melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kauperbuat," kata ibu kerang tersebut.

Anak kerang pun melakukannya. Sudah begitu lama dia menahan sakit yang tidak kepalang, bahkan sering dia meragukan nasihatbundanya. Tetapi setelah bertahun-tahun, pasir tadipn semakin halus akibat dibalut oleh getah perutnya. Makin lama pasir tadi makin besar dan mengkilap pula. Akhirnya, pasir itu telah berubah menjadi mutiara yang sangat berharga. Dirinya kini lebih berharga daripada sejuta kerang lainnya yang hanya enak dimakan sebagai sate dan dijual di rumah.

Tentu ada benarnya apa yang dicontohkan dalam kisah tadi. Sering kita merasa bahwa penderitaan merupakan kesakitan yang amat sangat. Apalagi kalau kita diperhadapkan pada kematian istri,s uami, atau anak yang kita kasihi. Penyakit yang menggerogoti sepertinya menjadi hukuman yang berat bagi kita. Pada saat seperti itulah kita perlu mengingat Kisah Anak Kerang yang berawal dari penderitaan , tetapi berakhir dengan seuatu yang berharga.

Paulus menegaskna dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, "Percobaan-percobaan yang kamu alami ialah percobaan-percobaan yang biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebaba Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya" (1 Korintus 10:13). Yakobus 1:3-4 juga mengatakan, " ...ujian terhadapimanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan sesuatu apapun"
 
44

Boldt Sang Manajer Hotel​


Suatu sore hujan turun dengan deras disertai angin kencang. Sepasang suami istri yang telah kelelahan mencari penginapan. Mereka masuk ke sebuah hotel dan menanyakan kamar kosong. Hotel-hotel di kota itu telah penuh. "Tetapi saya tidak dapat membiarkan Anda berdua tinggal di luar kedinginan kena hujan," kata karyawan hotel tersebut. Lalu lanjutnya, "Mauakh Anda tidur di kamar saya?" Semula suami istri itu ragu-ragu, tetapi karena terdesak, akhirnya mereka menerima tawaran karyawan itu.

Keesokan harinya , sewaktu membayar uang sewa, sang suami berkata kepada karyawan losmen tersebut, "Anda seharusnya pantas menjadi orang yang mengelola hotel terbaik di Amerika ini. Suatu hari nanti saya akan membangun sebuah hotel untuk Anda kelola," karyawan itu hanya tersenyum dengan sopan.

Beberapa tahun kemudian, sang karyawan itu menerima sepucuk surat dari lelaki yang pernah tidur di kamarnya. Melalui surat dia mengundang karyawan ini ke New York, fasilitas ongkos pesawat pulang pergi. Kemudian tuan rumah mengajaknya melihat sebuah bangunan sambil mengatakan, "Itulah hotel yang telah saya bangun untuk Anda kelola." Ternyata bapak tersebut adalah William Waldorf Astor, dan hotel itu adalah Hotel Waldorf Astoria yang terkenal di Amerika. Dan sang karyawan yang menjadi Manager pertama hotel tersebut adalah George c.Boldt.

Janganlah sekali-kali kita meremehkan apa yang sedang kita kerjakan bagi Yesus, sebab dia tidak pernah melupakan jerih payah kita, "... engkau telah setia salam perkara yang kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota." (Lukas 19:17)
 
45

Penyelamat​


Kami sering menghadapi tantangan dalam pelayanan. Selalu saja ada jemaat yang memperingatkan kami bila akan mengunjungi suatu jemaat. Ada yang mengatakan air ini - maksudnya mata iar yang mengalir di pinggir jalan itu - jangan diminum, Pak Pendeta. Sebab kalau sering-sering, kita bisa sakit gondok seperti orang-orang desa itu. Ada pula pohon kayu yang tidak boleh disentuh.Kalau kita menyentuhnya, maka kita akan gatal-gatal yang hebat.

Pada perjalanan ke satu jemaat, kami mengalami tantangan yang taj kalah hebatnya, yakni harus meniti titian bambu yang panjangnya lebih dari 75 meter. Jembatan ini cukup mengerikan, karena setelah sampai di tengah kita akan melihat dalamnya sungai dibawah, kemudian jembatan bambu akan bergoyang. Sewaktu mau melewatinya saya bersama seorang teman mulai gamang. Saya mencari akal. Orang desa yang menjadi penunjuk jalan saya suruh lebih dulu berjalan diatas jembatan. Setelah ia lewat, saya suruh lagiprang berjalan berdua sekaligus. Kemudian saya baru berani menyeberangi jembatan karena menurut perkiraan saya, berat tubuh saya pasti lebih ringan dibandingkan berat mereka berdua.

Tetapi kawan saya yang satu lain lagi. Walau bagaimana cara menunjuk jalan meyakinkan, kawan saya itu ternyata tidak berani. Akhirnya dia bahan minta tiggal di seberang. Namun, mengingat kami telah berada di tengah hutan dan jauh dari perkampungan, tidak mungkin meninggalkannya seorang diri. Untunglah salah seorang dari penunjuk jalan itu mencari akal. Kawan saya disuruhnya menutup mata, "Serahkan semua bebanmu kepadaku. Pasrahlah.. Aku akan menggendongmu hingga keseberang." Benar saja. Mereka tiba dengan selamat di seberang.

Saya melihat apa yang diperbuat Yesus tidak jauh berbeda dari apa yang dilakukan penunjuk jalan tadi. Sesungguhnya kita sudah hampir tiba di seberang, tanpa berani dan bisa melewati halangan-halangan yang ada di depan. Tidak sedikit teori kita dengar dari para nabi terdahulu memina supaya kita bertobat agar kita beroleh selamat, tetapi tidak pernah berhasil. Untunglah Yesus relamemberikan nyawa-Nya di kayu salib untuk menanggung dosa kita agar kita selamat (Yohanes 3:16)

Untuk menyerahkand iri kepada-Nya, kita perlu menutup mata agar kita tidak lagi melihat pada yang lain dan memasrahkan diri pada kekuatan dan penyelematan-Nya. Itulah anugerah Tuhan yang diberikan kepada kita saat Dia menanggung segala dosa dan beban kita, bahkan juga ketakutan kita . Dia bahkan rela mati disalibkan, karena hanya dengan demikian keselamatan dapat kita peroleh. Semuanya itu dilakukannya supaya kita mendapatkan kehidupan kekal yang dipersiapkan Tuhan bagi kita (Yohanes 14:1-3)
 
46

Tembok Cina​


Anda tentu tahu tentang tembok negeri Cina. Tembok ini dibangun oleh kaisar Cina beberapa ratus tahun silam sebagai pagar agar musuh tidak bisa memasuki negeri tirai bambu tersebut. Tembok ini sangat terkenal, bahkan dinyatakan sebagai salah satu keajaiban dunia, karena panjang dan kukuhnya. Menurt cerita, tembok Cina bisa kelihhatan dari bulan oleh astronot. Pembangunnanya tentu memakan banyak biaya, juga tenaga manusia yang dikerahkan untuk mengangkat bahan-bahan yang dibutuhkan seperti tanah liat,pasir, air, dan sebagainya. Menurut cerita, tembok ini tidak bisa dilintasi oleh musuh berabad-abad lamanya. Namun suatu ketika, walaupun temboknya tidak runtuh, musuh bisa juga masuk setelah berhasil menyogok penjaga gerbang, dan mereka kemudian menguasai wilayah Cina.

Kita dapat mebayangkan bagaimana persiapan tembok yang sangat termasyur itu ternyata tak beguna ketika serdadu yang menjaganya bisa disogok dengan uang. Alangkah mengecewakannya, terutama jika kita melihat tujuan dan biaya yang telah dikeluarkan untuk membangun tembok tersebut.

Ternyata kekuatan sebuah pertahanan terutama bukanlah terletak pada kemegahan dan kecanggihan persenjataan atau kekuatan tembok perlindungannya. Semuanya tergantung pada kesetiaan prajurit yang tidak diragukan dan persiapan yang matang melalui latihan. Itulah yang dikatakan oleh Pualus, bahwa apa yang kita lakukan sebagai prajurit Kristus adalah , kita yang dipenuhi atau dibebani oleh soal-soal kehidupan, dapat menguasai diri dalam segala hal, sabar, dan setia dalam penderitaan (2 Timotius 2:4; 4:5)
 
47

Penghibur yang Menderita​


Pada tahun 60-an, pelawak dari Teater Indonesia pimpinana Kirjomulyo diundang untuk menghibur calon prajurit di Akademi Militer Nasional (AMN) Magelang. Para pelawak yang piawai tersebut mempersiapkan naskah komedi yang sangat menghibur. Maklumlah, yang mereka hibur adalah prajurit yang sering mendapat tugas ekstra, apalagi banyak pula dari antara mereka yang jauh dari keluarga. Jadi, mereka harus dihibur dengan suguhan lawak yang tidak tanggung-tanggung. Bahkan sebelum mentas di Magelang, mereka juga telah membawakannya di Bali dan Malang. Di kedua tempat tadi, mereka mendapat sambutan yang luar biasa.

Tetapi sangat berbeda waktu di Magelang. Tidak satu pun yang tertawa, dan bertepuk tangan. Para taruna AMN itu tak bergeming di tempat duduknya. Situasi itu tentu membuat para pelawak heran dan sedih, bahkan putus asa.Baru setelah acara selesai, tiba-tiba para taruna ersebut memberi aplaus yang hebat dan gelak tawa yang menandakan kekaguman mereka. Ternyata mereka telah diberikan briefing oleh atasan mereka supaya mereka jangan ribut, karena bisa membuyarkan konsentrasi para pelawak itu.

Bagi kita itu tentu merupakan pelajaran bahwa alangkah berbedanya pendapat kedua belah pihak dalam acara tersebut. Di satu pihak aplaus tentu membangkitkan semangat bagi para pelawak, tetapi di pihak lain, para taruna tidak memberikan apalusnya. Pelajaran tersebut juga dialami oleh para pelayan yang memberikan penghiburan dan menguatkan tidak mendapat aplaus, senyuman, dan dorongan semangat dari anggota jemaat. Kita sering menjadi putus asa, jangankan aplaus yang diberikan, bahkan sebaliknya. Kita mendapat cercaan dan perlakuan yang kurang baik dari sekeliling kita.

Tetapi itulah pelayan Tuhan. Aplaus bagi kita akan diberikan setelah layar ditutup, setelah kehidupan berakhir. Tuhanlah yang memberikan aplaus bagi hamba-hamba-Nya yang setia melakukan pekerjaannya. Itulah yang disadati oleh Paulus, sehingga dengan penuh kerendahan hati dan kesetiaan ia memberitakan firman Tuhan, meskipun jiwanya sering terancam, ditolak, dan dipenjarakan, padahal yang dikerjakannya adalah mengajarkan kebenaran kepada orang, dan berdoa dengan penuh air mata (Kisah Para Raul 20:17-35). Hal itu telah lebih dulu dikatakan Yesus dalam Khotbah-Nya di Bukit. Yesus mengatakan bahwa sebagai orang yang setia kepada-Nya, walaupun dianiaya, disela dan difitnah, namun upah mereka besar di surga (Matius 5:11-12)
 
48

Keadilan Tuhan​


Seorang pemuda iri melihat kawan-kawannya yang lain begitu lincah. Mereka bisa memanjat pohon kelapa, atau menyepak bola. Dia menyesali nasibnya mengapa dia bisa terjatuh, sehingga kakinya patah. Lama-kelamaan dia bukan hanya menyesali dirinya, melainkan juga menyesali Tuhan. Di matanya Tuhan telah bertindak salah dan tidak adil. Tuhan begitu tega melihat orang kaya bersenang-senang, sementara orang miskin menderita. Diamelihat dirinya yang pincang mengalami penderitaan karena keadaan fisiknya. Dia mengatakan bahwa Tuhan itu tidak benar.

Tetapi,s uatu ketika, terjadi peristiwa di laur dugaannya. Penjajah datang dan menyerang desanya. Orang kaya yang dia lihat tadi mati terbunuh dan hartanya habis dirampas demi membiayai perang. Mulailah dia berpikir, untung juga ayahku tidak kaya pasti juga dirampas. Karena hartanya dirampas, tentu ayah akan melawan. Pastilah ayah akan dibunuh dan saya tak punya perlindungan lagi, pikirnya. Proses politik juga terjadi. Ada pergerakan nasional untuk mengusir penjajah. Untuk tujuan perang. Dari desa anak-anak muda sebayanya dipaksa untuk ikut memanggul senjara demi kemerdekaan tanah air. Alasan dia tidak diikutsertakan adalah karena kakinya cacat, sehingga tidak layak menjadi tentara.

Sekarang baru dia mengetahui bahwa Tuhan memang adil dalam menjalankan kebijaksanaan-Nya kepada seluruh manusia. Seandainya dia mempunyai kaki yang kuat,maka dia pasti akan dikirim ke medan perang dan dia juga tidak tahu apakah dia menang atau kalah, hidup atau gugur di sana.

Keadaan anak muda sering kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam kondisi kita yang penuh bebean penderitaan sering kita mengatakan bahwa Tuhan itu tidak adil. Mengapa Ia membiarkan penderitaan ini terjadi padaku, sementara orang lain mendapat sukacita. Tetapi, Alkitab membuktikan bahwa Tuhan kita adalah Allah yang adil. Begitu banyak kata adil yang dihubungkan dengan Allah. Seluruhnya berhubungan juga dengan kasih sayang-Nya yang tidak membeda-bedakan manusia di dalam keadilan-Nya. Pedang keadilan-Nya terhunus bagi orang dan bangsa penindas, tetapi rangkulan kasih-Nya menaungi orang yang mengasihi Dia. Sehubungan dengan keadilan-Nya dalam Mazmur 50, Dia mengatakan, "Berserulah kepada-Ku waktu kesesakan, Akua kan meluputkan engkau dan engkau akan memuliakan Aku." (ayat 15). Dan untuk itulah pemazmur membuat kesimpulan dengan mengatakan , "Tuhan itu adil dalam segala jalan-Nya, dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya (Mazmur 145:17)
 
49

Antara Dua Kalender​


Sewaktu kami mengadakan perkunjungan ke daerah peternakan, kami mengunjungi dua lokasi yang hampir berdekatan. Lokasi itu adalah lokasi penggemukan sapi, mulai dari anak sapi yang masih kecil hingga sapi dewasa. Alangkah intensifnya langkah-alngkah penanganan peternakan tersebut. Itu jelas terlihat dari kalender kerja yang terpampang di sana.

Kita bisa melihat cara kerja tersebut mulai dari pemberian susu bagi anak-anak sapi yang bdilakukan satu kali dalam dua hari. Memberikan makanan yang bergizi bagia nak-anak sapi dari luka-luka akibat terkena benda lain, atau gigitan nyamuk, atau mengobati mereka dari cadingan. Masih banyak lagi kegiatan yang diperlukan untuk penggemukan sapi-sapi itu.

Kemudian kami melanjutkan perkunjungan ke rumah pemotongan sapi. Ini tentu adalah hasil akhir dari proses pemeliharaan yang panjang. Di sini kalender kerjanya sangat berbeda. Klaender kerjanya hanya memuat tanggal-tanggal penyembelihan ternak, petugas yang melakukannya, kapan dipotong dan kemudian diantar ke pasar untuk dijual.

Saya sangat tertegun mendengar pendapatnya itu. Dia bisa membedakan dengan jelas pekerjaan-pekerjaan memelihata anak-anak sapi yang sepertinya dilakukan penuh kasih dan kegiatan-kegiatan rumah pemotongan sapi yang sepertinya hanya ingin membunuh. Pendapat itu tentu hendaknya menggugah pikiran kita juga. Kita diberikan Tuhan kebebasan untuk memilih apakah kita ingin hidup dengan cara "penggemukan sapi" dengan kasih atau hidup ala" penjagal" yang dipenuhi hari-hari kekerasan, perkelahian, atau pekerjaan yang tak menentu lainya? Terapi firman Tuhan berkata kepada kita, "Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untukkehidupan dalam dosa, emlainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih" (Galatia 5:13)
 
50

Di Atas Menara​


Kira-kira 25 meter dari depan rumah saya berdiri sebuah tower milik telkom. Tingginya kira-kira 50-75 meter. Kami bersama tetangga sering berandai-andai, bagaimana kalau tiba-tiba menara tersebut ambruk. Yang pasti rumah manapun yang akan ditimpa pasti hancur lebur. Tentu saja perasaan takut selalu ada.

Tetapi anak-anak SMA di kota kami mempunyai perasaan yang sangat berbeda dengan kami, Sering kali para pelajar itu menaiki menara hingga ke puncaknya. Bhkan ada yang dengan santai duduk menikmati alam sekitarya yang indah. Tidak ada kesan tegang atau takut pada diri mereka. Ynag ada hanya tawa dan keceriaan.

Suatu hari, sata mereka telah turun, say berbincang-bincang dengan mereka. Saya bermaksud menasihati agar mereka jangan berbuat seperti itu, karena itu berbhaya. Salah seorang dari mereka menjelaskan bahwa mereka tidak takut. Untuk apa takut, sebab fondasi tower tersebut memang kuat. Bahkan kami bisa menikmati pemandangan, bisa melihat seluruh kota, hingga jauh menembus hutan-hutan, dan melihat anak-anak bermain di padang.

Walaupun akhirnya mereka menerima nasihat saya, tetapis aya kagum akan keberanian mereka. Di samping keberanian mereka yang memang untuk menaiki menara juga kemauan dan semangat mereka untuk menaiki menara itu, sehingga bisa menikmati keindahan alam di sekitarnya.

Orang-orang yang dekat keapda Tuhan hendaknya lebih berani, bahkan lebih berani lagi dibandingkan mereka yang terbiasa mendaki gunung, tebing, atau menara. Keberanian itulah yang dimiliki pemimpin Israel yang bernama Yosua. Pada mulanya dia takut menghadapi suku-suku sekitar yang sangat kuat seperti negeri Ai. Tetapi Allah mengatakan, "Janganlah takut dan janganlah tawar hati...Ketahuilah, Aku serahkan kepadamu raja negeri Ai, rakyatnya, kotanya dan negerinya" (Yosua 8:1). Kemudian keajaiban pun terjadi, negeri itu menjadi taklukan Irsael. Hanya kepada pemberani dan orang yang mengandalkan Tuhanlah tanda-tanda mujizat dan kemenangan senan tiasa terjadi.
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.