• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Setetes Embun

stanza

IndoForum Beginner E
No. Urut
44969
Sejak
31 Mei 2008
Pesan
441
Nilai reaksi
3
Poin
18
1

Bumi, Rumah Kita Bersama​


Dalam suatu cerita tentang kleinci, Paul Knitter mengutip tentang kehidupan dinosaurus. Suatu dunia (bumi) yang dihuni oelh bangsa dinosaurus dan seorang manusia serba bisa. Saat dunia sedang indah alami, dinosaurus tidur dengan nyenyak sekali karena sejuknya cuaca. Tetapi, dengan sikapnya yang serba bisa dan rakus sang manusia tidak puas dengan dunia yang didiaminya. Dia ingin mencari planet lain. Demi tujuan itu, ditebanginyalah pohon-pohon sampai gundul, dibunuhnya binatang-binatang untuk diambil tulangnya, digalinya perut bumi untuk disedot minyaknya. Dari semua bahan itu dibuatnya sebuah pesawat ruang angkasa. Kemudian di terbang dengan pesawatnya untuk menjelajahu angkasa mencari dunia yang lain. Setelah terbang begitu jauh, dia melihat ada planet dan dia ppun turut dari pesawatnya, tetapi planet itu tak lebih indah bahkan lebih buruk dibanding yang ditinggalkannya. Penjelasan diteruskan untuk mengunjungi planet-planet yang lain, tetapi tidak ditemukannya planet yang lebih baik daripada dunia yang telah jauh ditinggalkannya. Hingga suatu saat dia melihat sebuah planet yang indah.
"Ah...ini dia dunia impian yang kucari," pikirnya. "Di sana ada hamparan rumput menghijau, sungai yang mengalir jernih, burung-burung berkicau dan anak-anak kelinci yang sangat senang bermain, sungai yang mengalir jernih, burung-burung berkicau dan anak-anak kelinci yang dengan sangat senang bermain. Aku harus memiliki planet ini," pikirnya. Kemudian dia membuka pintu pesawat dan turun. Tetapi belum menginjak tanah, seekor mahkluk menghadangnya. Ternyata dia adalah dinosaurus dan dunia itu adalah buni yang dulu dirusak dan ditinggalkannya. Setelah ditinggalkannya, dinosaurus memperbaiki dunia tersebut. Kemudian terjadilah dialog berikut: Dinosaurus, beri aku tempat tinggal." "Tidak! Ini bukan kepunyaanku," dinosaurus menjawab dengan tegas. Manusia: "Hanya sedikit saja tanah atau hutan, sungai, danau atau sebatang pohon." "Tidak ini bukan kepunyaanku," dinosaurus kembali mengulangi pernyataannya tang pertama dengan wajah serius.
Manusia: "Maafkanlah aku, Saudaraku. Memang aku sangat bersalah merusak alam kita, tetapi aku berjanji untuk tidak merusaknya lagi."
Dinosaurus: "Kalau begitu kau memang berhak untuk turunm sebab ini bukan punyaku dan juga punyamu. Tetapi ini adalah milik kita bersama hingga kepada anak cucu kita."

Penggambaran cerita di atas membawa makna khusus bagi kita, bahwa sesungguhnya bumi yang kita huni ini adalah rumah kita bersama dengan seluruh manusia termasuk seluruh makhluk. Tetapi sangat sering manusia menlupakannya. Bahkan manusia sering kali menganggap dirinyalah penguasa tunggal. Padahal sebenarnya adalah penguasa yang culas, buas, dan keji. Bumi ini memang dipercayakan kepada manusia untuk dikelola dan dipelihata sebagaimana taman eden (bumi) menjadi tempat manusia (Kejadian 2:15)

Mengusahakan dan memelihata dalam bahasa Ibrani memakai kata abad dan shamar. Kedua kata ini dipakai sebagai bahasa ibadah yang menunjukkan tanggung jawab rasional manusia, terutama dalam konteks pelayanan dan pengabdian. Manusia diberi tanggung jawab untuk menjadi pengusaha dan pemelihara bumi (Matius 25:14-30). Memelihara dan menjaga menjadi ibadah kepada Tuhan yang empunya bumi.

Dalam kejadian 1:29 dikatakan, manusia diberi hak mengambil makanannya dari tumbuhan yang banyak tumbuh di bumi. Jadi, dari sana dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia berhak, tetapi hanya hak pakai atas sumber di bumi. Manusia tidak mempunyai hak milik, sebab yang mempunyai hak milik adalah Tuhan (Mazmur 24:1-2; Imamat 25:3). Jadi, sebagai konsekuensi hak pakai, manusia wajib memelihara alam supaya sumber-sumber di bumi tidak habis percuma. Oleh karena itu, manusia wajib mengalih generasikan alam ini sampai ke anak cucu dengan keadaan yang tetap terpelihara dengan baik.

Seluruh ciptaan mempunyai hak yang sama untuk mendiami bumi dan mendapatkan kehidupan untuk memanfaatkan dan dikelola secara khusus. Tidak pernah dikatakana bahwa bumi ini diciptakan hanya untuk orang kaya atau orang miskin saja. Juga tidak pernah dikatakan hanya untuk orang kulit putih atau yang berkulit hitam saja. Bumi ini adalah bumi kita bersama dan untuk generasi kita yang berikutnya.
 
2

Si Burung Kedasi​


Mungkin tidak banyak diantara kita mengenal burung kedasi. Sebenarnya burung ini tidak tak ubahnya seperti burung yang lain. Akan tetapi,perangainya sering membuat buurng yang lain kecewa. Bisa Anda bayangkan bahwa burung ini tidak pernah mengerami telurnya. Asal tiba waktu untuk bertelur, burung kedasi itu akan menari sarang burung lain yang sedang bertelur. Kemudian dia mengeluarkan telurnya yang hanya sebutir itu. Supaya burung yang punya sarang tidak curiga, dia akan memakan sebutir telur yang ditumpanginya termasuk kulitnya sekalian. Ternyata telurnya lebih cepat pula menetas. Setelah menetas, anak burng kedasi ini akan menerjang-nerjang dan menjatuhkan telur yang lain hingga berjatuhan. Hanya dialah sekarang yang diperhatikan induknya yang terheran-heran melihat perkembangan dan perilaku anak yang bukan anaknya tersebut.


Hingga disini kita perlu mempertanyaakna diri kita. Selaku orang Kristen, apakah kita bisa memberilan contoh kepada dunia bagaimana hidup yang sebenarnya? Tetapi, tidak mengherankan juga bahwa walaupun kita sebagai seorang Kristen agak sulit bagi kita untuk berbuat baik. Bahkan banyak juga orang Kristen yang terkenal sennag berkelahi dengan tetangga, senang bergosip - ngerumpi - sehingga kita membuat kehidupan orang lain tidak nyaman. Bahkan kita cenderng dianggap sebagai kutu yang membuat gatal atau seperti biang kerok yang membuat gara-gara. Akan tetapi, sesungguhnya kita harus mengerti bahwa kita sebenarnya bisa menjadi teladan. Tentu kita tidak seharusnya seperti induk kedasi atau anaknya yang berperangai sama buruk dan jeleknya. Dalam tindakan dan perbuatan-Nya, Yesus telah memberikan tladan kepada kita. Dia mengatakan, "Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti apa yang telah Kuperbuat kepadamu" (Yohanes 13:15)
 
3

Orang Mati Menelan Orang Hidup​


Pasti Anda heran membaca judul diatas bukan? Bagaimana mungkin orang yang telah mati menelan orang yang hidup? Tetapi judul di atas adalah benar.


Saya pernah membaca di media masa suatu berita tentang negeri Tirai Bambu, negeri Cina. Disana, peristiwa seperti yang dimaksud oleh judul di atas memang benar-benar terjadi. Kenapa? Karena di negeri Cina, kuburan dibangun begitu indah, dengan dihiasi marmer, dan ukiran-ukiran. Jika seluruh tanah yang dipakai untuk penguburan digabungkan, maka lebih dari seperempat jumlah penduduk Cina bisa hidup dengan baik. Apalagi biaya yang dipakai untuk membangunnya bisa dipakai untuk meningkatkan taraf hidup warga negara miskin di negeri itu.


Akan tetapi hingga sekarang kenyataannya tersebut masih berlangsung dan belum ada perubahan. Apakah tidak benar bila dikatakan bahwa sekarang ini banyak orang mati yang memakan orang hidup? Kenyataannya masih banyak orang yang terlibat dalam praktek seperti itu. Di daerah Batak misalnya, banyak suku/marga yang membangun tugu bagi orang yang telah meninggal dengan biaya puluhan juta rupiah, sementara di sekitarnya masih banyak rumah yang beratap rumbia dan penduduknya hidup susah. Sebagai orang Kristen, kita harus bertindak lebih bijaksana, apalagi kita mengakui bahwa tidak lebih baik dana yang begitu banyak itu dialihkan untuk aksi-aksi kemanusiaan, misalnya memberikan beasiswa, fasilitas umum, seperti rumah sakit.Karena jahatnya kematian tersebut, Yesusu sendiri lalu mengalahka kematian itu di kayu salib. Kematian adalah jahat, tetapi Yesus telah membangun hidup baru bagi kita, sehingga objek perhatian kita sebagai orang Kristen seharusnya bukan lagi ke belakang, ke kematian, melainkan tetap terarah pada kehidupan di depan. Itulah yang diharapkan Paulus ketika ia mengatakan, "Yang kuhendaki ialah mengenal penderitaan-Nya, dimana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati" (Filipi 3:10-11)
 
4

Pencarian Kitab Ilmu Silat​


Dalam cerita silat Cina, sepert cerita karya Ko Ping Ho, perebutan kitab berisi jurs-jurus silat yang mematikan senantiasa menjadi sumber perkelahian antar perguruan silat. Dalam satu cerita disebutkan, karena ada satu buku silat andal yang berisi jurus-jurus monyet, maka dengan tega, anggoota perguruan Naga Hitam menyuruh salah seorang muridnya mennyusup ke tempat perguruan yang menyimpan buku tersebut ketika ada pesta. Dia berhasil masuk ke dapur dan membubuhkan racun ke tampat arak.


Adegan selanjutnya adalah kematian begitu banyak manusia. Si penyusup tadi berhasil mengambil buku silat yang berisis jurus-jurus monyet tersebut.

Setelah membaca buku itu, saya jadi teringat akan Alkitab yang menghidupkan itu karena berisi Firman Tuhan yang menuntun dan memberikan kehidupan. Pertanyaan saya, mengapa kok banyak orang Kristen justru tertarik membaca kitab-kitab yang berisikan ilmu-ilmu hitam dan menyesatkan, seperti buku-buku cerita silat, kitab seribu tafsir mimpi, buku-buku porno, sementara Alkitab jarang dibaca?

Pernah saya menjumpai satu keluarga. Disama anak-anak bebas membaca buku apa saja, termasuk buku Ko Ping Ho, tetapi tidak diizinkan membaca Alkitab, dengan alasan bahwa anak-anak tidak boleh sembarangan menbaca Alkitab.

Begitu menyedihkan kalau ada di antara kita yang justru lebih gemar membaca buku-buku yang tidak mendatangkan kebaikan bagi kita. Paulus dapat suratnya kepada jemaat di Roma mengatakan bahwa Injil itu adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang percaya, sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah yang bertolak dari iman dan memimpin ke dalam iman (Roma 1:16-17)
 
5

Anjing Pemburu​


Bagi saudara-saudara kita yang hobi berburu,mereka sering mengandalkan kekuatan seekor anjing, karena penciuman anjing sangat tajam dan larinya pun kencang. Di daerah Kabupaten Dairi, anjing-anjing pemburu sangat nyata berbeda dengan anjing biasa. Setiap anjing pemburu ekornya dipenggal, dan yang ditinggalkannya hanya sekitar 10 sentimeter saja. Mula-mula hal itu menjadi pertanyaan yang sangat menarik bagi orang-orang yang baru datang ke daerah tersebut. Menurut masyarakat setempat, bagi bangsa anjing, ekor adalah salah satu keindahan yang perlu dijaga; sehingga anjing-anjing akan memberikan perhatian yang khusus pada ekornya. Adakalanya sewaktu berburu, tiba-tiba seekor anjing teringat akan ekornya, dan secepat itu juga dia melupakan buruannya. Dia takut kalau-kalau ekornya telah habis diterkam buruannya.


Mungkin kita bisa mengerti ilustrasi di atas dengan menghubungkannya pada kehidupan sehari-hari. Oleh rupa-rupa keindahan dan kemakmuran duniawi kita bisa melupakan tujuan hidup kita. Memang harta duniawi dan keindahannya bisa melumpuhkan iman percaya kita kepada Tuhan, seperti istri Lot. Tuhan telah mengingatkan supaya jangan lagi menengok ke belakang, kepada harta duniawi, tetapi menunjukkan pandangan ke tempat yang Tuhan katakan akan mereka capai. Pelanggaran tersebut mengakibatkan hilangnya kesempatan untuk hidup di dunia yang baru yang penuh dengan damai dan sukacita. Apa gunanya kita memperoleh seluruh dunia, kalau kita akan kehilangan nyawa? (Markus 8:36)
 
6

Antara Sauh dan Iman​


Sewaktu pulang dari pelayanan di Pulau Rupat (pulau ini didiami oleh suku Aki dan jauhnya lebih kurang 6 jam perjalanan dari Dumai dengan menggunakan perahu motor), kami mengalami gangguan angin laut yang kencang disertai hujan lebat. Saya melihat bahwa di tengah lautan tersebut, kapal sebesar apapun akan sangat kecil dan tak mempunyai kekuatana sama sekali untuk melawan kekuatan alam. Apalagi perahu motor yang kami tmpangi hanya berukuran 2 x 4 meter, sehingga sudah pasti kami mengalami ketakutan yang luar biasa. Terlebihbagi kami yang tinggal jauh dari laut, pengalaman itu tentunya sangat menakutkan. Apalagi setelah pengemudinya menjatuhkan sauh dan mematkan mesin kapal. Kami menganggap tindaka itu sebagai tindakan bunuh diri. Kapal kecil kami begitu saja dibawa oleh ombak berputar-putar. Setelah lebih dari satu jam, angin pun reda, dan hujan berhenti. Kapal dihidupkan dan perjalanan dilanjutkan.

Salah seorang daro rombongan kami bertanya, mengapa mesin dimatikan di tengah badai seperti itu? Pengemudi kapal itu dengan tenang menjelaskan, ketika badai tiba, dia telah mengetahui di mana sepatutnya menjatuhkan sauh kapal. Setelah itu tindakan yang teraman adalah mematikan mesin dan menambatkan kapal pada batu karang tempat sauh itu dijatuhkan.

Penjelasan tersebut menjadi pelajaran yang berharga bagi kami. Hal itu bukan hanya mengenai pelayaran di laut, melainkan juga pelayaran yang sesungguhnya di dalam kehidupan. Sering kali orang mengalami berbagai badai kehidupan dan tidak menambatkan biduk dan memasrahkan hidupnya pada Yesus - Batu Karang yag Sejati. Bahkan sebalikny, dia justru meronta dengan sekuat tenaganya untuk melawan badai yang tidak seimbang dengan kemampuannya. Akibatnya, dirinya jadi hilang. Penulis Kitab Ibrani mengatakan bahwa pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan hingga ke belakang tabir tempat Yesus telah masuk sebagai perintis bagi kita (Ibrani 6:19)
 
7

Kasih Mengalahkan Musuh​


Suatu ketika Nommensen, rasul orang Btak itu, dikepung oleh masyarakat setempat yang tidak senang kehadiran kekristenan di Tanah Batak. Mereka takut menggedor pintu dan masuk ke dalam rumahnya karena menurut kabar. Nommensen mempunyai sepucuk pistol. Jadi, yang bisa mereka perbuat adalah melempari rumahnya. Nommensen tidak pernah menyesal dan takut atas perilaku saudara-saudaranya yang masih kafir tersebut. Nommensen selalu berpikir bahwa Yesus sedang bekerja melalui apa pun demi tumbuhnya kekristenan di Tanah Batak.

Setelah lelah melempari rumah Nommensen, pada tengah malam mereka berhenti dan berunding bagaimana caranya memaksa agar Nommensen keluar dari dalam rumah. Ketika mereka masih berunding, mereka mulai mengantuk. Akhirnya, mereka semuanya tertidur di dekat rumah Nommensen. Tengah malam Nommensen keluar dan menyelimuti mereka satu per satu. Setelah mereka bangun pada pagi harinya, mereka merasa malu dan minta maaf kepada Nommensen. Mereka akhirnya menjadi Kristen yang produktif dan dinamis, yang merupakan cikal bakal kemenangan Injil di Tanah Batak. Kerendahan hati Nommensen telah menunjukkan kepada kita bahwa kerendahan hati dapat mengalahkan kekerasan sekalipum. Paulus mengatakan, "Hai saudara-saudara, memang kamu telah di panggil untuk merseka. Tetapi janganlah kamu mmepergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih...Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!" (Galatia 5:13-14)
 
8

Bill Gates dan Komputer​


Mungkin lebih dari separo penduduk dunia saat ini telah mengenal hasil ciptaan tokoh terkenal yang bernama Bill Gates. Karena jasanyalah kita mengenal komputer, yang kita pakai mengetik dan menyimpan data. Komputer hasil temuan Bill Gates-lah yang saya pakai untuk mengetik naskah ini. Saya membayangkan perangkat komputer tersebut mirip dengan urat saraf manusia yang merespons setiap hentakan jemari tangan kita di keyboardnya, kemudian mengakse data yang kita inginkan dengan udah. Pembutana komputer tersebut disepakati oleh para teknolog sebagai penemuan paling brilian di tahun 2000-an. Komputer Bill Gates telah memudahkan dan mengefisiensikan pekerjaan manusia. Dia menciptakan komputer yang dapat berpikir seperti manusia.

Kita kagum dengan karya Bill Gates tersebut, padahal dia juga adalah hasil dari ciptaan. Bagaimanan jika kita membayangkan Allah yang MAHAkuasa yang dapat menciptakan manusia? BUkankah itujauh lebih hebat daripada Bill Gates? Menurut seorang penafsir kata yang dipakai oleh penerjemah nuku Musa ke dalam kitab Septuaginta (Alkitab dalam bahasa Yunani) untuk mencipta (Kejadian 1:26) adalah poeama. Kata itu merupakan akar dari kata poem (puisi). Tuhan menciptakan manusia seperti seorang pengarang puisi yang berjiwa semi yang tinggi dalam menciptakan manusia yang penuh dengan keindahan dan kedasyatan. Kita tidak mampu membahayakan bagaimana manusia itu diciptakan oelh Tuhan.

Kendati demikian, sering terjadi bahwa manusia itu melupakan Tuhan. Perlu kita sadari, jika Bill Gates saja bisa dengan sesuka hati mengubah program komputernya , maka lebih dari itu, Allah dapat berbuat sesuka hati-Nya terhadap manusia ciptaan tangan-Nya itu,membangun dan meruntuhkan (Yeremia 18)
 
9

Nasib si Burung yang Pencemburu​


Ada dua ekor burung yang hidup bersama di satu hutan. Namun, salah satu dari burung tersebut tidak bisa terbang tinggi. Burung yang hanya mampu terbang di dahan yang rendah ini sangat cemburu melihat temannya yang bisa terbang dengan mudahnya ke puncak-puncak kayu yang tinggi untuk mencari makan. Kecemburuannya memuncak saat musim buah, sebab sudahbarang tentu yang bisa terbang lebih tinggilah yang paling mudah mendapatkan makanannya.

Suatu ketikka, datanglah seorang pemburu dengan membawa panahnya. Pembruru ini telah lama mengetahui kecemburuan burung yang hanya bisa terbang rendah tersebut. Dia tidak memanah burung yang pencemburu itu. Konon katanya, untuk melesatkan anak panahnya dia memakai bulu burung pula. Pemburu ini memang sengaja tidak membidikkan dengan tepat anak panahnya ke arah burung yang berada di puncak kayu yang tinggi itu.

Setelah beberapa kali dia melepaskan panahnya, dia pu pura-pura mau pulang. "Lho, kenapa cepat pulang. Pak Pemburu?" tanya burung pencemburu itu. "Aku sudah kehabisan bulu untuk menembakkan anak panahku," jawab pemburu. Sesaat kemudian si burung pencemburuitu memberikan satu helai bulunya untuk ditembakkan. Tetapi itu tidak cukup, pemburu meminta helai demi helai hingga akhirnya, karena tidak mempunyai bulu lagi, burung yang pencemburu itu jatuh. Memang itulah tujuang dari pemburu tersebut agar dia mendapatkan burung yang gemuk dan enak dipanggang.

Sebagai manusia kita sering dikuasai oleh nafsu dan hati yang cemburu. Bahkan kita sering tidak mampu mengontrolnya. Namun, kita lupa jika kecemburuan tersebut merupakan kekuatan iblis yang ingin menjarah dan menaklukkan kita. Yakobus mengatakan, "Sebab di manan ada iri hati dan memetingkan diri sendiri disitu ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat" (Yakobus 3:16). Untuk itu, marilah kita lebih bijaksana lagi, hidup dengan damai, ramah, dan penuh belas kasihan.
 
10

Ayam yang Menang Berlaga​


Ada cerita rakyat yang melukiskan tentang ayam jago yang sombong. Dia sangat disayangi oleh pemiliknya,karena ia jago aduan. Dari desa ke desa ayam itu telah menaklukkan ayam-ayam jago aduan lainnya. Hingga suatu saat, dia diadu lagi oleh tuannya. Inilah ayam jago terakhir yang belum dia kalahkan. Setelah sekian lama berlaga, ayam ini tak mengenal lelah. Walaupun kepalanya telah berdarah, ayam ini masih mampu memberikan perlawanan yang hebat. Hingga suatu saat, dengan kekuatan yang tangguh dia menerjang lawannya. Lawannya pun terjerembab dan mati. Setelah mematikan lawannya itu, sepertinya dia tahu bahwa semua telah bisa dikalahkannya. Dia tidakmau ditangkap oleh pemiliknya. Bahkan sebaliknya dia melompat ke sotoh rumah yang sangat tinggi. Di sana dia berkokok berulang-ulang dan mengepak-negpakkan sayapnya menunjukkan kehebatannya. Ayam itu seperti memproklamirkan dirinya sebagai juara yang tak terkalahkan, penguasa yang hebat. Tetapi ternyata suaranya yang nyaring itu mengundang seekor elang yang besar dab sedang kelaparan. Tiba-tiba saja elang yag perkasa tersebut menyergap ayam yang sedang dimabuk kemenangan itu, dan membawa sang jago ke sarangnya untuk dimakan bersama dengan anak-anaknya.

Kesombongan-kesombongan akibat dari kehebatan, kesuksesan, kekayaan, dan rupa-rupa kehebatan lainnya sering membuat kita lupa daratan. Kita tidak sadar bahwa ada bahaya ang lebih besar yang sedang mengintai kita. Dengan keadaan sedemikian sesungguhnya kita telah dihantui oleh egoisme. Kita merasa aman tenteram karena kehebatan kita. Harta kekayaan, kuasa, atau jabatan sepertinya telah menjadi pertahanan yang hebat, padahal saat itulah iblis mulai mengincar kita. Dialah kemudian yang menghancurkan kehidupan kita dan membuat kita menjadi tawanan. Jika kita telah ditaklukkan ileh dosa, maka upah kita adalah maut. Tetapi di dalam Yesus kita dapat menerima kehidupan itu sebagai anugerah (Roma 6:23)
 
11

Air Bening dari Batu​


Anda mungkin sering melihat air yang mengalir turun dari lereng gunung yang tinggi,d an jatuh di atas batu yang berada di bawahnya. Air tersebut pasti masih segar walaupun telah beberapa puluh kali jatuh, seperti yang kita lihat pada air terjun. Mungkin karena air tersebut tidak lagi jatuh dan mengalir. Dia berhenti di satu kubangan kecil. Kemudian akan terjadi proses yang sungguh berbeda. Nyamuk-nyamuk akan menjadikan temoat tersebut untuk bertelur. Akhirnya temoat itu dipenuhijentik-jentik. Demikian juga binatang lain, seperti katak akan membuat tempat tersebut untuk bertelur; sehingga air akan bau dan kotor.

Adakalanya kehidupan kita juga demikian. Kehidupan yang penuh tantangan sering kali justru membawa kesegaran iman bagikita. Dalam situasi yang penuh tantangan kita bisa mendekatkan diri kepada Tuha. Tetapi, ketika keadaan kita aman, tenteram, maka waspadalah kita. Boleh jadi kita akan melupakan Tuhan. Hal itulah yang dikhawatirkam JOsua, setelah Allah membagikan seluruh tanah yang mereka duduki kepada suku-suku Israel. Josua khawatir bangsa yang tegar tengkuk tersebut tidak lagi mengingat mereka. Dalam cerita pembaruan perjanjian di Sikhem, Josua sengaja menceritakan seluruh perbuatan Allah kepada mereka, walaupun mereka sendiri turut dalam melakukan kehendak Tuhan. Josua menegaskan agar mereka takut akan Tuhan, dan beribadah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia, dan menjauhkan ilah-ilah lain yang dulu disembah oleh nenek moyang Israel (Yosua 24:14)
 
12

Kepiding di Kantong Mantel​


Ketika masih anak-anak, saya memiliki sebuah mantel yang dibelikan oleh bapak. Bertahun-tahun lamanya mantel ini menjadi semacam selimut yang hangat bagi saya sewaktu itdur.

Dulu saya sering tidur di rumah teman. Hal ini adalah kebiasaan kami. Akan tetapi, dimana pun saya tidur selalu saja ada yang membuat tidur saya tidak nyaman. Selalu ada kepinding yang menggigit saya ketika tidur. Paginya sepulang dari tempat itu, saya selalu menceritakan bahwa di rumah si A tiduenya nggak enak. "Lho kenapa?" tanya ibu. "Ya, di situ terlalu banyak kepiding," jawabku. Demikian juga ketika ke rumah teman yang lain saya mengalami hal yang sama dan pasti saya beritahu bahwa di rumah teman tersebut tidak enak tidur karena banyak kepiding.

Akhirnya ibu pun curiga. Kenapa kemana saja saya ini tidur selalu ada kepiding yang menggigitku. Kemudian ibu memeriksa mantel kesayangan saya itu. Ternyata kantung mantel saya penuh dengan kepiding. Kepiding tersebut telah membangun sarangnya di dalam kantong mantel kesayangan itu. Kepiding itulah yang menjalar di sekujur tubuh saya dan menggigitku setiap malam ke mana dan di mana pun saya tidur.

Sering kali saya menyesal karena menyalahkan rumah kawan saya penuh dengan kepiding, padahal sayalah yang membawa-bawa kepiding itu. Saya sering berpikir bahwa manusia juga sering berasa di pihak yang sama dengan saya. Dia sering mempermasalahkan irang-orang du sekitarnya dengan mengatakan bahwa orang itu tidak baik, atau tidak senang betetangga, padahal orang tersebut mngkin sudah pernah memberikan bantuan kepadanya sementara dia sendiri tidak pernah mengoreksi dirinya. Sumber konflik bertetangga justru sering datang dari diri kita sendiri. Bahkan sering tidak kita sadari bahwa kita telah menjadi sarang kekuasaan, ketidakbenaran, bahkan dosa-dosa.

Paulus, di dalam suratnya kepada Timotius, dengan jelas mengatakan agar Timotius pertama-tama menaikkan permohonan, doa syafaat,d an ucapan syukur untuk semua orang (1 Timotius 2:1), kemudian dinasihatkan juga agar jangan seorang pun menganggap rendah karena Timotius masih muda. Jadilah teladanbagi orang-orang percaya, dalam perkataan, dalam tingkah laku,dalam kasih, dalam kesetiaan dan kesucian (1 Timotius 4:12)
 
13

Air Pemutar Turbin​


Beberapa waktu yang lalu kami mengadakan pemeriksaan tentang lingkungan sebuah PLTA di daerah kami. Kebetulan kawan-kawan yang datang dari daerah lain adalah parapecinta lingkungan,s ehingga walaupun begitu melelahkan, rasanya kami sangat senang.

Ada satu pelajaran yang sangat berharga bagi kami ketika itu. Kami melihat bahwa air itu berasal dari gunung sehingga sungai pemutar turbin PLTA tersebut belum layak disebut sungai, karena masih terlalu kecil. Awalnya di gunung air itu hanyalah merupakan anak sungai yang sangat kecil. Tetapi, tidak jauh dari sana muncul pula sungai atau kali kecil yang menghubungkan alirannya dengan kali yang pertama sehingga sungai kecil tersebut semakin besar. Tidak berapa jauh dari sana tampak pula sungai kecil yang bersambung ke sungai pertama, hingga sungai tersebut menjadi besar. Bahkan setelah kami hitung ada sebelas anak sungai yang bersatu hingga menjadi danau buatan. Danau buatan tersebut direncanakan akan memutar turbin yang akan mengahasilkan arus listrik yang sangat besar kekuatannya,dan akhirnya sungai tersebut akan bermuara di Danau Toba yang indah, sehingga lestari, dan ikan-ikan disana bisa hidup dari hasil tangkapannya. Di pinggir sugai itu dibangun rumah-rumah penduduk, karena tidak perlu khawatir akan air minum sebagai kebutuhan sehari-hari.

Bisakah kita bayangkan bagaimana besarnya tenaga kita jika kita bersatu? Misalna jika kasih yang telah Yesus ajarkan kita satukan, apakah hal itu tidak menjadi kekuatan yang sangat dasyat untuk memberikan kesejukan dan kehidupan bagi dunia ini? Yesus pernah berkata agar hendaklah gereja bisa bersatu (Yohanes 17), tetapi kenyataannya yang terjadi justru perbedaan-perbedaan. Penampilan yang berbeda-beda itu membuat gereja tidak bisa menjadi kekuatan yang menghidupkan bagi manusia dimuka bumi ini. KItalah anak sungai yang memberikan kehidupan bagi dunia ini.
 
14

Aku Adalah Orang yang Behutang​


Paulus, salah seorang yang merasa bahwa dirinya adalah orang yang paling berhutang bagi kerajaan Tuhan. Di Indonesia ungkapan itu merupakan falsafah hidup T.B. Simatupang. Bahkan pada monumennya yang megah di Sidikalang-Dairi, ukiran kata-kata itu memberikan makna bagi monumen tersebut. Apalagi monumen tersebut dikhususkan untuk mengenang bapak bangsa yang tidak pernah lupa bahwa dirinya berhutang dalam menyampaikan kabar kesukaan, yaitu Firman Tuhan, setiap saatdan di setiap kesempatan sepanjang hidupnya.

Suatu ketika beliau bertemu dengan pendeta dari daerah Karo, Pdt. Musa Sinulingga. Satu hal yang dia tanyakan kepada pendeta tersebut adalah, "Sudah bagaimana Bapak Selamat Ginting, apakah beliau sudah dibaptis?" Kemudian Bapak Sinulingga berkata, "Belum." "Yah memang sudah ya," lanjut Pak Simatupang sambil termenung sesaat, kemudian ia melanjutkan, "Tapi itu adalah adalah utang Anda yang harus Anda bayar." Menurut Musa Sinulingga, ketika Bapak Simatupang mengatakan "hutang", sepertinya ada kekuatan yang membuat kata-kata tersebut begitu menyentuh. Mendengar kata-kata tersebut, Bapak Sinulingga merasa berhutang kepada Tuhan, yakni hutang yang harus dibayar. Kemudian Gereja Karo menbayarnya, sebab pada akhirnya Pak Brigjen Selamat Ginting dimenangkan.

Pertanyaannya sekarang adalah apakah kita masih merasa bahwa kita adalah orang yang berhutang kepada Tuhan dan kita harus membayarnya? Untuk membayar hutang itu kita harus terhisap di dalam rencana-rencana Allah demi menyelamatkan manusia. Hal itu tidak mudah, tetapi itu harus kita bayar, seperti Paulus berkata bahwa kewajiban itu harus dia bayar kepada segala bangsa (Roma 1:14)
 
15

Lukisan Alan Grant​


Dalam lembaran sebuah kalender tahun 1996, saya menemukan sebuah lukisan haeil karya Alan Grant. Di dalam lukisan tersebut kita bisa menemukan gambaran yang begitu menyejukkan hati, yaitu sebuah tangan yang terbuka. Di luar lukisan tangan terlihat sinar yang menurut saya, menunjukkan keberadaan Allah. Sinar tersebut dilukiskan dengan warna cerah nan lembut. Namun, rasanya lukisan itu kurang sempurna tanpa kata-kata yang tertera dalam telapak tangan tersebut, yang berbunyi demikian, "Lihatlah, Aku tidak akan pernah melupakanmu. Aku telah mengukir engkau di telapak tangan-Ku." Kata-kata tersebut merupakan kalimat dari ungkapan penyertaan Tuhan bagi Israel dalam Yesaya 49:15-16.

Ada semacam keteduhan jika mengingat konteks kehidupan kita di hadapan Tuhan yang sangat mengasihi kita. Di tengah dunia yang senantiasa berubah-ubah ini, yang jahat dan penuh persoalan, serta yang tidak menjajikan kebahagiaan, terkadang manusia hidup tanpa pegangan. Adakalanya kita merasahampa karena semuanya seolah-olah telah melupakan kita. Sebagai orangtua yang jauh dari anak-anak kita juga sering merasakan bahwa mereka telah sibuk dengan dirinya dan keluarganya, serta melupakan kita sebagai orangtua yang melahirkan, mengasuh dan membesarkannya. Hanya satu yang kita harapkan, Tuhan menyerta dan melindungi kita dengan kasih-Nya. Ternyata kita tidak bertepuk sebelah tangan, sebab seperti lukisan Alan Grant, Tuhan tidak pernah melupakan kita. Bahkan Tuhan menyerukan, "Sebab biarpun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang, tetapi kasih setia-Ku tidak akan beranjak dari padamu, dan perjanjian damai-Ku tidak anak bergoyang (Yesaya 54:10)
 
16

Pengalaman dari Cibit​


Di kampung kami ada sejenis binatang air yang bernama cibit, yang hidup di lumpur atau air kotor. Konon ada 50 ekor cibit yang menempati sbuah kubangan yang kotor. Dari kubangan itu ada sepotong ranting kayu yang terjulur hingga ke luar kubangan tersebut. Anehnya, setiap 10 hari salah seekor salah seekor dari cibit itu selalu memanjat ranting tersebut dan tidak pernah kembali. Setelah berulang-ulang terjadi, kepala rombongan dari para cibit itu berkata, "Saudara-saudara, perlu kita ingat bahwa tempat ini adalah kampung halaman dan tempat tinggal kita yang melewati ranting ini tidak boleh kembali? Jika ditanya, jawabnya adalah mereka melupakan daerah kita yang indah dan penuh kebahagiaan ini. untuk itu saya mohon agar kita yang tinggal di sini, seandainya suatu saat kalian memanjat ranting tersebut, ingatlah untuk kembali." Demikian pidato sang kepala para cibit.

Suatu saat tibalah giliran sang kepala berangkat melewati ranting tersebut. Selama berhari-hari dia tidur saja di ranting tersebut. Hingga suatu saat dia merasakan ada pertumbuhan di badannya yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Dari punggungnya keluar sepasang sayap yang indah. Kulitnyapun berubah, tidak lagi hitam, tetapi telah berwarna warni. Pada saatnya ada semacam kekuatan yang tak terlukiskan yang memenuhi dirinya, dan kekuatan tersebut mendorongnya untuk mencoba keampuhan sayap-sayapnya. Ternyata dia bisa terbang. Dia bisa hinggap dari pucuk kayu yang satu ke pucuk kayu yang lain. Dia kemudian melihat dunia puspawarna yang sangat indah. Kehidupannya telah berubah, bukan lagi di kubangan yang busuk dan berbau, tetapi di dunia yang indah dan molek. Dia telah berubah dari cibit menjadi seekor capung yang terbang meliuk-liukkan tubuhnya yang indah di udara dan pucuk kayu di sekitarnya. Dia pun berpikir, patutlah kawan-kawan kami yang duluan pergi tidak pernah mau kembali, sebab duniaku sekarang jauh lebih indah dibandingkan duniaku yang lama, yang penuh dengan lumpur dan air busuk.

Tentu kita bisa menarik pelajaran dari hidup cibit di atas. Adakalanya selaku manusia yang hidup di dunia ini kita lebih mencintai dunia ini dengan segala kebobrokan dan kebusukannya. Kita lupa dengan dunia yang baru yang penuh keindahan, yang telah dipersiapkan Tuhan bagi orang percaya. Dalam 2 Korintus 5:1-5, Paulus mengatakan bahwa jika kemah merupakan tempat kediaman kita di bumi ini, maka Allah telah menyediakan suatu temoat kediaman di surga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal yang tidka dibuat oleh tangan manusia, tetapi yang dipersiapkan Allah.

Tempat itulah yang disebut Yohanes dalam Wahyu 21:4, suatu tempat dimana "Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita sebab segala sesuatu yang lama telah berlalu." Janganlah kita hanya menatap dunoa ini, tetapi marilah mempersiapkan diri kita untukmenikmati surga yang baka yang telah Tuhan persiapkan bagi orang yang percaya kepada-Nya.
 
17

Mementingkan Diri Sendiri
(Dongeng dari India)​


Seorang dewa sedang menatap ke tengah kolam sengsara, neraka, yang membakar para pendosa di masa hidupnya. Serta merta sang dewa melihat seorang sahabat akrabnya. Wah, ternyata dia telah menjadi penghuni neraka ini, seru sang dewa. Memang tidak ada yang baik yang dia lakukan semasa hidupnya,pikir dewa tadi. Lama dia termenung hingga dia mengingat sesautu. Oh, pikir dewa itu, dia pernah sekali berbuat kebaikan, dia pernah menolong seekor laba-laba yang hampir tenggelam. Kemudian dewa itu memanggil laba-laba untuk mengulurkan jaringnya untuk membantu si pendosa tadi. Setelah mengulurkan jaringnya, mulailah orang berdosa itu berpegangan, dan kemudian laba-laba itu menariknya ke atas. Tetapi pendosa-pendosa yang lain juga turut bergantungan di jaring tersebut untuk mencari selamat. Kemudian si pendosa tadi berpikir, jika ada orang lain bergantungan di jaring halus ini,maka pastilah jaring ini tidak bisa menahan berat mereka semuanya. Setelah itu dia berkata, "Hei, jaring itu diperuntukkan bagiku! Kenapa kalian ikut bergantungan?" Kemudian jaring tadi pun putus.

Cerita tadi diakhiri, dengan kesimpulan, bukan karena banyaknya orang yang bergelnatungan di jaring itu yang menyebabkan putus, melainkan karena sikap pendosa tadi yang tidak pernah meninggalkan sikap keegoisannya yang hanya ingin menang sendiri, atau hanya mementingkan diri sendiri, dan tidak bersedia berkorban untuk sesamanya.

Jika kita melihat kehidupan kita,sering kita tidak bisa bersikap toleran terhadap sesama kita. Pikiran kita senantiasa dipenuhi oleh keinginan daging, seperti mementingkand iri sendiri, dan tidak peduli terhadap sesama. Yesus sendiri telah memberikan contoh kepada kita. Dia rela memngorbankan diri-Nya hingga mati di kayu salib demi keselamatan manusia. Apakah sebagai orang beriman kita telah meniru teladan-Nya? Yohanes mengatakan, "Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita. Barangsiapamempunyai harta duniawi danmelihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?" (1 Yohanes 3:16-17)
 
18

Terowongan​


Ketika saya melayani di salah satu gereja dekat PLTA Inalum, saya diajak oleh anggota jemaat yang sebagian besar bekerja disana, berkunjung ke lokasi tersebut. Saya melihat kubah di bawah tanah yangg dipenuhi lampu yang indah, tak ubahnya bagai sebuah kota. Di sanalah mereka bekerja siang dan malam demi kehidupan anak-anak dan keluarganya. Kemudian saya juga diajak melihat terowongan yang menjadi saluran air yang sangat panjang. Air itulah yang memutar turbin untuk menghasilkan tenaga listrik. Ketika melihat begitu besarnya volume air sungai yang bisa ditelan oleh terowongan tersebut, saya menjadi ngeri, bahkan salah seorang teman langsung mengajak saya pulang karena jantungnya seakan mau copot melihat terowongan yang dasyat itu.

Saya tahu bahwa itu adalah peristiwa alam yang diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya yang tak pernah tercuku[i. Sebab, untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga listrik dan tambang timahlah, maka semuanya itu diciptakan.

Akan tetapi lebih dari itu terowongan kebutuhan manusia jauh lebih dahsyat bahayanya dibandingankan dengan terowongan saluran air tersebut. Kebutuhan manusia tidak pernah bisa terpenuhi. Manusia butuh harta, makanan ,kesenangan, kuasa, kemasyhuran, dan lain-lain. Hal itulah yang menjadi perhatiannya setiap waktu,sehingga dia terlelap dan tersesat, tetapi hatinya tetap hampa dan ingin terus menerus dipenuhi. Walaupun dia telah menimbun harta, dia tidak puas jika tidak bisa mempersiapkan harta bagi anak cucunya hingga tujuh turunan. Untuk itu dia berani menempuh segala cara demi kepuasan hatinya.

Mengingat hal itu semua, Salomo pernah menyimpulkan bahwa hati yang hampa bagaikan "sesuatu yang sia-sia dan usaha menjaring angin" (Pengkhotbah 2:17), dan akhirnya dia sadar bahwa kepuasan hanya dapat ditemukan pada pengenalan dan hidup bagi Allah (Pengkhotbah 12:13)
 
19

Latihan Tempur​


Di salah satu barak militer dekat Danau Toba ada tertulis pada pamflet besar, "Lebih baik mandi keringat waktu latihan daripada mandi darah waktu bertempur." Lokasi tersebut memang tempat latihan tempur yang dipakai pasukan TNI.
Membaca teks tersebut ada semangay heroik yang perlahan-lahan menjalari nurani kita. Apalagi pada kata darah, catnya juga sengaja diwarnai dengan warna darah. Hal ini tentu mengingatkan kita bagaimana seorang pejuang bermandikan darah, bahkan mati demi sebuah misi.

Pasukan militer memang merupakan alat pertahanan bagi negara, dan mereka harus senan tiasa teruji dan terlatih. Kalau tidak dipersiapkan dengan latihan yang berat, dengan strategi, bahkan unsur-unsur lain berupa pengenalan daerah lawan, dan peta kekuatan personal lawan, maka di medan pertempuran mereka akan menderita kekalahan, mandi darah, bahkan gugur. Dengan latihan berat, disiplin, dan jeli dalam memahami strategi lawan, mereka akan dapat mengimbangi kekuatan lawan, bahkan memenangkan pertempuran itu. Tidak jarang kita menonton sepasukan militer terperangkap dalam strategi lawan sehingga mereka kalah. Jadi, mempersiapkan diri dengan latihan yang keras adalah prosedur yang tak dapat ditawar-tawra lagi.

Sama halnya dengan iman Kristen, kita juga akan sedang berhadapan dengan kekuatan iblis dan dunia. Iblis juga memiliki strategi-strategi dan tipu muslihat jahat dan sulit kita perhitungkan, yang tujuannya adalah untuk mengrongrong kemanusiaan kita agar kita binasa. Lihatlah betapa liciknya Iblis tersebut menghancurkan kehidupan Adam dan Hawa, ataupun Sodom dan Gomora.

Untuk menghadapi taktik dan kekuatan Iblis itu, kita harus melatih diri kita dengan disiplin tinggi. Untuk itu kita harus kuat dalam Tuhan, dan harus berlatih serta mahir dalam perlengkapan perang, yakni senjata Allah, supaya kita dapat bertahan dan memenangkan perlawanan dengan Iblis tersebut (Efesus 6:10-20)
 
20

Penangkal yang Melemah​


Anda tentu mengenal antibiotik, yaitu semacm obat yang dapat dipakai sebagai penangkal untuk mematikan kuman-kuman penyakit. Sejak antibiotik ditemukan oleh A. Fleming, dokter-dokter pun merasa aman karena sejumlah kuman penyakit dapat dikontrol dan dimatikan. Akan tetapi, pernahkah Anda mendengar bahwa daya resistensi penyakit terhadap antibiotik semakin kuat? Hal itiu telah menjadi hasil penelitian yang akurat melalui pengamatan para dokter. Untuk itu, WHO (badan dunia yang mengurus masalah kesehatan) bekerja sama denga pusat oengendalian dan pencegahan penyakut du Ameruka Serikat (Center of Desease Control and Prevention), pada 12 Juni 2000 silam telah membuat siaran pers yang berjudul Resistensi Obat Mengancam Kemajuan di Bidang Kedokteran.

Pernyataan itu sangat mudah dipahami, misalnya dengan mengambil contoh penyakit TBC. Penyakit ini biasanya dapat disembuhkan dengan obat antibiotik tertentu, dengan dosis dan waktu yang terjangkau.Tetapi, penanganan penyakit tersebut sekarang harus diformulasi lagi dengan benruk dan padanana antibiotik yang baru. Jika tidak bisa saja antibiotik tersebut justru semakin menyuburkan perkembangan penyakit yang bersangkutan, karena resistensi tersebut telah memberikan kekebalan terhadap kuman itu.

Akan tetapi, sesungguhnya ada juga penyakit yang lebih kuat dibandingkan antibiotik yang ada, yakni penyakit rohani karena serangan-serangan Iblis dan kekuatan dunia yang setiap saat semakin kuat dan kejam. Kekuatan penyakit tersebut tak ubahnya seperti sel kanker yang berkembang secara perlahan, tetapi pasti menggerogoti organ-organ tubuh kita. Kita bisa melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana perjudian, pemerkosaan, pembunuhan, penggunaan narkoba, dan yang lain-lain, membuat kita prihatin bahkan merasa ketakutan.

Akan tetapi, obat yang paling kuat untuk mengatasinya adalah dengan melipatgandakan pendekatan kita kepada Tuhan dan memohon kekuatan kepada-Nya. Hanya dengan iman percaya kita kepada Yesus, maka semua penyakit dapat disembuhkan. Dengan melipatgandakan kepercayaan kita, kita akan mam pu mengalahkan kekuatan penyakit dosa dan duniawi yang merongrong kita. "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut; sekalipun ribut dan berbuih airnya, sekalipun gunung-gunung goyang oleh geloranya" (Mazmur 46:2-4)
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.