• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Setetes Embun

21

Sandhu Sundar Singh​


Suatu ketika Sandhu Sundar Singh, pekabar Injil yang termasyur itu, mengadakan perjalanan ke daerah Tibet. Tentu saja dia harus melewati daerah Himalaya yang bersalju. Setelah jauh berjalan, mulailah dia memasuki daerah bersalju, dan dia kedinginan.

Tak berapa jauh berjalan dia menemukan seorang yang sakit dan tak mampu berjalan karena kedinginan. Dia berhenti dan berencanan menolong orang itu, tetapi waktu dia berpikir-pikir mau membantu, lewat jugalah seorang pejalan kaki. Sandhu kemudian memintanya supaya turut mengangkat ornag sakit itu. Akan tetapi, si pejalan kaki tadi tidak mau memberati dirinya dengan beban di perjalannya. Di samping itu, dia juga keberatan karena hal itu akan memperlambat rencananya yang haru tiba dengan cepat di Tibet. Tetapi Sadhu tidak membiarkan orang tersebut mati begitu saja di tengah jalan. Dia berpikir dan berusaha sebatas kemampuannya untuk membantu.Dia menaikkan orang itu ke punggungnya dan mulai berjalan beberapa kilometer jauhnya.

Pejalan kaki tadi ternyata juga sudah tidak mampu berjalan karena sakit. Waktu Sadhu dan yang sakit yang dipanggulnya itu melewatinya, dia mengeluh dan minta tolong. Tetapi Sadhu tak mungkin memanggul dua orang sekaligus. Maka dengan terpaksa ia membiarkan orang itu dan meninggalkannya di jalan.

Karena beban yang dipanggul Sadhu berat, dia tidak kedinginan, tetapijustru berkeringat. Sedangkan orang yang digendongnya tadi, karena pengaruh panas yang berasal dari tubuh Sadhu, akhirnya juga menjadi sehat dan bisa berjalan bersama sampai mereka di Tibet.

Sesungguhnya banyak diantara kita yang tidak bisa bertindak seperti yang dilakukan oleh Sadhu Sudar Singh saat melihat penderitaan orang lain. Kita jsutru lebih sering menghitung untuk rugi dari apa yang kita bisa perbuat, tanpa pernah berpikir bagaimanan kita bisa menyelamatkann saudara kita itu dari penderitaannya. Melalui cerita Sadhu tadi sebenarnya kita dapat melihat bahwa orng, yang memberikan perhatian dan kasihnya bgi sesamanya, ternyata tidak akan kehilangan apa-apa. Bahkan dia juga akhirnya sampai di tujuannya.

Jika dia tidak memanggul orang sakit yang dilihatnya pertama kali itu, mungkin saja dia kana mengalami keadaan yang sama dengan pejalan kaki yang melewati mereka tadi. Mati dan tinggal di jalan karena lebih mengutamakan kepentingannya sendiriDi sini kkkita juha melihat contoh yang diperbuat Yesus Kristus. Dia adalah Tuhan yang rela meninggalkan ke-Allah-an-Nya dan mati demi keselamatan kita. Oleh karena itu, Allah meninggalkan Dia menjadi TUhan dan semua lidah mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan (Filipi 2:5-11)

Di sini juga kita bisa mengerti tentang apa yang dikatakan Yesus, bahwa "Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku(Tuhan), ia akan memperolehnya" (Matius 10:39)
 
22

Pencuri Anjing​


Suatu malam secara tidak sengaja saya melihat pencuri anjing beraksi di lingkungan kami. Memang telah sering sering tetangga-tetangga kami kehilangan anjing, padajal anjing tersebut sebenarnya galak dabverani mengejar orang. Tetapi ternyata pencuri itu sangat licik dan mampu memanfaatkan kelemahan anjing.

Pada pucuk sebuah gada yang panjang si pencuri memasang jerat berupa lingkaran kawat seperti bekas tali kelos pada kereta. Kemudian dengan gada tersebut mereka mendekati anjing dan mengarahkan lingkaran tersebut. Karena marahnya, si anjing tidak peduli. Anjing tersebut tidak sadar bahwa kemarahan dan dorongan yang dimilikinya telah dipergunakan pencuri untuk memperdaya dirinya. Tiba-tiba pencuri itu menarik gadanya dan mengangkatnya, dan dengan mudah pula mereka memasukkannya ke dalam goni yang telah dipersipakan sebelumnya.

Kelicikan seperti itu sering dipakai oelh iblis untuk mengalahkan manusia. Iblis tahu persis bahwa manusia memiliki sifat-sifat yang sering tidak bisa dikontrol. Kesempatan tersebut tidak pernah disia-siakannya dan membuat kita menjadi tawanan iblis. Misalnya, Iblis tahu pasti bahwa kita suka marah, gelisah, khawatir, dan sebagainya. Hal itu bisa dipakai oleh Iblis sebagai alat yang ampuh menjerat kita. Paulus sering mengatakan supaya kita selalu berhati-hati terutama terhadap pekerja-pekerja jahat dan ajaran-ajaran yang berisi kebohongan yang bisa menawan kita (Filipi 3:2; Kolose 2:8)
 
23

Kucing dan Anjing​


Suatu ketika sepasang suami istri datamh kepada seorang pendeta sehubungan dengan perselisihan mereka. Sudah lama pak pendeta menasihati mereka,tetapi tidak ada tanda-tanda bahwa mereka mau berdamai. Bahkan sebaliknya. mereka selalu saling tuding. Tiba-tiba si pendeta ,elihat di dekatnya anjing dan kucing tidur berdekatan. Kemudian pendeta tadi langsung mengatakan: "Coba liihat anjing dan kucingku ini. Mereka saja bisa berdamai." Kemudian sang suami menyela, "Ya benar, Pak Pendeta. Tetapi cobalah keduanya diikat dalam satu tali, mereka pasti akan berkelahi."

Ada suatu kekhawatiran di kalangan anak muda sekarang ini, bahwa ikatan perkawinan justru menghancurkan kasih yang ada di antara mereka. Perkawinan justru membuat mereka seperti kucing dan ajing. Tetapi apakah memang demikian? Saya rasa tidak. Ikatan perkawinan adalah ikatan yang indah, yang telah isatukan Allah. Sama seperti taman bunga yang indah, demikianlah hendaknya perkawinan perlu disirami pada waktu kemarau, ayau di pupuk dan disiangi. Jadi, yang perlu dijaga adalah bagaimanan supaya mereka senan t8iasa saling mengasihi dan menghargai.

Seperti ada tertulis, "Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan" (Efesusu 5:22). Pendeta tadi mengatakan bahwa istri harus tunduk, tetapi bukan untuk menanduk, dan suami yang melihat istrinya menunduk kemudian tidak akan men-smes-nya, seperti yang dilakukan oleh pemain bulu tangkis. Tunduk di sini berarti bahwa mereka senantiasa saling mengasihi dan menghargai.
 
24

Kaulah yang Paling Indah​


Konon, ketika raja Persia,Koresy, akan memulangkan orang Israel dari Babel, dia memanggil seorang raja Isreal. Setelah raja Israel tadi menghadap, Koresy pun angkat bicara. "Paduka, sekarang Anda akan saya kembalikan ke Israel dan Anda dapay kembali hidup seperti semula. Apakah yang akan Anda berikan kepadaku?"

Kemudian dengan wajah berseri raja Israel itu menyahut, "Baginda, kalau Baginda memang akan mengembalikan saya, saya akan memberikan setengah dari harta saya kepada Baginda." "Oh terimakasih," kata Raja Koresy. "Dan kalau saya juga mengembalikan anak-anakmu?" Jawab raja Israel itu, "Baginda, kalau anak-anak saya juga Baginda kembalikan, maka semua hartaku akan kuberikan kepada Yang Mulia."

Kemudian Raja Koresy meneruskan pembicaraan tadi. "Nah, kalau saya juga mengembalikan istrimu, apa yang kauberikan kepadaku?" Dengan hati yang gembira dan penuh sikacita raja Israel itu menjawab, "Baginda , kalau memang Baginda berkenan menizinkan istri saya kembali ke Israel, biarlah saya tinggal disini sebagai hamba menggantikan dia." Kemudian Raja Koresy menghampiri raja Israel itu dan berkata, "Pulanglah bersama anak dan istrimu ke Israel."

Setelah mereka kembali, di tengah perjalanan raja tadi menanyakan istrinya, "Dinda, apakah kamu melihat segala kemegahan yang dimiliki raja di istanya tadi?" Dengan cepat istrinya menjawab, "Tidak." "Lho, apa kamu juga tidak melihat permadani yang indah itu? Juga mangkuk emas tempat air minum raja? Atau singgasananya yang megah itu?" "Tidak", jawab istrinya. "Jadi , apa yang kamu lihat?" seru raja seperti kesal. "Suamiku, yang kulihat hanyalah dirimu. Engkau begitu indah dan berharga dimataku. Aku telah melihat betapa besarnya kasihmu, sehingga engkau rela tinggal diistananya sebagai hamba demi istri yang kaukasihi."

Cerita diatas menggambarkan bagaimanan seorang suami yang rela berkorban demi istrinya, dan kekularganya. Apakah memang kita tidak patut menirunya? Yesus sendiri telah menjadi teladan bagi kita. Dia rela berkorban demi keselamatan orang berdosa. itulah sebabnya yang menjadi gambaran yang patut diteladani oleh setiap pasangan Kristen sebagaimanan tercermin dalam Efesus 5:22-33
 
25

Fondasi Keluarga​


Ketika terjadi gempa bumi di Bengkulu yang berkekuatan di atas 7 skala richter, seluruh penduduk merasakan bahwa itulah akhir kehidupan. Keesokan harinya terlihat hampir seluruh bangunan roboh. Bahkan ratusan penduduk meninggal akibat tertimbun oleh reruntuhan bangunan. Salah seorang saudara saya yang tinggal di Bengkulu mengatakan bahwa ini adalah peringatan Tuhan agar kita benar-benar bertobat dan mendekatkan diri kepada-Nya. Sebab tidak oernah terjadi gempa yang tidak rubuh, bahkan tidak retak.

Setelah diadakan penelitian, rumah-rumah yang bertahan tersebut adalah rumah yang ketahanan fondasinya rata-rata diterjang oleh gempa tersebut.

Begitu juga yang terjadi di daerah Kobe, Jepang, beberapa tahun yang lalu, yang menewaskan lebih dari 4.000 jiwa dan menghancurkan banyak bangunan. Tetapi, banyak juga rumah yang dapat bertahan dari terjangan gempa yang begitu kuat dan dasyat itu. Bahkan masih berdiri kukuh hingga sekarang.

Keretakan atau kehancuran banyak keluarga justru sering terjadi akibat gempa kehidupan yang penuh dengan persoalan dan badai kehidupan. Banyak keluarga hancur, bahkan suami istri berceraI, sementara anak-anaknya menjadi sengsara akibat badai atau gempa yang melanda bahtera rumah tangga mereka. Misalnya badai krisis ekonomi, hadirnya pihak ketiga, atau penyelewengan yang diam-diam terjadi di antara suami dan istri. Tetapi keluarga-keluarga yang memang dibangun di atas batu yang kuat, yakni Firman Tuhan, akan mampu menahan segala badai dan tidak mudah rapuh. Itulah yang kita tangkap dari perkataan Yesus ketika Ia mengatakan, "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan dia tas batu." (Matius 7:24-25)
 
26

Kasih Seorang Ibu​


Baru-baru ini saya menonton sebuah film keluarga. Di sana dikisahkan seorang anak yang terpaksa diberikan ibunya kepada keluarga yang tidak mempunayai anak. Keluarga tadi pun bersedia membuat perjanjian, yaitu setelah genap 17 tahun sesudah pertemuan itu, kedua orangtua angkat itu harus menyerahkan anak tersebut kembali kepada ibu kandungnya. Ibu kandung anak tersebut akan mendapatkan sejumlah uang. Hari demi hari kebahagianan didapat anak tadi, karena dia mendapat kasih sauang dari orangtua angkatnya, yang begitu mengasihinya, menjada kesehatannya, memberinya makanan bergizi sehingga ia tumbuh menjadi seorang gadis yang jelita.

Saat pengembalian tersebut pun tiba. Ibu angkat yang baik itu telah mendapat telepon, bahwa beberapa hari lagi ibu kandung sang gadis ajan mengambil anaknya itu. Sementara itu, sedihlah ibu angkatnya memikirkan perpisahan itu. Dia juga tidak berani memberitahukan kejadian yang sebenarnya kepada anak gadisnya itu.

Suatu waktu anak gadis itu menemukan ibunya sedang menangis di kamar dengan ditemani bapaknya. Kemudian sang gadis menanyakan apa yang menyebabkan ibunya menangis. Dengan kepedihan yang mendalam dia menjelasjan bahwa sudah puluhan tahun dia menjadi ibu bagi anak gadis yang dikasihinya itu, walaupun ia bukan ibu kandungnya. Kemudian sang gadis merasakan betapa besar kasih ibu angkatnya itu, yang selama ini tidak pernah dinikmatinya dari ibu kandungnya. Keesokan harinya, di suatu tempat yang dtelah disepakati, merekapun melepaskan anak gadisnya untuk bersatu kembali dengan ibu yang telah melahirkannya.

Gadis itu menerima salam dari inu kandungnya, tetapi dengan sangat bijak dia mengatakan bahwa dia telah menemukan ibu kandungnya sendiri pada sosok ibu yang memeliharanya sejak kecil. Dia memutuskan untuk tidak lagi kembali ke masa lalu, kepada ibu yang melahirkannya, yang telah menyerahkannya kepada keluarga lain, hanya karena uang. Dengan berat hati dia mengatakan bahwa sekarang dia adalah anak kandung dari ibu yang membesarkannya. Klimak scerita yang sangat mengahrukan itu adalah ketika dia kembali kepada keluarga yang dengan rela membesarkannya selama ini dengan penuh kasih.

Saya melihat apa yang diperbuat sang ibu angkat, yang telah memelihara anak tadi hingga menjadi gadis dewasa, merupakan suatu prilaku yang sangat spesifik dan patut ditiru. Perbuatan yang sama sebenarnya telah Tuhan lakukan kepada kita. Sesungguhnya kasih yang diperbuat-Nya bagi kita tidak tanggung-tanggung. Bahkan Yohanes tidak bisa menggambarkan kebesaran kasih itu, sehingga dia mengatakan, "Karena begitu besar kasih Allah..." (Yohanes 3:16). Bahkan Dia merelakan diri-Nya mati di kayu salib demi hidup kita manusia yang tidak berharga ini.

APakah kita rela menerima kita menjadi bagian dari keluarga-Nya (Efesus 2:17-22) Marilah kita menjawabnya melalui tingkah laku dan iman kita.
 
27

Tinggal Kelas​


Seorang anak berlari dari sekolahnya karena ia merasa sangat senang. Belum riba di rumah, dia memanggil-manggil ibunya, "Ma!Ma, lihatlah rapotku sangat bagus! Semuanya berwarna merah. Kata guru hanya aku yang istimewa. Bahkan guru mengumumkannya,kawan-kawanku tertawa gembira karena hanya aku yang istimewa, kawan-kawanku rapotnya hitam." Tiba-tiba saja ibunya marah. "Bodoh sekali kamu! Lihatlah di bawah ini ada tulisan bahwaaa kamu tinggal kelas. Nilai merah itu bukan berarti nilaimu bagus, melainkan itu tandanya nilaimu semua buruk." Anak tadi akhirnya terdiam. Baru dia sadar bahwa rapot merah tersebut bukti dari kebodohannya.

Kehidupan kita sering seperti anak yang tidak tahu kalau dirinya bodoh dan tinggal kelas. Kita hendaknya mengetahui bahwa apa yang kita lakukan atau kerjakan di dalam kehidupan ini sesungguhnya akan kita pertanggungjawbakan kepada Tuham. Tetapi, apakan kita telah lebih dulu menilai diri kita, sehingga kita tidak terkejut ketika Tuhan memberikan hukuman atau pujian? Atau apakah kita sadar di dalam praktek hidup kita, bahwa kita telah melakukan kehendak Tuhan atau sebaliknya membelakangi dan mengingkari keinginan-Nya? Nasihat dari Paulus kepada Timotius juga mengingatkan kita agar senantiasa mampu menilai diri kita. Paulus mengatakan, "Janganlah seorangpun mengganggap engkau rendah karena engkau muda.Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu,d alam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesuciaanmu." (1 Timotius 4:12)
 
28

Presiden George Bush​


Anda tentu mengenal mantan presiden Amerika Serikat, George Bush . Dia dinobatkan menjadi presiden ke-41 di negeri Paman Sam yang hebat tersebut. Saya melihat dan akhirnya mengakui bahwa sukses yang diraihnya bukanlah tanpa perjuangan.

Dalam Perang Dunia II, Bush yang masih muda dengan berani melakukan penyerangan ke PUlau Chichi Jima yang dikuasai Jepang. Tetapi naas bagi pesawatnya tersebut. Dengan cepat dia meloncat dari pesawatnya dan terjun ke Samudera Pasifik yang ganas. Untung saja ada pilot pesawat lain yang melihatnya, yang kemudian melaporkannya ke pangkalan melalui radio. Yang paling menakjubkan adalah, bahwa Amerika tidak memperhitungkan dolar demi menyel;amatkan Bush. Kapal selam USS Finback diberangkatkan untuk mencarinya, dan kemudian menemukannya.

Dari kisah di atas kita bisa menarik beberapa pelajaran berharga. Apa yang diperbuat Amerika untuk menyelamatkan kita yang tersesat. Sebab kasih-Nya yang melampapui segala nilai kemanusiaan telah mempersembahkan Anak-Nya Yesus Kristus dengan rela mati demi keselamatan kita. Sebaba sesungguhnya kiita sama dengan domba-domba yang tersesat, tetapi kasih-Nyalah yang menyelamatkan kita (Yesaya 53:1; Yoh 3:16)

Kemudian kita juga melihat bahawa apa yang diperbuat oleh Bush ternyata bukanlah perbuatan yang mudah dilupakan manusia dan juga TUhan. Tuhan telah memperhitungkan seluruh pengorbanannya. Mungkin kalau dia tidak mengalami sejarah yang pahit tersebut, boleh jadi hal itu membuat atau mengurangi rasa kagum rakyat Amerika untuk memilih dia menjadi presiden. Sebaliknya, kisah itu mnehadi nilai tambah bagi pengangkatannya menjadi orang pertama di negeri adidaya tersebut. Demikian juga kesetian kita di dalam hidup ini, adakalanya kita mengalami berbagai cobaan yang membuat kita bersedih bahkan putus asa. Akan tetapi, Tuhan senan tiasa menemani kita dan senan tiasa menjaga kita (Mazmur 121:3). "Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu idak sia-sia" (1 Korintus 15:58)
 
29

Tutup Termos Kehidupan​


Anda tentu mengenal tutup termos. Tutup termos itu sesungguhnya ada dua. Yang pertama adalah tutup termos bagian luar. setelah tutup termos ini kita buka, belum tentu kita bisa langsung menuangkan air hangat,karena masih ada satu tutup lagi yang biasanya terbuat dari gabus. Setelah tutup kedua ini dibuka, barulah kita bisa menuang air hangat ke dalamnya.

Adakalanya kita mengharapkan Tuhan memberkati kita setelah kita membuka diri kita. Tetapi ternyata apa yang kita harapkan tidak datang. HIdup kita sepertinya tidak ada perubahan dari hari ke hari. Sepi dan gersang seolah-olah bahwa Tuhan tidak mengasihi kita. Yang perlu kita tanya adalah apakah tutup termos kedua telah kita buka? Artinya apakah penyumbat berkat Tuhan yang ada dalam diir kita telah kita lepas?

Kalau hidup kita masih dikuasai oleh kejahatan,kebejatan dan penuh dengan dosa, serta hdiup di dalam daging, bagaimanan Tuhan memberkati kita? Firman Tuhan mengatakan, "Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengara-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar, tetapi merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu,sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu" (Yesaya 59:1-2)
 
30

Nasib Pak Pelit​


Pak Pelit memiliki sepucuk senapan angin yang setiap hari dibawanya ke ladang. Dia terkenal dengan nama Pak Pelit karena kepelitannya. Suatu ketika ketika Pak Pelit menenteng senapan anginnya ke kebun, tiba-tiba terlihat olehnya seekor musang sedang memakan buah enau. Secepat kilat dia mengambil ancang-ancang hendak menembak musang itu. "Pur!" Tembakan dilepaskan dan mengenai musang tadi. Pak Pelit tampak senang sekali. Pasti sedap makan daging, pikirnya. Sewaktu pulang menenteng musang buruannya itu, dia berpapasan dengan tetangganya.

"Pak Pelit, bagaimana kalau kulit musang itu untukku saja. Kebetulan anakku ingin dibelikan tas sekolah. Tentu kalau Pak Pelit bersedia memberikannya, pasti bisa saya buatkan tas yang bagus untuk anakku," pinta tetangganya tadi.

"Kalau memang kulit musang ini bisa dijadikan tas kebetulan pula tas istriku sudah rusak. Jadi kulit musang ini perlu untuk membuat tas istriku," ucap pak Pelit menjawab tetangganya itu.

"Anakku juga sedang sakit flu. Itu sebabnya saya perlu cepat sampai di rumah agar bisa segera memasak daging musang ini untuk anakku agar dia cepat sembuh," balas Pak Pelit bersemangat.

"Kalau begitu, iarlah bagian dalamnya saja (maksudnya kotorannya) karena istriku sakit panu, biar dia bisa sembuh," kata tetangga itu lagi.

" Ah, itu pun tidak bisa, sebab istriku juga sakit panu. Bagian dalamnya akan saya pakai mengobati istriku," jawab Pak Pelit, sambil tersenyum, karena baru kali ini dia tahu kalau kotoran musang bisa mengobati panu. Istrinya telah lama berpenyakit panu yang semakin lama semakin melebar saja. Tak sabar lagi rasanya supaya cepat sampai di rumah untuk mengeluarkan isi perut musang dan mengobati panu istrinya.

Sesampainya di rumah, dengan cepat dia mengeluarkan isi perut musang dan menyuruh istrinya meluluri tubuhnya yang kena panu dengan kotoran musang tadi.

Tak lama setelah tubuh istrinya diolesi obat ajaib tersebut, tiba-tiba tubuh istrinya gatal. Gatalnya juga tak tertahankan. Akhirnya istrinya menjerit-jerit.

"Aduh, tolong! Gatalnya tak tertahankan! Aduh, ini semua gara-gara pelitmu. Aduh, tolong!" Kulitnya pun sekarang berdarah akibat luka kena garuk.

Kita tentunya tersenyum membaca kisah di atas. Tetapi, melalui cerita tersebut kita mendapatkan pelajaran bahwa rasa rakus itu juga sering menjadi malapetaka yang mengahancurkan hidup kita. Hidup yang penug dengan kerakuran, pelit, dan tamak sama dengan lintah yang tak pernah kenyang. Amsal mengatajan, "Si lintah mempunyai dua anak perempuan: 'Untukku!'" (Amsal 30:15)

Padahal, sebagai orang Kristen, kita diharapkan supaya senan tiasa memberikan dan memancarkan kasih bagi sesama. Untuk itu marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, melainkan dengan perbuatan dan dalam kebenaran (1 Yohanes 3:16, 18)
 
31

Hidup Bagai Takur-takur​


Jika Anda berjalan-jalan di sekitar hutan di daerah Sumatera Utara, Anda akan sering menemukan tumbuhan yang bernama takur-takur. Bentuknya mirip benar kunci C dalam not balok. Tumbuhan ini mempunyai keistimewaan, sebab dia memiliki kantung yang senantiasa terisi air. Ini menjadi perangkap bagi para semut pencari manisan, karena airnya memang manis. Semut-semut tersebut tidak mengenal waktu dan rasa kenyang, sehingga tergelincir dan mati di dalam perangkap takur-takur tersebut. Semut atau serangga yang terperangkap itulah yang menjadi makanan bagi tumbuhan ini.

Keistimewaannya yang kedua adalah bahwa dia memiliki payung. Di samping menghindari tetesan air hujan yang dapat menawarkan rasa airnya, payung ini jugamenjadi semacam tabir, sehingga apa yang terjadi di dalamnya tidak bisa dimengerti oleh mahkluk lain.

Ketika lapar para penggembala di ladang akan memasukkan beras ke dalam kantung takur-takur ini, kemudian membakarnya,s ehingga berfungsi sebagai periuk kecil untuk memasak nasi. Walaupun dibakar, takur-takur ini tidak akan pecah. Seolah-olah berkat yang telah diterimanya tidak mau dilepaskannya, walaupun pada situasi yang kritis, panas, dan sebagainya. Tumbuhan ini merupakan salah satu bukti keajaiban Tuhan.

Namun, di daerah kami, Pakpak Dairi, para tua-tua zaman dulu telah membuatnya sebagai pepatah dengan mengatakan, "Jangan memayungi diri sendiri seperti takur-takur". Para tua-tua itu ingin agar anak-anaknya bisa saling menbagi, melindungi, dan bekerja sama. Untuk itu, janganlah meniru takur-takur dengan hidup menyendiri, menutup diri, dan tidak rela berbagi rasa dengan tumbuhan lain.

Adalah menarik bahwa Paulus telah memberikan nasihatnya yang sangat dalam kepada para jemaat agar mereka menjauhkan rasa egois - mementingkan diri sendiri. Hendaknya mereka memelihara pola hidup sehati sepikir, dalam satu kasih dan satu jiwa, bahkan satu tujuan. Itulah prasyarat jika ornag Kristen ingin mrmrnangkan pergumulan menghadapi dunia ini. Untuk gaya hidup seperti itu, tidak ada contoh lain kecuali Mahaguru dan teladan hidup kita, Yesus Kristus, yang telah merelakan diri-Nya ,menjadi rendah, bahkan sama rendahnya dengan martabat seorang hamba, demi keselmatan manusia yang Dia kasihi (Filipi 2:2-11)
 
32

Orang Kaya Bernama Sander​


Tidak semua orang kaya itu (hidup dengan) tamak. Minimal ada beberrapa dodok yang mendobrak mitos bahwa unta lebih mudah masuk surga daripada orang kaya. Saya bisa menunjuk beberapa nama, salah seorang adalah Stephen Sander, seorang India yang tinggal di Kanada.

Peningkatan kekayaannya terjadi sejak tahun 1970. Di kota Vancouver dia menggeluti bisnis tanah dan bangunan. Aset Sabder sudah mencapai 2,5 miliar doalr. Bisnisnya di bidang real estate juga mengangguk laba ratusan juta dolar.

Kendati bergelimang harta, sesungguhnya dia tidak terlarut dalam kehidupan mewah. Dia masih tetap memelihara kesederhanaan, tinggal dirumah yang tidak bisa dikatakan sebagai rumah seorang konglomerat. Bahkan ia melakukan usaha yang sangat menakjubkan. Dia menghibahkan jasa hartanya kepada yayasan yang bertujuan untuk membantu negara-negara mskin,terutama program kemanusiaan. Dia juga sering mengatakan bahwa uang tidak bisa berbuat segala-segalanya dan itu berarti uang bukanlah segala-galanya.

Saat menangapi maraknya isu kemiskinan yang melanda Indonesia yang kaya raya ini, para bijak pernah mengatakan, kenapa peristiwaStephen Sander terjadi di Kananda dan bukan di Indonesia yang kaya dengan falsafah gotong royong, masyarakkat beragama, dan sebagainya.

Apakah kita pernah berpikir seperti yang dipikirkan Sander? Seperti yang saya katakan tadi, ada beberapa orang karena Tuhan ingin memakai dia menjadi saluran berkat seberapa dibandingkan jumlah masyarakat Indonesia. Berbuat baik terhadap sesama manusia merupakan indikasi yang menunjukkan bahwa kita adalah orang yang beriman. Iman tanpa perbuatan adalah mati (Yakobus 2:17). Yesus telah rela mati bagikita, tentu kita pun hendaknya rela berkorban untuk sesama kita (1 Petrus 2:21)
 
33

Sapi Lidi​


Sandrach, seorang penginjil di Jawa Tengah, terkenal dengan metodenya yang menggunakan simbol yang mudah dimengerti. Ketika menghadapi berbagai kendala dalam jemaat yang dilayaninya, dia senantiasa mencoba mencari sebauh kata kunci yang mengingatkan anggota gerejanya perihal pesan-pesan firman Tuhan.

Suatu ketika jemaat yang dilayaninya mengalami krisis akibat pengaruh luar. Dia lalu mengikat sapu lidi dan mengirimkannya kepada satu jemaat. Bersama dengan sapu lidi tersebut, dia juga mengirim kan sepucuk surat yang menyiratkan bagaimana sesungguhnya kelompok atau gereja-gereja hendaknya bersatu untuk menghadapi dunia yang penuh tangtangan ini. Sebauh lidi memang tidak mampu menyapu sampah. Tetapi, jika lidi-lidi tersebut diikat menjadi satu, maka ia kana menjadi sapu lidi yang kuat.

Mengingat sapu lidi Penginjil Sandrach, saya tersetuh dengan kondisi gereja kita akhir-akhir ini cenderung tidak bisa menjadi satu kawanan yang bekerja sama untuk mengahadapi pelbagai tantangan. Padahal Tuhan telah mengingatkan kitabahwa orang Kristen hendaknya satu sama seperti Yesus satu dengan Bapa-Nya (Yohanes 17). Bagaimana kita mampu menghadapi berbagai persoalan jika masing-masing pribadi senan tiasa menonjolkan keunggulan dirinya? Hal itu tentu akan merugikan gereja. Untuk itulah Paulus mengatakan, "hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri" (Filipi 2:2-3)
 
34

Sidao-dao​


Sidao-dao, sebuah istilah yang tentu Anda tidak kenal. Tetapi di daerah Pakpak Dairi, istilah itu berarti seekor burung kecil. Konon, burung itu bersarang datas ranting-ranting kayu yang rendah. Suatu ketika terjadi penebangan pohon yang tak terkendali, yang dialkukan oleh manusia yang membutuhkan lahan untuk ladang pertanian dan untuk membangun rumah di sekitar perladangan. Anak-anak pemilik ladang itu gemar mencari burung atau naka-anak burung ini untuk dipanggang atau dijadikan pemliharaan. Maka berapatlah para pemuka burung itu.

Mereka mengikrarkan sebuah tekad yang dibacakan oleh ketuanya. "Saudara-saudaraku, kita adalah burung kecil. Sekarang kita tengah menghadapi bahaya besar dari manusia yang tidak menginginkan kehadiran kita. Dengan keji mereka membabat hutan tempat kiita mencari makan. Kita tidak memiliki tangan untuk berperang dengan mereka, sementara mereka memiliki semuanya. Tetapii kita memiliki keberanian dan kekuaran sayap kita yang kecil. Walaupun manusia memiliki tenaga, tetapi mereka tidak memiliki keberanian untuk memanjat pohon yang tinggi. Mereka takut memanjat, apalagi jika tiba-tiba angin bertiup. Mereka takut menghadapi gemuruh angin dan sebagainya. Untuk itu marilah kita bersarang pada ranting kayu paling ujung, agar mereka tidak bisa mengganggu kita lagi."

Nyatanya burung-burung ini memang selalu membangun sarang yang sangat berbeda dengan burung lain. Mereka membuat sarang yang tergantung seperti ayunan dengan tali yang terikat di ranting kayu yang tinggi. Mereka tidak takut terhadap ketinggian pohon, diayin-ayunkan angin keras di ranting yang bergoyang.

Sungguh menarik jika kita berbicara mengenai masalah hidup manusia. Memang manusia senantiasa dipenuhi oleh berbagai perasaan takut untuk menghadapi berbagai persoalan. Di sini kita melihat bahwa manusia senantiasa dipenuhi oleh berbagai perasaan takut untuk menghadapi berbagai persoalan. Di sibi kita melihat bahwa manusia bukanlah mahkluk yang kuat. Tetapi satu sisi, kita sering menonjolkan diri sebagai manusia yang super egois dan tidak mempedulikan kehidupan orang lain dan mahkluk lain. Tetapi sekor burung yang kita sebutkan di atas memang tidak memiliki apa-apa untuk kita sebutkan diatas memang tidak memiliki apa-apa untuk kita sebut sebagai barometer kekuatan. Akan tetapi mereka tidak takut untuk mengadapai perjuangan hidup, bahkan berani hidup berayun-ayunkan oleh angin. Di ranting yang kecil itu justru dia senang hidup bahkan hidup penuh damai. Itu bisa terjadi karena burung itu tahu bahwa pohon kayu tersebut kuat dan ranting tempatnya bergantung juga kokoh.

Saya melihat keterkaitan antara kisah di atas dengan ajaran Yesus perihal kekhawatiran dalam Matius 6:25-34. Manusia justru yang paling sering khawatir padahal burung dan bunga-bungakah yang paling wajar untuk khawatir karena mereka tidak punya tangan untuk bekerja. Manusia khawatir karena mereka tidak percaya kepada Tuhan, bahwa Tuhan mempersiapkan segalanya bagi mereka. Burung sidao-dao jauh melampaui itu, sebab dia yakin batang dan ranting tempat dia bergantung adalah kuata dan mampu memberi rasa damai baginya. Sama seperti ayat 33, Amos nabi dari Tekoa tersebut, dengan lantang mengarakan, "Carilah Tuhan maka kamu akan hidup" (Amsal 5:6). Tuhan adalah pokok tempat kita bergantung. Dia kuat dan perkasa. Di dalam Dia tidak ada ketakutan. Bhakan sebaliknya, Dialah kehidupan itu.
 
35

Lampu Senter​


Saya mempunyai sebuah senter. Di desa, alat ini sangat penting apalaghi saat evangelisasi pada malam hari melewtai jalan yang sempit dan berlumpur. Mula-mula senter saya itu tidak ada masalah. Setelah beberapa lama, lampu senter saya tidak efektif lagi. Terkadang menyala, terkadang mati. Memang menjengkan. Tetapi jika diganjal, maka senter tersebut bisa menyala lagi.

Suatu ketika saat saya memperbaikinya dengan memasukkan beberapa uang logam sebagai pengganjal, anak saya melihat dan langsung berkomentar, "Pak, apa senter itu harus dikasih uang dulu baru menyala?" Saya tertawa mendengar komentarnya. Tetapi, pernyataan itu menyentuh saya untuk merenungkan pekerjaan pelayanan Tuhan. Saya bertanya dalam hati, apakah para pelayan Tuhan sekarang ini tidak sama dengan senter, yang harus diganjal dengan uang dulu baru bisa bersinar? Memang ada beberapa hamba Tuhan yang senantiasa mempersoalkan uang transportasi, uang semir, dan sebagainya. Tetapi memang perlu kita renungkan apakah yang menjadi motivasi seorang hamba Tuhan: uang atau pelayanan? Tentu, sebagai hamba Tuhan, kita harus lebih mengutamakan "bersinar" dulu dalam pelayanan ,sebab semua kebutuhan kita akan dipenuhi-Nya.

Begitu kritisnya Paulus menyikapi kondisis demikian, sehingga dia menyatakan di dalam suratnya kepada Timotius bahwa orang yang menghendaki jabatan pemilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah. Karena itu, seharusnya seornag pemilik jemaat bukan hamba uang (1 Timotius 3:1-3)

Bahkan Petrus pun dengan tegas menyatakan, "Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sularela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdiang diri" (1 Petrus 5:2-3)
 
36

Dua Perintah​


Mungkin Anda pernha menonton pertunjukkan lawak yang menggelikan ini. Seseorang sedang belajar memasak ayam melalui radio, yang penunjuk frekuensinya tidak tepat alias silih berganti dia antara dua siaran yang berdekatan. Salah satu siaran itu memang berasal dari penyiar yang sedang menyajikan cara memasak ayam, sedangkan yang satu sedang menyajikan cara memandikan seorang bayi. Karena orang yang sedang belajar tadi tidak membetulkan frekuensi radionua, maka dia kebingungan.

Mula-mula siaran datang dari penyiar yang meyajikan acara memasak ayam. "Yang pertama Anda lakukan setelah memotong ayam, Anda haerus merendamnya di air panas untuk mempermudah mencabut bulu-bulunya." Kemudian siaran yang lain masuk. "Benar Pendengar, sekarang yang Anda bersihkan adalah kepalanya. Perlahan-lahan siramlah kepalanya dengan air." Kemudian msuk lagi acara pertama. "Ya baik, sekarang setelah Anda mencabut bulunya, nagkat dan keringkan beberapa saat." Tiba-tiba masuk lagi frekuensi kedua. "Setelah Anda mengeluarkan dari air, Anda mengeringkan dengan handuk yang lembut."

Hingga disin imasih bisa diikuti perintahnya. Dia mengambil handuk dan melap daging ayamnya. Siaran pun berlanjut. "Nah setelah itu Ada bisa melulurinya dengan bedak dan minyak kayu putih." Di sini dia mulai bingung. "Kemudian berilah anak anda susu sambil digendong supaya dia cepat tidur." Ha? pikirnya. Baru dia sadar dan cepat-cepat membetulkan siaran radio yang membingungkan tersebut.

Kalau itu benar-benar terjadi, dapat dipastikan betapa menggelikan sekaligus memusingkan. Akna tetapi hal seperti itu sering terjadi ketika seseorang mendengar dua perintah sekaligus, perintah yang datang dari dunia ini dan datang dari Tuhan. Biar bagaimanapun kedua perintah tersebut tidak pernah dapat diikuti, sebab sifat dan tujuannya yang memang tidak pernah bisa mengarah ke satu tujuan yang jelas, bahkan akan menyesatkan dirinya. Dunia ini senantiasa membawa kita kepada kebinasaan, sedangkan perintah yang berasal dari Tuhan akan mengantarkan kita pada kehidupan yang kekal.

Paulus pernah berkata kepada jemaat di Korintus, "Kamu tidak pernah dapat minum dari cawan Tuhan juga dari cawan roh-roh jahat. Kamu tidakmendapat bagian dari perjamuan Tuhan dan juga dalam perjamuaan roh-roh jahat. Atau maukah kita membangkitkan cemburu Tuhan?" (1 Korintus 10:21-22) Karena itulah Yesus mengatakan, "Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. KAmu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada mamon" (Lukas 16:13)
 
37

Polikarpus​


Polikarpus hidup tahun 69-155 saat kekejaman kaisar Romawi menghancurkan kekristenan. Dia adalah seorang pendiri gerejamula-mula dan senantiasa dikenang karena kesetiaanya kepada Yesus Kristus. Dia diperhadapkan ke pengadilan yang akhirnya membautnya sebagai martir. Di pengadilan dia senan tiasa menunjukkan dirinya sebagai orang yang setia kepada Yesus, dengan menerima semua perlakuan yang sewenang-wenang.

Saat gubernur Kota Roma menyuruh dia menyangkal Yesus, dia menjawab, "Selama 86 tahun aku telah melayaniNya, dan Dia tidak pernah memperlakukanku dengan sewenang-wenang. Bagaimana mungkina aku dapat menghujat Rajaku yang telah menyelamatkan aku?"

Ketika diancam akan dilemparkan ke arena untuk diperhadapkan dengan singa yang kelaparan, Polikarpus menjawab, "Lakukanlah." Waktu dia diancam akan di panggang di atas kobaran api yang menjulang karena konsekuensi jawabannya, dia menjawab, "Kau mengancamku dengan api penghukuman abadi yang disediakan bagi mereka yang tidak percaya kepada-Nya."

Kemudian akibat jawabanya yang tegas tersebut dia dipanggang di atas api. Sebelum dibakar dia berdoa, Yesus Kristus, aku bersyukur kepada-Mu karena engkau telah menganggapku berharga hari ini dengan menerimaku dalam persekutuan para martir dalam cawan Kristus."

Apakah yang dapat kita perbuat dalamkehidupan kita sebagai refleksi iman percaya kita kepada Yesus Kristus? Apakah kita mampu melihat bahwa kesulitan Polikarpus hendaknyajuga menjadi kesetiaan kita selaku orang Kristen? Tetapi alangkah seringnya kita meyimpang dengan mengarahkan hidup kita ke jalan sesat yang sama dengan penyangkalan terhadap kasih Yesus yang kita terima.

Paulus menegaskan, "Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya, sepertu yang telah kuberitakan kepadamu - kecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya. Sebab yang sangat penting... ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci" (1 Korintus 15:2-3)
 
38

Alat Deteksi​


Sewaktu bus angkutan yang kami tumpangi dihentikan oleh polisi, kami sangat terkejut. Polisis mengatakan bahwa ada di antara penumpang yang membawa ganja. Semula kami tidak percaya, tetapi setelah alat pelacaknya berbunyi dan jarumnya menunjuk kesalah satu tas penumpang, baru kami yakin. Ternyata alat pelacak atau detektor tersebut mampu mencium bau khas ganj ayang dibawa penumpang. Polisis lalu mengamankan penumpang yang membawa tas itu.

Saya berpkir,bila manusia yang terbatas kemampuaanya dapat menciptakan sebuah alat deteksi yang andal, apakah dapat kita bayangkan bagaimana Allah, yang menciptakan segala sesuatunya ratusan bahkan ribuan kali lipat kemampuannya, membuat detektor untuk memperhatikan perilaku kehidupan kita? Memang tidak ada yang bisa terluput dari hadapan dan pengamatan Tuhan, "Karena mata-Nya mengawasi jalan manusia, dan Ia melihat segala langkahnya (Ayub 34:21)

Dari pengamatan yang sma, kita memahami bahwa Allah senan tiasa melihat segala yang kita butuhkan, termasuk penderitaan kita. Allah yang Mahakasih tidak pernah terlelap untuk menjagai kita (Mazmur 121:3-4)
 
39

Kematian​


Apakah yang dimaksud dengan kematian? Banyak orang yang mengatakan bahwa kematian adalah akhir dari suatu kehidupan, seperti titik pada satu kalimat akhir dari suatu kehidupan, seperti titk pada satu kalimat.

Pandangan seperti itu sesuangguhnya telah memonopoli pandangan duniawi yang menyesatkan. Begitu sedihnya bila ada salah seorang anggota keluarganya, suami misalnya meninggal sehingga di beberapa suku, seperti di dalam kebiasaan suku Papua, istri harus menunjukkan kesetiaannya dengan menyiksa diri seperi mematahkan beberapa jari tangannya.

Dalam buku perjalanan Marco Polo, beratus tahun yang silam, dia menuliskan bahwa kematiaannya yang menjadikan negara India miskin hingga sekarang. Mengapa demikian? Karena dia sendiri melihat sewaktu tinggal beberapa lama di India, bahwa banyak ibu yang terpaksa meninggalkan anak-anaknya walaupun mereka masih kecil-kecil. Di India, seorang istri ditinggal mati oleh suaminya harus pula melompat ke dalam api pembakaran mayat suaminya sebagai tanda rasa cinta terhadap suaminya. Dari sana dia menyimpulkan bahwa banyak anak yang dengan terpaksa hidup melarat setelah ditinggal ayah bundanya. Generasi anak-anak yang malang itulah yang menurunkan kemiskinan hingga ke beberapa generasi berikutnya.

Akan tetapi bagi orang Kristen, kematian justru kebalikan dari pandangan tersebut. Kematian bukanlah sebuah akhir, melainkan sebuah permulaan hidup yang baru. Paulus mengatakan,"Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat tangan manusia...Sebab selama masih diam di dalam kemah ini, kita mengelih oleh beratnya tekanan, karena kita mau mengenakan pakaian yang baru..." (2 Korintus 5:1-4). Itu sama artinya dengan mengatakan bahwa kematian ibarat ruang transit bagi sebuah penerbangan. Di ruang tersebit kita mengenakan pakaian baru dan meninggalkan pakaian lama, larena kita akan hidup di alam yang baru pula. Dengan demikian, kematian bisa dipahami oleh orang-orang yang dikasihi-Nya sebagai selang waktu yang singkat. Suatu waktu kita dipertemukan dengan mereka dalam sukacita di waktu kita dipertemukan dengan mereka dalam sukacita di langit yang baru ciptaan Allah yang disediakan bagi orang yang dikasihi-Nya.
 
40

Asap Rokok Jeratan Leher​


Sewaktu chek-up ke salah seorang dokter, saya melihat sebuah poster di dinding yang dilukis begitu aspiratif. Ada empat gambar yang berhubungan dengan bahaya merokok. Pada gambar pertama dilukiskan seseorang yang sedang merokok, sedang mengepulkan lingkaran asap, dengan nikmatnya ditunjukkan melalui mimik yang gembira. Pada gambar kedua dilukiskan bahwa bulatan-bulatan asap rokok itu telah mempunyai tangkai. Berikutnya , gambar tangkai tersenut telah berubag menjadi seutas tali yang siap menjerat leher. Hispaan keempat terlihat bahwa asap rokok itu benar-benar menjerat leher dan membunuh orang yang menghisapnya. Lukisan tersebut menggambarkan dengan jelas bahaya yang ditimbulkan oleh rokok, seperti kanker, sesak napas, jantung, yang sewaktu-waktu akan menjerat leher penghisapnya.

Sesungguhnya tidak jauh berbeda dari gambaran itu adalah orang-orang yang senantiasa berhubungan dengan Iblis. Sama seperti asap rokok menyenangkan untuk sesat, tetapi suatu ketika akan menjerat leher kita sendiri. Banyak orang yang mengatakan bahwa stelah melakukan dosa yang berhubungan dengan roh-roh jahat, seseorang tidak bisa berbalik lagi kepada Tuhan, karena seoerti seekor ternak yang dimasukkan ke dalam kerangkeng, demikian dia meronta-ronta tetapi telah kehilangan kekuatan dan takluk pada kuasa Iblis tersebut.

Kita dapat membaca di dalam Alkitab bahwa setan juga bisa membuat tanda ajaib (Wahyu 16:14). Bahkan justru sering memikat hati manusia untuk takluk kepadanya. Padahal akhirnya akan membawa manusia itu kepada kutuk dan kematian. Kita hanya mampu mengalahkan kekejian Iblis itu di dalam Yesus Kristus. Dia memberikan kuasa pada kita untuk mengusir setan di dalam nama-Nya (Markus 16:17)
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.