• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Sejarah Dunia

Napoleon Bonaparte

250px-Napoleon4.jpg


Jendral dan Kaisar Perancis yang tenar, Napoleon I, keluar dari rahim ibunya di Ajaccio, Corsica, tahun 1769. Nama aslinya Napoleon Bonaparte. Corsica masuk wilayah kekuasaan Perancis cuma lima belas bulan sebelum Napoleon lahir, dan pada saat-saat remajanya Napoleon seorang nasionalis Corsica yang menganggap Perancis itu penindas. Tetapi, Napoleon dikirim masuk akademi militer di Perancis dan tatkala dia tamat tahun 1785 pada umur lima belas tahun dia jadi tentara Perancis berpangkat letnan.

Empat tahun kemudian Revolusi Perancis meledak dan dalam beberapa tahun pemerintah baru Perancis terlibat perang dengan beberapa negara asing. Kesempatan pertama Napoleon menampakkan kebolehannya adalah di tahun 1793, dalam pertempuran di Toulon (Perancis merebut kembali kota itu dari tangan Inggris), tempat Napoleon bertugas di kesatuan artileri. Pada saat itu dia sudah tidak lagi berpegang pada paham nasionalis Corsicanya, melainkan sudah menganggap diri orang Perancis. Sukses-sukses yang diperolehnya di Toulon mengangkat dirinya jadi brigjen dan pada tahun 1796 dia diberi beban tanggung jawab jadi komando tentara Perancis di Itali. Di negeri itu, antara tahun 1796-1797, Napoleon berhasil pula merebut serentetan kemenangan yang membuatnya seorang pahlawan tatkala kembali ke Perancis.

Di tahun 1798 ia memimpin penyerbuan Perancis ke Mesir. Langkah ini ternyata merupakan malapetaka. Di darat, umumnya pasukan Napoleon berhasil, tetapi Angkatan Laut Inggris di bawah pimpinan Lord Nelson dengan mantap mengobrak-abrik armada Perancis, dan di tahun 1799 Napoleon meninggalkan pasukannya di Mesir dan pulang ke Perancis.

Begitu sampai di Perancis, Napoleon yang jeli itu dapat berkesimpulan bahwa rakyat Perancis lebih terkenang dengan kemenangan-kemenangannya di Itali ketimbang kegagalan ekspedisi Perancis ke Mesir. Berpegang pada fakta ini, hanya sebulan sesudah dia menginjak bumi Perancis, Napoleon ambil bagian dalam perebutan kekuasaan bersama Albe Sieyes dan lain-lainnya. Kup ini melahirkan sebuah pemerintah baru yang disebut "Consulate" dan Napoleon menjadi Konsul pertama. Kendati konstitusi sudah disusun dengan cermat dan diterima lewat persetujuan plebisit rakyat, ini cuma kedok belaka untuk menutupi kediktatoran militer Napoleon yang dengan segera mampu menyikut dan melumpuhkan lawan-lawannya.

Naiknya Napoleon ke tahta kekuasaan betul-betul menakjubkan. Tepatnya di bulan Agustus 1793, sebelum pertempuran Toulon, Napoleon samasekali tidak dikenal orang. Dia tak lebih dari seorang perwira rendah berumur dua puluh empat tahun dan bukan sepenuhnya orang Perancis. Tetapi, kurang dari enam tahun kemudian --masih dalam usia tiga puluh tahun-- sudah menjelma jadi penguasa Perancis yang tak bisa dibantah lagi, posisi yang digenggamnya selama lebih dari empat belas tahun.

Di masa tahun-tahun kekuasaannya, Napoleon melakukan perombakan besar-besaran dalam sistem administrasi pemerintahan serta hukum Perancis. Misalnya, dia merombak struktur keuangan dan kehakiman, dia mendirikan Bank Perancis dan Universitas Perancis, serta menyentralisir administrasi. Meskipun tiap perubahan ini punya makna penting, dan dalam beberapa hal punya daya pengaruh jangka lama khususnya untuk Perancis, tidaklah punya pengaruh yang berarti buat negeri lain.

Tetapi salah satu perombakan yang dilakukan oleh Napoleon punya daya pengaruh yang melampaui batas negeri Perancis sendiri. Yaitu, penyusunan apa yang termasyhur dengan sebutan Code Napoleon. Dalam banyak hal, code ini mencerminkan ide-ide Revolusi Perancis. Misalnya, di bawah code ini tidak ada hak-hak istimewa berdasar kelahiran dan asal-usul, semua orang sama derajat di mata hukum. Berbarengan dengan itu code tersebut cukup mendekati hukum-hukum lama dan adat kebiasaan Perancis sehingga diterima oleh rakyat Perancis dan sistem pengadilannya. Secara umum, code itu moderat, terorganisir rapi dan ditulis dengan ringkas, jelas, serta dapat diterima, tambahan pula mudah difahami. Akibatnya, code ini tidak hanya berlaku di Perancis (hukum perdata Perancis yang berlaku sekarang hampir mirip dengan Code Napoleon itu) tetapi juga diterima pula di negeri-negeri lain dengan perubahan-perubahan yang disesuaikan dengan keperluan setempat.

Politik Napoleon senantiasa menumbuhkan keyakinan bahwa dialah seorang yang membela Revolusi Perancis. Tetapi, di tahun 1804 dia sendiri pula yang memperoklamirkan diri selaku Kaisar Perancis. Tambahan lagi, dia mengangkat tiga saudaranya keatas tahta kerajaan di beberapa negara Eropa. Langkah ini tidak bisa tidak menumbuhkan rasa tidak senang pada sebagian orang-orang Republik Perancis yang menganggap tingkah itu sepenuhnya merupakan pengkhianatan terhadap ide-ide dan tujuan Revolusi Perancis. Tetapi, kesulitan utama yang dihadapi Napoleon adalah peperangan dengan negara-negara asing.

Di tahun 1802, di Amiens, Napoleon menandatangani perjanjian damai dengan Inggris. Ini memberi angin lega kepada Perancis yang dalam tempo sepuluh tahun terus-menerus berada dalam suasana perang. Tetapi, di tahun berikutnya perjanjian damai itu putus dan peperangan lama dengan Inggris dan sekutunya pun mulai lagi. Walaupun pasukan Napoleon berulang kali memenangkan pertempuran di daratan, Inggris tidak bisa dikalahkan kalau saja armada lautnya tak terlumpuhkan. Malangnya untuk Napoleon, dalam pertempuran yang musykil di Trafalgar tahun 1805, armada laut Inggris merebut kemenangan besar. Karena itu, pengawasan dan keampuhan Inggris di lautan tidaklah perlu diragukan lagi. Meskipun kemenangan besar Napoleon (di Austerlitz melawan Austria dan Rusia) terjadi enam minggu sesudah Trafalgar, hal ini sama sekali tidak bisa menghapus kepahitan kekalahan di sektor armada laut.

Di tahun 1808 Napoleon perbuat ketololan besar melibatkan Perancis ke dalam peperangan yang panjang dan tak menentu ujung pangkalnya di Semenanjung Iberia, tempat tentara Perancis tertancap tak bergerak selama bertahun-tahun. Tetapi, kekeliruan terbesar Napoleon adalah serangannya terhadap Rusia. Di tahun 1807 Napoleon bertemu muka dengan Czar, dan dalam perjanjian Tilsit mereka bersepakat menggalang persahabatan abadi. Tetapi, persepakatan dan persekutuan itu lambat laun rusak, dan di tahun 1812 bulan Juni Napoleon memimpin tentara raksasa menginjak-injak bumi Rusia.

Hasil dari perbuatan ini sudah sama diketahui. Tentara Rusia umumnya menghindar dari pertempuran langsung berhadapan dengan tentara Napoleon, karena itu Napoleon dapat maju dengan cepatnya. Di bulan September Napoleon menduduki Moskow. Tetapi, orang Rusia membumihanguskan kota itu dan sebagian besar rata dengan tanah. Sesudah menunggu lima minggu di Moskow (dengan harapan sia-sia Rusia akan menawarkan perdamaian), Napoleon akhirnya memutuskan mundur, tetapi keputusan ini sudah terlambat. Gabungan antara pukulan tentara Rusia dan musim dingin yang kejam, tak memadainya suplai pasukan Perancis mengakibatkan gerakan mundur itu menjadi gerakan mundur yang morat-marit. Kurang dari sepuluh persen tentara raksasa Perancis bisa keluar dari bumi Rusia hidup-hidup.

Negara-negara Eropa lain, seperti Austria dan Prusia, sadar benar mereka punya kesempatan baik menghajar Perancis. Mereka menggabungkan semua kekuatan menghadapi Napoleon,dan pada saat pertempuran di Leipzig bulan Oktober 1813, Napoleon kembali mendapat pukulan pahit hingga sempoyongan. Tahun berikutnya dia berhenti dan dibuang ke Pulau Elba, sebuah pulau kecil di lepas pantai Itali.

Di tahun 1815 dia melarikan diri dari Pulau Elba, kembali ke Perancis, disambut baik dan kembali berkuasa. Kekuatan-kekuatan Eropa segera memaklumkan perang dan seratus hari sehabis duduknya lagi ia di tahta kekuasaan, Napoleon mengalami kekalahan yang mematikan di Waterloo.

Sesudah Waterloo, Napoleon dipenjara oleh orang Inggris di St. Helena, sebuah pulau kecil di selatan Samudera Atlantik. Di sinilah dia menghembuskan nafasnya yang terakhir tahun 1821 akibat serangan kanker.

Karier militer Napoleon menyuguhkan paradoks yang menarik. Kegeniusan gerakan taktiknya amat memukau, dan bila diukur dari segi itu semata, bisa jadi dia bisa dianggap seorang jendral terbesar sepanjang jaman. Tetapi di bidang strategi dasar dia merosot akibat bikin kekeliruan-kekeliruan besar, seperti misalnya penyerbuan ke Mesir dan Rusia. Kesalahan strateginya begitu bego sehingga Napoleon tak layak dijuluki pemimpin militer kelas wahid. Apakah anggapan kedua ini tidak adil? Saya kira tidak. Sesungguhnya, ukuran kebesaran seorang jendral terletak pada kemampuannya mengelak dari berbuat kesalahan-kesalahan yang menuntun kearah kehancuran. Hal semacam itu tak terjadi pada diri Alexander Yang Agung, Jengis Khan dan Tamerlane yang tentaranya tak pernah terkalahkan. Berhubung Napoleon pada akhirnya dapat dikalahkan di tahun 1815, Perancis memiliki daerah lebih kecil ketimbang yang pernah dipunyainya di tahun 1879, saat pecahnya Revolusi.

Napoleon tentu saja seorang "egomaniac" dan sering dianggap semodel dengan Hitler. Tetapi, ada perbedaan yang ruwet diantara keduanya. Jika Hitler bertindak sebagian terbesarnya atas dorongan ideologi yang tersembunyi, Napoleon semata-mata terdorong oleh ambisi yang oportunistis dan dia tak punya selera melakukan penjagalan besar dan gila-gilaan. Dalam masa pemerintahan Napoleon, tidak terdapat semacam kamp konsentrasi seperti yang dipunyai Hitler.

Teramat masyhurnya nama Napoleon amat mudah menjebak orang menganggap dia itu berpengaruh besar secara berlebih-lebihan. Masa pengaruh jangka pendeknya memang besar, mungkin lebih besar dari Alexander Yang Agung walaupun tidak sebesar Hitler. (Menurut taksiran, sekitar 500.000 tentara Perancis mati dalam perang Napoleon, sedang sekitar 800.000 orang Jerman tewas selama Perang Dunia ke-2). Dengan ukuran apa pun, perbuatan pengrusakan Napoleon lebih sedikit ketimbang apa yang diperbuat Hitler.

Dalam kaitan pengaruh jangka panjang, tampaknya Napoleon lebih penting ketimbang Hitler, meski lebih kurang penting dibanding Alexander Yang Agung. Napoleon melakukan perubahan luas dalam tata administrasi Perancis, tetapi penduduk Perancis cuma satu per tujuh puluh penduduk dunia. Dalam tiap kejadian, perubahan administratif macam itu harus ditinjau dari sudut perspektif yang sewajarnya. Pengaruhnya terhadap orang Perancis jauh lebih sedikit ketimbang perubahan-perubahan sejumlah kemajuan teknologi dalam masa dua abad belakangan ini.

Banyak orang bilang, masa Napoleon menyediakan peluang bagi perubahan-perubahan bagi terkonsolidasinya dan semakin mapannya kaum borjuais Perancis. Di tahun 1815, tatkala monarki Perancis akhirnya tersusun kembali, perubahan-perubahan ini ditopang dan dilindungi begitu baiknya sehingga kemungkinan bisa kembalinya pola-pola sosial orde lama suatu hal yang sepenuhnya mustahil. Tetapi, perubahan terpenting sebetulnya terjadi dan tersusun sebelum Napoleon. Pada tahun 1799 ketika Napoleon memegang kendali pemerintahan mungkin setiap jalan ke arah kembalinya ke masa status quo sudah terlambat. Tetapi, lepas dari ambisi Napoleon sendiri yang keraja-rajaan, dia memang pegang peranan penting menyebarnya ide revolusi ke seluruh Eropa.

Napoleon juga membawa akibat timbulnya pengaruh-pengaruh luas dan besar dalam revolusi Amerika Latin. Penyerbuannya ke Spanyol melemahkan pemerintahan Spanyol sehingga cengkraman kolonialnya di daerah-daerah jajahannya juga dengan sendirinya melonggar dan tidak efektif. Dalam situasi de facto otonomi inilah gerakan-gerakan kemerdekaan Amerika Latin mulai meletus.

Napoleon di pertempuran Waterloo :

Dari semua langkah perbuatan Napoleon, yang paling penting dan paling punya pengaruh berjangka panjang justru yang berada di luar rencananya dan tidak ada sangkut pautnya dengan rencana Napoleon sendiri.

Di tahun 1803, Napoleon menjual daerah luas kepada Amerika Serikat. Dia tahu, milik Perancis di Amerika Utara sulit dilindungi menghadapi serangan-serangan Inggris. Selain itu, dia juga perlu duit, penjualan tanah Louisiana itu mungkin merupakan jual-beli tanah secara damai yang terbesar dalam sejarah sekaligus mengubah Amerika Serikat menjadi suatu negara yang berukuran benua. Sukar dibayangkan apa bentuknya Amerika Serikat tanpa Louisiana ini. Pasti akan merupakan negeri yang samasekali berbeda dengan apa yang kita kenal sekarang. Dan pula layak diragukan Amerika Serikat bisa menjadi negeri kuat tanpa jual-beli Louisiana ini.

Napoleon, tentu saja, bukanlah satu-satunya orang yang berperanan dan bertanggung jawab atas penjualan ini. Pemerintah Amerika jelas pegang peranan pula. Tetapi, penawaran Perancis menjual Louisiana diputuskan dalam perundingan oleh satu orang. Dan orang itu Napoleon Bonaparte.


Pertempuran Napoleon :

* Pertempuran Abukir 2 Januari - 20 Februari 1799
* Pengempungan Acre 17 Maret - 20 Mei 1799
* Pertempuran Arcole 15-17 November 1796
* Pertempuran Aspern-Essling 22 Mei 1809
* Pertempuran Auerstadt 14 Oktober 1806
* Pertempuran Austerlitz 2 Desember 1805
* Pertempuran Badajoz 16 Maret - 6 Aprril 1812
* Pertempuran Bautzen 21 Mei 1813
* Pertempuran Borodino 7 September 1812
* Pertempuran Copenhagen 2 April 1801
* Pertempuran Corunna 16 Januari 1809
* Pertempuran Dresden 26-27 Agustus 1813
* Pertempuran Eckmühl 22 April 1809
* Pertempuran Eylau 7-8 Februari 1807
* Pertempuran Friedland 14 Juni 1807
* Pengepungan Hamburg 30 Mei 1813 - 27 Mei 1814
* Pertempuran Heilsberg 10 Juni 1807
* Pertempuran Jena 14 Oktober 1806
* Pertempuran Leipzig 16-19 Oktober 1813
* Pertempuran Ligny 16 Juni 1815
* Pertempuran Lodi 10 Mei 1796
* Pertempuran Lützen 2 Mei 1813
* Pertempuran Marengo 14 Juni 1800
* Pertempuran Medellín 28 Maret 1809
* Pertempuran Sungai Mincio 8 Februari 1814
* Pertempuran Sungai Nil 1-2 Agustus 1798
* Pertempuran Ocana 19 November 1809
* Pertempuran Piramida 21 Juli 1798
* Pertempuran Quatre Bras 16 Juni 1815
* Pertempuran Rivoli 14-15 Januari 1797
* Pertempuran Saalfeld 10 Oktober 1806
* Pertempuran Salamanca 22 Juli 1812
* Pertempuran Somosierra 30 November 1808
* Pertempuran Talavera 27-28 Juli 1809
* Pertempuran Trafalgar 21 Oktober 1805
* Pengepungan Toulon September - Desember 1793
* Pertempuran Ulm 16-19 Oktober 1805
* Pertempuran Vimeiro 20 Agustus 1808
* Pertempuran Vitoria 21 Juni 1813
* Pertempuran Wagram 5-6 Juli 1809
* Pertempuran Waterloo 18 Juni 1815
* Pertempuran Wavre 18-19 Juni 1815

Sumber : en.wikipedia
 
@januar

gw bisa request tentang Ludwig Van Beethoven?
butuh nih buat tugas inggris...

kalo bisa mah pake bahasa inggris ;)
 
Wah kasih ya ..... bisa jelaskan tentang Dewi Inanna dan Isis nga ??

di wikipedia kurang mudeng !
 
yg gw denger ktnya Napoleon kalah perang di waterloo gara2 logisticnya telat karena gunung tambora meletus. jd pd taon 1815 gunung tambora meletus sehingga melepas sejumlah debu vulcanic ke udara, dan terjadi lah perubahan iklim secara global.
prancis yg waktu itu hrsnya musim semi-panas, berubah jd musim dingin.
Kode:
15 April 1815
Gunung Tambora di Pulau Sumbawa meletus. Dampaknya sungguh luar biasa.
Kengerian tiada terkira. Sekira 50.000 jiwa manusia di pulau itu menemui
ajal seketika. Sementara 36.275 orang lainnya mengungsi ke luar pulau. Erupsi
Tambora menyusutkan populasi Sumbawa hingga penduduknya waktu itu tinggal
85.000 jiwa. Kerajaan Pekat dan kerajaan Tambora yang kaya raya pun
luluh lantak. Kedua kerajaan itu runtuh akibat terkena bencana, bukan
karena perang dengan kerajaan tetangga. Tak tercatat apakah raja dan
keluarganya ikut jadi korban atau mengungsi.

Hingga 1816, dunia mencatat sebagai 'tahun tanpa musim panas'. Di Eropa
Barat, Amerika dan Kanada berembus udara beku (frost) yang mematikan.
Debu pasir vulkanis yang disemburkan Gunung Tambora menyelimuti
permukaan laut, dan abu pekat yang gentayangan sepanjang tahun menutup
sinar matahari. Pola cuaca yang jungkir balik terjadi di hampir seantero
belahan utara Bumi. Salju turun di New England, AS, pada bulan Juni, dan frost
pada Juli-Agustus, membuat paceklik yang bukan oleh musim panas. Udara
beku juga mematikan tanaman pangan di Eropa dan Kanada, menyebabkan
kekurangan pangan. Kerusuhan yang disebabkan oleh rebutan jatah makanan
meledak di Perancis dan Swiss. Di Irlandia, curah hujan dingin terjadi
hampir sepanjang musim panas itu, dan disana 65.000 orang mati oleh
kelaparan dan tipus. Wabah kolera dan tipus yang menyebar ke wilayah-wilayah
Eropa, membunuh 200.000 orang. Tak tercatat apa yang terjadi di beberapa
pulau di Indonesia, mungkin lebih parah dibandingkan kondisi di Eropa
dan daratan Amerika. Para ahli menyebutkan letusan Tambora sebagai yang
terbesar sepanjang 100.000 tahun.

Penduduk Pulau Sumbawa yang dulunya 'gemah ripah loh jinawi' itupun hingga
kini masih dilanda kemiskinan, walau beberapa perusahaan tambang seperti
Newmont beroperasi disana. Sungguh sebuah warisan bencana yang butuh waktu ratusan tahun
untuk memulihkannya, namun kita telah melupakannya. Sebuah naskah kuno
mencatat: "Kapal boleh berlabuh dimana bekas negeri Tambora adanya".

Tambora menguak pula takdir Napoleon Bonaparte. Fenomena teramat asing yang diciptakan
ledakan gunung itu membuat perhitungan strategi dan taktik perang di
Eropa meleset. Tiada musim semi dan panas. Di Waterloo, Napoleon memutuskan
untuk mengundurkan jam serangan, mengharapkan cuaca akan lebih menguntungkan
selepas tengah hari. Namun cuaca tetap murung, dan di ambang petang
18 Juni 1815 itu ia terjepit oleh pasukan Sekutu (Inggirs-Prusia) dan
kalah.

Cuaca buruk menjadi penyebab utama kekalahannya. Napoleon tidak berhasil
menghimpun semua kekuatan pada waktunya. Jumlah pasukannya kalah besar
ketimbang pasukan lawan yang sudah lebih dulu siap. Tanah yang belum
kering oleh salju, menjadi becek oleh guyuran hujan di luar musim. Roda-
roda kereta penghela meriam terjebak lumpur. Komunikasi tak bisa dijalin
cepat, konsolidasi pasukan lambat. Infantri dan kavalerinya bergerak
terseok-seok. 'Perang 100 hari' yang disiapkannya begitu lolos dari
Elbe berakhir di desa di tanah rendah Belgia itu. Era Napoleon pun tamat.
Inggris yang kala itu menduduki Indonesia mengembalikan kekuasaannya ke
Belanda, sekutunya dalam Perang Eropa.
sumber : http://mediacare.blogspot.com/2005/02/sekilas-info-rabu-penuh-gempa.html
efek tambora
by googling tentunya :p
g disangka yah Napoleon kalah gara2 indonesia --a
 
@januar

gw bisa request tentang Ludwig Van Beethoven?
butuh nih buat tugas inggris...

kalo bisa mah pake bahasa inggris ;)

nanti saya carikan


@Red

Saya prioritaskan dulu masalah sejarah, kalau yang dewa-dewi agak saya kesampingkan.

@locke

Mungkin saja itu menjadi penyebab samping, soalnya saya belum pernah dengar juga soal pengaruh gunung itu, tetapi saya salut melihat Napoleon yang ga mati2 dlm segitu byk pertempuran.
 
Ludwig Van Beethoven​

300px-Beethoven.jpg


Ludwig van Beethoven , baptized December 17, 1770 – March 26, 1827) was a German composer and virtuoso pianist. He was an important figure in the transitional period between the Classical and Romantic eras in Western classical music, and remains one of the most famous and influential musicians of all time.

Beethoven suffered from gradual hearing loss beginning in his twenties. He nonetheless continued to compose his masterpieces, and to conduct and perform, even after he was completely deaf.

Early Life :

Beethoven was born in Bonn, Germany in 1770, to Johann van Beethoven (1740 in Bonn –1792) and Maria Magdalena Keverich (1744 in Ehrenbreitstein–1787), whose father Johann Heinrich Keverich had been Chef at the court of the Archbishopric of Trier at Festung Ehrenbreitstein fortress opposite to Koblenz. Beethoven had, like their first child, been named after his father's father Lodewijk van Beethoven (1712–1773), a musician of Roman Catholic Flemish ancestry who had become Kapellmeister at the court of Clemens August of Bavaria, the Prince-Archbishop-Elector of Cologne, and had married Maria Josepha Ball (1714–1775) in 1733. Of the seven children born to Johann, himself the only survivor of three, only second-born Beethoven and two younger brothers would survive infancy. Beethoven was baptized on December 17, 1770. Although his birth date is not known for certain, his family celebrated his birthday on December 16.

Early Talent :

Beethoven's first music teacher was his father Johann, a tenor in the service of the Electoral court at Bonn, who was reportedly a harsh instructor. Johann later engaged a friend, Tobias Pfeiffer, to preside over his son's training, and it is said Johann and his friend would at times come home late from a night of drinking to pull young Ludwig out of bed to practice until morning. Beethoven's talent was recognized at a very early age, and by 1778 he was studying the organ and viola in addition to the piano. His most important teacher in Bonn was Christian Gottlob Neefe, who was the Court's Organist. Neefe helped Beethoven publish his first work: a set of keyboard variations. In 1787, the young Beethoven traveled to Vienna for the first time, in hopes of studying with Wolfgang Amadeus Mozart. It is not clear whether he succeeded in meeting Mozart, or if he did whether Mozart was willing to accept him as a pupil; see Mozart and Beethoven. In any event, the declining health of Beethoven's mother (she was dying of tuberculosis) forced him to return home after only about two weeks in Vienna. Beethoven's mother died on July 17, 1787, when Beethoven was 16. Due to his father's worsening alcohol addiction, Beethoven was responsible for raising his two younger brothers.

In 1792, Beethoven moved to Vienna , where he studied for a time with Joseph Haydn. He had wanted to study with Mozart, but Mozart had died the previous year. Beethoven received additional instruction from Johann Georg Albrechtsberger (Vienna's pre-eminent counterpoint instructor) and Antonio Salieri. By 1793, Beethoven established a reputation in Vienna as a piano virtuoso. His first works with opus numbers, a set of three piano trios, appeared in 1795. He settled into the career pattern he would follow for the remainder of his life: rather than working for the church or a noble court (as most composers before him had done), he supported himself through a combination of annual stipends or single gifts from members of the aristocracy; income from subscription concerts, concerts, and lessons; and proceeds from sales of his works.

Beethoven’s patrons loved his music but were not quick to support him. He eventually came to rely more on patrons such as Count Franz Joseph Kinsky, (d. 1811), Prince Joseph Franz Maximilian Lobkowicz (1772-1816) and Karl Alois Johann-Nepomuk Vinzenz, Fürst Lichnowsky, and as these patrons passed away or reneged on their pledges, Beethoven fell into debt. In 1807, Prince Lobkowitz advised Beethoven to apply for the position of composer of the Imperial Theatres, and the nobility who had newly been placed in charge of the post did not respond. At that time Beethoven considered leaving Vienna. In the fall of 1808, he was offered a position as chapel maestro at the court of Jerome Bonaparte, the king of Westphalia, which he accepted. In order to stop him from leaving Vienna, the Archduke Rudolf, Count Kinsky and Prince Lobkowitz, upon interventions from the composer’s friends, pledged to pay Beethoven a pension of 4000 florins a year. But the pension was not properly respected, and only Archduke Rudolf paid his share at the established date. Kinsky was immediately called to duty as an officer, did not contribute and soon died falling from his horse. Lobkowitz stopped paying in September 1811. Successors of the nobility did not continue the patronage, and Beethoven relied mostly on selling composition rights and a smaller pension after 1815.

Loss of hearing :

Around 1796, Beethoven began to lose his hearing. He suffered a severe form of tinnitus, a "ringing" in his ears that made it hard for him to perceive and appreciate music; he would also avoid conversation. He left Vienna for a time for the small Austrian town of Heiligenstadt, where he wrote his Heiligenstadt Testament. He resolved to continue living for and through his art. Over time, his hearing loss became profound: there is a well-attested story that, at the end of the premiere of his Ninth Symphony, he had to be turned around to see the tumultuous applause of the audience; hearing nothing, he began to weep. Beethoven's hearing loss did not affect his ability to compose music, but it made concerts — lucrative sources of income — increasingly difficult.

As an interesting side note, he used a special rod attached to the soundboard on a piano that he could bite, the vibrations would then transfer from the piano to his jaw to increase his perception of sound. A large collection of his hearing aids such as special ear horns can be viewed at the Beethoven House Museum in Bonn, Germany. By 1814 Beethoven was totally deaf, and when visitors saw him play a loud arpeggio or thundering bass notes at his piano remarking, "Ist es nicht schön?" (Isn't that beautiful?), they felt deep sympathy, and saw his courage and sense of humor.

As a result of Beethoven's hearing loss, a unique historical record has been preserved: he kept conversation books (his friends would write in the book so that he could know what they were saying, and he would respond either verbally or in the book) discussing music and other issues, and giving an insight into his thoughts. Even today, the conversation books form the basis for investigation into how he felt his music should be performed and his relationship to art. Some of the books, however, were altered or destroyed by Anton Schindler.

Illness and death :

After Beethoven lost custody of his nephew, he went into a decline that led to his death on March 26, 1827 during a thunderstorm.

A Viennese pathologist and forensic expert Christian Reiter (head of the Department of Forensic Medicine at Vienna Medical University) claimed that Beethoven's physician, Andreas Wawruch, inadvertently hastened Beethoven's death. According to Reiter, Warwuch worsened Beethoven's already lead poisoned condition with lead poultices applied after surgical drainings of his bloated abdomen. Various theories attempt to explain how Beethoven's lead poisoning first developed, and he was very sick years before his death in 1827 at the age of 56.


Sumber : en.wikipedia
 
thread yg sangat berbobot.. salute..
 
@jan
tq tq..

btw bisa tolong cari tentang The Queen yg nyanyi We Are The Champion tuh..

butuh juga neh..

bahasa inggris juga ye

best regards,
xillence

;)
 
yaaa,klo nggak bisa ngasi data tentang mak erot gpp,

klo tentang samurai/ninja bisa ga,
sama tokoh2 terkenalnya ya.
 
@atas

permintaan akan segera dicari, masalah samurai, udah ada 2 yaitu Tokugawa dan Yakuza
 
nanti saya carikan


@Red

Saya prioritaskan dulu masalah sejarah, kalau yang dewa-dewi agak saya kesampingkan.

@locke

Mungkin saja itu menjadi penyebab samping, soalnya saya belum pernah dengar juga soal pengaruh gunung itu, tetapi saya salut melihat Napoleon yang ga mati2 dlm segitu byk pertempuran.

iya gw juga salut sm napoleon dy kalah perang cm gara2 cuaca yg g dukung ><
Just OOT : ada yg tau knapa gambar napoleon selalu lgi naek kuda ??
itu karena (ktnya) napoleon itu lebih pendek dibanding tentara2 yang berperang pada zamannya mknya dy selalu naek kuda biar g dilecehkan sm bawahannya
@666
om request Great Alexander donkz
 
buat yang request, hrp bersabar sebentar, kerjaan menumpuk.
 
sapa yg g tertarik boss --'
ayo donk boss req numpuk tuh ;))
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.