• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Roh: Apa, Di mana, Dari mana, dan Ke mana?

singthung

IndoForum Junior E
No. Urut
7164
Sejak
21 Sep 2006
Pesan
1.634
Nilai reaksi
27
Poin
48
Roh: Apa, Di mana, Dari mana, dan Ke mana?



oleh: Selamat Rodjali


Sejak kecil manusia telah terbiasa dengan istilah roh, baik secara lisan maupun di dalam batin. Di dalam perjalanan kehidupan sehari-hari, efek tentang roh di dalam batin itu sangat kuat, bahkan sangat erat kaitannya dengan perilaku orang itu dalam menghadapi setiap aktivitasnya.

Mengapa sejak kecil manusia telah terlekati oleh konsep tentang roh tersebut? Secara sportif diakui bahwa pengaruh lingkungan (keluarga, tetangga, dan seterusnya) begitu kuat. Secara sadar ataupun tidak, baik umat Buddha ataupun bukan telah menanamkan konsep roh itu kepada orang di sekitarnya, dan 'memelihara' konsep itu. Tentu umat Buddha tersebut bertitel 'umat KTP' atau mereka yang berani menyebut dirinya sebagai pakar Buddhis namun tak pernah mau mengkaji dan mempraktekkan ajaran Buddha secara konsisten.

Kita semua menyadari bahwa di sekitar kita penuh dengan pandangan sesat tentang roh yang senantiasa ada di dalam tubuh, merasakan, melihat, serta dapat 'bertransmigrasi' ke surga atau ke neraka abadi. Spekulasi ini terus berlangsung, bahkan para ilmuwan yang selalu berasaskan logika dan sistematika berpikir masih terus berspekuIasi dalam usaharnya menelanjangi misteri roh.

DNA (asam deoksi ribonukleat) ROH?

Secara biologi. makhluk tersusun atas organ-organ. Organ tersusun atas jaringan-jaringan yang memiliki fungsi unik. Jaringan terbentuk oleh gabungan ribuan bahkan jutaan sel. Sel merupakan bagian terkecil dari makhluk yang mampu beraktivitas hidup. Apabila sel kita urai lagi, maka sel tersusun atas komponen sel (organel) yang dibentuk oleh senyawa karbohidrat, protein, lipid, dan asam nukleat. Senyawa-senyawa tersebut berasal dari oksigen. karbondioksida, nitrogen, garam organik, dan ion logam yang umum dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Masalahnya, apakah perbedaan antara zat hidup dan tak hidup? Ciri utama pembeda zat hidup dan tak hidup adalah kemampuan mereplikasi diri menghasilkan zat yang memiliki bentuk, struktur molekul, dan massa yang identik dengan zat asal. Kemampuan ini dimiliki oleh makromolekul DNA RNA. Melihat hal ini, di dalam sebuah surat kabar ibukota diberitakan bahwa ada pendapat dari ahli filsafat biokimia yang mengatakan kalau roh itu ada. maka ada di dalam DNA bahkan menyamakan DNA dengan roh! Agaknya terlalu pagi untuk memberi jawaban 'ya' bagi pernyataan tersebut, apalagi bagi umat Buddha, walaupun DNA dapat digunakan sebagai sarana mengubah sistem hidup melalui rekayasa genetika.

APA ROH ITU?

Sang Buddha menghadapi semua teori dan spekulasi roh kekal ini dengan doktrin anatta, yang berarti tanpa roh, tanpa aku. Seseorang harus melihat secara objektif apa yang disebut roh itu secara semestinya. Roh semata-mata kombinasi dari kekuatan yang berubah (anicca). Hal ini memerlukan penjelasan analitis.

Sang Buddha mengajarkan bahwa apa yang kita anggap sesuatu yang kekal di dalam diri kita hanyalah kombinasi fenomena fisik dan batin (pancakkhandha), yang terdiri atas fenomena jasmanil, materi (rupakkhandha), fenomena perasaan (vedana-kkhandha), fenomena pencerapan (sannakkhandha), fenomena bentuk-bentuk pikiran (sankharakkhandha) dan fenomena kesadaran (vinnanakkhandha). Fenomena-fenomena ini bekerja sama dalam sebuah aliran perubahan; mereka tak pernah sama dalam satu saat yang beriringan. Mereka merupakan komponen psikofisik kehidupan. Di dalam psiko-fisik kehidupan ini, Sang Buddha tidak menemukan roh kekal. Namun, masih banyak orang yang memiliki miskonsepsi bahwa roh itu kesadaran. Kepercayaan akan kekekalan roh merupakan sebuah dogma yang bertentangan dengan kebenaran empiris. Menurut Buddha Dhamma, istilah orang atau jiwa merupakan pannatti dhamma, namun secara paramattha dhamma, istilah itu tidak ada lagi.


DI MANA ROH MENGALAMI OBJEK DAN DARIMANA ROH ITU MUNCUL?

Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia mengalami rangsangan luar. Kita pun sadar mengalaminya. Kesadaran itu telah lama dianggap sebagai roh yang mengalami sesuatu dan bersifat kekal, padahal apa yang disebut 'kesadaran' itu merupakan bagian dari pancakkhandha. Kesadaran atau vinnanakkhandha (citta) selalu berkombinasi dengan tiga kelompok batin lain (cetasika). Mereka mempunyai objek yang sama, timbul bersama, lenyap bersama. selalu berubah-ubah, dan memiliki kualitas yang berbeda.

Pengalaman-pengalaman dalam kehidupan sehari-hari secara global dapat dikelompokkan menjadi enam, yaitu pengalaman melihat, mencium, merasa kecapan, mendengar, pengalaman sentuhan badan, dan pengalaman melalui pikiran. Pengalaman-pengalaman itu menyangkut segi batiniah dan kesadaran yang mengalami keenam dunia tersebut memiliki fungsi yang unik (khas). Munculnya kesadaran tersebut sepenuhnya tergantung pada kondisi. Sebagai contoh, kesadaran melihat adalah hasil (vipaka), diproduksi oleh kamma. Objek penglihatan (ruparammana) mengkondisikan 'melihat' sebagai kesadaran melihat. Apabila tidak ada objek penglihatan, tidak muncul kesadaran melihat. Indera mata, sejenis rupa di dalam mata (pasada rupa) yang mampu menerima objek penglihatan, merupakan kondisi lain bagi proses melihat. Jadi, kesadaran melihat berbeda dengan kesadaran mendengar, juga berbeda dengan kesadaran lain. Fenomena di atas sangat berbeda pula dengan anggapan 'umum' yang menyatakan bahwa setiap kesadaran mengalami objek yang berbeda itu dialami oleh satu 'roh'. Fenomena di atas secara tegas 'mengkanvaskan ke bawah ring' teori roh kekal dan teori keakuan yang kekal. Lantas akan muncul pertanyaan, apabila fenomena-fenomena itu demikian adanya, maka di manakah kesadaran itu mengalami objek dan dari manakah mereka muncul?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita patut kembali merenungkan poses-proses batin melalui keenam indera. Proses pikiran melalui pintu panca indera adalah sebagai berikut

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1, 2 dan 3 = Bhavanga citta (kesadaran penyambung kehidupan)
4 = panca-dvaravaijana citta (kesadaran menyelidiki obiek yang datang
menuju lima pintu inde-a)
5 = dvi-panca-vinnana citta (kesadaran rnelihat, mendengar, mencium,
merasakan rasa, dan kesadaran sentuhan badan)
6 = sampaticchana-citta (kesadaran menerima)
7 = santirana citta (kesadaran memeriksa/mengamati)
8 = votthapana citta (kesadaran memutuskan)
9 - 15 = javana citta (dorongan terhadap obiek Yyng talah diputuskan baik buruknya)
16 dan 17 = tadarammana citta (kesadaran mencatat)

Kesadaran (citta) mengalami objek melalui pintu (dvara), sedangkan kesadaran (citta) itu sendiri muncul dari landasan (vatthu). Marilah kita amati skema di bawah ini untuk membedakan antara dvara dan vatthu:

5734_123232797907_828182907_2315119_700528_n.jpg



Para makhluk di alam yang memiliki nama dan rupa (pancavokara bhumi), kesadaran (citta) tak mungkin muncul tanpa jasmani. Sebuah citta yang muncul memiliki sebuah rupa sebagai tempat munculnya citta tersebut. Ketika terdapat kesadaran melihat, dapatkah melihat muncul di luar badan? Ketika mendengar atau berpikir, dapatkah citta-citta itu muncul tanpa badan? Hal tersebut tidak mungkin terjadi. Dari mana munculnya kesadaran melihat? Kesadaran melihat tidak mungkin muncul di tangan atau di kaki kita. Kesadaran tersebut memerlukan mata sebagai landasan fisiknya. Cakkhuppasada rupa, rupa di dalam organ mata yang dapat menerima objek penglihatan (tepatnya retina), adalah landasan fisik (vatthu) tempat munculnya kesadaran melihat.

Landasan fisik (vatthu) ini tidak sama dengan pintu (dvara) walaupun cakkhuppasada rupa dalam hal ini adalah dvara, juga vatthu bagi kesadaran melihat (cakkhu vinnana), namun dvara dan vatthu memiliki fungsi yang berbeda. Cakkhu-dvara (pintu mata) adalah tempat di mana proses kesadaran melihat atau cakkhu dvara vithi citta (lebih dari satu citta yang terlibat) mengalami objek penglihatan. Cakkhu vatthu (landasan fisik mata) adalah tempat munculnya kesadaran melihat (cakkhu vinnana) saja. Cakkhu vatthu adalah landasan fisik hanya untuk kesadaran melihat, kesadaran lain di dalam proses melihat tersebut memiliki vatthu (landasan) yang berbeda.

Landasan fisik untuk kesadaran mendengar adalah sotappasada rupa, untuk kesadaran merasakan kecapan adalah jivhappasada rupa, untuk kesadaran mencium adalah ghanappasada rupa, untuk kesadaran sentuhan badan adalah kayappassada rupa. Tujuh puluh sembilan citta sisanya (tak termasuk dvipahca vinnana 10) muncul dari hadaya vatthu.

Landasan fisik keenam yang bukan termasuk pasada rupa 5 ialah hadaya vatthu (landasan hati sanubari). Hadaya vatthu tidak sama dengan pintu pikiran (manodvara). Manodvara adalah citta, yaitu bhavanga upaccheda citta, citta sebelum manodvaravajjana citta (kesadaran menyelidiki objek dari pintu pikiran), sedangkan hadaya vatthu adalah materi, yaitu hadaya rupa (unsur hati sanubari).

KE MANA ROH ITU PERGI?

Secara analitis, dapat kembali dilihat di dalam proses pikiran melalui panca dvara di atas bahwa setiap citta (kesadaran) yang muncul dan lenyap segera disusul dengan munculnya citta yang lain, demikian seterusnya, tanpa ada satu celah kosong di antara dua citta yang berurutan. Secara otomatis, cetasika pun muncul dan lenyap bersama citta yang disekutuinya. Ternyata, apa disebut roh yang merasakan segala sesuatu itu adalah semu, ilusi belaka. Aliran kesadaran yang muncul lenyap muncul lenyap tersebut berkondisi, dan apabila kondisi-kondisi tersebut tidak ada, kesadaran itu tidak akan ada. Dengan kata lain, kesadaran yang lenyap bukan berarti kesadaran itu pergi (transmigrasi) ke tempat atau wadah lain, juga bukan berarti bahwa kesadaran itu tetap diam. Perenungan itu memang unik dan inilah ciri khas Buddha Dhamma.

KALAU TIDAK ADA ROH, APAKAH YANG DITUMIMBAL-LAHIRKAN?

Di luar batin dan jasmani, yang menyusun makhluk hidup, Buddha Dhamma tidak mempercayai keberadaan roh kekal yang diperoleh makhluk dari sebuah sumber yang misterius. Di dalam pertanyaan "apabila tak ada roh yang berpindah dari kehidupan ke kehidupan lain, apakah yang ditumimbal-lahirkan", terdapat anggapan ada yang ditumimbal-lahirkan. Bagaimana mungkin tumimbal lahir terjadi tanpa satu roh yang dilahirkan?

Menurut Buddha Dhamma, lahir adalah munculnya khandha. Proses penjadian saat ini merupakan hasil dari keinginan menjadi pada kehidupan lampau, dan keinginan saat ini mengkondisikan hidup pada masa kelahiran mendatang. Proses di dalam satu jangka kehidupan merupakan aliran proses kesadaran yang dilanjutkan pada masa kehidupan berikutnya tanpa ada yang hijrah ke tempat lain dan pandangan ini berbeda dengan teori reinkarnasi roh yang diajarkan oleh kepercayaan tertentu.

Ilmuwan modern mengilustrasikan proses tumimbal lahir ini seperti bola-bola bilyar berangkai berdekatan. Misalnya, sebuah bola menggelinding mengenai bola lain, bola menggelinding ini akan berhenti mati, sedangkan bola yang dikenainya akan bergerak, demikian seterusnya selama momentum atau impuls (dorongan) kamma masih ada, maka impuls tersebut akan melahirkan penggelindingan bola selanjutnya.

Jadi, ketika tumimbal lahir, tidak ada roh yang berpindah, namun ada khandha yang muncul. Kesadaran di dalam kelahiran yang baru tidak sama dengan kesadaran di dalam hidup yang telah lewat dan juga tidak berbeda, karena sekarang dan lampau masih dalam sebuah proses aliran kehidupan. Ibarat keju, berasal dari susu namun keju tidak sama dengan susu, demikian pula kehidupan lampau tidak sama dengan kehidupan sekarang, namun sekarang berasal dari lampau.


DAFTAR PUSTAKA

* Kaharuddin, J. 1989. Abhidhammatthasangaha. Sekolah Tinggi Agama Buddha Nalanda. Jakarta, 187 hal.
* Narada. The Buddha and His Teachings. Buddhist Misionary Society, Kuala Lumpur, 713 hal.
* Van Gorkom, Nina. 1979. Abhidhamma in Daily Life. H.M. Gunasekera Trust, Sri Lanka, 259 p.
 
Yg dikatakan itu semua adalah prosesnya, bagaimana kesadaran itu bekerja, dalam bentuk apa kesadaran itu bekerja..
seorang yg telah mencapai kesadaran murni , dia hanya bisa melihat proses saja tetapi tidak bisa melihat kesadaran murni itu sendiri. siapa yg melihat saat itu ? siapa yg analisa ? siapa yg menganalisa siapa ? apakah subjek menganalisa objek. objeknya siapa ? bukankah objek itu subjek sendiri ? jika subjek adalah kesadaran murni , lalu kesadaran yg murni menganalisa atas kesadaran murni dirinya sendiri ? buat apa ? justru meditator yg belum mencapai kesadaran murni yg menganalisa. dan analisanya itu sebatas kemampuan kesadaran konvensional saja. saat meditator mencapai kesadaran murni, tidak ada apapun yg dia lihat atas dirinya sendiri kecuali dia hanya melihat proses yg bekerja pada 5 skhanda dan proses hukum alam semesta.

 
Yg dikatakan itu semua adalah prosesnya, bagaimana kesadaran itu bekerja, dalam bentuk apa kesadaran itu bekerja..
seorang yg telah mencapai kesadaran murni , dia hanya bisa melihat proses saja tetapi tidak bisa melihat kesadaran murni itu sendiri. siapa yg melihat saat itu ? siapa yg analisa ? siapa yg menganalisa siapa ? apakah subjek menganalisa objek. objeknya siapa ? bukankah objek itu subjek sendiri ? jika subjek adalah kesadaran murni , lalu kesadaran yg murni menganalisa atas kesadaran murni dirinya sendiri ? buat apa ? justru meditator yg belum mencapai kesadaran murni yg menganalisa. dan analisanya itu sebatas kemampuan kesadaran konvensional saja. saat meditator mencapai kesadaran murni, tidak ada apapun yg dia lihat atas dirinya sendiri kecuali dia hanya melihat proses yg bekerja pada 5 skhanda dan proses hukum alam semesta.

jangan memakai label sebagai seorang meditator, lalu bisa mengetahui anatta atau atta. para meditator memang kuat kesadarannya. tetapi sekuat apapun tetap saja hanya melihat proses. tak bisa melihat substansi dirinya sendiri.

...
maaf bro..

kalau.. meditator itu hanya dapat melihat proses tanpa dapat melihat subtansi dirinya..
berarti sang buddha pun.. hanya melihat proses..?
Ternyata sang Buddha sendiri benar2 tersesat yah bro ? /wah
 
...
maaf bro..

kalau.. meditator itu hanya dapat melihat proses tanpa dapat melihat subtansi dirinya..
berarti sang buddha pun.. hanya melihat proses..?
Ternyata sang Buddha sendiri benar2 tersesat yah bro ? /wah

anda yg megatakan itu , bro. :>
 
anda yg megatakan itu , bro. :>
karena sang buddha sendiri pada dasarnya seorang meditator..
kalau dikatakan dia tidak mencapai apa2..

lalu untuk apa dia duduk meditasi ?
dan utk apa juga dia mengajarkan meditasi kepada murid2nya ?
omong kosongkah ? ;))
 
karena sang buddha sendiri pada dasarnya seorang meditator..
kalau dikatakan dia tidak mencapai apa2..

lalu untuk apa dia duduk meditasi ?
dan utk apa juga dia mengajarkan meditasi kepada murid2nya ?
omong kosongkah ? ;))

Sang Budha telah meletakan fondasi dasar ttg kesadaran. Telah memberi pencerahan pada banyak hal yg bermanfaat bagi umat manusia. Kenapa anda berpikir itu semua omong kosong ?

Kita lagi diskusi ttg atta atau anatta. Menurut saya , sangat mungkin apa yg dikatakan oleh Sang Budha Gautama ttg anatta itu telah salah dipersepsi atau salah di interpretasi oleh orang2 sesudah beliau sampai sekarang.
 
Sang Budha telah meletakan fondasi dasar ttg kesadaran. Telah memberi pencerahan pada banyak hal yg bermanfaat bagi umat manusia. Kenapa anda berpikir itu semua omong kosong ?

Kita lagi diskusi ttg atta atau anatta. Menurut saya , sangat mungkin apa yg dikatakan oleh Sang Budha Gautama ttg anatta itu telah salah dipersepsi atau salah di interpretasi oleh orang2 sesudah beliau sampai sekarang.

Pendahulu.....kaum Budhhist sudah meletakkan pondasi tsb sbg konsep-konsep dasar dalam penjabaran dan penyebaran Buddha Dharma....itu sudah berlangsung ribuan tahun.
Masing-masing memiliki pandangan dan visi........sebisa mungkin kita untuk tidak bersikukuh masalah dharma hati tsb.
 
Sang Budha telah meletakan fondasi dasar ttg kesadaran. Telah memberi pencerahan pada banyak hal yg bermanfaat bagi umat manusia. Kenapa anda berpikir itu semua omong kosong ?

Kita lagi diskusi ttg atta atau anatta. Menurut saya , sangat mungkin apa yg dikatakan oleh Sang Budha Gautama ttg anatta itu telah salah dipersepsi atau salah di interpretasi oleh orang2 sesudah beliau sampai sekarang.

saya setuju, apa yg tertulis dan apa yg terinterpretasi itu lum tentu benar..

tapi mengatakan seorang meditator gagal melihat kesadaran murni.. dan hanya melihat kesadaran lain itu sama seperti ingin bilang..meditasi = omong kosong

padahal sang buddha sendrii seorang meditator kan ? :)
 
saya setuju, apa yg tertulis dan apa yg terinterpretasi itu lum tentu benar..

tapi mengatakan seorang meditator gagal melihat kesadaran murni.. dan hanya melihat kesadaran lain itu sama seperti ingin bilang..meditasi = omong kosong

padahal sang buddha sendrii seorang meditator kan ? :)

meditasi bukan untuk melihat kesadaran murni, tetapi untuk mencapai kesadaran murni. Bro.

Saat mencapainya , tidak bisa melihat apa itu kesadaran murni ini . Yang terlihat itu semua adalah proses bekerjanya kesadaran itu, baik itu kerja kesadaran konvensional maupun aktifitas kesadaran murni, dan dalam bentuk apa saat kesadaran itu bekerja.

Kita bisa melihat karma yg akan muncul, ada orang melihat seperti butir gelembung udara berderet ngantri panjang. Begitu 1 karma itu terjadi, terlihat 1 gelembung udara itu meletus, dan seterusnya. Tetapi orang lain melihatnya bukan seperti butir gelembung udara. Fenomenal2 kehidupan ini semua bisa dilihat saat meditasi, tetapi substansi inti diri sendiri tidak bisa dilihat. Mau lihat pakai apa ?

 
meditasi bukan untuk melihat kesadaran murni, tetapi untuk mencapai kesadaran murni. Bro.

Saat mencapainya , tidak bisa melihat apa itu kesadaran murni ini . Yang terlihat itu semua adalah proses bekerjanya kesadaran itu, baik itu kerja kesadaran konvensional maupun aktifitas kesadaran murni, dan dalam bentuk apa saat kesadaran itu bekerja.

Kita bisa melihat karma yg akan muncul, ada orang melihat seperti butir gelembung udara berderet ngantri panjang. Begitu 1 karma itu terjadi, terlihat 1 gelembung udara itu meletus, dan seterusnya. Tetapi orang lain melihatnya bukan seperti butir gelembung udara. Fenomenal2 kehidupan ini semua bisa dilihat saat meditasi, tetapi substansi inti diri sendiri tidak bisa dilihat. Mau lihat pakai apa ?

...ini tampaknya..
maksud dari kesadaran murni = nibanna ?

nibanna kan digambarkan sebagai suatu keadaan mental yg tidak lage melekat pada indra2.. padamnya "aku"..segalanya terlihat sebagaimana adanya..

begitu maksudnya ? :)
kalau iya.. tentu orang yg pernah mencapai nibanna mengetahui dengan jelas..dimana dia berada...

Dan karena dia mengetahui (melihat dalam tanda kutip).. tentu dia menyadari prosesnya..
tanpa mengetahui proses, sebab, keadaan, dan ciri2nya..

tidak mungkin seorang Buddha dapat membimbing murid2nya mencapai keadaan yg serupa..
 

dan..
penggunaan kata "ada (aku) yg melihat" walaupun "tidak adanya aku"
adalah dalam konteks pembicaraan..

ini seperti yg tertulis di sutta intan kalau tidak salah.. /hmm
bukan berati si pembicara tidak melihat ketiadaan aku, tapi utk memudahkan komunikasi..
 
---------------------------------------------ooooo----------------------------







hidup yang baik, belajar yg baik, memikul tanggung jawab yg baik, kurangi ambisi, kembangkan perasaan menuju Hati nurani.
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.