• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Renungan Harian/Saat Teduh.

Bacaan hari ini: 2 Korintus 7:1-10
Ayat mas hari ini: 2 Korintus 7:10
Bacaan Alkitab Setahun: 1 Tawarikh 7-9



Sudah setahun Anton selingkuh dengan teman kantornya. Akhirnya ketahuan juga oleh istri dan teman-teman gereja. Pendeta datang membesuk dan menegurnya. Anton mengaku bersalah. Ia menyesal, tetapi tak rela meninggalkan kekasihnya. “Kasihan,” katanya, “Ia belum menikah. Ke mana ia harus pergi? Saya yang berbuat, kini saya harus bertanggung jawab. Jika saya mencampakkannya, saya akan dikejar rasa bersalah!” Anton lupa, dengan mempertahankan hubungan gelap itu, justru ia bersalah lebih besar terhadap istri dan anak-anaknya.

Rasa bersalah tak selalu mendorong orang bertobat. Menurut Rasul Paulus, ada rasa bersalah sejati, ada juga yang palsu. Rasa bersalah sejati adalah “dukacita menurut kehendak Allah”. Datangnya dari teguran ilahi. Jemaat Korintus pernah menerima surat teguran yang keras dari Paulus, karena mereka membiarkan guru-guru palsu mengacaukan jemaat. Teguran ini membuat mereka menyesal, meratapi dosanya, lalu bertobat (ayat 8,9). Tidaklah demikian dengan rasa bersalah palsu; “dukacita yang dari dunia.” Di sini sang pelaku meratapi akibat dosanya, bukan dosa itu sendiri. Anton bersedih karena perbuatannya ketahuan. Ia berduka karena tak rela meninggalkan selingkuhannya, bukan karena menyadari dosanya pada Tuhan dan keluarga. Rasa bersalah palsu membuatnya berusaha menutupi dosa, bahkan meneruskannya karena “sudah kepalang tanggung”.

Ketika Anda ditegur karena berbuat dosa, bagaimana reaksi Anda? Mengakuinya atau berusaha menutupi? Rasa bersalah seperti apa yang muncul? Mintalah Tuhan memberi Anda rasa bersalah sejati.



RASA BERSALAH YANG TIDAK DIIKUTI DENGAN PERTOBATAN, BUKAN RASA BERSALAH YANG DARI TUHAN
 
He has made perfect forever those who are being made holy.Hebrews 10:14 NIV

When you disregard your positive qualities by telling yourself, "I'm too fat, I'm no good, I never do anything right," you'll always find verification of what you're looking for. Dr. Richard Carlson says: "Putting yourself down reinforces rather than corrects your imperfections by placing unnecessary attention and energy on everything that's wrong, rather than what's right with you. Why would you do this knowing the only possible result is a negative outlook, more negative feelings and less appreciation for the gift of life? People who regularly put themselves down are often seen as complainers, not to mention the example they set. Everyone has aspects of themselves they'd like to improve, but this doesn't mean you should beat yourself up. Here on earth none of us is ever going to be perfect, but putting yourself down isn't the answer."

The Bible says God "has made perfect forever those who are being made holy" (Hebrews 10:14 NIV). Max Lucado writes: "Underline the word perfect. Note, the word isn't better. Not improving. Not on the upswing. God doesn't improve; he perfects. He doesn't enhance; he completes… I realise there's a sense in which we're imperfect. We still err. We still stumble. We still do exactly what we don't want to do… that part of us is 'being made holy.' But when it comes to our position before God, we're perfect. When he sees each of us, he sees someone who has been made perfect through the One who is perfect - Jesus Christ."

It's okay to work on improving yourself, but go easy; stop often and remind yourself that you're "being made new… becoming like the One who made you" (Colossians 3:10 NCV).
 
Bacaan hari ini: Yohanes 4:12-19
Ayat mas hari ini: Yohanes 4:15
Bacaan Alkitab Setahun: 1 Tawarikh 20-23



Pernah ibu saya dirawat di ICU karena gagal jantung. Dokter memasukkan selang-selang plastik ke dalam mulutnya dari mesin pompa darah. Ketika sadar, ia tak bisa bicara. Bibirnya yang kering mencoba berbisik: “Haus ... haus ....” Ia haus luar biasa, tetapi saya dilarang memberinya minum. Saya hanya boleh mengolesi bibirnya dengan kapas yang dibasahi air. Sungguh pedih melihat ia menderita kehausan, sementara yang saya lakukan tak cukup untuk memuaskan dahaganya.

Kehausan adalah penderitaan hebat. Orang bisa membayar berapa pun untuk memuaskan dahaga. Perempuan Samaria yang ditemui Yesus juga kehausan luar biasa. Bukan haus akan air, tetapi haus kasih sayang. Ia mengira, dengan menikahi seorang laki-laki, dahaganya akan kasih dapat terpuaskan. Nyatanya tidak. Ia mencoba lagi dengan laki-laki lain. Sama saja. Sampai lelaki keenam, ia tetap dahaga. Yesus berkata, yang perempuan itu butuhkan ialah “air hidup.” Maksudnya, Roh Kudus (bandingkan dengan Yohanes 7:38,39). Hanya Roh Kudus yang dapat mengisi ruang kosong di hati kita. Memberi kehangatan kasih sejati yang tak dapat manusia berikan. Jika kasih-Nya melimpah di hati, kita akan merasa puas. Tidak lagi menuntut terlalu banyak dari kasih manusia yang terbatas dan bersyarat.

Apakah Anda sering kecewa karena merasa kurang dikasihi? Apakah Anda berharap terlalu banyak pada orang terdekat? Berhentilah menjadikan orang lain sebagai sumber kasih. Minta Roh Kudus memenuhi hati Anda dengan kasih-Nya. Anda akan diubahkan oleh-Nya menjadi penyalur kasih, bukan pengemis kasih.



JADIKAN TUHAN SUMBER KASIH. ANDA TAK AKAN LAGI MENJADI PENGEMIS KASIH
 
sy mo nambahin sedikit...

Bacaan hari ini: Roma 10:11-15
Ayat mas hari ini: Roma 10:15
Bacaan Alkitab Setahun: 1 Tawarikh 24-26

Kuncinya Mau

Salah satu panggilan kita sebagai orang yang sudah mengenal dan percaya kepada Kristus, adalah memberitakan Kristus kepada sebanyak mungkin orang. Sehingga semakin banyak pula orang yang mengenal dan percaya kepada Dia. Untuk itu, kita tidak mesti menjadi pendeta atau penginjil. Kita bisa melakukannya sesuai kemampuan dan kesempatan yang kita punya. Seperti John Nicholson dan Samuel Hill, dua orang salesman keliling. Suatu malam di tahun 1989 mereka bertemu di sebuah hotel. Dari perbincangan mereka tebersit suatu gagasan, alangkah baiknya apabila ada Alkitab di dalam kamar hotelnya. Bersama seorang rekan lainnya, W.J. Knight, mereka kemudian membentuk sebuah yayasan untuk menyalurkan Alkitab ke hotel-hotel. Yayasan mereka diberi nama Gideon, salah seorang hakim dalam Kitab Hakim-hakim.

Kini hampir di seluruh hotel di Eropa dan Amerika Serikat, kita bisa menemukan Alkitab dari The Gideons di laci meja kamar hotel. Mereka juga menempatkan Alkitab di rumah-rumah sakit, penjara, dan gedung-gedung asrama. Saat ini, The Gideons telah menyalurkan Alkitab lebih dari satu juta buah per minggu ke mancanegara. Entah sudah berapa banyak orang yang mengenal dan percaya kepada Kristus karena pelayanan mereka ini.

Jadi, seperti dalam permainan sepak bola, tidak semua orang mesti jadi pemain. Ada peran-peran lain yang juga penting, seperti pelatih, asisten pelatih, dokter, atau bahkan tukang urut. Begitu juga dalam memberitakan Kristus. Kita bisa berpartisipasi dan berkontribusi dalam peran dan kapasitas kita masing-masing. Kuncinya mau


DI MANA PUN DAN KAPAN PUN KITA BISA BERPARTISIPASI DALAM MEMBERITAKAN KRISTUS


sumber : http://www.renunganharian.net/utama.php?tanggalnya=2009-08-29


GBU.

regards,

novert.
 
Bacaan hari ini: 1 Yohanes 4:7-21
Ayat mas hari ini: 1 Yohanes 4:7
Bacaan Alkitab Setahun: 2 Tawarikh 4-6



Pada 24 November 1974, John Stott, seorang pendeta senior dari Inggris, yang oleh Majalah Times dimasukkan ke dalam daftar 100 tokoh berpengaruh di dunia, mengakhiri khotbahnya dengan bercerita tentang gereja yang diimpikannya. Salah satunya adalah: gereja yang memelihara, yang anggotanya beragam latar belakang, memiliki persekutuan yang hangat dan terhindar dari pementingan diri sendiri, yang anggotanya saling mengasihi dengan tulus, dan juga yang mau membantu orang lain.

Sebuah mimpi yang indah dan penting. Sebab itulah salah satu tugas gereja, yaitu menjadi “wadah” para warganya untuk bertumbuh dalam iman, dan berbuah dalam sikap hidup sehari-hari, sehingga dunia dapat merasakan nilai kehadirannya. Masalahnya, kita kerap menganggap itu hanyalah tugas gereja sebagai institusi, dan bukan tugas kita secara pribadi. Padahal gereja adalah orang-orangnya. Kita. Anda dan saya. Orang-orang yang dipanggil dari kegelapan dan diselamatkan oleh Kristus.

Biarlah orang lain “melihat” Allah melalui gerejanya. Melalui kita. Caranya, dengan memiliki sikap hidup saling mengasihi (ayat 7). Tidak masalah jika kita hidup dalam keragaman dan perbedaan—suku, bahasa, budaya, talenta, status sosial—kita tetap bisa terekat dalam kebersamaan; kehangatan persekutuan dan ketulusan untuk saling peduli. Tidak menganggap diri sendiri lebih penting dari orang lain. Sebaliknya selalu merasa tidak sempurna tanpa orang lain. Ya, adalah tugas kita untuk membuat orang lain dapat melihat dan merasakan kasih Allah; melalui sikap dan tutur kata kita.



Mengatakan apa yang kita lakukan, memang penting. Namun melakukan apa yang kita katakan, itu lebih penting
 
Bacaan hari ini: Matius 5:43-48
Ayat mas hari ini: Matius 5:44
Bacaan Alkitab Setahun: 2 Tawarikh 14-16



Uskup Agung Cranmer dikenal oleh banyak orang sebagai orang yang memiliki kemampuan untuk mengasihi orang yang telah menyakiti hatinya. Sampai-sampai muncul pernyataan orang bahwa jika Anda mau berteman dengannya, sakitilah hatinya lebih dulu. Maka, ia akan melayani dan mengasihi Anda. Memang, mengasihi musuh bukanlah hal yang mudah. Kita cenderung lebih mudah untuk berkata, “Kalau dia berbuat jahat sekali kepada saya, saya akan membalasnya dua kali.” Namun, membalas kejahatan dengan kejahatan adalah cara dunia.

Alkitab mengungkapkan sebuah cara yang sangat berbeda dengan dunia. Untuk menghadapi musuh, kita tidak perlu buru-buru menggunakan senjata atau kepalan tangan, tetapi dengan kasih. Sebaliknya, anak-anak Tuhan membalas orang yang mencaci dan menganiaya mereka bukan dengan kekerasan atau kebencian, melainkan dengan doa. Inilah prinsip anak-anak Allah. Jikalau kita bersikap dan berbuat baik hanya kepada orang yang juga berlaku baik kepada kita, lalu apa bedanya anak Allah dengan orang yang tidak mengenal Allah (ayat 46,47)?

Untuk mempraktikkan perintah ini memang tidak mudah. Namun, jika kita mengaku sebagai anak-anak Allah, kita harus melakukannya. Mari kita mulai dengan langkah-langkah kecil. Berdoalah untuk musuh kita, lalu lakukan hal yang sederhana untuknya. Dalam hal ini Matthew Henry, seorang hamba Tuhan pada abad ke-16, mengusulkan agar kita belajar untuk membalas cercaan bukan dengan cercaan, melainkan dengan kata-kata yang sopan dan lemah lembut.




KASIH SEJATI AKAN TERUJI DI SAAT SULIT, SEPERTI KETIKA MENGHADAPI MUSUH YANG MEMBAWA SAKIT
 
Bacaan hari ini: Roma 8
Ayat mas hari ini: Roma 8:26
Bacaan Alkitab Setahun: 2 Tawarikh 20-22



Apabila kita berada di puncak gunung, kita bisa melihat pemandangan yang luar biasa indah. Cakrawala terbentang. Sejauh mata memandang, alam semesta begitu indah hingga ke kaki langit. Matahari yang merekah. Awan yang berarak. Pepohonan yang hijau. Sawah ladang yang menguning. Aliran sungai yang meliuk dengan riaknya yang indah. Tak ada yang menghalangi pandangan mata kita. Namun, sangat berbeda kalau kita ada pada jarak dekat. Yang tampak adalah banyaknya semak belukar, pepohonan yang tak semua hijau, bahkan penuh ranting dan duri.

Serupa dengan itu, kita juga akan melihat hal yang luar biasa indah jika kita berada di tempat yang tinggi. Yakni apabila kita meletakkan hati kita di tempat Allah berada. Hanya dengan demikian, kita dapat melihat segala yang terjadi dalam kacamata Allah. Maka, segalanya akan tampak indah. Kita tidak akan kekurangan bahan untuk mengucap syukur. Dan, tidak terlalu sulit untuk mencapainya, hanya sejauh doa kita. Dengan memiliki relasi pribadi yang erat dengan Tuhan. Jika kita merasa lelah, beban begitu berat, berbagai persoalan menimpa, hingga hidup begitu hampa, datanglah kepada-Nya.

Terkadang lidah kita terasa kelu untuk mengungkapkan semua beban hidup ini. Ingatlah bahwa Allah Roh Kudus bersama kita. Dialah yang akan menolong kita untuk berdoa, sekalipun kerap kali kita tidak tahu apa yang harus kita ucapkan. Roh Kudus akan membawa kita ke hadirat Allah Yang Mahatinggi, dan menolong kita melihat semua hal yang ada dalam hidup kita, dari tempat Allah melihatnya. Di dalam doa, Dia menolong kita melihat indahnya lika-liku hidup kita bersama Allah.




DI TEMPAT ALLAH MELIHAT, KITA MENDAPATI BAHWA JIKA KITA BERSAMA-NYA, ITU SUDAH CUKUP!
 
Bacaan hari ini: Ratapan 3:39-48
Ayat mas hari ini: Ratapan 3:40
Bacaan Alkitab Setahun: 2 Tawarikh 30-32



Caron Butler adalah pemain basket profesional yang bermain untuk tim Washington Wizards di Amerika Serikat. Saat ini ia dikenal sebagai pemain yang bukan saja hebat, tetapi juga mengabdi kepada masyarakat. Padahal semasa kecilnya, ia dikenal sebagai anak yang bermasalah dan pernah dipenjara. Namun ternyata justru di dalam penjara itulah, ia mengevaluasi hidupnya dan menyadari kesalahan-kesalahan yang telah ia perbuat. Maka ia pun berubah, sehingga bisa menjadi Caron Butler seperti yang dikenal sekarang.

Kesusahan yang kita alami kerap kali menjadi waktu yang tepat untuk kita berdiam diri dan mengevaluasi hidup. Inilah yang dilakukan oleh sang penulis ratapan ketika bersusah hati di tengah kondisi bangsanya yang porak-poranda. Ia bisa saja hanya mengasihani diri. Namun, bukan itu yang dilakukannya. Ia mengevaluasi hidup bangsanya dan menemukan bahwa situasi bangsanya ini sebenarnya disebabkan oleh dosa-dosa mereka kepada Tuhan. Dan bukan itu saja. Daripada berlarut-larut dalam sedih, ia mengajak bangsanya kembali kepada Tuhan.

Jika saat ini kita sedang berada dalam kesusahan, jangan hanya meratap dan mengasihani diri. Pakailah kesempatan ini untuk mengevaluasi diri. Pikirkan dengan jujur apakah situasi ini disebabkan oleh kesalahan kita sendiri. Memang tidak selalu demikian. Namun, ambillah kesempatan untuk benar-benar “menilai” hidup kita. Bagaimana sikap kita terhadap sesama, terhadap Tuhan? Waktu evaluasi akan menolong kita untuk memperbaiki kesalahan dan mengambil langkah yang baru.



PERTOBATAN = EVALUASI DIRI + TINDAKAN PEMULIHAN
 
Bacaan hari ini: Obaja 1:1-7
Ayat mas hari ini: Obaja 1:3
Bacaan Alkitab Setahun: 2 Tawarikh 33-36



Tentang kesombongan, C.S. Lewis menulis, “Berhadapan dengan Allah, manusia berhadapan dengan Sosok yang keunggulannya dalam segala aspek tak tertandingi. Kalau Anda tidak melihat Allah sebagaimana adanya—dan dengan demikian melihat diri Anda secara mutlak tidak sebanding dengan Dia—Anda sama sekali tidak mengenal Allah. Selama Anda sombong, Anda tidak mungkin mengenal Allah. Orang yang sombong selalu memandang ke bawah, merendahkan orang lain dan segala sesuatu: dan, tentu saja, selama Anda melihat ke bawah, Anda tidak akan dapat melihat sesuatu yang ada di atas Anda.”

Sikap semacam itu diperlihatkan bangsa Edom. Mereka membanggakan kehebatan dan pengaruh mereka di tengah bangsa-bangsa lain. Mereka memegahkan perbentengan yang tinggi dan kokoh. Mereka menyombongkan kekayaan dan kemakmuran. Mereka mengandalkan persekutuan dengan negara-negara sahabat. “Siapakah yang sanggup menurunkan aku ke bumi?” pikir bangsa itu. Mereka lalai; tidak memperhitungkan keberadaan Allah. Allah yang sanggup meninggikan dan merendahkan bangsa-bangsa semudah membalikkan telapak tangan. Terhadap bangsa Edom, Dia berfirman, rajawali pongah itu akan dijatuhkan.

Kesombongan berkaitan dengan cara pandang kita terhadap Allah serta siapa atau apa yang kita andalkan. Apakah kita menghormati Dia melalui sikap, ucapan, dan tindakan kita? Manakah andalan kita: diri sendiri, keunggulan yang kita miliki, atau Allah? Kiranya kita dijauhkan dari keangkuhan Edom dan belajar merendahkan diri di hadapan Allah.



KESOMBONGAN MENDATANGKAN KEJATUHAN
 
Bacaan hari ini: Matius 5:38-42
Ayat mas hari ini: Matius 5:39
Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 22-24



Pak Bono, seorang guru desa, tengah berbicara kepada orang banyak. Tiba-tiba seorang pemuda melemparkan kentang tepat mengenai kepalanya. Orang-orang terdiam menahan napas. Pak Bono memungut kentang itu dan beranjak pergi. Beberapa bulan kemudian, ia mengunjungi rumah pemuda itu. Setelah mengetuk pintu, Pak Bono menyodorkan sebuah karung sambil berkata, “Beberapa waktu lalu Anda melemparkan kentang. Saya memungutnya dan menanamnya. Saya kemari ingin berterima kasih dan membagi hasil panennya dengan Anda.”

Bacaan Alkitab hari ini adalah bagian dari Khotbah di Bukit. Di sana Tuhan Yesus mengutip salah satu hukum tertua di dunia: “mata ganti mata, gigi ganti gigi”. Hukum pembalasan tersebut, atau Lex Talionis, terdapat dalam kitab hukum Hammurabi, Raja Babel pada tahun 2285-2242 SM. Namun, Tuhan Yesus mengajarkan hal yang sama sekali berbeda, yaitu Anti-Lex Talionis. Ungkapan “berilah pipi kiri kepada orang yang menampar pipi kanan” adalah sebuah kiasan. Maknanya, Tuhan Yesus menginginkan para pengikut-Nya menghindari sikap “mata ganti mata”; tetapi membalas kejahatan dengan kebaikan, kebencian dengan kasih, sumpah serapah dengan berkat. Balas dendam hanya akan memicu hal-hal buruk lainnya. Seumpama mata rantai, keburukan harus “diputus” dengan kebaikan.

Maka, baiklah kita membuang jauh-jauh niat menuntut balas kepada orang yang menyakiti kita. Sebaliknya, tetap upayakan kebaikan untuknya. Seperti yang dilakukan Pak Bono dalam cerita di atas. Sikap ini jauh lebih mendatangkan berkat dan sukacita.



Air susu dibalas air tuba itu tindakan pengecut. Air tuba dibalas air susu itu tindakan kristiani
 
Bacaan hari ini: Wahyu 12:10-12
Ayat mas hari ini: Wahyu 12:11
Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 25-27



Sejumlah mahasiswa kristiani bermain basket di lapangan kampusnya. Pak Haryo, tukang kebun setempat, duduk di tepi lapangan, asyik membaca Alkitab. “Baca apa, Pak?” tanya seorang mahasiswa. “Kitab Wahyu,” jawab Pak Haryo. “Kitab Wahyu? Memangnya Bapak mengerti isinya?” tanya mahasiswa itu lagi. “Yah, menurut kitab ini, Tuhan Yesus pada akhirnya menang.”

Sebuah tafsiran kitab Wahyu yang lugas dan jitu. Kitab terakhir ini memang memaparkan kemenangan final Tuhan Yesus atas musuh-Nya. Dan, orang-orang yang telah ditebus-Nya turut ambil bagian dalam kemenangan tersebut. Nas kali ini menunjukkan tiga hal yang memampukan orang-orang kudus mengalahkan Iblis. Darah Anak Domba. Dasar kemenangan mereka ialah Kristus dan karya penebusan-Nya di kayu salib. Setiap orang yang berpaut kepada Yesus Kristus akan mampu melawan dan menundukkan Iblis (1Yohanes 5:4-6).

Perkataan kesaksian. Aktivitas iman mereka ialah memberitakan firman Allah; baik melalui perkataan maupun perbuatan. Dengan memahami, memercayai, dan menerapkan firman Allah secara konsisten, orang percaya akan berhasil membungkam dakwaan dan godaan Iblis. Tidak mengasihi nyawa sampai ke dalam maut. Inilah sikap iman yang menjungkalkan Iblis. Orang percaya menyadari hidup ini hanya sementara, sekaligus tempat pelatihan dan persiapan menuju kekekalan. Mereka siap untuk mengorbankan waktu, tenaga, harta, dan bahkan jika perlu nyawa, demi menyebarluaskan firman Allah. Apakah Anda memiliki ketiga hal tersebut?



ORANG-ORANG PERCAYA MENJADI PEMENANG BERDASARKAN KEMENANGAN YANG TELAH DIRAIH YESUS KRISTUS
 
if My people who are called by My name will humble themselves, and pray and seek My face, and turn from their wicked ways, then I will hear from heaven, and will forgive their sin and heal their land.
2 Chronicles 7:14


Mungkin sekarang saudara dalam keadaan tersesak, dimana saudara tidak menemukan jalan keluar dalam menghadapi masalah. Jika saudara ingin supaya berkat Tuhan tercurah atas hidup saudara, mulailah saudara berpuasa, bertobat, dan selama berpuasa, harus disertai sikap hati yang hancur (terkoyak)
maka Tuhan Jesus akan berbelas kasihan kepada saudara, akan memberkati hidup saudara. JBU
 
Bacaan hari ini: Kidung Agung 8:5-7
Ayat mas hari ini: Kidung Agung 8:6
Bacaan Alkitab Setahun: Ezra 1-4



Carmen Ruiz Perez dari Spanyol, jatuh cinta pada Steve Smith, ketika mereka bertemu 16 tahun lalu dalam pertukaran pelajar di Inggris. Setahun kemudian, mereka berpisah ketika program itu berakhir. Carmen kembali ke Spanyol, lalu pindah ke Prancis. Beberapa tahun kemudian Steve mengirim surat cinta untuk Carmen, ke alamat ibunya di Spanyol. Sayang, surat itu terselip di belakang perapian lebih dari satu dekade, dan baru ditemukan ketika rumah itu direnovasi. Akhirnya, walau belasan tahun telah berlalu, cinta mereka bertaut kembali. Mereka pun menikah pada Juli 2009.

Kerap kali cinta suami istri tampak menggebu di awal, tetapi luntur seiring berlalunya waktu. Bisa karena cinta hanya untuk memuaskan nafsu, mengangkat gengsi, mengisi hati yang sepi. Atau, cinta dianggap barang; menarik dan enak dipakai ketika baru. Lalu bisa dibuang jika sudah bosan, untuk diganti yang baru. Atau, ketika kelemahan pasangan tampak, lunturlah cinta. Padahal kelemahan dan kekurangan seharusnya menyatukan pasangan, karena timbul kebutuhan untuk saling menopang.

Salomo yang diyakini menuliskan Kidung Agung, mengungkap makna cinta sejati. Di masa jayanya, ia kerap menerima upeti dari negara tetangga, berupa gundik. Namun, cintanya terhadap sang istri-gadis Mesir yang hitam manis, tetap bertahan. Cintanya kuat bagai maut. Semakin lama semakin lekat. Bagaimana cinta kita terhadap pasangan? Adakah cinta itu semakin kuat, khususnya saat badai menerpa? Atau, cinta itu mulai goyah karena terkikis oleh kesibukan, kekecewaan, dan tumpukan masalah kecil? Ambillah waktu untuk hadir bagi satu sama lain; tak hanya raga, tetapi juga jiwa dan roh. Cabutlah duri yang merusak cinta, agar cinta itu terus hidup.



PERNIKAHAN YANG BAIK TIDAK TERJADI SECARA ALAMIAH. ITU ADALAH HASIL KERJA KERAS PASANGAN MENIKAH
 
But I tell you, Love your enemies and pray for those who persecute you
Matth 5 : 44


Apakah ada orang yang membuat teman" kesel/marah ? Atau ada orang yang memfitnah teman" ?
Mengasihi dan berdoa untuk musuh ?? Mungkin dari kita bilang itu biasa saja.. dan ga mungkin lah...
Masa kita harus mengampuni dan berdoa untuk musuh kita sih ???
Tapi 3 hari ini JC mengajar saya untuk bisa mengampuni dan berdoa untuk musuh saya.. Siapa musuh kita itu ? musuh kita itu adalah orang" yang membuat kita jengkel, marah, sebel, dan sebagainya.
Mungkin orang tsb sudah sering membuat teman" itu jengkel... tapi Tuhan itu mengajar supaya kita bisa mengampuni orang itu sebanyak tujuh puluh kali tujuh kali (70x7x) - (Mat 18:22)
Dan janganlah kita membalas orang yang telah berbuat jahat kepada kita, karena pembalasan itu adalah hak Allah. Jika kita membalas orang tersebut, berarti kita telah sama seperti dunia ini, dimana hukum dunia itu adalah mata ganti mata, gigi ganti gigi...



Marilah kita belajar mengasihi musuh kita, orang-orang yang membuat kita kesel, dll​
 
dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.
Yoh 10:28



Pernah tidak terlintas dalam pikiran kita jika sehari kita tidak bernafas ? Apakah kita bersyukur atas kasih rahmat Tuhan setiap pagi yang kita beroleh yaitu kita masih bisa bernafas ? Tuhan begitu baik kepada kita, karena oleh Dia lah kita diberi hidup yang kekal, JC lah yang menggantikan kita yang berdosa di kayu salib supaya kita yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Jika JC sudah memberikan hidupNya untuk kita, sebaiknya kita menggunakan hidup kita untuk kemuliaan namaNya.
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.