• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

menganalisa ajaran = menghina? @_@

@akiong, kok kesannya anda hebat sekali yach, boleh tahu tidak tingkat pemahaman anda sampe dimana? kayanya anda sering sekali berkata seperti itu. kalo dari kata2 anda, sepertinya tingkat pemahaman anda sudah tinggi sekali, sampe2 bisa berkata seperti itu? kalo anda belum merasa tinggi tingkat pemahamannya, tolong donk jaga tuh kalimat, seperti anda meminta rekan2 yang laen untuk menjaga kata2/kalimat mereka. dan jujur sebenarnya saya tidak mao menulis kata2 ini, tapi saya minta anda jawab pertanyaan2 saya di thread yang laen. Sampe2 anda sempat mengatakan kepada salah satu rekan bahwa dia bukanlah buddhist, sedangkan rekan yang lain tidak ada yang protes padahal konsep dan pandangan aliran anda dengan aliran Buddha umumnya sangat berbeda.

salah satu jawaban klasik anda adalah, anda berkata ada 8 jalan tengah, sila, samadhi dan panna, dengan mantap dan penuh keyakinan (bila dibaca dari kalimat anda) tapi begitu saya minta diperjelas, anda cuma bilang dateng aja ke vihara maitreya belajar disana, cape ngetiknya, pas dibilangin saya ga di indo anda bilang anda mo mempelajari dulu, karena pengetahuan anda pas2an. gimana donk, anda bilang orang lain tidak paham, lalu anda sendiri malah kadang2 sok tahu menurut saya.

Tolong donk, disini forum, tempat kita share, buktinya ada kawan kita yang hindu share pengetahuan dengan kita dan kita terima dengan baik. apalagi anda yang masih sama2 mengunakan kata "Buddha" walaupun berbeda konsep. saya rasa teman2 yang lain juga tidak ada yang ingin mengeluarkan kata2 kasar, tapi cara anda bertanya, menjawab dan mengubah topik yang menyebabkan keluarnya kata2 tersebut. sebagai contoh, thread ini saya rasa muncul karena hal itu.
Sebelum anda mencela sesuatu, tolong donk pelajari dulu, tanya dulu biar jelas, bila memang tidak sesuai silahkan berdiskusi. tapi bila anda cape, mendingan ga usah ikut forum. karena forum adalah tempat bertukar pikiran, informasi dll. Untuk Ajahn Chah, bila anda suka ke gramedia (bukannya promosi yach) dan melihat buku2 buddhist, anda akan menemukan beberapa buku karangan Ajahn Chah, ada coba baca dan pelajari bila anda berminat (katanya dulu sedang belajar dari aliran lain) karena Ajahn Chah ini (kalo ga salah yach) diakui sebagai salah satu arahat di zaman modern. tapi ga tau juga deh, di aliran anda itu seorang Arahat sudah mencapai original mind atau belum, tapi yang pasti banyak orang yang belajar kepada beliau.


NB: ga usah repot2 bilang tingkat pemahaman saya rendah, kalo dengan kadar anda, saya yakin dan bangga saya dapet nilai 1 (tapi nilai tertinggi adalah 1000) jadi no problem.
anda berminat sekali , ok da anda yg jelasin dulu apa yg anda ketahui ttg 8 jalan tengah, kalo anda bisa menjelaskannya dalam posting , saya akan menambahkan di mana yg tidak sama , dan dalam versi maitreya itu apa. jadi sy harus tahu anda cukup serius.

i am waiting....

NB : mohon maaf atas kata2 yg tidak menyenangkan dan memiliki arah mendiskreditkan, ini semua karena adanya akumulasi ketidak seimbangan batin saya, dan keterikatan ego. mohon maaf.
 
JALAN MULIA BERUNSUR DELAPAN
(Ariya Atthangiko Magga)


Dalam Dhammacakkappavattana Sutta; Samyutta Nikaya 56.11 {S 5.420}, Guru Buddha mengajarkan Empat Kebenaran Ariya (Cattari Ariya Saccani) kepada Lima Bhikkhu Pertama (Panca Vaggiya Bhikkhu), yang di dalamnya terdapat Jalan yang Menuju Terhentinya Dukkha. Jalan itu disebut dengan Jalan Mulia Berunsur Delapan (Ariya Atthangiko Magga).

Di dalam Jalan ini mengandung unsur sila (kemoralan), samadhi (konsentrasi), dan panna (kebijaksanaan). Berikut pengelompokan unsur yang terkandung di dalamnya:

Pañña
1. Pengertian Benar (sammâ-ditthi)
2. Pikiran Benar (sammâ-sankappa)
Sila
3. Ucapan Benar (sammâ-väcä)
4. Perbuatan Benar (sammâ-kammanta)
5. Pencaharian Benar (sammâ-ajiva)
Samâdhi
6. Daya-upaya Benar (sammâ-vâyama)
7. Perhatian Benar (sammâ-sati)
8. Konsentrasi Benar (sammâ-samâdhi)

Jalan Mulia Berunsur Delapan (Ariya Atthangiko Magga) dibabarkan sebagai berikut:


1. Pengertian Benar (Sammã Ditthi)
Pemahaman Benar adalah pengetahuan yang disertai dengan penembusan terhadap
a. Empat Kesunyataan Mulia
b. Hukum Tilakkhana (Tiga Corak Umum)
c. Hukum Paticca-Samuppäda
d. Hukum Kamma

2. Pikiran Benar (Sammã Sankappa)
Pikiran Benar adalah pikiran yang bebas dari:
a. Pikiran yang bebas dari nafsu-nafsu keduniawian (nekkhamma-sankappa).
b. Pikiran yang bebas dari kebencian (avyäpäda-sankappa)
c. Pikiran yang bebas dari kekejaman (avihimsä-sankappa)


3. Ucapan Benar (Sammã Vãca)
Ucapan Benar adalah berusaha menahan diri dari berbohong (musãvãdã), memfitnah (pisunãvãcã), berucap kasar/caci maki (pharusavãcã), dan percakapan-percakapan yang tidak bermanfaat/pergunjingan (samphappalãpã). Dapat dinamakan Ucapan Benar, jika dapat memenuhi empat syarat di bawah ini :
a. Ucapan itu benar
b. Ucapan itu beralasan
c. Ucapan itu berfaedah
d. Ucapan itu tepat pada waktunya


4. Perbuatan Benar (Sammã Kammantã)
Perbuatan Benar adalah berusaha menahan diri dari pembunuhan, pencurian, perbuatan melakukan perbuatan seksualitas yang tidak dibenarkan (asusila), perkataan tidak benar, dan penggunaan cairan atau obat-obatan yang menimbulkan ketagihan dan melemahkan kesadaran.


5. Penghidupan Benar (Sammã Ãjiva)
Penghidupan Benar berarti menghindarkan diri dari bermata pencaharian yang menyebabkan kerugian atau penderitaan makhluk lain. "Terdapat lima objek perdagangan yang seharusnya dihindari (Anguttara Nikaya, III, 153), yaitu:

a. makhluk hidup
b. senjata
c. daging atau segala sesuatu yang berasal dari penganiayaan mahluk-mahluk hidup
d. minum-minuman yang memabukkan atau yang dapat menimbulkan ketagihan,
e. racun

Dan terdapat pula lima pencaharian salah yang harus dihindari (Majjima Nikaya. 117), yaitu:

a. Penipuan
b. Ketidak-setiaan
c. Penujuman
d. Kecurangan
e. Memungut bunga yang tinggi (praktek lintah darat)


6. Usaha Benar (Sammã Vãyama)
Usaha Benar dapat diwujudkan dalam empat bentuk tindakan, yaitu: berusaha mencegah munculnya kejahatan baru, berusaha menghancurkan kejahatan yang sudah ada, berusaha mengembangkan kebaikan yang belum muncul, berusaha memajukan kebaikan yang telah ada.


7. Perhatian Benar (Sammã Sati)
Perhatian Benar dapat diwujudkan dalam empat bentuk tindakan, yaitu:

- perhatian penuh terhadap badan jasmani (kãyãnupassanã)
- perhatian penuh terhadap perasaan (vedanãnupassanã)
- perhatian penuh terhadap pikiran (cittanupassanã)
- perhatian penuh terhadap mental/batin (dhammanupassanã)

Keempat bentuk tindakan tersebut bisa disebut sebagai Vipassanã Bhãvanã.


8. Konsentrasi Benar (Sammã Samãdhi)
Konsentrasi Benar berarti pemusatan pikiran pada obyek yang tepat sehingga batin mencapai suatu keadaan yang lebih tinggi dan lebih dalam. Cara ini disebut dengan Samatha Bhãvanã. Tingkatan-tingkatan konsentrasi dalam pemusatan pemikiran tersebut dapat digambarkan dalam empat proses pencapaian Jhana, yaitu:

- Bebas dari nafsu-nafsu indria dan pikiran jahat, ia memasuki dan berdiam dalam Jhãna pertama, di mana vitakka (penempatan pikiran pada objek) dan vicãra (mempertahankan pikiran pada objek) masih ada, yang disertai dengan kegiuran dan kesenagan (piti dan sukha).

- Dengan menghilangkan vitakka dan vicara, ia memasuki dan berdiam dalam Jhãna kedua, yang merupakan ketenangan batin, bebas dari vitakka dan vicãra, memiliki kegiuran (piti) dan kesenangan (sukha) yang timbul dari konsentrasi.

- Dengan meninggalkan kegiuran, ia berdiam dalam ketenangan, penuh perhatian dan sadar, dan merasakan tubuhnya dalam keadaan senang. Dia masuk dan berdiam dalam Jhãna ketiga.

- Dengan meninggalkan kesenangan dan kesedihan, dia memasuki dan berdiam dalam Jhãna keempat, keadaan yang benar-benar tenang dan penuh kesadaran di mana kesenangan dan kesedihan tidak dapat muncul dalam dirinya.

Siswa yang telah berhasil melaksanakan Delapan Jalan Utama memperoleh :

1. Sila-visuddhi - Kesucian Sila sebagai hasil dari pelaksanaan Sila dan terkikis habisnya Kilesa (Kekotoran batin).
2. Citta-visuddhi - Kesucian Bathin sebagai hasil dari pelaksanaan Samadhi dan terkikis habisnya Nivarana (Rintangan batin).
3. Ditthi-visuddhi - Kesucian Pandangan sebagai hasil dari pelaksanaan Pañña dan terkikis habisnya Anusaya (Kecenderungan berprasangka).


Demikianlah Jalan Utama Berunsur Delapan yang telah dibabarkan oleh Guru Buddha. Satu-satunya Jalan yang menuju pada akhir Dukkha.



kok yang bertanya jadi di tanya. ^^
 
Pengertian yg benar...

Kita mulai dari pengertian yang benar...
Yg tidak dijelaskan substansinya apa ttg:
1. Hukum kessunyataan
2. Hukum paticca samuppada
3. Hukum kamma.
4. Hukum tilakkhana

Mohon dijelaskan substansinya. Karena sy jarang membaca kitab budha. Jadi ga tahu arah pembahasan. Kalo ada penjelasan saya bisa membandingkan apakah di tempat kami ada substansi ini ga ? Lagi pula ga tahu istilah bahasanya.
Thx ...kerjasamanya.
 
Kita mulai dari pengertian yang benar...
Yg tidak dijelaskan substansinya apa ttg:
1. Hukum kessunyataan
2. Hukum paticca samuppada
3. Hukum kamma.
4. Hukum tilakkhana

Mohon dijelaskan substansinya. Karena sy jarang membaca kitab budha. Jadi ga tahu arah pembahasan. Kalo ada penjelasan saya bisa membandingkan apakah di tempat kami ada substansi ini ga ? Lagi pula ga tahu istilah bahasanya.
Thx ...kerjasamanya.

Bisa baca di thread Intisari Ajaran Sang Buddha.
 
Tolong di copy dan post ke thread ini da, substansi dari 4 point yg diatas. Biar tidak terlalu lebar , hny 4 point dulu. Kita bahas step by step. Thx atas kerjasama nya. Salam metta.
 
bacalah situs-situs buddhis seperti samaggi-phala.or.id
atau bhagavant.com ataupun lainnya...bisa di google saja sudah gampang dapat nya.

lagian di posisi anda yang menjelaskan tentang 8 jalan mulia dan carodhammo yang bertanya.

kok sekarang terbalik?.....kembali lah dimana anda mau menjelaskan ttg jalan mulia berunsur 8 yang berkaitan dengan 3 mustika yang anda sebut sebelum nya.

kan new way katanya...babarkan lah dengan jelas new way itu.
 
Sebelumnya sy uda mengatakan, sy malas ngetik karena sangat lebar substansinya. Jika Caro berminat membahas tentu tidak keberatan memposting substansinya dari 4 point yg diatas. Setelah ada substansi dari Gautama baru saya bisa menentukan mana konsep kami yg bukan dari Gautama dan mana yg sama. Dan yg bisa kita saling argumen tentulah hal yg bukan dari Gautama. Bukankah begitu maunya ? Kalo tidak begitu mo nya apa ?
Sy dari awal sudah menghindar, karena terlalu lebar dan ini masuk wilayah Gautama. Jadi kalo mo bahas sy harus tahu posisi Gautama ada dimana dan bagian mana posisi Maitreya yg berbeda.
Kalian semua tahu, bahwa kami mengadopsi ajaran Gautama.
Saudara caro pasti berminat memberi posting, karena dia sangat mendesak dan yakin bisa menemukan celah dari penjelasan saya.
Dia akan menemukan itu untuk sebuah kemenangan tapi dia harus bekerja keras menjelaskan dulu dgn copy posting data yg sudah ada di thread lain. Karena sy ingin semua data terkumpul di sisi. Sy ingin bahasan step by step. Sy ingin analisa lebih mendalam. Jadi untuk point pokok pandangan yg benar saja bisa berbulan2 argumen nya, karena akan di bagi dalam sub sub substansi dan dipersempit pembahasannya, selesai baru lanjut ke bahasan berikut. kalo caro ingin mendapatkan celah itu, maka dia harus mampu menjawab pertanyaan saya. Sebelum saya menjelaskan posisi kami. Anda harus tentukan posisi anda dulu.

Thx....
 
begini....anda ketik saja ajaran nya...walau mengadopsi maupun tidak mengadopsi kan..nanti baru kelihatan ,,belum di post anda sudah takut salah....
yang sama maupun beda...yah ketik saja kan belum dilihat...

lagian dalam INTI sari ajaran buddha sudah di post oleh singtung ataupun situs-situs buddhis www.samaggi-phala.or.id / bhagavant.com...masalah nya mau atau tidak SEARCH

===============
sory yah mungkin ini analisa sederhana pribadi gw...

coba pikir..sang buddha mengajarkan bahwa kelak buddha yang akan datang adalah metteya / maitreya. ( ini dimana pertama kali kata metteya keluar ).

dan di postingan anda...anda sangat mengkritik bahwa seseorang tidak vegetarian / makan daging itu tidak punya cinta kasih dalam menyayangi makhluk hidup. bahkan bisa masuk neraka avici. !!!

coba pikir....mengapa anda percaya pada kata buddha sakyamuni? padahal sakyamuni berkata makan daging itu tidak apa-apa(bahkan buddha sakyamuni juga tidak vegetarian)

anda kok bisa percaya pada kata-kata pada orang yang anda CAP "salah" bahkan masuk neraka avici serta tidak mengembangkan cinta kasih?
aneh bukan...
 
begini....anda ketik saja ajaran nya...walau mengadopsi maupun tidak mengadopsi kan..nanti baru kelihatan ,,belum di post anda sudah takut salah....
yang sama maupun beda...yah ketik saja kan belum dilihat...

lagian dalam INTI sari ajaran buddha sudah di post oleh singtung ataupun situs-situs buddhis www.samaggi-phala.or.id / bhagavant.com...masalah nya mau atau tidak SEARCH

===============
sory yah mungkin ini analisa sederhana pribadi gw...

coba pikir..sang buddha mengajarkan bahwa kelak buddha yang akan datang adalah metteya / maitreya. ( ini dimana pertama kali kata metteya keluar ).

dan di postingan anda...anda sangat mengkritik bahwa seseorang tidak vegetarian / makan daging itu tidak punya cinta kasih dalam menyayangi makhluk hidup. bahkan bisa masuk neraka avici. !!!

coba pikir....mengapa anda percaya pada kata buddha sakyamuni? padahal sakyamuni berkata makan daging itu tidak apa-apa(bahkan buddha sakyamuni juga tidak vegetarian)

anda kok bisa percaya pada kata-kata pada orang yang anda CAP "salah" bahkan masuk neraka avici serta tidak mengembangkan cinta kasih?
aneh bukan...
posting mana saya mengatakan ttg neraka ?
 
@Marcedes n @Sinthung thanks berat untuk bantuannya menjelaskan 8 jalan tengah.

untuk @Akiong, Saya mencari celah ajaran anda? walah, apakah anda trauma dengan vegetarian?dimana anda saya minta mencari cara kreatif untuk para petani jangan cuma taunya makan sayuran itu ga membunuh, kalo petani membunuh hama, maka petanilah yang harus kreatif? salah bro, itu cuma saran. itu saya share apa yang ada dipikiran saya, dengan maksud siapa tau anda sudah memikirkan hal ini dan bisa memberi saya penjelasan.
Lagian emangnya saya sudah sehebat apa sehingga mencari celah ajaran orang lain, saya aja masih belajar terus untuk menambah pengetahuan saya.

Dan bila anda tau ini udah terlalu dalam ke ajaran Gotama, kenapa anda menyebut2 hal ini bahkan berjanji ingin mempelajarinya dan meminta saya menunggu? berarti kata2 anda yang meminta waktu untuk anda belajar terlebih dahulu adalah lipservice? 2 kondisi dimana 1 sisi anda meminta waktu untuk belajar dulu dan di sisi lain anda berlagak seakan2 mengerti dengan dalam tentang hal ini. jadi mana yang benar? bila memang meminta waktu untuk mempelajari dulu, oke, saya tunggu deh, asal jangan tiba2 menghilang yach.

@marcedes sudah menjelaskan apa itu 8 jalan tengah, kenapa anda fokus ama yang anda tidak jelas? kenapa anda tidak bahas dulu tuh yang laen? sambil menanyakan yang anda tidak jelas/tidak mengerti.

sekarang begini saja, untuk gampangnya, kalo saya posting Empat kesunyataan mulia, paticca samuppada, hukum kamma dan tilakhana, apakah anda bersedia menjelaskan tentang 8 jalan utama menurut versi maitreya? jangan beralasan malas mengetik, takutnya nanti kalo kepanjangan juga anda akan bilang males membaca karena udah terbiasa to the point, kalo ga salah anda pernah memberi jawaban seperti ini deh. dan sama seperti anda lakukan ke saya, saya minta anda berkomitmen/berjanji akan menjelaskan ajaran anda.
Nantinya biarlah teman2 yang lain yang bisa menilai itikad baik anda dan itikad saya yang entah baik atau buruk, seperti anda suka menilai teman2 yang lain.

saya tunggu respon dari anda, apakah saya harus posting atau anda mo menjelaskan.
 
@Marcedes n @Sinthung thanks berat untuk bantuannya menjelaskan 8 jalan tengah.

untuk @Akiong, Saya mencari celah ajaran anda? walah, apakah anda trauma dengan vegetarian?dimana anda saya minta mencari cara kreatif untuk para petani jangan cuma taunya makan sayuran itu ga membunuh, kalo petani membunuh hama, maka petanilah yang harus kreatif? salah bro, itu cuma saran. itu saya share apa yang ada dipikiran saya, dengan maksud siapa tau anda sudah memikirkan hal ini dan bisa memberi saya penjelasan.
Lagian emangnya saya sudah sehebat apa sehingga mencari celah ajaran orang lain, saya aja masih belajar terus untuk menambah pengetahuan saya.

Dan bila anda tau ini udah terlalu dalam ke ajaran Gotama, kenapa anda menyebut2 hal ini bahkan berjanji ingin mempelajarinya dan meminta saya menunggu? berarti kata2 anda yang meminta waktu untuk anda belajar terlebih dahulu adalah lipservice? 2 kondisi dimana 1 sisi anda meminta waktu untuk belajar dulu dan di sisi lain anda berlagak seakan2 mengerti dengan dalam tentang hal ini. jadi mana yang benar? bila memang meminta waktu untuk mempelajari dulu, oke, saya tunggu deh, asal jangan tiba2 menghilang yach.

@marcedes sudah menjelaskan apa itu 8 jalan tengah, kenapa anda fokus ama yang anda tidak jelas? kenapa anda tidak bahas dulu tuh yang laen? sambil menanyakan yang anda tidak jelas/tidak mengerti.

sekarang begini saja, untuk gampangnya, kalo saya posting Empat kesunyataan mulia, paticca samuppada, hukum kamma dan tilakhana, apakah anda bersedia menjelaskan tentang 8 jalan utama menurut versi maitreya? jangan beralasan malas mengetik, takutnya nanti kalo kepanjangan juga anda akan bilang males membaca karena udah terbiasa to the point, kalo ga salah anda pernah memberi jawaban seperti ini deh. dan sama seperti anda lakukan ke saya, saya minta anda berkomitmen/berjanji akan menjelaskan ajaran anda.
Nantinya biarlah teman2 yang lain yang bisa menilai itikad baik anda dan itikad saya yang entah baik atau buruk, seperti anda suka menilai teman2 yang lain.
saya tunggu respon dari anda, apakah saya harus posting atau anda mo menjelaskan.

@ bro caro, anda post dulu, saya mo tahu posisi ajaran Gautama sampai di mana, setelah saya tanya mendetail dan tuntas, dengan mendapat jawaban yg jelas, maka saya baru bisa tahu mana yg bukan termasuk ajaran Gautama dari keyakinan kami. dengan begitu saya akan menjelaskan substansi mana yg bukan termasuk gautama dari kami. ..jika saya tidak jelas akan posisi keyakinan anda , saya tidak bisa tahu dibagian mana yg bukan termasuk keyakinan anda. jika saya tahu posisi anda , maka saya akan jelaskan posisi keyakinan saya, dan saat itu anda boleh berargumen. jadi saya tidak perlu membuang energi menjelaskan bagian wilayah Gautama. anda patok dulu bagian anda. kalo kami punya versi campuran. jadi tidak efektip bahas duluan. kita bahas anda punya dulu. ok ?
kenapa harus anda menjelaskan dulu ? kalo anda paparkan dulu , saya bisa tahu mana yg tidak perlu diperdebatkan dan bahasan kita efektip.

saya tak akan menghilang, saya suka tantangan, asal anda mampu menjawab pertanyaan saya saja. sampai kapan pun saya ladeni anda. ingat, anda harus bisa menjawab pertanyaan saya dalam analitis mendetail. jangan mengalih topik di tengah jalan. kita akan bahas kasus perkasus. jangan cuma jawab 2 atau 3 x saja udah ga mo jawab ya.
kalo anda tertarik anda harus bekerja sama intreaktip.. Jadi kita bisa mulai...

Mustinya antara kita berdua aja, jadi saya bisa tahu arah pikiran anda. kalo orang lain sy tidak membalas komentar.

Dan kita semua yg mengunjungi thread ini bisa tahu lebih jauh ttg ajaran sang Budha gautama.

I am waiting....
 
@ bro caro, anda post dulu, saya mo tahu posisi ajaran Gautama sampai di mana, setelah saya tanya mendetail dan tuntas, dengan mendapat jawaban yg jelas, maka saya baru bisa tahu mana yg bukan termasuk ajaran Gautama dari keyakinan kami. dengan begitu saya akan menjelaskan substansi mana yg bukan termasuk gautama dari kami. ..jika saya tidak jelas akan posisi keyakinan anda , saya tidak bisa tahu dibagian mana yg bukan termasuk keyakinan anda. jika saya tahu posisi anda , maka saya akan jelaskan posisi keyakinan saya, dan saat itu anda boleh berargumen. jadi saya tidak perlu membuang energi menjelaskan bagian wilayah Gautama. anda patok dulu bagian anda. kalo kami punya versi campuran. jadi tidak efektip bahas duluan. kita bahas anda punya dulu. ok ?
kenapa harus anda menjelaskan dulu ? kalo anda paparkan dulu , saya bisa tahu mana yg tidak perlu diperdebatkan dan bahasan kita efektip.

saya tak akan menghilang, saya suka tantangan, asal anda mampu menjawab pertanyaan saya saja. sampai kapan pun saya ladeni anda. ingat, anda harus bisa menjawab pertanyaan saya dalam analitis mendetail. jangan mengalih topik di tengah jalan. kita akan bahas kasus perkasus. jangan cuma jawab 2 atau 3 x saja udah ga mo jawab ya.
kalo anda tertarik anda harus bekerja sama intreaktip.. Jadi kita bisa mulai...

Mustinya antara kita berdua aja, jadi saya bisa tahu arah pikiran anda. kalo orang lain sy tidak membalas komentar.

Dan kita semua yg mengunjungi thread ini bisa tahu lebih jauh ttg ajaran sang Budha gautama.

I am waiting....

wah ini cuma saran yah dari saya....di dengar juga boleh, di cuekin jg gpp.

@akiong
kalau anda mau menjelaskan ajaran buddha maitreya tidak perlu musti tahu yang mana ajaran maitreya mana yang bukan.

anda jelaskan saja secara terbuka....
mengapa mesti ini "ajaran-ku" ,,, ini "ajaran-mu"

saya yakin umat buddhis yang baik tidak akan mempermasalahkan apakah ajaran-nya di caplok atau tidak....
"anatta"

=========

patticasamupadda bisa lihat di.....http://www.bhagavant.com/home.php?link=dhamma_sari&n_id=74

4 kesunyataan mulia ..bisa lihat di http://www.bhagavant.com/home.php?link=dhamma_sari&n_id=50

hukum kamma ( sudah di STICKY thread )

tilakhana....bisa lihat di....http://www.bhagavant.com/home.php?link=dhamma_sari&n_id=53

semua sudah ada....semoga membantu diskusi di forum.

sisan-sisanya bisa search di thread forum ini. ^^

====

yang kita bahas adalah "ajaran" dan "ajaran" bukan pengetahuan dari individu seseorang.....jadi saya rasa kalau saya post mengenai ajaran sang buddha itu bukan masalah.
 
@Marcedes, makasih linknya, biar @akiong lebih puas, biar saya coba posting saya.
@Akiong, yang saya ingin ketahui bukanlah yang perbedaan antara ajaran anda dengan yang lain. tapi apa itu 8 jalan tengah di ajaran anda. btw, biar lebih puas, nih saya coba posting jawaban anda.
Kemudian kayanya kalo seseorang bertanya kepada anda tentang ajaran Maitreya, anda akan berasumsi bahwa ajaran anda akan diperdebatkan yach? wah...wah...wah... susah sekali ini sih bukan tukar pikiran. btw, kalo anda ingin debat oke, selama di koridor yang baik. Dan saya minta satu hal, sebelum anda mulai proses "Debat" per kasus anda, tolong anda posting dulu ajaran anda. baru anda boleh mulai "DEBAT" tersebut, karena bagaimana bisa "debat" jika saya tidak tahu ajaran anda?

==============================================================
EMPAT KEBENARAN ARYA

EMPAT KEBENARAN ARYA
(Cattari Ariya Saccani)

Di Taman Rusa Isipatana, pada bulan Asalha, ketika untuk pertama kalinya Guru Buddha membabarkan Dhamma, dalam Dhammacakkappavattana Sutta; Samyutta Nikaya 56.11 {S 5.420} , Guru Buddha mengajarkan Empat Kebenaran Ariya (Cattari Ariya Saccani) kepada Lima Bhikkhu Pertama (Panca Vaggiya Bhikkhu).

I
Kebenaran Ariya tentang Dukkha
(Dukkha Ariya Sacca)

Guru Buddha bersabda, “Sekarang, O, para bhikkhu, Kebenaran Ariya tentang Dukkha, yaitu : kelahiran adalah dukkha, usia tua adalah dukkha, penyakit adalah dukkha, kematian adalah dukkha, sedih, ratap tangis, derita (badan), dukacita, putus asa adalah dukkha; berkumpul dengan yang tidak disenangi adalah dukkha, berpisah dari yang dicintai adalah dukkha, tidak memperoleh apa yang diinginkan adalah dukkha. Singkatnya Lima Kelompok Kemelekatan merupakan dukkha.”


Definisi

Kata ”dukkha” yang berasal dari bahasa Pali, sukar sekali untuk diwakilkan secara tepat oleh satu kata dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris karena memiliki makna yang dalam. Secara etimologi berasal dari kata ”du” yang berarti sukar dan kata ”kha” yang berarti dipikul, ditahan. Jadi kata ”du-kha” berarti sesuatu atau beban yang sukar untuk dipikul. Pada umumnya dukkha dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai penderitaan, ketidakpuasan, beban.


Tiga Bentuk Dukkha

Dalam Dukkhä Sutta, Y.A Sariputta menjelaskan adanya tiga bentuk dukkha kepada Jambukhadika, “ Ada tiga bentuk dari dukkha, sahabatKu, yaitu : dukkha-dukkhä, viparinäma-dukkhä, sankhärä-dukkhä. Inilah tiga bentuk dukkha.”

dukkha-dukkhä
adalah ketidakpuasan atau penderitaan yang alami dan dirasakan tubuh dan bathin, seperti sakit jantung, sakit kepala, perasaan sedih karena berpisah dengan yang dicintai, kegagalan dalam usaha, sebagainya.
viparinäma-dukkhä
adalah ketidakpuasan atau penderitaan yang tidak lepas dari adanya perubahan, seperti kondisi perasaan bahagia, yang dirasakan cepat atau lambat akan mengalami perubahan
sankhärä-dukkhä
adalah ketidakpuasan atau penderitaan yang berhubungan dengan Lima Kelompok Kemelekatan (Panca Khanda), seperti perasaan susah karena tidak dapat menikmati makanan enak yang dipicu karena adanya indera pengecap yang merupakan salah satu dari Lima Kelompok Kemelekatan (Panca Khanda).


Dalam Dukkhä Sutta; Samyutta 38.14 {S 4.259}, Y.A Sariputta menjelaskan adanya tiga bentuk dukkha Jambukhadika, adalah ketidakpuasan atau penderitaan yang alami dan dirasakan tubuh dan bathin, seperti sakit jantung, sakit kepala, perasaan sedih karena berpisah dengan yang dicintai, kegagalan dalam usaha, sebagainya.adalah ketidakpuasan atau penderitaan yang tidak lepas dari adanya perubahan, seperti kondisi perasaan bahagia, yang dirasakan cepat atau lambat akan mengalami perubahan adalah ketidakpuasan atau penderitaan yang berhubungan dengan Lima Kelompok Kemelekatan (Panca Khanda), seperti perasaan susah karena tidak dapat menikmati makanan enak yang dipicu karena adanya indera pengecap yang merupakan salah satu dari Lima Kelompok Kemelekatan (Panca Khanda).


II
Kebenaran Ariya tentang Asal Mula Dukkha
(Dukkha Samudaya Ariya Sacca)

Guru Buddha bersabda, “Sekarang, O, para bhikkhu, Kebenaran Ariya tentang Asal Mula Dukkha, yaitu : Ketagihan (tanhâ) yang menyebabkan tumimbal lahir, disertai dengan hawa nafsu untuk menemukan kesenangan di sana sini, yaitu kamatanhâ : ketagihan akan kesenangan indria, bhavatanhâ : ketagihan akan penjelmaan, vibhavâtanhâ : ketagihan untuk memusnahkan diri.”

Pada bagian ini Guru Buddha menjelaskan bahwa sumber dari dukkha atau penderitaan adalah tanhâ, yaitu nafsu keinginan yang tidak ada habis-habisnya. Tanha dapat diibaratkan seperti candu atau opium yang menimbulkan dampak ketagihan bagi yang memakainya terus-menerus, dan semakin lama akan merusak fisik maupun mental si pemakai. Tanha juga dapat diibaratkan seperti air laut yang asin yang jika diminum untuk menghilangkan haus justru rasa haus tersebut semakin bertambah.

Ada tiga bentuk tanhä, yaitu :

1.Kämatanhä : adalah ketagihan akan kesenangan indriya, ialah ketagihan akan :
a. bentuk-bentuk (indah)
b. suara-suara (merdu)
c. wangi-wangian
d. rasa-rasa (nikmat)
e. sentuhan-sentuhan (lembut)
f. bentuk-bentuk pikiran

2.Bhavatanhä : adalah ketagihan untuk lahir kembali sebagai manusia yang berdasarkan pada kepercayaan yang mengatakan tentang adanya "atma (roh) yang kekal dan terpisah" (attavada).

3.Vibhavatanhä : adalah ketagihan untuk memusnahkan diri, yang berdasarkan kepercayaan yang mengatakan bahwa setelah manusia meninggal maka berakhirlah segala riwayat tiap-tiap manusia (ucchedaväda).


III
Kebenaran Ariya tentang Terhentinya Dukkha
(Dukkha Nirodha Ariya Sacca)

Guru Buddha bersabda, “Sekarang, O, para bhikkhu, Kebenaran Ariya tentang Terhentinya Dukkha, yaitu : terhentinya semua hawa nafsu tanpa sisa, melepaskannya, bebas, terpisah sama sekali dari ketagihan tersebut.”

Pada bagian ini Guru Buddha menjelaskan bahwa dukkha bisa dihentikan yaitu dengan cara menyingkirkan tanhä sebagai penyebab dukkha. Ketika tanhä telah disingkirkan, maka kita akan terbebas dari semua penderitaan (bathin). Keadaan ini dinamakan Nibbana.

Dalam Itivuttaka 44; Khuddaka Nikaya, Guru Buddha menjelaskan bahwa terdapat 2 elemen/jenis Nibbana, yaitu :

Sa-upadisesa-Nibbana
Nibbana masih bersisa. Yang dimaksud dengan bersisa di sini adalah masih adanya Lima Khanda. Ketika Petapa Gotama mencapai Penerangan Sempurna dan menjadi Buddha, Beliau dikatakan telah dapat mencapai Sa-upadisesa-Nibbana tetapi masih memiliki Lima Khanda (jasmani, kesadaran, bentuk pikiran, pencerapan dan perasaan). Sa-upadisesa-Nibbana juga dapat dikatakan sebagai kondisi batin (state of mind) yang murni, tenang, dan seimbang.

An-upadisesa-Nibbana
Nibbana tanpa sisa. Setelah meninggal dunia, seorang Arahat akan mencapai anupadisesa-nibbana, ialah Nibbana tanpa sisa atau juga dinamakan Pari-Nibbana, dimana tidak ada lagi Lima Khanda (jasmani, kesadaran, bentuk pikiran, pencerapan dan perasaan), tidak ada lagi sisa-sisa dan sebab-sebab dari suatu bentuk kemunculan. Sang Arahat telah beralih ke dalam keadaan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Hal ini dapat diumpamakan dengan padamnya api dari sebuah pelita, kemanakah api itu pergi ? Hanya satu jawaban yang tepat, yaitu ‘tidak tahu’. Ketika Guru Buddha mangkat/wafat, Beliau dikatakan telah mencapai anupadisesa-nibbana.


IV
Kebenaran Ariya tentang Jalan yang Menuju Terhentinya Dukkha
(Dukkha Nirodha Ariya Sacca)

Guru Buddha bersabda, “Sekarang, O, para bhikkhu, Kebenaran Ariya tentang Jalan yang menuju terhentinya Dukkha, tiada lain adalah Jalan Suci Berunsur Delapan, yaitu : Pengertian Benar, Pikiran Benar, Ucapan Benar, perbuatan Benar, Penghidupan Benar, Usaha Benar, Perhatian Benar, Konsentrasi Benar.”

Pada bagian ini Guru Buddha menjelaskan bahwa ada Jalan atau Cara untuk menghentikan dukkha.
Jalan Menuju Terhentinya Dukkha dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu :

Kebijaksanaan (Panna)
Pengertian Benar (sammä-ditthi)
Pikiran Benar (sammä-sankappa)

Kemoralan (Sila)
Ucapan Benar (sammä-väcä)
Perbuatan Benar (sammä-kammanta)
Pencaharian Benar (sammä-ajiva)

Konsentrasi (Samädhi)
Daya-upaya Benar (sammä-väyäma)
Perhatian Benar (sammä-sati)
Konsentrasi Benar (sammä-samädhi)

Demikianlah Empat Kebenaran Ariya (Cattari Ariya Saccani) yang tidak dapat dipisahkan antara Kebenaran yang satu dengan Kebenaran yang lainnya. Empat Kebenaran Ariya (Cattari Ariya Saccani) bukanlah ajaran yang bersifat pesimis yang mengajarkan hal-hal yang serba suram dan serba menderita. Dan juga bukan bersifat optimis yang hanya mengajarkan hal-hal yang penuh harapan, tetapi merupakan ajaran yang realitis, ajaran yang berdasarkan analisa yang diambil dari kehidupan di sekitar kita.



Disusun oleh: Bhagavant.com

=================================================================

PATICCASAMUPPADA

Sebab-Musabab yang Saling Bergantungan
(Paticcasamuppada)



Ketika Sang Buddha berdiam di Savatthi…” Para bhikkhu, saya akan dan menganalisa sebab-musabab yang saling bergantungkan kepada kalian.”

”Dan apakah sebab-musabab yang bergantungan itu? Dari ketidaktahuan (avijja) sebagai kondisi penyebab maka muncullah bentuk-bentuk perbuatan/kamma (sankhara). Dari bentuk-bentuk perbuatan/kamma (sankhara) sebagai kondisi penyebab maka muncullah kesadaran (vinnana). Dari kesadaran (vinnana) sebagai kondisi penyebab maka muncullah batin dan jasmani (nama-rupa). Dari batin dan jasmani (nama-rupa) sebagai konsisi penyebab maka muncullah enam indera (salayatana). Dari enam indera (salayatana) sebagai kondisi penyebab maka muncullah kesan-kesan (phassa). Dari kesan-kesan (phassa) sebagai kondisi penyebab maka muncullah perasaan (vedana). Dari perasaan (vedana) sebagai konsisi penyebab maka muncullah keinginan/kehausan (tanha). Dari keinginan/kehausan (tanha) sebagai kondisi penyebab maka muncullah kemelekatan (upadana). Dari kemelekatan (upadana) sebagai kondisi penyebab maka muncullah proses kelahiran kembali (bhava). Dari proses kelahiran kembali (bhava) sebagai kondisi penyebab maka muncullah kelahiran kembali (jati). Dari kelahiran kembali (jati) sebagai kondisi penyebab maka muncullah kelapukan dan kematian, duka cita, sakit, kesusahan dan keputus-asaan (jaramaranang). Demikianlah penyebab dari seluruh kesusahan dan penderitaan.”
(Paticca-samuppada-vibhanga Sutta; Samyutta Nikaya 12.2 {S 2.1})

Paticcasamuppada atau hukum sebab-musabab yang saling bergantungan merupakan salah satu ajaran yang terpenting dalam Buddha Sasana. Paticcasamuppada adalah suatu ajaran yang menyatakan adanya sebab-musabab yang terjadi dalam kehidupan semua makhluk, khususnya manusia. Dengan menganalisa dan merenungkan Paticcasamuppada inilah, Petapa Gotama akhirnya mencapai Penerangan Sempurna menjadi Buddha.

Dalam kotbahNya di dalam Maha-hatthipadopama Sutta; Majjhima Nikaya 28, Y.A. Sariputta, menyampaikan bahwa Sang Buddha mengatakan betapa pentingnya Paticcasamuppada, ” Yo paticcasamuppadam passati, so Dhammam passati. Yo Dhammam passati, so paticcasamuppadam passati.” (Ia yang melihat Paticcasamuppada, juga melihat Dhamma. Ia yang melihat Dhamma, juga melihat Paticcasamuppada) -

Secara sederhana Paticcasamuppada yang juga merupakan hukum sebab akibat yang dapat dipahami dengan rumusan seperti di bawah ini:

*
Imasming Sati Idang Hoti
Dengan adanya ini, maka terjadilah itu.
*
Imassuppada Idang Uppajjati
Dengan timbulnya ini, maka timbulah itu.
*
Imasming Asati Idang Na Hoti
Dengan tidak adanya ini, maka tidak adalah itu.
*
Imassa Nirodha Idang Nirujjati.
Dengan terhentinya ini, maka terhentilah juga itu.

Dengan menganalisa rumusan atau prinsip yang saling menjadikan, relatifitas, dan saling bergantungan ini, maka dapat ditemukan 12 sebab-musabab (nidana) yang ada dalam setiap makhluk khususnya manusia. Keduabelas nidana itu yaitu:

1. Avijja Paccaya Sankharang
Dengan adanya Avijja (ketidaktahuan/kebodohan), maka muncullah
Sankhara (bentuk-bentuk perbuatan/kamma).
2. Sankhara Paccaya Vinnanang
Dengan adanya Sankhara (bentuk-bentuk perbuatan/kamma), maka muncullah
Vinnana (kesadaran).
3. Vinnana Paccaya Nama-Rupang
Dengan adanya Vinnana (kesadaran), maka muncullah
Nama-Rupa (batin dan jasmani).
4. Nama-Rupa Paccaya Salayatanang
Dengan adanya Nama-Rupang (batin dan jasmani), maka muncullah
Salayatana (enam indera).
5. Salayatana Paccaya Phassa
Dengan adanya Salayatana (enam indera), maka muncullah
Phassa (kesan-kesan).
6. Phassa Paccaya Vedana
Dengan adanya Passa (kesan-kesan), maka muncullah
Vedana (perasaan)
7. Vedana Paccaya Tanha
Dengan adanya Vedana (perasaan), maka muncullah
Tanha (keinginan/kehausan).
8. Tanha Paccaya Upadanang
Dengan adanya Tanha (keinginan/kehausan), maka muncullah
Upadana (kemelekatan).
9. Upadana Paccaya Bhavo
Dengan adanya Upadana (kemelekatan), maka muncullah
Bhava (proses tumimbal lahir).
10. Bhava Paccaya Jati
Dengan adanya Bhava (proses tumimbal lahir), maka muncullah
Jati (kelahiran kembali).
11. Jati Paccaya Jaramaranang
Dengan adanya Jati ( kelahiran kembali), maka muncullah
Jaramaranag (kelapukan, kematian, keluh-kesah, sakit, dan sebagainya).
12.
Jaramaranang
Kelapukan, kematian, keluh-kesah, sakit, dan sebagainya merupakan akibat dari adanya kelahiran kembali.

Kemudian dalam Paticca-samuppada-vibhanga Sutta; Samyutta Nikaya 12.2, juga dijelaskan dengan terhentinya dan tidak munculnya salah satu penyebab yaitu Avijja (ketidaktahuan/kebodohan), maka terhenti dan tidak muncul pula sebab-musabab yang mengikutinya. Dengan terhentinya Avijja maka tidak akan muncul Sankhara, Vinnana, Nama-Rupa, Salayatana, Phassa, Vedana, Tanha, Upadana, Bhava, Jati, dan Jaramaranang.

Dalam kehidupan sehari-hari kita, yaitu dalam diri kita sendiri, kita dapat menemukan dan menganalisa sebagian dari Hukum Paticcasamuppada. Sebagai contoh, diuraikan dibawah ini.

Kita dilahirkan di dunia ini dengan memiliki jasmani dan batin/pikiran. Dengan menganalisa kita dapat memahami bahwa kita memiliki tubuh yang bermateri yang sifatnya adalah kasatmata. Kita memiliki kepala, tubuh, kedua tangan dan kaki dan lain sebaginya. Kemudian kita menganalisa bahwa kita dapat berpikir, memiliki kehendak, maka dengan demikian itu berarti kita memiliki batin atau pikiran yang sifatnya tidak kasatmata. Pada tahap ini, kita telah menganalisa tentang keberadaan nidana no.4 mengenai keberadaan Nama-Rupa (jasmani dan batin).

Kemudian dengan adanya jasmani dan batin pada umumnya kita memiliki indera antara lain, indera penglihatan (mata), indera pendengaran (telinga), indera pengecap (lidah), indera penciuman (hidung), indera peraba/sentuhan (kulit) dan indera pikiran. Dengan indera-indera ini kita dapat melihat bentuk dan warna, mendengar suara, merasakan rasa, merasakan aroma/bau, merasakan tekstur, lembut dan kasar. Pada tahap ini, kita telah menganalisa tentang keberadaan nidana no.5 mengenai keberadaan Salayatana (6 indera).

Dengan memiliki indera, kita dapat mengalami berbagai kesan-kesan. Kita bisa melihat bentuk dan warna yang memberi kesan indah atau buruk, suara yang merdu atau sumbang, rasa yang lezat atau tidak, aroma yang harum atau bau busuk, merasakan kelembutan atau kekasaran. Pada tahap ini, kita telah menganalisa tentang keberadaan nidana no.6 mengenai keberadaan Phassa (kesan-kesan).

Setelah kita memiliki kesan-kesan terhadap sesuatu melalui indera kita, kemudian kita mulai merasakan dan memisahkan mana yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Kita merasa senang dengan bentuk dan warna yang indah dan menolak bentuk-bentuk yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Kita merasa senang dengan suara-suara yang merdu dan nyaman di telinga kita dan menolak suara yang tidak merdu, kita merasa senang dengan rasa yang nikmat, aroma yang harum dan merasa tidak senang dengan rasa yang tidak enak dan aroma yang berbau busuk. Pada tahap ini, kita telah menganalisa tentang keberadaan nidana no.7 mengenai keberadaan Vedana (perasaan).

Ketika perasaan, baik perasaan yang menyenangkan ataupun perasaan yang tidak menyenangkan telah muncul, bagi kita yang belum sadar, kita terlena dengan perasaan-perasaan tersebut. Kita terlena pada perasaan yang menyenangkan sehingga kita menginginkan terus sesuatu yang membuat perasaan senang tersebut muncul. Inilah nidana no.8 yaitu Tanha (keinginan/kehausan).

Keinginan kita untuk terus menerus memiliki, menikmati, memeluk erat, tidak ingin kehilangan, tidak ingin berpisah atau berjauhan dari sesuatu yang membuat perasaan kita senang, membuat diri kita tidak bisa melepaskannya, tidak merelakan jika sesuatu itu harus hilang, pergi, menjauh dari diri kita. Inilah nidana no.9 yaitu Upadana (kemelekatan).

Dengan munculnya kemelekatan pada pikiran kita, maka kita tidak bisa terlepas dari Bhava (proses kelahiran kembali). Hal ini dapat digambarkan sebagai seseorang yang kembali lagi dan lagi ke sebuah restoran yang menyajikan makanan kesukaannya. Hanya dengan menghentikan kemelekatan akan hidup dan kehidupan maka kita dapat menghentikan proses kelahiran kembali.



Disusun oleh: Bhagavant.com

================================================================

TIGA CORAK KEHIDUPAN

TIGA CORAK KEHIDUPAN
(Tilakkhana)



"Sabbe sankhara anicca`ti. Yada pannaya passati; atha nibbindati dukkhe. Esa maggo visuddhiya."
Segala sesuatu yang berkondisi adalah anicca. Apabila dengan kebijaksanaan orang dapat melihat hal ini; maka ia akan merasa jemu dengan penderitaan. Inilah Jalan yang membawa pada kesucian.
(Dhammapada 277)

"Sabbe sankhara dukkha`ti. Yada pannaya passati; atha nibbindati dukkhe. Esa maggo visuddhiya."
Segala sesuatu yang berkondisi adalah dukkha. Apabila dengan kebijaksanaan orang dapat melihat hal ini, maka ia akan merasa jemu dengan penderitaan. Inilah Jalan yang membawa pada kesucian.
(Dhammapada 278)

"Sabbe dhamma anatta`ti. Yada pannaya passati; atha nibbindati dukkhe. Esa maggo visuddhiya."
Segala sesuatu yang berkondisi dan tidak berkondisi adalah anatta. Apabila dengan kebijaksanaan orang dapat melihat ini, maka ia akan merasa jemu dengan penderitaan. Inilah Jalan yang membawa pada kesucian.
(Dhammapada 279)


Tilakkhana atau tiga corak, ciri, karakteristik yaitu anicca, dukkha dan anatta, merupakan tiga corak, ciri, karakteristik yang ada di setiap segala sesuatu atau fenomena yang terbentuk dari perpaduan unsur (berkondisi) yang ada di alam semesta ini, termasuk makhluk hidup. Ciri ini merupakan salah satu bentuk dari Hukum Kebenaran Mutlak (Paramatha-sacca) karena berlaku dimana saja dan kapan saja.



Anicca

Anicca berasal dari kata ”an” yang merupakan bentuk negatif atau sering diterjemahkan sebagai tidak atau bukan. Dan ”nicca” yang berarti tetap, selalu ada, kekal, abadi. Jadi kata ”an-nicca” berarti tidak tetap, tidak selalu ada, tidak kekal, tidak abadi, berubah. Dalam bahasa Sanskerta disebut juga sebagai anitya.

Sabbe sankhara anicca berarti segala sesuatu yang berkondisi, terbentuk dari perpaduan unsur, merupakan sesuatu yang mengalami perubahan, tidak kekal.

Semua fenomena yang ada di dalam alam semesta ini selalu dalam keadaan bergerak dan mengalami proses, yaitu:
Upadana (timbul), kemudian Thiti (berlangsung), dan kemudian Bhanga (berakhir/lenyap).

Mengapa segala fenomena mengalami perubahan atau tidak kekal? Hal ini karena sudah menjadi sifat alami dari segala sesuatu yang terbentuk dari perpaduan unsur akan mengalami perubahan, ketidakkekalan.



Dukkha

Dukkha berasal dari kata ”du” yang berarti sukar dan kata ”kha” yang berarti dipikul, ditahan. Jadi kata ”du-kha” berarti sesuatu atau beban yang sukar untuk dipikul. Jadi kata ”duh-kha” berarti sesuatu atau beban yang sukar untuk dipikul. Pada umumnya dukkha dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai penderitaan, ketidakpuasan, beban.

Sabbe sankhara dukkha berarti segala sesuatu yang berkondisi, terbentuk dari perpaduan unsur, merupakan sesuatu yang tidak memuaskan yang akan menimbulkan beban berat atau penderitaan.

Mengapa segala fenomena tidak memuaskan dan menimbulkan beban berat atau penderitaan? Hal ini dikarenakan segala fenomena tersebut mengalami perubahan, tidak kekal. Dan ketika kita tidak bisa memahami dan menerima bahwa segala fenomena selalu mengalami perubahan, tidak kekal, maka timbul perasaan ketidaksukaan, ketidakpuasan pada diri kita dan akhirnya menimbulkan beban berat atau penderitaan.



Anatta

Anatta berasal dari kata ”an” yang merupakan bentuk negatif atau sering diterjemahkan sebagai tidak atau bukan. Dan ”atta” berarti berarti diri sejati atau inti/`roh`. Dalam bahasa Sanskerta disebut juga sebagai anatman. Jadi kata ”an-atta” berarti bukan diri sejati atau tanpa inti/`roh`.

Sabbe dhamma anatta berarti segala sesuatu yang berkondisi, terbentuk dari perpaduan unsur, dan juga sesuatu yang tidak berkondisi merupakan sesuatu yang tidak memiliki inti/`roh` dan bukan diri yang sejati.

Beberapa orang telah salah memahami mengenai ajaran anatta dengan beranggapan bahwa tidak ada diri, tidak ada yang namanya orang/person (puggala). Anggapan ini keliru. Guru Buddha tidak mengajarkan hal ini. Beliau mengajarkan bahwa ada yang disebut dengan diri atau orang/person (puggala), tetapi diri atau orang/person (puggala) tersebut bukanlah benar-benar inti atau jati diri dari diri atau orang (person) tersebut, melainkan hanyalah merupakan perpaduan unsur-unsur yang membentuk, yang membuatnya ada atau eksis yang suatu saat akan mengalami perubahan. Karena perpaduan unsur-unsur inilah diri seseorang terbentuk. Dan karena segala sesuatu yang terbentuk dari perpaduan dari unsur-unsur pasti mengalami perubahan, maka diri seseorang pun mengalami perubahan, penguraian, yang akhirnya eksistensi dari diri seseorang tidak lagi ada atau eksis. Inilah mengapa dikatakan tidak memiliki inti atau bukan diri sejati.

Mengapa segala fenomena tidak ada inti atau bukan diri sejati?

Di dalam Anattalakkhana Sutta; Samyutta Nikaya 22.59 {S 3.66}, Guru Buddha menjelaskan bahwa Rupa (jasmani), Vendana (perasaan), Sanna (pencerapan), Sankhara (pikiran) dan Vinnana (kesadaran) disebut sebagai Panca Khanda (lima kelompok kehidupan/kegemaran) yang semuanya bukanlah diri sejati. Jika Khanda itu merupakan diri sejati, maka tidak akan mengalami penderitaan, dan semua keinginan seseorang akan kandha-nya akan terpenuhi, ”Biarkan Kandha-ku seperti ini dan bukan seperti itu.”

Tetapi karena khanda tidak dapat dikendalikan sesuai dengan keinginan atau harapan seseorang, ” Biarkan Kandha-ku seperti ini dan bukan seperti itu”, dan juga mengalami penderitaan, maka dikatakan bahwa kandha bukanlah diri sejati.

Selain ajaran Anatta yang diajarkan oleh Guru Buddha, di dunia ini terdapat 2 ajaran atau paham lain yang terdapat dalam kepercayaan lain, yaitu:

1. Attavada, yaitu paham atau ajaran yang menyatakan bahwa terdapat atta atau inti atau diri sejati yang tidak mengalami perubahan, yang ada sepanjang masa atau abadi meskipun melalui tahap kelahiran kembali. Paham ini juga disebut sebagai paham Eternalisme (paham ini tidak dibenarkan oleh Sang Buddha).
2. Ucchedavada, yaitu paham atau ajaran yang menyatakan bahwa sama sekali tidak terdapat atta atau diri, dimana ketika mati maka semuanya akan turut lenyap, tidak membentuk apapun lagi, tidak meengalami kelahiran kembali. Paham ini juga disebut sebagai paham Nihilisme (paham ini tidak dibenarkan oleh Sang Buddha).

Beberapa contoh nyata mengenai ajaran Anatta. Ketika kita melihat sebuah sofa maka kita akan melihatnya sebagai hal yang biasa dan menyebutnya sebagai sofa. Tetapi ketika sofa yang terbuat dari kayu, busa, kain, lem, tenaga manusia, dan sebagainya itu kita uraikan, kita pisah-pisahkan, kita bongkar, maka yang kita lihat sekarang hanyalah beberapa potong kayu bekas, kain, busa dan sebagainya yang tidak mungkin sama dengan bahan awal pembuat sofa. Kita hanya menyebutnya sebagai sisa sofa, kain bekas sofa, kayu bekas sofa, dan sebagainya. Kita tidak akan melihat lagi sofa tadi.

Contoh lain tentang ajaran Anatta, ketika kita membuat roti. Roti dibuat dengan memakai tepung, ragi, gula, garam, mentega, susu, air, api, tenaga kerja dan lain-lain Tetapi setelah menjadi roti tidak mungkin kita akan menunjuk satu bagian tertentu dan mengatakan: ini adalah tepungnya, ini garamnya, ini menteganya, ini airnya, ini apinya, ini tenaga kerjanya dst. Karena setelah bahan-bahan itu diaduk menjadi satu dan dibakar di oven, maka bahan-bahan itu telah berubah sama sekali. Meskipun roti itu terdiri dari bahan-bahan yang tersebut di atas, namun setelah melalui proses pembuatan dan pembakaran di oven telah menjadi sesuatu yang baru sama sekali dan tidak mungkin lagi untuk mengembalikannya dalam bentuknya yang semula.

Pemahaman akan ajaran anatta dapat juga dianalisa dan direnungkan dalam ajaran mengenai Sebab-Musabab yang Saling Bergantungan (Paticcasamuppada).



Disusun oleh: Bhagavant.com
=================================================================
Untuk hukum kamma, saya minta anda berbaik hati untuk baca di thread hukum kamma, tapi bila tidak mau, nanti saya qoute saja.

NB: Tujuan saya untuk mengetahui apa itu 8 jalan utama di Maitreya karena jujur saja saya memiliki beberapa sahabat karib yang menganut ajaran ini dan kadang2 suka bertukar pikiran tapi tidak pernah mendengar ada 8 jalan tengah di Maitreya. Mungkin teman2 saya ini masih rendah pengetahuannya, dan kebetulan anda mengucapkannya di thread ini, jadi saya tanya aja sekalian deh.
 
@ all : sorri bukannya saya mengurui atau mau ikut campur, kayanya pembahasan ini sudah melenceng dari topik thread ini deh. soalnya di thread ini kita kan membahas ttg apakah menganalisa = menghina. sekarang kok masuk ke materi ajaran.

saya rasa lebih baik buka thread baru biar pembahasan di forum ini tidak kacau dan lebih rapi.
 
@marecedes, sori nih, threadnya udah berubah ga sesuai dengan menganalisa ajaran = menghina? lagi. tapi untuk pembahasan selanjutnya saya akan bahas di thread saya menanyakan hal ini kpd @akiong.

@akiong, lets go back to your thread, Tanya jawab seputar ajaran maitreya,
so tolong jawab disana yach, saya akan coba posting semua yang anda lakukan. Tapi ada yang bingung nih, disana anda mengundang semua orang untuk bertanya, tapi sekarang anda tidak mao menjelaskan ajaran anda sebelum saya memposting tentang 8 jalan utama yang dibabarkan oleh Buddha gautama, gimana yach kesannya?

let's go to http://indoforum.org/showthread.php?t=48126&page=7
buat yang laen, sori yach udah melencengkan topik dengan isinya.
 
gpp...kan masalah menganalisa ajaran = menghina sudah jelas...

mau di thread saya atau bukan gw sih oke2 saja.
 
Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh......

wahai kawan2...., janganlah saling memaki dan saling menghina antara sesama buddhist........

" Cara menjalankan Dhamma BOLEH berbeda, tapi tujuan tetaplah sama....."
" Konsep boleh berbeda, tapi hati tetaplah sama......"

** LIHATlah video di youtube ini dgn seksama
@ http://www.youtube.com/watch?v=j8o12...eature=related ( vihara dihancurkan )
@ http://www.youtube.com/watch?v=K8H7WrTZ0qk ( vihara dibakar & patung Buddha di gantung di pintu gerbang )

SADARLAH...............SADARLAH.................SA DARLAH..................!!!!!!!!!!!!!
SO, BERSATULAH kawan2 yg dari berbagai aliran dan mazhab....., ibarat satu lidi mudah patah , tapi apabila lidi-lidi itu digabung dan disatukan maka sangatlah KUAT dan SUSAH untuk dihancurkan........

thanks....
 
@ Vajra Mudra
anda tahu gak yang dinamakan dengan 'repost'?
Postingan anda sama semua di threat yang manapun. Jangan paranoid bro.... membahas ajaran atau menganalisa bukan menghina atau menjadi tidak bersatu.

Kalau Akiong getol menjelaskan ajaran Meitreya, justru umat yang lain akan tahu seperti apa ajaran itu, dan dengan demikian baru bisa terjadi saling menghormati antara pemeluk agama. Saya tahu maksud anda baik, mengingatkan kita untuk tidak larut dalam emosi, dan tetap terkendali dalam bersatu kita teguh.

Tapi, sadarlah.... bersatu secara buta, hanya akan menjadi api dalam sekam. Seperti yang anda perlihatkan pada beberapa postingan anda. Dulu Khong Hu Cu bersatu dalam Walubi. Sekarang sudah berdiri sendiri, dan sekarang anda berani mempost hal-hal yang sedikit banyak menyudutkan agama Buddha (pemeluknya). Bukan ini maksud persatuan bro....

Membahasnya secara kepala dingin, sharing, saling megerti yang tidak dimengerti. Saling memahami bagaimana ajaran orang lain, itu baru bisa menciptakan persatuan seperti yang anda cita-citakan. Bukan double post di mana-mana. Yang ada juga orang sebel membacanya.

Lebih baik, anda bikin sebuah threat tentang agama Khong Hu Cu, disitu kita bisa sharing apa saja tentang agama Khong Hu Cu. Dengan begitu, baru ada saling pengertian dan saling memahami. Kalau kita tidak tahu ajaran Khong Hu Cu itu seperti apa, jangan-jangan yang kita tulis tentang Khong Hu Cu justru sudah menghina atau menyinggung.

Gak ada gunanya post seperti yang anda buat di atas.... bisa-bisa dianggap spam loh.... itu kalau repost berkali-kali....
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.