• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Maha Guru Ching Hai

singthung

IndoForum Junior E
No. Urut
7164
Sejak
21 Sep 2006
Pesan
1.634
Nilai reaksi
27
Poin
48
Riwayat Hidup

Maha Guru Ching Hai


CDs_cdm031_large.jpg



Guru Ching Hai dilahirkan di Au Lac, ayahnya seorang Naturopath yang terkenal yang suka mempelajari aneka sastra dunia, terutama filsafat. Di antara favoritnya adalah karya-karya Lau Tze & Chuang Tze, yang telah dapat dibaca oleh Guru Ching Hai sejak kecil, Beliau membaca buku-buku tersebut serta buku-buku filsafat timur dan barat lainnya sebelum memasuki sekolah dasar.

Guru Ching Hai tidak seperti anak-anak biasa pada umumnya. Beliau sering ditemukan sedang asyik membaca sastra filsafat, ketika anak lainnya mengerjakan perkerjaan rumah atau bermain. Ayahnya mengkhawatirkan hal ini dan bertanya kepadaNya, apakah Beliau mengerti isi bacaan itu? Beliau menjawab, "Ayah, jika saya tidak mengerti, saya tidak akan tertarik membaca terus." Walaupun ayahNya tetap masih belum lega, namun pelajaranNya di sekolah tetap memperoleh nilai terbaik, akhirnya ayahNya mendukung kegemaranNya yang luar biasa ini.


Walaupun kedua orang tuaNya adalah umat Katolik, mereka sangat terbuka untuk ajaran Buddha. Nenek Beliau seorang umat Buddhis. Guru Ching Hai suka meluangkan waktu mempelajari kitab suci dan cara pemujaan Buddha. Beliau mengembangkan sikap yang sangat terbuka terhadap semua agama. Karena latar belakang ini, pagi-pagi Beliau pergi ke gereja Katolik, sore hari ke vihara, dan malamnya mendengarkan khotbah ajaran suci. Sehingga dalam benakNya dipenuhi dengan berbagai pertanyaan rohani, "Darimana kita berasal? Kehidupan apakah setelah mati? Mengapa begitu banyak perbedaan antar sesama umat manusia?"

Pada waktu perang, di kotaNya kekurangan tenaga dokter dan perawat, maka Beliau membantu di rumah sakit setelah pulang dari sekolah. Beliau memandikan pasien, membersihkan pispot, mengerjakan tugas yang rendah dan kotor, berusaha untuk meringankan penderitaan si pasien. Teman-temanNya dari berbagai negara menjuluki Beliau sebagai "Buddha Hidup" atau Orang Suci yang lucu" karena Beliau penuh dengan rasa humor dan berbaik hati terhadap setiap orang.

Beliau selalu bersifat lembut hati terhadap hewan-hewan, dan sering membawa pulang hewan yang sedang terluka, merawatnya sampai sembuh, lalu melepaskannya kembali. Jika melihat hewan dibunuh, Beliau akan menangis, berharap memiliki kekuatan untuk mencegah penderitaan dunia. Beliau telah menjadi vegetarian dan selalu muak terhadap pembunuhan sepanjang hidupNya.

Sewaktu Guru masih kanak-kanak, seorang ahli nujum mengatakan bahwa Beliau adalah seorang yang luar biasa, sangat cerdas, berbudi luhur dan bermoral tinggi. Diramalkan bahwa Beliau akan meninggalkan keduniawian dan mencapai Pencerahan. Jika berumah tangga, Beliau akan membina keluarga yang bahagia dan memiliki suami yang baik. Ramalan-ramalan serupa banyak berulang di kemudian hari.

Ketika Beliau meninggalkan rumah untuk menjadi biarawati, ibuNya pergi ke kuil Quan Yin untuk memohon petunjuk. Ia memilih Kuil Bodhisattva Avalokitesvara yang dikatakan selalu menjawab semua pertanyaan umat yang tulus. IbuNya diberitahu, "Sang Guru adalah seorang anak yang langka dan mulia, satu di antara semilyar. Beliau datang ke dunia ini mengemban misi untuk menyelamatkan mahkluk hidup yang sengsara."

Beliau pernah bekerja di Palang Merah Jerman sebagai penerjemah. Beliau dengan sukarela bekerja lebih lama dengan mengorbankan kesehatan dan kenyamananNya demi pengungsi Au Lac. PekerjaanNya di Palang Merah membuatNya memahami penderitaan pengungsi-pengungsi dari banyak negara. Secara terus menerus Beliau melihat penderitaan dan kekacauan yang diakibatkan oleh peperangan dan bencana alam. Guru menderita sekali dan terus mencari jalan untuk meringankan kepedihan yang dilihatNya. Beliau menyadari bahwa tidak mungkin hanya dengan mengandalkan kekuatan seorang awam untuk menghentikan penderitaan umat manusia. Hal tersebut lebih kuat mendorongNya untuk mencapai Pencerahan, ketika Beliau menyadari bahwa hanya dengan jalan ini dapat meringankan kesengsaraan manusia. Maka, bahkan waktu di Eropa, Beliau berlatih meditasi dengan sungguh-sungguh. Beliau sering merasakan bahwa jalan yang ditempuhNya ini tidak berguna, bagaimanapun Beliau tidak mengalami alam batin seperti yang dilukiskan dalam kitab suci, ataupun mencapai Pencerahan. Hal ini sungguh mengecewakan Beliau.

Guru Ching Hai berpandangan sangat luas terhadap semua agama. Beliau telah mempelajari dan mengajarkan kata-kata Yesus, Buddha, Lao Tze dan banyak lagi yang lainnya. Beliau selalu menunjukkan persamaan antara ajaran-ajaran agung dan membeberkan pandanganNya agar kita mengetahui bahwa semua Guru Sejati mengajarkan Kebenaran yang sama. Beliau sering menjelaskan bagaimana timbulnya perbedaan pandangan-pandangan agama yang hanya disebabkan perbedaan pendapat dan penggunaan bahasa disetiap bangsa yang berlainan dan pada waktu yang berbeda.

Saat di Jerman, Guru Ching Hai menikah dengan seorang ilmuwan bangsa Jerman yang memiliki dua gelar Doktor, hidup mereka bahagia. SuamiNya seorang yang baik hati, penuh perhatian, dan suka membantu. Ia juga menjadi vegetarian, sering menemani istrinya berziarah dan mendukung pekerjaan sosial sang istri. Namun akhirnya, Guru merasa perlu meninggalkan suamiNya untuk menuntut cita-cita rohani Beliau. Beliau merundingkan hal ini dengan sang suami untuk waktu yang cukup lama yang akhirnya menyetujui perpisahan ini. Ini adalah keputusan yang sangat sulit bagi mereka, namun Beliau memiliki perasaan yang kuat bahwa ini adalah keputusan yang tepat bagiNya dan dibutuhkan demi mencapai Pencerahan.

Setelah meninggalkan suamiNya, Guru mencari metode sempurna yang dapat membimbing seseorang mencapai pembebasan abadi dalam satu masa kehidupan. Dalam Sutra Surangama, Buddha Shakyamuni mengatakan bahwa Metode Quan Yin adalah metode tertinggi. Tetapi tidak ada satupun dari guruNya mengetahui hal ini. Beliau menjelajahi dan mencari di mana saja, akhirnya setelah bertahun-tahun kemudian, Beliau bertemu dengan seorang Guru Himalaya yang menginisiasi Beliau dalam Metode Quan Yin dan memberkahiNya dengan kekuatan Ilahi yang telah dicariNya selama bertahun-tahun. Setelah berlatih dalam kurun waktu yang relatif singkat, Beliau akhirnya mencapai Pencerahan sepenuhnya dan terus-menerus berlatih serta menyempurnakan pengetahuanNya. Beliau menyepi di Himalaya beberapa saat untuk melanjutkan latihan harian.

Akhirnya, Guru Ching Hai berkelana sampai di Formosa (Taiwan). Pada suatu malam hujan lebat turun disertai badai Typhoon. Ketika Beliau bermeditasi di suatu bilik di belakang kuil kecil di Formosa, sekelompok orang mengetuk pintu. Ketika Guru bertanya apa maksud dari kedatangan mereka, mereka menjawab, "Ketika menanggapi doa kami, Bodhisattva Avalokitesvara memberi tahukan bahwa Anda adalah Guru Agung dan kami harus memohon kepada Anda untuk memperoleh metode Pencapaian Pembebasan (Abadi). "Beliau berusaha menyuruh mereka pergi, tetapi mereka tidak mau meninggalkan tempat itu. Akhirnya Guru terharu oleh ketulusan dan kepatuhan mereka dan setuju menginisiasi mereka setelah mereka melakukan penyucian moral selama beberapa bulan. Mereka juga harus berjanji untuk menjadi vegetarian seumur hidup.

Guru Ching Hai adalah seorang pemalu dan tidak mencari murid. Beliau pernah melarikan diri dari orang-orang yang mencariNya untuk memohon inisiasi. Hal ini terjadi di India dan Amerika Serikat, di mana Beliau hidup sebagai biarawati Buddhis yang bersahaja. Ketika Beliau diketemukan ketiga kalinya di Formosa, Beliau menyadari bahwa seharusnya tidak melarikan diri dari tugas yang tidak dapat dihindari. Sejak saat itu Beliau mulai membagi pengalaman dengan semua yang ingin mendengarkan ajaran Kebenaran, dan menginisiasi murid-murid yang tulus ke dalam Metode Quan Yin.

Penyebaran ajaran Beliau berlangsung dari mulut ke mulut oleh sekelompok kecil muridNya yang pertama di Formosa hingga saat ini mencapai ratusan ribu orang. Sebagian besar muridNya berada di Formosa, karena Beliau paling lama tinggal di sana. Pada tahun-tahun terakhir ini, Beliau melakukan perjalanan ceramah ke seluruh Asia, Amerika Serikat, Amerika Latin, Australia, Kanada, Meksiko, Eropa, Afrika, dan belahan dunia lainnya. Orang dari berbagai profesi dengan latar belakang agama yang berbeda, berkat pertolongan Beliau, mereka mencapai kemajuan rohani yang pesat. Walaupun tanpa organisasi yang formal untuk menyebarkan ajaran Beliau, namun para simpatisan dan murid-muridNya dapat ditemukan di seluruh dunia, mereka siap membantu orang-orang yang ingin belajar dengan Guru mereka yang tercinta.

Lagipula untuk membantu orang yang tak terhitung banyaknya melalui ajaran rohaniNya dan inisiasi, Guru Ching Hai telah mencurahkan tenagaNya yang tak terbatas untuk membantu mereka yang menderita atau membutuhkan. Pada tahun-tahun belakang ini usaha kemanusianNya telah mengharukan hati dan jiwa berjuta-juta orang di seluruh dunia. Guru tidak membeda-bedakan apa itu penderitaan yang disebabkan oleh kegelapan batin, kekurangan materi, atau peristiwa yang tidak terduga. Di mana ada penderitaan, Beliau akan membantunya.

Kegiatan-kegiatan kemanusiaan Guru Ching Hai pada beberapa tahun ini termasuk bantuan kepada tuna wisma seluruh Amerika Serikat dan sebagian di negara-negara lain, korban kebakaran California Selatan; korban banjir di Barat Tengah Amerika Serikat dan sebagian di negara-negara lainnya, bagian Tengah dan Timur daratan Cina, Malaysia, Au Lac, Belanda, Belgia, Perancis; kaum jompo yang diabaikan di Brasil; korban letusan gunung berapi Pinatubo di Philipina; korban bencana di Muangthai Utara; keluarga miskin di Formosa dan Singapura; penderitaan kusta di Molokai, Hawai, kumpulan spiritual di India, Jerman dan Uganda; anak cacat mental di Hawai; korban gempa bumi di Los Angeles dan Jepang; Veteran di Amerika Serikat; yatim piatu di Au Lac; Institut Penelitian Penyakit AIDS dan Kanker di Amerika Serikat; dan sebagainya. Tentu saja, kami tidak lupa akan menyebut usaha bantuan Guru Ching Hai yang tidak mengenal akhir dan lelah terhadap pengungsi Au Lac, baik yang berada di dalam maupun yang di luar kamp pengungsi.

Walaupun Beliau tidak mencari segala macam penghargaan, Guru Ching Hai telah dikenal dan dihormati oleh pejabat pemerintah di seluruh dunia atas kegiatan kemanusiaanNya. Sebagai Contoh: Pada tanggal 25 Oktober 1993 diumumkan sebagai " Hari Supreme Master Ching Hai" oleh Walikota Honolulu Hawai, dan pada tanggal 22 Februari 1994 juga diumumkan yang serupa oleh Gubernur negara-negara bagian Illinois, Otawa, Winsconsin, Kansas, Missouri, dan Minnesota AS. Beliau juga menerima "Penghargaan Perdamaian Dunia di Honolulu, dan Pemimpin Spiritual Dunia" pada suatu upacara di Chicago tertanggal 22 Februari 1994. Surat ucapan Selamat dikirimkan ke Pesta Upacara di Chicago oleh banyak pejabat pemerintah di seluruh dunia termasuk Presiden Clinton, Bush dan Reagan.

Tahun-tahun belakang ini, Guru Ching Hai juga mengabdikan diri dalam karya seni yang mengungkapkan keindahan alam rohani yang dihayati oleh Beliau. Karya-karyaNya meliputi lukisan-lukisan, kipas, dan lentera hias, tata ruang, kesenian taman, rancangan pakaian, puisi, musik dan perhiasan. Kebanyakan karya seni ini diciptakan dengan tujuan mengumpulkan dana untuk keperluan sosial (amal).

Guru Ching Hai berkata bahwa Beliau sejak dilahirkan tidak dalam keadaan Pencerahan. Beliau juga pernah hidup seperti orang awam dan belajar dari pengalaman mengetahui masalah kita, sakit hati kita, nafsu, hasrat dan keraguan-raguan kita. Disamping itu Beliau juga mengetahui alam suci ke Buddhaan, dan cara mencapai ke sana dari sini. Tujuan hidupNya hanya diperuntukkan untuk membantu tanpa mengenal balas jasa menuju kebahagiaan kesadaran Illahi yang cerah. Jika anda sudah siap, Beliau akan datang untuk membawa Anda pulang!

Guru Ching Hai memberi ceramah yang beraneka ragam untuk menarik perhatian murid-murid menurut latar belakang dan budaya masing-masing, tidak membedakan apakah ia Kristen, Islam, Buddhisme, atau Taoisme dan lain-lain. Beliau berkhotbah dalam bahasa Inggris, Perancis, Jerman, China, dan Au Lac. Bagi mereka yang ingin belajar dan berlatih metode Quan Yin, akan disambut dengan tangan terbuka untuk menerima inisasi. Ceramah dan inisiasiNya diberikan dengan tanpa dipungut biaya apapun.
 
No flame, just asking:

Beliau wanita, dan dikatakan mencapai pencerahan sepenuhnya?....

Mohon pencerahan.
 
No flame, just asking:

Beliau wanita, dan dikatakan mencapai pencerahan sepenuhnya?....

Mohon pencerahan.

Bukankah pada Jaman Sang Buddha ,seorang Bhikkhuni bisa mencapai pencerahan, dan banyak wanita mencapai tingkat kesucian.
Mau pria atau wanita bisa mencapai pencerahaan^_^

 
guru_himalaya.jpg


Perjalanan Maha Guru Ching Hai ke Himalaya

Dahulu Kala..
Seorang pencinta perdamaian melanglang ke seluruh alam semesta.
Demi kebahagiaan abadi, Dia berkelana menelusuri permukaan bumi, matahari, bulan dan awan-awan. Akhirnya Ia menemukan Kebahagiaan Abadi yang selama ini bersemayam di kalbu hatiNya yang terdalam. Kemudian Ia duduk...
Ketika akan menikmati kebahagiaan yang baru Ia temukan,
Tiba-tiba Ia menengok ke bawah.
Melihat makhluk yang tak terhitung banyaknya masih dalam kegelapan.
Karena mereka sedang mencari kebahagiaan abadi yang tidak dimilikinya,
Sama seperti Ia dahulu kala yang menyia-nyiakan waktu jutaan abad.
Dia amat terharu. Air matanya bercucuran…Setetes… dua tetes,
beberapa tetes dan seterusnya…
Setiap tetes bagaikan permata berkilauan.
Segera langit angkasa raya dihiasi dengan air mata gemerlapan. Itulah yang disebut bintang-bintang zaman sekarang.
Mereka terlalu malu pada siang hari.
Dan terlalu gelisah untuk tidur pada malam hari.
Karena bagi pencari, bintang-bintang adalah untuk menerangi jalan mereka.




Pencarian Maha Guru Ching Hai terhadap seorang Guru Tercerahkan, yang dapat menunjukkan kepada Beliau jalan langsung kepada Tuhan, telah membawa Beliau mengelilingi lebih dari tiga puluh negara dalam waktu tujuh tahun. Ia mengunjungi berbagai tempat ziarah dan ashram. Ia selalu berharap dapat menemukan seorang Guru yang secara intuitif sedang menunggu Beliau.

Akhirnya, Suma Ching Hai sampai di India, sebuah negara yang telah diberkati oleh banyak Guru besar selama berabad-abad. Membicarakan perjalanan-Nya di tanah sakral ini, Suma Ching Hai berkata: "Di India, ada banyak praktisi rohani yang hanya makan sekali setiap hari. Mereka berlatih beberapa metode, bukan satu metode pilihan saja, tanpa rumah yang tetap, mereka pergi ke mana-mana dengan berjalan kaki, mencari sang Guru dan Metode. Mereka bermeditasi setiap hari, selama makan atau tidur mereka tidak pernah lupa berlatih walaupun hanya semenit. Mereka tidak pernah bermeditasi dalam waktu singkat. Anda dapat membayangkan betapa dahsyat kekuatan batin mereka. Beberapa dari mereka dapat berjalan di atas api tanpa terbakar. Tetapi, itu semua adalah ketangkasan kecil yang tidak dapat membimbing kita mencapai tingkatan yang tertinggi. Lebih penting mencapai kebijaksanaan dan kebebasan abadi. Kita memiliki kekuatan dahsyat yang tersembunyi, jika kita berlatih dengan tekun dan mempunyai kepercayaan diri yang kuat, tiada apapun yang di atas kita;."

Keyakinan yang begitu kokoh, pengabdian yang tanpa pamrih, dan semangat untuk melayani orang terlihat begitu jelas ketika Suma Ching Hai menceritakan pengalaman-Nya selama berkunjung di salah satu ashram (tempat bertapa atau berlatih rohani): "Jika Saya mempunyai waktu, Saya mengerjakan apa yang harus Saya kerjakan. Karena pada umumnya orang tidak suka melakukan pekerjaan rumah tangga, seperti mencuci piring dan mengepel lantai. Saya melakukan pekerjaan ini meskipun sebagai staf kantor, biasanya dibebaskan dari pekerjaan kasar. Saya seorang pekerja yang tangkas dan jika selesai tugas kantor, Saya melihat di mana saja ada kotoran dan yang tidak rapi, Saya segera membersihkan, karena saya tidak suka melihat kotoran dan yang acak-acakan. Saya mengetahui cara mengembalikan sesuatu pada tempatnya yang semula, jadi Saya dapat melakukannya dengan cepat."

"Semakin banyak kita bekerja, semakin sempurna pencerahan kita. Terus terang Saya senang sekali menepel tangga-tangga dan lantai di India. Saya berkata kepada diri sendiri dengan senang: "Oh! Saya begitu terhormat sehingga diberi kesempatan untuk membersihkan tangga-tangga ini yang setiap hari dilewati oleh para Suci. Kaki-kaki mereka melewati tempat ini setiap hari. Sepertinya Saya sedang mencuci kaki-kaki para suci. Saya merasa sangat terhormat. Pikiran itu terjadi dengan spontan; tak seorang pun mengajarkan kepada Saya. Hanya mengepel tangga yang dilalui murid-murid, sudah cukup untuk membuat Saya merasa terhormat. Alangkah terhormatnya Saya jika tangga itu pernah dipakai oleh seorang Guru Sejati. Lebih baik kita mengerjakan segala sesuatu tanpa pamrih. Layanilah orang-orang dengan tanpa pamrih, kemudian semuanya akan diberikan kepada Anda.

"Selama Saya tinggal di ashram mana pun, Saya tidak pernah mendekati apalagi melekat pada Guru Sejati atau menarik perhatianNya ketika Saya bekerja. Saya hanya melayani orang. Saya mengepel tangga, membersihkan lantai, menyirami tanaman, dan melaksanakan pekerjaan-pekerjaaan yang tidak disukai orang lain. Saya mencuci piring dan sendok karena tidak seorang pun yang sudi membersihkannya. Sesudah makan, piring, alat masak, bertumpukan seperti gunung. Tetapi, Saya menemukan kebahagiaan dalam hal mencuci piring setiap hari."

Setelah bekerja tanpa lelah di banyak ashram, akhirnya perjalanan pencarian-Nya yang benar-benar menakjubkan telah mencapai pada bab terakhir di pegunungan yang paling tinggi, paling misterius di seluruh dunia, Himalaya, di tempat yang selama berabad-abad dipercayai oleh orang India bahwa itu adalah tempat tinggal para dewa. Oleh karena itu, setiap tahun berjuta-juta peziarah suci mempertaruhkan jiwa mereka untuk pergi ke Himalaya untuk mengunjungi banyak tempat suci dan mungkin sekali mereka dapat menjumpai salah satu makhluk langka yang telah mencapai pancerahan yang dikatakan hidup terpencil di gua-gua sunyi dan rahasia. Sangat disayangkan, banyak peziarah yang meninggal dalam perjalanan mereka karena menghadapi cuaca yang sangat buruk, tanah longsor atau hamparan lapisan es yang sangat berbahaya. Kurangnya barang kebutuhan hidup dan bekal, sehingga beberapa orang ada yang meninggal karena kelaparan. Ketakutanlah yang menghalangi peziarah-peziarah untuk memasuki lehih jauh ke pedalaman. Hanya seorang manusia yang sangat langka dengan penuh keyakinan kepada Yang Maha Kuasa dan keberanian yang luar biasa, dapat mengabaikan segala mara bahaya.

Ketika berbicara mengenai sejumlah petualangan-Nya di Himalaya yang membawa Beliau ke tempat yang lebih dalam dan lebih tinggi di daerah yang bersalju, Suma Ching Hai berkata: "Ketika Saya berada di himalaya, saya tidak mampu menyewa kuda atau kuli. Saya tidak mempunyai apa-apa, jadi Saya harus berjalan kaki. Mungkin karena terus-menerus berjalan kaki membuat badan Saya tetap hangat. Kalau tidak, Saya sudah membeku, karena Saya memakai pakaian dan sepatu yang basah di tengah hujan dan salju pegunungan. Beberapa puncak sangat tinggi dan curam, sungguh sangat mengerikan. Saat itu Saya pasti sudah gila seperti sepasang kekasih yang sedang di landa cinta berat dan tidak ingat pada apa pun juga. Mereka yang sedang dilanda cinta, buta dengan resiko dan beban pernikahan dari kehidupan berkeluarga, mereka juga tidak memikirkan masa depan. Mereka saling terpesona oleh cinta mereka, dan hidup hanya untuk menikmati saat-saat itu.."

"Tetapi, Tuhan memberkati orang bodoh seperti Saya. Pada waktu Saya mencari seorang Guru Sejati, Saya hanya mempunyai dua pasang pakaian, tetapi Saya tidak pernah terserang oleh flu ketika menjelajahi pegunungan Himalaya. Kadang-kadang, Saya tidak mampu membeli kayu bakar untuk mengeringkan pakaian Saya, jadi Saya mendekati api unggun orang lain, sambil memegang pakaian di tangan Saya. hawa panas membuat pakaian Saya cepat kering dan Saya pun dapat menghangatkan diri Saya. Saya tentunya sudah buta (cinta) dan "tergila-gila akan Tuhan." Jika sekarang, mungkin saya tidak berani melakukannya."

"Dalam pikiran Saya hanyalah Tuhan; dan yang dapat Saya lihat hanyalah Tuhan. Tidak ada pikiran untuk keluarga atau uang. Saya begitu bodoh, tetapi tidak sesuatu pun yang dapat menembus pikiran Saya karena dalam ruang hati Saya telah dipenuhi Tuhan. Sama seperti ketika kita jatuh cinta, kita benar-benar buta akan kesalahan-kesalahan kekasih kita, dan kita menolak untuk mendengarkan hal-hal yang tidak baik mengenai dirinya. Mungkin itulah sebabnya Tuhan selalu melindungi Saya, kalau tidak, Saya pasti sudah meninggal sejak lama."

Kesetiaan Suma Ching Hai kepada Tuhan, membuat-Nya dapat mengatasi kesulitan-kesulitan sewaktu berjalan kaki seorang diri dalam lingkungan pegunungan yang tidak ramah. Berikut ini adalah cerita-Nya "Beberapa tempat di Himalaya, tekanan udaranya sangat rendah menyebabkan kita sulit untuk memasak makanan. Saya hanya dapat membersihkan makanan di Sungai Gangga dan memakannya mentah-mentah. Lezat rasanya. Himalaya adalah tempat yang paling indah. Saya dapat hidup tanpa air panas. Senang rasanya masuk ke dalam air yang dingin. Demikian dingin airnya sehingga badan saya rasanya mengkerut. Saya hitung sampai lima, lalu Saya melompat keluar dari sungai yang dinginnya seperti es. Tubuh Saya seolah-olah mengembang bagaikan beribu-ribu bunga dan Saya merasa begitu bahagia."

Pada akhir perjalanan-Nya di tempat kediaman para dewa ini, Suma Ching Hai masih seperti sebelumnya hanya membawa dua pasang pakaian, sepasang sepatu, kantong tidur, tempat air, beberapa buku dan sepotong kayu. Beliau hampir selalu basah dan kedinginan jika Beliau naik lebih tinggi. Semakin tinggi Beliau pergi, semakin banyak barang yang harus Beliau buang untuk menghemat tenaga, setelah membuang hampir semua barang-Nya, Beliau serahkan seluruh jiwa-Nya ke tangan Tuhan.

Semua benda akan datang kepada mereka yang mencari Tuhan dan hanya Tuhan. Jadi tak dapat dielakkan, suatu hari Beliau menemukan Guru yang selalu Beliau rindukan. Guru tersebut adalah Guru Agung Khuda Ji, yang hidup menyendiri di tempat terpencil Gunung Himalaya. Guru Khuda Ji berumur 450 tahun pada waktu Guru Khuda Ji menginisiasi dan mengajarkan Suma Ching Hai suatu metode meditasi yang kuno melalui pengamatan Suara Surgawi dan Sinar Ilahi. Guru Khuda Ji tinggal di Himalaya dengan sabar menunggu Suma Ching Hai yang merupakan murid pertama dan satu-satu-Nya. Meskipun Suma Ching Hai pernah berlatih meditasi dengan metode sejenis ini sebelumnya, Guru Khuda Ji tetap memberikan Suma Ching Hai transmisi rohani tertinggi, yaitu intisari dari inisiasi. Hanya sedikit sekali Guru Agung yang telah mencapai Pencerahan Sempurna, dapat memberikan inisiasi kepada para murid-Nya.

Guru Khuda Ji segera meninggalkan tubuh fisik-Nya setelah menunaikan misi mulia-Nya. Suma Ching Hai jarang menceritakan tentang Guru Khuda Ji. Suma Ching Hai berterima kasih kepada semua Guru yang pernah membimbing-Nya dalam perjalanan untuk mencapai Kesejatian. Tetapi, Suma Ching Hai memberikan penghargaan tertinggi kepada Tuhan: "Saya mempunyai banyak Guru baik yang berwujud maupun tak berwujud, dan masing-masing mengajarkan saya barmacam-macam metode yang tidak sama. Sesungguhnya, Tuhanlah satu-satunya Guru Sejati Saya. "Tetapi, pada suatu saat Suma Ching Hai ditanya oleh saudara sepelatihan mengenai Guru Besar-Nya dari Himalaya, dan Dia berkata "Oh, Saya mengikuti seorang Guru Sejati - seorang yang sangat agung! Tetapi Ia sudah meninggal. Ia hanya mempunyai satu murid, itulah Saya. Dan Saya harus meneruskan pekerjaan-Nya."

Setelah berjumpa dengan Guru Khuda Ji, Suma Ching Hai tinggal beberapa bulan di Himalaya untuk menyempurnakan latihan-Nya dengan metode meditasi kuno ini. Meskipun dalam kondisi yang sangat sulit dan bahaya, Suma Ching Hai merasa kagum terhubung secara aneh dengan daerah spiritual yang unik ini. Ia pernah berkata, "Di Himalaya, anda dapat merasakan semua hewan dan tumbuhan bersama-sama memberikan suatu suasana yang ramah dan penuh persahabatan. Langit begitu tenang dan luas tak terhingga; pohon-pohon pinus sangat bersahabat. Saya hidup di dataran yang tinggi sekali dan dapat merasakan awan-awan putih mengelilingi sekitar kita. Sepertinya Saya sedang berjalan di atas awan. Saya tidak memanggil awan untuk membawa Saya; mereka datang sendiri. Anda mungkin pernah melihat lukisan orang yang dapat mengemudikan awan-awan. Keadaan itu sama persis dengan apa yang saya ceritakan. Itu bukan fenomena Surgawi, itu adalah kenyataan umum di Himalaya."

Turun kembali ke dataran, Suma Ching Hai mengunjungi salah satu ashram yang pernah Beliau tinggali sebelumnya. Ketika Suma Ching Hai duduk dengan santai membaca koran lama, salah satu dari murid yang paling senior di ashram tersebut yang telah berguru kepada 3 suksesi ketua ashram yang berbeda, secara tak terduga menyembah dengan merebahkan seluruh tubuhnya di hadapan-Nya, memegang dan mencium kaki-Nya. Tentu saja, Suma Ching Hai terkejut dan tercengang. Setelah itu Suma Ching Hai menjelaskan "Ini bukan pertama kali kita bertemu, kita pernah bekerja bersama selama beberapa bulan dan kita minum teh bersama." Tetapi ia menyembah kepada Saya setelah Saya kembali dari perjalanan Saya di pegunungan Himalaya. Saya takut bahwa ego Saya akan tumbuh setinggi gunung! Orang-orang di sekitar pun sangat terkejut. Saya demikian terperanjat sehingga Saya tidak dapat berpikir apa pun. Pikiran Saya kosong dan tidak dapat memikirkan lebih lanjut tentang kejadian tersebut. Saya hanya mengetahui bahwa Saya harus cepat pergi dari sana." Maka, Suma Ching Hai langsung pergi.

Suma Ching Hai berusaha sedapat mungkin menyamar agar tidak menarik perhatian orang ketika berkelana ke seluruh India. Tetapi, Sinar Rohani mahamulia yang Beliau miliki tidak mungkin ditutupi.

Di India, saat pesta Maha Kumbh Mela, yang diselenggarakan setiap 12 tahun di Hardwar, tepi Sungai Gangga di Uttar Pradesh, berjuta-juta orang Hindu dari seluruh negri berkumpul selama sebulan. Itu adalah suatu pertemuan yang langka dari para Guru Spiritual. Banyak Guru Spiritual turun dari Himalaya hanya untuk peristiwa tersebut, jadi peziarah-peziarah datang dengan menyiapkan banyak pertanyaan dan segala macam persembahan. Tak heran, kehadiran Suma Ching Hai di sana menimbulkan suatu keributan. "Pada waktu Saya berada di Kumbh Mela, banyak orang mengikuti Saya. Di India jika seorang wanita pergi sendirian, orang-orang akan melempari batu kepadanya dan mengira bahwa dia seorang wanita jalang. Tetapi, meskipun Saya berpergian sendiri, orang-orang menghormati Saya dan memberikan rempah-rempah, kelapa, bunga-bunga dan makanan. Malah mereka memberi Saya tenda terbaik yang biasanya diberikan kepada para Guru Agung. Mereka membiarkan Saya memakai tenda besar untuk Saya sendiri, sedangkan beberapa Guru harus berdesakan dalam satu tenda."

"Tidak ada sesuatu pun dari diri Saya yang istimewa yang dapat menarik perhatian. Saya tidak memaku diri Saya dengan paku dan tidak memelihara jenggot; Saya pun tidak membuat diri Saya hitam dengan abu; Saya juga tidak kurus seperti kerangka. Anda dapat mengenali para suci pada saat Anda melihat-Nya. Mereka terkena terik matahari sepanjang hari, jadi kebanyakan dari mereka menjadi hitam. Mereka memelihara jenggot karena mereka tidak ada waktu untuk mencukurnya. Mereka juga berambut panjang. Anda segera dapat mengenali bahwa mereka adalah Guru Agung atau para Suci. Saya sama sekali tidak serupa dengan mereka!"

Kemudian, Beliau meninggalkan India dan ke mana pun Dia pergi, orang-orang secara intuitif mengenal kehebatan spiritual-Nya. Suma Ching Hai tidak mempunyai keinginan untuk menarik pengikut; tetapi beberapa kali Dia melarikan diri dari mereka yang menemukan-Nya, mereka terus berdatangan. Akhirnya, di Formosa sama seperti yang terjadi di India, New York dan beberapa bagian dunia, Suma Ching Hai ditemukan oleh sekelompok pencari spiritual yang dibimbing oleh Ketuhanan menuju kepada-Nya. Pada saat itu, Suma Ching Hai hidup tanpa dikenal nama-Nya di belakang sebuah kuil yang tidak dikenal. Beliau tersentuh oleh ketulusan mereka dan menyadari bahwa Beliau tidak dapat menghindari misi hidup-Nya. Para pencari spiritual dengan tulus menghendaki inisiasi, akhirnya Suma Ching hai mengabulkan permintaan mereka, demikianlah Beliau hidup sebagai seorang Guru di masyarakat.

Di samping misi Suma Ching Hai yang utama yang bersifat spiritual, Beliau juga sering memberikan bantuan material kepada orang-orang yang membutuhkan. Oleh sebab itu, beberapa tahun ini Suma Ching Hai menerima banyak sekali penghargaan atas kepedulian kemanusiaan-Nya yang telah membantu berjuta-juta manusia di seluruh dunia dalam mengatasi bencana alam, kemiskinan dan penyakit. Yang paling menonjol adalah penghargaan World Spiritual Leadership Award (Penghargaan Pemimpin Spiritual Dunia Tahun 1994) yang diberikan oleh 6 orang gubernur dari 6 negara bagian di Amerika Serikat (Illinois, Iowa, Wisconsin, Kansas, Missouri dan Minnesota) karena bantuan-Nya pada tahun 1993 untuk bencana banjir Sungai Missisippi. Banyak sekali bantuan-Nya yang tidak diketahui orang karena dilaksanakan secara diam-diam tidak melalui pemerintahan. Kasih saying-Nya yang tidak membeda-bedakan, seperti kesabaran, ketegasan, dan ketekunan-Nya yang selalu terpapar jelas dalam kehidupan sehari-hari Beliau, adalah kualitas penting bagi semua praktisi rohani. Kualitas tersebut juga diajarkan dan diteladankan oleh Guru-guru Agung terdahulu seperti Yesus Kristus, Budha Shakyamuni, Khrisna, Lao-Tze, Nabi Muhammad, Guru Nanak dan lain-lain. Meskipun kehidupan masing-masing Guru Agung mempunyai keunikan tersendiri, namun perjalanan rohani yang mereka tempuh selalu sama. Mereka melakukan meditasi dengan mengamati Sinar dan Suara Ilahi. Suma Ching Hai menamakan metode tersebut Metode Quan Yin, karena Beliau memulai ajaran-Nya di Formosa. "Quan Yin" adalah suatu istilah dalam bahasa Mandarin yang berarti: Pengamatan Arus Suara Batin.

Getaran Asli atau Suara yang bersifat transcendental, oleh sebab itu hanya dapat dirasakan di dalam keheningan. Murid-murid Yesus Kristus menyebut-Nya "Roh Kudus" atau "Firman" (dalam bahasa Yunani kata "Logos", berarti Suara). Pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama Allah, dan Firman itu adalah Allah". Setelah Budha Shakyamuni mencapai Pencerahan, Dia juga memperkenalkan Suara ini dan menyebutnya "Genderang Surgawi". Khrisna menyatakan diri-Nya sebagai "Suara dalam Eter". Nabi Muhammad mengamati Suara ini di Gua Gare Hira ketika Ia melihat Malaikat Jibrail (Gabriel); dan Lau-Tze menyatakan Tao sebagai "Suara Agung".

Sinar Rohani juga merupakan perwujudan dari kehadiran Tuhan. Oleh sebab itu, para Guru Sejati zaman dahulu mentransmisikan Cahaya dan Suara Ilahi kepada murid-murid mereka, sama seperti yang diterangkan oleh Suma Ching Hai: "Jadi kita berhubungan dengan Jiwa (Jati Diri) ini, yang merupakan perwujudan Sinar dan Getaran Suara Ilahi, dan dengan melakukan hal ini, kita dapat mengenal Tuhan. Sebenarnya, ini bukan suatu metode. Ini adalah kekuatan Guru Sejati. Seandainya, Anda memiliki kekuatan ini maka Anda juga dapat mengalihkannya kepada orang lain. Metode ini adalah metode transendental yang tidak berwujud sehingga tidak dapat dijelaskan dengan bahasa. Meskipun seseorang menjelaskannya kepada Anda, Anda tidak akan dapat menerima Sinar dan Suara Ilahi, kedamaian batin dan kebijaksanaan Ilahi. semua ini ditransmisikan di dalam keheningan dan ketenangan. Anda dapat melihat Guru-guru Sejati terdahulu seperti Yesus Kristus atau Budha. Anda akan menerima semua yang Anda butuhkan untuk mengikuti jejak mereka, dan sedikit demi sedikit Anda akan menjadi seperti Kristus, dan Anda akan bersatu dengan Tuhan."

Dalam waktu kurang dari 10 tahun, Metode Quan Yin, Seni Meditasi yang kuno, telah tersebar di banyak negara di semua benua. Banyak ceramah Suma Ching Hai dan diskusi non-formal telah dicetak dalam banyak buku dan kaset audio/video dalam berbagai bahasa dan ratusan ribu orang dari berbagai kepercayaan telah diinisiasi. Suma Ching Hai menginisiasi pencari Ketuhanan yang tulus. Suma Ching Hai membiayai misi-Nya dengan menjual karya seni yang beraneka warna, gaun yang indah, perhiasan surgawi SM yang dirancang oleh Beliau.

Derap cepat dari tugas maha penting dan pengorbanan diri Suma Ching Hai masih terus berlanjut, dan atas kemurahan Tuhan misi mulia-Nya akan berjalan sepanjang masa, bahkan terus ke masa yang akan datang. Suma Ching Hai sering berkata bahwa kesempatan yang langka tersebut mungkin terjadi sekali dalam berjuta-juta tahun, jadi Beliau menerima semua yang merasa bahwa waktu mereka sudah tiba saatnya untuk menerima inisiasi dan ajaran Kebenaran.
 
Wah menarik tentang suma ching hai,
Beliau di katakan mencapai pencerahan, apakah pencerahan beliau seperti pencerahan sempurna Sang Budha Gautama yah??
Karena saya pernah jg baca buku beliau tentang keajaiban dunia supra
Gimana pendapat kk singthung, mohon pencerahannya jg, siesie :)
 
Guru Ching Hai itu tantra aliran apa ya?
Mohon pencerahannya..
 
@ Sinthung

Bener juga.....
Kayanya sudah cukup jelas.

@Netral08
Pencerahannya sama saja saya rasa, hanya bukan sebagai sammasambuddha yah.... istilah tepatnya mencapai bodhusatva atau mungkin mencapai Arahat.

@Veinz
Dari jubah yang dikenakan dan kemudian kenyataan beliau perempuan, tentu saja kesimpulan alirannya Mahayana. karena di tradisi Theravada sudah tidak ada lagi Sangha wanita.

Nice Info....
 
Wah menarik tentang suma ching hai,
Beliau di katakan mencapai pencerahan, apakah pencerahan beliau seperti pencerahan sempurna Sang Budha Gautama yah??
Karena saya pernah jg baca buku beliau tentang keajaiban dunia supra
Gimana pendapat kk singthung, mohon pencerahannya jg, siesie :)

Seperti yang sudah dijelaskan oleh avuso roughtorer, paling tidak beliau sudah mencapai tingkat kesucian tertentu.

 
Pencerahannya sama saja saya rasa, hanya bukan sebagai sammasambuddha yah.... istilah tepatnya mencapai bodhusatva atau mungkin mencapai Arahat.

dalam buku riwayat lengkapnya tertulis beliau telah mencapai Pencerahan Sempurna. Td sy jg coba untuk hunting, hampir disetiap artikel yg ditemukan diinternet mengenai SuMa Ching Hai menyatakan tingkat Pencerahan Sempurna yg telah dicapai olehnya.

Pencapaian SuMa Ching Hai sama halnya dengan pencapaian Grand Master Lian Sheng LSY.

Sampai disini barangkali tdk ada gunanya memperdebatkan kebenaran-ketidakbenaran pengenai pencapaian kedua orang tersebut. Untuk mengetahui mereka telah mencapainya atau belum hanya mereka sendiri yg tahu. Spt yg dikatakan InfiniteSky dulu, kita tdk akan pernah bisa tahu krn kita sendiripun blm mencapai kebudhaan. jadi analisis kita hanya asumsi dan interpresentasi saja.

tp sebagai seorang guru, SuMa Ching Hai telah menunjukkan keteladanan yg tiada cela. ^^

trus, kl mnrt sy -dari artikel diatas- Suma Ching Hai bkn dari Mahayana, Theravada maupun Tantrayana.
krn beliau menyatakan dirinya universal. Bahkan murid2nya tdk hanya datang dari Budhisme saja.^_^
 
Jika ingin melihat wanita yg mencapai pencerahan , kita bisa melihat sosok pemimpin Tzu Chi, Yang Mulia Master Cen Yen ( di Taiwan ).

Kalo yg laki2 bisa melihat (alm) YM. Girirakkhito Mahathera.

ke 2 sosok ini diakui dikalangan aliran Maitreya.



Hanya orang yg Mental nya telah mendekati sempurna yg dapat disebut mencapai pencerahan.
 
dalam buku riwayat lengkapnya tertulis beliau telah mencapai Pencerahan Sempurna. Td sy jg coba untuk hunting, hampir disetiap artikel yg ditemukan diinternet mengenai SuMa Ching Hai menyatakan tingkat Pencerahan Sempurna yg telah dicapai olehnya.

Pencapaian SuMa Ching Hai sama halnya dengan pencapaian Grand Master Lian Sheng LSY.

Sampai disini barangkali tdk ada gunanya memperdebatkan kebenaran-ketidakbenaran pengenai pencapaian kedua orang tersebut. Untuk mengetahui mereka telah mencapainya atau belum hanya mereka sendiri yg tahu. Spt yg dikatakan InfiniteSky dulu, kita tdk akan pernah bisa tahu krn kita sendiripun blm mencapai kebudhaan. jadi analisis kita hanya asumsi dan interpresentasi saja.

tp sebagai seorang guru, SuMa Ching Hai telah menunjukkan keteladanan yg tiada cela. ^^

trus, kl mnrt sy -dari artikel diatas- Suma Ching Hai bkn dari Mahayana, Theravada maupun Tantrayana.
krn beliau menyatakan dirinya universal. Bahkan murid2nya tdk hanya datang dari Budhisme saja.^_^

dan kenyataannya, beliau tidak menurunkan ajaran baru kan?... misalnya Zen, juga mencapai penerangan sempurna.... tapi tidak ada ajaran baru... hanya metode secara zen... ajaran yang ada tetap ajaran Sidharta Gautama. Itu makanya tidak disebut Sammasambuddha.

Rasanya penjelasan logisny aseperti itu.

@Akiong
Pencapaian Buddha, kesempurnaan dll dalam hal spritual, saya rasa tidak memerlukan pengakuan dari golongan, instansi manapun. Yang sudah mencapai juga tidak mempermasalahkan. Seperti dalam quote inhereyahum diatas, bahkan beliau tidak menyatakan diri sebagai aliran apa. Namun hanya mengaku sebagai Buddhisme saja.

Tanpa pengakuan dari manapun, bila sudah mencapai kesempurnaan yah tetap sempurna. Diakui seluruh isi jagad rayapun, bila belum mencapai kesempurnaan tetap tidak jauh beda dengan umat awam lainnya.
 
Belum dianggap mencapai pencerahan bukan berarti membantah anggapan orang lain bahwa dia telah mencapai pencerahan. hanya saja kriteria pencapaian pencerahan belom cukup menurut versi kami saja. dan sejauh masih ada waktu yg tersisa, setiap orang bisa terus maju meningkat dan akhirnya benar2 mencapai pencerahan...

Pencerahan tidak bisa dilihat dari apa yg telah dilakukan, dharma apa yg telah dikuasai dan kemampuan supra apa yg telah dimiliki. [ Hanya versi kami saja.]

 
Apakah benar seseorang sudah mencapai tingkat arahat (yang sudah mencapai pencerahan) hanya bisa diketahui oleh Arahat yang lain.

Apakah beliau sudah mencapai arahat atau belum saya tidak tahu, karena saya pun bukan arahat sehingga tidak bisa memastikannya. :D Yang pasti beliau menjalankan Dhamma dengan sangat baik (sejauh yang saya ketahui)

Tidak perlu pengakuan dari aliran manapun atau orang lain apabila seseorang telah mencapai arahat, toh udah sepenuhnya bebas dari kekotoran batin.

@akiong, jadi pencerahan bisa diliat dari mana?
 
@caro, gw jg ga tau..hehehehe
 
Apakah benar seseorang sudah mencapai tingkat arahat (yang sudah mencapai pencerahan) hanya bisa diketahui oleh Arahat yang lain.

Apakah beliau sudah mencapai arahat atau belum saya tidak tahu, karena saya pun bukan arahat sehingga tidak bisa memastikannya. :D Yang pasti beliau menjalankan Dhamma dengan sangat baik (sejauh yang saya ketahui)

Tidak perlu pengakuan dari aliran manapun atau orang lain apabila seseorang telah mencapai arahat, toh udah sepenuhnya bebas dari kekotoran batin.

@akiong, jadi pencerahan bisa diliat dari mana?

Dalam RATHAVINITA SUTTA, Y.M. Punna Mantaniputta (seorang Arahat siswa utama BUDDHA yang terunggul dalam pembabaran Dharma) tidak mengenali Y.M. Sariputra sebagai seorang Arahat.

Dalam hal ini memang dikatakan bahwa Sering Para ARAHAT (SAVAKA BUDDHA) tidak mengenali satu sama lain. Tetapi seorang Sammasambuddha karena memiliki kemampuan KEMAHATAHUAN mengenali tingkat kualitas bathin setiap makhluk sehingga dengan PASTI mengetahui/mengenali para ARAHAT (SAVAKA BUDDHA).

Referensi RATHAVINITA SUTTA di http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=1278
 
terus terang aza gw liat nih Ching Hai rasanya aneh
seorang maha guru budha kok duniawi banget sih?
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.