• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Informasi Tentang Dunia Islam

@al_hudzaifah
saya juga sedih mengenai konflik palestina dengan israel..kalo oleh minta saran...kita sebagai muslim yang masih dengan banyak keterbatasan ini, apa yang seharusnya kita lakukan :)

apa kita mengadakan bantuan dana untuk kehidupan rakyat palestina atau gimana yang bagusnya...mohon masukkannya...


;;) ... Kalo masalah bantuan dana setau ane dah jalan tuh akh ... yang kita harapkan itu bantuan dari dunia arab bagi mereka dari segala segi baik itu dana, militer, perekonomian dan sebagainya, karena mereka yang paling deket dengan daerah itu ... ;;)
 
Al-Quran Berusia 400 Tahun Ditawar Rp40 Miliar




Selasa, 09 Oktober 2007
Seorang warga Qatar memiliki Al-Quran tulisan tangan berusia 400 tahun. Sudah ada menawar 4,3 juta dolar AS atau sekitar Rr 40 miliar

Hidayatullah.com-- Seorang warga negara Qatar, yang menerima hadiah berupa sebuah Al-Quran tulisan tangan berusia 400 tahun dari seorang cendekiawan Yaman di Mekah, mengatakan kitab suci miliknya telah menndapat penawaran sebesar 4,3 juta dolar AS atau sekitar Rr 40 miliar.
"Saya kemungkinan sepakat melepaskan Al-Quran itu jika saya peroleh penawaran yang lebih baik. Tawaran sebelumnya saya telah peroleh 4,3 juta dolar AS," kata Saeed Ali Al Suwaidi kepada IINA.
Menurutnya, ia memperoleh kitab langka itu saat berziarah ke Makkah pada Ramadhan lalu dari seorang akademisi Yaman.
"Kami bercakap-cakap setelah perkenalan awal. Ia mengatakan pada saya bahwa ia memiliki sebuah Al-Quran langka yang ditulis tangan sedikitnya berusia 400 tahun. Ia kemudian meminta saya untuk memeliharanya," katanya.
Cendekiawan itu mengatakan kepada Al-Suwaidi, Al-Quran tersebut merupakan karya kaligrafi yang indah sekali dari pelukis bernama Mohamed bin Ahmed bin Qassem Al Aqwa.
Pelukis itu memerlukan waktu lima tahun untuk merampungkannya pada 1034 Hijriyah (sekitar abad ke-16 Masehi).
Al Quran itu memiliki catatan kaki untuk tafsiran ayat-ayat tertentu.
"Saya pun sepakat menerima Al-Quran itu dengan harapan saya memperoleh pahala. Itu merupakan suatu tanggungjawab besar," katanya.
Al-Suwaidi mengatakan setelah menerima Al-Quran itu, kehidupannya berubah dan ia perasaannya selalu diliputi kegembiraan.
"Saya menjaganya dengan sangat hati-hati dan memeliharanya dari sinat matahari dan udara lembab. Saya bangga memilikinya dan menjadi aset yang sangat berharga dalam hidupku," ujarnya.
Setelah tersebarnya kabar itu, ia pun mulai memperoleh tawaran dari beberapa pemerhati.
Tiga orang kaya masing-masing dua dari Arab Saudi dan seorang dan seorang dari Uni Emirat Arab mendekatinya.
"Satu di antara mereka menawarkan kitab langka itu seharga 4,3 juta dolar AS, namun saya menolaknya, ujar Suwaidi. [ant/www.hidayatullah.com]
 
“Dialog Peradaban Cides”

Selasa, 09 Oktober 2007

Umat Islam harus bekerja keras membangun generasi baru yang berkualitas seperti ’Salahuddin al-Ayyubi’. Baca Catatan Akhir Pekan Adian Husaini ke 210
Oleh: Adian Husaini

Pada 4 Oktober 2007, saya diminta CIDES (Center for Information and Development Studies) untuk menjadi pemakalah dalam sebuah diskusi bertema “Islam dan Masa Depan Indonesia: Meneropong Sebuah Pergumulan Peradaban”. Acara dibuka oleh Mensesneg Hatta Rajasa. Ceramah pembukaan oleh Prof. Dr. Din Syamsuddin. Pemakalah lain adalah Dr. Yudi Latif, mantan Wakil Rektor Universitas Paramadina.
Menurut Din Syamsuddin, meskipun umat Islam merupakan mayoritas penduduk Indonesia, tetapi masih belum memberikan peran yang signifikan terhadap perjalanan bangsa Indonesia. Ini berbeda dengan masa-masa pra-kemerdekaan, ketika umat Islam menjadi faktor penentu dalam perlawanan melawan penjajah. Bahkan, Din Syamsuddin mengingatkan jika tidak melakukan upaya-upaya yang serius, umat Islam – dan bahkan bangsa Indonesia – bisa menjadi tamu di negeri sendiri. Din juga menyorot satu kelemahan gerakan reformasi yang tidak memiliki cetak biru dalam pembentukan Indonesia masa depan.
Meskipun bukan merupakan pernyataan yang baru, tetapi kata-kata Din Syamsuddin tersebut memang perlu kita renungkan. Setelah hampir 10 tahun berlalu, banyak yang bertanya: apa sebenarnya hasil reformasi yang dapat dinikmati oleh masyarakat? Yang jelas jawabnya: “kebebasan!” Semua orang kini bebas bicara, baik bicara yang baik maupun yang buruk. Majalah Playboy bisa terbit leluasa di negeri ini. Pornografi pun semakin marak. Paham-paham dan pemikiran-pemikiran yang melecehkan Islam, semakin leluasa beredar di kampus dan media massa.
Acara-acara menjelang Sahur di bulan Ramadhan pun banyak diwarnai dengan hal-hal yang justru bertentangan dengan kesucian bulan Ramadhan. Banyak pelawak tampil vulgar bahkan secara terang-terangan melecehkan sabda Rasulullah saw, agar laki-laki jangan berpenampilan wanita dan sebaliknya. Meskipun MUI sudah mengingatkan itu semua, tetapi ”biar anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu.” Media massa itu sepertinya tahu benar, bahwa dalam era kebebasan ini, merekalah yang berkuasa. Bukan masyarakat dan bukan MUI.
Dalam kesempatan itu, saya menyampaikan sebuah makalah tentang Islam dan Indonesia masa depan. Disamping perlu memikirkan hal-hal jangka dekat dan menengah, umat Islam di Indonesia perlu merumuskan dan melakukan satu perjuangan yang berdimensi jauh ke depan. Terutama untuk menyiapkan generasi baru yang mampu mengibarkan risalah Islam di negeri ini dan juga di forum internasional. Itu semua sangat tergantung pada umat Islam Indonesia itu sendiri.
Belum lama ini buku Hakadza Zhahara Jīlu Shalahuddin wa Hakadza ’Ādat al-Quds karya Dr. Majid Irsan al-Kilani diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Secara bebas, judul buku itu berarti “Demikianlah bangkitnya generasi Shalahuddin dan demikianlah al-Quds kembali ke tangan Islam.” Buku ini menarik, terutama dari sudut pandang kebangkitan sebuah peradaban. Penerjemah buku ini, yang merupakan alumni Universitas Islam Madinah, menceritakan, bahwa dosen pembimbing mereka, Dr. Ghazi bin Ghazi al-Muthairi, adalah yang mengenalkan dan meminta mereka membaca buku ini.
Buku ini sebenarnya bercerita tentang kebangkitan sebuah peradaban, yakni bagaimana kaum Muslim mampu bangkit dari keterpurukan selama sekitar 50 tahun dalam masa Perang Salib. Titik balik Perang Salib terjadi dengan kejatuhan Edessa di tangan Muslim pada 539/1144, di bawah komandan Imam al-Din Zanki, ayah Nur al-Din Zanki. Dua tahun sesudah itu, Zanki wafat, tahun 1146. Ia telah meratakan jalan buat anaknya, Nur al-Din, untuk memimpin perjuangan melawan Pasukan Salib. Pada 544/1149, Nur al-Din meraih kemenangan melawan pasukan Salib dan pada 549/1154 ia sukses menyatukan Suriah di bawah kekuasaan Muslim. Nur al-Din digambarkan sebagai sosok yang sangat religius, pahlawan jihad, dan model penguasa sunni.
Setelah meninggalnya Nur al-Din pada 569/1174, Shalahuddin al-Ayyubi, keponakan Nur al-Din, memegang kendali kepemimpinan Muslim dalam melawan pasukan Salib. Ia kemudian dikenal sebagai pahlawan Islam yang berhasil membebaskan Jerusalem pada tahun 1187.
Sejarah memang biasanya bercerita tentang kepahlawanan dan kepemimpinan para penglima perang dan penguasa. Sejarah Islam yang diajarkan di sekolah-sekolah pun banyak bercerita tentang sejarah kekuasaan Islam, mulai Rasulullah saw sampai runtuhnya kekuasaan Islam di Turki Utsmani. Ini akhirnya menimbulkan persepsi di banyak kalangan, bahwa memperjuangkan Islam harus dimulai dengan merebut dan menduduki kursi kekuasaan, tanpa melihat proses yang panjang dalam melahirkan sebuah kekuasaan yang tangguh.
Pada sisi lain, banyak yang menfokuskan diri hanya kepada faktor-fektor eksternal dalam Perang Salib, seperti kekejaman pasukan Salib dalam membantai umat Islam, sehingga kurang melihat secara mendalam faktor-faktor internal yang justru menjadi penyebab utama kekalahan umat Islam.
Sebagai contoh, dalam melihat sejarah Islam di Indonesia, selain perlu menyimak keberhasilan pendirian Kerajaan Demak, perlu juga ditelaah secara mendalam, proses panjang dakwah Islam yang akhirnya memungkinkan berdirinya Kerajaan Demak tersebut. Para juru dakwah adalah para wali atau ulama yang bekerja keras dalam mengubah kondisi masyarakat Indonesia, meskipun rakyat ketika itu dipimpin oleh penguasa non-Muslim. Pada akhirnya, rakyat di wilayah itu sendiri yang melahirkan pemimpin-pemimpin muslim, sehingga berdirilah berbagai kerajaan Islam di wilayah ini.
Maulana Malik Ibrahim, misalnya, diperkirakan tiba di Jawa tahun 1399 M. Kerajaan Islam pertama di Jawa (Demak) baru berdiri tahun 1478 M. Raja Demak pertama, Raden Patah, adalah santri dari Sunan Ampel, yang tak lain adalah putra dari Maulana Malik Irahim. Adalah sangat mungkin bahwa sebelum Maulana Malik Ibrahim, sudah ada pendakwah-pendakwah Islam yang menapakkan kakinya di Tanah Jawa. Hanya saja mereka tidak meninggalkan catatan sejarah. Sebab, diperkirakan Islam sudah bertapak di Tanah Jawa.
Dalam seminar tentang Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia, 17-20 Maret 1963, di Medan, Hamka mengungkapkan bukti dari buku Preaching of Islam karya Sir Thomas Aranold, bahwa pada tahun 674 M telah dijumpai orang Arab Islam di Jawa. Dan tahun 684 telah ada perkampungan Arab Islam di Pesisir Barat Sumatra. (Lihat, Saifuddin Zuhri, Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia, (Bandung: al-Maarif, 1981; juga Risalah Seminar Sejarah Masuknja Islam ke Indonesia, (Medan: Panitia Seminar Sedjarah Masuknja Islam ke Indonesia, 1963).
Kajian yang mendalam seperti ini sangat diperlukan agar tidak muncul kekeliruan persepsi di kalangan sebagian aktivis Islam bahwa aktivitas merebut kekuasaan adalah merupakan jalan pintas menegakkan Islam, tanpa mau mengkaji secara mendalam kondisi masyarakat dan umat Islam itu sendiri. Dalam hal ini, karya Dr. Al-Kilani bisa dikaji dengan serius.
Tahun 1095 Perang Salib dimulai. Tahun 1099, Jerusalem jatuh ke tangan pasukan Salib. Meskipun memiliki negara dan pemimpin (khalifah), umat Islam berada dalam kondisi yang sangat terpuruk. Sekitar 88 tahun kemudian tampillah pahlawan Islam terkenal, Shalahuddin al-Ayyubi, yang berhasil membebaskan kembali al-Aqsha dari kekuasaan pasukan Salib, pada tahun 1187. Buku ini memaparkan data-data, bahwa Shalahudin bukanlah pemain tunggal yang ”turun dari langit”. Tetapi, dia adalah produk sebuah generasi baru yang telah dipersiapkan oleh para ulama yang hebat. Dua ulama besar yang disebut berjasa besar dalam menyiapkan generasi baru itu adalah Imam al-Ghazali dan Abdul Qadir al-Jilani.
Menurut Dr. Majid Irsan al-Kilani, dalam melakukan upaya perubahan umat yang mendasar, al-Ghazali lebih menfokuskan pada upaya mengatasi masalah kondisi umat yang layak menerima kekalahan. Di sinilah, al-Ghazali mencoba mencari faktor dasar kelemahan umat dan berusaha mengatasinya, ketimbang menuding-nuding musuh. Menurut al-Ghazali, masalah yang paling besar adalah rusaknya pemikiran dan diri kaum Muslim yang berkaitan dengan aqidah dan kemasyarakatan. Al-Ghazali tidak menolak perubahan pada aspek politik dan militer. Terdapat catatan sejarah, bahwa al-Ghazali juga terus berupaya melakukan kontak-kotak politik dengan penguasa yang baik. Tapi, yang dia lebih tekankan adalah perubahan yang lebih mendasar, yaitu perubahan pemikiran, akhlak, dan perubahan diri manusia itu sendiri. Untuk itu, al-Ghazali melakukan perubahan dimulai dari dirinya sendiri dahulu, kemudian baru mengubah orang lain. Kata penulis buku ini:
”Al-Ghazali lebih menfokuskan usahanya untuk membersihkan masyarakat muslim dari berbagai penyakit yang menggerogotinya dari dalam dan pentingnya mempersiapkan kaum Muslim agar mampu mengemban risalah Islam kembali sehingga dakwah Islam merambah seluruh pelosok bumi dan pilar-pilar iman dan kedamaian dapat tegak dengan kokoh.”
Dalam bukunya, al-Kilani mengutip Ibn Katsir dalam Bidayah wal-Nihayah, yang menggambarkan parahnya kondisi umat Islam saat itu. Umat dicekam penyakit ashabiyah (fanatisme mazhab) yang parah, kerusakan pemikiran, dan gaya hidup mewah pada kalangan elite. Gubernur Abu Nashr Ahmad bin Marwan, seorang gubernur ketika itu, mengucurkan anggaran 200.000 dinar dalam setiap acara hiburan yang digelarnya. Tahun 516 Hijriah, saat Menteri Sultan al-Mahmud terbunuh, bertepatan dengan saat istrinya keluar dari rumah dengan diiringi 100 pelayan dan kendaraan-kendaraan terbuat dari emas. Padahal, pada saat yang sama, banyak rakyat yang menderita kelaparan. Ketika pasukan Salib membantai puluhan ribu kaum Muslim, sebagian ulama berusaha menggelorakan semangat jihad kaum Muslim, tetapi gagal. Ada cerita yang menyebutkan, sebagian pengungsi membawa tumpukan tulang manusia, rambut wanita, dan anak-anak, korban kekejaman pasukan Salib, kepada khalifah dan para sultan. Ironisnya, Khalifah justru berkata: ”Biarkan aku sibuk dengan urusan yang lebih penting. Merpatiku, si Balqa’, sudah tiga hari menghilang dan aku belum melihatnya.”
Dari hasil kajiannya terhadap gerakan kebangkitan umat di era Perang Salib, Dr. al-Kilani menyimpulkan, bahwa yang pertama kali harus dilakukan adalah perubahan dalam diri manusia itu sendiri. ”Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah kondisi yang ada pada satu kaum, sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka.” (QS ar-Ra’d:11).
Nabi saw juga menyatakan: ”Sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging, jika ia baik, maka baiklah seluruh anggota tubuh. Namun, jika ia rusak, maka rusaklah seluruh anggota tubuh. Ketahuilah, itu adalah qalb.” (HR Muslim). Era kejayaan dan kekuatan sepanjang sejarah Islam tercipta ketika terjadi kombinasi dua unsur, yaitu unsur keikhlasan dalam niat dan kemauan serta unsur ketepatan dalam pemikiran dan perbuatan.
Bahkan, menurut al-Ghazali dan Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, perubahan itu harus dimulai dari ulama dan juru dakwah itu sendiri. Karena itu, sebagaimana al-Ghazali, Abdul Qadir al-Jilani juga sangat keras sikapnya terhadap ulama-ulama jahat. Ia menasehati jurid-muridnya: ”Wahai anak-anakku! Jangan terpedaya dengan ulama-ulama yang tidak mengenal Allah itu. Semua ilmu yang mereka miliki justru menghancurkan diri mereka sendiri dan tidak membawa berkah. Mereka itu mengerti hukum-hukum Allah namun tidak mengenal Allah Azza wa-Jalla.” Disamping dikenal sebagai seorang ulama sufi yang zuhud, Abdul Qadir al-Jilani adalah pakar fiqih mazhab Hanbali. Dia juga aktif berdakwah kepada non-Muslim, sehingga dikabarkan ada lebih dari 5.000 orang non-Muslim yang masuk Islam melalui dirinya.
Jika strategi ini direfleksikan dalam perjuangan umat Islam Indonesia, maka sudah saatnya umat Islam Indonesia melakukan introspeksi terhadap kondisi pemikiran dan moralitas internal mereka, terutama para elite dan lembaga-lembaga perjuangannya. Sikap kritis terhadap pemikiran-pemikiran asing yang merusak tetap perlu dilakukan, sebagaimana juga dilakukan oleh al-Ghazali. Tetapi, introspeksi dan koreksi internal jauh lebih penting dilakukan, sehingga ’kondisi layak terbelakang dan kalah’ (al-qabiliyyah lit-takhalluf wa al-hazimah) bisa dihilangkan, dan akhirnya umat akan meraih kejayaan dengan izin Allah.
Jadi, tugas umat Islam bukan hanya menunggu datangnya pemimpin yang akan mengangkat mereka dari keterpurukan. Umat Islam dituntut untuk bekerja keras dalam upaya membangun satu generasi baru yang akan melahirkan pemimpin-pemimpin berkualitas ’Salahuddin al-Ayyubi’. [Depok, 23 Ramadhan 1427 H/5 Oktober 2007/www.hidayatullah.com]
 
Puluhan Ribu Wanita Kongo Alami Pemerkosaan




Rabu, 10 Oktober 2007

Akibat perang saudara, banyak wanita Kongo menjadi korban pemerkosaan. Menurut data, ada 10-30 pasien sekarat akibat pemerkosaan

Hidayatullah.com--Perang saudara yang terjadi di Republik Demokrat Kongo diam-diam telah menciptakan kengerian tersendiri bagi kaum Hawa di negara itu. Setiap hari, sekitar 30 wanita diperkosa oleh anggota kelompok separatis yang tinggal di tengah hutan belantara.
Denis Mukwege, seorang ginekologi RD Kongo, kepada Internasional Herald Tribune (IHT) belum lama ini menuturkan pengalamannya selama bekerja di Rumah Sakit Panzi, Provinsi Kivu Utara. Dia menyatakan, setiap hari terdapat 10–30 pasien wanita yang sekarat akibat diperkosa.
Sebagian besar korban mengalami pendarahan hebat hingga kerusakan rahim permanen. "Wanita-wanita diperlakukan sangat tidak manusiawi. Mereka (para pelaku) tidak hanya merudapaksa korbannya, juga merusak organ kewanitaannya. Ini sungguh mengerikan," tuturnya.
Menurut data Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), sebanyak 27.000 wanita di Provinsi Kivu Utara diperkosa pada 2006. Angka itu meningkat sekitar 20 persen dibanding tahun sebelumnya.
Bahkan, di Shabunda, sebuah kota di timur Kongo, sebanyak 70 persen wanita di sana telah menjadi korban kejahatan seksual. Bahkan,beberapa dari mereka terpaksa tidak bisa memiliki keturunan karena mengalami kerusakan rahim permanen.
"Sangat sedih menyaksikan penderitaan para pasien. Selain trauma,mereka juga sedih karena tidak bisa memiliki keturunan," ujar Mukwege, yang menambahkan bahwa pasien termudanya adalah balita berusia 3 tahun dan yang tertua manula 75 tahun.
Biasanya, para pelaku merupakan anggota kelompok yang tinggal di dalam hutan belantara. Salah satunya adalah kelompok separatis Hutu. Mereka kerap menyerang warga desa pada malam hari dan menculik kaum hawa di sana.
Para korban akan dijadikan budak nafsu selama beberapa hari sebelum dilepaskan.
"Saya diculik dan diikat di pohon selama lima hari. Mereka memperlakukan saya lebih hina daripada binatang," tutur Honorata Barinjibanwa, warga Desa Rasta yang masih berusia 18 tahun.
Tragisnya, kejahatan seksual itu sekarang seolah menjadi epidemik yang terus mengganas. Bahkan, kini sebagian besar pelaku adalah pemuda berusia belasan tahun. Ada kecenderungan para pelaku semakin ketagihan dan tertarik untuk melakukan kejahatan yang lebih brutal.
"Kami tidak tahu apa yang terjadi dengan mereka (para pelaku kejahatan). Mereka semakin hari semakin buas. Urusan kejahatan seksual, Kongo adalah yang terburuk di dunia," ungkap John Holmes, staf PBB untuk masalah kemanusiaan di Afrika.
Mukwege (52), menyatakan Bukavu –salah satu lokasi wisata di Provinsi Kivu– dulunya dikenal sebagai taman wisata yang banyak gorila liarnya. "Kini, taman itu dihuni makhluk yang lebih kejam daripada binatang buas," ujar Mukwege. [snd/www.hidayatullah.com]
 
AS Setujui Penjualan Senjata dan Bom Pintar Kepada Zionis




Rabu, 10 Oktober 2007

Koran Al-Hayat menulis, menurut laporan terbaru, AS menyetujui modernisasi dan pelengkapan Israel dengan rudal dan bom-bom pintar

Hidayatullah.com--Koran Al-Hayat cetakan London, edisi Senin, melaporkan, sumber-sumber Israel dan AS mengatakan, Kongres AS telah menyetujui penjualan bom dan rudal seharga 800 juta dolar kepada Israel.
Penjualan senjata-senjata moderen kepada Israel dilakukan setelah ternyata dalam serangan tahun lalunya ke Libanon. Israel mengalami kekalahan dan persenjataanya dianggap kurang dan sudah kuno.
Setiap tahunnya AS memberikan bantuan-bantuan militer kepada Zionis senilai 3 miliar USD.
Di sisi lain, pabrik-pabrik senjata Israel meningkatkan aktifitas mereka untuk memproduksi bom-bom pintar.
Sebagaimana diketahui, "bom-bom pintar” pernah digunakan Israel menyerang Hizbullah. [irb/www.hidayatullah.com]
 
Guru Inggris Takut Mengajar Evolusi, Gara-Gara Didebat Muridnya




Rabu, 10 Oktober 2007

BBB melaporkan adanya ketakuta sebagian guru untuk berdebat masalah evolusi, sehingga menghindari bahasan itu sama sekali di kelas

Hidayatullah.com--Direktur London's Institute of Education, Profesor Michael Reiss, meningkatnya jumlah murid Muslim di sekolah-sekolah Inggris adalah di antara pemicu bangkitnya paham penciptaan. Ia menambahkan, jumlah pelajar Muslim meningkat pesat dalam 10 – 20 tahun terakhir, dan banyak dari keluarga Muslim tidak meyakini teori evolusi dibandingkan dengan keluarga Kristen.
Semakin banyak guru yang ia jumpai di pertemuan-pertemuan ilmiah mengadukan hal ini. Para guru itu mendapati semakin banyak murid menganut penciptaan, kisah sang Profesor. Sudah bukan zamannya lagi para guru ilmu pengetahuan alam dapat mengabaikan begitu saja paham penciptaan ketika mengajarkan tentang asal usul, ungkap Profesor Reiss sebagaimana dikutip koran terkemuka Inggris, The Independent, 6 Oktober 2007. Guru-guru itu hendaknya menanggapi bahasan itu dengan cara yang tidak memusuhi, tegas sang Profesor.

Buah Bibir di Media Massa

Harian tersohor lain di Inggris, The Daily Telegraph dan The Guardian, tak ketinggalan mengangkat bahasan yang sepertinya akan memanas di masa mendatang ini. Tampil dengan judul Creationism can be a topic in class (Paham penciptaan dapat menjadi pokok bahasan di kelas), koran The Daily Telegraph, 2 Oktober 2007, memaparkan kebijakan pemerintah Inggris seputar paham penciptaan di sekolah.
Arahan resmi ini membolehkan perbincangan seputar paham penciptaan yang menjadi tandingan evolusi, teori yang mengingkari penciptaan dan Pencipta. Namun, menurut kebijakan ini, pembahasan tentang penciptaan harus di luar pelajaran ilmu pengetahuan alam.
Para akademisi di Valdosta State University, Amerika Serikat dan The Institute of Education di London, Inggris, berpendapat bahwa teori evolusi sepatutnya diajarkan sebagai bagian penting pelajaran ilmu pengetahuan alam, dengan memberi ruang bagi perbincangan paham penciptaan. Demikian tulis Anthea Lipsett di koran kondang The Guardian, 5 Oktober 2007, dengan judul Experts call for creationism in the classroom (Para pakar menyeru [diajarkannya] paham penciptaan di ruang kelas).

Perancangan Cerdas Tidak Puas

Meskipun begitu, kalangan pendukung Perancangan Cerdas (Intelligent Design) belum puas dengan keputusan ini. Mereka berdalih, Perancangan Cerdas didukung bukti-bukti ilmiah mutakhir, sehingga seharusnya menjadi bagian pelajaran ilmu pengetahuan alam, dan mendapatkan perlakuan sama seperti teori evolusi. Perancangan Cerdas menganggap alam semesta dirancang sempurna dan dihasilkan melalui perancangan cerdas, bertolak belakang dengan teori evolusi yang meyakini alam semesta ada dengan sendirinya secara kebetulan acak, tanpa penciptaan dan menolak adanya Pencipta.
Truth in Science merupakan salah satu lembaga di Inggris yang paling giat mendorong diajarkannya pandangan lain yang kritis terhadap teori evolusi di sekolah. Di lembaga ini, terdapat nama-nama seperti Andy McIntosh, profesor Termodinamika dan Teori Pembakaran di University of Leeds dan penulis lebih dari 100 karya ilmiah penelitian. Penelitiannya mencakup pula biomimetika, yang mempelajari mekanisme alamiah untuk penerapannya di bidang rekayasa.
Ada juga Stuart Burgess, profesor Desain dan Alam, ketua jurusan Teknik Mesin di Bristol University. Ia meneliti penelaahan mekanisme terbang serangga dan efisiensi rancang bangun pada pohon.

Paket Gratis

Truth in Science melakukan kerja nyata dengan membagi-bagikan paket gratis berisi bahan pengajaran kritis teori evolusi. Pada bulan September 2006, paket gratis ini dikirimkan kepada setiap kepala sekolah menengah di Inggris.
Paket ini berisi DVD berjudul Where does the Evidence Lead? (Ke manakah Bukti Mengarah?) dan buku panduan untuk guru (bentuk pdf-nya dapat diunduh di http://www.truthinscience.org.uk/site/custom/TiS_Pack_Teachers_Manual.pdf
DVD ini terdiri atas enam bab, masing-masing berupa film dokumenter berdurasi 6 menit, cocok untuk pengajaran di sekolah. Paket ini berisi pula DVD film dokumenter panjang berjudul Unlocking the Mystery of Life (Menyingkap Rahasia Kehidupan). [cr/www.hidayatullah.com]
 
Ramadhan bersama Mujahid Palestina




Rabu, 10 Oktober 2007

Ia pernah dibuang bersama Asy-Syahid dr Rantissi. Siksaan Israel menyebabkan ia kini buta. Baca “Ramadhan bersama Mujahid Palestina” bagian 1 dari 3 tulisan

oleh Dzikrullah

Sepekan yang lalu, di bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, saya dan beberapa teman melepas seorang sahabat pulang ke medan jihad. Abu Bakr Al-'Awawidah, seorang 'alim mujahid Palestina, usianya baru 47 tahun tapi penampilannya jauh lebih tua dari usia sesungguhnya, karena berkali-kali tubuhnya didera penjara dan berbagai macam siksaan Zionis Israel.
Beliau anggota Rabithatul 'Ulama Filistin (Perhimpunan Ulama Palestina). Ketuanya, Syeikh Hamdi Al-Bitawi, sudah sembilan tahun ini disiksa di penjara Israel, dan masih belum jelas kapan akan dibebaskan.
Sudah sejak tahun 1992, 'alim mujahid Palestina ini bersama istri dan delapan anaknya terpaksa hidup di Damaskus, Suriah, 200 km dari Dora, Khalil, kota kelahirannya.
Singkirkan pikiran Anda yang biasa, bahwa seorang mujahid harus berotot kekar, kemana-mana menenteng senjata, matanya selalu waspada dan bicaranya galak.
Abu Bakr sama sekali berpenampilan beda. Tubuhnya yang jangkung selalu menunduk, bicaranya lembut, murah senyum dan kemana-mana lengannya harus dituntun karena matanya buta akibat dipukuli dan disetrum serdadu Zionis selama 54 hari berturut-turut, pada tahun 1981.
Namun begitu, gelapnya dunia di mata Abu Bakr sama sekali tak mengurangi keteguhannya memberi penerangan ruhiyah dan ilmiyah kepada rakyat Palestina yang terusir dan harus bermukim di Suriah, jumlahnya sekitar 500 ribu orang.
Perjalanan hidup ayah dari delapan anak ini adalah simbol ketangguhan dan kesabaran bangsa Palestina menghadapi penindasan dan perampokan Zionis Israel.

Keturunan mujahid
"Nenek moyang saya adalah snipers yang tergabung dalam angkatan bersenjata Turki, diantara mereka syahid ketika berjuang melawan Inggris, sesudah runtuhnya Turki Utsmani," tuturnya.
Pendahulu yang paling dekat dengannya, kakek dan ayahnya, ikut berjihad melawan Inggris dalam Perang Kastall di Al-Quds Barat, 1948. Mereka dipimpin oleh 'alim mujahid Palestina Abdul Qadir al-Husaini. Waktu itu pamannya syahid.
Ketika terjadi peristiwa An-Nakbah, pembakaran Masjidil Aqsa, pada tahun 1967, Abu Bakr baru berusia 7 tahun. Ia masih ingat bagaimana Israel menyerang dan menguasai kawasan-kawasan Tepi Barat, Gaza, Sinai dan Golan.
"Ayah dan abang-abang saya ikut melawan pasukan Israel," kenang Abu Bakr. Sesudah peristiwa itu, mereka tertangkap dan dipenjara.
Abu Bakr memiliki 15 saudara dari dua orang ibu, yang bersaudara seibu dengannya 6 laki-laki, 4 perempuan.
Setamat SMA ia melanjutkan belajar di Ma'had Syari'ah Al-Quds untuk persiapan sebagai imam dan khatib, 1979. Pada masa itulah ia berkenalan dengan gerakan da'wah Al-Ikhwanul Muslimun.
Bersama kolega belajarnya dan para ustadz di ma'had itu mereka mempersiapkan diri berjihad di jalan Allah merebut kembali tanah-tanah Palestina yang dirampas Zionis Israel. Keinginan mereka itu ditolak oleh faksi perjuangan Marxis dan sekular yang waktu itu menguasai sebagian besar struktur Palestinian Liberation Organisation (PLO) yang dipimpin Yasser Arafat.
Sambil terus belajar di ma'had itu, Abu Bakr mengikuti kuliah musim panas di Universitas Beirut jurusan filsafat dan sosiologi. Abu Bakr semakin aktif dalam kegiatan tarbiyah (pendidikan Islam) baik untuk dirinya sendiri, maupun membina pemuda-pemuda Palestina lewat daurah (kursus) Al-Quran di masjid-masjid, ma'had-ma'had dan sekolah-sekolah.
Sepanjang sepuluh tahun berikutnya, kegiatan itu mengakibatkan Abu Bakr berkali-kali dipenjara dan disiksa oleh Zionis Israel. Pada tahun 1981 ia dipenjara dan disiksa selama 54 hari, tahun 1982 selama 5 bulan, 1983 selama 15 hari, 1988 selama 6 bulan, tahun 1990 ia ditangkap dua kali: pertama 37 hari, kedua 14 hari, tahun 1991 selama 5 bulan.
Belum lagi, di luar itu ia berkali-kali ditangkap dan disiksa oleh Israel selama beberapa jam.
Puncaknya pada tahun 1992 Syeikh Abu Bakr Al-'Awawidah ditangkap dan diusir ke Marj Az-Zuhur, perbatasan antara Palestina dan Libanon, bersama 415 orang mujahidin Palestina lain, diantara asy-Syahid dr Abdul Aziz Al-Rantissi.
Di tanah tak bertuan di perbatasan Libanon dan Palestina itu mereka dipaksa kerja fisik siang malam di kawasan yang hampir selalu bersalju selama setahun. Sesudah setahun, yang dibolehkan kembali ke Palestina hanya 402 orang. Sedangkan 13 orang lainnya diusir ke berbagai negara, termasuk dirinya ke Suriah. "Jika kami nekat masuk Palestina, mereka mengancam akan langsung membunuh kami," tutur Abu Bakr. [bersambung/www.hidayatullah.com]
* penulis adalah seorang wartawan dan guru madrasah
 
Antariksawan Malaysia Kemarin Diluncurkan




Kamis, 11 Oktober 2007

Antariksawan Muslim Malaysia, Sheikh Muszaphar Shukor, hari Rabu kemarin diluncurkan menuju stasiun antariksa dari pangkalan di Baikonur, Kazakhstan

Hidayatullah.com--Antariksawan pertama Malaysia, Sheikh Muszaphar Shukor, hari Rabu kemarin diluncurkan menuju stasiun antariksa mancanegara dari pangkalan peluncuran Rusia di Baikonur, Kazakhstan.
Pihak Program Antariksa Rusia mengatakan, peluncuran Sheikh Muszaphar, seorang ahli bedah tulang dan dosen universitas di Kuala Lumpur, akan disaksikan langsung di tempat oleh Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Abdullah Ahmad Badawi.
Dr. Muszaphar akan merupakan Muslim pertama yang melanglang ke antariksa dalam bulan suci Ramadhan.
Muszaphar terpilih dari 11-ribu calon di Malaysia, dalam suatu kesepakatan yang diatur dengan Rusia, sebagai bagian dari jual-beli pesawat-pesawat jet buatan Rusia oleh Malaysia senilai satu miliar dolar.
Muszaphar menjadi awak pesawat angkasa luar Soyuz 15-S, dan menjadi angkasawan ASEAN pertama dan angkasawan Muslim pertama yang berpuasa di luar angkasa.
Dr Sheikh Muszaphar, 35 tahun, adalah bekas pegawai RS Universiti Kebangsaan Malaysia sedangkan Dr Faiz, 26 tahun, pernah bekerja sebagai dokter gigi di Angkatan Tentara Malaysia (ATM).
Pengiriman angkawasan Malaysia ini telah mengeluarkan biaya negara sebesar 95 juta ringgit yang merupakan bagian dari pembelian 18 pesawat tempur Sukhoi SU-30 MKM dan pesawat udara multiguna senilai 3,4 miliar ringgit yang ditandatangani di Rusia 5 Agustus 2003. [abcn/www.hidayatullah.com]
 
Hamas Bukan Cuma Jago Perang




Kamis, 11 Oktober 2007

Selain tangguh melawan Zionis-Yahudi di palagan jihad, Hamas juga rapi dan tekun menangani berbagai kesusahan rakyat Palestina

Hidayatullah.com--Seorang perempuan tua pengungsi Palestina di pinggir kota Damaskus itu mengangkat kedua tangannya, menolak bantuan yang dibawa Ziad Al-Qisyawi. “Maaf, saya baik-baik saja, silakan berikan kepada tetangga-tetangga saya yang lebih membutuhkan,” katanya dengan suara parau yang tegas.
Meskipun tubuhnya sudah renta, berdirinya masih tegak di depan gubuk reyot yang disebutnya rumah itu. Ia bahkan tak punya kloset yang sehat. Tempatnya membuang hajat adalah sebuah lubang di tanah yang di atasnya ada kerangka kursi dari besi yang dipakainya duduk menahan tubuhnya.
Namun perempuan tua itu memiliki martabat yang tinggi, dan rasa syukur yang besar dibandingkan kebanyakan orang lainnya.
Menurut Ziad Al-Qisyawi, kordinator penyantun para janda dan yatim syuhada Palestina yang bekerja di bawah organisasi mujahidin Hamas, memang banyak pengungsi yang keadaannya lebih buruk dari perempuan tua tadi.
Rupanya Hamas bukan hanya jago bertempur, tetapi juga sangat rapi dalam menjalankan program-program kemanusiaan. Dalam kunjungannya baru-baru ini ke Indonesia, selama Ramadhan, Ziad Al-Qisyawi menjelaskan panjang lebar kinerja organisasinya mengurusi 500 ribu pengungsi Palestina di Suriah, yang tersebar di 20 titik.

“Baru-baru ini kami membiayai operasi tumor ganas seorang anak yang harus dilakukan di Jerman,” katanya kepada www.hidayatullah.com. Perawatan kesehatan juga menjadi perhatian organisasinya.
Ziad juga menunjukkan foto-foto walimatul ‘ursy para pemuda Palestina yang dibiayai pernikahannya oleh Hamas dan diberi modal keuangan untuk memulai rumah tangga.Sekarang ini, menurut Ziad, di dalam wilayah Palestina saja ada sekitar 7000 keluarga yang ayahnya syahid dibunuh Israel di medan pertempuran atau karena disiksa di penjara.
Saat ini ada sekitar 12 ribu rakyat Palestina yang sedang disiksa setiap hari di penjara-penjara Israel, 200 diantaranya perempuan.
Setiap bulannya, Hamas menyalurkan dana bantuan untuk keluarga-keluarga tanpa ayah itu AS$ 500 per keluarga. Hamas juga memberi beasiswa AS$40 per anak per bulan dalam keluarga-keluarga itu.
Yang terbaru, Hamas di Damaskus juga sedang secara rutin menyantuni sekitar 15 ribu pengungsi Palestina yang disiksa dan diusir dari tempat tinggalnya di Iraq oleh kelompok-kelompok Syi’ah.
Celakanya, pemerintah Suriah juga menolak menampung mereka. Akibatnya, para pengungsi Palestina itu terpaksa tinggal di padang pasir dengan tenda-tenda darurat tanpa persediaan air, makanan dan pemanas yang memadai.
“Saya tidak bisa membayangkan parahnya keadaan mereka nanti di musim dingin,” kata Ziad lirih. Musim dingin di perbatasan Iraq-Suriah itu biasanya bisa mencapai kedinginan –10 derajat celcius disertai badai salju.Setiap minggu, Hamas mengirim makanan, pakaian dan kebutuhan lain untuk para pengungsi Palestina dari Iraq itu.
Ziad Al-Qisyawi sendiri, adalah seorang mujahidin Palestina yang diusir oleh Israel dari tanah kelahirannya di Rafah. Ia memiliki 12 orang anak, namun sejak 24 tahun yang lalu ia tak pernah bisa menemui 6 orang anaknya karena dipaksa pisah oleh Israel.
Ziad dan istrinya bersama 6 orang anak tinggal di Damaskus, Suriah, sedangkan keenam anak lainnya di dalam wilayah Palestina yang terjajah, beratus-ratus kilometer jaraknya.
Ferry Nur, sekjen KISPA (Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina) mengatakan kepada www.hidayatullah.com, banyak orang Indonesia berpikir ‘ngapain jauh-jauh membantu orang Palestina, di negeri kita sendiri saja banyak orang susah dan kena bencana’.
“Harus saya ingatkan di sini,” kata Ferry Nur, “Masalah Palestina dan Masjidil Aqsha yang dijajah Zionis- Israel bukan cuma masalah kemanusiaan biasa, ini masalah agama, masalah aqidah.”
“Jangan-jangan,” kata Ferry, “berbagai bencana dan kesusahan yang dialami bangsa Indonesia sekarang ini, justru karena selama bertahun-tahun kita cuek dan mengabaikan penderitaan saudara-saudara kita di Palestina!”
Ferry juga mengingatkan, bahwa bangsa Palestina adalah diantara bangsa-bangsa pertama yang mengakui kemerdekaan dan berdirinya Republik Indonesia di tahun 1945. “Kita berutang pada mereka, sekarang waktunya kita melunasi utang itu,” tukasnya. [dzik/www.hidayatullah.com]
 
Saudi: 510 Warga Asing Menyatakan Masuk Islam




Kamis, 11 Oktober 2007

Sebanyak 51o orang menyatakan memeluk Islam dan mengucapkan dua kalimah syahadat di Saudi Arabiyah. Kebanyakan warga asing

Hidayatullah.com--510 orang dari tujuh kewarganegaraan mengucapkan dua kalimah syahadat di Maktab Ta’awun Dakwah Islam, salah satu organisasi dakwah di Saudi Arabiyah. Total jumlah mereka yang menyatakan keislamannya di sana menjadi 3500 orang, termasuk laki-laki dan perempuan yang berasal dari 14 kewarganegaraan.
Pihak humas organisasi dakwah itu mengatakan,”Organisasi ini dengan cepat merespon mereka yang bersyadat dengan memberikan bimbingan dalam hal keislaman, baik aqidah, fiqh, Al Qur’an, bahasa Arab serta pengetahuan yang berguna untuk menjawab beberapa syubhat yang sering mereka hadapi”.
Dalam proses pembimbingan mereka mengadakan pertemuah hingga 801 kali, ditambah dengan kunjungan pribadi secara khusus yang berkesinambungan sebanyak 369 kali, setelah prose situ dilalui maka selesesailah masa pendididikan. Agar komunikasi tidak terputus, maka organisasi mengadakan kegiatan-kegiatan rutin untuk mereka.
Di samping membimbing mu’alaf, organisasi yang diisi 44 personel da’i ini juga melakukan kegiatan dakwah di instansi-instansi asing, rumah sakit, penjara dan tempat-tempat dimana komunitas asing berada. Termsuk pembagian mushaf Al Qur`an dan buku-buku Islam. [Al Islam Al Yaum/thoriq/www.hidayatullah.com]
 
Pejuang Iraq Serang Pangkalan Utama AS di Baghdad


Jumat, 12 Oktober 2007

Sebanyak 35 tentara AS dikabarkan tewas dan sebagian terluka oleh serangan para pejuang Iraq. Korban pasukan AS sudah tak sedikit

Hidayatullah.com--Sebanyak 35 tentara AS tewas dan terluka dalam serangan yang dilancarkan para pejuang Iraq. Menurut Kantor Berita Reuters, para pejuang Iraq Rabu malam menyerang pangkalan utama militer AS di Baghdad, yang bernama pangkalan Victori.
Dalam serangan ini, dua tentara AS tewas dan 33 orang lainnya terluka. Markas Komandan Militer AS di Iraq kemarin membenarkan serangan tersebut dan menyatakan bahwa sejumlah korban mengalami luka-luka serius. Serangan ini mengejutkan para komandan militer AS.
Beberapa jam sebelum terjadinya serangan ke pangkalan militer AS tersebut, tiga tentara AS dilaporkan tewas di Iraq. Menurut data terbaru, jumlah tentara AS yang tewas di Iraq mencapai 3.816 personil.
Mengalihkan ke Afghanistan
Sementara itu, militer AS sedang mempertimbangkan satu usulan untuk mengalihkan operasi-operasi Korps Marinir di Iraq ke Afghanistan dalam usaha mengurangi ketegangan pada pasukan AS, kata surat kabar The New York Times, Kamis (11/10).
Komandan marinir Jenderal Jame Conway mengusulkan hal itu dalam satu pertemuan para pemimpin penting militer dengan Menteri Pertahanan Robert Gates pekan lalu, kata sumber-sumber yang dekat dengan diskusi itu kepada surat kabar tersebut.
Tindakan itu akan membebaskan pasukan Angkatan Darat yang sekarang menghadapi kedua konflik itu hanya memusatkan perhatian di Iraq.
Militer mengalami ketegangan oleh alih tugas yang diperpanjang di dua negara itu, yang menyebabkan pasukan kurang waktu di rumah dan latihan serta membatasi jumlah tentara yang dapat dikerahkan dalam keadaan darurat di tempat manapun.
Sebagaimana diketahui, ada 160.000 tentara AS di Iraq sebagai bagian dari kehadiran yang meningkat pasukannya di negara itu. [irb/rtr/www.hidayatullah.com]
 
'Berburu' Lailatul Qadar di Maroko

Jumat, 12 Oktober 2007

Maroko adalah tempat unik. Penentuan ru’yat dan hisab tak laku. Bahkan pernah terjadi puasa Ramadhan sampai genap 31 Hari
Di Maroko, momen Lailatul Qadar adalah detik-detik sangat 'unik', Muslimin punya tradisi khusus dalam beribadah, katanya 'metode praktis' untuk meraih lailatul qadar. Apalagi di hari sepuluh akhir bulan Ramadhan, sebagaimana marak dilakukan Muslimin seantero dunia. Hanya 'metodenya' berbeda.
Syeikh Dr. al-Amin Mustofa Buchubzah, salah seorang anggota Parlemen Maroko, tegas menyatakan: " Mayoritas warga Maroko tau. Penetapan 1 Ramadhan dan hari Raya Idul fitri, setiap tahun selalu saja diperbudak oleh kepentingan politis sang penguasa". Demikian kata pimpinan ma'had (pesantren) Imam as-Syatibi, Tetouan, Maroko yang juga pengajar di beberapa universitas di Maroko itu.
Hasil ru'yat atau hisab dijegal. Sang raja dengan memproklamirkan diri sebagai "Amirul Mukminin", segala titahnya harus dilaksanakan, tak terkecuali penentuan awal dan akhir Ramadhan sekalipun. Berbagai organisasi, LSM atau instansi dibungkam. Para tokoh yang dekat dengan penguasa pun melalui berbagai media selalu membantah, "Tidak ada politisasi puasa".
Resikonya setiap tahun awal Ramadhan di Maroko selalu terakhir dari negara-negara lainnya, temasuk dari negara-negara tetangga terdekat sekalipun, seperti Tunis, atau Libia, tahun ini Ramadhan di Maroko lambat sehari dibanding Indonesia. Hebohnya, pernah terjadi puasa Ramadhan sampai genap 31 Hari, pihak kerajaan baru mengumumkan jatuhnya Idul fitri.
Fenomena di atas tentu beresiko pula pada konteks keutamaan i'tikaf. Apalagi disinyalir banyak ahli, bahwa lailatul qadar jatuh pada malam-malam tanggal ganjil, tentu menjadi dilema, akibat penetapan awal Ramadhan tidak jelas atau kurang tepat. Banyak pula rakyat berceletuk, "Biarlah sang raja yang menanggung dosa-dosa kita, jika terjadi kesalahan penetuan awal dan akhir Ramadhan".
Masjid Dikunci
Tradisi muslim Maroko, diantara keunikannya adalah, shalat tarawih berjamaah di masjid-masjid dan mushalla-mushalla dibagi menjadi dua gelombang. Pertama; seusai sholat isya delapan rakaat, dan gelombang kedua; menjelang waktu shubuh delapan rakaat, ditambah tiga rakaat witir, setiap malam menghabiskan satu Juz Al-Quran. Totalitas jumlah rakaat dalam tarawih berdasar mazdhab yang dianutnya, Maliky.
Masjid-masjid juga hanya di buka beberapa menit tiap menjelang dikumandangkannya adzan setiap waktu shalat lima waktu dan ditutup kembali seusai salat jama'ah , termasuk di bulan Ramadhan pun demikian. Ada banyak hembusan info, hal itu adalah interpensi pihak keraajaan melaui 'tangan' Departemen Agama (Maroko) Katanya takut terjadinya gerakan-gerakan pemberontakan, terorisme dan sejenisnya yang berawal dari masjid. Mungkin tidak jauh beda dengan Mesir, pasca tewasnya Anwar Sadad untuk menekan gerakan Ihkwanul Muslim. Meski di Mesir jika Ramadhan Masjdi 24 jam buka.
Khusus pada malam tanggal 27 di sebagaian masjid-masjid di Maroko dibuka selama 24 jam. Sedangkan malam tanggal 29 hampir semua masjid dibuka 24 jam, pada malam itu shalat tarawih secara berjamaah dilakukan semalam suntuk tanpa hitungan berapa banyak rakaatnya. Sampai banyak jamaah 'mengundurkan diri', keletihan.
Kebanyakan orang Maroko ber-qiyamul lail di rumah masing-masing. Selepas Salat tarawih (gelombang pertama) masjid dikunci kembali. Kita pun kerepotan untuk beri'tikaf, di masjid. Dibuka kembali mulai pukul 3.30 pagi menjelang dilaksanakannya jamaah shalat tarawih gelombang kedua, pukul 4.00. Ditutup kembali seusai jamaah shalat Subuh, sampai waktu dzuhur tiba.
Keunikan Tradisi
Bila adzan Magrib berkumandang, mereka hanya memakan beberapa buah kurma dan menelan segelas air putih, buru-buru ke masjid untuk shalat magbrib berjamaah. Selepas shalat magrib mereka memakan harirah (makanan khas Maroko yang terbuat dari beberapa rempah-rempah) dan bermacam-macam manisan, dan makanan ringan khas Maroko. Makan malam (bukan sahur) selepasa shalat tarawih , sekitar pukul 23.00. Sedangkan melaksanakan sahur sekitar pukul 3.00-4.00, sebelum pergi ke masjid untuk berjamaah shalat tarawih gelombang kedua.
Waktu subuh selalu berubah sesuai Musim. Jika musim panas, subuh pada pukul 3. 00 GMT dan Maghrib jatuh pada 8.00, siang hari cukup panjang. Ramadhan kali ini jatuh pada musim semi, di awal Ramadhan subuh jatuh pukul 4.25, tiap hari terus berubah sesuai peredaran 'gerbang' masuk pergantian musim, diakhir Ramadhan ini subuh jatuh pada pukul 4. 45 sampai 4. 55 GMT.
Jalabah (Busana Muslim tradisional Maroko) sejenis jubah atau gamis yang uniknya terdapat penutup kepala, bedanya bagi wanita dihiasi dengan bordir atau renda dan bahannya jauh lebih halus, daripada yang dikenakan pria. Meski oleh para desainer untuk perempuan akhir-akhir ini di modifikasi sedemikian rupa dan harganya mencapai ratusan dollar Amerika. Mereka kenakan pakaian-pakaian tersebut dengan alasan ''Kegembiraan menyambut lailatul qadar, bak menyambut tamu agung, apalagi berhadapan dengan Idul fitri''. Sebagaimana hari-hari biasanya. Muslimin dan Muslimat mengenakan pakaian kebanggaan dan tradisinya itu.
Dengan pakaian yang mahal itu, terutama pada tanggal-tanggal ganjil di akhir bulan, tanggal 25, apalagi tanggal 27 dan 29 Ramadhan. Mereka banyak yang pontang-panting dari masjid satu ke Masjid lainnya, melaksanakan shalat beberapa rakaat, kemudian pindah ke masjid lainnya dan seterusnya, meski jaraknya kadang jauh dari rumah mereka sekalipun. Tak jarang pula diantara mereka hanya sekedar jalan-jalan.
Di sini dengan pemukiman yang padat, dalam satu lingkungan terdapat 3-4 masjid dan banyak mushalla, tidaklah semacam pemukiman di Indonesia, antara masjid satu dengan lainnya sangat berjauhan jaraknya apalagi di daerah-daerah yang satu desa hanya terdapat satu masjid.
Dalam momen itu, Banyak para fotografer berbisnis musiman, di tepi-tepi jalanan tiap-tiap perkotaan, mereka memasang tenda dengan begron atau latar belakang ala Maroko, dilengkapi kursi dan sejenisnya. Banyak masyarakat yang berfoto ria. Katanya dua momen sekaligus, "Musim lailatul qadar dan menyambut idul fitri"
Menjelang idul fitri, masyarakat tidak disibukkan dengan mudik atau sejenisnya, sebagaimana tradisi khas Indonesia. Bila Idul fitri tiba, tidak ada silaturrahim antar tetangga dekat sekalipun, mereka bersalaman secukupnya selepas shalat Idul fitri di masjid atau lapangan tertentu. Paling maksimalnya mereka saling silaturrahim antar anak-orang tua, kakak-adik. Atau hanya mengucapkan "Id Mubarak, Said". Kepada orang yang dikenalnya bila kebetulan berpapasan di jalan. Tidak pula masyarakat disibukkan dengan mudik atau sejenisnya, sebagaana tradisi di Indonesia .
Aji Mumpung
Jati Diri Maroko adalah negara sekuler ditopang pula imbas geografisnya bertetangga dekat dengan negara-negara Eropa, tetapi setiap Ramadhan tiba, secara 'fisik' berubah seolah-olah laksana negara Islami.
Semenjak awal Ramadhan, secara kasat mata, benar-benar para penduduk tampak mengkualitaskan ibadah puasa, utamanya ketika memasuki malam tanggal 21, Muslimin Maroko telah mengganti 'jurusnya' dalam beribadah, tampak lebih serus, jauh berbeda dibandingkan tanggal-tanggal sebelumnya. Lailatul qadar adalah impian Mereka. Jauh berbeda dengan Ramadhan di Indonesia dari awal hingga akhir kerap dibajak untuk kepentingan binis, atau kampanye terselubung politis. Atau minimalnya Ramadhan hanya dominan sebatas simbolis belaka, spanduk dan pakaian muslim semusim yang juga masih dipelopori oleh para pelaku komersialis (artis dan politisi)
Di kereta api, para penumpang sepanjang perjalanan tampak ramai berdzikir, bertadarrus Al-Quran, termasuk para kondektur bis antar kota pun tak mau ketinggalan menenteng dan bertadarrus Al-Quran sepanjang perjalanan di sela-sela melayani para penumpangnya. Para pelayan toko, wartel, apotik, mengiringi kerjanya bersama alunan-alunan Al-Quran di saat pengunjung agak sepi. Di Maroko memang presentasi orang hafal Al-Quran sangat banyak, termasuk banyak anak-anak di bawan umur 10 tahun sudah hafal Al-Quran 30 juz, sebagaimana di negara-negara bagian Arab.
Cafe-cafe yang biasanya buka siang-malam, di bulan Ramadhan tutup di siang hari. Harus jujur, banyak pula Muslimin pribumi (uniknya) selepas jamaah salat tarawih di masjid banyak yang berbondon-bondong langsung menyerbu cafe untuk nongkrong hingga pukul 22.00 ada juga yang sampai Pukul 23.00 GMT. Sekedar info, cafe di sini adalah hanya tempat ngobrol kesana-kemari, dengan menyediakan berbagai minuman sejenis teh, kopi, dan makanan ringan, banyak juga yang menjadikan cafe sebagai tempat berdiskusi ilmiah. Bukanlah cafe semacam tempat hiburan malam.
Para penggemar pakain mini pun tampak cuti. Sekedar info, imbas dari sekularisme, di Maroko para mahasisiwi program studi islamic studies, atau ushuluddin pun banyak yang berpakain mini masuk ruangan kuliah tanpa dilarang. Jujur saja, banyak sekali ditemukan, Muslimin-muslimat Maroko yang berceletuk: "Biarkan saja putra-putri kita mau apa saja, bebas menikmati masa mudanya. Allah SWT maha pengampun, bisa taubat di hari tua".
Saya bertanya kepada beberapa mahasiswi asli Maroko yang biasanya suka ber pakaian mini, yang di bulan Ramadhan ini mereka berubah total penampilannya. Alasan mereka: "Kita ingin mendapatkan lailatul qadar".
Ketika ditanya lebih lanjut, apakah setelah Ramadhan masih akan tetap mengenakan busana muslim, ia menjawab: "Tidak ada rencana. Apalagi tiap datangnya musim panas kita para gadis Maroko 'wajib' beramai-ramai berpakain mini dan tipa hari berenang di pantai sepanjang hari. Saya berbusana muslim hanya karena mumpung Ramadhan bulan penuh ampunan, semoga dengan sebab berbusana muslim saya dosa-dosa kita dalam setahun mendapat ampunan di bulan ini, itulah yang saya dengar dari orang-orang tua semenjak dulu'' , tandas mereka. [Nasrulloh Afandi, sedang studi di Qadi Iyadh, Maroko. E-mail; [email protected]Alamat e-mail ini telah dilindungi dari tindakan spam bots, Anda butuh Javascript dan diaktifkan untuk melihatnya ]
 
Ramadhan bersama Mujahid Palestina

Jumat, 12 Oktober 2007

Ia pernah dipukuli dengan balok kayu dan disetrum hingga kedua penglihatannya meredup dan lama kelamaan buta.

Bagian kedua
dari 3 tulisan

Siksaan demi siksaan di Penjara Israel

oleh Dzikrullah
Penangkapan yang pertama kali dialami Syeikh Abu Bakr Al-'Awawidah adalah yang paling fatal (1981). Selama 54 hari ia tanpa henti disiksa dengan keras, tanpa proses pengadilan. Tubuhnya digebuk habis-habisan oleh sekaligus empat atau lima orang serdadu Zionis. Sasaran utama kepala dan alat vital.
"Sakitnya berlipat-lipat jika kita dipukul dan ditendang sambil tangan diikat ke belakang dan kepala saya ditutup dengan kantong plastik," kenangnya. "Sebagai manusia saya hanya bisa bersabar waktu itu."
Akibat dipukuli dengan balok kayu dan disetrum terus-menerus itu, kedua penglihatannya meredup dan lama kelamaan ia buta sama sekali, sampai sekarang.
Begitu juga punggungnya berkali-kali mengalami patah. Akibatnya, jika duduk di lantai atau karpet, Abu Bakr selalu harus mengubah posisinya beberapa kali karena menahan sakit.
Selain dipukuli, waktu itu ia baru berusia 21 tahun, jenggotnya dicabuti lalu disumpalkan ke mulutnya, dipaksa untuk menelannya. "Waktu itu saya disiksa berempat dengan kawan saya ditambah salah seorang ustadz di Ma'had Al-Quds," kenang Abu Bakr.
Di waktu yang lain tangannya diikat di belakang dan dipaksa berdiri terus menerus selama 7 jam. Abu Bakr merasa seluruh persendian dan kulitnya mati rasa, sampai-sampai ketika kencing di celana pun tak bisa dirasakan lagi.
Ia juga pernah dipenjara di ruang isolasi selama 25 hari tanpa cahaya sama sekali, hanya ada celah udara sedikit. Selama itu dia melakukan shalat tanpa berwudhu, hanya tayamum. Kalau tangan diikat maka shalat pun dilakukan dengan berdiri.
Namun Abu Bakr bersyukur kepada Allah atas pengalamannya dipenjara Israel berkali-kali. Bersyukur? Betapa tidak, di penjara-penjara itulah justru ia menambah banyak ilmu, karena koleksi buku yang lengkap. Selain itu ia juga berbulan-bulan 'dipaksa' tinggal dengan para ulama besar Palestina, diantara Asy-Syahid Syeikh Ahmad Yasin.
"Sebelum buta saya hanya menghafal 4 juz Al-Quran, sesudah dibikin buta oleh Israel saya malah bisa menghafal 20 juz," katanya sambil tersenyum.
Penyidik lucu
Di penjara yang sadis itu, kejadian-kejadian lucu juga dialaminya. Suatu kali, sesudah berhari-hari disiksa, seorang penyidik memberi pilihan: 'Kamu pilih dipenjara seumur hidup, atau mati saya bunuh, atau pergi dari Palestina'.
Abu Bakr menjawab, "Saya tidak akan menjawab kamu kecuali dengan mengutip Syeikhul Islam Ibn Taymiyah, “Kalau saya dipenjara maka saya berkhalwat dengan Allah, kalau dibunuh maka saya syahid dan segera bertemu Allah, itu lebih saya sukai, kalau saya diusir maka itu rekreasi dan saya akan kembali ke Palestina'."
Mendengar jawaban itu, si Penyidik dengan penuh semangat mengambil pulpen dan membentak, "Kasih tahu saya, di mana orang yang namanya Ibn Taymiyah ini sekarang berada?!"
Sambil menahan tawa Abu Bakr bilang, bahwa orang itu tinggal di kuburan Damaskus.
Penyidik itu marah, "Bohong kamu! Katakan yang sebenarnya, di mana alamat Ibn Taymiyah?!"
Karena jawabannya tetap sama, Abu Bakr digebukin lagi.
Meskipun penuh dengan kenangan buruk, Abu Bakr masih bisa menyebut satu per satu nama penyidik yang menginterogasi dan menyiksanya.
Ada Mayor Yusi Abu Ghazala dan Abu Nihad, dua orang Yahudi Iraq, Bini, Yahudi Libya, Abram dari Eropa dan Ori yang tak jelas asalnya. "Mereka semua membentak-bentak dan bertanya kepada saya dengan bahasa Arab yang patah-patah," kenangnya.
Ngerjain Zionis
Pada salah satu pengalamannya dipenjara, Abu Bakr sempat ngerjain penyidiknya. Tangannya diikat dengan borgol di belakang dan dipaksa berdiri selama 5 jam. "Badan saya rasanya sudah kaku seperti kayu," tuturnya.
Lalu Abu Bakr berkata kepada penyidiknya, "Baiklah, saya akan menceritakan seluruh riwayat hidup diri saya sejak ibu saya melahirkan saya."
Kemudian penyelidik itu membuka borgol dan mengantarnya ke WC, karena ia minta izin untuk mandi dan shalat dulu. "Badan saya sudah bau pesing karena saya dipaksa kencing di celana," katanya.
Sesudah mandi dengan baju tetap di badan, Abu Bakr melakukan shalat maghrib, isya, shalat sunnat dan shalat witir sampai menghabiskan waktu lebih dari setengah jam.
"Waktu shalat saya membacakan kisah-kisah Bani Israil dalam surat Al-Baqarah. Waktu itu penyidiknya sudah emosi dan menunggu tak sabar sambil merokok dan minum kopi," kisahnya.
"Seusai saya shalat dia menagih ceritanya," kata Abu Bakr, "tapi saya bilang, itu tadi kan sudah saya bacakan ceritanya waktu shalat."
Penyidik yang satu marah sekali dan hendak memukuli lagi. Yang satunya mencegah. Lalu Abu Bakr mulai bercerita. Entah bagaimana keduanya tekun sekali mendengarnya sampai seperti anak kecil mendengar dongeng. "Mereka bilang… terus bagaimana… terus bagaimana… mereka penasaran," kata Abu Bakr sambil terkekeh.
Abu Bakr sengaja memanjang-manjangkan ceritanya. Lalu suatu kali ia minta istirahat. Sampai akhirnya ia kehabisan cerita dan kemudian bilang begini, "Ya itu lah ceritanya. Jadi kesimpulannya, saya nggak tahu kenapa kalian menangkap saya?"
Kedua penyidik itu bangkit lalu memukulinya lagi. "Tapi waktu itu agak lumayan karena tangan saya tidak diikat. Kalau diikat rasanya dipukuli sakit sekali," ujarnya. [bersambung/www.hidayatullah.com]
 
Tahun Depan, Kriteria 1 Syawal Harus Disamakan


Jumat, 12 Oktober 2007

Menteri Agama Maftuh Basyuni berharap tahun depan kriteria 1 Syawal sudah disamakan, sehingga tidak ada lagi perbedaan Hari Raya Idul fitri

Hidayatullah.com--Menteri Agama Maftuh Basyuni berharap tahun depan kriteria 1 Syawal sudah disamakan, sehingga tidak ada lagi perbedaan Hari Raya Idul fitri.
Maftuh meminta Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah beserta seluruh ahli hisab dan rukyat berembug membahas kriteria penentuan 1 Syawal. "Sehingga dipastikan tahun depan tidak ada perbedaan lagi," kata Maftuh dalam Sidang Isbat di Departemen Agama, kemarin malam.

Menurut rencana, setelah 1 Syawal 1428 H, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah akan menentukan kriteria. Pertemuan itu akan berlangsung di kantor PP Muhammadiyah dan Kampus Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Sementara itu, Pusat Studi Ilmu Hisab menyerukan kepada semua ahli hisab dan ahli rukyat di seluruh Indonesia bersatu. "Mayoritas umat Islam adalah umat awam mudah bingung bila harus memilih satu diantara dua hari raya," kata Ketua Pusat Studi Ilmu Hisab Surya Ismail.
Pusat Studi Ilmu Hisab mengajak semua ahli hisab dan ahli rukyat membuat kesepakatan mengenai tinggi hilal minimum yang dapat dilihat. Setelah itu baru dirumuskan penetapan hari raya didasarkan pada tinggi hilal yang telah disepakati. "Semua ahli hisab dan rukyat juga harus meneliti kembali kebenaran ilmu hisab yang dianutnya," kata dia.
Kesaksian rukyat pada kondisi tinggi hilal kurang dari tinggi hilal minimum yang mungkin bisa dilihat itu harus diuji kepatutannya berdasarkan ilmu dan pengalaman. Pusat Studi Ilmu Hisab juga merekomendasikan agar Jayapura ditempatkan sebagai markas hisab.
Selain itu, pemimpin umat juga harus melakukan uji kepatutan bila menerima laporan kesaksian rukyat dari orang yang mengaku melihat hilal. "Menteri Agama juga harus mengadakan penelitiah mengenai tinggi hilal minimum," kata dia. [ti/www.hidayatullah.com]
 
salah liat thread saya /swt
/sry/sry
 
mo tanya
sholat ied itu wajib gak sih??
(setahu saya sunnah apa gitu)
soalnya saya sakit cacar air nih
tanggung amat sakitnya
3 hari sebelum lebaran :((

;;) ... Maaf akh ... ada baiknya kalo bertanya ke sini ya KLIK DI SINI, agar lebih teratur ... Sholat Ied itu hukumnya sunnah bukan wajib ... ;;)
 
Pemerintah Belanda Tolak Pengamanan Hirsi Ali




Sabtu, 13 Oktober 2007

Pihak pemerintahan Belanda akhirnya menolak uang keamanan tokoh liberal Belanda, Hirsi Ali. Sebelum ini, semua biaya ditanggung pemerintah

Hidayatullah.com—Pemerintah Belanda benar-benar menghentikan pengamanan bekas anggota parlemen Ayaan Hirsi Ali yang juga tokoh liberal, Ayaan Hirsi Ali. Kalau aktivis anti Islam yang selalu terancam ini menetap di Amerika Serikat, maka ia harus menanggung sendiri biaya pengawalan dan pengamanannya.
Demikian kesimpulan debat parlemen Belanda, Selasa (09/10) Ayaan Hirsi Ali sudah memperoleh izin tinggal di Amerika dan ia juga bekerja untuk kelompok pemikir konservatif American Enterprise Institute, AEI.
Mayoritas besar anggota parlemen setuju dengan pemerintah Belanda. Demikian hasil debat de Tweede Kamer, parlemen itu, menjawab pertanyaan siapa yang harus membiayai pengamanan Ayaan Hirsi Ali, bekas anggota parlemen Belanda keturunan Somalia. 1 Oktober lalu Ayaan Hirsi Ali mendadak harus pulang ke Belanda, karena pemerintah Belanda mengakhiri dana untuk membiayai pengamanannya.
Degan demikian, pemerintah Belanda tidak pernah menyanggupi akan terus menanggung biaya pengamanannya di seluruh dunia. Dari jajak pendapat juga terlihat bahwa 90% warga Belanda mendukung pendirian pemerintah dalam soal ini.
Sebelum ini, tokoh liberal asal Somalia ini melarikan diri dan menetap di Amerika Serikat (AS). Sebelumnya, wanita yang juga mantan anggota parlemen dari partai VVD memilih hengkang ke Amerika setelah sering melontarkan kritik terhadap kaum Muslim dan Islam.
Akibat pernyataan dan statemennya tentang Islam yang kerap membuat kaum Muslim tersinggung, ia akhirnya sering mendapatkan ancaman dan terpaksa mendapat pengawalan ketat. Ia lantas memilih hijrah ke Amerika. [cha, berbagai sumber/www.hidayatullah.com]
 
Selasa Pagi Berdarah, Dua Gugur Syahid!



[ 17/10/2007 - 04:50 ]

Nablus Nablus – Infopalestina: -Pasukan Zionis Israel pagi kemarin, Selasa (16/10) membunuh seorang laki-laki tua Palestina dan melukai beberapa lainnya dalam sebuah penggrebekan yang mereka lakukan ke kotaNablus, utara Tepi Barat. Pada saat yang sama, pagi hari kemarin, seorang pejuang Palestina gugur syahid akibat luka yang ia derita. Beberapa sumber medis menyebutkan bahwa pihak serdadu Zionis Israel melepaskan tembakan ke arah seorang penduduk bernama Abdu Shaker al-Wazer (70 tahun) saat ia membuka pintu rumahnya atas perintah para serdadu jahat tersebut yang tengah melakukan operasi militer di kampung Ra’s Aen di kota Nablus. Setelah peristiwa itu, orang tua itu dilarikan ke rumah sakit, namun nyawanya sudah tidak bisa tertolong lagi saat di tengah jalan, gugur syahid. Dalam peristiwa yang sama, tiga pejuang Palestina terluka saat menghadang pasukan Zionis Israel yang tengah merangsek ke Kota Lama di Nablus pagi dini hari ini, Selasa (16/10). Beberapa sumber lokal menyebutkan bahwa pasukan serdadu Israel melepaskan misil ke arah salah satu rumah yang melindungi sekelompok pejuang Palestina, bernama ‘Faris Lail’. Akibatnya, tiga diantarannya terluka, salah satunya terkena luka parah dan kemudian dilarikan ke rumah sakit. Di berita lain, dilaporkan bahwa pagi kemarin, Selasa (16/10) seorang bernama Basem Abu Sareah, yang bergelar ‘al-Qadhafi’ salah satu komandan kelompok Faris Lail di Nablus. Ia syahid akibt luka berat yang dideritanya dalam beberapa jam pagi kemarin bersa sejumlah kelompok perlawanan lainnya. Sebelumnya ada lebih dari 30 tank militer Zionis Israel yang diiringi oleh buldoser-buldoser lainnya, telah merangsek kota Nablus pagi dini hari kemarin, Selasa (16/10) kemudian menyebar ke sejumlah kampung, ke halaman RS el-Ittihad dan rumah sakit nasional. Sekedar mengingatkan saja, asy Syahid Abu Sareah ini beberapa waktu lalu mendapatkan ancaman pembunuhan oleh pihak Zionis Israel selama masa Intifadhah. Hingga kini, saat berita ini diturunkan, pasukan Zionis Israel masih terus melakukan operasi militernya di kampung Ra’s Aen dan mengepung sejumlah rumah di jalan Kushaekah karena diduga ada para pejuang Palestina didalamnya. (AMRais)
 
Perang Besar Zionis di Kawasan Hanya Soal Waktu!


[ 12/10/2007 - 04:43 ]


DataFiles%5CCache%5CTempImgs%5C2007%5C2%5Ctank08_300_0.JPG



Infopalestina: Berbagai bukti dan informasi terus menunjukan adanya persiapan rahasia secara intensif yang dilakukan militer Israel untuk menggelar perang yang akan datang. Pertanyaannya bukan apakah perang ini akan terjadi atau tidak. Namun pertanyaannya adalah kapan? Para ahli dan pengamat menguatkan adanya perang semacam ini pada musim semi – panas mendatang, dengan meningkatnya ketegangan informasi bahwa Iran terus dengan program nuklirnya.​
Amerika dan Israel menuduh bahwa Iran melakukan upaya intensif untuk memiliki bom nuklir. Sementara tekanan Amerika – Zionis terus bertambah terhadap dewan keamanan untuk mengambil langkah-langkah hukuman yang lebih berat kepada Iran guna memaksanya menghentikan aktivitas pengayaan uranium. Hal ini bersamaan dengan aksi-aksi dan penggalangan militer dari kedua belah pihak. Amerika telah mengirim kapal landasan pesawat kedua ke Teluk Arab sebagai isyarat ancaman jelas terhadap Iran. Selain eskalasi sikapnya terhadap apa yang disebutnya campur tangan Iran di Irak. Iran juga dituduh mendukung perlawanan di Irak, serta mengirim tim untuk melatik para pejuang perlawanan dan membekali mereka dengan sarana perang.
Sementara itu pihak Iran menolak semua tuduhan ini dan balik menuduh Amerika dan Barat menerapkan politik hegemoni dan aragansi. Karena mereka sendirilah yang memiliki ribuan bom dan rudal nuklir. Sementara mereka melarang pihak lain, khususnya kaum muslimin, untuk mengembangkan proyek mereka yang bersifat ilmiyah dan untuk tujuan damai. Hal ini bersamaan pula dengan latihan militer yang dilakukan IranIsrael. secara besar-besaran dan menggunakan berbagai jenis senjata, serta melakukan ujicoba rudal berbagai jangkauan sebagai isyarat sejauh mana kemampuannya untuk menggempur target-target Amerika dan
Para pengamat melihat bahwa perang Amerika – Israel – Barat dengan didukung negara-negara Arab yang dikenal moderat dan beraliran sunni, hanyalah masalah waktu. Indikasi kuat bahwa perang ini akan melibatkan Suriyah, Libanon (Hizbullah) dan wilayah-wilayah Palestina (Hamas dan Jihad Islam). Perang ini akan menjadi perang panas dan menghancurkan karena semua pihak akan merasa bahwa ini adalah perang hidup atau mati.
Latihan Intensif di Baqia dan Golan
Militer Israel telah memutuskan untuk menggunakan desa Baqia sebagai percontohan desa-desa Libanon Selatan untuk melakukan latihan di sana. Sumber-sumber Israel mengatakan, Israel akan menggunakan desa yang terjangkau rudal-rudal Hizbullah tersebut, dalam pekan-pekan ke depan, sebagai lokasi latihan militer dan diperkirakan latihan ini melibatkan brigade dari kesatuan tempur wilayah utara militer Israel. Latihan dilakukan di wilayah-wi;ayah yang terdapat bangunan dan berpenduduk. Sebulan yang lalu dua brigade tempur Israel telah melakukan latihan militer di dalam wilayah desa Baqia yang padat bangunan dan penduduk.
Sumber-sumber militer Israel mengatakan, desa Baqia memiliki keistimewaan dan tabiat khusus yang mirip dengan desa-desa syiah di Libanon Selatan. Dengan melakukan latihan di desa tersebut akan di dalam faedah yang besar. Dan dinilai latihan ini sangat sukses. Untuk itu diputuskan untuk dilanjutkan latihan militer di desa tersebut. Dalam beberapa bulan mendatang akan dilakukan latihan militer berikutnya di desa tersebut. Sumber-sumber lain mengisyaratkan bahwa latihan-latihan ini merupakan persiapan militer Israel untuk menghadapi perang yang akan datang dengan Hizbullah. Sejumlah desa-desa dan kota Arab di IsraelIsrael seperti di Thaira, Faridis, Nazaret dan Shafa Amer. lainnya dalam waktu-waktu terakhir juga terlihat adanya latihan militer
Militer Israel juga melakukan latihan terbesarnya sejak beberapa tahun di daerah dataran tinggi Golan yang dihadiri langsung oleh Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel Jenderal Gaby Ashkenari, Menteri Keamanan Israel Amir Perez dan Komandan Wilayah Utara.
Persiapan Pengungsi dan Tim Darurat
Sumber-sumber terkait menyebutkan bahwa seorang pejabat senior di pertahanan sipil Israel menegaskan bahwa berdasarkan jenis dan cara instruksi yang didapatnya dari komandan militer maka perang besar akan terjadi pada musim semi – panas mendatang terhadap Iran, Suriyah dan Hizbullah. Bahwa instruksi yang disampaikan kepada warga adalah agar mereka bersembunyi dekat dengan rumah-rumah serta di pengungsian khusus dan umum dekat dengan lokasi rumah mereka. Karena perang akan berlangsung lama dengan menggunakan rudal yang bisa menjangkau seluruh sisi negara mulai dari utara hingga selatan.
Sumber-sumber ii juga menjelaskan bahwa pejabat tersebut menyampaikan bahwa dirinya tengah berniat melakukan pertemuan intensif dengan para pejabat pertahanan sipil di berbagai wilayah untuk memberikan arahan kepada mereka bagaimana caranya melakukan persiapan menghadapi perang ini sekaligus menyiapkan tempat-tempat pengungsian dan tim-tim darurat saat wilayah mereka mengalami serangan. Juga menyiapkan selebaran untuk para warga bagaimana caranya menghadapi perang ini. Selain juga menentukan ruang operasi dan persiapan-persiapan peralatan khusus, juga para spesialis kejiwaan untuk mengatasi kondisi kepanikan.
Dia juga telah melakukan persiaapan untuk pertemuan-pertemuan dengan para ketua dewa Yahudi untuk menempatkan mereka sesuai kondisi dan persiapan mereka menghadapi perang mendatang. Pada tahap sekarang ini dia menolak menyampaikan masalah ini kepada para kepala daerah lokal Arab (Palestina). Pertemuan akan dilakukan secara terpisah antara kepala daerah Yahudi dan Palestina karena bisa memicu pertanyaan-pertanyaan seputar jenis informasi dan instruksi.
Front Internal Merubah Masker Secara Rahasia
Sumber-sumber terkait menegaskan bahwa pimpinan front internal Israel, tidak seperti biasanya, melakukan kampanye di tengah-tengah warga Yahudi untuk merubah masker dari rumah ke rumah yang dilakukan secara rahasia dan diam-diam. Hal ini berbeda dengan kebiasaan yang dilakukan dengan menyebarkan informasi dan pengumuman secara terang-terangan melalui berbagai media massa yang menyerukan warga untuk hadir di pusat-pusat informasi untuk mendapatkan penjelasan perubahan masker. Saat ini hal itu ada perkecualian, kampanya itu tidak terjadi di tengah-tengah warga Arab (Palestina). (seto)
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.