• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

HUKUM KARMA(KAMMA) by ABHIDHAMMA panjika

marcedes

IndoForum Junior E
No. Urut
17648
Sejak
21 Jun 2007
Pesan
1.552
Nilai reaksi
20
Poin
38
mungkin teman-teman terus bertanya tentang bagaimana HUKUM KARMA ITU BEKERJA....ini lah penjelasan nya.
karena keterbatasan waktu dan bahan...untuk sementara hanya ini dolo.....detail-detailnya nanti continue deh....

disini bisa di lihat BAHWA PROSES HUKUM KARMA(KAMMA) adalah berawal DARI DIRI SENDIRI dan hasil nya UNTUK DIRI SENDIRI
bukan kehendak TUHAN..

kamma(karma) dikutip dari abhidhamma by PANJIKA(pandit jinaratana kaharuddin)

Kamma
perbuatan yang dilakukan oleh jasmani,perkataan dan pikiran baik maupun jahat di sebut KAMMA,

keadaan yang menghasilkan perbuatan juga di sebut kamma.

KAMMA TERBAGI 4 GOLONGAN :
1.Menurut Sifat bekerjanya (KICCACATUKA) ada 4 macam,yaitu:
-JANAKA-KAMMA:
HUKUM yang menyebabkan timbulnya syarat terlahir nya kembali suatu MAKHLUK.

-Upatthanbhaka-kamma:
Hukum kekuatan yang mendorong terpelihara-nya satu akibat dari pada sebab(kamma) yang telah timbul

-Upapilaka-KAMMA:
hukum kekuatan yang menekan,pula mengolah,menyelaraskan satu akibat dari pada satu sebab.

-Upaghataka-kamma:
hukum yang meniadakan kekuatan dan akibat dari satu sebab(kamma) yang telah terjadi
dan sebaliknya menyuburkan berkembangnya kamma baru.

2.MENURUT SIFAT HASIL NYA(PAKADANAPARIYAYACATUKKA) ada 4 macam,yaitu:
-Garuka-kamma :
kamma yang berat,akibat nya dapat timbul waktu satu kehidupan dan kehidupan berikutnya.

-asanna-kamma:
perbuatan yang dilakukan oleh seseorang sebelum saat AJAL nya,yang dapat dilakukan dengan lahir-bathin.

-Acinna-kamma / bahula-kamma:
kamma kebiasaan,perbuatan yang merupakan kebiasaan bagi seseorang,karena sering-nya dilakukan sehingga seolah-olah
merupakan watak baru.

-Katatta-kamma:
kamma yang tidak begitu berat dirasakan akibat perbuatan-perbuatan yang lampau.

3.menurut jangka waktunya(PAKAKALACATUKKA) ada 4 MACAM,yaitu:
-Dithha Dhammavedaniya-kamma:
yang"masak" atau memberikan hasil dalam kehidupan ini.

-Uppajjavedaniya-kamma:
Yang "masak" atau memberikah hasil dalam kehidupan akan datang.

-Aparaparavedaniya-kamma:
yang "masak" atau memberikan hasil dalam kehidupan berikutnya berturut-turut.

-Ahosi-kamma:
yang tidak menimbulkan akibat sama sekali

4.menurut kedudukannya(PAKATTHANACATUKKA)ada 4 macam,yaitu:
-Akusala-kamma :
cetana(niat) yang berada dalam akusala-citta 12.

-kamavacarakusala-kamma:
cetana(niat) yang berada dalam MAHAkusala-citta 8.

-Rupavacarakusala-kamma :
CEtana(niat) yang berada dalam Rupavacarakusala-citta 5.

-Arupavacarakusala-kamma:
Cetana(niat) yang berada dalam Arupavacarakusala-citta 4.

5.MENURUT SIFAT BEKERJAnya(KICCACATUKKA):
-JANAKA-KAMMA
hukum yang menyebabkan timbulnya syarat untuk terlahri kembali suatu makhluk.

kamma ini menimbulkan nama-khandhana(kemlompok batin) dan kammaja-rupa(materi/jasmani) oleh sebab itu.
kamma ini disebut janaka-kamma,yaitu Akusala-kamma 12 dan lokiyakusala-kamma 17(kammavacarakusala-kamma 8, rupavacarakusala-kamma 5,
dan Arupavacarakusala-kamma 4)

JANAKA-KAMMA ini bertugas melahirkan makhluk-makhluk didalam 31 alam kehidupan(bhumi 31).

-Upatthambhaka-kamma
kekuatan yang mendorong terpeliharanya suatu akibat dari pada sebab(kamma)yang telah timbul.
Kamma ini adalah membantu janaka-KAMMA,yaitu:
a.membantu janaka-kamma yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat,memberikan waktu menimbulkan hasil/akibat.

b.membantu janaka-kamma yang sedang mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat,memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat secara SEMPURNA.

c.Membantu Rupa-nama (lahir batin) yang di lakukan oleh janaka-kamma menjadi maju dan bertahan lama.

-Upapilaka-kamma
Hukum kekuatan yang menekan,pula mengolah,menyelaraskan,satu akibat daripada satu sebab.
jadi upapilaka-kamma yang menekan yaitu:
a.menekan janaka-kamma yang mempunyai keadaan yang bertentangan.
b.menekan RUPA-NAMA yang di lahirkan oleh janaka-kamma.

Upapilaka-kamma yang menekan janaka-kamma yang mempunyai keadaan bertentangan terbagi 2 macam,yaitu:
a.menekan supaya tidak ada waktu yang menimbulkan hasil/akibat.
b.menekan janaka-kamma yang mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat,supaya mempunyai kekuatan menurun dan menimbulkan hasil/akibat tidak sepenuhnya.

oleh sebab itu "penekanan" dari upapilaka-kamma terbagi 3 macam,yaitu:
a.Upapilaka-kamma yang menekan janaka-kamma supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil/akibat.

b.upapilaka-kamma yang menekan janaka-kamma yang mempunyai waktu yang menimbulkan hasil/akibat,supaya mempunyai kekuatan menurun.

c.Upapilaka-kamma yang menekan Rupa-Nama yang d lahirkan oleh janaka-kamma.



-Upaghataka-kamma
hukum yang meniadakan kekuatan dan akibat daripada satu sebab yang telah terjadi dan sebaliknya menyuburkan kembali kamma baru.
jadi upaghataka-kamma adalah kamma yang memotong kamma lainnya dan hasil dari kammalainnya secara menyeluruh.
PEMOTONGAN dari upaghataka-kamma ada 2 macam:
a.memotong janaka-kamma supaya tidak ada waktu untuk menimbulkan hasil/akibat untuk selamanya.
(KAMMANTARA-UPAGHATAKA)

b.Memotong rupa-nama yang dilahrikan oleh janaka-kamma sampai rusak(KAMMANIBBATAKHANDHASANTANA-UPAGHATAKA).


menurut SIFAT HASILNYA(PAKADANAPARIYAYACATUKKA).
-Garuka-kamma
kamma yang berat.akibatnya dapat timbul dalam waktu satu kehidupan atau kehidupan berikutnya,

Yang dimaksud GARUKA-KAMMA adalah ditthigatasampayutta-citta yang berkenaan dengan niyatamichandatthi-kamma dan dosamula-citta yang berkenaan dengan pancanantariya-kamma
,serta mahaggatausala kamma 9 ( rupa-kusala 5 dan arupa-kusala 4) yang jumlah semuanya 15 citta.

mengenai lokuttarakusala-kamma juga disebut Garuka-kamma. tetapi disini tidak dibicarakan mengenai lokuttarakusala,sebab lokuttarakusala itu tidak mempunyai
tugas "menimbulkan", tetapi mempunyai tugas "membasmi" penimbulan itu sesuai dengan kemampuan diri sendiri.


-Asanna-kamma
perbuatan baik atau jahat yang di lakukan oleh seseorang, sebelum saat AJALnya yang dapa di lakukan lahir-batin.
yang dimaksud Asanna-kamma adalah Akusala-kamma 12(tidak termasuk Niyatamicchaditthi-kamma dan Pancanantariya-kamma),
dan mahakusala-kamma 8. Mahakusala-kamma tidak termasuk asanna-kamma,karena telah menjadi Garuka-kamma.

Akusala-kamma atau kusala-kamma yang kita pernah buat sudah lama,tidak teringat lagi:bila sewaktu AKAN MENINGGAL DUNIA,
kita terkenang akan perbuatan jahat yang pernah dilakukan,saat itu Akusala-citta(pikiran jahat) timbul.
Akusala-citta yang timbul melalui teringat nya perbuatan jahat itu di sebut AKUSALA-ASANNA-kamma.

jika kita terkenang akan perbuatan baik yang pernah dilakukan .saat itu kusala-citta(pikiran baik) timbul.
kusala-citta yang timbul melalui teringat nya perbuatan baik itu di sebut KUSALA-ASANNA-kamma.


-Acinna-kamma
kamma kebiasaan,yaitu perbuatan yang merupakan kebiasaan bagi seseorang,karena sering nya dilakukan sehinga seolah-olah
menimbulkan watak baru.
yang dimaksud ACINNA-kamma adalah akusala-kamma 12 dan mahakusala-kamma 8.

jadi kejahatan yang sering dilakukan oleh seseorang misal nya " suka berdana,melaksanakan sila,bermeditasi secara benar,
belajar dhamma,dan lainnya itu disebut kusala-acinna-kamma.

atau jika seseorang melakukan salah satu perbuatan jahat walau hanya sekali melakukan nya,
tetapi orang tsb selalu memikirkan perbuatan jahatnya itu,kemudian timbul KEGELISAHAN dan KETAKUTAN
ini disebut AKUSALA-acinna-kamma.

begitu pula sebaliknya...


-Katatta-kamma
kamma yang tidak begitu berat dirasakan akibat dari perbuatan-perbuatan yang lampau.
yang dimaksud katatta-kamma adalah akusala-kamma 12 dan mahakusala-kamma 8.
jadi kusala-kamma dan akusala-kamma yang pernah diperbuat dalam kehidupan lampau dan sekarang ini yang belum mencapai
GARUKA-kamma,Asanna-kamma dan Acinna-kamma,yang si pembuat nya tidak melakukan kehendak sepenuh hati,sebut KATATTA-KAMMA.

jadi katatta-kamma adalah kamma yang tidak begitu berat di banding garuka-kamma,Asanna-kamma,aCinna-kamma.


MENURUT JANGKA WAKTU(PAKAKALACATUKKA)
-Dittha dhammavedaniya-kamma
adalah kamma yang memberi hasil/akibat dalam kehidupan sekarang ini.

dittha dhammavedaniya-kamma terbagi 2 macam :
a.paripakka dittha dhammavedaniya-kamma adalah kamma yang memberi hasil/akibat dalam kehidupan sekarang
termasuk yang sudah MASAK betul

b.Aparipakka dittha dhammavedaniya-kamma adalah kamma yang memberi hasil/akibat dalam kehidupan sekarang
ini belum termasuk MASAK BETUL.

-Uppajjavedaniya-kamma
adalah kamma yang memberikan hasil/akibat dalam kehidupan yang akan datang.

-Aparaparavedaniya-kamma
adalah kamma yang memberikan hasil /akibat dalam kehidupan yang berikut nya berturut-turut.

-Ahosi-kamma
adalah kamma yang tidak menimbulkan akibat sama sekali.


MENURUT KEDUDUKANNYA(PAKATTHANACATUKKA)
-Akusala-kamma
perbuatan jahat,yaitu cetana(niat) yang berada dalam akusala-citta 12.

akusala-kamma terbagi 3 macam:
a.akusala-kaya-kamma (perbuatan jahat melalui jasmani)
b.akusala-vaci-kamma (perbuatan jahat melalui ucapan)
c.akusala-mano-kamma (perbuatan jahat melalui pikiran)


-Kamavacarakusala-kamma
perbuatan baik di sertai KESENANGAN
yaitu cetana(niat) yang berada dalam mahakusala-citta 8.

kamavacarakusala-kamma terbagi 3 macam yaitu:
a.Kusala-kaya-kamma (perbuatan baik melalui jasmani)
b.kusala-vaci-kamma ( perbuatan baik melalui ucapan )
c.Kusala-mano-kamma ( perbuatan baik melalui pikiran )


-Rupavacarakusala-kamma
perbuatan baik yang mencapai rupa-jhana,yaitu cetana(niat) yang berada dalam Rupavacarakusala-citta 5.

-Arupavacarakusala-kamma
perbuatan baik yang mencapai Arupa-jhana,yaitu cetana(niat) yang berada dalam arupavacarakusala-cita 4.


semoga bermanfaat,salam metta
 
wah....
nice post....
tapi bisa tolong ditambahkan untuk kusala garuka kamma tidak? saya sudah lupa nih
 
dari yang saya pelajari....garuka-kamma adalah kamma yang sangat kuatdimana hasil/akibat tidak dapat di cegah oleh kamma lain.
 
setahu saya GARUKA-KAMMA adalah kamma yang berat..kalau di kelompokkan dalam perbuatan jahat...
1.membunuh ortu / mencelakai ortu.
2.mencelakai buddha.
3.memecah belah sangha.
4.membunuh arahat / mencelakai arahat.
ini setahu saya berakibat lahir pada neraka aviji.(tempat devadatta saat ini).
garuka-kamma ini BER-EFEK PADA KEHIDUPAN ke-2..yaitu setelah kehidupan berikut nya sebanyak 1x....tetapi efek nya bisa selama 1 kalpa....tetapi kehidupan ke-3 tidak lagi.

kalau d kelompokkan dalam perbuatan baik...gw belum tahu perbuatan apa itu...dan setahu saya tidak pernah ada.
bahkan DHAMMA DANA yang tertinggi PUN..tidak akan berefek sampai demikian...

istilah keren nya..hehehe......sebanyak APAPUN KAMMA BAIK YANG DI LAKUKAN DI DUNIA INI...tetapi JIKA MELAKUKAN 4 PERBUATAN di atas...TETAP SAJA SETELAH LAHIR KEMBALI(kehidupan ke-2) akan berakibat di neraka AVIJI.

sedangkan kehidupan ke-3 tidak.
 
Sebenarnya sudah pernah di posting...


KAMMA
(Perbuatan)



Kamma (bahasa Pali) atau Karma (bahasa Sanskerta) berarti perbuatan atau aksi. Guru Buddha dalam Nibbedhika Sutta; Anguttara Nikaya 6.63 menjelaskan secara jelas arti dari kamma:

”Para bhikkhu, cetana (kehendak)lah yang kunyatakan sebagai kamma. Setelah berkehendak, orang melakukan suatu tindakan lewat tubuh, ucapan atau pikiran.”

Jadi, kamma berarti semua jenis kehendak (cetana), perbuatan yang baik maupun buruk/jahat, yang dilakukan oleh jasmani (kaya), perkataan (vaci) dan pikiran (mano), yang baik (kusala) maupun yang jahat (akusala).

Kamma atau sering disebut sebagai Hukum Kamma merupakan salah satu hukum alam yang berkerja berdasarkan prinsip sebab akibat. Selama suatu makhluk berkehendak, melakukan kamma (perbuatan) sebagai sebab maka akan menimbulkan akibat atau hasil. Akibat atau hasil yang ditimbulkan dari kamma disebut sebagai Kamma Vipaka.

Dalam Samuddaka Sutta; Samyutta Nikaya 11.10 {S 1.227} , Guru Buddha menjelaskan cara bekerjanya kamma :

"Sesuai dengan benih yang di tabur, begitulah buah yang akan dipetiknya. Pembuat kebajikan akan mendapatkan kebaikan, pembuat kejahatan akan memetik kejahatan pula. Taburlah biji-biji benih dan engkau pulalah yang akan merasakan buah dari padanya".




Dua Jenis Kamma Berdasarkan Sifatnya

Ada dua jenis kamma (perbuatan) berdasarkan sifatnya, yaitu:

1. Kamma Buruk/Jahat (perbuatan buruk/jahat) atau disebut dengan Akusala Kamma.
yaitu, kamma (perbuatan) yang didasari oleh pikiran yang diliputi oleh dosa (kebencian), lobha (keserakahan), dan moha (kebodohan batin). Contoh: membunuh, mencuri, berbohong, mabuk-mabukan, dan sebagainya.


2. Kamma Baik (perbuatan baik) atau disebut dengan Kusala Kamma.
yaitu, kamma (perbuatan) yang didasari oleh pikiran yang diliputi oleh adosa (ketidakbencian), alobha (ketidakserakahan), dan amoha (ketidakbodohan batin). Contoh: berdana, menolong makhluk yang kesukaran, berkata jujur, bermeditasi, dan sebagainya.

Empat Jenis Kamma Berdasarkan Waktu Munculnya Akibat (vipaka) yang Dihasilkan

1. Ditthadhamma vedaniya Kamma yaitu Kamma yang menghasilkan akibat (vipaka) segera mungkin pada waktu kehidupan sekarang. Kamma ini terbagi 2 macam, yaitu :
Karma yang memberikan hasil dalam kehidupan sekarang ini, termasuk yang sudah masak betul atau disebut dengan Paripakka Dittha Dhamma vedaniya Kamma. Contoh : Seorang miskin bernama Punna yang memberikan dana makanan kepada Y A Sariputta Maha Thera menjadi kaya-raya dalam waktu tujuh hari setelah berdana.
Karma yang memberikan hasil setelah lewat tujuh hari atau disebut dengan Aparipakka Dittha Dhammavedaniya. Contoh : Jika berbuat kebaikan atau kejahatan dalam usia muda, akan dipetik hasil dalam usia muda atau usia tua dalam kehidupan sekarang ini juga.

2. Upajja vedaniya Kamma yaitu Kamma yang menghasilkan akibat (vipaka) pada kehidupan berikutnya yaitu satu kehidupan setelah kehidupan sekarang.

3. Aparapariya vedaniya Kamma yaitu Kamma yang menghasilkan akibat (vipaka) pada kehidupan berikutnya secara berturut-turut.

4. Ahosi Kamma yaitu Kamma yang tidak lagi atau tidak akan memiliki kekuatan untuk menghasilkan akibat (kadaluwarsa). Ahosi Kamma terbentuk ketika kekuatan suatu perbuatan (kamma) terhalangi oleh kekuatan perbuatan (kamma) lain yang sangat besar. Selain itu Ahosi Kamma terbentuk jika tidak adanya kondisi-kondisi pendukung yang dibutuhkan untuk kamma itu berbuah, sehingga kamma tersebut tidak menghasilkan akibat (vipaka).


Empat Jenis Kamma Berdasarkan Fungsinya

1. Janaka Kamma yaitu Kamma yang menyebabkan timbulnya syarat untuk terlahirnya kembali suatu makhluk. Kamma ini menimbulkan batin (Nama) dan jasmani (Rupa).

2. Upatthambhaka Kamma yaitu Kamma yang mendukung terpeliharanya satu akibat dari sebab yang telah timbul. Kamma ini membantu Janaka Kamma, yaitu :

Membantu Janaka Kamma yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil, memberikan waktu menimbulkan hasil/akibat.
Membantu Janaka Kamma yang sedang mempunyai waktu menimbulkan hasil memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil secara sempurna.
Membantu Rupa-Nama (Lahir-Bathin) yang dilahirkan Janaka Kamma menjadi maju dan bertahan lama.

3. Upapilaka Kamma yaitu Kamma yang menekan, mengolah, menyelaraskan satu akibat dari satu sebab. Kamma ini adalah menekan Janaka Kamma, yaitu :

Upapilaka Kamma yang menekan Janaka Kamma supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil.
Upapilaka Kamma yang menekan Janaka Kamma yang mempunyai waktu menimbulkan hasil supaya mempunyai kekuatan menurun.
Upapilaka Kamma yang menekan Rupa-Nama (Lahir-Bathin) yang dilahirkan Janaka Kamma.

4. Upaghâtaka Kamma yaitu kamma yang memotong atau menghancurkan kekuatan akibat dari satu sebab yang telah terjadi.


Empat Jenis Kamma Berdasarkan Sifat dari Akibat yang Dihasilkannya

1. Garuka Kamma yaitu Kamma Berat, yang memiliki kualitas kekuatan yang besar yang mampu menimbulkan hasil dalam kehidupan kedua, dan kekuatan kamma lain tidak mampu mencegahnya.Garuka Kamma terdiri dari 2 jenis yaitu:

Akusala Garuka Kamma adalah Perbuatan Buruk/Jahat yang berat. Yang disebut Akusala Garuka Kamma (Perbuatan jahat yang berat) adalah Niyatamicchaditthi-Kamma (Perbuatan pandangan salah yang pasti) dan Pancanantariya-Kamma (Lima perbuatan durhaka), yaitu
1. membunuh ibu,
2. membunuh ayah,
3. membunuh Arahat,
4. melukai Sang Buddha dan
5. memecah-belah Sangha.

Anguttara Nikaya V.129
Parikuppa Sutta
In Agony
Translated from the Pali by Thanissaro Bhikkhu.
For free distribution only.​

--------------------------------------------------------------------------------
Translator's note: This discourse lists the five grave deeds that are said to prevent one's chances of attaining any of the noble attainments in this lifetime. People who commit them fall -- immediately at the moment of death -- into hell. No help from outside is able to mitigate the sufferings they will endure in hell, and thus they are said to be incurable. Only when the results of these deeds have worked themselves out will they be released from hell. Even if they return to the human plane, they will continue to suffer the consequences of their deeds. For example, Ven. Moggallana, one of the Buddha's foremost disciples, killed his parents many aeons ago, and the results of that deed pursued him even through his final lifetime, when he was beaten to death.
--------------------------------------------------------------------------------
"There are these five inhabitants of the states of deprivation, inhabitants of hell, who are in agony & incurable. Which five? One who has killed his/her mother, one who has killed his/her father, one who has killed an arahant, one who -- with a corrupted mind -- has caused the blood of a Tathagata to flow, and one who has caused a split in the Sangha. These are the five inhabitants of the states of deprivation, inhabitants of hell, who are in agony & incurable." --------------------------------------------------------------------------------
See also: SN I.38; SN IV.13; SN XXXVI.6.


Akibat dari melakukan Akusala Garuka Kamma adalah tumimbal-Iahir ke alam Apaya (Alam yang menyedihkan, yaitu alam neraka, alam setan, alam binatang dan alam asura).

Akusala Garuka Kamma juga disebut dengan Anantariya Kamma karena dampaknya masih dapat di rasakan dikehidupan selanjutnya. Hal ini dijelaskan oleh Guru Buddha dalam Parikuppa Sutta; Anguttara Nikaya 5.129.

Contoh: Devadatta yang telah melukai kaki Guru Buddha dan memecah-belah Sangha, dilahirkan kembali di alam neraka avici. Dan Raja Ajatasattu yang telah membunuh ayahnya (Raja Bimbisara) tidak dapat meraih kesucian Sotapana (tingkat kesucian pertama) karena kekuatan besar dari Akusala Garuka Kamma.

Kusala Garuka Kamma adalah Perbuatan Baik yang berat. Yang disebut Kusala Garuka Kamma adalah hasil dari melaksanakan Samatha-Bhavana (meditasi ketenangan batin) sehingga mencapai Rupa-Jhana 4 dan Arupa-Jhana 4 atau disebut Jhana 8. Akibat dari melakukan Kusala Garuka Kamma adalah tumimbal-Iahir di alam Brahma.

Akusala Garuka Kamma, bila tidak ada waktu menimbulkan hasil, tetapi mempunyai kesempatan untuk menjadi Upatthambhaka Kamma (Kamma membantu). Sebaliknya, Kusala Garuka Kamma itu, bila tidak ada waktu menimbulkan hasil, akan menjadi Ahosi Kamma dan tidak mempunyai kesempatan untuk menjadi Upatthambhaka Kamma (Kamma membantu).

2. Asanna Kamma adalah kusala kamma (perbuatan baik) dan akusala kamma (perbuatan buruk/jahat) yang dilakukan seseorang sebelum saat ajalnya, yang dapat dilakukan dengan lahir dan bathin. Dengan batin misalnya; memikirkan, merasakan, mengingat-ingat semua perbuatan baik atau buruk yang telah dilakukan, atau memikirkan kebaikan atau kejahatan terhadap makhluk lain. Kamma inilah yang akan menentukan keadaan kelahiran seseorang yang akan datang jika tidak ada kekuatan kamma lain yang lebih besar lagi yang menentukan.

Contoh: Seorang algojo pada saat menjelang ajalnya, ia mengingat pernah memberi sedekah kepada Y.A. Sariputta. Dengan mengingat hal ini ia terlahir di alam yang bahagia. Namun, meskipun terlahir di alam bahagia, ia tetap memperoleh dampak buruk dari apa perbuatan buruk yang pernah ia lakukan.

3. Acinna Kamma atau Bahula Kamma adalah Karma Kebiasaan, yaitu perbuatan baik dan jahat yang merupakan kebiasaan bagi seseorang karena sering dilakukan. Bila seseorang belum saat ajalnya tidak berbuat sesuatu, dan dengan demikian tidak terdapat Asanna Kamma, maka yang menentukan keadaan kelahiran yang berikutnya ialah Kamma Kebiasaan (Acinna Kamma) yaitu perbuatan-perbuatan yang merupakan kebiasaan seseorang karena sering dilakukan sehingga seolah-olah merupakan watak baru.

Contoh: Cunda seorang penjagal babi, yang hidup disekitar vihara tempat Guru Buddha berdiam, ia meninggal dengan mendengking seperti babi karena kebiasaannya memotong babi.

4. Kattata Kamma adalah Kamma yang tidak terlalu berat dirasakan akibatnya. Karma ini yang paling lemah di antara semua karma. Kamma ini merupakan perbuatan baik (kusala kamma) dan perbuatan jahat (akusala kamma) yang pemah dibuat dalam kehidupan lampau dan kehidupan sekarang ini yang belum mencapai Garuka Kamma, Asanna Kamma dan Acinna Kamma, yang si pembuatnya tidak melakukan dengan cetana atau kehendak yang kuat sepenuhnya.


Pandangan-Pandangan Keliru Mengenai Kamma

1. Kamma hanya dianggap sebagai hal yang buruk saja.

Pandangan ini beranggapan bahwa kamma hanya dianggap sebagai hasil yang buruk saja yang menimpa seseorang yang telah melakukan perbuatan buruk. Pandangan keliru (miccha ditthi) ini terjadi karena adanya kerancuan antara kamma (perbuatan) dengan kamma vipaka (hasil perbuatan) dan pemahaman yang salah terhadap kamma. Padahal, kamma yang berarti perbuatan sedangkan hasilnya disebut vipaka, tidak hanya berhubungan dengan perbuatan buruk ataupun akibat buruk semata, tetapi juga perbuatan baik ataupun akibat yang baik. Kamma vipaka (hasil perbuatan) tidak hanya berkaitan dengan hal-hal yang buruk tetapi juga hal-hal yang baik yang dialami oleh seseorang. Contoh: seseorang gemar berdana sehingga ia dihormati oleh setiap orang. Gemar berdana adalah kamma baik dan dihormati orang lain merupakan kamma vipaka (hasil perbuatan) yang baik.

2. Kamma vipaka (hasil kamma) dianggap sebagai nasib atau takdir yang tidak bisa diubah.

Pandangan ini dikatakan keliru karena jika hal itu terjadi maka seseorang tidak akan dapat bebas dari penderitaannya. Padahal seseorang dapat mengubah apa yang sedang ia alami. Selain itu, Guru Buddha telah mengajarkan mengenai Viriya atau semangat membaja yang berguna untuk mengatasi segala kesulitan. Sebagai contoh, seseorang yang lahir dalam keluarga yang kekurangan (miskin) karena kamma kehidupan lampau yang buruk yang telah ia lakukan dikehidupan yang lalu, ia dapat mengubah kondisi yang dialaminya tersebut dengan bekerja keras sehingga ia tidak lagi hidup dalam kemiskinan.

3. Prinsip kerja hukum kamma adalah mata dibayar mata, nyawa dibayar nyawa.

Pandangan ini beranggapan bahwa kamma akan selalu menghasilkan bentuk yang sama dengan hasil perbuatan (kamma vipaka), membunuh maka akan akan dibunuh, mencuri maka akan dicuri, menipu maka akan ditipu, dan sebagainya. Pandangan ini keliru karena kamma memiliki karakter yang dinamis dan tidak lepas dari kondisi-kondisi yang ada, sehingga tidak selamanya bentuk dari hasil kamma akan sama dengan bentuk kammanya. Tetapi yang dapat dipastikan adalah sifatnya, dimana kamma yang sifat buruk pasti akan menghasilkan hal yang sifatnya juga buruk, kamma baik pasti akan menghasilkan hal yang sifatnya juga baik.

4. Kamma orang tua diwarisi oleh anaknya.

Pandangan ini beranggapan bahwa orang tua yang melakukan kamma buruk maka hasilnya (vipaka) akan di terima oleh anaknya atau keluarga lainnya. Pandangan ini keliru karena prinsip kerja kamma adalah siapa yang melakukan perbuatan maka ia akan yang menerima hasilnya. Dalam Cullakammavibhanga Sutta; Majjhima Nikaya 135 Guru Buddha bersabda : "Semua mahluk hidup mempunyai kamma sebagai milik mereka, mewarisi kammanya sendiri, lahir dari kammanya sendiri, berhubungan dengan kammanya sendiri, dilindungi oleh kammanya sendiri. Kamma itulah yang membedakan makhluk hidup dalam keadaan rendah atau tinggi."

Dalam kasus tertentu terlihat sepertinya orang tua yang melakukan kamma buruk dan anaknya yang mengalami penderitaan. Hal ini bukan berarti kamma buruk orang tua diwarisi oleh anaknya, tetapi ini lebih berarti bahwa kamma buruk orang tua tersebut memicu kamma buruk si anak untuk berbuah. Dengan kata lain seseorang akan menerima akibat dari kammanya sendiri, tetapi kammanya dapat mempengaruhi atau mengkondisikan kamma orang lain untuk berbuah.

5. Kamma kehidupan lampau penentu segalanya yang terjadi di masa sekarang.

Pandangan ini beranggapan bahwa semua yang dialami seseorang pada masa sekarang, baik kondisi yang baik maupun buruk tidak lain merupakan hasil (vipaka) dari kamma kehidupan lampau saja. Pandangan ini keliru karena jika hal itu terjadi demikian maka seseorang hanya akan menjadi ”boneka” yang tidak bisa membebaskan diri dari penderitaan dan akan manjadi seseorang yang tidak memiliki kewaspadaan dan pengendalian diri. Hal ini telah dibabarkan oleh Guru Buddha dalam Tittha Sutta; Anguttara Nikaya 3.61 maupun dalam Sivaka Sutta; Samyutta Nikaya 36.21 {S 4.229} dan Devadaha Sutta; Majjhima Nikaya 101.

6. Kamma maupun vipaka (hasil kamma) ditentukan oleh tuhan.

Pandangan ini beranggapan bahwa semua yang diperbuat dan dialami seseorang pada masa sekarang, baik hal yang baik maupun buruk tidak lain merupakan kehendak tuhan. Pandangan ini keliru karena jika hal itu terjadi maka semua perbuatan dan semua yang dialami seseorang tidak lain hanya merupakan kehendak tuhan, sehingga seseorang tidak memiliki kehendak bebas, hanya akan menjadi ”boneka” yang tidak bisa membebaskan diri dari penderitaan dan akan menjadi seseorang yang tidak memiliki kewaspadaan dan pengendalian diri. Hal ini telah dibabarkan oleh Guru Buddha dalam Tittha Sutta; Anguttara Nikaya 3.61.

7. Kamma lampau dapat dihilangkan/dihapuskan.

Pandangan ini beranggapan bahwa kamma (perbuatan) buruk yang telah dilakukan seseorang, dapat dihilangkan/dihapuskan. Pandangan ini keliru karena kamma (perbuatan) lampau tersebut telah dilakukan dan telah terjadi sehingga tidak dapat dihapuskan. Sebagai contoh, Guru Buddha sendiri tetap menerima hasil dari kamma buruk kehidupan lampauNya berupa terlukanya kaki Beliau karena batu yang digulingkan oleh Devadatta. Jika kamma kehidupan lampau bisa dihapuskan maka Guru Buddha dengan mudah menghilangkannya dan kaki Beliau tidak akan terluka.

Kamma masa lampau tetap akan menimbulkan hasilnya seperti yang telah dijelaskan oleh Guru Buddha dalam Lonaphala Sutta; Anguttara Nikaya 3.99, dengan menggunakan perumpamaan garam yang sama banyaknya, yang satu dimasukkan ke dalam air di cangkir dan dan yang lain ke dalam sungai Ganga. Garam diibaratkan sebagai kamma buruk dan air adalah kamma baik. Ketika garam dimasukan ke dalam sebuah cangkir maka rasa garam tersebut akan terasa. Sedangkan garam yang jumlahnya sama dimasukan ke dalam sungai, maka air sungai tersebut tidak akan terasa asin. Jadi kamma buruk kehidupan lampau akan memberikan hasil/dampak tetapi dengan adanya kamma baik yang banyak yang dilakukan pada masa sekarang maka dampak dari kamma buruk tersebut menjadi berkurang bahkan tidak terasa.




Lima Hukum Alam (Panca Niyama Dhamma)




Salah satu pandangan keliru mengenai hukum kamma adalah menganggap hukum kamma merupakan satu-satunya hukum yang mengatur kehidupan manusia dan menganggap hasilnya (vipaka) sebagai nasib atau takdir yang tidak bisa diubah sehingga seseorang hanya bisa pasrah menerima hasil dari kamma (kamma vipaka). Tetapi kenyataannya tidak demikian.

Dalam Abhidhamma Vatara 54, dan Digha Nikaya Atthakatha II-432 dijelaskan bahwa Hukum Kamma sendiri hanya merupakan satu dari dua puluh empat sebab (paccaya 24) atau salah satu dari Panca Niyama (Lima Hukum) yang bekerja di alam Semesta ini, dan masing-masing merupakan hukum sendiri.

1. Utu Niyama

Hukum alam "physical inorganic" misalnya : gejala timbulnya angin dan hujan yang mencakup pula tertib silih bergantinya musim-musim dan perubahan iklim yang disebabkan oleh angin, hujan, sifat-sifat panas dan sebagainya.

2. Bija Niyama

Hukum alam tumbuh-tumbuhan dari benih dan pertumbuhan tanam-tanaman, misalnya padi berasal dari tumbuhnya benih padi, gula berasal dari batang tebu atau madu dan sebagainya.

3. Kamma Niyama

Hukum alam sebab akibat, misalnya : perbuatan yang bermaksud bermanfaat (baik/membahagiakan) dan yang bermaksud merugikan (buruk) terhadap pihak lain, menghasilkan pula akibat baik maupun buruk.

4. Dhamma Niyama

Hukum alam terjadinya persamaan dari satu gejala yang khas, misalnya : terjadinya keajaiban alam pada waktu seseorang Bodhisatta hendak mengakhiri hidupnya sebagai seorang calon Buddha, pada saat Ia akan terlahir untuk menjadi Buddha, seperti bumi bergetar.

Hukum gaya berat (gravitasi) dan hukum alam sejenis lainnya, sebab-sebab dari keselarasan dan sebagainya, termasuk hukum ini.

5. Citta Niyama

Hukum alam mengenai proses jalannya alam pikiran atau hukum alam batiniah, misalnya : proses kesadaran, timbul dan lenyapnya kesadaran, sifat-sifat kesadaran, kekuatan batin dan sebagainya.

Telepati, kemampuan untuk mengingat hal-hal yang telah lampau, kemampuan untuk mengetahui hal-hal yang akan terjadi dalam jangka pendek atau jauh, kemampuan membaca pikiran orang lain, dan semua gejala batiniah yang kini masih belum terpecahkan oleh ilmu pengetahuan modern termasuk dalam hukum terakhir ini.


Pelajaran yang Diperoleh dari Hukum Kamma

Dengan mengetahui dan memahami Hukum Kamma, maka kita dapat mengambil pelajaran yang sangat bermanfaat bagi kehidupan kita sehari-hari. Pelajaran tersebut antara lain:

Keyakinan.
Dengan mengamati dan memahami Hukum Kamma kita mengetahui bahwa hukum kamma merupakan hukum yang sangat adil. Dengan mengetahui keadilannya maka kita akan merasa yakin bahwa apa yang kita perbuat akan menghasilkan sesuai dengan sifat perbuatan kita, perbuatan baik ataupun buruk yang kita lakukan pastilah memberikan dampak, dan perbuatan yang tidak pernah kita perbuat maka tidak akan menimbulkan akibat pada diri kita. Ini membuat kita tidak merasa khawatir apa yang akan terjadi kepada diri kita. Dan dengan keyakinan ini dapat menguatkan langkah kita untuk lebih melangkah lebih dalam melakukan perbuatan yang akhirnya akan membahagiakan kita.


Kepercayaan pada diri sendiri.
Menyadari bahwa kita mewarisi kamma kita sendiri, lahir dari kamma kita sendiri, berhubungan dengan kamma kita sendiri, dilindungi oleh kamma kita sendiri, maka dengan demikian kitalah penentu ke arah mana hidup dan kehidupan kita ini akan kita bawa. Dengan demikian kita tidak perlu lagi menggantungkan seluruh kehidupan kita kepada makhluk lain karena tidak ada makhluk lain yang dapat mengendalikan dan menentukan kehidupan kita. Dan akhirnya kepercayaan terhadap kemampuan diri muncul dan bertambah.


Kemampuan.
Dengan memahami Hukum Kamma, maka kita akan memperoleh kemampuan tidak hanya untuk menentukan jalan kehidupan kita sendiri dikemudian hari, tetapi juga untuk menolong makhluk-makhluk lain. Pelaksanaan kamma baik yang kemudian berkembang akan menghilangkan rintangan-rintangan dan kejahatan-kejahatan untuk kemudian menghancurkan belenggu-belenggu yang menghalangi kita untuk dapat menyelami Kesunyataan Mutlak, Nibbana.


Kesabaran.
Memahami bahwa Hukum Kamma merupakan pelindung bagi kita jika kita hidup selaras dengan hukum kamma. Memahami bahwa tidak ada sesuatu yang dapat menimpa, merugikan ataupun mencelakakan kita jika kita hidup selaras dengan hukum kamma. Dengan memahami bahwa kamma pasti akan menimbulkan akibat/hasil dalam waktu yang cepat maupun lambat, maka kita dapat belajar untuk bersabar. Ketika kita mendapatkan penderitaan kita akan bersabar dengan memahami bahwa kita sedang menuai hasil dari perbuatan buruk/jahat kita dan memahami bahwa penderitaan tersebut pasti akan berlalu. Dengan kesabaran kita akan mendapatkan ketenangan, kebahagiaan, dan keamanan.


Pengendalian diri.
Dengan memahami bahwa perbuatan buruk/jahat akan menimbulkan akibat yang buruk berupa malapetaka pada diri kita, maka kita akan berusaha berhati-hati serta mengendalikan diri di dalam melakukan perbuatan yang dilakukan oleh pikiran, ucapan, maupun jasmani.




Ubho puññañca pâpañca yam macco kurete idha
Tañhi tassa sakam hoti âdâya gacchati
Tañcassa anugaham hoti châyâva anupâyinî​

Perbuatan apapun yang telah dilakukan oleh seseorang dalam hidup sekarang ini, baik atau buruk, adalah menjadi miliknya sendiri. Ia harus membawanya kemana saja ia pergi, seperti bayangan yang selalu mengikuti badannya. (Sagâthavagga, Samyutta Nikâya)
 
Dari: Budiono, Jakarta
Namo Buddhaya Bhante,
Saya pernah baca, dikatakan bahwa membunuh orang tua adalah Garuka Kamma.
Apakah hal ini berlaku juga untuk mahluk binatang / hewan ?
Soalnya saya pernah liat kalo ada anak hewan tertentu yang menyerang / menggigit induk nya sendiri sampe berdarah.
Terima Kasih atas jawabannya.

Jawaban:
Dalam Ajaran Sang Buddha dikenal adanya Garuka Kamma yaitu kamma atau perbuatan yang sangat besar hasilnya sehingga pasti akan langsung diperoleh buahnya setelah kematian.
Terdapat dua macam Garuka Kamma yaitu :
A. Kusala Garuka Kamma yaitu perbuatan baik yang luar biasa dengan melatih meditasi mencapai Jhana sehingga ketika meninggal dunia ia akan langsung terlahir di alam Brahma. Begitu juga ketika ia melatih kesadaran sehingga mencapai kesucian atau Panna sehingga ia tidak akan terlahir kembali setelah kehidupan ini.
B. Akusala Garuka Kamma yaitu perbuatan buruk yang luar biasa sehingga begitu meninggal dunia ia akan langsung terlahir di alam neraka yang paling berat disebut neraka Avici.
Terdapat lima Akusala Garuka Kamma yaitu :
1. Membunuh ayah
2. Membunuh ibu
3. Melukai seorang Sammasambuddha
4. Membunuh arahatta atau orang yang telah mencapai kesucian
5. Memecah belah Sangha atau persaudaraan para bhikkhu
Pelaksanaan satu atau lebih perbuatan buruk di atas ini akan membuahkan penderitaan untuk jangka panjang dalam kehidupan ini maupun kehidupan yang selanjutnya.

Namun, perlu diketahui bahwa Ajaran Sang Buddha yang dapat menuntun mereka yang melaksanakan menuju kesucian hanya bisa dilakukan oleh manusia. Binatang tidak mempunyai kesempatan untuk mencapai kesucian.
Oleh karena itu, kedua jenis Garuka Kamma di atas tidak berlaku untuk alam binatang.
Dengan demikian, kiranya sudah jelas bahwa terlahir sebagai manusia adalah merupakan salah satu kebahagiaan karena mempunyai kesempatan melakukan kebajikan yang luar biasa besar atau Kusala Garuka Kammasehingga mencapai kesucian. Kondisi yang sedemikian menguntungkan ini tidak berlaku untuk mereka yang terlahir di alam binatang.
Jadi, selagi masih terlahir dan hidup sebagai manusia, umat Buddha hendaknya mempergunakan kesempatan baik ini untuk melakukan Kusala Garuka Kamma dan menghindari Akusala Garuka Kamma
Semoga jawaban ini dapat memberikan semangat untuk melaksanakan Dhamma dalam kehidupan sehari-hari sebagai manusia.
Semoga demikianlah adanya.
Salam metta,
B. Uttamo
hmm...ada penjelasan yang gw dapat dari samaggi-phala.
 
salam kenal all.......


Setelah sekian tahun vakum dr agama Budhha, baru 1 bulan belakang ini aku mulai baca2 thread Buddhis, dan aku mulai minat kembali mempelajari/memdalam ajaran Sang Buddha, dan tentu saja berusaha / melatih diri menjalankan ajaran sang Buddha.


aku mao berterima kasih buat kk singthung yg telah byk membuat thread2 di forum ini , membuat aku lbh mengerti, inti ajaran Budhha. ( maklum aku belajar Budhha cuma di skull aja dulu, cuma hapalan gituu) ;;)

aku mao bertanya tentang kamma........ sapapun bole menjawab :) thz.


1. ada seorang ibu dan anak sudah berpisah, ketika sang anak masih bayi
( ibu tdk meninggal) apakah jalinan kamma antara ibu dan anak bisa
dikatakan sudah abis ketika itu??

2. ada pria ato wanita seumur hidup tidak menikah ( bukan bhikksu/ni)
apakah tidak adanya jalinan kamma / jodoh, dikarenakan jodohnya tidak
berada di alam yg sama??

3. apakah bobot kamma yg akan di terima akan sama bila yg di lakukan oleh
seseorang yg sudah mengerti dhamma dgn anak kecil yg belum mengerti
apa2, misalnya : saya melukai kucing dan anak ipar saya yg masih umur
10 thn melakukan hal yg sama seperti saya



Thz ya....... ;;)

aku pernah baca kalo hewanpun bisa mencapai tingkat kesucian

kalo gak salah gajah nalagiri yg bernamaskara kepada Sang Budhha
gajah nalagiri mencapai kesucian sotappana


kalo salah mohon koreksi ya ;;) thz
 
1. ada seorang ibu dan anak sudah berpisah, ketika sang anak masih bayi
( ibu tdk meninggal) apakah jalinan kamma antara ibu dan anak bisa
dikatakan sudah abis ketika itu??

2. ada pria ato wanita seumur hidup tidak menikah ( bukan bhikksu/ni)
apakah tidak adanya jalinan kamma / jodoh, dikarenakan jodohnya tidak
berada di alam yg sama??

3. apakah bobot kamma yg akan di terima akan sama bila yg di lakukan oleh
seseorang yg sudah mengerti dhamma dgn anak kecil yg belum mengerti
apa2, misalnya : saya melukai kucing dan anak ipar saya yg masih umur
10 thn melakukan hal yg sama seperti saya

wah kalau pertanyaan ini gw ga bisa jawab...kalau gw jawab paling sebatas MUNGKIN begini,,mungkin begitu..sebaik nya tanya pada ahli meditasi.
atau belajar meditasi sendiri.

atau coba tanya orang lain^^.
 
aku pernah baca kalo hewanpun bisa mencapai tingkat kesucian

kalo gak salah gajah nalagiri yg bernamaskara kepada Sang Budhha
gajah nalagiri mencapai kesucian sotappana


kalo salah mohon koreksi ya ;;) thz

Menaklukkan Gajah Nalagiri
(dengan Cinta Kasih /Metta)

Nãlãgirim gajavaram atimatta bhutam
Dãvaggi cakka masaniva sudãrunantam
Mettambuseka vidhinã jitavã munindo
Tan tejasã bhavatu te jayamangalãni

Nalagiri gajah mulia menjadi sangat gila
Sangat kejam bagaikan hutan terbakar, bagai senjata roda atau halilintar
Raja para Bijaksana menaklukkannya dengan kemampuan pikiran sakti yang mengagumkan
Dengan kekuatan ini semoga engkau mendapat kemenangan sempurna.


Sang Buddha seperti biasa sedang berjalan ke suatu daerah untuk membabarkan Dhamma kepada umatNya. Beliau diiringi oleh murid-muridNya, yang penuh cinta kasih dan pengabdian yang besar kepada Sang Buddha, Sang Guru Agung.

Melihat Sang Buddha yang dicintai oleh murid-muridNya, menyebabkan Devadatta berpikir :
"Adalah suatu kenyataan, bahwa tidak ada satu mahlukpun yang dengan melihat Kesempurnaan Manusia Gotama mampu dan berani untuk menyentuhNya. Tetapi raja gajah Nalagiri adalah binatang yang amat galak dan liar, ia tidak mengetahui kesucian Buddha, Dhamma serta Sangha. Ia akan saya lepaskan untuk menghancurkan Bhikkhu Gotama."

Kemudian Devadatta pergi menemui Raja Ajatasattu dan membicarakan masalah ini. Raja terpengaruh oleh penjelasannya dan memanggil penjaga gajah, lalu memberi perintah :
"Penjaga, besok kamu harus memberi minuman keras kepada Nalagiri. Dan lepaskanlah Nalagiri di jalan raya saat Bhikkhu Gotama sedang berjalan."

Devadatta bertanya kepada penjaga itu berapa banyak air yang biasa diberikan kepada gajah itu, penjaga itu menjawab :
"Delapan guci."

Devadatta lalu berkata :
"Besok, berikan kepada Nalagiri enam belas guci minuman keras dan lepaskan dia ke arah jalan raya yang akan dilalui oleh Bhikkhu Gotama."

"Baiklah," jawab penjaga itu.

Raja lalu menabuh tambur di seluruh kota dan mengumumkan :
"Besok gajah Nalagiri akan menjadi mabuk karena minum minuman keras dan akan dilepas ke dalam kota. Penduduk di kota ini dapat melakukan semua pekerjaannya hanya pada pagi hari, sesudah itu tidak boleh ada satu orangpun yang berada di jalan raya."

Devadatta lalu turun dari istana dan mendatangi kandang gajah Nalagiri, ia mendekati penjaga gajah itu dan berkata :
"Saya katakan kepadamu, kita mampu untuk menghancurkan seseorang dari posisinya yang tinggi ke posisi yang rendah. Dan menaikkan posisi seseorang yang rendah menjadi posisi yang tinggi. Kalau kamu menginginkan kehormatan, besok pagi-pagi sekali, berikan Nalagiri enam belas guci minuman keras dan ketika Bhikkhu Gotama melewati jalan itu, lukailah gajah itu dengan tongkat berduri. Karena gajah yang kesakitan itu akan marah, ia akan menerobos kandangnya dan berlari keluar, arahkanlah ia ke jalan raya di mana Bhikkhu Gotama sedang berjalan. Maka gajah itu akan menghancurkanNya."

Keduanya setuju dengan rencana seperti itu. Berita ini bergema ke seluruh kota. Pengikut Sang Buddha mendengar berita ini amat khawatir, lalu mendatangi Vihara dan meminta Sang Buddha untuk tidak masuk ke kota esok hari, karena ada bahaya besar yang menghadang Beliau. Mereka berjanji akan membawakan semua kebutuhan yang diperlukan oleh Sang Guru beserta murid-muridNya. Tatapi Sang Buddha menyatakan tetap akan menjalankan tugasNya seperti biasa. Para pengikutNya melihat bahwa mereka tidak akan merubah rencana Sang Guru Agung akhirnya mereka meninggalkan Vihara dengan perasaan amat khawatir.

Setelah mereka pergi, Sang Buddha merenungkan semua keluargaNya yang sudah mengerti akan Kebenaran. Beliau juga melihat apabila Nalagiri berhasil ditaklukkanNya, maka delapan puluh ribu mahluk akan mendapatkan pengertian yang jelas tentang Dhamma Yang Mulia.

Keesokan paginya, Beliau memanggil Ananda, dan berkata untuk memberitahukan kepada para bhikkhu di delapan belas vihara yang berada di sekitar Rajagaha untuk menyertaiNya masuk ke kota. Bhikkhu Ananda melaksanakan apa yang diminta oleh Sang Guru, dan semua bhikkhu berkumpul di Vihara Veluvana.

Sang Buddha dengan disertai oleh semua murid-muridNya, berjalan memasuki Rajagaha. Penjaga gajah itu bekerja sesuai dengan instruksi Devadatta dan banyak orang berkerumun di sekitar jalan raya. Para pengikut Sang Buddha berpikir :
"Hari ini mungkin akan terjadi pertempuran antara Sang Guru Agung dan gajah liar itu. Kami akan menyaksikan kekalahan gajah Nalagiri dari Sang Buddha yang tiada bandingannya."

Penduduk lalu menaiki atap-atap rumah, gudang-gudang yang ada di sekitar jalan raya itu.

Tetapi ada pula pertapa lain yang berpikir :
"Nalagiri adalah gajah yang amat galak, binatang liar dan tidak mengetahui kebaikan dan cinta kasih yang besar dari seorang Buddha. Hari ini ia akan menghancurkan tubuh Bhikkhu Gotama dan Beliau akan meninggal. Hari ini kami akan melihat apa yang terjadi denganNya."

Para pertapa lalu berdiri di atas sebuah gudang dan di tempat-tempat yang tinggi. Gajah Nalagiri melihat Yang Maha Sempurna berjalan menghampirinya, penduduk yang ada di sana amat ngeri melihat gajah tersebut. Gajah yang amat kesakitan itu berlari dengan liarnya, ia menghancurkan pagar rumah-rumah dan mengangkat belalainya tinggi-tinggi, serta menginjak-injak kereta menjadi hancur berantakan. Dengan kuping dan ekornya yang terangkat, ia berlari dengan kencangnya seperti gunung yang tinggi menghampiri Yang Maha Sempurna.

Para bhikkhu yang melihat gajah Nalagiri berlari mendatangi Sang Buddha, memberitahu Sang Guru Agung :
"Yang Mulia, gajah Nalagiri berlari di sepanjang jalan ini, ia adalah binatang yang amat galak dan liar, ia pembunuh manusia. Kami mohon Yang Mulia balik kembali."

"O....Para Bhikkhu datanglah ke sini, jangan takut; tidak ada satu mahlukpun yang dapat menghancurkan Sang Tathagata dengan suatu serangan. Tathagata mencapai Parinibbana bukan karena suatu serangan."

Para bhikkhu, tetap memperingatkan Sang Guru sampai tiga kali. Yang Mulia Sariputta lalu meminta Sang Buddha dengan berkata :
"Yang Mulia, apabila ada satu persembahan yang harus diberikan kepada seorang ayah, maka beban itu terletak pada anak sulungnya. Saya akan mengalahkan binatang ini."

Sang Buddha lalu berkata :
"Sariputta, kekuatan seorang Buddha adalah satu hal dan pengikutnya adalah hal yang lain."

Beliau menolak tawaran itu, dan berkata :
"Sariputta, tetaplah tinggal di sini."

Para bhikkhu lainnya juga meminta ijin untuk mengalahkan gajah liar itu, tetapi Sang Guru menolak permintaan mereka. Kemudian Yang Mulia Ananda, pembantu Sang Buddha yang mempunyai pengaruh besar terhadap Sang Buddha, tidak mampu bersikap diam dalam menghadapi masalah ini, ia lalu berteriak :
"Biarkan gajah itu membunuh saya terlebih dahulu."

Yang Mulia Ananda berdiri di depan Sang Buddha, siap untuk mengorbankan hidupnya untuk Sang Tathagata. Tetapi Sang Buddha berkata kepadanya :
"Bergeserlah Ananda, jangan berdiri di hadapanKu."

Yang Mulia Ananda berkata :
"Yang Mulia, gajah ini amat galak dan liar, ia dapat membunuh orang, seperti nyala api pada permulaan suatu lingkaran. Biarkanlah ia membunuh saya terlebih dahulu dan sesudah itu ia baru dapat menghampiri Yang Mulia."

Yang Mulia Ananda memohon tiga kali, dan Beliau tetap berdiri di depan Sang Tathagata, Beliau tidak mau mundur. Kemudian Sang Buddha dengan kekuatan kesaktianNya membuat Yang Mulia Ananda berada di belakang Beliau dan menempatkanNya di tengah-tengah para bhikkhu yang tengah berkerumun.

Pada waktu itu ada seorang ibu, terlihat oleh pandangan gajah Nalagiri, ibu itu amat ketakutan, ia ingin berlari karena ketakutan, tetapi anaknya terjatuh ketika ia ingin menggendong anak itu di pinggangnya. Posisinya berada di antara Sang Tathagata dan gajah Nalagiri, ibu itu berusaha berlari. Gajah itu mengejar ibu tersebut, ibu tersebut terpaku berdiri di tempatnya dengan amat ketakutan bersama anaknya yang menjerit sekeras-kerasnya.

Hati Sang Buddha bergetar, dengan penuh cinta kasih yang terpancar dengan kuatnya (odissakametta) dan dengan suaraNya yang penuh kelembutan seperti suara Dewa Brahma, memanggil Nalagiri :
"Ho..! Nalagiri...! Siapa yang mebuatmu menjadi gila dengan enam belas guci minuman keras, kamu tidak diperintahkan untuk menyerang orang lain, tetapi diarahkan untuk menyerangKu. Jangan keluarkan kekuatanmu dengan merusak tanpa tujuan, datanglah kepadaku."

Mendengar suara Sang Buddha, Nalagiri membuka matanya dan melihat tubuh Sang Buddha yang bersinar terang. Ia menjadi gelisah dan dengan kekuatan cinta kasih Sang Buddha yang amat besar, maka pengaruh minuman keras yang amat kuat itu hilang. Dengan menurunkan belalainya dan mengoyang-goyangkan kupingnya ia mendatangi dan berlutut di kaki Sang Tathagata. Kemudian Sang Tathagata berkata :
"Nalagiri, kamu adalah gajah jahat, Aku adalah Gajah Buddha, tidak jahat dan liar, tidak membunuh manusia, tetap mengembangkan cinta kasih."

Sambil berkata demikian Sang Tathagata lalu mengulurkan tangan kananNya dan mengelus-elus kepala gajah itu dan mengajarkan Dhamma kepadanya dengan bersabda :
"Jangan menyerang Sang Buddha, O, gajah..! Dengan pikiran akan melukaiNya, akan membuatmu menderita. Pembunuh seorang Buddha tidak akan memperoleh alam kehidupan yang baik setelah kematiannya."

"Bebaskanlah dirimu dari mabuk-mabukkan dan melakukan perbuatan bodoh. Karena orang yang bodoh tidak akan dapat pergi ke alam yang baik. Kamu harus melakukan perbuatan baik sehingga kamu dapat menuju ke alam bahagia."

Seluruh badan gajah itu bergetar karena diliputi oleh kebahagiaan yang amat besar, dan ia sekarang bukan hanya binatang berkaki empat biasa lagi, tetapi ia telah mencapai Tingkat Kesucian Pertama (Sotapanna).

Penduduk yang melihat keajaiban ini berseru dengan gembira dan bertepuk tangan dengan riang. Dengan penuh kebahagiaan, mereka menutupi badan gajah itu dengan hiasan-hiasan. Kemudian Nalagiri terkenal dengan nama Dhanapalaka (pemilik kekayaan) dan ia menjadi amat jinak dan tidak menyakiti siapapun.

Setelah Sang Buddha memperlihatkan keajaiban ini, Beliau berpikir adalah tidak patut untuk mencari dana di tempat yang sama. Sesudah mengalahkan para pertapa tersebut, dengan diiringi oleh murid-muridNya, Beliau melangkah menuju ke kota seperti orang yang telah memenangkan suatu pertempuran dan pulang kembali ke Vihara Jetavana. Para penduduk menuju Vihara Jetavana, berdana makanan berupa nasi, minuman dan makanan enak lainnya kepada Sang Guru Agung beserta murid-muridNya. Penduduk kota itu telah menanam kebajikan yang besar sekali.
 
Wow..keren2..:D
thx buat penjelasannya.. :)
 
1. ada seorang ibu dan anak sudah berpisah, ketika sang anak masih bayi ( ibu tdk meninggal) apakah jalinan kamma antara ibu dan anak bisa
dikatakan sudah abis ketika itu??

Biasa dikatakan begitu.

2. ada pria ato wanita seumur hidup tidak menikah ( bukan bhikksu/ni)
apakah tidak adanya jalinan kamma / jodoh, dikarenakan jodohnya tidak
berada di alam yg sama??

karena Vipaka kamma pada kehidupan lampaunya belum habis/selesai. Biasanya di KongHuCu & Taoisme melakukan kias atau ci sua (sorri kalau salah tulis).
kalau dari segi Buddhis disarankan melakukan banyak kebajikan supaya kamma baik cepat berbuah.

Tidak di langit, di tengah lautan, di celah-celah gunung atau di manapun juga,
dapat ditemukan suatu tempat bagi seseorang untuk dapat menyembunyikan diri dari akibat perbuatan jahatnya.

Pembuat kejahatan hanya melihat hal yang baik, selama buah perbuatan jahatnya belum masak, tetapi bilamana hasil perbuatannya itu telah masak, ia akan melihat akibat-akibatnya yang buruk.

Pembuat kebajikan hanya melihat hal yang buruk, selama buah perbuatan bajiknya belum masak, tetapi bilamana hasil perbuatannya itu telah masak, ia akan melihat akibat-akibatnya yang baik.


3. apakah bobot kamma yg akan di terima akan sama bila yg di lakukan oleh seseorang yg sudah mengerti dhamma dgn anak kecil yg belum mengerti apa2, misalnya : saya melukai kucing dan anak ipar saya yg masih umur 10 thn melakukan hal yg sama seperti saya
Thz ya....... ;;)

Tentu saja tidak sama,karena anda melakukan dengan niat atau sengaja sedangkan adik iparmu tidak mengerti atau tidak sengaja(bisa lihat Cerita seorang Bhikkhu Buta menginjak semut/serangga) oleh karena itu bersifat netral.
 
aku mao tanya2 lagi.......... ;;)


Apakah setiap manusia telah yg mencapai tingkat kesucian tertentu selalu ditanda dgn relik , ketika wafat dan di kremasi ?


pernah baca di berita, entah tahun brapa, katanya Relic Sang Buddha dan murid2nya pernah singgah di indonesia ( lupa divihara mana )
aku pengen bgt berNAMASKARA direlic Sang Buddha dan murid2nya, dgn
keyakinan , bila kelak tunimbal lahir kembali bisa berjodoh dgn Triratna.

untuk sekarang adakah Relic diindonesia??, mungkin pemberian dr negara2 buddhis.

mohon di koreksi ya , kalo ada pandangan yg salah ;;)



Thz :>

Pernah denger ini gak ato ngalami sendiri
kadang2 aku kalo kevihara/klenteng , utk sembayang .... kok tiba2 kalo liat
patung , berasa agak ngeri/takut ?? ,ada perasaan gak brani mandang gituu :(
napa ya?? aku inget2 kalo kevihara/klenteng itu yg banyak dewa2, mungkin karena suasana agak gelap, terlalu byk hio dll.
pernah ke vihara di sunter, cuma ada Buddha rupang, suasana tenang, bersih, gak ada perasaan ngeri /takut, yg ada malah pikiran jd nyaman,teduh.

pernah tanya jg yg ngerti Buddhis, katanya kl ada perasan ngeri/takut , dikarenakan adanya kilesa /kekotoran bathin
benarkah itu??

kilesa/kekotoran bathin bisa di sebut kilesa yg keliatan dan tidak keliatan (Asava??)

tolong dijelaskan tentang kilesa / asava (tulisanya bener gak)
contoh2 kilesa/asava yg ada di pikiran kita


Thz ya.......

aku nulis ini hanya mao membagi pengalaman saja :)


aku hobby baca2, baik itu pengetahuan umum, majalah, agama dll
sekedar pengetahuan /perbandingan, aku jg baca2 agama lain


aku tertarik/minat kembali agama Buddha, karena nonton DaAi tv dan baca2
tread buddhis. ( mungkin aku masih berjodoh dgn agama Buddha ya ) :)

ada di forum sebelah dithread buddhis, bertanya seperti ini : apa yg paling di takutin oleh umat Buddhis dalam hidup ini??

seorang Buddhis menjawab : yg saya takutin dlm hidup ini adalah Tidak adanya kesempatan berbuat kebajikan.


lama aku termenung, kalimat ini seperti menbangunkan aku dr tidur, mengapa?? aku merasa dgn rutinnitas sehari-hari , aku tak berbuat apa2 :(


ada lagi yg punya motto sepeti ini : janganlah karena marah dan benci, anda mengharapakan orang lain celaka.

motto ini kena ke aku , soalnya kalo lagi berkendaran , suka maki2 orang ,(cuma dlm hati ) kdg2 sumpah serapahnya keluar degh ...... hikz :(
bikin kamma buruk aja :(

percaya gak dr 2 kata2 mutiara ini aku minat/tertarik agama Buddha

aku memang basic agama Buddha, tapi sudah vakum lama ( ada 8 thn)
malah pernah ke agama lain.


takut gak ada kesempatan berbuat kebajikan, sekarang aku mulai perhatiin / bakti sama Ortu, misalnya lagi mkn luar , kl makanannya enak aku bellin buat yg di rumah.
aku ingin jd anggota Tzu Chi, udah tanya sodara yg masuk Tzu chi, kl ada BAKSO = bakti sosial , aku pengen ikut, sekedar bantu2

waktu berkendaran, aku gak lagi maki2, sumpah serapah, ..... metta aja degh
pikiran/ hati jg lbh tenang , nyaman ,teduh.

nah utk menjaga pikiran yg bae sampe seterusnya , susah ya
apakah harus baca paritta / ke vihara??

Waisak tahun ini mao ke vihara, udah lama bgt gak waisakan :(
cuma ke vihara sendiri , agak risih , gak biasa, gak punya tmn.


kok jd curhat......... maaf


Thz ya .....:) " Semoga semua mahkluk berbahagia "
 
wah virya bagus juga pandangan anda.hehehe..memang jika hidup kita hanya
bangun >>> sarapan >>>kerja >>>makan siang >>>pulang kerja >>>makan malam >>lalu tidur. besok nya begitu lagi..

apa yang ada di hidup kita ini...bukan kah mirip binatang?
yang kerja nya...
bangun >>> minta makan >>>jalan-jalan >>terus tidur>>>minta makan >>jalan-jalan lagi..
dan seterusnya.......

justru harus ada warna baru..dimana mengerti akan siklus lingkaran hidup...ada waktu untuk BERBAGI KEBAHAGIAAN...ada waktu UNTUK MENENANGKAN DIRI...

kalau masalah dewa-dewa di klenteng..jujur saja menurut gw...
saya juga tidak yakin 100% bahwa adalah DEWA yang ada di sana.
mungkin juga mahkluk halus lain nya.....yang bersifat netral atau baik(ingin membantu orang)...jadi yah melatih diri lah...hahaha.

Apakah setiap manusia telah yg mencapai tingkat kesucian tertentu selalu ditanda dgn relik , ketika wafat dan di kremasi ?
se-tahu saya ia...dimana relik itu adalah sisa-sisa tulang,kuku,rambur,gigi,atau darah yang mengkristal...
menurut salah satu penjelasan(yang punya relik)...mereka bilang sisa tubuh tersebut menyerap energi POSITIF yang banyak sehingga membentuk relik.>>> gw pernah liat relik sang buddha di gedung surabaya indah,dan ada di pameran relik lainnya.

melakukan namaskara pada relic hanya bersifat penghormatan.
dan relic biasanya di gunakan sebagai LAMBANG / SIMBOL betapa keras nya latihan yang di jalani oleh seseorang agar mencapai nibbana. be positif thought.^^

yang saya suka dari aliran theravada adalah dimana lebih MEMENTINGKAN MELATIH PIKIRAN,yang menyebabkan akar dari segala nya..hahaha.
 
@ bro virya...
seorang Guru besar pernah bilang bahwa patung,gambar ato apapun kalo disembahyangi, disembah, didoain,dll lama2 dari tidak ada apa2 bisa jadi 'ada apa2'. tapi kita nga tau itu dewa ato mahkluk halus lain... makanya orang yg mau bikin altar di rumah biasanya minta bantuan Bikkhu memberkati dulu.

ttg relik, dari tradisi yg saya tahu, iya, relik tanda telah mencapai kesucian, tapi kita ga bisa tau itu sotapanna, atau arahat kalo cuma dari relik.
Buddha pernah berkata Dharma sejati yg beliau ajarkan adalah relik Buddha yg sebenarnya... memuja relik fisik akan memberi kebajikan, tapi memahami Dharma akan membawa pembebasan, Nirvana...

Saya juga pernah 'melihat2' agama lain, bahkan dulu sebelum ditrisarana pernah hampir msk agama k, wong di sejak SD dicekokin agama k. nilai agama k saya malah lebih bgs dari yg asli agama itu.hehehe... rajin baca kitabnya juga. Untung aja punya jodoh dgn Buddha, awalnya penasaran aja ttg Buddha, setelah dipelajari ternyata wah ini kebenaran yang selama ini saya cari. pertanyaan2 yg tak terjawab agama2 lain ketemu. sampe2 saya heran juga ajaran sedahsyat ini kurang populer di indo. padahal di barat org2 terpelajar pd msk Buddha, di asia kebalik, org Buddha tradisi yg nga ngerti agamanya sndri msk agama 'top' katanya. hahaha,,, aneh tapi nyata...
mari kita berdoa semoga muncul Bodhisattva agung yg akan membangkitkan kembali Buddhadharma mencapai masa kejayaan yg gilang gemilang. kan Dharma msh akan bertahan bbrp ribu thn lg. ;)

@ bro marce, semoga makin banyak umat Buddha seperti Anda bro!
 
oh jangan mau jadi seperti saya...jadi seperti buddha gotama saja.
 
sory post 2x

mengenai BANCI


Wadam dalam bahasa pali dsebut PANDAKA.
wadam adalah laki-laki yang bertingkah laku dan berpakaian seperti wanita.

bila di tinjau dari patisandhi(tumimbal-lahir)
wadam dlahirkan dengan kesadaran yang bernama Upekkhasanatirana kusalavipaka-citta.

hal ini dapat terjadi sebagai hasil dari perbuatan jahatnya pada masa lampau.

tidak sedikit wadam yang merasa tertekan batinnya,karena mereka tidak merasa bebas bergerak
dengan adanya kelainan pada dirinya.
Dan bila menghadapi masyarakat,mereka sering memperoleh ejekan yang menyakitkan hati.

karena tidak sedikit wadam yang merasa tertekan batin
maka adanya PROSES pergantian kelamin dalam kedokteran,hal ini tidak melanggar vinaya(sila)
karena proses tersebut demi terbebas nya dari perasaan tertekan dan tidak MERUGIKAN MAKHLUK LAIN


---------------------------------------------------------------------------------------------

mengenai MENOLAK KEMALANGAN

kemalangan(kesialan) tiba sebagai hasil dari perbuatan jahat kita yang pernah dilakukan dalam kehidupan sekarang
mauun lampau.

kemalangan itu dapat kita atasi dengan banyak perbuatan baik di sertai PENGERTIAN YANG BAIK TENTANG
HUKUM KARMA

kemalangan itu tidak dapat di atasi dengan sembhayan ataupun upacara po"un (buang sial) yang
dilakukan oleh anggota SANGHA.

SANG BUDDHA bersabda " Aku adalah penunjuk jalan dan kamulah yang harus menempuh jalan itu"
dari sini haruslah kita sadari
bahwa BUDDHA GOTAMA sendiri tidak dapat mengubah karma seseorang,apalagi para bikhu yang belom
mencapai tingkat kesucian.

TOLAK lah kemalangan itu dengan perbuatan baik
karena kemalangan(sial) itu bagaikan sesendok minyak kelapa yang berada dalam segelas AIR.
bila kita selalu menambah air(kebaikan) dalam gelas tsb.

minyak kelapa(kemalangan) tersebut akan menipis dan lama kelamaan minyak tersebut lenyap

yah mirip iklan nya AQUA.hehehe.

seperti juga ARAHAT ANGULIMALA THERA.
dalam kehidupan nya banyak membunuh orang,tetapi dalam kehidupannya itu beliau dapat menjadi arahat.
mengapa perbuatan membunuh nya tidak menimbulkan akibat dan menjadi AHOSi-KAMMA?

hal ini karena Angulimala THERA berbuat kebaikan dalam kehidupan lampau dan sekarang ini.
sehingga kejahatan beliau lakukan sekarang ini dapat di atasi dengan perbuatan baiknya
di kehidupan lampau dan SEKARANG itu.
sehingga kejahatan beliau tidak ada kesempatan untuk menimbulkan AKIBAT dan menjadi AHOSI-KAMMA.
 
sory post 2x

mengenai BANCI
Wadam dalam bahasa pali dsebut PANDAKA.
wadam adalah laki-laki yang bertingkah laku dan berpakaian seperti wanita.

bila di tinjau dari patisandhi(tumimbal-lahir)
wadam dlahirkan dengan kesadaran yang bernama Upekkhasanatirana kusalavipaka-citta.

hal ini dapat terjadi sebagai hasil dari perbuatan jahatnya pada masa lampau.

tidak sedikit wadam yang merasa tertekan batinnya,karena mereka tidak merasa bebas bergerak
dengan adanya kelainan pada dirinya.
Dan bila menghadapi masyarakat,mereka sering memperoleh ejekan yang menyakitkan hati.

karena tidak sedikit wadam yang merasa tertekan batin
maka adanya PROSES pergantian kelamin dalam kedokteran,hal ini tidak melanggar vinaya(sila)
karena proses tersebut demi terbebas nya dari perasaan tertekan dan tidak MERUGIKAN MAKHLUK LAIN

Apakah banci/wadam/pandakka sama dengan kaum gay/homo?
Karena kalau dilihat, George Michael, Elton John, mereka tuh homo, tapi kok jauh dari kesan banci?
 
mau tanya dunk

gimana karamanya seorang prajurit di medan perang??

bisa disebut baik kah??
atau buruk??
karena kita tau bahwa seorang prajurit di medan perang baik secara sengaja atau tidak sengaja membunuh musuh

bagai mana karma prajurit musuhnya??

mohon pencerahaanya
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.