Orang-orang sering menanyakan pertanyaan ini, kemanakah Sang Buddha pergi atau dimanakah Ia sekarang tinggal? Ini adalah pertanyaan yang sangat sulit dijawab bagi mereka yang belum mengembangkan jalan hidup spiritual. Ini disebabkan setiap orang memikirkan mengenai hidup dengan cara pandang duniawi. Suatu hal yang sulit bagi orang-orang untuk memahami konsep tentang Buddha. Beberapa misionaris agama tertentu mendatangi umat Buddha dan berkata bahwa Sang Buddha bukanlah dewa (tuhan), Ia adalah manusia. Ia telah mati dan menghilang. Bagaimana seseorang mendapatkan manfaat dari menyembah orang yang sudah mati?
Menurut ilmu pengetahuan, memerlukan jutaan tahun bagi kita untuk mengembangkan pikiran dan pemahaman kita. Ketika pikiran manusia belum sepenuhnya berkembang, mereka menyadari akan adanya kekuatan-kekuatan yang membuat alam bekerja. Karena mereka tidak dapat memahami bagaimana persisnya alam itu bekerja, mereka mulai berpikir pastilah ada “seseorang” yang paling berkuasa untuk menciptakan dan merencanakan semua peristiwa di alam semesta ini.
Seringkali kekuatan ini dirubah menjadi tuhan yang tunggal. Sekarang sebagian orang bergantung pada tuhan untuk segalanya. Demikianlah mengapa mereka mencoba memperkenalkan ide mengenai roh yang kekal yang pergi dari sini dan tinggal di surga yang abadi. Hal itu memuaskan kehausan akan kehidupan kekal. Sang Buddha mengatakan bahwa segala sesuatu yang muncul dalam suatu keberadaan adalah subjek dari perubahan, kehancuran dan kelapukan.
Ketika kita menganalisa kehidupan Sang Buddha, kita melihat Ia tidak pernah memperkenalkan diriNya sebagai anak tuhan atau pembawa pesan (nabi) tetapi sebagai Guru agama yang tercerahkan. Pada saat yang sama Sang Buddha juga tidak memperkenalkan diriNya sebagai inkarnasi dari Buddha lain. Sang Buddha tidak diciptakan oleh Buddha yang lain, jadi Buddha bukanlah reinkarnasi dari Buddha yang lain. Beliau adalah seorang individu yang dengan bekerja dalam periode waktu yang lama, mengembangkan kehidupan setelah kehidupan dan menanam semua kualitas, kebajikan, kebijaksanaan agung yang kita sebut sebagai paramita atau kesempurnaan. Ketika Beliau menyempurnakan semua kualitas yang baik Ia mencapai Pencerahan dimana merupakan pemahaman yang sempurna akan bagaimana alam semesta bekerja. Ia menemukan bahwa tidak ada Tuhan (sbg Personal) yang menciptakan alam semesta.
Orang-orang bertanya bagaimana Sang Buddha dapat mencapai Pencerahan tanpa dukungan dari tuhan manapun. Umat Buddha mempertahankan bahwa setiap individu dapat mengembangkan pikiran untuk memahami segalanya. Arti kata ”manussa”, dalam berbagai bahasa berarti makhluk manusia. Tetapi arti dari kata ”mana” adalah pikiran. Oleh karena itu ”manussa” adalah manusia yang dapat membangun dan mengembangkan pikiran menuju ke kesempurnaan. Selain manusia tidak ada makhluk-makhluk hidup lain di alam semesta ini yang dapat mengembangkan pikirannya sampai sedemikian luas, untuk mencapai Pencerahan. Bahkan tidak ada makhluk-makhluk adikuasa yang bisa menjadi Buddha karena mereka tidak bisa mengembangkan pikirannya sedemikian luas. Mereka memiliki sensualitas duniawi, kedamaian, kehidupan yang sejahtera, tetapi kekuatan pikiran mereka sangat lemah. Hanya manussa atau manusia yang bisa menjadi Buddha atau Ia Yang Tercerahkan. Ketika orang-orang mengatakan bahwa Buddha bukanlah tuhan, kita tidak seharusnya mencoba membuktikan bahwa Ia adalah tuhan. Jika kita mencoba membuktikan hal ini maka sebenarnya kita merendahkan konsep Pencerahan. Beberapa orang mengklaim bahwa Tuhan mereka telah memberikan pesan kepada umat manusia. Jika pesan itu adalah untuk semua umat manusia di dunia ini, mengapa tuhan tidak menyatakan pesannya kepada orang banyak, tetapi justru menyatakannya kepada satu orang. Sang Buddha tidak mendorong siapapun untuk percaya apapun atau mengklaim bahwa Beliau di perintahkan oleh kekuatan tertinggi untuk melakukan sesuatu.
Sang Buddha telah menasihati kita apa yang sebaiknya kita lakukan. Daripada mempercayai, seseorang seharusnya berlatih :
1. pariyatti (memahami Dhamma secara teoritis melalui membaca, belajar, mendengar),
2. patipatti (mempraktekkan Dhamma) dan
3. pativedha (pencapaian, realisasi Dhamma).
Ada tiga cara untuk berlatih. Pertama kita harus mencoba untuk memahami karena kita tidak seharusnya mempercayai secara membuta apapun yang tidak dapat kita pahami. Sang Buddha mengatakan bahwa pertama anda harus mencoba untuk memahami.
Dalam ajaranNya mengenai Jalan Utama Berunsur Delapan, hal yang pertama adalah sammaditthi, pengertian (pemahaman) benar. Sang Buddha memulai misiNya dengan meminta kepada pengikutnya untuk mengembangkan pengertian atau pemahaman benar bukannya iman atau kepercayaan yang membuta. Setelah belajar kita mendapatkan pengetahuan yang luar biasa mengenai Sang Buddha dan ajaran-ajaranNya. Anda harus melatih apa yang telah anda pelajari. Jika anda belum memahaminya anda akan mencoba menciptakan ide-ide berdasarkan imajinasi anda sendiri. Nasihat Beliau adalah melatih apa yang telah anda pelajari dengan pemahaman. Setelah berlatih anda akan mengalami hasil atau efeknya. Inilah tiga metode yang Sang Buddha ajarkan, yaitu belajar, memahami, dan berlatih. Inilah jalan untuk hidup di dunia ini untuk terlepas dari penderitaan. Sekarang anda dapat memahami bahwa jalan Sang Buddha dalam memperkenalkan agama dengan tidak meminta kita untuk percaya apapun tetapi untuk belajar, berlatih, dan mengalami hasilnya.
Sang Buddha menasihati kita untuk berpikir dan memahami. Kita memiliki pikiran yang beralasan. Kita memiliki akal sehat tidak seperti makhluk hidup lainnya yang juga memiliki pikiran tetapi tidak dapat berpikir secara rasional. Pikiran mereka terbatas untuk mencari makanan, tempat bernaung, perlindungan dan kenikmatan sensual. Mereka tidak meningkatkan pikiran mereka lebih luas. Tetapi manusia memiliki pikiran untuk berpikir dan memahami sampai tahap maksimal. Inilah kenapa para ilmuwan telah menyelidiki dan menemukan berbagai hal yang belum pernah kita dengar sebelumnya. Tidak ada makhluk hidup lain di dunia ini yang dapat mengembangkan pikirannya sampai seluas itu. Karena itulah hanya manusia saja yang dapat menjadi Buddha. Hanya dengan mengembangkan pikiran mereka, manusia dapat mencapai Pencerahan.
Jadi, “Dimanakah Sang Buddha?” adalah topik kita. Dapatkah kita katakan bahwa Ia berada di surga atau Ia tinggal di dalam Nirvana atau Ia tinggal di suatu tempat lainnya? Kemanakah Ia pergi? Kita harus mengingat bahwa apapun yang kita tanyakan adalah bentuk dari sudut pandang keduniawian. Setelah mencapai Pencerahan Sang Buddha berkata (2), "ayam antimaa jati, natthi daani punabbavo", inilah kelahiranKu yang terakhir, tidak ada lagi tumimbal lahir. Aku telah menghentikan tumimbal lahir yang tidak ada habisnya di dunia ini, kehidupan ke kehidupan, dan mengalami penderitaan yang tidak ada akhirnya. Kenikmatan atau hiburan yang orang-orang alami merupakan kepuasan emosi sementara yang akan menghilang dalam waktu yang singkat. Hal ini menciptakan ketidakpuasan. Dalam sepanjang hidup, secara batin dan fisik kita mengalami penderitaan, kekhawatiran, permasalahan, kesakitan, kesukaran, bencana, dan ketidakpuasan yang sangat besar. Tak seorang pun di dunia ini yang mengatakan bahwa ia puas dengan kehidupan ini. Semua orang mengeluh dan menggerutu tentang masalah fisik ataupun batin. Dengan memahami situasi ini Sang Buddha telah menghentikan tumimbal lahir (rebirth). Hal tersebut disebut sebagai keselamatan. Keselamatan berarti bebas dari penderitaan fisik maupun batin. Dengan berada dalam wujud fisik maupun wujud apapun kita tidak dapat mengatasi penderitaan fisik dan batin kita. Oleh karena itu jika kita tidak menyukai penderitaan, hal yang terbaik adalah menghentikan kelahiran. Kita haus akan perwujudan/keberadaan. Kehausan dan kemelekatan ini sangat kuat dalam pikiran kita.
Tetapi kita ingin berada dalam semua kejengkelan atas penderitaan dan masalah, kesedihan, kesakitan dan bermacam masalah lainnya karena kehausan dan kebodohan kita. Sekarang lihatlah apa yang terjadi di dunia ini. Seluruh dunia adalah medan pertempuran, orang-orang di seluruh dunia menciptakan kekerasan dan pertumpahan darah dan perang dan kehancuran. Hewan-hewan tidak hidup dengan menciptakan banyak masalah yang tidak perlu untuk menderita. Ketika mereka lapar mereka pergi keluar dan menangkap makhluk hidup lain, menghilangkan rasa lapar mereka dan pergi tidur. Tetapi manusia tidak dapat merasa puas tanpa haus terhadap begitu banyak hal lainnya. Kehausan, kemelekatan sangat kuat dalam pikiran manusia kita. Oleh karena kecemburuan, permusuhan, kemarahan, kehendak buruk itu, kekejaman dan kejahatan muncul.
Manusia memiliki agama. Agama bukan sekedar menyembah dan berdoa tetapi melakukan suatu pelayanan kepada makhluk hidup lain dengan menjauhkan diri dari pikiran buruk sehingga kita dapat melayani makhluk lain. Aspek pemujaan dalam agama adalah penting tetapi dengan hal itu saja tidak akan bisa mengembangkan pikiran untuk mencapai pemahaman yang semestinya atau kebijaksanaan. Sebelum kemangkatan Sang Buddha banyak orang menyerahkan bunga-bunga dan menghormati Beliau. Sang Buddha meminta mereka untuk pulang ke rumah. Beliau mengatakan bahwa jika mereka benar-benar ingin menghormatiNya, selain dengan bunga-bunga dan penyembahan, mereka harus melatih setidaknya satu dari nasihat-nasihat yang pernah Beliau berikan. Dengan demikian mereka benar-benar menghormati Sang Buddha.
Dengan cara yang sama janganlah bertanya dimanakah Sang Buddha, atau kemanakah Ia telah pergi. Jika Dharma, apa yang Ia ajarkan adalah benar, tersedia, dan efektif mengapa perlu untuk mengetahui dimana Sang Buddha. Sang Buddha tidak pernah mengatakan bahwa Ia dapat memasukan kita ke dalam surga atau neraka. Sang Buddha dapat memberitahu anda apa yang tidak dilakukan dan apa yang dilakukan untuk mencapai keselamatan kita, itulah satu-satunya yang dapat Sang Buddha lakukan. Ia tidak dapat melakukan apapun untuk anda. Tugas anda adalah berlatih apa yang telah Sang Buddha ajarkan kepada kita. Orang lain mengatakan bahwa tuhan mereka bisa menghapus kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan oleh manusia. Sang Buddha tidak pernah mengatakan bahwa kesalahan yang diciptakan oleh seseorang dapat dihapus oleh orang lain. Buddha, dewa/tuhan juga tidak dapat melakukannya. Ketika seseorang hendak meninggal dan berkata ia percaya akan tuhan setelah semua kesalahan yang dilakukannya dapatkah tuhan menghapus kesalahan-kesalahannya? Sebagai perumpamaan mungkin anda adalah seorang yang bertemperamen sangat tinggi dan anda tahu hal ini adalah salah tetapi anda tidak tahu bagaimana menyingkirkannya. Lalu anda pergi berdoa kepada tuhan dan memohon kepadanya untuk menghilangkan keburukan dalam pikiran anda, apakah anda pikir tuhan manapun dapat melakukannya? Anda boleh pergi menyembah Sang Buddha dan meminta kepada Sang Buddha untuk menyingkirkan keburukan anda. Tapi Sang Buddha juga tidak dapat menyingkirkannya dari pikiran anda. Sang Buddha hanya dapat memberitahukan anda bagaimana memindahkan kemarahan anda dengan usaha anda sendiri. Tak seorang pun dapat menolong anda, melainkan diri anda sendiri melalui pemahaman anda.
Jadi Sang Buddha ataupun tuhan tidak dapat menghapus kesalahan yang dibuat oleh kita, tetapi kita sendiri yang dapat melakukannya. Ada nasihat yang baik yang diberikan oleh Sang Buddha. Jika siapapun yang telah melakukan sebuah perbuatan buruk atau karma buruk, mereka tidak dapat menghapus dampaknya dengan berdoa kepada tuhan atau Buddha. Namun ketika mereka mengetahui bahwa mereka telah melakukan perbuatan buruk, maka mereka harus menghentikan melakukan perbuatan buruk lagi. Anda karus menimbulkan tekad yang kuat dalam pikiran untuk menciptakan lebih dan lebih banyak lagi karma baik atau perbuatan bajik. Ketika anda mengembangkan perbuatan bajik anda, dampak dari karma buruk yang anda perbuat sebelumnya akan dapat teratasi oleh karma baik.
Jika saya mengatakan Sang Buddha tinggal di salah satu bagian dari alam semesta dalam wujud fisik hal ini bertolak belakang dengan ajaran Sang Buddha. Di lain hal jika saya mengatakan bahwa Sang Buddha tidak tinggal di salah satu bagian alam semesta dalam wujud fisik banyak orang sangat tidak senang karena mereka haus akan perwujudan/keberadaan dimana tidak dapat dipuaskan. Selain itu mereka mengatakan hal ini merupakan ketidakadaan. Hal ini bukanlah ketidakadaan; ini adalah akhir dari penderitaan fisik dan batin dan pengalaman nirvana atau pembebasan. Di lain pihak ada beberapa orang yang sangat membutuhkan wujud fisik dari rupang Sang Buddha untuk menenangkan pikiran mereka, mengurangi ketegangan, ketakutan dan kekhawatiran. Meskipun demikian tidaklah benar bagi kita untuk mengatakan bahwa Sang Buddha hidup atau tidak. Lebih dari cukup bagi kita jika doktrin atau ajaran Sang Buddha bermanfaat bagi kita untuk mengalami kedamaian, kepuasan dalam kehidupan. Sebagai contoh seorang dokter yang menemukan obat yang sangat efektif. Jika obat itu bermanfaat, dapat menyembuhkan penyakit, tidaklah perlu bagi kita untuk mengetahui dimana dokter ini dan apakah ia masih hidup atau tidak? Hal yang penting adalah menyembuhkan penyakit kita dengan meminum obat tersebut. Demikian pula halnya ajaran Sang Buddha lebih dari cukup bagi kita untuk menyingkirkan segala penderitaan kita. Sang Buddha telah memberikan kita hak untuk berpikir bebas dalam memahami apakah suatu hal adalah salah dengan menggunakan akal sehat kita atau alasan bagi kita untuk memahami hakikat sesungguhnya dari segala sesuatu yang ada.
Banyak orang bertanya kemana Sang Buddha pergi? Jika seseorang mengatakan bahwa Sang Buddha pergi ke nirvana maka mereka berpikir bahwa nirvana itu adalah suatu tempat. Nirvana bukanlah suatu tempat, nirvana merupakan kondisi batin bagi kita yang mencapai pengalaman akan pembebasan akhir. Kita tidak bisa mengatakan bahwa Sang Buddha telah pergi ke suatu tempat atau Sang Buddha tetap ada tetapi ia mengalami kondisi nirvana atau tujuan akhir dalam hidup. Jadi jawaban terbaik untuk pertanyaan ”Dimanakah Sang Buddha?” adalah Sang Buddha berada dalam pikiran anda yang telah merealisasikan Kebenaran Tertinggi.
(Kutipan Ini adalah artikel terakhir yang disampaikan Venerable Dr. K. Sri Dhammananda )
Semoga Semua Mahluk Berbahagia… Sadhu, Sadhu, Sadhu.
Menurut ilmu pengetahuan, memerlukan jutaan tahun bagi kita untuk mengembangkan pikiran dan pemahaman kita. Ketika pikiran manusia belum sepenuhnya berkembang, mereka menyadari akan adanya kekuatan-kekuatan yang membuat alam bekerja. Karena mereka tidak dapat memahami bagaimana persisnya alam itu bekerja, mereka mulai berpikir pastilah ada “seseorang” yang paling berkuasa untuk menciptakan dan merencanakan semua peristiwa di alam semesta ini.
Seringkali kekuatan ini dirubah menjadi tuhan yang tunggal. Sekarang sebagian orang bergantung pada tuhan untuk segalanya. Demikianlah mengapa mereka mencoba memperkenalkan ide mengenai roh yang kekal yang pergi dari sini dan tinggal di surga yang abadi. Hal itu memuaskan kehausan akan kehidupan kekal. Sang Buddha mengatakan bahwa segala sesuatu yang muncul dalam suatu keberadaan adalah subjek dari perubahan, kehancuran dan kelapukan.
Ketika kita menganalisa kehidupan Sang Buddha, kita melihat Ia tidak pernah memperkenalkan diriNya sebagai anak tuhan atau pembawa pesan (nabi) tetapi sebagai Guru agama yang tercerahkan. Pada saat yang sama Sang Buddha juga tidak memperkenalkan diriNya sebagai inkarnasi dari Buddha lain. Sang Buddha tidak diciptakan oleh Buddha yang lain, jadi Buddha bukanlah reinkarnasi dari Buddha yang lain. Beliau adalah seorang individu yang dengan bekerja dalam periode waktu yang lama, mengembangkan kehidupan setelah kehidupan dan menanam semua kualitas, kebajikan, kebijaksanaan agung yang kita sebut sebagai paramita atau kesempurnaan. Ketika Beliau menyempurnakan semua kualitas yang baik Ia mencapai Pencerahan dimana merupakan pemahaman yang sempurna akan bagaimana alam semesta bekerja. Ia menemukan bahwa tidak ada Tuhan (sbg Personal) yang menciptakan alam semesta.
Orang-orang bertanya bagaimana Sang Buddha dapat mencapai Pencerahan tanpa dukungan dari tuhan manapun. Umat Buddha mempertahankan bahwa setiap individu dapat mengembangkan pikiran untuk memahami segalanya. Arti kata ”manussa”, dalam berbagai bahasa berarti makhluk manusia. Tetapi arti dari kata ”mana” adalah pikiran. Oleh karena itu ”manussa” adalah manusia yang dapat membangun dan mengembangkan pikiran menuju ke kesempurnaan. Selain manusia tidak ada makhluk-makhluk hidup lain di alam semesta ini yang dapat mengembangkan pikirannya sampai sedemikian luas, untuk mencapai Pencerahan. Bahkan tidak ada makhluk-makhluk adikuasa yang bisa menjadi Buddha karena mereka tidak bisa mengembangkan pikirannya sedemikian luas. Mereka memiliki sensualitas duniawi, kedamaian, kehidupan yang sejahtera, tetapi kekuatan pikiran mereka sangat lemah. Hanya manussa atau manusia yang bisa menjadi Buddha atau Ia Yang Tercerahkan. Ketika orang-orang mengatakan bahwa Buddha bukanlah tuhan, kita tidak seharusnya mencoba membuktikan bahwa Ia adalah tuhan. Jika kita mencoba membuktikan hal ini maka sebenarnya kita merendahkan konsep Pencerahan. Beberapa orang mengklaim bahwa Tuhan mereka telah memberikan pesan kepada umat manusia. Jika pesan itu adalah untuk semua umat manusia di dunia ini, mengapa tuhan tidak menyatakan pesannya kepada orang banyak, tetapi justru menyatakannya kepada satu orang. Sang Buddha tidak mendorong siapapun untuk percaya apapun atau mengklaim bahwa Beliau di perintahkan oleh kekuatan tertinggi untuk melakukan sesuatu.
Sang Buddha telah menasihati kita apa yang sebaiknya kita lakukan. Daripada mempercayai, seseorang seharusnya berlatih :
1. pariyatti (memahami Dhamma secara teoritis melalui membaca, belajar, mendengar),
2. patipatti (mempraktekkan Dhamma) dan
3. pativedha (pencapaian, realisasi Dhamma).
Ada tiga cara untuk berlatih. Pertama kita harus mencoba untuk memahami karena kita tidak seharusnya mempercayai secara membuta apapun yang tidak dapat kita pahami. Sang Buddha mengatakan bahwa pertama anda harus mencoba untuk memahami.
Dalam ajaranNya mengenai Jalan Utama Berunsur Delapan, hal yang pertama adalah sammaditthi, pengertian (pemahaman) benar. Sang Buddha memulai misiNya dengan meminta kepada pengikutnya untuk mengembangkan pengertian atau pemahaman benar bukannya iman atau kepercayaan yang membuta. Setelah belajar kita mendapatkan pengetahuan yang luar biasa mengenai Sang Buddha dan ajaran-ajaranNya. Anda harus melatih apa yang telah anda pelajari. Jika anda belum memahaminya anda akan mencoba menciptakan ide-ide berdasarkan imajinasi anda sendiri. Nasihat Beliau adalah melatih apa yang telah anda pelajari dengan pemahaman. Setelah berlatih anda akan mengalami hasil atau efeknya. Inilah tiga metode yang Sang Buddha ajarkan, yaitu belajar, memahami, dan berlatih. Inilah jalan untuk hidup di dunia ini untuk terlepas dari penderitaan. Sekarang anda dapat memahami bahwa jalan Sang Buddha dalam memperkenalkan agama dengan tidak meminta kita untuk percaya apapun tetapi untuk belajar, berlatih, dan mengalami hasilnya.
Sang Buddha menasihati kita untuk berpikir dan memahami. Kita memiliki pikiran yang beralasan. Kita memiliki akal sehat tidak seperti makhluk hidup lainnya yang juga memiliki pikiran tetapi tidak dapat berpikir secara rasional. Pikiran mereka terbatas untuk mencari makanan, tempat bernaung, perlindungan dan kenikmatan sensual. Mereka tidak meningkatkan pikiran mereka lebih luas. Tetapi manusia memiliki pikiran untuk berpikir dan memahami sampai tahap maksimal. Inilah kenapa para ilmuwan telah menyelidiki dan menemukan berbagai hal yang belum pernah kita dengar sebelumnya. Tidak ada makhluk hidup lain di dunia ini yang dapat mengembangkan pikirannya sampai seluas itu. Karena itulah hanya manusia saja yang dapat menjadi Buddha. Hanya dengan mengembangkan pikiran mereka, manusia dapat mencapai Pencerahan.
Jadi, “Dimanakah Sang Buddha?” adalah topik kita. Dapatkah kita katakan bahwa Ia berada di surga atau Ia tinggal di dalam Nirvana atau Ia tinggal di suatu tempat lainnya? Kemanakah Ia pergi? Kita harus mengingat bahwa apapun yang kita tanyakan adalah bentuk dari sudut pandang keduniawian. Setelah mencapai Pencerahan Sang Buddha berkata (2), "ayam antimaa jati, natthi daani punabbavo", inilah kelahiranKu yang terakhir, tidak ada lagi tumimbal lahir. Aku telah menghentikan tumimbal lahir yang tidak ada habisnya di dunia ini, kehidupan ke kehidupan, dan mengalami penderitaan yang tidak ada akhirnya. Kenikmatan atau hiburan yang orang-orang alami merupakan kepuasan emosi sementara yang akan menghilang dalam waktu yang singkat. Hal ini menciptakan ketidakpuasan. Dalam sepanjang hidup, secara batin dan fisik kita mengalami penderitaan, kekhawatiran, permasalahan, kesakitan, kesukaran, bencana, dan ketidakpuasan yang sangat besar. Tak seorang pun di dunia ini yang mengatakan bahwa ia puas dengan kehidupan ini. Semua orang mengeluh dan menggerutu tentang masalah fisik ataupun batin. Dengan memahami situasi ini Sang Buddha telah menghentikan tumimbal lahir (rebirth). Hal tersebut disebut sebagai keselamatan. Keselamatan berarti bebas dari penderitaan fisik maupun batin. Dengan berada dalam wujud fisik maupun wujud apapun kita tidak dapat mengatasi penderitaan fisik dan batin kita. Oleh karena itu jika kita tidak menyukai penderitaan, hal yang terbaik adalah menghentikan kelahiran. Kita haus akan perwujudan/keberadaan. Kehausan dan kemelekatan ini sangat kuat dalam pikiran kita.
Tetapi kita ingin berada dalam semua kejengkelan atas penderitaan dan masalah, kesedihan, kesakitan dan bermacam masalah lainnya karena kehausan dan kebodohan kita. Sekarang lihatlah apa yang terjadi di dunia ini. Seluruh dunia adalah medan pertempuran, orang-orang di seluruh dunia menciptakan kekerasan dan pertumpahan darah dan perang dan kehancuran. Hewan-hewan tidak hidup dengan menciptakan banyak masalah yang tidak perlu untuk menderita. Ketika mereka lapar mereka pergi keluar dan menangkap makhluk hidup lain, menghilangkan rasa lapar mereka dan pergi tidur. Tetapi manusia tidak dapat merasa puas tanpa haus terhadap begitu banyak hal lainnya. Kehausan, kemelekatan sangat kuat dalam pikiran manusia kita. Oleh karena kecemburuan, permusuhan, kemarahan, kehendak buruk itu, kekejaman dan kejahatan muncul.
Manusia memiliki agama. Agama bukan sekedar menyembah dan berdoa tetapi melakukan suatu pelayanan kepada makhluk hidup lain dengan menjauhkan diri dari pikiran buruk sehingga kita dapat melayani makhluk lain. Aspek pemujaan dalam agama adalah penting tetapi dengan hal itu saja tidak akan bisa mengembangkan pikiran untuk mencapai pemahaman yang semestinya atau kebijaksanaan. Sebelum kemangkatan Sang Buddha banyak orang menyerahkan bunga-bunga dan menghormati Beliau. Sang Buddha meminta mereka untuk pulang ke rumah. Beliau mengatakan bahwa jika mereka benar-benar ingin menghormatiNya, selain dengan bunga-bunga dan penyembahan, mereka harus melatih setidaknya satu dari nasihat-nasihat yang pernah Beliau berikan. Dengan demikian mereka benar-benar menghormati Sang Buddha.
Dengan cara yang sama janganlah bertanya dimanakah Sang Buddha, atau kemanakah Ia telah pergi. Jika Dharma, apa yang Ia ajarkan adalah benar, tersedia, dan efektif mengapa perlu untuk mengetahui dimana Sang Buddha. Sang Buddha tidak pernah mengatakan bahwa Ia dapat memasukan kita ke dalam surga atau neraka. Sang Buddha dapat memberitahu anda apa yang tidak dilakukan dan apa yang dilakukan untuk mencapai keselamatan kita, itulah satu-satunya yang dapat Sang Buddha lakukan. Ia tidak dapat melakukan apapun untuk anda. Tugas anda adalah berlatih apa yang telah Sang Buddha ajarkan kepada kita. Orang lain mengatakan bahwa tuhan mereka bisa menghapus kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan oleh manusia. Sang Buddha tidak pernah mengatakan bahwa kesalahan yang diciptakan oleh seseorang dapat dihapus oleh orang lain. Buddha, dewa/tuhan juga tidak dapat melakukannya. Ketika seseorang hendak meninggal dan berkata ia percaya akan tuhan setelah semua kesalahan yang dilakukannya dapatkah tuhan menghapus kesalahan-kesalahannya? Sebagai perumpamaan mungkin anda adalah seorang yang bertemperamen sangat tinggi dan anda tahu hal ini adalah salah tetapi anda tidak tahu bagaimana menyingkirkannya. Lalu anda pergi berdoa kepada tuhan dan memohon kepadanya untuk menghilangkan keburukan dalam pikiran anda, apakah anda pikir tuhan manapun dapat melakukannya? Anda boleh pergi menyembah Sang Buddha dan meminta kepada Sang Buddha untuk menyingkirkan keburukan anda. Tapi Sang Buddha juga tidak dapat menyingkirkannya dari pikiran anda. Sang Buddha hanya dapat memberitahukan anda bagaimana memindahkan kemarahan anda dengan usaha anda sendiri. Tak seorang pun dapat menolong anda, melainkan diri anda sendiri melalui pemahaman anda.
Jadi Sang Buddha ataupun tuhan tidak dapat menghapus kesalahan yang dibuat oleh kita, tetapi kita sendiri yang dapat melakukannya. Ada nasihat yang baik yang diberikan oleh Sang Buddha. Jika siapapun yang telah melakukan sebuah perbuatan buruk atau karma buruk, mereka tidak dapat menghapus dampaknya dengan berdoa kepada tuhan atau Buddha. Namun ketika mereka mengetahui bahwa mereka telah melakukan perbuatan buruk, maka mereka harus menghentikan melakukan perbuatan buruk lagi. Anda karus menimbulkan tekad yang kuat dalam pikiran untuk menciptakan lebih dan lebih banyak lagi karma baik atau perbuatan bajik. Ketika anda mengembangkan perbuatan bajik anda, dampak dari karma buruk yang anda perbuat sebelumnya akan dapat teratasi oleh karma baik.
Jika saya mengatakan Sang Buddha tinggal di salah satu bagian dari alam semesta dalam wujud fisik hal ini bertolak belakang dengan ajaran Sang Buddha. Di lain hal jika saya mengatakan bahwa Sang Buddha tidak tinggal di salah satu bagian alam semesta dalam wujud fisik banyak orang sangat tidak senang karena mereka haus akan perwujudan/keberadaan dimana tidak dapat dipuaskan. Selain itu mereka mengatakan hal ini merupakan ketidakadaan. Hal ini bukanlah ketidakadaan; ini adalah akhir dari penderitaan fisik dan batin dan pengalaman nirvana atau pembebasan. Di lain pihak ada beberapa orang yang sangat membutuhkan wujud fisik dari rupang Sang Buddha untuk menenangkan pikiran mereka, mengurangi ketegangan, ketakutan dan kekhawatiran. Meskipun demikian tidaklah benar bagi kita untuk mengatakan bahwa Sang Buddha hidup atau tidak. Lebih dari cukup bagi kita jika doktrin atau ajaran Sang Buddha bermanfaat bagi kita untuk mengalami kedamaian, kepuasan dalam kehidupan. Sebagai contoh seorang dokter yang menemukan obat yang sangat efektif. Jika obat itu bermanfaat, dapat menyembuhkan penyakit, tidaklah perlu bagi kita untuk mengetahui dimana dokter ini dan apakah ia masih hidup atau tidak? Hal yang penting adalah menyembuhkan penyakit kita dengan meminum obat tersebut. Demikian pula halnya ajaran Sang Buddha lebih dari cukup bagi kita untuk menyingkirkan segala penderitaan kita. Sang Buddha telah memberikan kita hak untuk berpikir bebas dalam memahami apakah suatu hal adalah salah dengan menggunakan akal sehat kita atau alasan bagi kita untuk memahami hakikat sesungguhnya dari segala sesuatu yang ada.
Banyak orang bertanya kemana Sang Buddha pergi? Jika seseorang mengatakan bahwa Sang Buddha pergi ke nirvana maka mereka berpikir bahwa nirvana itu adalah suatu tempat. Nirvana bukanlah suatu tempat, nirvana merupakan kondisi batin bagi kita yang mencapai pengalaman akan pembebasan akhir. Kita tidak bisa mengatakan bahwa Sang Buddha telah pergi ke suatu tempat atau Sang Buddha tetap ada tetapi ia mengalami kondisi nirvana atau tujuan akhir dalam hidup. Jadi jawaban terbaik untuk pertanyaan ”Dimanakah Sang Buddha?” adalah Sang Buddha berada dalam pikiran anda yang telah merealisasikan Kebenaran Tertinggi.
(Kutipan Ini adalah artikel terakhir yang disampaikan Venerable Dr. K. Sri Dhammananda )
Semoga Semua Mahluk Berbahagia… Sadhu, Sadhu, Sadhu.