• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Berhati-hatilah dengan kelompok yang mengatasnamakan Negara Islam Indonesia (NII)

Status
Tidak terbuka untuk balasan lebih lanjut.

cimohai

IndoForum Junior A
No. Urut
51307
Sejak
27 Agt 2008
Pesan
3.428
Nilai reaksi
144
Poin
63
Allah telah mengingatkan kepada kita agar senantiasa waspada terhadap suatu berita. Bagi ada yang ingin mengetahui buku putih tentang NII (DI/TII) sebaiknya membaca Fakta dan Data Sejarah DI/TII karangan AlChaidar. Buku tersebut banyak dijual di toko-toko buku.

Sesungguhnyalah adanya faksi-faksi bukan berarti NII terpecah. Faksi-faksi itu sesungguhnya mempunyai satu Imam Negara. Namun, dengan adanya lebih dari satu fraksi, ternyata ada celah yang bisa dimanfaat oleh musuh Islam untuk menghancurkan NII dari dalam. Namun kami yakin terhadap janji Allah SWT bahwa Kebathilan pasti akan dikalahkan oleh yang Haq. Untuk itu, tujuan kami mengetengahkan berita ini hanyalah dalam rangka saling menasehati dalam yang haq. Untuk itu, kami mengingatkan kita terhadap kelompok-kelompok yang mengaku akan mendirikan Negara Islam Indonesia bahkan kelompok itu dengan tanpa rasa bersalah menyebut kelompok mereka dengan Negara Islam Indonesia. Mungkin kelompok ini lah yang disebut Al-Chaidar sebagai Waratsatul Mafaasid.

Berikut ciri-ciri kelompok yang mengatasnamakan Negara Islam Indonesia :

  1. Dalam menda'wahi calonnya, mata sang calon ditutup rapat. Dan penutup itu baru akan dibuka ketika mereka sampai ke tempat tujuan.
  2. Para calon yang akan mereka da'wahi rata-rata memiliki ilmu keagamaan yang relatif rendah bahkan boleh dibilang tidak memiliki ilmu agama. Sehingga para calon dengan mudah dijejali omongan-omongan yang menurut mereka adalah omongan tentang dinul Islam. Padahal kebanyakan akal merekalah yang berbicara dan bukan diinul Islam yang mereka ungkapkan. Silahkan dialog dengan mereka.
  3. Calon utama mereka adalah mereka-mereka yang memiliki harta yang berlebihan, atau yang orang tuanya berharta lebih, anak-anak orang kaya yang jauh dari keagamaan, sehingga yang terjadi adalah penyedotan uang para calon dengan dalih islam. Islam hanya sebagai alat penyedot uang.
  4. Pola Da'wah yang relatif singkat, hanya kurang lebih 3 kali pertemuan, sang calon dimasukkan kedalam anggota mereka. Sehingga yang terkesan adalah pemaksaan ideologi, bukan lagi keikhlasan. Dan rata-rata, para calon memiliki kadar keagamaan yang sangat rendah sekali. Selama hari terakhir penda'wahan, sang calon dipaksa dengan dijejali ayat-ayat yang mereka terjemahkan seenak lidah mereka hingga sang calon mengatakan siap di bai'at..
  5. Ketika sang calon akan dibai'at, dia harus menyerahkan uang yang mereka namakan dengan uang penyucian jiwa. Besar uang yang harus diberikankan mulai Rp. 250.000 ke atas. Jika sang calon tidak mampu saat itu, maka infaq itu menjadi hutang sang calon yang wajib dibayar.
  6. Tidak mewajibkan menutup aurat bagi anggota wanitanya. Dengan alasan Kahfi.
  7. Tidak mewajibkan sholat 5 waktu bagi para anggotanya dengan alasan belum futuh. Padahal, mereka mengaku telah berada dalam madinah. Seandainya mereka tahu bahwa selama di madinah lah justru Rasul benar-benar menerapkan syri'at Islam. Dan justru Rasul wafat beberapa waktu setelah futuh mekkah.
  8. Sholat 5 waktu mereka ibaratkan dengan do'a dan da'wah. Sehingga jika mereka sedang berda'wah maka saat itu mereka sedang sholat.
  9. Sholat Jum'at diibaratkan dengan rapat / syuro. Sehingga pada saat mereka rapat, maka saat itu pula mereka namakan sholat jum'at.
  10. Atau untuk pemula, mereka dibolehkan sholat yang dilaksanakan dalam satu waktu untuk 5 waktu sholat.
  11. Infaq yang dipaksakan perperiode ( per bulan), sehingga menjadi hutang yang wajib dibayar bagi yang tidak mampu berinfaq.
  12. Adanya Qiradh (uang yang dikeluarkan untuk dijadikan modal usaha) yang diwajibkan walaupun tak punya uang, bila perlu berhutang kepada kelompoknya. Pembagian bagi hasil dari Qiradh yang mereka janjikan tak akan pernah kunjung datang. Jika diminta tentang pembagian hasil bagi itu, mereka menjawabnya dengan ayat Qur'an sedemikian rupa sehingga upaya meminta hasil bagi itu menjadi hilang. Apalagi saat ini, mereka menjadikan pesantren Az-Zaitun yang diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia, BJ Habibie, itu sebagai alat untuk mengambil uang para pengikutnya.
  13. Zakat yang tidak sesuai dengan syari'at Islam. Takaran yang terlalu melebihi dari yang semestinya. Mereka mensejajarkan sang calon dengan sahabat Abu Bakar dengan menafi'kan syari'at yang sesungguhnya.
  14. Tidak adanya mustahik di kalangan mereka, sehingga bagi mereka yang tak mampu makan sekalipun, wajib membayar zakat/infaq yang besarnya sebetulnya sebanding dengan dana untuk makan sebulan. Bahkan mereka masih saja memaksa pengikutnya untuk mengeluarkan 'infaq' padahal pengikutnya itu dalam keadaan kelaparan (saking kelaparannya, dia melakukan shaum Daud. Bukan karena sunnah tapi memang enggak ada barang yang mesti dimakan)
  15. Belum berlakunya syari'at Islam dikalangan mereka sehingga perbuatan apapun tidak mendapatkan hukuman apapun.
  16. Mengkafirkan orang yang diluar kelompoknya bahkan menganggap halal berzina dengan orang diluar kelompoknya.
  17. Dihalalkannya mencuri / mengambil barang milik orang lain (mencuri).
  18. Menghalalkan segala cara demi tercapai tujuan spt menipu / berbohong meskipun kepada orang tuanya sendiri.

Na'udzubilaahi min dzaalik. Jadi, bisa kita lihat dan kita nilai, sejauh mana omongan mereka dan gerak mereka yang katanya ingin berdinul Islam itu, tapi akhlaq dan perbuatannya jauh sekali dari diinul Islam. Berhati-hatilah saudaraku dalam mengambil yang haq. Data tersebut adalah hasil yang kami peroleh dari orang-orang yang pernah mengalaminya yang mereka itu sekarang ini telah bergabung dengan kami dalam wadah Negara Islam Indonesia yang sesungguhnya. Kami mohon maaf jika memang berita ini dianggap menyinggung perasaan pihak-pihak tertentu.

Mudah-mudahan informasi ini akan sangat bermanfaat bagi mereka yang ingin mencari NII yang sebenarnya. Dan mudah-mudahan mereka yang mengalaminya segera menyadari kesalahannya dan segera bertobat kepada Allah SWT. Yakinlah bahwa yang haq hanya akan tegak dengan cara yang haq pula.

Dan bagi rekan-rekan yang memiliki pengalaman yang serupa atau memiliki pengalaman yang lainnya atau ingin berdiskusi lebih jauh tentang NII, kami harap dengan sangat untuk menginformasikannya kepada kami melalui [email protected]. Atau melalui buku tamu kami. Segala informasi yang diberikan Insya Allah bermanfaat bagi kami dan akan kami informasikan kepada ikhwan yang lain melalu homepage ini. Dan homepage ini akan senantiasa di-update setiap saat. Ddan mudah-mudahan mendapatkan balasan pahala dari Allah SWT. Amiin.

Wallahu a'lamu bishawab.

.: sumber :.

Sumpah bergabung NII :

MALANG, KOMPAS.com - Di antara proses baiat (pengambilan sumpah setia) ketika seseorang akan hijrah (berpindah) ke NII (Negara Islam Indonesia), para mahasiswa yang jadi korban untuk diambil uangnya itu diminta menyatakan sumpah. Sumpah ini bagian dari rangkaian metode cuci otak yang membuat para korban remaja berumur 18 hingga 20-an rela menyerahkan uang dari hasil menipu orang tuanya.

Tim Investigasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) memberikan hasil penyelidikannya yang didapat dengan cara meminta para mahasiswa ini mengingat-ingat isi sumpah. Dari sembilan pernyataan dalam sumpah, tiga diantaranya gagal diingat-ingat oleh para korban.

"Para korban mahasiswa kami yang pernah disumpah mengaku menyatakan sumpah ini saat baiat di Jakarta, di tempat yang mereka tidak ketahui di mana, karena matanya ditutup, kata Nasrullah," Humas UMM, Selasa (26/4/2011).

Isi sumpah ini berisi teks-teks yang menyebut nama Tuhan dan berbahasa Arab yang bila tidak diletakkan dalam konteks yang lengkap, bisa ditafsirkan dengan cara berbeda. Teks diambil utuh sesuai yang tercetak dalam hasil investigasi Tim UMM untuk tujuan informasi.

Bismillahitawakkalna Alalloh La Haula Wala Kuwwata Illahillah/ Wallahi :

1. Saya menyatakan bahwa ini dihadapan dan atas persaksian komandan tentara pimpinan negara yang bertanggung jawab /
2. Saya menyatakan bahwa ini dengan sungguh-sungguh karena ikhlas suci hati/
3. Saya sanggup berkorban dengan jiwa, raga dan nyawa saya serta apa yang ada pada diri saya, berdasar sebesar-besar taqwa dan sempurna-sempurna tawakkalallah bagi/ a : menenggakkan Kalimatillah Lillahi Kalimatillah/ b : mempertahankan berdirinya Negara Islam Indonesia hingga hokum syariat Islam seluruhnya berlaku seluas-luasanya di kalangan bangsa / Indonesia di Indonesia /
4. Saya akan taat dan patuh sepenuhnya kepada Rasululloh, pimpinan negara dan ulil Amri saya, serta akan menjauhi larangannya/
5. Saya akan membela komandan tentara dan Pimpinan Negara dan Ulil Amri saya serta tidak akan membuat noda/
6. 6. (tidak diingat Red)/
......

.: sumber :.

Maha Benar Allah dengan Segala Firman-Nya.
 
NII diserang saat diperlukan, dipelihara saat kesempatan yg lain, sepertinya targetnya untuk:
1) pengalihan isu yg menohok pemerintah (wikileaks, century, rekening gendut, gayus, antasari).
2) membuat org takut mengaitkan Islam (syari'ah) dengan negara.
3) membuat sesama rakyat saling mencurigai, shg mereka lupa dengan masalah yg seharusnya diperhatikan

NII buatan Pemerintah RI.. kenapa yah yg di azzaitun malah di dukung?

banyak yg tobat dari NII KW 9, sadar ternyata itu buatanya pemerintah..

BOM di Indonesia, kasus KPK, Gayus.... semuanya mah rekayasa..

dan siapa yg disalahkan

kasian masyarakat awam yg terbodohi dengan isu NII ini...

jadi kita harus berhati hati terhadap media yg membodohi kita... sehingga kita ikut jadi bodoh tanpa menyaring atau tabbayun sebuah berita..

lebih parah lagi klo bodoh tanpa bodoh..

Wahai orang-orang yang Beriman, apabila datang seorang fasiq dengan membawa suatu informasi maka periksalah dengan teliti agar kalian tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum karena suatu kebodohan, sehingga kalian menyesali perbuatan yang telah kalian lakukan (al-Hujurat:6)

detikNews : Organisasi NII Sudah Wassalam, NII 'KW1' Sengaja Dibuat Intelijen
Organisasi NII Sudah Wassalam, NII 'KW1' Sengaja Dibuat Intelijen
Jakarta - Isu Komandemen Wilayah (KW) 9 Negara Islam Indonesia (NII) kembali meruyak pasca linglungnya Liana Febriani alias Lian.

Mustofa B Nahrawardaya, Koordinator Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF), mensinyalir, aparat sengaja memelihara isu NII untuk digunakan sebagai wahana penutup terhadap kasus lain yang menjadi sorotan masyarakat.

"Jika anda familiar dengan istilah NII (Negara Islam Indonesia), wajar saja. Karena pemerintah melalui berbagai cara sukses melakukan propaganda bahaya laten NII," pendapatnya dalam keterangan tertulis kepada detikcom, Kamis (14/4/2011).

Menurutnya, tidak seperti isu PKI yang kini sudah mulai berlalu, isu NII tampaknya akan terus digelindingkan dengan bermacam latar belakang tujuan.

Bagaimana Mustofa bisa menyimpulkan demikian? Ada baiknya kita baca pokok pikiran pengurus Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PP Muhammadiyah yang juga staf Ahli DPR RI ini:

1. Semenjak pergantian imam dari Kartosoewirjo kepada para penggantinya sebelum terbentuk Komandemen Wilayah IX (atau lebih dikenal NII KW9), NII sudah tidak lagi murni gerakan NII. Gerakan pembentukan negara di bawah bendera agama Islam itu, sudah disusupi (diinfiltrasi) oleh intelijen. Alhasil, NII bentukan intelijen ini sungguh jauh benar karakternya dengan NII yang semua dirintis Kartosoewirjo, Daud Beureuh, Hingga kepemimpinan NII era saudara Seno/Basyra yang tertangkap aparat sebelum awal tahun 80-an.

2. Dengan sentuhan intelijen, gerakan NII tidak lagi bisa bergerak sesuai tujuan NII semula, karena gerakan NII bentukan intelijen disetting sedemikian rupa sehingga mengubah karakter NII yang berpedoman Al Qur'an dan Hadits menjadi NII modifikasi dengan tujuan merusak citra NII. Banyak simpatisan NII yang kemudian tidak lagi ingin meneruskan menjadi kader NII karena mengira organisasinya sudah keluar dari tujuan.

3. NII bentukan intelijen saat itu, sengaja dipelihara untuk menghabisi NII yang murni. Pembantaian terhadap citra NII, sarat dengan kepentingan politis. Dengan adanya NII bentukan intelijen, sangat mudah mengadu domba masyarakat dengan aktifis NII. Masyarakat pun dibuat jengkel dan marah terhadap NII, karena intelijen terus menerus mengkampanyekan karakter NII yang suka mencuri, membaiat dengan cara khusus, mengkafirkan orang, pengumpulan dana secara massal terselubung, atau perekrutan menggunakan model indoktrinasi. Padahal NII rintisan Kartosoewirjo tidak mengajarkan seperti itu.

4. Upaya propaganda hitam intelijen terhadap NII tidak berhenti hingga kini. Korban-korban rekrutan NII sengaja diciptakan agar mengesankan masih eksisnya NII. Padahal, kepolisian sudah menerima banyak laporan korban rekrutan NII, namun terbukti sampai sekarang polisi juga belum bisa menemukan dan menangkap gembong NII. Patut diduga, aparat sengaja memelihara isu NII untuk digunakan sebagai wahana penutup terhadap kasus lain yang menjadi sorotan masyarakat. Apabila memang serius menghentikan praktek makar NII, pemerintah pasti sudah melibasnya. Termasuk Kapolda Metro Jaya, apabila memang sudah lama mengendus keberadaan NII, segera saja tangkap dan adili dengan fair. Pembiaran ngambangnya isu NII sama persis dengan pembiaran isu terorisme yang bertujuan untuk menyambut propaganda anti radikalisme agama oleh Amerika.

5. Kesimpulannya, NII yang ada saat ini tidak lain tidak bukan adalah "NII KW1" (baca: NII Kwalitas Nomor 1) alias NII kloningan yang pola indoktrinasi, perekrutan, struktur, kepemimpinan, dan pola publikasinya, dilakukan sangat mirip dengan aslinya. Masyarakat awam yang menjadi korban perekrutan akan mengira ini adalah ulah NII. Padahal bukan.

"Tidak hanya ada merek tas lokal dengan sebutan produk KW1, namun kini pun ada NII KW1 yang sulit membedakan dengan NII aslinya. Maka dari itu, seandainya ada anggota keluarga yang konon menjadi korban perekrutan NII dengan ciri-ciri linglung, atau bicaranya ngelantur soal pria berjenggot, soal pengajian, soal ustadz, soal jamaah, soal NII,....eits, jangan langsung menuduh itu kerjaan NII. Kasihan NII aslinya. Sudah tidak ada, masih juga difitnah. Kasihan kan?" tutupnya.

isu NII akhirnya menampar penguasa sendiri, karena ternyata KW 9 adalah jonggosnya sendiri..:p
 
devisi pejuang pencucian otak juga membutuh dana operational. Selain menyiapkan calon penganten , mereka juga membentuk sub-devisi brainwash untuk mendapatkan dana. Sub-devisi ini memang dibuatkan sedemikian rupa yang doktrin nya menyimpang. Sengaja dibuat begitu agar terkesan tidak terkait dengan perjuangan murni islam. Karena pergerakan mereka adalah menghimpun dana operasional dengan cara apa saja. Metode ini juga dilakukan pejuang kemerdekaan di negara lain yg bukan muslim yg mana tidak cukup memiliki pasokan dana.

sebenarnya semua itu satu link tetapi berbeda sel.
 
@ Asoy :
Mungkin peran pemerintah dan peran media yang santer untuk memutarbalikkan keadaan dan fakta yang sebenarnya terjadi.
Atau juga untuk pengalihan fokus masyarakat terhadap keadaan yang terjadi, bahkan merekrut dan memberdayakan tokoh tokoh agama ataupun tokoh masyarakat dalam hal pembenarannya.

Jangankan masyarakat awam seperti ane, yang ikut didalamnya pun sepertinya kebngunga... :(

@Akiong :

Betul, dan kita lihat dari badan aparatur negara sepertinya sudah kelabakan dalam menangani isu isu seperti ini.
Kalau memang tidak sanggup, mengapa tidak legowo untuk meminta bantuan dari pihak luar yang memang sudah berkompeten dalam hal ini.

@All :

Negara ini gampang terombang ambing dan dikendalikan oleh orang atau sekelompok massa, terlihat jelas negara ini belajar dari negara maju namun tidak dibarengi dengan penerapan anti sistem yang sedang dianutnya,
sebagai contoh kecil seperti membeli virus untuk vaksinasi namun tanpa membeli anti virus nya :(

Maka, masyarakat negara ini harus cerdas dalam menelan semua informasi dan kejadian yang terjadi, sekaligus ikut berkecimpung dalam pengawasan dari sistem ini.

Negara republik ini menganut demokrasi, namun sepertinya kita kebablasan dalam ber demokrasi. :(
 
Akiong sok tahu aja.
1. Dulu Kepala BIN Hendro Priono (saat itu, tahunnya lupa saya) membuat pernyataan yang mengejutkan "siapa saja yang menyerang Azzaitun akan berhadapan dengan saya. Kurang lebih begitulah kira-kira soalnya aku cuma lihat di vidio dan dah lama.
2. Yusuf Kalla pada pemilu 2004 mendulang seluruh suara dari NII KW9 (Azzaitun)
3. Soeharto memberikan dana yang sangat besar untuk mendirikan universitas di Azzaitun, sehingga gedung unversitas itu diberinama Gedung H. M. Soeharto

Ini apa belum cukup kuat untuk mengatakan bahwa kelompok NII sesat ini adalah bentukan ORBA?
 
Mustofa B Nahrawardaya, Koordinator Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF), misalnya, menyebut NII yang sekarang, termasuk NII KW 9, merupakan NII palsu yang disusupi intelijen.

"Semenjak pergantian imam dari Kartosoewirjo kepada para penggantinya sebelum terbentuk Komandemen Wilayah IX (atau lebih dikenal NII KW9), NII sudah tidak lagi murni gerakan NII. Gerakan pembentukan negara di bawah bendera agama Islam itu, sudah disusupi (diinfiltrasi) oleh intelijen. Alhasil, NII bentukan intelijen ini sungguh jauh benar karakternya dengan NII yang semua dirintis Kartosoewirjo, Daud Beureuh," kata Mustofa.
 
731141.jpg

bendera NII

INILAH.COM, Jakarta - Kelompok intelijen hitam diduga menyamar menjadi petinggi gerakan Islam garis keras guna merekrut pemuda-pemuda lugu menjadi martir pelaku bom bunuh diri seperti M Syarif di Cirebon.

Kelompok intelijen tersebut diduga sebagai intelijen asing yang beroperasi di Indonesia sejak era rezim Orde Baru. Mereka terlibat dalam beberapa operasi penangkapan aktivis-aktivis Islam pada awal tahun 80-an.

"Intelijen-intelijen asing ini menyamar jadi tokoh-tokoh Islam, lalu mereka mencuci otak pemuda Indonesia, mendoktrin bom bunuh diri sebagai tiket masuk surga," ujar Koordinator Indonesian Crime Analyst Froum (ICAF) Mustofa B Nahrawardaya, Senin (18/4/2011).

M Syarif yang telah dinyatakan sebagai pelaku bom bunuh diri di Masjid Mapolres Cirebon Kota, diduga sebagai korban pencucian otak yang dilakukan oleh intelijen penyamar tersebut.

"MS ini korban, otaknya sudah dicuci, makanya dia berani sebut bapaknya kafir. Keluguan militansi MS dimanfaatkan oleh intelijen penyamar tersebut," ujar Tofa.

Seperti diberitakan, Polri memastikan pelaku teror bom di Masjid Adz-dzikra Mapolresta Cirebon, Jawa Barat, Jumat (15/4/2011) adalah Muhammad Syarif.

Hasil itu diungkapkan berdasarkan tes DNA terhadap pelaku teror bom, yang telah dibandingkan dengan DNA orang tua Muhammad Syarif, Abdul Gofur dan Srimulat.

"Iya 100%, kita sudah bandingkan DNA-nya dengan bapaknya, Abdul Gofur, dan ibunya, Srimulat, hasilnya identik," ucap Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Komisaris Besar Boy Rafli Amar, di Markas Besar Polri, Jakarta, Senin (18/4/2011). [mah]

makin kacau nih, pada kemana intelejen kita, masa fokus terus ke politik sih :(
 
harus segera diberantas ituh..
berbahaya,,
nice info..
 
Orang ga tahu apa-apa ko ngotot ga tau undergoundnya

Akar Islam-teroris di Indonesia

23 January 2011 | 07:39 465 6

Oleh Rimbun Natamarga

Negara Islam Indonesia dan Darul Islam

Darul Islam (DI) adalah akar terorisme bernuansa Islam di Indonesia. Sejak awal kali muncul, mereka ingin mendirikan negara Islam. Bahkan, mereka juga berusaha menggantikan negara Indonesia dengan negara Islam yang mereka cita-citakan.

Untuk mewujudkan tujuan itu, mereka tidak segan-segan untuk memberontak kepada pemerintah Indonesia. Bagi mereka, Indonesia bukan negara Islam. Pada tanggal 7 Agustus 1949, mereka memproklamasikan Negara Islam Indonesia (NII) di Desa Cisampah, Kecamatan Ciawiligar, Tasikmalaya, Jawa Barat.

Keberadaan mereka mengundang perhatian yang serius dari pemerintah Indonesia, meskipun di wilayah-wilayah kekuasaan Indonesia pada waktu itu sedang terjadi agresi militer yang kedua oleh Belanda.

Menyikapi keadaan itu, pemerintah menunjuk Mohammad Natsir sebagai mediator antara negara dan NII. Pemerintah ingin agar mereka yang mendirikan negara Islam itu kembali ke pangkuan Indonesia.

Namun, pemimpin NII waktu itu Sekar Maridjan (S.M.) Kartosoewiryo tetap kukuh mempertahankan keberadaan NII. Justru, sebaliknya, ia menuntut pemerintah Indonesia agar mengakui NII.

Dari usaha-usaha persuasif, pemerintah beralih menggunakan kekerasan. Terlebih lagi, muncul pula bagian-bagian NII lain di Aceh yang dipimpin Daud Beureuh, di Sulawesi Selatan yang dipimpin Kahar Muzakkar, di Jawa Tengah yang dipimpin Amir Fattah, dan di Kalimantan Selatan yang dipimpin Ibnu Hajar. Oleh S.M. Kartosoewirjo, nama NII diubah menjadi DI.

Satu per satu kelompok DI di Indonesia berhasil ditangani pemerintah.

Khusus DI di Jawa Barat, pemerintah menugaskan Divisi Siliwangi menumpas NII. Dari waktu enam bulan yang dijanjikan oleh Panglima Divisi Siliwangi waktu itu, Kolonel Alex E. Kawilarang, pemberontakan DI di Jawa Barat baru dapat dipadamkan pada tahun 1962.

Lewat Operasi Pagar Betis yang digelar sejak April 1962 di bawah pimpinan Panglima Divisi Siliwangi, TNI berhasil memaksa orang-orang DI beserta Tentara Islam Indonesia (TII) menyerah dan menangkap hidup-hidup S.M. Kartosoewirjo. Persidangan pada tanggal 14 Agustus 1962 memutuskan bahwa S.M. Kartosoewirjo dihukum mati.

Tepat pada peringatan hari kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1962, S.M. Kartosoewirjo ditembak mati. Dan sampai hari ini, keberadaan kuburan pemimpin NII itu tidak bisa dipastikan.

DI Fillah dan Fi Sabilillah

Setelah S.M. Kartosoewirjo ditangkap, banyak anggota DI di Jawa Barat ikut menyerahkan diri. Mereka berikrar setia kepada pemerintah Indonesia. Mereka berjanji akan menjadi warga negara yang taat dan baik serta menjiwai Pancasila. Negara pun mengampuni mereka.

Akan tetapi, terdapat sejumlah kecil pengikut setia S.M Kartosoewirjo tidak ikut serta bersumpah setia. Bagi mereka, dengan melakukan sumpah setia seperti itu, ketaatan terhadap pemimpin DI dan cita-cita perjuangan bersama telah berubah.

Mereka yang berjumlah kecil itu berusaha membangun kembali kekuatan. Berbeda dengan keadaan sebelum ditumpas, usaha mereka tidak mengalami kemajuan berarti.

Di sisi yang lain, pemerintah menggunakan upaya-upaya tertentu untuk mendekati orang-orang mantan anggota DI. Presiden Soeharto sendiri menawarkan pengampunan penuh asal mereka tidak lagi melakukan aksi-aksi teror.

Antara tahun 1967 dan 1969, beberapa mantan petinggi DI mengadakan pembicaraan-pembicaraan di antara mereka terkait gagasan menghidupkan kembali cita-cita perjuangan DI. Di Jawa Barat, salah seorang di antara mereka, Aceng Kurnia, mencoba untuk menghimpun kembali bekas-bekas panglima TII. Masalah pengaderan yang sulit menjadi isu utama pada waktu itu.

Bertempat di rumah Danu Muhammad Hassan di Bandung, pada tanggal 24 April 1971, berlangsung acara reuni antara bekas pemimpin-pemimpin dan anggota-anggota DI yang masih ada. Acara tersebut berlangsung tiga hari tiga malam dan dihadiri sekitar 3000 orang.

Dalam keadaan seperti itu, acara tersebut juga menjadi semacam pertemuan lintas generasi DI waktu itu. Meski demikian, dalam pertemuan itu, para anggota DI menyusun kordinasi kembali. Mereka mulai membangun kontak sekaligus pembagian tugas di antara mereka secara luas.

Keputusan itu mendapat sanggahan dari salah seorang peserta. Djaja Sudjadi, bekas petinggi DI, menolak ide menghidupkan kembali perjuangan bersenjata. Ia menolak jihad seperti yang diinginkan oleh peserta lain. Karena itu, ia menyatakan keluar dan mendirikan DI sendiri yang dikenal sebagai DI fillah. Nama ini sekaligus membedakannya dari DI yang menyetujui perjuangan bersenjata lagi atau yang dikenal sebagai DI fi sabilillah.

Pada acara itu ikut pula hadir salah seorang anggota staf Badan Kordinasi Intelijen Negara (BAKIN), Pitut Soeharto. Karena itu, di kalangan DI sendiri, beredar anggapan bahwa acara itu disokong oleh BAKIN dan pemerintah. Hal ini diperkuat dengan kenyataan adanya deklarasi bersama dalam pertemuan itu untuk mendukung Golkar. Tuan rumah, Danu Muhammad Hassan, banyak diyakini sebagai anggota DI yang berhasil dirangkul dan direkrut Ali Moertopo dari Operasi Khusus (Opsus) pemerintah.

Dari pertemuan-pertemuan yang diadakan DI fi sablillah setelah itu, pada tahun 1973, dibentuk susunan komando DI. Orang yang diangkat sebagai pemimpin mereka, menggantikan S.M. Kartosoerwirjo, adalah Tengku Muhammad Daud Beureuh, seorang pemimpin DI dari Aceh. Ia membawahkan tiga wilayah komando: Sumatera, Jawa, Sulawesi.

Penangkapan dan Perpecahan

Langkah pertama yang mereka lakukan adalah perekrutan anggota-anggota muda. Setelah kekuatan tersusun baik, baru diadakan aksi di sejumlah tempat di Indonesia.

Pada tahun 1976, salah seorang anggota DI fi sabilillah di Sumatera, Gaos Taufik, meledakkan granat pada acara Musabaqah Tilawatil Qur’an di Medan, Sumatera Utara. Setelah itu, ia juga meledakkan bom di salah satu rumah sakit Kristen di Bukit Tinggi, Sumatera Barat.

Aksi-aksi yang dilakukan Gaos Taufik itu tidak disambut oleh DI di Jawa dan Sulawesi. Aksi itu menjadi sebuah aksi prematur.

Yang terjadi kemudian justru sebaliknya. Pada tahun 1977, pemerintah melakukan penangkapan anggota DI di Sumatera dan Jawa. Dalam operasi yang dilakukan secara besar-besaran itu, pemerintah menangkap sekitar 800 orang. Masuk di dalam penangkapan tersebut Tengku Muhammad Daud Beureuh, Gaos Taufik, Aceng Kurnia, Danu Muhammad Hassan sebagai panglima wilayah Jawa-Madura, dan Haji Ismail Pranoto (Hispran) sebagai wakil panglima Jawa-Madura.

Tidak lama setelah itu, pada tahun 1978, Djaja Sudjadi tewas dibunuh Warman, salah seorang anggota DI fi sabilillah. Djaja Sudjadi dibunuh karena dituding sebagai orang yang membocorkan aksi-aksi DI fi sabilillah ke pemerintah. Dan sudah tentu, ia dianggap sebagai orang yang menggembosi barisan DI setelah kematian S.M. Kartosoewirjo.

Selepas penangkapan Tengku Muhammad Daud Beureuh, kepemimpinan DI fi sabilillah dipegang oleh Adah Djaelani. Akan tetapi, karena kasus perampokan yang dilakukan Warman di berbagai tempat di Jawa Barat, pada tahun 1980, Adah Djaelani ikut pula ditangkap pemerintah.

Kepemimpinan DI yang kosong itu kemudian diambil alih oleh Ajengan Masduki. Kepemimpinan yang baru ini ditolak Adah Djaelani dan para pengikutnya. Alasan mereka, pengambilalihan itu tidak sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Oleh karena itulah, Abu Karim, salah seorang pengikut Adah Djaelani yang memegang wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi dan Banten, tidak mengakui DI Ajengan Masduki itu. DI yang dipimpin Abu Karim itu dikenal sebagai DI KW-9.

Selain DI Ajengan Masduki dan DI KW-9, muncul kemudian DI Abdul Fatah Wiranagapati.

DI yang terakhir itu dibangun di atas keyakinan bahwa hanya Abdul Fatah Wiranagapati yang paling berhak meneruskan kepemimpinan DI. Alasannya, karena tidak ikut menandatangani ikrar setia kepada pemerintah Indonesia pada tahun 1962, maka ialah pengikut S.M. Kartosoewirjo yang paling murni. Mereka yang ikut menandatangani ikrar setia itu telah membatalkan keanggotaan DI mereka.

Jamaah Islamiyah

Sebelum Adah Djaelani dibebaskan pada tahun 1996, DI Ajengan Masduki pecah. Pada tahun 1992, Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Baasyir memisahkan diri dari DI Ajengan Masduki. Menurut mereka berdua, sejumlah ajaran Ajengan Masduki menyimpang dari ajaran Islam.

Pada waktu itu, Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Baasyir sudah berada di Malaysia. Mereka menyelamatkan diri dari pengawasan pemerintah Indonesia sejak tahun 1985.

Di tempat yang baru, mereka membangun pesantren dan meneruskan dakwah mereka. Mereka pun membangun hubungan dengan gerakan Islam di Timur Tengah. Pada masa inilah, mereka berkenalan dengan jaringan Khawarij di Timur Tengah. Pada akhirnya, Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Baasyir dikenal memiliki kelompok sendiri. Di masyarakat luas, kelompok mereka ini dikenal lewat sebutan Jama’ah Islamiyah.

Pesantren mereka di Malaysia itu, Pesantren Lukmanul Hakim di Johor Bahru, menjadi semacam tempat transit bagi anggota-anggota DI di Indonesia untuk berperang ke Afghanistan. Mereka berdua juga mengirim angota-anggota mereka untuk belajar di Pakistan.

Di luar itu, Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Baasyir mengirim sejumlah veteran perang Afghanistan untuk menjadi instruktur bagi kelompok muslim Moro di Filipina. Kelompok itulah yang menjadi cikal-bakal Moro Islamic Liberation Front (MILF).

Celakanya, mereka menamakan diri mereka dengan Salafi-yang di tengah masyarakat justru dikenal dengan istilah Salafi Jihadi agar terbedakan dengan Salafi Konservatif dan Salafi Moderat.

DI-DI Sekarang Ini

Pembebasan Adah Djaelani pada tahun 1996 diikuti dengan pembebasan anggota DI yang lain. Mereka kemudian bergabung dengan DI KW-9. Kepemimpinan kembali dipegang Adah Djaelani.

Bermula dari keputusan Adah Djaelani untuk mencopot Tahmid Rahmat Basuki dan menggantikannya dengan Abu Toto Panji Gumilang, perpecahan kembali menimpa DI KW-9. Tahmid Rahmat Basuki adalah putra S.M. Kartosoewirjo. Ia tidak menerima keputusan Adah Djaelani itu.

Bersama anggota lain yang tidak puas, Tahmid Rahmat Basuki kemudian keluar dari DI KW-9. Di Cisarua, Jawa Barat, mereka menggelar pertemuan untuk mendirikan DI yang baru. Hasil pertemuan itu memutuskan Tahmid Rahmat Basuki sebagai pimpinan mereka.

Akan tetapi, keputusan itu tidak diterima bulat oleh mereka semua. Gaos Taufik yang ada dalam pertemuan itu menolak kepemimpinan Tahmid Rahmat Basuki. Gaos Taufik merasa lebih berhak atas kepemimpinan DI yang baru itu karena ia lebih senior ketimbang Tahmid Rahmat Basuki.

Gaos Taufik pun memisahkan diri dari DI Tahmid Rahmat Basuki. Ia kemudian mendirikan DI sendiri.

Dalam masa kepemimpinannya, Tahmid Rahmat Basuki memutuskan untuk tidak mengirim kader-kader mereka ke Filipina. Daerah Mindanao, Filipina Selatan, itu adalah basis gerakan MILF di Filipina.

Keputusan itu mengundang ketidakpuasan di antara anggota. Di antara mereka terdapat Akdam alias Jaja. Tidak puas dengan keputusan Tahmid, Akdam memisahkan diri dan mendirikan DI sendiri. Mereka mengirim orang-orang untuk ikut membantu perjuangan muslim Moro dalam upaya memberontak terhadap pemerintah Filipina.

DI Ajengan Masduki yang ditinggalkan Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Baasyir serta yang ditolak DI KW-9, kembali pecah. Bermula dari konflik Ambon yang pecah pada tahun 1999, DI Ajengan Masduki menolak pengiriman anggota-anggota untuk membantu kaum muslimin di Ambon.

Keputusan ini mengundang reaksi dari sebagian anggota DI Ajengan Masduki. Mereka tidak setuju dengan keputusan itu. Mereka kemudian memisahkan diri dari DI Ajengan Masduki dan berangkat ke Ambon. Mereka yang memisahkan diri ini disebut dengan DI Akram.

NII KW-9

Akan halnya DI KW-9, mereka kemudian lebih dikenal sebagai NII KW-9. Mereka terus merekrut kader-kader baru, sampai berhasil meluaskan jaringan mereka ke seluruh Nusantara.

Melalui usaha penggalangan dana yang terus-menerus, di Indramayu, Jawa Barat, mereka membangun sebuah pesanren terbesar di Asia Tenggara. Pada hari ini, pesantren mereka itu dikenal luas sebagai Pesantren Az-Zaytun.

Akan tetapi, seiring waktu yang berjalan, makin banyak anggota NII KW-9 yang keluar dari keanggotaan. Mereka dengan sejumlah alumni santri dan pengurus Pesantren Az-Zaytun, Indramayu, memberikan kesaksian mereka kepada publik tentang kesesatan yang terjadi di dalam NII KW-9 dan Pesantren Az-Zaytun. Mereka ingin masyarakat tahu bahwa NII-9 dan Pesantren Az-Zaytun sesat dan pantas ditutup oleh pemerintah.

Salah satu di antara “orang dalam” yang dengan baik menuangkan kesaksiannya dalam sebuah buku adalah Muhammad Idris. Dalam Mereka Bilang Aku Kafir (Hikmah, Bandung, 2007), ia mengatakan semua itu, meski tetap menyamarkan nama organisasi dan pesantren yang dimaksud.

sumber : jejak akar teroris indonesia
 
klo orang gerakan mah udah pada tau.. klo NII kw 9 adalah bauatan pemerintah
mantan mantanya

tapi klo orang awam mah cuman MEMBEO dari media aja... hahahahaha
karena mereka cuman ikut ikutan aja
 
Wah, jaman sekarang harus hati-hati. Kalau ada yg mengajarkan ke kita paham baru, sebaiknya kita cari pembanding dari ajaran2 guru-gur yang lain. Biar tidak memakan mentah-mentah ajaran yg belum jelas.
 
waduh gila bener.......apa yang dicari...tuh....
 
Assalamu'alaikum sahabat2 muslim atau non muslim semuaa,
Terima kasih saya sampaikan kepada kalian semua yang bersedia memberikan ide dan pendapat mengenai NII dan seluk beluknya. Tapi, guna menjaga FR Islam yang damai, tentram dan mencerahkan semua hati para pembaca maupun aktivis di forum ini maka janganlah membuat perdebatan yang berat. Berbagai postingan yang mengacu pada perdebatan argumentasi sudah saya tindak lanjuti, untuk selanjutnya saya harap tidak ada lagi perdebatan-perdebatan yang nantinya akan menimbulkan konflik. Atas kerjasama dan perhatian dari sahabat2 semua saya haturkan terima kasih.

Wassalamu'alaikum...
 
Status
Tidak terbuka untuk balasan lebih lanjut.
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.