• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Intisari Bhagawad Gita

love

IndoForum Newbie F
No. Urut
61146
Sejak
9 Jan 2009
Pesan
4
Nilai reaksi
0
Poin
1
INTISARI BHAGAWAD GITA


Krishna mengendarai kereta di antara kedua laskar sehingga Arjuna dapat melihat semua sanak keluarganya saling berhadapan. Dengan hati penuh keharuan yang mendalam Arjuna berkata, "Oh Krishna! Saya tidak dapat bertempur! Saya diliputi oleh rasa tak berdaya! Saya tidak mengerti apakah kewajiban saya. Saya adalah pengikut-Mu. Saya pasrah sepenuhnya kepada-Mu. Berilah saya petunjuk".

Lalu Yang Maha Pemurah menjawab, "Arjuna, tinggalkanlah sikap yang lemah ini. Itu tidak pantas bagimu. Jangan menyerah pada kelemahan. Kesedihanmu itu tidak ada gunanya tidak berdasarkan kebenaran. Ketahuilah kebenaran atma, Arjuna. Seperti halnya orang menanggalkan pakaiannya yang usang dan mengenakan pakaian yang baru, demikian pula atma meninggalkan badan (yang lama) dan masuk ke badan yang baru. Badan itu dilahirkan dan apa yang lahir akan mati; tetapi atma yang kekal tidak pernah dilahirkan dan tidak pernah mati. Senjata tidak dapat melukainya, api tidak dapat membakarnya, air tidak dapat membasahinya, dan angin tidak dapat mengeringkannya. Atma ini bukan badan yang dapat musnah. Ia adalah diri yang kekal pada setiap orang. Bila engkau sudah mengetahui hal ini mengapa bersedih hati? Orang bijaksana tidak pernah bersedih hati...baik untuk yang mati maupun untuk yang hidup".

"Akulah atma itu, Arjuna. Aku Yang Mahakuasa yang bersemayam dalam hati setiap makhluk. Aku merupakan Bapak Alam ini dan juga Ibu serta pemeliharaannya. Akulah awal, pertengahan, dan akhir. Segala sesuatu berasal dari Aku. Jalan apa pun yang ditempuh manusia itu adalah jalan-Ku. Walau Aku tidak pernah lahir dan tidak pernah berubah selama-lamanya, Aku menjelma dari zaman ke zaman. Bila kebajikan merosot dan kejahatan merajalela, Aku menjelma, untuk mempertahankan kebajikan dan menghancurkan kebatilan".

"Karena Aku terselubung oleh kemampuan maya-Ku yang gaib, mereka tidak mengenal Aku. Walau mereka tidak mengenal Aku, Arjuna, Aku mengetahui mereka semua...apa yang telah lalu, yang terjadi sekarang, dan yang akan datang. Karena tidak mengetahui sifat-Ku yang adikodrati itu, orang bodoh menganggap Aku yang tidak berwujud dan kekal ini sebagai orang biasa. Karena tidak mengetahui kenyataan-Ku, mereka mengabaikan Aku dan sibuk dalam keduniawian, dipenuhi oleh harapan yang sia-sia. Karena tersesat dalam kesimpangsiuran maya, mereka diputar-putar seperti boneka-boneka di atas komidi putar.

"Maya-Ku yang gaib ini sangat sulit diatasi. Di antara ribuan orang, barangkali hanya seorang yang berusaha mengetahui kebenaran-Ku; bahkan di antara mereka yang berusaha dengan gigih ini, barangkali hanya seorang yang mengetahui kenyataan-Ku yang sejati. Ia adalah yogi yang memiliki kebijaksanaan yang mantap. Karena itu, Arjuna, jadilah seorang yogi! Pasrahkan dirimu sepenuhnya kepada-Ku, dan dengan rahmat-Ku engkau akan memperoleh kedamaian yang tertinggi. Mulai saat ini pusatkan selalu pikiranmu dengan mantap kepada-Ku yang berada dalam hatimu. Berbaktilah kepada-Ku, bersujudlah kepada-Ku, pujalah Aku yang selalu ada dalam dirimu, dan engkau akan segera menyatu dengan Aku. Ya, hal ini sungguh-sungguh Kujanjikan kepadamu, Arjuna, karena engkau sangat Kucintai,"

"Arjuna, siapa yang bekerja untuk-Ku dan menjadikan Aku sebagai tujuan utamanya, siapa saja yang berbhakti kepada-Ku dan tidak terikat, tidak mempunyai rasa benci terhadap makhluk apa pun juga, akan segera mencapai Aku. Ia yang mengetahui kelahiran dan karya-Ku yang suci, tidak akan lahir lagi sesudah mati. Ia melihat Aku di mana-mana, yang kekal di antara yang tidak kekal, yang bersemayam dalam semua makhluk. Ia tetap melihat, Aku pun tetap melihat dia. Mereka yang selalu menempatkan Aku dalam hatinya dan yang selalu mengabdi kepada-Ku dengan penuh kecintaan, akan kutanggung bebannya dan Kuberi apa yang mereka butuhkan. Mereka senantiasa merasa puas dan gembira bila membicarkan tentang diri-Ku. Berkat rasa kasih-Ku kepada mereka, Aku tingkatkan kemampuan mereka untuk membeda-bedakan, dan dengan sinar pengetahuan Kulenyapkan kegelapan serta kebodohan yang menghalangi pandangan mereka. Karena mampu menguasai indera, mereka mencapai pengetahuan utama; karena bebas dari perbuatan jahat, mereka mencapai kebahagiaan tertinggi karena mampu melampaui dunia yang mengalami kematian dan kehancuran, mereka mencapai kekekalan."

"Arjuna, siapa pun yang mempersembahkan kepada-Ku dengan penuh kasih, apakah itu sehelai daun, sekuntum bunga, atau sebutir buah, bahkan air sekalipun...persembahan semacam itu yang timbul dari hati yang suci, tentu akan Aku terima. Apa pun yang engkau kerjakan, apa pun yang engkau makan atau kurbankan atau sedekahkan, olah tapa apa pun yang engkau lakukan, persembahkanlah semua itu kepada-Ku. Engkau akan terbebaskan dari akibat segala perbuatanmu, dan segera batinmu akan tenang serta diberkati dengan penyangkalan diri. Dengan memiliki keseimbangan batin dan tidak memperhitungkan jerih payahmu, engkau akan terbebaskan selama-lamanya dari belenggu kelahiran. Karena itu, serahkanlah semua perbuatanmu kepada-Ku. Pusatkanlah pikiranmu melalui dirimu dan membebaskan engkau dari segala dosa. Janganlah engkau takut. Berkat rahmat-Ku engkau akan mengatasi segala rintangan."

"Namun bila karena keangkuhanmu engkau tidak mendengarkan Aku, engkau pasti akan binasa. Boleh jadi engkau berpikir, 'Aku tidak mau bertempur' namun terdorong oleh rasa tanggung jawabmu, sifatmu itu akan memaksa engkau untuk bertempur. Bagaimanapun juga engkau akan bertempur, meski dalam khayalanmu engkau tidak ingin melakukannya. Bangkitlah wahai Arjuna! Dengan pedang pengetahuan yang telah Kuberikan kepadamu, basmilah kebodohan serta khayalan yang timbul dari padanya, yang meragukan kebenaran Tuhan yang bersemayam dalam hatimu. Arjuna, bangkitlah dan raihlah kemenangan! Engkau telah disumpah untuk menegakkan dharma! Kekuasaan kebatilan telah merajalela. Engkau harus menghadapi dan menghancurkannya. Berlindunglah pada-Ku, Arjuna. Ingatlah kepada-Ku selalu...dan bertempurlah! Bukan engkau yang akan membunuh para ksatria ini, tetapi Aku. Akulah pencipta alam ini dan pemeliharanya, tetapi Aku juga merupakan waktu, kemampuan maha dahsyat yang menghancurkan dunia dan memusnahkan segalanya. Semua perwira dalam laskar lawan ini telah binasa oleh-Ku."

"Arjuna, engkau hanya merupakan alat bagi-Ku untuk bertindak. Sekarang Kuberikan kepadamu penampakan wujud universal-Ku; di situ engkau dapat melihat ke-Esaan seluruh alam semesta. Lihatlah kemampuan dewata-Ku! Lihatlah seluruh alam semesta yang bergerak dan yang tidak bergerak, semuanya menyatu dalam diri-Ku!" Dengan diliputi oleh rasa heran serta kekaguman Arjuna menundukkan kepala penuh hormat dan menangkupkan tangan seraya berkata, "Oh Tuhan Yang Maha Kuasa! Terpujilah Engkau! Terpujilah selama-lamanya! Kecemerlangan seribu matahari yang menyala bersama di angkasa tidak akan berarti jika dibandingkan dengan kemegahan-Mu! Engkau adalah Yang Maha Tinggi...pelindung abadi dharma yang kekal. Engkau adalah segala-galanya yang patut diketahui. Melihat wujud-Mu yang mengagumkan, seluruh alam gemetar ketakutan, demikian pula daku. Bagaikan sungai-sungai yang mengalir ke laut, demikianlah para pahlawan dalam dunia manusia ini masuk ke mulut-Mu yang menyala-nyala."

Sesudah itu Tuhan Yang Maha Suci kembali kepada wujud-Nya yang semula dan berkata, "Telah Kutunjukkan kepadamu wujud pramula-Ku yang Mahabesar. Memang sangat sukar melihat apa yang telah kau saksikan. Wujud-Ku seperti itu tidak dapat dilihat melalui pengkajian kitab-kitab suci, tidak pula melalui tapa, amal, atau yajna 'pengorbanan', melainkan hanya dapat dilihat melalui bhakti atau pengabdian yang sungguh-sungguh. Pengalaman yang telah Kuberikan kepadamu dan pengetahuan yang telah Kuajarkan kepadamu merupakan harta yang sangat berharga. Apakah engkau mendengarkan Aku dengan penuh konsentrasi Arjuna? Apakah khayalan yang bersumber pada ketidaktahuanmu telah lenyap? Pikirlah semua yang Kukatakan kepadamu, renungkan dalam-dalam, lalu kerjakanlah apa yang menyenangkan hatimu".

Arjuna berkata, "Ya Tuhan penguasa alam semesta ini! Kata-kata-Mu yang sarat dengan kemampuan dan menakjubkan mengandung pengetahuan yang sangat tinggi, dan Engkau telah mengucapkannya dengan penuh belas kasihan. Atas rahmat-Mu khayalan saya yang menyesatkan kini telah musnah. Saya bangkit tanpa keraguan lagi. Saya mohon bimbingan-Mu. Akan saya kerjakan apa pun yang kau perintahkan."
 
Nice..Arjuna minta kepada kusir keretanya, yang juga temannya, Krishna, untuk membawa keretanya di antara dua tentara sehingga ia bisa melihat tentara Pāndava. Arjuna merasa sangat belas kasih melihat teman-temannya dan kerabat di sisi yang berlawanan yang harus ia bunuh untuk memenangkan perang. Dia menjadi bingung dan menolak untuk berperang... lanjutkan!

Inti ajaran Bhagawad Gita adalah pembinaan mental diri kita sendiri secara batin. Gita mengingatkan dan sekaligus mengajarkan bahwa kelemahan adalah dosa; sesuatu kekuatan diri haruslah dibina dengan disiplin yang kuat dan tanpa pamrih. Kekuatan ini harus bersih dari segala unsur-unsur duniawi dan penuh dengan gairah hidup demi dharma kita kepadaNya.
 
Hikmah yg saya petik dlm peristiwa "Wejangan Sri Khrisna kepada Arjuna" adalah :
"Sebuah kebenaran tidak selamanya merupakan kebenaran, masih ada kebenaran di atas kebenaran tersebut..kebenaran sangat tergantung dari tempat, waktu, keadaan..dan kita dididik oleh Dewa Wisnu sendiri agar mampu menemukan kebenaran tersebut, tentu saja kebenaran hanya akan ditemukan dengan kolaborasi antara pikiran,pengalaman,dan pengetahuan.."
 
Arjuna = pemanah = manah = pikiran = EGO = ke - AKU - an
Krishna = Kusir = pemandu = pengantar = penunjuk jalan kehidupan = "AKU" yang sejati = Sang Maha Hidup = Gusti = Tuhan

Dimana ada arjuna dan krishna yang menjadi satu maka disanalah letak .......................

Jadikan Sang maha hidup untuk sebagai penunjuk jalan mencapai kesempurnaan / moksah

Arjuna menjadi Yogi sejati karena selalu mengikuti perintah dan petunjuk Krishna( siapa krishna ) ^^

Manunggaling Kawula Lan Gusti
Brahman Atman Asmi

Bagaimana caranya .....

Jalannya sudah dijelaskan bro goesdun ......

Just sharing no flame

Om Santih Santih Santih Om
 
^^Seseorang yang memiliki kesadaran KeTuhanan sejati percaya bahwa semua kerja dilakukan oleh energi alam dan ia bukan pelaku yang sebenarnya dari suatu tindakan.

Orang semacam ini disebut Samnyāsi atau pengingkaran diri atau menyerahkan semua kepentingan pribadi, harta benda dan benda-benda duniawi. Tapi itu juga berarti hidup dalam masyarakat dan melayani masyarakat dengan melakukan satu tugas tanpa kepentingan pribadi apapun. Orang semacam ini disebut Karmā-Samnyāsi.

Beberapa pemimpin spiritual memilih jalan pengingkaran diri dari semua harta duniawi sebagai jalur tertinggi dan tujuan hidup.

Menjadi Samnyāsi adalah orang yang tercerahkan atau pertapa, atau orang yang telah meninggalkan semua kepentingan pribadi melihat Tuhan di dalam semua. Orang semacam itu melihat orang terpelajar, orang buta huruf, orang kaya, yang miskin, orang buangan, bahkan seekor sapi, gajah, atau anjing dengan penglihatan yang sama.

Kesetaraan dengan semua mahluk sangat sulit untuk dilakukan sepanjang waktu. Untuk memiliki perasaan seperti itu seseorang harus benar-benar menyadari Tuhan atau seorang Samnyāsi yang sempurna.

Dalam Bhagawad Gita dinyatakan bahwa pelayanan tanpa pamerih (atau pelayanan kemanusiaan tanpa terikat pada hasil) sebagai jalan terbaik bagi kebanyakan orang, mengarah ke kehidupan yang bahagia di bumi dan di Nirvāna setelah kematian.

Samnyāsa tidak berarti meninggalkan harta benda duniawi. Tetapi berarti tidak melekat pada harta tersebut. Seseorang yang tercerahkan melihat Tuhan di dalam semua mahluk dan memperlakukan semua orang sama.

Dalam KarmaYoga seseorang menyerahkan keinginan pribadinya untuk menikmati hasil dari pekerjaannya. Jadi seorang Samnyāsi adalah KarmaYogi tingkat tinggi yang tidak melakukan apa pun untuk keuntungan pribadi.
 
dan menurut saya (maaf goes) di BG secara tegas di pisahkan antara dewa dan tuhan
dewa hanya ciptaan tuhan bukan tuhan itu sendiri

tolong pendapat goes


gita membedakan antara dewa dan tuhan
akan tetapi gita lebih menekankan akan kesatuan dari keanekaragaman
yang berprinsip bahwa tuhan adalah segalanya
oleh karena itu disebut dewa lebih dicerminkan sebagai manifestasi/pancaran
tuhan
sama dengan kita kitapun adalah pancaran/cerminan tuhan
 
menurut saya inti dari BG yaitu untuk mencapai diriNya tapi dibalut dengan cerita mahabrata, mahabrata cuma sebagai sarana saja untuk menyampaikan ajaranNya

Sependapat, karena Bagawadgita merupakan bagian dari Mahabrata.

dan menurut saya (maaf goes) di BG secara tegas di pisahkan antara dewa dan tuhan dewa hanya ciptaan tuhan bukan tuhan itu sendiri

tolong pendapat goes
Tuhan dalam Hindu demikian juga disampaikan dalam Bagawadgita mampu menjelma menjadi bentuk/manifestasi apa saja dalam upaya membantu umatnya mencapai moksa, yaitu membebaskan diri dari ikatan duniawi, karena yang langgeng abadi hanyalah Tuhan. Kenapa Tuhan melakukannya, karena dunia berada pada hukum Tri Kona yaitu Utpati, Stiti dan Pralina. Inilah manifestasi Tuhan dalam wujud Maha Kuasa.

“Pranawah sarwawedesu” artinya Tuhan Yang Maha Esa adalah Pranawa dalam semua Weda.

Pranawa yaitu huruf AUM (diucapkan OM) yang juga disebut Tri Aksara, karena terdiri dari tiga huruf dan juga sebagai aksara Brahman, yang berupakan perwujukan sifat hakekat Tuhanan Yang Maha Esa.

Adapun kemudian beralihnya keyakinan seseorang sangat dipengaruhi oleh nafsu kama dan karena kurang pengertian terhadap Bhatara dan Dewa-Dewa.

Dimana bila dalam menyembah para Bhatara dan Dewa-Dewa bila dilakukan atas dasar karena sifat pribadi (picik), bukan karena terikat oleh kewajiban dharma maka akan tersesat atau paling pergi kepada para dewa-dewa yang disembah.

Hal ini terjadi bila orang berfikir secara picik, yaitu hanya beranggapan Tuhan Yang Maha Esa/Brahman yang tak berbentuk diusahakan untuk termanisfestasikan tanpa didasari pengetahuan akan sifat Tuhan Yang Maha Esa yang lebih tinggi, yang kekal abadi dan Yang Maha Tinggi.

Disamping meletakkan system pengendalian melalui pranawa omkara yaitu dengan mengucapkan Om/AUM (Brahma Aksara) dan diartikan sebagai seruan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai Brahman, Bagawadgita memberi penegasan bahwa dalam beragama, setiap orang adalah bebas bersembahyang/memuja menurut keinginannya.

Dan diharapkan Om/AUM dapat diucapkan hingga di saat merasakan ajalnya telah tiba.

Adapun kemudian penafsiran/menjelaskan adanya dewa-dewa diciptakan kemudian, hal ini sama dengan gelar yang diberikan kepada Tuhan dalam perwujudan Kemaha Kuasannya ke dalam bentuk antropomorfisme, dimana Tuhan Yang Maha Esa menjadi memiliki sifat Melihat, Mendengar, Mengetahui, MAHA BESAR, dan lain-lainnya. Klau sudah sperti ini tentu tidak dapat membedakan dari bentuk benda atau manusia biasa.

Dalam pandangan Hindu Tuhan Yang Maha Esa / Brahman dalam aspek transcendentnya mewujudkan dirinya dalam bentuk Purusa Uttama/Virat disebut juga Prama Atma, Iswara (Tuhan Yang Abadi), guna memelihara alam semesta dengan melibatkan dirinya melalui berbagai manifestasinya turun atau masuk di ketiga dunia ini.

Sehingga dalam penghormatan terhdap Tuhan dapat dilakukan dari segala arah, karena Tuhan menghadap kesegala penjuru dalam bentuk Wiswa Rupanya (Sarwatah).

Jadi yang terpenting dalam menjalankan keimanan adalah percaya/yakin (sraddha) akan pengetahuan Prakerti – Tuhan Yang Maha Esa yang lebih tinggi sebagai Raja Agung dari segala yang ada.

Hal ini sangat berjalan dengan baik pada masyarakat Hindu di Bali, dimana masyarakat menghormati Bhatara-Bhatari dan Dewa-Dewi sesuai keinginannya sebagai manifestasi Tuhan Maha Kuasa. Tetapi tetap menjalankan kewajiban dharmanya memuja Tuhan Yang Maha Esa dalam manifestasi tertinggi sebagai Tri Kona (Utpati, Stiti dan Pralina).
 
Bagaimana kalo Tuhan tidak di sembah tapi disadari keberadaannya dalam diri :">

Beliau Sudah MAHA .....
 
dalam prakteknya emang kita lihat masyarakat hindu di bali dalam melaksanakan upacara terutama piodalan sangat antusias dan sangat taat tapi pernahkah kita berpikir apakah mereka tahu bahwa pada saat piodalan mereka sebenarnya tidak menyembah tuhan?????

tapi malah pada waktu kita harus menyembah tuhan dengan melakukan puja trisandya setiap hari mereka jarang melakukan, dan saya yakin sangat jarang dilakukan mereka menganggap hanya merasa cukup melakukannya pada saat piodalan saja.

coba kita ingat lagi pada saat piodalan
pertama kita memuja surya raditya
kedua kita memuja yg berstana di pura tsb
ketiga kita meminta anugrah pada dewa samadaya

kalo menurut saya sebaiknya saat piodalan di pura2 sebelum kita sembahyang kita melakukan puja trisandya terlebih dahulu


diluar bali seperti di yogya (bukan membanggakan hanya membandingkan) sebelum kita melakukan persembahyangan kita melakukan puja trisandya terlebih dahulu

gimana pendapat para umat sedarma?????

ayo goes di respon

Kalau odalan sudah pasti menyembah Tuhan juga, bila tidak ada Padmasana maka biasanya dibuat Sanggar Surya/Sanggar Pesaksi Tuhan Yang Maha Esa.

Kesadaran melakukan Puja Trisandya di Bali di akui masih kurang, tapi sampai saat ini sudah mulai dilakukan. Dan terutama Bali Utara secara konsistem mengumandangkan Puja Trisandya melalui pengeras suara.

Dan kesadaran makin tumbuh, mulai dari keluarga dan saat2 persembayangan bersama di Pura sudah mulai didahuli dengan Puja Trisandya.


Bagaimana kalo Tuhan tidak di sembah tapi disadari keberadaannya dalam diri :">

Beliau Sudah MAHA .....

Kesadaran inilah yang harus dilakukan sebagai umat Hindu Dharma, maka dari itu di setiap kamar tidur mesti ada pelangkiran. Dan disadari keberadaannya dalam diri wajib ada Upacara Otonon biasa / 6 bulan, tidak lupa setiap hari serta kajeng Kliwon hendaknya diisi sesajen dan pergantian daksina sebulan sekali setiap purnama.
Bila tidak memungkinkan cukup dengan Tri Sandya dan Panca Sembah.
 
Kebetulan bolak-balik halaman lama dan menemukan thread ini,..... :)

Bagaimana kalo Tuhan tidak di sembah tapi disadari keberadaannya dalam diri :">

Beliau Sudah MAHA .....

Saya ada artikel menarik yang merupakan kiriman seorang sahabat yang saya rasa isinya sangat menarik untuk saya copas disini dan secara kebetulan pula itu sesuai dengan judul thread ini,...... :)

PERCAKAPAN 1:

Perwujudan Cinta Kasih

Di dunia ini ada bermacam-macam ilmu pengetahuan, tetapi pengetahuan tentang atma melebihi semua ilmu pengetahuan yang bersifat duniawi. Pengetahuan mengenai diri yang sejati ini adalah pengetahuan yang utama dan suci. Pengetahuan duniawi memungkinkan engkau memperoleh sejumlah kesenangan duniawi yang sementara sifatnya, tetapi hanya dengan pengetahuan mengenai diri yang sejati engkau akan dapat mewujudkan kedamaian dan kebahagiaan abadi yang merupakan sifatmu yang sesungguhnya.

Pengetahuan mengenai diri yang sejati tidak berbeda dengan pengetahuan mengenai Tuhan Yang Maha Esa, keduanya adalah pengetahuan spiritual yang sama, suatu pengetahuan suci. Pengetahuan ini memungkinkan engkau melihat keesaan dalam kebhinekaan yang terdapat di sekelilingmu, ia memungkinkan engkau melampaui alam duniawi ini dan mencapai kekekalan yang selama ini sedang engkau cari. Apakah yang menjadi dasar pengetahuan utama ini? Dasar itu adalah kesucian pikiran.

Engkau menyucikan pikiran dengan berbagai perbuatan yang suci. Bila engkau bergaul dengan orang-orang yang berjiwa spiritual, bila dalam kehidupan sehari-hari tingkah lakumu terpuji, dan engkau selalu giat mengerjakan pekerjaan yang baik dan mulia, maka pikiranmu akan menjadi suci. Dengan demikian engkau akan mampu membedakan antara yang kekal dan yang sementara, antara hal yang berguna dan yang menghambat kemajuan spiritualmu. Untuk ini kitab-kitab suci dapat dijadikan petunjuk. Dengan mengkaji ajaran ini secara sungguh-sungguh dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, kegiatanmu akan menjadi perbuatan yang bajik, menjadi suci.

Mungkin engkau memiliki pengetahuan duniawi yang sangat tinggi, mungkin juga engkau seorang akademikus dan seorang ilmuwan besar, tetapi semua gelar serta prestasimu itu tidak dapat memberimu pengetahuan yang sejati. Agar benar-benar bijaksana dan dapat melenyapkan kesedihan hatimu, engkau harus mengenal dirimu sendiri. Engkau harus menyadari diri yang kekal. Engkau tidak dapat melenyapkan kesedihan dengan cara lain apa pun juga. Hanya pengetahuan mengenai diri yang sejati itulah dapat membuat engkau mengatasi segala penderitaan serta kesengsaraan dan menganugerahkan kebahagiaan. Bila engkau mendalami atmawidya 'pengetahuan atma' ini engkau akan mencapai kebahagiaan abadi. Siapakah yang berhak mempelajari pengetahuan suci ini? Apakah anak kecil boleh mempelajarinya, atau orang-orang tua belaka? Apakah pengetahuan itu hanya boleh diajarkan kepada kaum pria saja, ataukah wanita juga berhak mempelajarinya? Sesungguhnya setiap orang berhak mempelajari pengetahuan utama ini.

Dengan mempelajari ilmu pengetahuan duniawi mungkin engkau menjadi terkenal dan dapat memenuhi aspirasi keduaniawianmu, tetapi dengan pengetahuan atma engkau akan menjadi orang yang pantas menerima rahmat Tuhan. Engkau akan mengalami kebahagiaan abadi. Untuk mendapatkan pengetahuan ini kasta, kepercayaan, warna kulit, atau jenis kelamin tidak menjadi masalah. Termasuk kasta apakah Resi Walmiki yang arif bijaksana yang dulunya adalah perampok? Dalam keluarga manakah Resi Narada dilahirkan sedangkan ibu beliau adalah seorang pembantu rumah tangga? Tuhan akan datang kepada orang yang sungguh-sungguh berbhakti kepada-Nya. Tuhan melihat apa yang ada di dalam hati, bukan keadaan luarnya.

Filsafat cinta kasih mempunyai tempat yang penting dalam kehidupan umat manusia. Krishna bersabda, "Mereka yang mengabdi kepada-Ku dengan penuh cinta kasih, mereka itulah yang amat Kucintai." Namun ini tidak berarti bahwa engkau harus mengabaikan pengetahuan duniawi. Untuk memperoleh pengetahuan duniawi pun engkau harus belajar dengan sungguh-sungguh. Percayalah kepada dirimu sendiri, yakinlah bahwa engkau akan dapat memenuhi tugas yang merupakan tujuan kedatanganmu sebagai manusia. "Kepercayaan pada diri sendiri dan kepercayaan kepada Tuhan merupakan rahasia keagungan," demikian kata Vivekananda. Pertama binalah rasa percaya pada diri sendiri. Ini berarti percaya pada ke-dewata-an dalam dirimu. Pengetahuan duniawi akan memberimu papan dan pangan sedangkan atmawidya akan memberimu kesadaran mengenai kenyataan diri yang sejati.

Tetapi, tanpa sedikit pengetahuan duniawi, engkau tidak akan dapat memperoleh pengetahuan yang abadi. Engkau tidak boleh mengabaikan bidang pengetahuan duniawi. Harus ada kombinasi yang seimbang antara budaya, pengetahuan duniawi, dan pengetahuan spiritual. Walmiki dan Wyasa adalah ilmuwan besar dalam bidang pendidikan duniawi dan sangat dihormati oleh seluruh masyarakat. Mereka menulis kitab-kitab suci seperti misalnya Ramayana dan Mahabharata, tetapi mereka pun ahli dalam pengetahuan duniawi. Jika tidak demikian bagaimana mungkin beliau mampu menulis kitab-kitab klasik sehebat itu?

Segala sesuatu di dunia ini berasal dari Tuhan. Bila semua ini berasal dari Dia, apakah yang mungkin engkau persembahkan kepadaNya? Satu-satunya yang dapat kau persembahkan kepada-Nya adalah cinta kasihmu. Hanya itulah yang diharapkan-Nya dari engkau. Karena itu, ada seorang penyair besar yang bernyanyi, "Tuhan yang terkasih, Engkau ada di mana-mana. Engkau memenuhi alam semesta ini. Bagaimana aku dapat membuat tempat pemujaan untuk-Mu? Engkau bersinar cemerlang bagaikan jutaan matahari. Bagaimana aku mempersembahkan pelita yang kecil kepada-Mu? Engkau berada dalam segala makhluk. Bagaimana aku dapat menyebut-Mu dengan nama tertentu? Bila seluruh semesta ini ada dalam perut-Mu, bagaimana aku mempersembahkan makanan bagi-Mu? Yang dapat kupersembahkan kepada-Mu hanyalah cinta kasihku, dan kuserahkan diriku kepada-Mu karena Engkau adalah samudra kasih."

Demi kepuasan manusiawi engkau memberikan nama dan wujud kepada Tuhan, tetapi sesungguhnya Ia sama sekali tidak berwujud. Namun, Ia mengambil suatu wujud sehingga engkau dapat memuja-Nya dan mengagumi-Nya, berbhakti dan mencintai-Nya dan dengan demikian memenuhi cita-cita spiritualmu. Untuk kepuasanmu sendirilah engkau memberi nama serta wujud kepada Tuhan dan menggunakan hal ini untuk memuja-Nya. Apa pun juga wujud Tuhan yang kau pilih dan kau ikuti, semua yang memuja-Nya dengan hati yang penuh kasih akan dikenang selamanya. Ramakrisna Paramahamsa*) bukan seorang cendekiawan dalam masalah duniawi, ia hampir buta huruf, tetapi pikiran dan perasaannya selalu tenggelam dalam pemujaan pada Ibu Dewi dengan hati yang senantiasa penuh kasih. Ia tidak berminat pada jenis pendidikan lain. Ia mengabdikan seluruh hidupnya untuk memuja Tuhan sebagai Ibu Dewata dan hidup hanya dengan uang lima rupi sebulan; itu sudah cukup untuk memenuhi semua keperluannya. Walau ia tidak berpendidikan tinggi dalam pengetahuan duniawi, kini seluruh dunia menghormatinya dan di mana-mana kita dapat menemukan misi Ramakrisna. Ia disanjung di seluruh dunia.

Demikian pula seorang perampok seperti Ratnakara menjadi Walmiki yang agung karena cintanya kepada Tuhan. Prahlada adalah putra raksasa, namun ia menjadi termashyur dan suci karena kasihnya kepada Tuhan. Dengan selalu menyebut nama Rama, Hanuman menjadi makhluk yang mulia dan dihormati di seluruh India. Jatayu adalah seekor burung, teman Dasaratha, ayah Sri Rama, tetapi karena cintanya yang tak terhingga kepada Rama, ketika meninggal ia manunggal dengan Tuhan. Pengabdian kepada Tuhan tidak membedakan kasta, kepercayaan, jenis kelamin, atau perbedaan-perbedaan lain. Setiap orang mempunyai hak yang sama.

Bab keduabelas adalah bagian yang paling penting dalam Bhagawad Gita. Itulah sebabnya hari ini kita mulai dengan bab tersebut, yaitu Bhakti Yoga atau jalan kebhaktian. Bhakti itu bukanlah mengulang-ulang nama Tuhan. Bhakti adalah pengabdian, cinta yang murni dan abadi bagi Tuhan. Bhakti bersifat tanpa pamrih sedikit pun, sekedar tanpa keinginan duniawi apa pun juga. Ia murni, permanen, dan abadi. Kasih yang suci itu harus senantiasa diamalkan dalam hidupmu sehari-hari.

Pertama, engkau harus mengetahui Siapakah engkau sebenarnya. Apakah engkau badan raga? Jika engkau adalah badan raga lalu mengapa engkau berkata, "Ini badanku?" Jika engkau menyebutnya "badanku", tentu engkau berbeda dari raga itu. Jika engkau berkata, "hatiku", maka itu berarti engkau berbeda dengan hatimu. Hatimu adalah suatu objek yang kau miliki, engkau pemiliknya. Dalam kehidupan duniawi kita menyatakan, "Ini kakakku, ini adikku, ini pikiranku, badanku, akal budiku". Unsur yang tidak berubah dalam semua pernyataan itu adalah kata "ku". Aku yang sejati yang menimbulkan kata ku ini sesungguhnya adalah kesadaran terdalam yang berada pada setiap manusia dan dalam segala sesuatu. itulah yang dinamakan "caitanya" yaitu kesadaran Tuhan.

Kesadaran ada di mana-mana memenuhi segala sesuatu. Ia ada dalam dirimu, di sekitarmu, di bawahmu, di atasmu, dan di sampingmu. Sesungguhnya kesadaran itu adalah engkau. Chaitanya terdapat di mana-mana, pada segala benda di dunia. Tetapi untuk menyadari atau menghayati hal ini, pikiranmu harus di arahkan ke dalam batin. Engkau harus bersikap mawas diri dan mencari kesunyataanmu dengan menyadari bahwa engkau bukan ini, engkau bukan itu. "Neti, Neti, Neti." Bukan ini, bukan ini, bukan ini". Engkau bukan pikiran, engkau bukan raga, engkau bukan akal budi. Lalu siapakah engkau?" Jawabnya, "Aku adalah Aku...Aham Aham." Inilah jalan yang benar untuk mencapai kesadaran diri. Jalan ini hanya dapat berkembang dari jalan cinta kasih, jalan pengabdian. Tidak ada jalan lain untuk mencari Tuhan.

Ke mana pun engkau memandang, yang tidak bersifat telah mengambil sifat. Tuhan ada di mana-mana, tetapi tanpa bantuan nama dan wujud engkau tidak dapat memahami yang tidak bersifat dan tidak berwujud. Narayana ada di mana-mana, tetapi sebelum engkau mampu mencapai kesadaran itu, engkau harus mengembangkan cinta dan bhaktimu pada Tuhan yang mengenakan wujud. Karena itu, mula-mula engkau menempuh jalan bhakti pada jenjang yang terendah dan memuja Tuhan dengan nama dan wujud. Kemudian secara berangsur-angsur engkau meningkat ke tahap yang lebih tinggi. Engkau mengalihkan pikiran dan perasaanmu dari dunia lahiriah dan memuja yang tidak berwujud hingga akhirnya engkau menyadari kesunyataanmu sendiri. Itulah yang disebut kesadaran diri yang sejati.

Tanpa bunga engkau tidak dapat memperoleh buah. Proses masaknya bunga hingga menjadi buah muda dan kemudian menjadi buah yang ranum merupakan proses kesadaran diri. Pada tahap berbunga, jalan yang ditempuh adalah karma, jalan aktivitas. Bila tumbuh menjadi buah muda disebut jalan bhakti, jalan pengabdian. Bila buah itu menjadi ranum dan penuh dengan madu kebijaksanaan, maka jalan itu menjadi jnana, jalan pengetahuan diri yang sejati. Pada waktu itu, melalui cinta dan bhakti, bunga karma telah mengubah dirinya menjadi buah kebijaksanaan yang manis. Dengan melakukan kerja yang baik dan pemujaan engkau maju menuju ketidakterikatan dan kebijaksanaan. Oleh sebab itu, di samping pemujaan engkau juga harus melakukan sejumlah pekerjaan yang baik. Tetapi engkau harus berusaha untuk melakukan setiap kegiatan demi cinta kepada Tuhan, dan mempersembahkan segala perbuatanmu kepada-Nya.

Selama engkau berada di dunia ini, engkau harus mempelajari pengetahuan duniawi dan mempraktekkan apa yang telah kau kaji. Berkarya sangat penting bagi manusia karena melalui kerja dan kegiatan engkau belajar menyelaraskan pikiran, perkataan, dan perbuatan. Pada orang yang berjiwa besar seperti Mahatma selalu terdapat satunya kata, pikiran, dan perbuatan. Mula-mula engkau menginginkan hasil kegiatanmu. Pada taraf pertama, ketika masih mempunyai keinginan yang besar, engkau tidak akan sanggup melaksanakan nishkama karma, yaitu melaksanakan segala kegiatan tanpa keinginan untuk menikmati hasil kerjamu. Namun lambat laun engkau akan bersikap tidak mementingkan diri sendiri dan sama sekali tidak mendambakan hasil karyamu itu. Dengan demikian lama kelamaan pekerjaanmu akan berubah menjadi pemujaan. Kemudian engkau akan melakukan segala sesuatu demi cinta kepada Tuhan.

Kebenaran itu satu, tetapi kaum arif bijaksana menyebutnya dengan berbagai nama. Ke-Tuhan-an itu satu, selalu Esa, tetapi banyak nama yang selama ini telah digunakan untuk menyebutkan kenyataan yang mutlak itu. Dari satu Ia menjadi banyak. Anak yang baru lahir disebut bayi. Kemudian ia tumbuh menjadi orang tua. Kelak kemudian hari dalam hidupnya ia menjadi kakek atau nenek. Tetapi semua ini adalah makhluk yang satu dan sama. Demikian pula kenyataan mutlak tadi selalu satu dan sama. Untuk memahami evolusi dari yang Esa menjadi beraneka namun tetap berpengertian satu, engkau harus selalu merenungkan kesatuan yang ada di balik keanekaragaman ini. Hanya bila engkau menyadari kesatuan ini, Yang Esa yang mendasari semua nama dan wujud yang berubah-ubah itu, engkau akan mencapai sesuatu yang benar-benar berarti.


lanjut.....

Note: *) Ramakrishna Paramahamsa: 1836 - 1886; seorang yang agung dari Bengal, India Timur; guru Swami Vivekananda.
 
lanjutan,........ :D

Perwujudan cinta kasih.

Engkau harus mempunyai pengertian yang baik tentang Bhagawad Gita dan menghayatinya. Apakah inti sari ajaran Gita? Ada yang mengatakan karma yoga, jalan kegiatan yang suci. Yang lain menyatakan bhakti yoga, jalan pengabdian. Bahkan ada juga yang mengatakan jnana yoga, jalan ilmu pengetahuan. Pendapat-pendapat ini tidak seluruhnya benar. Untuk memahami kepribadian seseorang yang sebenarnya, engkau harus memiliki pandangan yang utuh tentang kebenaran; dengan melihat kaki saja engkau tidak dapat mengetahui pribadi yang utuh. Bhagawad Gita mulai dengan ayat yang kata pertamanya adalah Dharmakshetra. Jadi, ia mulai dengan kata dharma yang dalam hubungan ini berarti kegiatan atau kewajiban yang bajik. Ayat penutup pada Gita berakhir dengan kata mama yang artinya 'kepunyaanku'. Bila digabungkan kedua kata itu menjadi mamadharma 'kewajibanku' atau 'pekerjaanku'. Kata itu meringkas seluruh ajaran Gita. Hal ini berarti engkau harus melaksanakan kewajiban yang telah ditentukan bagimu sejauh kemampuanmu serta sebaik dan sesempurna mungkin mengerjakan pekerjaan yang sesuai dengan tahap hidupmu.

Jika engkau seorang murid, engkau harus belajar dengan baik. Jika engkau yang berumah tangga, engkau harus melaksanakan tanggung jawab keluarga dan pekerjaan dengan baik. Jika engkau seorang pensiunan, engkau harus melaksanakan kewajiban yang sesuai untuk tahap kehidupan itu, dan jika engkau telah meninggalkan keduniawian untuk menekuni dan merenungkan kesunyataan, maka engkau harus tetap berpegang pada jalan itu. Jika engkau menjalankan dharmamu sebaik-baiknya, melaksanakan tugasmu dengan jujur dan sungguh hati, kebingungan dan kesengsaraan akan lenyap. Arjuna harus melaksanakan tugasnya dalam medan laga. Tetapi ia diliputi oleh keterikatan dan maya, maka ia pun menderita. Sri Krishna mengajarnya untuk membebaskan diri dari maya dan keterikatan itu. Ketika Krishna telah menyudahi ajaran-Nya, Beliau bertanya kepada Arjuna, "Apakah keterikatan dan kekaburan batinmu telah lenyap?" Arjuna menjawab, "Keterikatanku telah lenyap sama sekali. Segala pikiran yang keliru telah musnah."

Keterikatan adalah moha, kebebasan adalah moksha. Selama engkau masih menderita keterikatan, moksha tak mungkin dapat kau capai. Selama engkau memiliki kekaburan batin, engkau tetap dalam keadaan terbelenggu. Moksha bukan kesenangan duniawi. Moksha bukan ruangan ber-AC atau kursi yang mewah, melainkan adalah penghancuran keterikatan dan kekaburan batin. Moksha terdiri dari moha dan ksaya atau pemusnahan moha secara total, penghancuran seluruh kekaburan batin dan keinginan duniawi.

Engkau harus menjadi teladan bagi umat manusia dan melakukan tugasmu dengan sempurna. Pelajarilah ayat-ayat Gita dan amalkan ajaran mulia yang terkandung di dalamnya, maka engkau akan diberkati dengan rahmat Tuhan. Banyak pengabdi yang membuang-buang waktu mereka. Mulai hari ini perbaikilah dirimu, jangan membuang-buang waktu. Waktu adalah Tuhan. Pelajarilah satu ayat setiap hari dan ulang-ulanglah sambil merenungkan artinya yang dalam. Bila telah kau pahami, hal itu harus kau laksanakan dan kau amalkan. Hanya dengan cara ini engkau akan dapat mencapai kesempurnaan akhir yang merupakan ciri manusia sejati.


Note: ini hanya bagian awal saja, nanti akan saya post yang selanjutnya,.... :)
 
PERCAKAPAN 2

PENYERAHAN DIRI PERUBAHAN DARI MANUSIA MENUJU KE KETUHANAN


Sri Krishna menyatakan dalam Gita, "Siapa pun yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada-Ku dan berlindung pada-Ku akan Kulindungi. Aku akan menghapuskan segala dosanya dan menuntunnya menuju kesadaran Tuhan". Sebagai seorang yang sangat menginginkan kemajuan dalam jalan spiritual, engkau harus mencamkan kata-kata ini dan dengan tabah mengikuti jalan menuju penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Dengan demikian engkau, akan mencapai tujuan hidupmu.

Kekuasaan Tuhan tidak terhingga dan tak terbatas. Keanekaragaman sangat besar yang kau saksikan bila memandang jagat raya, semuanya diakibatkan oleh maya atau ilusi. Bagian jagat raya yang kasat mata manusia ini hanya merupakan bagian yang amat kecil dari kekuasaan Tuhan yang tidak terbatas. Seluruh alam seakan-akan merupakan sebagian kecil saja dari kaki Yang Mahakuasa. Tidak mungkinlah manusia mampu memahami kebesaran Tuhan. Ia memenuhi seluruh alam raya, baik yang kasat mata maupun yang halus. Tidak ada tempat tanpa kehadiran-Nya.

Alam ini adalah perwujudan Tuhan. Engkau harus berusaha mengerti prinsip tata-alam ini. Bulan terletak ratusan ribu kilometer dari bumi. Matahari berjarak ratusan juta kilometer, sedangkan bintang yang terdekat berjuta-juta kilometer letaknya; dan melampaui dari itu, dalam alam yang lebih jauh lagi yang masih dapat dilihat, masih ada bintang-bintang yang milyaran kali lebih jauh lagi. Bagian jagat raya yang kasat mata ini (bhutakasha), yang demikian luas, hanya merupakan bagian yang terkecil dari alam halus atau alam mental (chittakasha). Dalam alam yang halus ini, alam kasat mata yang kita ketahui hanya bagaikan sebuah atom yang sangat kecil.

Tetapi, alam halus yang tak terhingga luasnya jika dibandingkan dengan alam yang kasat mata, hanya merupakan bagian yang amat kecil dari alam yang jauh lebih luas yang dapat dinyatakan sebagai alam kausal (chidaakasha). Disebut demikian, karena dari bagian alam yang sangat halus inilah timbul jagat yang kasat mata dan yang halus. Ketiga alam ini yaitu yang kasat mata atau fisik yang halus atau mental, dan yang kausal, tak terhingga besarnya sehingga kitab-kitab suci menyatakan bahwa hal itu tidak mungkin dapat dimengerti oleh pikiran manusia atau dijelaskan dengan kata-kata. Hal itu berada di luar kemampuan daya khayal dan di luar jangkauan akal untuk memahaminya. Meskipun demikian, ada prinsip Ketuhanan di luar semua ini mengatasi yang kasat mata, halus, dan kausal. Inilah yang disebut mula dari segala mula (mahakarana).

Kebenaran yang demikian agung tidak mungkin dapat dimengerti oleh manusia. Tuhan melampaui ketiga alam ini; yang kasat mata, yang halus, dan yang kausal; walaupun demikian sebagai Yang Mahakuasa, Ia menguasai seluruh alam tersebut. Ia menguasai waktu yang telah lampau, sekarang, dan yang akan datang. Manusia dikaruniai kemampuan yang terbatas, dan mungkin sangat sulit bagimu untuk memahami prinsip yang suci ini. Maka jalan yang paling mudah diikuti adalah jalan pengabdian atau bhakti yoga.
Ketika mengajarkan yoga ini kepada Arjuna, Krishna memberikannya dalam tiga tahap.

Yang pertama dan yang terutama ialah;
Bekerjalah untuk Aku! (Matkarmakrit).
Engkau harus mengerti bahwa pekerjaan apa pun yang kau lakukan di dunia ini, hal itu telah terkait dengan Tuhan, karena Ialah penguasa tertinggi di dunia. Dengan mengetahui kebenaran ini, anggaplah setiap kegiatan yang kau kerjakan sebagai kau lakukan langsung untuk Tuhan.

Langkah kedua adalah:
Semata-mata demi Aku! (Matparamo).
Dengan kata lain, apa pun yang kau kerjakan tidak kau lakukan untuk kebaikan dirimu sendiri. Sampai saat ini engkau hanya memikirkan dirimu sendiri. Tetapi, siapakah engkau? Krishna berkata, "Akulah yang bersinar dalam dirimu." Kata "Aku" ini tidak menunjukkan badan. Kata itu timbul dari Yang Esa, dari atma itu sendiri. "Aku" ini jangan dikaitkan dengan raga, pikiran, kemampuan intuitif, atau aspek apa pun juga dari pribadi manusia, karena ia melampaui semua batasan ini dan hanya berhubungan dengan atma yang tidak terbatas.

Bila engkau menghubungkan pribadimu yang terbatas dengan "Aku", ini hanya merupakan pantulan atma yang Esa. Apa pun juga yang selama ini kau lakukan, hanya kau laksanakan demi kepuasan atma. Tanpa menyadari kebenaran suci ini engkau tenggelam dan hanyut terbawa arus maya. Krishna berkata kepada Arjuna, "Apa pun yang kau lakukan, lakukanlah itu bagi kepuasan-Ku, demi Aku. Kerjakan semua atas nama-Ku. Bertindaklah sebagai alat-Ku. Sadarilah bahwa semua yang kau lakukan hanyalah (kau lakukan) demi Aku." Di sini kata "milik-Ku" atau "Aku" menunjuk pada atma.

Langkah ketiga adalah:
Berbaktilah hanya kepada-Ku! (Matbhaktaha).
Engkau harus mengerti rahasia pentunjuk ini Bhakti adalah pernyataan kasih. Emosi yang dinamakan kasih memancar dari atma. Kasih sama dengan atma. Kasih tidak mempunyai hubungan sama sekali dengan perasaan duniawi dan benda-benda duniawi. Kasih yang sebenarnya berarti bhakti adalah sebutan untuk atma. Prinsip kasih yang memancar dari lubuk hati ini harus menjiwai setiap perbuatan, perkataan, dan pikiran. Hal ini akan terjadi bila engkau beranggapan bahwa segala sesuatu yang kau lakukan, katakan, atau pikirkan, hanya kau perbuat untuk menyenangkan Tuhan saja.

Dalam keadaan jaga, engkau mungkin berpikir bahwa engkau melakukan segala sesuatu demi badan, pikiran, dan perasaanmu. Tetapi dalam keadaan tidur lelap engkau tidak menyadari badan atau pikiranmu. Jadi, untuk siapakah engkau tidur? Untuk siapakah engkau menikmati istirahat yang tenang dan kedamaian dalam tidur? Tidak lain untuk atma. Tidur, makan, dan berbagai kegiatan dalam kehidupan sehari-hari kau lakukan hanya karena cinta kepada "Aku", dan "Aku" itu timbul dari atma.

Dalam Brihadaranyaka Upanishad, Yajñavalkya menjelaskan pengertian ini kepada istrinya, Maitreyi, dengan memberikan arti yang mendalam mengenai berbagai hubungan manusia. Yajñavalkya berkata kepadanya, "Demi siapakah engkau mencintai aku?" Istri mencintai suaminya bukan demi sang suami. Ia mencintai suaminya demi dirinya sendiri. Kita mengira bahwa ibu mencintai anak demi si anak, tetapi tidak demikianlah halnya. Ia mencintai si anak demi dirinya sendiri. Orang mengatakan bahwa guru mencintai muridnya demi si murid, tetapi sebenarnya ia mencintai murid hanya demi dirinya sendiri.

Dalam hubungan ini engkau dapat menemukan kebenaran sejati yang tersembunyi di balik semua latihan spiritual. Seorang bhakta mencintai Tuhan, tetapi ia mencintai Tuhan bukan demi Tuhan; ia mencintai-Nya demi dirinya sendiri. Namun, Tuhan mencintai pengabdi hanya demi pengabdi, bukan demi Diri-Nya. Sebabnya ialah Tuhan tidak mempunyai rasa perbedaan, rasa perseorangan bahwa sesuatu adalah milik-Nya dan yang lain adalah bukan milik-Nya. Bila terdapat rasa perbedaan dan rasa perseorangan akan timbullah sifat mementingkan diri sendiri dan rasa keakuan serta kemilikan. Tetapi Tuhan tidak terbatas pada satu wujud, Tuhan tidak memiliki egoisme; Ia tidak memiliki perasaan yang terpisah mengenai "Milikku" dan "Milikmu". Karena itu, ketiga langkah ini: "Bekerjalah untuk Aku!", "Semata-mata demi Aku!", "Berbaktilah hanya kepadaKu!" semuanya diberikan demi kepentinganmu. Petunjuk ini akan melenyapkan semua sifat egois dan membantu engkau mencapai tujuan. Sayang sekali tidak banyak orang yang dapat memahami kebenaran agung di balik pernyataan ini.

Jika engkau menginginkan hembusan angin kecil, engkau cukup mengipas-ngipaskan kipas tangan untuk mendapatkannya. Tetapi, jika terjadi angin puyuh akan kau dapati gelombang yang sangat besar menghantam pantai dan pepohonan yang besar pun tumbang. Angin yang kau peroleh dari kipas tangan sangat terbatas, tetapi kekuasaan Tuhan sangatlah dahsyat, tidak terbatas. Ada lagi contoh lain. Bila engkau berusaha menimba air dari sumur, engkau hanya memperoleh air sedikit sekali. Tetapi, bila terjadi hujan lebat, air yang mengalir akan menjadi sungai yang membanjir deras dan bergabung dengan laut menjadi air bah. Yang satu berasal dari kemampuan manusia yang terbatas sedangkan yang lain berasal dari kemahakuasaan Tuhan yang tidak terbatas.

Misalkan rumahmu gelap, mungkin engkau menyalakan lilin atau lampu listrik. Tetapi pada waktu fajar menyingsing, seluruh kota dan hutan seketika bermandikan cahaya matahari. Sinar lampumu yang kecil sangatlah pudar bila dibandingkan dengan kecemerlangan sang surya yang memancarkan cahayanya yang indah dan megah ke segala penjuru. Sekali lagi, inilah contoh kekuasaan Tuhan yang tidak terbatas bila dibandingkan dengan kekuasaan manusia yang terbatas. Bagaimana engkau dapat mencapai kekuasaan Tuhan yang tidak terhingga ini? Bagaimana kekuasaan manusia yang terbatas dapat diubah menjadi kekuasaan Tuhan yang tidak terbatas? Caranya ialah dengan penyerahan diri.

Sri Krishna mengatakan dalam Gita, "Aku akan menghapuskan segala dosamu dan mengangkat engkau ke tingkat yang tertinggi yaitu tingkat-Ku sendiri". Bagaimana hal itu dapat terjadi? Alam kasat mata yang kau lihat dengan penglihatan jasmanimu adalah bagian alam semesta yang paling kasar yang disebut bhutakasha. Bila bagian yang kasar ini menjadi wujud halus dalam pikiranmu, engkau memiliki aspek alam raya yang halus yang disebut Chittakasha. Dan bila aspek mental ini menjadi wujud yang lebih halus lagi dalam hatimu, maka engkau memiliki aspek kausal alam raya yaitu chidaakasha. Tuhan yang tidak terbatas yang melampaui semua ini yang terbesar dari segala yang besar, mengambil wujud yang terkecil di antara segala yang kecil, dan menempatkan diri-Nya dalam chidaakasha, dalam hati bhakta. Kebenaran ini menakjubkan karena Tuhan Yang Mahabesar tak terhingga dan Mahakuasa, membiarkan Diri-Nya terkurung dalam hati manusia. Dengarlah cerita yang menjelaskan hal ini.

Pada suatu hari Resi Narada menghadap Tuhan. Tuhan bertanya kepadanya, "Narada, dalam penjelajahanmu di alam ini, apakah engkau menemukan rahasia ciptaan? Mengertikah engkau rahasia yang ada dibalik alam ini? Dari segala ciptaan ini manakah yang paling penting? Ke mana pun engkau memandang, kau lihat lima unsur yang hebat yaitu tanah, air, api, udara dan ether. Menurut pendapatmu, manakah diantaranya yang menduduki tempat utama?" Narada berpikir sejenak kemudian menjawab "Ya Tuhan, unsur yang paling padat, besar, dan paling penting tentunya tanah". Tuhan menjawab, "Bagaimana mungkin tanah yang paling besar kalau tiga-per-empat bagian tanah bumi ini tertutup air, dan hanya seperempat saja yang merupakan daratan. Tanah sebesar itu ditelan oleh air. Manakah yang lebih besar, yang ditelan atau yang menelannya?" Narada mengatakan bahwa air pastilah lebih besar karena telah menelan tanah bumi.

Tuhan melanjutkan pertanyaan-Nya. Beliau berkata, "Tetapi Narada, cerita kuno mengatakan bahwa ketika setan-setan bersembunyi dalam air, Resi Agasthya datang untuk mencari mereka dan ia menelan seluruh samudra dengan sekali teguk saja. Manakah yang kau anggap lebih besar, Agasthya atau samudra?" Narada setuju bahwa Agasthya pasti lebih besar daripada samudra yang ditelannya. "Tetapi," kata Tuhan lagi, "Ketika Agasthya meninggalkan raganya, ia menjadi bintang kutub di angkasa. Tokoh seagung Agasthya sekarang hanya tampak sebagai sebuah bintang kecil di langit yang amat luas. Lalu manakah yang lebih besar menurut pendapatmu, Agasthya atau langit?" Narada menjawab, "Swami, tentu langit lebih besar daripada Agasthya." Kemudian Tuhan bertanya, "Namun, kita tahu bahwa ketika Yang Mahakuasa menjelma sebagai Avatara Vamana, Beliau menginjakkan satu kaki di atas bumi dan langit. Menurut pendapatmu manakah yang lebih besar, kaki Tuhan, atau angkasa?" "Oh, tentu kaki Tuhan lebih besar," jawab Narada. Lalu Tuhan bertanya kembali, "Bila kaki-Nya saja demikian besar, bagaimana wujud-Nya yang tak terhingga?"


Lanjut,.....
 
Lanjutan......

Sekarang Narada merasa bahwa ia sudah sampai pada suatu kesimpulan. "Ya", katanya dengan riang, "Tuhanlah yang terbesar. Ia Mahabesar tak terhingga. Dalam alam semesta ini tidak ada yang lebih besar daripada Dia". Tetapi Tuhan masih mempunyai satu pertanyaan lagi. "Bagaimana dengan Bhakta yang dapat 'mengurung' Yang Mahabesar itu dalam hatinya. Sekarang katakan kepada-Ku, Narada, siapakah yang lebih besar, bhakta yang 'mengurung' Yang Mahakuasa, atau Yang Mahakuasa yang 'dikurung' oleh bhakta di dalam hatinya?" Narada harus mengakui bahwa bhakta lebih 'besar' daripada Yang Mahakuasa dan karena itu bhakta harus lebih diutamakan dari segala-galanya, bahkan melebihi Yang Mahakuasa.

Kekuatan yang demikian besar, bahkan yang mampu 'mengikat' Tuhan, ada dalam jangkauan setiap bhakta. Bagaimana pun hebat dan besarnya suatu kemampuan, betapa pun mulia dan dahsyat, bila dapat diikat oleh kemampuan yang lain, maka yang mengikat itu harus dianggap lebih kuat. Kekuasaan Tuhan yang mengagumkan dan menggetarkan telah 'diikat' oleh kemampuan cinta kasih; karena itu dalam jalan bhakti ini engkau dapat 'mengikat' Tuhan sendiri dan 'mengurung'-Nya dalam hati sanubarimu.

Jika engkau mengambil setetes air dari lautan dan menaruhnya di telapak tanganmu, air itu tampak amat sedikit dibandingkan dengan air samudra. Tetapi, jika setetes air itu dikembalikan ke samudra, air tersebut akan menjadi bagian dari samudra yang maha luas. Jika kekecilanmu sebagai manusia disatukan dengan kekuasaan Tuhan yang tak terbatas, engkau menjadi Mahabesar dan Mahakuasa, engkau manunggal dengan Tuhan. Dalam kitab suci dikatakan, "Brahmavid Brahmaiva Bhavati," dengan mengetahui Brahman, engkau menjadi Brahman. Proses yang menyatukan Tuhan dengan dirimu disebut bhakti, jalan pengabdian.

Tetapi, dewasa ini banyak orang yang tidak mau tahu tentang Tuhan, sebaliknya mereka lebih percaya pada kemampuan mereka yang terbatas dan hanya mengagumi keberhasilan manusia. Mereka bersedia menunduk-nunduk kepada kepala desa atau pejabat pemerintah, tetapi tidak mau menunjukkan rasa hormat dan ketaatan pada pribadi kosmis Mahakuasa yang menguasai seluruh alam ini. Tuhan yang merupakan asal dan sebab musabab dari segalanya dalam alam semesta ini diperlakukan tidak dengan semestinya. Keadaan yang menyedihkan ini terjadi karena tidak banyak yang dapat memahami kebenaran mendasar yang ada di balik ciptaan Tuhan. Pikiran yang picik hanya mengikuti jalan yang sempit. Andaikata engkau mengerti bahwa segala sesuatu adalah bagian dari Tuhan, engkau tidak akan pernah mengikuti jalan yang keliru.

Jika di halaman rumahmu ada pohon yang dapat memenuhi semua keinginan, mengapa engkau mencari buah liar di hutan? Jika engkau mempunyai sapi surgawi di dalam rumahmu, mengapa engkau berkeliling di pasar untuk membeli susu. Jika engkau mengetahui kemampuan dan manfaat tidak terbatas yang dapat kau peroleh karena memiliki sapi surgawi itu, engkau tidak akan pergi ke tempat lain untuk mencari hal-hal yang tidak berarti. Bagi pikiran yang picik, hal yang remeh pun tampak sangat penting. Engkau selalu mendapat apa yang pantas bagimu. Pikirkanlah yang remeh maka engkau pun mendapatkan yang remeh. Pikiran yang kecil menumbuhkan sesuatu yang kecil. Engkau tertarik pada hal-hal yang tidak penting karena engkau mengira bahwa kekuatanmu terbatas. Tetapi sebenarnya kekuatanmu tidak terbatas.

Engkau tetap kecil karena sepanjang waktu engkau menyamakan dirimu dengan raga jasmani. Engkau berpikir, "Aham dehasmi," 'aku adalah badan', pikiran ini menyebabkan engkau tetap kecil. Tetapi majulah dari aham dehasmi ke aham jiwasmi, dari 'aku ini raga' ke 'aku ini jiwa, percikan Tuhan'. Dengan cara ini bangkitlah dari tingkat dualisme (dwaita) ke tingkat non dualisme yang terbatas (visistadvaita). Lalu dari aham jiwasmi engkau harus maju ke aham brahmasmi, dari 'aku adalah jiwa, percikan Tuhan' menuju ke 'aku adalah ketuhanan itu sendiri, aku tidak berbeda dengan Tuhan. Tuhan dan aku satu' Itulah keadaan tiada mendua (adwaita) yang sempurna. Perasaan yang pada mulanya kau miliki bahwa engkau adalah raga, sangat mendua. Perasaan semacam ini merupakan sumber duka. Selama engkau tenggelam dalam dualisme, segala sesuatu adalah penderitaan dan kesedihan. Jika engkau menyamakan dirimu dengan atma maka engkau akan selalu bahagia dan riang.

Engkau harus meningkatkan pikiranmu dan selalu menyamakan dirimu dengan atma, tinggalkan pikiran yang keliru bahwa engkau adalah raga. Inilah sikap yang tepat untuk bersembahyang atau memuja Tuhan. Memuja dalam bahasa Sanskerta disebut upasana yang artinya 'duduk dekat'. Tetapi, tidak cukuplah bila engkau hanya duduk dekat dan berdekatan. Katak duduk di atas teratai, tetapi apakah menikmati madu yang ada di dalam bunga itu? Hanya dekat saja tidak ada gunanya, engkau harus pula dicintai. Engkau harus dapat mengisap madunya.

Tetanggamu mungkin tinggal berdekatan dengan engkau, tetapi bila mereka mengalami masalah atau kesulitan engkau tidak akan merasa terlalu risau. Bandingkanlah jika saudara atau suami yang tinggal di belahan bumi lain seperti di Amerika, tidak mengirim surat seminggu saja, engkau akan mulai merasa gelisah. Dalam hal ini jasmani berjauhan, tetapi rasa cinta timbal balik menyebabkan engkau dekat dan lekat di hati. Hubungan dengan para tetangga tidak mengandung cinta kasih seperti itu walaupun mereka sangat dekat. Ada lagi contoh lain. Dalam rumah mungkin banyak tikus dan semut berkeliaran, apakah engkau menganggap mereka temanmu? Bersamaan dengan kedekatan fisik juga harus ada kedekatan batin; cinta kasih yang mendalam harus berkembang dan menjiwai hubungan itu. Upasana berarti duduk dekat dan juga sangat dicintai Tuhan.

Manfaat apakah yang akan kau peroleh bila dekat dan dikasihi Tuhan? Bila engkau duduk di dekat lampu, engkau mendapat sinarnya sehingga dapat melakukan sejumlah kegiatan yang berguna pada malam hari. Bila engkau duduk di bawah kipas, engkau mendapat angin sejuk sehingga panas yang meresahkan lenyap. Pada musim dingin, jika engkau duduk dekat perapian, engkau terlindung dari dingin yang mencekam. Dari contoh-contoh tersebut kita mengerti bahwa dalam setiap keadaan, suatu sifat dihapuskan lalu diganti oleh sifat yang lain. Begitu pula bila engkau dekat dengan Tuhan, bila engkau disayang oleh Tuhan, engkau akan memperoleh kasih-Nya, dan segera semua sifat burukmu akan lenyap diganti oleh sifat-sifat baik yang merupakan pengejawantahan Tuhan. Kembangkanlah kasihmu sehingga engkau selalu makin dekat dan makin dicintai oleh Tuhan. Cara yang termudah untuk mendekatkan diri pada Tuhan ialah dengan mengingat Dia pada waktu melihat, mengatakan, dan melakukan apa pun juga. Pikirkanlah Tuhan saja dan bagaimana caranya agar lebih dekat dan lebih dikasihi oleh-Nya.

Dalam jalan Bhakti tidak cukup jika engkau hanya mencintai Tuhan. Engkau harus juga harus melakukan perbuatan-perbuatan yang menyenangkan Tuhan sehingga engkau dapat membangkitkan cinta Tuhan dan merasakan kasih-Nya kepadamu. Ada beberapa sifat yang harus dimiliki seorang bhakta agar dicintai Tuhan. Tanggapilah pujian atau kecaman, rasa sejuk atau panas, laba atau rugi, suka atau duka, kehormatan atau penghinaan, atau keadaan-keadaan yang bertentangan lainnya, dengan perasaan yang sama. Jangan kesal atau patah semangat bila engkau dicela atau berbesar hati jika dipuji. Jangan terlalu senang bila mendapat keuntungan atau bersedih hati bila menderita kerugian. Tanggapilah panas dan dingin dengan sikap yang sama, sebab kedua-duanya dapat merupakan sumber kegembiraan bagimu.

Pada musim dingin pakaian wool akan disukai dan berada di dekat sumber panas akan terasa menyenangkan. Pada musim panas engkau ingin pakaian yang tipis dan menikmati udara dingin. Kadang-kadang panas membuat engkau senang, pada kesempatan lain dingin memberikan kegembiraan. Caramu memanfaatkan hal itu menentukan apakah engkau menikmati kegembiraan ini atau tidak. Panas dingin, mujur malang, dan sesungguhnya apa pun yang berlawanan di dunia ini ada faedahnya. Segala sesuatu yang diciptakan ini ada tujuannya, tetapi engkau perlu menggunakannya dengan cara yang sesuai dengan kehidupan dan tingkat perkembanganmu.

Sungguh pandir jika memberikan cangkir emas kepada anak kecil atau memberikan pedang kepada orang gila. Cangkir emas yang demikian tinggi nilainya, harus diberikan hanya kepada orang yang dapat menghargai nilainya. Orang seperti itu akan merasa sangat gembira karenanya dan tahu bagaimana menggunakannya. Demikian pula orang yang mengetahui nilai pengabdian akan menggunakannya untuk membahagiakan dirinya sendiri dan orang lain. Cinta yang sejati tidak pernah menyusahkan orang lain, ia tidak pernah membuat engkau benci kepada orang lain. Dalam Bhagawad Gita bab 12 diuraikan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang abdi Tuhan. Bab itu mulai dengan, "Adveshta sarva bhutanam," 'janganlah membenci makhluk apa pun di dunia'. Hanya membeo, "Ya Tuhan, kami mencintai-Mu" tetapi sekaligus menyusahkan orang lain. Hal seperti itu tidak dapat dikatakan pengabdian.

Engkau akan menjadi abdi Tuhan, penuh dengan kasih serta bhakti, jika engkau menyerahkan dirimu sepenuhnya dan siap melaksanakan setiap perintah Tuhan. Karena keangkuhan dan keakuannya, Arjuna merasa sedih, tetapi setelah mendengarkan kata-kata Krishna, Arjuna memeluk kaki-Nya yang suci dan berkata, "Ya Tuhan, aku adalah pengikut-Mu. Ajarilah aku apa yang baik bagiku. Kuserahkan diriku sepenuhnya kepada-Mu." Sebelumnya Krishna dan Arjuna berlaku sebagai ipar satu sama lain. Tetapi, setelah Arjuna berkata, "Akan kulakukan apa yang Kau katakan. Aku akan melaksanakan perintah-Mu" ia menjadi pengabdi yang setia. Perubahan itu terjadi dalam pikirannya ketika ia mengubah hubungan dari adik ipar menjadi murid dan Krishna dianggapnya sebagai gurunya. Perubahan mental seperti itu sangat penting bagi seorang abdi Tuhan. Tanpa adanya perubahan tersebut, pengabdianmu akan tetap sia-sia walau engkau merasa telah mengembangkan hubungan yang sangat erat dengan Tuhan.

Setelah mengetahui prinsip yang luhur ini, laksanakanlah tugas hidupmu. Jagalah keseimbangan pikiran dan usahakan agar pekerjaan yang kau lakukan selalu baik dan sesuai dengan keadaan. Sloka-sloka Gita ini tidak untuk dihafal belaka, tetapi harus diamalkan. Hanya apabila engkau mengamalkannya dalam kehidupanmu sehari-hari dan benar-benar mengerti maknanya, keresahanmu akan hilang dan kesedihanmu lenyap. Tetapi, jika engkau tidak paham akan maknanya dan hanya membeo saja, penderitaanmu mungkin malah bertambah.


semoga bermanfaat....... :)

note: ntar lanjut lagi.....
 
..tentu bermanfaat sekali..Krishna mengajarkan kita, melalui Arjuna, perbedaan antara Atmā dan tubuh. Kita adalah Atmā dengan tubuh. Atmā tidak dilahirkan dan tidak bisa dihancurkan. Satu Atmā yang sama bersemayam di dalam semua benda, manusia atau bukan manusia.
Jadi kita semua terhubung satu sama lain. Kita harus melakukan tugas kita sebaik-baiknya tanpa khawatir tentang keberhasilan atau kegagalan. Kita harus belajar dari kegagalan kita dan maju tanpa membiarkan kegagalan kita mengalahkan kita. Untuk menjadi orang yang sempurna, kita perlu mengendalikan atau membatasi keinginan kita.

Bersembah sujud kepada Tuhan Yang Maha Esa ada dalam wujudnya yang abstrak, ada dalam wujud nyata, misalnya mempergunakan nyasa atau pratima berupa arca atau mantra. Dan Keduanya itu baik.

Sekarang orang yang berbakti telah sungguh-sungguh menjadi hamba Tuhannya, dan ketika hatinya tergerak untuk memuji nama Tuhannya, maka yang terdengar adalah suara sabda Tuhan sendiri, yang bersaksi di dalam dirinya.

Untuk itu segala akibat harus pasrah dengan mendekatkan sepenuhnya kepada kekuasaan Tuhan.

Dan Bhakti harus dilandasi sikap ketidak terikatan pada karma pala, bekerja tanpa pamrih, inilah yang dianggap paling tertinggi.

@bcak..percakapan mohon dilanjutkan...
 
..tentu bermanfaat sekali.

Wah saya kira tidak ada yang baca...... :D

Untuk itu segala akibat harus pasrah dengan mendekatkan sepenuhnya kepada kekuasaan Tuhan.

Dan Bhakti harus dilandasi sikap ketidak terikatan pada karma pala, bekerja tanpa pamrih, inilah yang dianggap paling tertinggi.

@bcak..percakapan mohon dilanjutkan...

Saya cuman sharing aja, klo ngerti sih kayaknya jauh masih perlu dibaca-baca berulang kali lagi..... :D
 
PERCAKAPAN 3

MERAIH KASIH TUHAN


Dalam Gita Tuhan menyatakan, "Orang yang berbhakti dengan mantap dan tidak tergoyahkan kepada-Ku, dialah yang amat Kucintai".

Engkau dapat memetik bermacam-macam buah di dunia. Engkau dapat mengumpulkan kekayaan, emas, dan harta benda. Dapat pula engkau meraih kehormatan, kedudukan, dan kewibawaan. Tetapi, Tuhan telah mengatakan dalam Gita bahwa semua hal ini bersifat sementara, nilainya tidak kekal. Satu-satunya hal yang permanen dan mempunyai nilai sejati yang dapat kau peroleh di dunia ini ialah kasih Tuhan. Cinta Tuhan ini luar biasa, tidak ternilai. Merupakan harta yang nilainya tidak dapat dihitung. Engkau harus berusaha keras menemukan cara-cara untuk memperoleh kasih Tuhan yang sangat berharga ini. Bagaimanakah cara mendapatkannya? Jalan mana yang harus kau ikuti untuk mendapatkan kasih Tuhan ini?

Jika engkau menanam benih tanpa terlebih dahulu menyiangi dan mempersiapkan ladang sebaik-baiknya, engkau tidak akan memperoleh hasil yang baik. Demikian pula dalam ladang hati kita, jika semua sifat buruk yang bersifat mementingkan diri sendiri tidak dibuang terlebih dahulu, engkau tidak akan memperoleh hasil yang baik. Gita mengajarkan bahwa rumput liar yang terutama harus dibuang ialah keterikatan dan penyamaan diri dengan badan kasar. Sekarang pun engkau mungkin membayangkan bahwa engkau mencintai Tuhan, tetapi, sekedar memiliki pikiran semacam ini tidak akan memberikan hasil yang berguna bagimu. Sama seperti menanam benih di tanah yang tandus dan tidak dipersiapkan. Yang terpenting ialah engkau harus mengetahui apakah Tuhan mencintaimu. Walau engkau mencintai Tuhan, jika Tuhan tidak mencintaimu, pengabdianmu tidak akan berarti.

Jadi, apakah yang harus dilakukan untuk mendapatkan cinta Tuhan? Engkau akan menemukan jawabannya dalam Bhagawad Gita pada bab 'Bhakti Yoga' 'Jalan Pengabdian'.

Bhakti Yoga berarti selalu menyatu dengan Tuhan. Bhakti Yoga mengajarkan perlunya pengendalian pikiran dalam segala keadaan. Ia memaparkan ketegasan, tekad yang teguh untuk hanya mengamalkan ajaran spiritual dalam kehidupan sehari-hari, dan juga mengajarkan santrupti yaitu selalu merasa senang.

Ada perbedaan yang mencolok antara rasa puas yang disebut trupti, dan kegembiraan sejati yaitu santrupti. Untuk memahami ini, ingatlah perbedaan antara kirtan dan sankirtan. Kirtan yaitu musik vokal yang hanya keluar dari mulut, sedangkan sankirtan adalah musik gabungan yang keluar dari lubuk hati dengan lepas, spontan, dan penuh kegembiraan. Demikian pula trupti adalah kepuasan yang kau peroleh dari dunia ini yaitu kebahagiaan sementara yang berasal dari benda atau kejadian yang bersifat duniawi. Sebaliknya santrupti ibarat sankirtan adalah kebahagiaan sejati yang timbul dari lubuk hati. Ia memiliki kebenaran, sifatnya langgeng lepas dari hal-hal keduniawian yang bersifat sementara, dan menampilkan persatuan jiwa. Santrupti tidak mungkin berubah. Tidak ada apapun yang dapat ditambahkan pada kebahagiaan yang sejati. Ia sudah lengkap dan sempurna.

Arti yang lebih dalam dari semua ini ialah bahwa seorang bhakta tidak boleh terpengaruh atau mementingkan hal-hal duniawi. Gunakan waktu dan tenagamu untuk mengendalikan keresahan pikiran dan membina keteguhan hati. Santrupti adalah kebahagiaan sejati yang berasal dari keseimbangan batin, tidak terpengaruh baik oleh kemenangan atau kekalahan, keuntungan atau kerugian, kegembiraan atau kesedihan. Karena itu, pengabdian atau santrupti adalah perasaan kasih dan kepuasan batin yang mantap, bukannya hal yang selalu berubah bersama waktu. Terimalah apa yang terjadi, apa pun yang kau alami, sebagai karunia Tuhan untuk dinikmati dengan puas dan anggaplah hal itu sebagai anugerah kasih yang diberikan demi kebaikanmu. Sikap yang sama terhadap semua orang dan segala sesuatu disebut santrupti atau kebahagian sejati.

Ketetapan hati merupakan kualitas yang wajar bagimu, demikian pula keberanian dan kesungguhan. Dalam kehidupan, sifat-sifat ini dapat ditampilkan dalam berbagai cara. Engkau dapat menggunakannya untuk mendaki gunung. Petualangan dan keberanian ini juga dapat digunakan untuk mengarungi lautan atau melintasi hutan belantara. Engkau juga dapat bersikap berani dan tangguh dalam mencari kekayaan, harta benda, dan keuntungan. Atau mungkin engkau mempunyai keberanian yang tidak kepalang tanggung, tetapi menampilkan sifat ini secara kejam sehingga engkau meninggalkan semua keutamaan manusiawi dan Tuhan yang agung dan bertingkah laku seperti iblis. Tekad dan ketetapan hati ini dapat digunakan untuk hal yang baik atau pun buruk, cara penggunaannya tergantung padamu.

Ketika Walmiki hidup sebagai Ratnakara, ia menggunakan keberanian, keperkasaan, Kemampuan, dan segala kemampuan lainnya untuk berbuat jahat. Berkat pergaulannya dengan tujuh orang Resi, mendengarkan ajaran serta wejangan mereka agar ia selalu menyebut nama Tuhan dengan tiada putusnya, ia mampu mengubah hidupnya dan memanfaatkan kebulatan tekad serta segala kemampuannya untuk kebaikan umat manusia; ia selalu menyebut nama Rama. Karena itulah ia menjadi penggubah Ramayana. Karena itu jangan kau gunakan keteguhan hati dan kekuatanmu untuk melakukan hal-hal yang tidak baik, atau bahkan untuk urusan-urusan duniawi biasa; melainkan pakailah tenaga dan tekadmu untuk memperoleh rahmat Tuhan.

Bhakti Yoga menguraikan panjang lebar tentang pemujaan kepada Tuhan, baik dengan sifat maupun tanpa sifat, dengan wujud maupun tanpa wujud. Gita membandingkan kedua macam pemujaan ini dan menunjukkan mana yang lebih baik, lebih mudah dan lebih aman bagi seorang bhakta pada tiap jenjang kemajuan spiritualnya.

Gita menyatakan, tidak mungkinlah manusia mencapai tingkat tanpa sifat dan bentuk, sebelum ia melalui tahap memuja Tuhan dengan sifat dan wujud-Nya. Selama engkau masih memiliki keterikatan pada badan kasar dan masih tenggelam dalam kesadaran fisik, engkau tidak akan mampu memahami serta mencapai Yang Mahatinggi yang tanpa sifat dan tanpa bentuk. Engkau akan dapat memuja yang tak berwujud, bila engkau telah mampu mengatasi keterikatanmu dengan raga, keterikatanmu dengan keduniawian, dan semua keterikatan lain. Karena itu, selama engkau menyamakan dirimu dengan badan dan beranggapan bahwa engkau mempunyai wujud tertentu, engkau tidak akan dapat mencapai aspek Tuhan yang tanpa wujud.

Maka engkau harus mulai memuja Tuhan dengan sifat-Nya, artinya, engkau memuja inkarnasi atau perwujudan-Nya yang tertentu. Lambat laun, sesudah ini berjalan beberapa lama, engkau akan dapat mengubah latihan rohanimu dan menjadi pemuja Yang Mahatinggi dalam aspek-Nya yang tak berwujud. Orang-orang beranggapan bahwa mereka bisa saja memuja wujud Tuhan yang universal, tetapi ini pun pada hakikatnya merupakan pemujaan suatu wujud. Wishwarupa yaitu wujud kosmik Tuhan, sama dengan bhutakasha aspek alam semesta yang kasat mata. Demikian pula, alam jiwa yang dinamakan Chittakasha, atau aspek halus alam semesta adalah wujud halus Yang Mahakuasa. Keduanya, bhutakasha dan chittakasha mempunyai kaitan dengan indera dan pikiran. Chidaakasha berada di luar indera dan pikiran.

Dalam keadaan jaga pengaruh pikiran dan indera sangat kuat. Dalam keadaan mimpi mungkin indera tidak berpengaruh, tetapi pengaruh pikiran tetap ada. Dalam keadaan tidur nyenyak atau sushupi, ketika kesadaran berada pada tingkat kausal, pikiran lenyap. Alam kasat mata yang berhubungan dengan panca indera adalah bhutakasha, ialah alam pikiran yang berhubungan dengan alam mimpi. Alam tidur nyenyak sushupti adalah alam tanpa pikiran dan indera ini disebut chidaakasha. Dalam alam sushupti inilah, ketika pikiran dan indera tidak bekerja, kita dapat menghayati aspek ketuhanan yang tanpa sifat dan tanpa wujud.

Engkau tidak dapat selamanya mendasarkan pengalamanmu hanya atas prinsip ketuhanan yang diwujudkan dengan nama dan rupa. Aspek wujud dan aspek tanpa wujud sama pentingnya bagi seorang bhakta. Ibarat kedua sayap burung atau kedua kaki untuk berjalan. Tujuan dapat dicapai dengan kedua kaki itu yaitu dengan wujud dan tanpa wujud., dengan meletakkan satu kaki di depan yang lain, kaki yang melambangkan wujud ditopang oleh kaki lainnya yang melambangkan tanpa wujud. Perlu kita sadari bahwa penjelmaan Tuhan dengan wujud hanya bersifat sementara, sedangkan aspek ketuhanan tanpa wujud bersifat kekal, ada di mana-mana dan tak berubah. Contoh berikut menggambarkan hal ini.

Dalam Mandir Prasanthi Nilayam saat ini ada kira-kira seribu orang duduk mendengarkan dharma wacana ini. Keadaan ini akan berlangsung satu sampai dua jam. Swami berada di antara umat yang duduk di sini. Pengalaman ini berlangsung pada waktu tertentu dan merupakan kegiatan tertentu, tetapi pengalaman ini dapat diulang kembali walau engkau sudah pulang. Bila engkau ingin membayangkannya, pengalaman tersebut akan berada dalam chittakasamu, dalam pikiranmu.....seribu orang, Swami, Mandir Prasanthi Nilayam, dan Upanishad. Dalam penglihatan lahiriah dan dalam pengalamanmu pada keadaan jaga, engkau dapat melihat bahwa kalian semua sedang duduk dalam aula Prasanthi Nilayam. Apa yang terjadi ketika engkau mulai membayangkan peristiwa ini setelah engkau pulang?


lanjut.......
 
Lanjutan,

Jawabnya ialah Prasanthi Nilayam ini ada dalam hatimu.

Engkau ada di Prasanthi Nilayam selama satu jam, tetapi ini dapat menjadi pengalaman yang kekal bagimu, walau engkau telah pergi dari sini. Setelah pertama kali mengalaminya dalam keadaan jaga di alam bhutakasha, hal ini akan menjadi rekaman abadi dalam chidaakasha yang kemudian dapat ditimbulkan atau dikenang dalam Chittakasha. Tanpa pertama kali mempunyai pengalaman nyata dalam aula ini, tidak akan ada kesan yang menetap dalam hatimu yang kemudian dapat kau alami kembali dalam alam pikiran, tanpa perlu hadir atau melihat wujud fisik Swami. Demikian pula jika engkau telah mengalami Tuhan dalam aspek-Nya yang berwujud pasti engkau dapat mengalami Tuhan yang tak berwujud dikemudian hari. Apa yang berwujud bersifat sementara sedangkan yang tanpa wujud kekal abadi...namun yang tanpa wujud itu akan tetap ada dan menjadi kenangan yang abadi bagimu, jika sebelumnya engkau telah mendapat pengalaman dengan wujud Tuhan dan kau ukirkan dalam hatimu melalui pemujaan dan pengabdian.

Ada lagi contoh lain:

Misalkan engkau ingin mengajarkan kata "kursi" kepada anak kecil. Jika engkau hanya mengucapkan kata "kursi", anak itu tidak akan mempunyai gambaran yang jelas tentang bentuk kursi itu. Tetapi engkau dapat menunjukkan kepadanya sebuah kursi dan menyuruhnya memperhatikan benda itu baik-baik. Pada waktu ia sedang melakukan hal ini, ulanglah kata "kursi". Kelak, jika ia melihat kursi, ia akan ingat pada kata yang berkaitan dengan bentuk yang telah kau tunjukkan kepadanya dan ia akan berkata dalam hati, "kursi". Bentuk kursi tertentu yang kau gunakan untuk mengajarnya mungkin tidak permanen. Kursi itu akan berubah, tetapi kata "kursi" dan jenis benda yang memberikan pengertian kursi tidak berubah. Jika ia tidak melihat bentuk kursi yang tidak permanen itu, ia tidak akan memahami kata "kursi" yang permanen. Unsur yang tetap dapat dimengerti melalui unsur yang tidak tetap. Karena itu, meskipun Tuhan itu tidak berwujud, engkau harus menghubungkan-Nya dengan suatu wujud tertentu agar engkau dapat memahaminya.

Pertama, banyak orang tidak mempunyai keyakinan yang teguh mengenai adanya Tuhan. Hampir sepanjang waktu mereka bimbang dan bertanya-tanya dalam hati, "Apakah Tuhan ada? Benarkah ada yang disebut Tuhan?" Keteguhan hati amat perlu untuk menanamkan kepercayaan yang kuat kepada Tuhan. Engkau bisa beralih dari pikiran yang goyah menuju keyakinan yang teguh melalui proses pemujaan Tuhan dalam suatu wujud.

Ada lagi satu contoh kecil:

Ini adalah bantal yang diisi dengan kapas. Apakah yang membungkus bantal ini? Selembar kain. Dari apakah kain ini? Kapas. Jadi, di bagian luar ada kain, dan di dalamnya ada kapas. Tetapi, sesungguhnya bagian luar dan bagian dalam adalah kapas belaka. Kapas yang tidak berwujud dijadikan benang, dari benang dijadikan kain, dan kain ini membungkus kapas. Kain berwujud dan kapas tanpa wujud; dari tak berwujud jadi berwujud an kemudian dari wujud jadi tanpa wujud, inilah perubahan yang merupakan proses ketuhanan. Untuk membuah bantal, engkau tidak bisa menggunakan kapas saja yang tanpa wujud. Pertama engkau harus mengubah kapas menjadi kain, dan kain yang berwujud ini kemudian dapat membungkus kapas yang tak berwujud. Selama engkau masih mempunyai kesadaran jasmani dan merasa bahwa engkau adalah badan, tidak mungkinlah engkau menghilangkan aspek wujud ini.

Menurut tradisi, untuk memuja Tuhan dalam perwujudan-Nya, engkau dapat melakukan salah satu dari 16 jenis ritual pemujaan. Engkau mempersembahkan bunga kepada Tuhan. Engkau memandikan patung-Nya dengan air suci. Engkau membakar dupa dan menggunakan bermacam-macam bentuk pemujaan yang lain. Semua ini akan memberikan kepuasan kepadamu. Wujud tersebut menghasilkan trupti 'kepuasan'. Secara lahiriah engkau memuja wujud (Tuhan), tetapi jika engkau telah menempatkan Dia dalam hatimu, kemudian dengan bunga imajinasi dan perasaan engkau dapat memuja Tuhan tanpa wujud yang berada di hatimu. Tuhan Yang Maha Esa pula yang kemudian dipuja dengan bunga perasaan, setelah kesadaran badani dan kekaburan batin yang dikaitkan kepadanya dimusnahkan.

Selama engkau memuja Tuhan dengan wujud, engkau akan menggunakan jenis kembang tertentu seperti mawar, kenikir, dan melati, meskipun raga yang melakukan pemujaan dan kembang yang digunakan semuanya tidak kekal. Tetapi, jika engkau ingin memuja Tuhan tanpa wujud dalam hatimu, harus kau gunakan bunga yang lain; bunga-bunga ini akan langgeng. Kedelapan jenis bunga itu adalah sifat-sifat mulia yang kau kembangkan dalam hatimu dan kau persembahkan kepada Tuhan. Mereka adalah bunga tanpa kekerasan, pengendalian hawa nafsu, kebenaran, kesabaran dan ketabahan, keuletan, kasih dan belas kasihan, amal dan pengorbanan. Semua bunga ini dimaksudkan untuk pemujaan rohaniah. Untuk meningkatkan dirimu ke pemujaan Tuhan yang tidak berwujud, engkau harus menumbuhkan bunga-bunga kebajikan ini dalam hatimu dan menggunakannya untuk memuja Tuhan. Maka engkau akan mengalami santrupti, kebahagiaan batin yang kekal dan tak terlukiskan, dan engkau akan memasuki jalan untuk kembali menuju ke asalmu yang Ilahi.

Dalam Gita bab 12 Krishna mengajarkan sifat-sifat penting yang harus dimiliki oleh bhakta yang sejati. Inilah sifat-sifat yang harus dikembangkan bila engkau ingin dicintai Tuhan. Pertama, jika engkau ingin menjadi pengabdi Tuhan, engkau harus mengembangkan kedamaian batin dan keteguhan hati. Engkau harus selalu merasa puas. Engkau tidak boleh memberi kesempatan pada rasa susah atau khawatir, dan membiarkan rasa sakit masuk mengganggu ketentraman batinmu.

Dalam Srimad Bhagawatham, kitab kebhaktian yang mulia, Prahlada, seorang putra raja raksasa, dinyatakan sebagai abdi Tuhan yang ideal karena ia memiliki semua sifat luhur ini. Ketika para raksasa menyusahkan Prahlada, ia tidak pernah merasa sakit hati, apa pun juga cobaan atau kesulitan yang harus dihadapinya. Ia hanya terus menyebut nama Narayana berulang-ulang, berlindung kepada-Nya, pembela dan juru selamatnya. Ia tidak pernah mengeluarkan air mata setetes pun dalam kesulitan ini. Karena itu, Prahlada digambarkan sebagai seorang yang telah sempurna dalam yoga atau manunggal dengan Tuhan. Meskipun ia hidup dalam dunia yang fana dan mempunyai wujud, ia tidak mengizinkan keinginan atau keterikatan duniawi menguasai batinnya.

Pengabdi Tuhan yang sejati tidak mengenal sifat buruk seperti kebencian, iri hati, amarah, dan ketagihan. Bila memasuki dirimu, sifat-sifat semacam itu menjadi hambatan utama bagi pengabdian. Engkau harus menumbuhkan rasa kesatuan dengan setiap orang. Bila engkau benci terhadap seseorang, berarti engkau membenci Tuhan sendiri yang engkau puja. Karena rasa keakuan serta keangkuhan maka engkau bertindak terhadap orang lain yang sekaligus menimbulkan kebencian, kedengkian, dan kemarahan. Karena itu, peringatan penting yang diberikan dalam Bhagawad Gita adalah, "Adveshta sarva bhutanam," 'jangan membenci sesama makhluk'.

Tanpa menyiangi rumput di ladang dan menyiapkan tanahnya untuk ditanami, benih yang ditebarkan tidak akan menghasilkan panen yang baik. Demikian pula tanpa menghilangkan rerumputan liar egoisme dari dalam dirimu, segala usaha pengamalan spiritual akan sia-sia. Hal yang penting dipelajari dari Bhakti Yoga ialah bahwa engkau jangan hanya mencintai Tuhan, tetapi juga semua makhluk, dan memperlakukan setiap orang sebagai Tuhan. Memuja Tuhan di satu pihak, tetapi di lain pihak merugikan atau menyakiti makhluk lain, tidak dapat dinamakan pengabdian. Hal itu hanya menunjukkan kedunguan seseorang. Orang semacam itu tidak akan pernah maju dalam bidang spiritual.

Di masa mendatang engkau akan mempelajari cara mengembangkan keyakinan, dan melalui perbuatan yang baik, sucikan hidupmu. Dengan mengembangkan sifat-sifat yang terpuji ini dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, engkau akan memperoleh kasih dan rahmat Tuhan.

:)
 
PERCAKAPAN 4

MENCAPAI TUHAN BERARTI MENCAPAI SEGALA-GALANYA


Praktek merenungkan Tuhan secara mantap dan tiada putus-putusnya adalah kegiatan spiritual yang dianjurkan bagi para bhakta. Dalam Gita pemusatan pikiran terus menerus kepada Tuhan dinamakan abhyasa yoga. Hal ini juga disebut dhyana atau meditasi, suatu metode untuk terus menerus mengarahkan pikiran ke dalam batin agar manunggal dengan Tuhan. Kata dhyana berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya 'ingat kepada Tuhan'. Ingat sekali-sekali saja kepada Tuhan tidak dapat dinamakan meditasi. Meditasi ialah ingat kepada Tuhan dalam keadaan apa pun, setiap saat, dan di mana saja. Ini merupakan proses yang bersifat tetap dan terus menerus.

Pemusatan pikiran yang kadangkala kau lakukan biasanya memfokuskan objek tertentu dan berkaitan dengan tempat serta waktu tertentu. Sebaliknya, meditasi yang berlangsung terus menerus, sama sekali tidak memerlukan objek dan perwujudan alam, dan melampaui unsur tempat serta waktu. Karena itu, dalam Gita dikatakan bahwa meditasi yang tiada putusnya lebih utama daripada pemusatan pikiran secara berkala. Tetapi usaha mengembangkan kebijaksanaan lebih utama daripada meditasi. Kebijaksanaan timbul dari wicharana yaitu kebiasaan untuk melakukan penyelidikan batin; ini adalah usaha yang tiada putusnya untuk mencari hakikat inti segala benda. Jika engkau terus melakukan hal ini dengan tekun, lambat laun engkau akan mencapai Tuhan, tingkat kedamaian dan kebahagiaan yang tertinggi. Inilah tujuan yang unik dalam hidup manusia yang pada suatu saat akan dicapai oleh seluruh umat manusia.

Untuk mencapai kedamaian ini, ada tiga tahap yang harus kau lalui. Pertama, engkau harus melalui tahap yang disebut jignasu yaitu tahap pencari kebenaran dan menjadi murid. Dari tahap jignasu engkau melangkah ke tahap sadhaka dan di sini dengan tekun engkau mengamalkan ajaran spiritual dalam kehidupan sehari-hari. Setelah itu engkau akan mencapai tahap arudha; di sini engkau menikmati kebahagiaan dalam kesadaran Tuhan. Untuk memahami hal ini dengan lebih baik, dapat kau bandingkan tahap jignasu dengan masa hidupmu sebagai murid. Pada tahap ini engkau sangat giat mencari pengetahuan. Sebagai jignasu engkau ingin mengetahui kekuasaan Tuhan yang luar biasa dan rahasia di balik Tuhan. Engkau berusaha memahami asa Tat Twam Asi dengan penyelidikan. Tat Twam Asi merupakan usaha untuk mencari Tat dan Twam yaitu 'yang itu' dan 'yang ini'. Tat menyatakan asas Ilahi yang abadi yang kita sebut Tuhan, dan Twam menyatakan atma yang kekal yaitu diri sejati yang esa pada setiap manusia. Dalam tahap jignasu engkau berusaha mendekatkan dan memadukan kedua unsur itu.

Pertama-tama perlu engkau ketahui bahwa segala sesuatu yang ada dilandasi oleh kesatuan. Kemudian setelah engkau menyadari kesatuan tersebut, engkau harus hidup sesuai dengan pengertian ini dan menerapkan kebenaran yang agung ini dalam semua kegiatanmu sehari-hari. Dengan demikian engkau meningkat menjadi seorang sadhaka. Tahap sadhaka dapat dibandingkan dengan suatu masa dalam hidupmu ketika engkau bekerja dan sibuk dengan kegiatan profesimu. Jika engkau tidak menuntut ilmu dan memperoleh keahlian, engkau tidak akan mendapat jabatan. Karena itu, dalam tahap jignasu engkau berusaha memperoleh pendidikan yang baik dan mengembangkan pengetahuanmu sehingga pada tahap berikutnya yaitu tahap sadhaka, engkau dapat menggunakan ilmu itu dalam melaksanakan kewajiban hidupmu.

Tahap ketiga yaitu arudha dapat disamakan dengan masa hidup selanjutnya ketika engkau berhenti bekerja dan menjadi pensiunan. Engkau hanya akan menerima pensiun kalau sudah menyelesaikan karirmu. Pertama, engkau memulai karir dan mendapat pekerjaan hanya setelah engkau berhasil menyelesaikan pendidikan serta memiliki keahlian. Jadi ketiga tahap dalam usaha mencari kebenaran spiritual itu dan juga dalam perjalanan hidupmu adalah: pertama, tahap murid; kedua tahap bekerja (profesional); dan akhirnya tahap pensiun. Dalam tahap terakhir ini yaitu arudha, engkau menikmati kedamaian batin yang sempurna dan mencapai kesadaran kesatuan seluruh ciptaan (Tuhan). Agar kedamaian dan kebahagiaan batin ini kekal, mula-mula engkau harus memasuki tahap mencari pengetahuan dan melepaskan segala keterikatan dengan keduniawian.

Dewasa ini apa yang dinamakan pencari kebenaran pertama-tama memasuki tahap keterikatan duniawi, baru kemudian mencoba masuk tahap mencari pengetahuan spiritual. Mereka saling memanggil abang dan adik dan ingin menjadi sadhaka untuk menyadari kemanunggalan, tetapi bersamaan dengan itu mereka membina ikatan duniawi yang baru. Orang yang demikian paling-paling dapat dinamakan pengabdi setengah-setengah. Bhagawad Gita tidak dapat menerima pengabdian semacam itu. Gita mengajarkan penyerahan diri secara mutlak. Untuk penyerahan diri secara mutlak ini, faktor waktu sangat penting.

Tuhan tidak tergantung pada waktu. Dia tidak hanya tak terpengaruh oleh waktu, tetapi Dialah yang menguasai waktu. Yang terikat oleh waktu ialah manusia yang melampaui waktu ialah Tuhan. Yang tidak kekal adalah manusia. Yang kekal adalah Tuhan. Bila engkau berlindung pada Yang Mahakuasa, engkau dapat lepas dari pengaruh waktu. Sesungguhnya salah satu nama Tuhan adalah Kalakala yang artinya 'waktu-waktu', atau 'penguasa waktu'. Waktu menghabiskan manusia sedangkan Tuhan menghabiskan waktu itu sendiri. Waktulah yang menentukan kemajuan atau kemunduran seseorang, yang menentukan peningkatan kebajikan atau terperosoknya seseorang ke dalam lembah kejahatan, dan yang menentukan kelebihan atau kekurangannya. Karena itu dalam Upanishad kita dapatkan doa sebagai berikut:

Ya Tuhan, Engkau merupakan perwujudan waktu. Mohon bantulah kami menyucikan kegiatan kami dan melewatkan seluruh waktu kami untuk mengingat kehadiran-Mu agar kami dapat mencapai kaki-Mu yang suci dengan selamat.

Seluruh alam ini tak dapat dijelaskan berhubungan erat dengan waktu. Tidak mungkinlah melawan unsur waktu ini. Waktu tidak menunggu siapa pun. Manusia harus mengikuti waktu; waktu tidak mengikuti manusia. Waktu dapat dibandingkan dengan aliran air yang deras. Manusia dan semua makhluk hidup disapu oleh arus waktu. Seseorang yang hanyut terbawa arus banjir tidak dapat berlindung pada sesuatu yang juga sedang hanyut. Manusia dan benda yang digunakannya untuk berlindung, semuanya sedang hanyut dalam arus waktu. Jika engkau berusaha mencari perlindungan dari sesuatu yang sedang hanyut, hal itu sama dengan seorang buta mengikuti orang buta yang lain. Akhirnya kedua-duanya tersesat. Tetapi, bila engkau ditolong oleh orang berdiri tegak di pinggir sungai, engkau pasti akan selamat.

Yang berdiri di pinggir dan tidak hanyut dalam arus waktu adalah Tuhan. Siapa saja yang berlindung pada Tuhan akan dapat membebaskan dirinya dari segala kesulitan dan masalah yang berkaitan dengan waktu. Tuhan telah mengajarkan tentang pentingnya penyerahan diri dengan mengatakan, "Oh manusia, engkau hanyut dalam arus waktu. Satu-satunya yang dapat menyelamatkan engkau adalah Aku. Berlindunglah pada-Ku dan engkau akan Kuselamatkan." Bila manusia mematuhi perintah suci ini dan menyerahkan dirinya, kekayaannya, hartanya serta seluruh keluarganya kepada Kaki Teratai, dan menyerahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, maka ia pasti akan selamat.

Ada tabir yang amat besar yang memisahkan Tuhan dan manusia dalam masalah penyerahan diri ini. Karena adanya tabir ini manusia selalu berada dalam keraguan dan kebingungan, dan merasa tidak sanggup menyerahkan diri seutuhnya. Tabir ini adalah ilusi atau maya. Apakah arti ilusi? Ilusi artinya sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Membayangkan yang tidak ada itu sebagai hal yang ada, itulah maya. Sesuatu yang kau kira ada sesungguhnya tidak ada. Sesuatu yang kau kira tidak ada, sesungguhnya ada. Hanya ada satu yang benar yaitu Tuhan, Esa tiada duanya. Alam ini yang tampaknya bermacam-macam, tidak benar, maka sesungguhnya ia tidak ada.

Engkau melihat tali dan mengiranya ular, tetapi tidak ada ular sama sekali. Engkau menjadi takut dan tegang karena membayangkan bahwa ada ular padahal sesungguhnya tidak ada. Apakah yang menyebabkan rasa takut ini? Membayangkan sesuatu yang sesungguhnya tidak ada, seolah-olah ada, itulah penyebab rasa takut itu. Perasaan ini yang menjadi sumber segala kesulitanmu. Jika engkau melihat semuanya ini dengan penuh kesadaran, engkau akan melihat tali itu sebagaimana adanya; tidak ada ular, sehingga engkau tidak merasa takut. Engkau tidak akan takut mendekatinya, memegangnya, bermain dengannya, karena engkau menyadari bahwa ia tidak lain hanya tali belaka.

Engkau mengalami berbagai kesedihan karena engkau lupa akan kenyataan bahwa seluruh alam dunia ini adalah perwujudan Tuhan, bukan hanya alam sebagaimana engkau bayangkan. Engkau melihat alam dunia ini hanya dari segi yang kasat mata; engkau tidak memandangnya melalui proses penyelidikan spiritual. Jika engkau memandang alam ini dengan pandangan penyelidik, engkau akan menyadari bahwa ia hanya suatu perubahan yang terjadi dengan tiada putusnya. Perubahan sebagai ciri utama alam kasat mata ini seperti air sungai yang terus mengalir. Kata nadi 'sungai' sesungguhnya berarti aliran yang tiada putusnya. Juga berarti arus kebenaran yang berubah-ubah, kebenaran yang tebatas dan tidak sepenuhnya berubah, dan ketidak-benaran yang berkaitan dengan hal-hal yang selalu berubah.

Dalam sebuah sungai, air akan mengalir terus dan ini menyebabkan sungai tersebut tampak sebagai aliran yang tak kunjung henti. Tetapi, pada suatu saat dan pada suatu tempat tertentu di sepanjang sungai, molekul air yang mengalir akan berbeda. Jadi, walaupun aliran itu tampak tiada putusnya, komposisi air itu terus berubah. Demikian pula halnya dengan makhluk hidup yang lahir dan mati; meskipun mereka dan pergi, kehidupan di dunia ini terus berlangsung. Hidup itu sendiri adalah kebenaran, tetapi makhluk yang hidup itu terus berubah, maka menampilkan ketidakbenaran. Itulah sebabnya alam dunia ini dapat disamakan dengan sungai, karena kebenaran dihubungkan dengan ketidakbenaran atau perubahan. Wedanta menyatakan hal ini sebagai sat-asat, yaitu campuran atau gabungan tempat kebenaran dan ketidakbenaran tampil bersama berdampingan. Sadhana merupakan proses yang kita gunakan untuk memisahkan kebenaran dari ketidak-benaran sehingga mendapatkan kebenaran. Dengan latar belakang ini kita dapat melihat maya secara lebih dekat, suatu ilusi bahwa ada alam dunia yang terpisah dari dirimu sendiri dan Tuhan.


lanjut,........
 
Lanjutan,.....

Kebodohan, alam, dunia, tamas, ilusi, pikiran, semua ini bersamaan artinya. Semuanya adalah maya. Maya mempunyai hubungan langsung dengan ketiga guna atau tiga sifat, yaitu kemalasan (tamas), kegiatan (rajas), dan keselarasan (satwa). Seluruh kehidupan manusia diwarnai dan dapat digolongkan ke dalam ketiga sifat tersebut. Mengira bahwa sesuatu yang sesungguhnya tidak ada itu ada, dan terpengaruh olehnya disebut maya. Sedikit sekali orang yang berkata, "Brahma Sathyam Jagath Mitya", 'Tuhan benar, tetapi dunia palsu'. Kita harus memahami hal ini dengan baik. Yang tidak benar adalah tanggapan dan pengalaman kita yang keliru mengenai dunia, tetapi dunia itu sendiri benar. Brahmanlah satu-satunya kemahakuasaan yang kekal yang mendasari alam mitya 'campuran antara kebenaran dan ketidakbenaran'. Sesungguhnya alam dunia ini adalah Brahman. Dalam Bhagawad Gita, Krishna berkata kepada Arjuna, "Arjuna, engkau membiarkan dirimu dikuasai oleh unsur waktu; engkau hanyut dalam arusnya dan engkau makin jauh dari Aku. Serahkanlah dirimu kepada-Ku maka semua kesedihanmu akan segera lenyap."

Bila engkau menghubungkan diri dengan Tuhan, bila engkau dekat dengan-Nya, ilusi tidak dapat mengganggumu. Aku berikan contoh kecil mengenai hal ini. Di istana atau bungalow yang besar milik orang kaya, biasanya ada anjing penjaga di suatu tempat di pintu pagar. Anjing ini tidak seperti anjing jalanan, ia telah dipelihara oleh pemiliknya dengan penuh kasih sayang. Anjing ini tidak menyalak bila melihat orang-orang yang lalu lalang. Ia hanya menggonggong bila ada orang yang mendekati pagar dan mencoba masuk. Sebagian besar tamu-tamu yang mendengar salak anjing itu akan pergi meninggalkan pagar tersebut. Namun, orang lain yang bertekad untuk menemui pemilik rumah akan terus berdiri di sana dan berteriak memanggil pemilik rumah itu. Akhirnya pemilik rumah melongok dari bungalow untuk melihat siapa yang berdiri di pintu pagar. Kalau pemilik rumah mengenal tamu itu yang ternyata temannya, ia lalu turun, pergi ke pintu pagar untuk menyilahkan masuk, serta mengajaknya ke dalam rumah.

Bila tamu yang menunggu di pintu ternyata adalah teman majikannya dan berjalan bersama, anjing itu tidak akan menyalaki atau mencoba mengganggunya lagi. Anjing tersebut kini tahu bahwa orang ini diizinkan masuk oleh majikannya sendiri. Maya atau ilusi dapat dibandingkan dengan anjing ini; ia menjaga bungalow moksha, pintu kebebasan dan kebahagiaan. Jika orang yang datang bukan teman majikannya, dan bersikeras masuk lewat pintu, anjing itu akan menggigitnya. Karena takut digigit anjing, kebanyakan orang lalu pergi dari sana.

Tetapi, orang ini bertekad untuk menemui pemilik rumah sama sekali tidak mengindahkan anjing itu. Ia tinggal di pintu berusaha menarik perhatian pemilik rumah, dan tetap menunggu di sana hingga pemilik rumah keluar. Orang yang gigih menanti di pintu seperti itu, gonggongan anjing pun berguna untuk menarik perhatian majikan yang ada di dalam. Setelah pemilik rumah mengenalnya, tamu masuk ke dalam rumah bersama-sama. Karena itu, hanya orang yang teguh tekadnya, hanya orang yang memutuskan untuk tetap menunggu di situ tanpa mengindahkan gonggongan anjing galak itu, akan berhasil menemui pemilik rumah dan dapat memasuki istana perdamaian.

Untuk itulah Krishna berkata kepada Arjuna, "Arjuna, engkau terikat kepada banyak objek indera karena itu kejadian-kejadian yang berlangsung mengganggu ketenangan hatimu. Selama ini engkau belum bisa memusatkan perhatian dan belum bisa menempatkan Aku di hatimu. Berlatihlah terus agar engkau dapat memusatkan pikiran. Hanya bila engkau mampu memusatkan pikiran, engkau dapat menyerahkan dirimu kepada-Ku. Kapan saja dan di mana saja ingatlah akan Daku. Apa pun yang sedang kau kerjakan, ingatlah Aku, hanya kepada-Ku. Ingatlah Aku dengan cinta kasih dan penuh kepercayaan."

"Sekalipun engkau sedang berperang di medan laga, ingatlah kepada-Ku dan bertempurlah. Ini bukan perang biasa, perang yang melibatkan engkau sekarang ini bukan seperti perkelahian antara engkau dan beberapa orang lain. Yang engkau perangi adalah sebagian besar kelemahanmu sendiri, kebiasaan buruk, semua keterbatasan serta kerapuhanmu. Dengan selalu ingat Aku, bertempurlah dalam peperangan batin ini. Ingat, engkau tidak semata-mata bertempur melawan orang lain. Engkau memerangi inderamu sendiri; karena itu, jangan mundur sebelum mencapai kemenangan, hingga engkau berhasil mengendalikan dan menguasai mereka sepenuhnya."

Prahlada juga berbicara mengenai perang batin ini kepada ayahnya, Hiranyakshipu, raja raksasa yang amat sakti. "Ayah," katanya, "Ayah telah sering memenangkan perang dan menguasai banyak negara, namun Ayah belum mampu menguasai nafsu Ayah sendiri. Karena menang dalam perang Ayah menjadi raja yang berkuasa, tetapi hanya bila Ayah dapat mengendalikan nafsu, Ayah akan menjadi raja seluruh alam semesta. Jika Ayah selalu dikalahkan oleh nafsu, bagaimana mungkin Ayah dapat memperoleh kemenangan yang langgeng atas musuh-musuh yang ada di luar diri Ayah? Bila Ayah mengalahkan musuh-musuh dalam diri sendiri, maka Ayah dapat dengan mudah pula mengalahkan musuh-musuh luar."

Kapankah hal ini bisa terjadi? Hanya bila engkau menyerahkan dirimu kepada Yang Mahakuasa. Engkau mengatakan "barangku", "diriku", "sanak keluargaku"; selama engkau masih mempunyai perasaan seperti itu, tidak mungkin engkau menyerahkan diri. Perasaan semacam itu masih berkaitan dengan bhutakasha. Tidak hanya bhutakasha yang harus kau taklukkan, tetapi juga chittakasha harus kau kuasai; akhirnya engkau harus dapat pula masuk ke dalam chidaakasha. Jika engkau sudah berhasil menyerahkan diri dan masuk ke dalam chidaakasha, maka secara otomatis segala sesuatu akan berjalan dengan baik dan engkau tidak perlu menyusahkan dirimu lagi dengan beban atau urusan apa pun juga.

Bila akan pergi ke stasiun kereta api engkau mengangkut barangmu dengan becak atau dengan alat angkutan lain. Jika tidak ada orang lain menolongmu, engkau harus mengangkutnya sendiri. Tetapi, setelah masuk ke kereta api engkau dapat beristirahat dan barangmu tidak menjadi beban lagi. Keretalah yang mengangkut engkau dan barang itu. Tetapi, alangkah bodohnya orang yang duduk di kereta sambil menyunggi barangnya. Kalau engkau telah menyerahkan diri kepada Tuhan, serahkanlah semuanya pada kaki Beliau yang suci. Bila engkau menyerahkan semua yang harus dikerjakan, kapan harus dikerjakan, dan bagaimana cara mengerjakannya, maka Dia sendiri yang akan membereskan semuanya itu. Untuk mencapai tingkat penyerahan diri ini keakuanmu harus sudah hilang sama sekali; tidak ada lagi rasa keakuan itu. Hal ini telah diperlihatkan dengan jelas oleh Lakshmana dalam cerita Ramayana.

Mari kita ambil cerita pada waktu Rama, Sita, dan Lakshmana sampai di gunung Chitrakuta. Sri Rama selalu memainkan suatu lakon; Ia seorang aktor yang sempurna. Ia tidak pernah merasa sedih atau sakit, tetapi kadang-kadang Ia berpura-pura mengalami perasaan seperti itu. Bila Tuhan turun dalam wujud manusia, Ia berbuat demikian agar kelihatan wajar sebagai manusia, Ia mengambil wujud manusia agar Ia mudah berbaur dengan manusia.

Lakshmana bertanya kepada Rama, "Kakak, di mana kita buat pondoknya?" Rama menjawab, "Engkau tentukan sendiri di mana sebaiknya, lalu dirikan saja." Lakshmana menjawab, "Rama! Rama! Apakah yang telah aku perbuat? Apa salahku? Apa dosaku sehingga aku mendengar kata-kata seperti itu?" Rama mengerti pikiran Lakshmana dan Ia tahu mengapa Lakshmana mengatakan hal itu, tetapi agar Sita mengerti sampai di mana tingkat kepasrahan Lakshmana, Rama berkata, "Lakshmana, katakanlah kepada-Ku apa yang menyusahkan engkau. Apakah kata-kata-Ku yang kau rasakan begitu menyakitkan?"

Lakshmana menjawab, "Aku telah meninggalkan segala-galanya.... Aku telah meninggalkan istri, ibu, ayah, kerajaan, segala-galanya. Aku mengikuti Engkau dan menganggap Engkau sebagai ayahku, Sita ibuku, dan di mana pun Engkau berada itulah kota Ayodya yang indah. Aku hanya mengikuti Engkau untuk melaksanakan perintah-Mu. Aku telah melepaskan kemauan pribadiku, dan kini Engkau menyuruhku membuat pondok serta memilih tempat untuk mendirikannya. Perintah-Mu itulah pikiranku; aku tidak punya pikiran lain. Apa pun kemauan-Mu akan kulakukan. Tugasku adalah menaati Engkau. Tujuanku, pokoknya segala-galanya adalah Engkau, Engkau sendiri." Sita menyadari betapa mendalam pengabdian dan penyerahan diri Lakshmana dan memohon kepada Rama agar menghilangkan kesedihan Lakshmana dengan menentukan sendiri tempat untuk mendirikan pondok itu.

Pelajaran utama dari cerita ini ialah bahwa orang harus meninggalkan semua keinginannya. Segala-galanya adalah milik Tuhan, satu-satunya pemilik. Menyerahkan diri artinya mengikuti secara mutlak perintah-perintah yang diberikan oleh Yang Mahakuasa. Itulah yang dimaksudkan dengan pernyataan, "Duduklah dalam kereta api-Ku dan Aku akan menjagamu. Lenyapkan nafsu keinginan serta keakuanmu. Jangan menyunggi barang bawaanmu sehingga merasa menderita." Dalam hal ini Krishna mengajarkan penyerahan diri sebagai tahap bhakti yang paling tinggi dan paling penting. Bila engkau menyerahkan dirimu sepenuhnya kepada Yang Mahakuasa, engkau akan mendapat karunia-Nya." Di mana pun engkau berada, di kota, di desa, di hutan, atau di langit, Akulah tempatmu berlindung. Serahkanlah dirimu kepada-Ku!" Itulah perintah Tuhan dan sekaligus janji-Nya. Bila engkau telah menjadi milik-Nya. Ia akan menjaga serta melindungi engkau dari segala bahaya.

Berusahalah sungguh-sungguh untuk mencari cara penyerahan diri yang benar dan demikian sucikan dirimu dan capailah tujuan.
 
PERCAKAPAN 5

MENCARI TUHAN YANG BERSEMAYAM DALAM HATIMU


Di dalam Gita Tuhan menyatakan, "Orang yang Kucintai ialah orang yang tidak mementingkan diri sendiri, melepaskan segala keterikatan, dan bersikap sama dalam suka dan duka."

Sangat sulit bagi orang awam yang mencari kebenaran untuk mencapai keseimbangan seperti itu dan untuk melepaskan diri dari keterikatan serta rasa keakuan. Bagi orang yang berkeluarga hal ini hampir tidak mungkin. Mereka dapat memuja Tuhan melalui enam belas jenis pemujaan seperti dijelaskan dalam kitab-kitab suci. Namun, sangat sulit bagi mereka untuk menghancurkan keakuan dan meniadakan segala rasa individualitas. Mengapa demikian? Memang sulit menghilangkan keakuan selama engkau membedakan keinginanmu dengan perintah dan keinginan Tuhan. Kalau engkau menyadari keEsaan Tuhan yang meliputi segala sesuatu, engkau tidak akan mempunyai kesulitan untuk mengikuti-Nya. Jika engkau menyadari bahwa Tuhan bersemayam dalam bentuk Jyothi, 'cahaya yang selalu bersinar' dalam semua manusia, di mana-mana, maka akan mungkin bagimu menguasai keakuan dan keterikatanmu. Nyala yang bersinar terang ini ada di dalam dirimu. Yang Esa yang melindungi seluruh umat manusia adalah bagian yang utuh dari wujudmu sendiri.

Sejak zaman dahulu orang selalu bertanya apakah Tuhan ada atau tidak. Kalau engkau telah yakin bahwa Dia ada, langkah selanjutnya adalah mencari jalan untuk mencapai-Nya. Seperti pada masa lalu, masalah bagaimana dan di mana menemukan Tuhan tetap merupakan pertanyaan yang membingungkan umat manusia masa kini. Untuk mencari jawaban masalah ini, banyak resi pada zaman dahulu berusaha keras dengan menggunakan segala keahlian dan tapanya, agar mendapatkan jalan keluar. Para resi itu mengemukakan di mana mereka mencari dan bagaimana mereka dapat mengetahui adanya Tuhan Yang Mahacemerlang. Akhirnya mereka menyatakan kepada dunia luas:

"Oh manusia, kami telah berhasil melihat dan memahami prinsip adikodrati itu yang ada di luar dunia yang kasat mata ini. Bukannya di dunia atau di ruang angkasa, tetapi dalam dirimu sendirilah Tuhan yang penuh kebahagiaan dapat ditemukan. Dalam pandangan batinmu, dalam jiwamu, dalam hati yang suci dalam badan inilah Ia bersemayam."

Inilah penemuan besar mereka bahwa Tuhan bersemayam dalam badan kita sendiri. Dalam bahasa sanskerta, sarira berarti yang mudah binasa yaitu badan. Tuhan disebut Sarira, yaitu yang tinggal dalam badan yang tidak kekal. Ia disebut juga Dehi, artinya yang mengenakan wujud sementara. Dalam Gita Ia disebut juga Kshetrajña 'yang mengetahui Ksetra' yaitu yang tidak bergerak dan tidak mengetahui dirinya sendiri. Untuk menembus tirai kebodohan yang menutupi kebenaran dirimu, engkau harus berusaha menemukan Tuhan Yang Kekal yang bersemayam cemerlang dalam badan kasarmu. Engkau juga harus berusaha menemukan Tuhan yang bersemayam sebagai dasar segala ciptaan penghuni kelima unsur yaitu ether, udara, api, air, dan tanah.

Untuk mendapatkan intan engkau harus menggali jauh ke dalam tanah. Engkau tidak menemukannya bergantungan di pohon. Begitu pula engkau tidak akan menemukan permata yang sangat berharga ini yaitu Tuhan, tergeletak di luar dan mudah dilihat oleh semua orang. Dengan bantuan ajaran para mahatma, engkau harus berusaha mencarinya di dalam dirimu. Badan kita bukan barang biasa. Ia adalah pura Tuhan atau kereta yang membawa Tuhan. Dalam dunia yang boleh dianggap sebagai desa yang besar, Tuhan diarak dalam kereta yang disebut badan (raga) ini.

Tidak baik bila engkau tidak mempedulikan badan atau mengabaikannya atau menggunakannya secara tidak pantas atau untuk berbuat jahat. Badan ini harus digunakan hanya untuk melakukan kegiatan yang suci dan tidak mementingkan diri sendiri. Engkau harus menjaganya dengan baik serta menyucikannya dengan menggunakannya untuk melakukan tugas-tugas suci. Sudah tentu badan ini lembam, tetapi di dalamnya hidup aspek kesadaran suci. Badan bisa dibandingkan dengan perahu yang dapat menolongmu menyeberangi lautan samsara 'lautan kehidupan duniawi'. Badan ini tidak kau dapat dengan mudah. Karena kebajikan yang tak terhingga banyaknya dan kelahiran-kelahiran dalam wujud yang lain, engkau dapat memperoleh wujud badan manusia ini. Jika badan tersebut tidak digunakan sebagaimana mestinya, berarti engkau menyia-nyiakan seluruh kebajikan yang telah kau peroleh dalam kehidupan-kehidupan sebelumnya yang tak terhitung lagi banyaknya.

Merupakan kemujuran yang luar biasa bahwa engkau lahir sebagai manusia. Karena itu, perahu suci yang dapat membawamu ke tempat tujuan ini harus digunakan dengan seksama sehingga dapat menyeberangi lautan samsara dengan selamat. Dalam samudra ini hidup buaya-buaya yang amat mengerikan, serta berbagai makhluk lain yang menakutkan dan berbahaya bagimu. Buaya-buaya yang mengancam itu melambangkan enam musuh manusia yaitu kemarahan, ketamakan, nafsu birahi, kebencian, kecongkakan, dan iri hati. Mereka menghuni setiap tahap lautan kehidupan duniawi yang tak dapat diduga ini. Samudra itu sendiri merupakan campuran unsur-unsur yang berlawanan seperti kegembiraan dan kesedihan, hal yang menarik dan hal yang menjijikkan; bila engkau berada dalam samudra kehidupan ini, amat sulit mengatakan kapan engkau akan mendapat kebahagiaan dan kapan engkau akan jatuh ke lembah kesedihan.

Bila engkau dikelilingi oleh demikian banyak buaya, cara yang terbaik untuk menyelesaikan perjalanan dengan selamat ialah dengan melihat kesatuan dalam segala sesuatu. Engkau harus yakin sepenuhnya bahwa prinsip ketuhanan, Tuhan dalam wujud nyata yang cemerlang, ada dalam setiap manusia dan setiap benda. Kalau engkau menyadari keberadaan Tuhan dalam setiap makhluk, dan menyadari kesatuan dalam semua yang tampak sebagai kebhinekaan ini, maka engkau tidak akan dapat lagi membenci orang lain. Karena itu Gita memberikan tempat utama pada petunjuk yang menyatakan "Adveshta sarva bhutanam" 'janganlah membenci makhluk apa pun juga'.

Berbagai macam pemujaan ritual seperti menyanyikan kidung kerohanian, melakukan japa dan mengulang-ngulang nama Tuhan, akan tampak sangat remeh bila engkau telah menyadari keberadaan Tuhan dalam setiap hati manusia. Hanya bila engkau tidak mengetahui keberadaan ini, engkau mementingkan berbagai pelaksanaan ibadah. Namun sebelum engkau menguasai teknik berenang, engkau perlu menggunakan berbagai alat bantu agar dapat mengapung sewaktu belajar berenang. Bila engkau telah pandai berenang, alat-alat itu tidak diperlukan lagi. Demikian pula berbagai jenis ibadah diperlukan hingga engkau benar-benar mengerti arti Gita. Kalau engkau telah memahami inti dari Gita yang indah ini, semua ritual pemujaan akan tampak sepele.

Dalam bab Bhakti Yoga 'jalan pengabdian', telah dijelaskan semua sifat mulia seorang bhakta yang membuatnya dikasihi Tuhan. Di situ ditekankan bahwa sifat-sifat yang terpuji ini akan bersemi bila keenam musuh manusia dikuasai. Dapatkah hal ini dilakukan dengan mudah? Ya, keenam musuh manusia itu dapat ditaklukkan bila engkau menyadari kebenaran bahwa Tuhan Yang Maha Esa berada di mana-mana dalam kelima unsur alam dan Dialah yang menggerakkan semua makhluk. Sebelum engkau menyadari hal ini dan mengalaminya, engkau tidak akan memperoleh kepuasan yang sejati dalam apa pun juga yang kau kerjakan.


lanjut,.....
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.