• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

[SHARING] Konsep Ketuhanan.. yg saya ketahui

selama ini saya sering membaca di forum buddha ini utk memperdalam tentang agama buddha. meskipun ilmu saya masih sangat cetek, tapi ada 1 hal yang membuat saya kurang setuju terhadap 1 hal, yaitu banyak dari para umat buddha yang mempunyai kecenderungan untuk menyamakan antara nibbana dengan tuhan, padhal sangat jelas2 bahwa tuhan dan nibbana itu 2 hal yang sangat berbeda.

tuhan adalah pribadi yg mempunyai emosi, bisa melakukan sesuatu.

nibbana merupakan suatu kondisi, bukan sosok hidup.

sudah sangat jelas berbeda bukan?
antara kata tuhan dan kata dewa yang lebih memiliki kemiripan dalam arti saja kita lebih bisa membedakan dalam penempatan untuk digunakan pada kalimat2 yang sesuai dengan tujuan dan pengertiannya.
tapi mengapa untuk tuhan dan nibbana terkadang ada kesan untuk memaksakan bahwa nibbana = tuhan.
contohnya yang harusnya tertulis bahwa nibbana sbg tujuan akhir diganti menjadi "tuhan sebagai tujuan akhir", kedengaran sangat aneh bukan?%

-------------------------------------------
posting saya hilang kenapa???? kok bisa jadi begini , error??
 
sudah sangat jelas berbeda bukan?
antara kata tuhan dan kata dewa yang lebih memiliki kemiripan dalam arti saja kita lebih bisa membedakan dalam penempatan untuk digunakan pada kalimat2 yang sesuai dengan tujuan dan pengertiannya.
tapi mengapa untuk tuhan dan nibbana terkadang ada kesan untuk memaksakan bahwa nibbana = tuhan.
contohnya yang harusnya tertulis bahwa nibbana sbg tujuan akhir diganti menjadi "tuhan sebagai tujuan akhir", kedengaran sangat aneh bukan?%

Saya juga mau turut berpendapat nih:

Tidak ada unsur pemaksaan bahwa Tuhan (dengan T besar) = Nibbana.

Lalu tentang kalimat Tuhan sebagai tujuan akhir. Anda mengganggapnya seharusnya Nibbana sebagai tujuan akhir. Itu pembuktian vertikal yang saya lakukan. Bagaimana pemahaman ini bisa timbul pada saya. Pada saat saya mempelajari tentang riwayat Syech Siti Jenar.... Coba anda mencari sumber-sumber ke sini. Bukan promosi yah. Melainkan untuk sekedar berbagi apa yang diketahui. Kenyataannya ada orang yang berpaham seperti ini, kenal atau tidak kenal pada Buddha Dhamma. Saya menolak bila ada sesuatu yang sama berarti penjiplakan, atau usaha untuk pemirip-miripan. Walau tidak tertutup kemungkinan ada yang melakukan hal tersebut untuk tujuan tertentu. Tapi tidak boleh pukul rata. Ada selalu pengecualian.

Bila anda menganggap ada usaha untuk menyamakan persepsi nibbana = Tuhan. Tentu hal sebaliknya, bagi orang luar dengan keyakinan berbeda juga tidak masalah dong. Karena ide saya memang untuk pribadi.

Sharing yang dilakukan, bukan untuk membentuk imej baru bagi Tuhan atau Nibbana. Malainkan, sebagai pendapat pribadi seorang non Buddhis yang ingin mempelajari Buddha Dhamma, dengan cara (menurut dia - saya) menemukan titik temu, yang kebetulan kebiasaaan ini tidak terjadi pada orang lain, atau mungkin juga ada, siapa tahu?

Setuju dengan anggapan, bahwa banyak pengertian umat bahwa Tuhan seperti Dewa. Tapi justru pengertian ini sering ditolak oleh orang lain. Coba samakan Jesus dengan Dewa. Tentu akan ditolak mentah mentah. Karena ada pengertian lain, yang entah bagaimana yang membuat umat dalam suatu agama memandang ada yang dikatakan sebagai Tuhan. Karena kemelekatan kepada manusia, menurut daya justru timbul imej dewa tersebut pada Tuhan. Sekalilagi menurut saya, bukan menurut orang lain.

Maaf, agak ngotot nih....:):):)
 
@Traktor, Tuhan yang mana nih?

Meditasi lebih banyak ditujukan untuk melatih pikiran. Pernah coba tutup mata kira2 5 menit aja, trus coba perhatikan pikiran anda, apakah pikiran anda seperti monyet liar yang lepas (lari kesana kemari) atau gunung yang kokoh, terpusat pada 1 objek saja.

Berapa lama meditasi tidak usah ditentukan, pada awalnya perlu hanya untuk menjadi biasa, bila tidak jangan2 1 menit udahan lagi meditasinya. tapi berbeda bila sedang ikut kelas meditasi.

Nah itu yang saya bingungkan..... Tread ini kan membahas Konsep Ketuhanan. Kok tiba tiba menjadi meditasi.... :-/:-/:-/:-/ makanya saya bertanya, apa hubungan meditasi dengan mengenal Tuhan? Dalam persepsi ini, saya mempersepsikan Tuhan dengan T besar. Persepsi TS saya tidak tahu.
 
kenapa posting saya bisa berubah jadi begini???

sudah sangat jelas berbeda bukan?
antara kata tuhan dan kata dewa yang lebih memiliki kemiripan dalam arti saja kita lebih bisa membedakan dalam penempatan untuk digunakan pada kalimat2 yang sesuai dengan tujuan dan pengertiannya.
tapi mengapa untuk tuhan dan nibbana terkadang ada kesan untuk memaksakan bahwa nibbana = tuhan.
contohnya yang harusnya tertulis bahwa nibbana sbg tujuan akhir diganti menjadi "tuhan sebagai tujuan akhir", kedengaran sangat aneh bukan?%

posting yang hilang saya ulangi

Kenapa bisa begitu??? Karena sejak kecil kita sudah didik begitu bahwa tuhan itu personal/pribadi(bisa marah,bisa capek,bisa menyesal,dsbnya) serta pengaruh lingkungan sekitar dan pengaruh agama lain.

Sila 1 dari Pancasila(bukan Pancasila Buddhis)adalah Ketuhanan YME bukan Tuhan YME karena setiap agama mempunyai pandangan tuhan yang berbeda-beda.

Dalam agama Buddha menganut paham Anatta(tidak ada inti/roh) sehingga tuhan tidak bersifat pribadi/personal melainkan bersifat impersonal(Tidak diciptakan,Yang Mutlak,Tidak dilahirkan,dsbnya). Yang Mutlak,tidak dilahirkan,tidak diciptakan dsbnya dalam agama Buddha dikenal dengan nama Nibbana , Otomatis berbeda pandangan dengan agama yang lain.

Tuhan berasal dari kata TUAN,yang arti yang disembah, dalam agama Buddha tidak menyembah kepada siapa-siapa melainkan berlindung kepada TiRatana(Buddha ,Dhamma & Sangha)



 
bhramajala Sutra ini saya tidak pernah baca...:(

Uraian tentang Tuhannya sendiri relatif aman, bisa diterima semua kelompok kayanya. Dengan catatan bila yang membaca bermaksud mencari persamaan persepsi, bukan pada perbedaan perbedaan pandangan manusia.

Ritual2 dan pai-pai yang bikin kita sakit encok. Bisa bikin sakit encok... tapi bisa juga bikin sehat. Semacam olahraga. Namun jangan salah dulu, bagimana bila dalam ritual tersebut ada yang dikenal dalam Buddha Dharma dengan Meditasi, pemusatan pikiran, semacam Khusuk dalam istilah Muslim.

Menghayati secara mendalam apa yang dilakukan sebagai ritual atau pai-pai... ini saya memandangnya hanya sebagai metode dalam hal pemusatan pikiran. Meditasi juga tidak harus secara bersila kan? Cara sujud para Bhiksu Tibet juga beda dengan cara bhikku di Tailand atau Cina.

Bisa baca disini

https://www.forum.or.id/showthread.php?t=20162&highlight=brahmajala+sutta

atau yang ini

http://www.cyberforums.us/showthread.php?t=23883
 
sudah sangat jelas berbeda bukan?
antara kata tuhan dan kata dewa yang lebih memiliki kemiripan dalam arti saja kita lebih bisa membedakan dalam penempatan untuk digunakan pada kalimat2 yang sesuai dengan tujuan dan pengertiannya.
tapi mengapa untuk tuhan dan nibbana terkadang ada kesan untuk memaksakan bahwa nibbana = tuhan.
contohnya yang harusnya tertulis bahwa nibbana sbg tujuan akhir diganti menjadi "tuhan sebagai tujuan akhir", kedengaran sangat aneh bukan?%

-------------------------------------------
posting saya hilang kenapa???? kok bisa jadi begini , error??

Saya juga mau turut berpendapat nih:

Tidak ada unsur pemaksaan bahwa Tuhan (dengan T besar) = Nibbana.

Lalu tentang kalimat Tuhan sebagai tujuan akhir. Anda mengganggapnya seharusnya Nibbana sebagai tujuan akhir. Itu pembuktian vertikal yang saya lakukan. Bagaimana pemahaman ini bisa timbul pada saya. Pada saat saya mempelajari tentang riwayat Syech Siti Jenar.... Coba anda mencari sumber-sumber ke sini. Bukan promosi yah. Melainkan untuk sekedar berbagi apa yang diketahui. Kenyataannya ada orang yang berpaham seperti ini, kenal atau tidak kenal pada Buddha Dhamma. Saya menolak bila ada sesuatu yang sama berarti penjiplakan, atau usaha untuk pemirip-miripan. Walau tidak tertutup kemungkinan ada yang melakukan hal tersebut untuk tujuan tertentu. Tapi tidak boleh pukul rata. Ada selalu pengecualian.

Bila anda menganggap ada usaha untuk menyamakan persepsi nibbana = Tuhan. Tentu hal sebaliknya, bagi orang luar dengan keyakinan berbeda juga tidak masalah dong. Karena ide saya memang untuk pribadi.

Sharing yang dilakukan, bukan untuk membentuk imej baru bagi Tuhan atau Nibbana. Malainkan, sebagai pendapat pribadi seorang non Buddhis yang ingin mempelajari Buddha Dhamma, dengan cara (menurut dia - saya) menemukan titik temu, yang kebetulan kebiasaaan ini tidak terjadi pada orang lain, atau mungkin juga ada, siapa tahu?

Setuju dengan anggapan, bahwa banyak pengertian umat bahwa Tuhan seperti Dewa. Tapi justru pengertian ini sering ditolak oleh orang lain. Coba samakan Jesus dengan Dewa. Tentu akan ditolak mentah mentah. Karena ada pengertian lain, yang entah bagaimana yang membuat umat dalam suatu agama memandang ada yang dikatakan sebagai Tuhan. Karena kemelekatan kepada manusia, menurut daya justru timbul imej dewa tersebut pada Tuhan. Sekalilagi menurut saya, bukan menurut orang lain.

Maaf, agak ngotot nih....:):):)

kenapa posting saya bisa berubah jadi begini???



posting yang hilang saya ulangi






@Shintung
Maaf bro... justru tadi saya bingung lihat postingan bro... tidak tahu mana yang anda quote mana yang tidak.... agak seperti rusak gitu.... saya periksa di manage.... ada beberapa versi.... saya yang menambahkan
di postingan anda sebelumnya, tidak mengurangi atau menambahi isi. hanya
. saya kira anda lupa atau gimana.

Maaf, memang IF agak lambat beberapa waktu belakangan ini (dari kemaren malam)... mungkin memang ada error... maaf lagi kalau koreksi saya menimbulkan kebingungan. Saya juga jadi bingung, koreksi saya yang membingungkan atau gimana.... sekali lagi maaf bro... Yang pasti saya tidak mengurangi isi postingan bro... hanya tambah
di akhir bagian yang saya lihat seperti postingan TS. bagian dibawahnya yang saya anggap komentar bro Sintuhng tidak saya otak atik.
 
Namaste,

Teman, pertama, Sang Buddha sangat-sangat tahu bahwa yang disebut isvara atau issara atau Brahma atau bapak semua makhluk, pencipta semesta atau tuhan adalah hal yang tidak ada. Lalu mengapa Beliau tidak menjawab ketika ditanya mengenai isvara (tuhan)? Sebenarnya Beliau sudah menjawabnya yaitu dengan diam. Jadi, sikap diam juga adalah suatu jawaban. Sang Buddha pernah menyampaikan bahwa ada 4 jenis pertanyaan yang dijawab dengan cara yang berbeda. 1. Pertanyaan yang seharusnya dijawab dengan singkat, 2. Pertanyaan yang seharusnya dijawab dengan penjelasan secara analisa, 3. Pertanyaan yang seharusnya dijawab dengan balik bertanya. 4. Pertanyaan yang seharusnya dijawab dengan diam. Melihat jenis pertanyaan yang tidak bermanfaat dan kondisi si penanya pada saat itulah maka Sang Buddha bersikap diam.

Satu satunya rujukan yang bisa pegang adalah Tipitaka bukan kitab-kitab lain. Beberapa perkataan Sang Buddha yang menolak konsep isvara/issara.

”Dengan mata, seseorang dapat melihat pandangan memilukan; Mengapa Brahma itu tidak menciptakan secara baik? Bila kekuatannya demikian tak terbatas, mengapa tangannya begitu jarang memberkati? Mengapa dia tidak memberi kebahagiaan semata? Mengapa kejahatan, kebohongan dan ketidak-tahuan merajalela? Mengapa memenangkan kepalsuan, sedangkan kebenaran dan keadilan gagal? Saya menganggap, Brahma adalah ketak-adilan. Yang membuat dunia yang diatur keliru.”
Bhuridatta Jataka, Jataka 543

“Apabila, O para bhikkhu, makhluk-makhluk mengalami penderitaan dan kebahagiaan sebagai hasil atau sebab dari ciptaan Tuhan (Issaranimmanahetu), maka para petapa telanjang ini tentu juga diciptakan oleh satu Tuhan yang jahat/nakal (Papakena Issara), karena mereka kini mengalami penderitaan yang sangat mengerikan.”
Devadaha Sutta; Majjhima Nikaya 101

Kedua, teman, perlu kita membedakan antara tuhan dengan ketuhanan. Ketika kita menyinggung kata ‘tuhan’ maka kata ini adalah kata benda, person/orang/makhluk. Sedangkan ketika kita menyinggung kata ‘ketuhanan’ maka bukan kata benda/orang tetapi kata sifat yaitu sifat-sifat yang ditinggikan. Pancasila Dasar Negara RI sila-1 menyatakan Ketuhanan Yang Maha Esa, bukan Tuhan Yang Maha Esa. Meskipun agama Buddha tidak mempercayai tuhan, tetapi tetap masih berada dalam naungan Pancasila Dasar Negara RI . Menapa? Mengenai hal ini akan saya sampaikan di lain waktu.

Ketiga, mengenai atheis. Banyak orang yang langsung terburu-buru menyatakan atheis itu tidak bertuhan dan menghakiminya sebagai orang yang tidak bermoral. Padahal atheis sendiri banyak jenisnya, ada atheis sosialis, atheis materialis, dll. Menganggap ada atau tidak adanya tuhan, tidak ada hubungannya dengan moral. (Ini pula mengapa Sang Buddha berdiam diri ketika ditanya, karena tidak bermanfaat dan tidak ada kaitannya dengan moral) Dan ini terbukti dengan kehadiran agama Buddha yang tidak mempercayai akan tuhan tetapi kemoralan tetap terjaga dimana tidak ada perang mengatasnamakan agama Buddha. Berbeda dengan agama lain yang percaya tuhan tapi peperangan atas nama agama sering terjadi.

Lalu apakah benar agama Buddha itu atheis? Tidak. Ketika saya membaca dalam forum atheis, para atheis sendiri menolak agama Buddha dimasukan ke dalam kelompok atheisme. Mereka beranggapan bahwa ada faktor-faktor yang tidak memungkinkan agama Buddha masuk dalam golongan atheis yaitu keberadaan ajaran yang sifatnya “keilahian” seperti Nibbana. Oleh karena itu Buddhisme sering digolongan sebagai nontheis, tidak mempercayai tuhan namun memiliki konsep “ketuhanan” (sesuatu yang ditinggikan). Inilah keunikan agama Buddha. Oleh karena itu tidaklah heran jika orang sekaliber Albert Einstein mengatakan bahwa Buddhisme adalah agama kosmik yang melampaui dogma dan tuhan yang berpersonal dan merupakan agama masa depan..

Demikian.
 
bro moderator
gimana kalo thread ini di gabung dgn thread [sharing] konsep ketuhanan... yang saya ketahui
 
haha.. ini jadi perbincangan yang seru terus y..
hmm g cuman maw sharing dari yang g ketahui..
saat menyebut kata TUHAN,,
kata yang sebenarnya dibuat oleh manusia.. yang dibuat menurut g lebih dikarenakan ketakutan manusia didukung oleh sedikit logika yang rada mentok..
kenapa??
g bisa jelaskan.. inilah hipotesis g
pada saat dahulu saat teknologi belum muncul..
manusia diselimuti dengan ketakutan dikarenakan ketidaktahuannya
seperti manusia takut karena adanya petir yang menyambar2.. kemudian dari petir yang menyambar pohon.. muncul api.. lalu kebakaran.. gempa dan sebagainya..
manusia yang didukung memiliki rasa ingin tahu dan intelegensia yang terus berkembang.. akhirnya mentok pada suatu hal.. suatu hal yang tidak bisa dipikirkan, dijelaskan dll.. yaitu Tuhan..
suatu bentuk atau wujud yang Ilahi yang tidak dapat dijangkau oleh manusia
dianggap sebagai asal dari segala sebab.. sang pencipta dan sumber dari segala perlindungan..

ok sekian dari pengertian Tuhan yang g tau..

lalu sekarang Tuhan seperti apa yang dibicarakan di sini..

Tuhan jika kita mendefinisikan sebagai sosok personal.. maka jawabnya tidak ada..

(ke)Tuhan(an) jika kita mendefinisikan sebagai sifat-sifat yang dimiliki oleh Tuhan.. bukan kemampuannya.. maka itu ada..
tapi di sini artinya segala macam yang bisa memiliki sifat-sifat seperti tuhan.. maka memang umat Buddhis ini suka menganalogikannya sebagai Tuhan..

contoh Nibbana: mengapa dianalogikan Tuhan?
karena Nibbana memiliki sifat-sifat seperti Tuhan,,
tidak tercipta.. tidak berkondisi.. bersifat kekal.. dsb2..
sehingga memiliki persyaratan yang cukup.. karena memiliki sifat seperti Tuhan..

so.. buat kita2 yang ingin mencapai Nibbana maka kita harus mencapai sifat2 Tuhan.. (bukan menjadi Tuhan) dengan cara .. salah satunya bermeditasi..
karena dengan bermeditasi kita bisa melihat bagaimana seluruh sistem bekerja alam ini bekerja..ketidakkekalan dan lepas dari ke akuan.. itu lah mengapa ada yang mengaitkannya dengan meditasi..

yup ^^.. so inilah yang aku ketahui.. inilah yang aku mengerti.. inilah yang aku coba pahami.. dan aku sedang dalam proses untuk menjalani..

see u all at nibbana (kalo g masi inget ^^) hehe
 
Kamus Besar Bahasa Indonesia

Tuhan n 1 sesuatu yg diyakini, dipuja, dan disembah oleh manusia sbg yg Mahakuasa, Mahaperkasa, dsb: tuhan Yang Maha Esa; 2 sesuatu yg dianggap sbg Tuhan: pd orang-orang tertentu uanglah sbg tuhan nya;
ber·tu·han v 1 percaya dan berbakti kpd Tuhan; beribadah: orang yg tidak ~ , orang yg tidak percaya akan adanya Tuhan; 2 memuja sesuatu sbg Tuhan: janganlah kita ~ kpd berhala;
ber·tu·han·kan v bertuhan kpd: ia ~ harta benda saja;
me·nu·han·kan v menjadikan sesuatu sbg Tuhan; mempertuhan;
mem·per·tu·han v menganggap (memuja dsb) sesuatu sbg Tuhan; memperdewakan; menuhankan;
mem·per·tu·han·kan v mempertuhan;
ke·tu·han·an n 1 sifat keadaan Tuhan; 2 segala sesuatu yg berhubungan dng Tuhan: hal-hal ~ , yg berhubungan dng Tuhan; ilmu ~ , ilmu mengenai keadaan Tuhan dan agama; dasar ~ , kepercayaan kpd Tuhan Yang Maha Esa

GOD (WIKIPEDIA)
God is the principal or sole deity in religions and other belief systems that worship one deity.[1] The singular, capitalized God of monotheistic religions is commonly contrasted with the gods of polytheistic religions.

God is most often conceived of as the supernatural creator and overseer of the universe. Theologians have ascribed a variety of attributes to the many different conceptions of God. The most common among these include omniscience, omnipotence, omnipresence, omnibenevolence (perfect goodness), divine simplicity, jealousy, and eternal and necessary existence. God has also been conceived as being incorporeal, a personal being, the source of all moral obligation, and the "greatest conceivable existent".[1] These attributes were all supported to varying degrees by the early Jewish, Christian and Muslim theologian philosophers, including Maimonides,[2] Augustine of Hippo,[2] and Al-Ghazali,[3] respectively.
 
@all

Hehehe..bung @roughtorer saya gak nge-flame loh..

kalo menurut saya mengapa Sang Budha diam ketika ditanya "Apakah Tuhan itu ada?"
disebabkan karena Beliau ingin yg menanyakan pertanyaan tersebut menjawab sendiri pertanyaannya!

hahaha segitu aj tanggapan saya...
 
@all

Hehehe..bung @roughtorer saya gak nge-flame loh..

kalo menurut saya mengapa Sang Budha diam ketika ditanya "Apakah Tuhan itu ada?"
disebabkan karena Beliau ingin yg menanyakan pertanyaan tersebut menjawab sendiri pertanyaannya!

hahaha segitu aj tanggapan saya...

Nah... karena ada menurut saya - nya.... jadi gpp... :D
 
Sedikit sharing yang saya ketahui

Pada dasarnya tujuan akhir dari agama Buddha dan Hindu adalah berbeda
Kesamaan dari keduanya adalah untuk memutus reinkarnasi
Di dalam agama Hindu tujuan akhir manusia adalah Yoga (moksha)
Yoga artinya kembali seutuhnya kepada sang Pencipta
Sedangkan tujuan akhir agama Buddha adalah nibbana (akhir dari reinkarnasi)

Ajaran Buddha terbukti lebih unggul dalam memutus reinkarnasi
Ini bisa dilihat dari cerita" sang Buddha yang telah menyeberangkan murid"nya
Sedangkan teknik dalam agama Hindu lebih banyak mencapai alam Brahma
Ini bisa dilihat dari para Yogi yang memuja Maha Brahma, Shiva, dan Vishnu

Dipercaya dalam agama Hindu bahwa manusia yang telah mencapai yoga akan moksha
Moksha diartikan tubuh fisik (jasmani) dan tubuh non fisik (Jiwa), melebur hilang dari keberadaan
dan yang tersisa adalah Roh (diri sejati/Zat Tuhan) kembali kepada sang pencipta seutuhnya
Dan itulah yang menyebabkan teknik untuk mencapai Yoga selalu menjadi rahasia

Di dalam literatur yang pernah saya baca ditemukan Buddha Sidharta menentang konsep
Maha Deva (Tuhan) dan konsep diri sejati (Roh)
Dipercaya dalam sebuah ajaran Tuhan adalah Sang Maha,
Tuhan tidak dapat ditemukan dengan meditasi dan
hanya HATI NURANI lah satu" nya kunci untuk merasakan keberadaan Tuhan
Dan untuk mencapai kesadaran diri sejati dan kesadaran YOGA
kunci satu" nya adalah "Hati" yang sudah mau menerima
CAHAYA dan KASIH dari SANG MAHA seutuh"nya
Oleh karena itu meditasi yang mengandalkan usaha dan kemampuan diri sendiri tidak akan pernah mencapai YOGA

Sekian menurut teori yang saya ketahui untuk di sharing kepada saudara"
Mohon maaf jika ada kesalahan dalam pemahaman saya ataupun bertentangan dengan keyakinan
CMIIW, salam
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.