• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Yang Mulia Âcariya Mun Bhûridatta Thera

singthung

IndoForum Junior E
No. Urut
7164
Sejak
21 Sep 2006
Pesan
1.634
Nilai reaksi
27
Poin
48
1127969527thailandwisdomcom1.jpg
Yang Mulia Âcariya Mun Bhûridatta Thera
T E G U H,Secara konstan menekankan pada kepentingan tertinggi,Âcariya Mun selalu menegaskan bahwa hati adalah yang paling penting di dunia ini.

Yang Mulia Âcariya Mun Bhûridatta Thera adalah seorang tokoh terkemuka dalam Buddhisme Thai jaman sekarang. Beliau dipuja dan dihormati di mana-mana selama masa hidup beliau untuk keberanian dan keteguhan hati yang luar biasa yang telah beliau tunjukkan di dalam menjalankan kehidupan pertapa dan kedisiplinan beliau yang tanpa kompromi dalam mengajar murid-muridnya.

Selama kurun waktu 50 tahun sejak beliau wafat, beliau dianggap seorang sosok agung dalam kalangan Buddhis dan keberadaan beliau yang sangat berpengaruh masih membekas, di mana hidup dan ajaran-ajaran beliau telah menyamai pencarian mulia Sang Buddha untuk transformasi diri.

Banyak warga Thai menyatakan pandangan mereka bahwa mereka telah hilang kepercayaan terhadap magga, phala, dan Nibbâna yang dinyatakan masih relevan hingga saat ini, akan tetapi dengan membaca biografi Âcariya Mun, mereka menyadari bahwa cerita tentang hasil-hasil yang telah dicapai, bukanlah hanya potongan-potongan cerita kuno yang telah mati dan mengering—melainkan peninggalan luar biasa dari sosok yang hidup, bercahaya, yang dapat digunakan oleh siapa saja yang berkemauan dan dapat mengupayakan usaha-usaha yang diperlukan untuk mencapainya. Mereka telah memahami bahwa bhikkhu Buddhis dengan jubah khusus dan kehidupannya sebagai bhikkhu bukanlah hanya figur ke-bhikkhu-an yang mewakili Buddha, Dhamma, dan Sangha. Beberapa dari mereka tentu saja telah terbukti hidup benar sesuai dalam ajaran Buddha.


Âcariya Mun lahir di dalam keluarga Buddhis tradisional pada hari Kamis, 20 Januari BE 2413 (1870), di tahun kambing. Tempat kelahiran beliau di desa Ban Khambong di daerah Khongjiam, perkampungan Khambong, provinsi Ubon Ratchathani. Ayah beliau bernama Nai Khamduang, Ibu beliau bernama Nang Jan dan nama keluarga beliau Kaenkaew. Beliau adalah putra sulung dari delapan bersaudara, meskipun hanya dua orang dari mereka yang masih hidup di saat beliau wafat.

Seorang anak kecil jangkung dengan kulit kuning langsat, beliau adalah anak yang cekatan, energik, pandai dan banyak akal. Pada usia 15 tahun, beliau ditahbiskan sebagai (1)sâmanera di wihara desanya. Beliau sangat bersemangat untuk belajar Dhamma, mampu mengingat teks-teks dengan kecepatan yang luar biasa. Seorang samanera muda dengan karakter yang ramah, beliau tidak pernah menyulitkan guru-guru ataupun para pengikut beliau.Dua tahun di dalam kehidupan baru beliau, sang ayah meminta beliau untuk melepas jubah dan beliau dibutuhkan untuk kembali ke kehidupan perumah tangga dengan tujuan membantu di rumah. Bagaimanapun juga kesenangan beliau akan kehidupan bhikkhu begitu jelas sehingga beliau yakin akan ditahbiskan lagi suatu hari nanti. Kenangan indah akan kehidupan dalam jubah bhikkhu tidak pernah pudar. Maka, beliau memutuskan untuk mema suki kehidupan bhikkhu lagi secepat mungkin. Keinginan kuat ini telah muncul, tanpa keraguan, pada kekuatan keyakinan yang gigih, disebut sebagai (2)saddhâ, yang merupakan bagian pelengkap dari karakter beliau.

Saat beliau mencapai usia 22, beliau merasakan desakan untuk ditahbiskan sebagai seorang bhikkhu, maka untuk tujuan itu, beliau berpamit kepada orang tua beliau. Tak ingin melarang aspirasi beliau dan juga memiliki harapan bahwa putra mereka akan ditahbiskan lagi suatu hari, mereka memberikan izin. Dengan semangat dan dukungan penuh sampai akhir, mereka menyediakan keperluan dasar lengkap seorang bhikkhu kepada beliau. Pada tanggal 12 Juni BE 2436 (1893), beliau menerima penahbisan bhikkhu di Wihara Wat Liap di kota propinsi Ubon Ratchathani.

(3)Upajjhâya beliau adalah Yang Mulia Phra Ariyakawi, kammavâcariya beliau adalah Phra Khru Sitha; dan anusâsanâcariya beliau adalah Phra Khru Prajuk Ubonkhun. Beliau diberi nama bhikkhu (4)“Bhûridatta”.Setelah penahbisan, beliau tinggal di Wat Liap di tempat pelatihan meditasi (5)vipassanâ Âcariya Sao Kantasilo.


1127969527thailandwisdomcom1.jpg
Yang Mulia Âcariya Mun Bhûridatta Thera
U N I K,Âcariya Mun memiliki kemampuan unik untuk berkomunikasi secara langsung dengan makhluk bukan manusia dari banyak keberadaan alam yang berbeda.

Tujuan mulia dari kebebasan spiritual harus dicapai dengan jalan yang sesuai yaitu Jalan Tengah seperti yang diajarkan Sang Tathagatha,Buddha Gotama.
Meskipun Sang Buddha melarang penggunaan rasa malu diri sebagai jalan untuk mencapai penerangan, namun demikian Beliau mengizinkan dan mendukung praktek pertapa khusus tersebut, yang dikenal seba gai Dhutanga, dimana secara efektif harmonis dengan usaha-usaha mulia ini.

Jalan Tengah yang sesungguhnya bukanlah jalan mulus dengan sedikit rintangan,dan dapat dinegosiasi dengan kompromi yang mudah, atau jalan tengah yang menyenangkan; tetapi lebih dari itu, merupakan jalan praktek yang paling efektif melawan kekotoran batin yang menghalangi kemajuan dengan cara menahan setiap langkah di jalan tersebut. Jalan spiri tual seringkali sukar, penuh penderitaan dan tidak menyenangkan.

Sementara batin menghalangi kesuksesan dengan hebatnya dan bahkan menakut-nakuti. Jadi, para pejuang spiritual memerlukan “perlawanan” (baca: usaha atau daya upaya)yang keras untuk mencabut akar-akar kemalasan,kecanduan, rasa bangga diri dan mementingkan diri, sehingga Sang Buddha mendorong para bhikkhu yang benar-benar tekun dalam pele pasan hati mereka dari perwujudan halus kekotoran batin yang tersembunyi dan membaha yakan, untuk berlatih dhutanga. Praktek pertapaan semacam ini diciptakan secara khusus untuk mengem bangkan kesederhanaan, kerendahan hati, menahan diri, kewaspadaan,dan introspeksi dalam kehidupan sehari-hari seorang bhikkhu, dan Sang Buddha dikenal memuji para bhikkhu yang menjalankan praktek mereka.

Untuk alasan ini, cara hidup seorang bhikkhu Buddhis dikenal sebagai cara hidup seorang
pengembara tanpa rumah yang telah meninggalkan keduniawian dan meninggalkan rumah tangga, mengenakan jubah terbuat dari kain yang telah dibuang, bergantung pada sedekah untuk kehidupan, dan tinggal di hutan. Ini cara ideal seorang bhikkhu hutan mengembara untuk bersungguh-sungguh dalam pencarian spiritual tradisional Sang Buddha yang dilam bangkan dengan jalan hidup Dhutanga Kammatthâna.

Seperti dhutanga, kammatthâna adalah istilah yang menunjukkan orientasi khusus yang diberikan oleh para bhikkhu Buddhis yang mengabdi untuk mempertahankan cara hidup meditatif yang keras.

Kammatthâna(lit.”dasar kerja”) menunjuk pada sebuah pendekatan praktek meditasi yang secara langsung menumbangkan segala aspek keserakahan, kebencian dan delusi dari hati dan kemudian merobohkan semua jembatan yang menghubungkan pikiran pada lingkaran kelahiran dan kematian yang berulang.

Kammatthâna dengan penekananan pada pengembangan meditatif dan dhutanga dengan penekanan pada jalan hidup pertapa mendukung pada meditasi intensif, saling dipuji secara sempurna dalam usaha mulia untuk mengatasi lingkaran tumimbal lahir. Keduanya bersama dengan disiplin kode monastik adalah batu peletakan pertama pada berdirinya bangunan pelatihan bhikkhu.

Catatan dan semangat meditasi kehidupan pertapaan ini didapati tertanam dalam kehidupan dan ajaran Âcariya Mun. Sejak hari pertama beliau ditahbiskan hingga hari beliau wafat, seluruh jalan hidup beliau dan contoh yang telah beliau berikan bagi para murid beliau ditunjukkan pada prinsip-prinsip yang tergabung dalam praktek ini.Beliau dihargai dengan menghidupkan kembali, membuat lebih hidup dan pada akhirnya mempopulerkan tradisi dhutanga kammatthâna di Thailand.
Melalui upaya sepanjang hidupnya,para bhikkhu dhutanga (atau para bhikkhu kammatthâna, keduanya dapat digunakan bergantian)dan model praktek yang mereka sertakan,menjadi dan masih tetap merupakan ciri khas menonjol gambaran Buddhis di sana.

Âcariya Mun secara khusus dianugerahi sebagai seorang motivator dan guru. Banyak para bhikkhu yangdilatih secara langsung di bawah asuhan beliau menjadi terkenal dengan pencapaian spiritual mereka sendiri, menjadi guru-guru terkenal dengan kebenaran mereka sendiri.Mereka telah menyampaikan metode pengajaran khusus beliau kepada murid-murid mereka dalam garis silsilah yang berlanjut hingga saat ini.
Sebagai hasilnya, cara pelatihan dhutanga kammatthâna secara berangsur-angsur menyebar di seluruh negeri, seiring dengan reputasi agung Âcariya Mun. Sambutan seluruh negara ini mulai meluas selama tahun-tahun terakhir dalam hidup beliau dan terus bertambah setelah wafatnya beliau sehingga beliau dianggap sebagai seorang sucinasional hampir dengan kesepakatan bulat. Pada dasawarsa baru-baru ini, beliau sudah dikenal hingga melampaui batas tanah air beliau, sebagai salah satu tokoh religius yang benar benar hebat di abad ke-20.

Kehidupan Âcariya Mun melambangkan ideal Buddhis bhikkhu pengembara yang bertujuan untuk peninggalan keduniawian dan keheningan, berjalan seorang diri melewati hutan dan gunung untuk mencari tempat terpencil yang menawarkan ketenangan tubuh dan pikiran, lingkungan yang hening untuk praktek meditasi dengan tujuan mengatasi semua penderitaan. Kehidupan beliau merupakan sebuah kehidupan yang hidup sepenuhnya di alam luar bergantung pada elemen-elemen belas kasih dan cuaca alam.

Dalam lingkungan semacam ini, seorang bhikkhu dhutanga mengembangkan sikap menghargai alam. Kehidupan sehari-harinya penuh dengan hutan dan gunung, sungai dan sungai kecil, gua, batu karang terjal yang bergantungan, dan binatang buas besar dan kecil. Beliau berpindah- pindah dari tempat ke tempat dengan berjalan seorang diri sepanjang jalan setapak hutan belantara di daerah perbatasan terpencil di mana populasinya jarang dan komunitas desa terpisah jauh. Karena mata pencaharian beliau tergantung pada sedekah makanan yang beliau kumpulkan dari perkampungan kecil, seorang bhikkhu dhutanga tidak pernah mengetahui berasal dari mana makanan berikutnya, atau apakah akan memperoleh makanan. Di samping kesukaran dan keadaan yang berubah-ubah, hutan merupakan sebuah rumah bagi bhikkhu pengembara, hutan adalah tempat untuk belajar, hutan adalah tempat untuk berlatih, dan tempat perlindungan dan hidup di sana menawarkan keamanan agar dia tetap waspada dan setia pada prinsip prinsip ajaran Sang Buddha.

Hidup dan berlatih tanpa pendidikan secara relatif di pedalaman liar terbelakang yang merupakan sebagian besar daratan Thailand pada peralihan abad ke-20, seorang bhikkhu dhutanga seperti Âcariya Mun mendapati dirinya berkelana melintasi abad dengan latar belakang yang tidak jauh berbeda dengan keadaan pada zaman Sang Buddha 2500 tahun yang lalu.

Adalah bermanfaat untuk dipahami, latar belakang sementara dan budaya cara hidup mengembara Âcariya Mun. Di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 Thailand merupakan sebuah persekutuan kerajaan kerajaan yang terpecah-pecah di mana sebagian besar tidak dapat dikuasai oleh kekuasaan pusat karena hampir seluruh wilayahnya padat oleh hutan, dan jalan beraspal hampir tidak ada. Selama periode tersebut, 80% benua Thailand dipenuhi oleh hutan liar di mana hampir seluruh kayu pohon bertumbuh (berganti daun setiap tahun) dan subtropis tebal belukar. Kehidupan penduduk di wilayah pedalaman didukung dengan bertani dan berburu binatang buas. Padat oleh harimau dan gajah-gajah, hutan luas dianggap tempat yang berbahaya dan menakutkan, sehingga penduduk berkumpul bersama dalam komunitas desa yang menyediakan keamanan dan persahabatan (sosialisasi). Di wilayah perbatasan yang lebih terpencil, seperti perkampungan, satu tempat dengan yang lain sering berjarak satu hari perjalanan, mengikuti jalan kecil melintasi hutan-hutan.Hutan dan irama alam mendefinisikan ciri-ciri cerita dongeng dan budaya bagi orang-orang yang tangguh.

Bagi para penduduk yang tinggal dalam komunitas terisolasi, hamparan hutan belantara merupakan tempat terlarang, wilayah tidak ramah di mana binatang buas berkeliaran dengan bebas dan jin berhati dengki dikatakan dapat merasuki atau mempengaruhi. Harimau-harimau Bengal yang besar berasal dari bagian dunia yang sangat menakutkan. Makhluk-makhluk seperti ini tidak hanya menguasai hutan-hutan, tetapi sepertinya juga menguasai ketakutan dan khayalan-khayalan penduduk setempat dan para bhikkhu.

Ketakutan populer akan wilayah hutan yang tak dapat ditembus mengarahkan mereka pada tempat-tempat terisolasi dan sunyi dimana tidak ada seorang pun yang berani bepergian seorang diri. Di lingkungan hutan belantara terpencil inilah Âcariya Mun dan para bhikkhu dhutanga tinggal dan mengembara, berlatih jalan kehidupan pertapa. Praktek meditasi mereka dan mental yang tabah yang ditanamkan di dalam diri mereka merupakan satu- satunya pertahanan mereka menghadapi kesukaran dan potensial bahaya yang mereka hadapi setiap harinya. Hujan dan gunung terbukti merupakan lahan berlatih bagi bhikkhu seperti ini, yang melihat diri mereka sendiri sebagai pejuang spiritual bertempur dengan kekotoran batin me reka sendiri demi kemenangan akhir.

Cerita riwayat hidup Âcariya Mun adalah potret hidup seorang pejuang spiritual sempurna tiada taranya di zaman modern. Beliau merupakan sosok yang bersungguh-sungguh berlatih di jalan Sang Buddha menuju kebebasan dengan kesempurnaan, di mana beliau meninggalkan mereka yang mengetahui dan memuja beliau tanpa ragu bahwa beliau benar-benar seorang murid yang mulia.


NB:
1 Seseorang yang telah ditahbiskan awal dalam melepaskan hidup berkeluarga serta melaksanakan 10 sila. Usia minimal untuk penahbisan sâmanera adalah tujuh tahun dan setelah mencapai usia dua puluh tahun dapat ditahbiskan menjadi bhikkhu. Upacara penahbisan sâmanera disebut pabbaja.

2 Keyakinan. Seorang umat Buddha dikatakan memiliki keyakinan apabila ia meyakini Buddha, Dhamma, dan Ariya Sangha. Di dalam Majjhima Nikaya 47 dinyatakan bahwa keyakinan seyogyanya berakar dari pengertian yang benar. Umat Buddha diminta untuk menyelidiki dan melakukan pengujian terhadap obyek keyakinannya.

3 Upajjhâya (Upâdhyâya): guru pembimbing

4 Nama Bhûridatta ditemukan dalam salah satu kelahiran Buddha sebelumnya, pada 10 kelahiran yang terakhir saat menyempurnakan 10 pâramî. Pada kelahiran yang ke-5 hingga kelahiran yang terakhir Bodhisattâ terakhir sebagai Nâga Besar, atau Raja Naga, dengan nama Bhûridatta (yang berarti: Yang Diberkahi Bumi). Jenuh dengan kehidupan di bawah tanah, dia muncul ke permukaan bumi dimana akhirnya dia ditangkap oleh seorang pawang ular yang melihat kesempatan itu untuk menjadi kaya dan terkenal dengan memaksa naga yang agung memperlihatkan kesaktiannya di hadapan anggota kerajaan.Walaupun dia dapat menggunakan kekuatannya untuk membinasakan pawang ular dalam waktu singkat,Naga Bhûridatta, yang dianugerahi kebaikan moral di atas segalanya, mengendalikan dirinya, melakukan apa yang “diajarkan” gurunya, dan menahan penghinaan. Dengan cara ini, dia mengembangkan Khanti Pâramî (Kebajikan Moral Kesabaran) untuk memenuhi kesempurnaannya. Menghubungkan dengan cerita Bodhisattâ itu membuat nama Bhûridatta dipandang sangat bagus dan tepat, yang mungkin karena alasan itulah guru pembimbing Âcariya Mun memilihnya. Kata bhûri dapat disamakan dengan paññâ (kebijaksanaan), menurut Kitab Komentar Pâli. Karena itu, Bhûridatta dapat diartikan “Yang Diberkahi oleh Kebijaksanaan”.

5 Pengembangan Pandangan Terang, merupakan meditasi dalam agama Buddha yang membimbing seseorang untuk mencapai Penerangan Sempurna. Obyek Vipassanâ Bhâvanâ adalah Nâma (batin) dan Rûpa (jasmani) atau Panca Khanda (lima kelompok kehidupan), sehingga akan tertampak bahwa makhluk itu dicengkeram oleh anicca (selalu berubah), dukkha (penderitaan), dan anatta (tanpa inti/aku yang kekal).
 
Sebuah cerita indah dari awal hingga akhir,kehidupan beliau mengingatkan pada cerita terkenal sejarah para murid besar Sang Buddha di teks-teks kuno. Seperti mereka hidup beliau menunjukkan pada kita bahwa jalan spiritual ideal yang telah diajarkan Sang Buddha ternyata dapat juga dicapai oleh manusia nyata yang berjuang melawan rintangan fundamental yang sama, di mana kita menemukannya didalam diri kita sendiri.Jadi kita merasakan bahwa jalan Sang Buddha di masa lampau demi menuju kebebasan spiritual ternyata seluruhnya relevan dengan saat ini, seperti halnya 2500 tahun yang lalu.

mun.gif


Âcariya Mun memiliki kemampuan unik untuk berkomunikasi secara langsung dengan makhluk bukan manusia dari banyak keberadaan alam yang berbeda. Beliau secara berlanjut berhubungan dengan makhluk dari alam lebih tinggi dan lebih rendah dari alam-alam surgawi, roh dari alam bumi, näga-näga, yakkha- yakkha,jenis-jenis hantu dan bahkan penghuni alam-alam neraka -semuanya yang tidak tampak oleh mata manusia dan tidak dapat didengar oleh telinga manusia tetapi secara jelas diketahui dengan kemampuan kekuatan batin penglihatan dan pendengaran (divine sight and divine hearing). Pandangan dunia menyeluruh yang mendasari ilmu semesta Buddhis sangat berbeda dari pandangan semesta fisik kasar yang diberikan kepada kita oleh ilmu pengetahuan jaman ini.

Dalam gambaran Buddhis tradisional, alam semesta dihuni tidak hanya oleh makhluk fisik kasar yang meliputi manusia, hewan dunia, tetapi juga oleh berbagai golongan non-fisik, makhluk spiritual yang disebut deva, yang memiliki berbagai macam tingkatan, dan dengan berbagai golongan makhluk lebih rendah yang hidup di dalam bagian keberadaan alam manusia (sub-human realms of existence). Hanya dunia manusia dan hewan yang dibedakan oleh kemampuan indera manusia normal. Yang lainnya tinggal di sebuah dimensi spiritual yang ada di luar wilayah konsep ruang dan waktu manusia, dan oleh karena itu melampaui lapisan materi semesta seperti yang kita rasakan.

Merupakan kehebatan Âcariya Mun, memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan berbagai golongan makhluk hidup yang menjadikan beliau seorang guru yang sangat penting di seluruh semesta.

Mengetahui bahwa makhluk-makhluk hidup di seluruh alam perasaan(sentient universe), berbagi warisan bersama dari kelahiran yang berulang, dan keinginan bersama untuk menghindari penderitaan dan memperoleh kebahagiaan, seorang guru besar menyadari kebutuhan mereka bersama untuk memahami jalan Dhamma dengan tujuan memenuhi potensi spiritual dan mencapai kebahagiaan abadi. Dengan mata kebijaksanaan, beliau tidak membuat perbedaan yang mendasar antara hati manusia dan hati para deva, tetapi menyelaraskan ajaran beliau untuk disesuaikan dengan keadaan khusus dan tingkatan pengertian mereka. Meskipun inti pesannya sama,media komunikasinya berbeda. Beliau berkomunikasi dengan manusia melalui media ucapan lisan, sementara beliau menggunakan komunikasi non-lisan, telepati dengan segala golongan makhluk non manusia.

Untuk menghargai kemampuan luar biasa Âcariya Mun, kita harus siap untuk menerima bahwa dunia yang kita rasakan melalui indera hanya merupakan sebagian kecil dari kenyataan yang berdasarkan pengalaman, bahwa ada dunia spiritual deva dan brahma yang melampaui batasan kemampuan indera kita.

Sebagai kebenaran, semesta bagi orang yang bijaksana jauh lebih luas daripada yang dirasakan oleh rata-rata orang. Orang bijak dapat mengetahui dan memahami dimensi kenyataan di mana yang lain tidak akan menyangka keberadaannya, dan pengetahuan mereka akan prinsip-prinsip yang mendasari semua keberadaan memberikan mereka pengetahuan yang mendalam pada fenomena dunia yang menentang batasan konvensional.

Kekuatan perasaan sempurna dari Âcariya Mun menghubungkan berbagai macam fenomena eksternal yang tak terbatas, dan di dalam tradisi Buddhis yang terbaik, beliau menghabiskan amat banyak waktu dan energi berkaitan dalam pengajaran Dhamma bagi mereka. Makhluk-makhluk seperti ini merupakan bagian dari keberadaan dunia personal seperti hewan buas di hutan dan para bhikkhu yang beliau latih begitu tiada letih-letihnya. Dengan kebajikan dari keahlian beliau yang tiada bandingnya dalam hal ini, beliau selalu merasakan sebuah kewajiban khusus pada kesejahteraan spiritual mereka.

Semacam fenomena yang oleh Âcariya Mun disebut “misteri hati”,bagi mereka makhluk sadar, hidup tinggal di dimensi spiritual yang sama nyatanya dengan yang kita tinggali, meskipun lapisan tersebut terletak di luar alam konsep keberadaan manusia. Kata ”hati” dan “pikiran” digunakan saling bertukar dalam bahasa daerah Thai. “Hati” sering merujuk pada istilah, sedang kan “pikiran” cenderung tidak mengikutsertakan dimensi emosional dan spiritual yang berhubungan dengan hati. Hati adalah mengetahui secara alami yang penting yang membentuk fondasi dasar dari seluruh kemampuan merasakan alam semesta.

Ini adalah kesadaran mendasar yang mendasari seluruh keberadaan yang sadar dan yang sangat dasar dari semua proses mental dan emosional. Hati membentuk inti di dalam tubuh dari semua makhluk hidup. Hati adalah pusat, unsur, inti utama di dalam tubuh. Secara konstan menekankan pada kepentingan tertinggi, Âcariya Mun selalu menegaskan bahwa hati adalah yang paling penting di dunia ini. Untuk alasan inilah, cerita kehidupan Âcariya Mun dan ajaran beliau adalah sebuah cerita tentang perjuangan hati untuk spiritual yang luar biasa dan sebuah pengungkapan misteri yang tak terkatakan dari intisari murni hati.

Istilah Pâli, “citta” adalah sebuah kata yang sering digunakan Âcariya Mun saat menunjuk pada pengetahuan alami yang penting ini, seringkali dikenal sebagai hati dan pikiran. Seperti layaknya begitu banyak kata-kata dalam kamus Buddhis, ini adalah istilah teknis yang sangat penting digunakan khususnya dalam ilmu teori dan praktek Buddhis. (~)
 
Hebat, Arahat juga...Telinganya mantap benar.
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.