• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

TUHAN = Hakikat & Tujuan Tertinggi umat Buddha.... Jgn lari dari diri sendiri

lauzart

IndoForum Newbie A
No. Urut
14768
Sejak
27 Apr 2007
Pesan
273
Nilai reaksi
5
Poin
18
Jangan Lari Dari Diri Sendiri
oleh: YM Bhikkhu Sri Paññavaro Mahathera


Lebih dari 2530 tahun yang lalu, kurang lebih 600 tahun sebelum Masehi, ketika banyak negara di dunia ini belum beradab, saat teknologi sama sekali belum maju seperti sekarang; Petapa Gautama dengan kekuatan sendiri, mancari, berjuang, mempertaruhkan hidupnya, hingga tercapai Penerangan Sempurna. Perjuangan itu semata-mata didorong keagungan rasa kemanusiaan Beliau. Persoalan-persoalan penderitaan, kesengsaraan, kegagalan, menggerakkan nurani Beliau, untuk meninggalkan kedudukan sebagai putera mahkota, memilih menjadi Pengabdi Agung bagi dunia ini hingga hari ini.

Meskipun lebih dari 2500 tahun yang lalu, suara Manusia Luar Biasa, Sang Buddha Gautama itu masih terdengar, semakin terdengar, dan lebih jelas didengar. Mengapa demikian? Suara Beliau mungkin kurang menarik. Kurang menarik bagi sementara orang, karena Sang Buddha Gautama hadir di tengah-tengah kita dengan pertama sekali meminta kita untuk: Jangan mengingkari diri sendiri!

Salah satu kesulitan terbesar manusia adalah melihat kekurangan dan kesulitan dirinya sendiri. Berat, pahit, untuk melihat kekurangan diri sendiri. Kita ingin berpaling cepat, lari, dari segala macam kesulitan dan kegagalan. Dengan berbagai harapan berusaha menutupi segala macam persoalan-persoalan kehidupan ini. Dan memang, harapan adalah paling menyenangkan untuk menyembunyikan penderitaan.

Cukup berat ajakan Sang Buddha, tetapi ajakan Beliau yang berat itu adalah benar. Lihatlah kehidupan ini dengan wajar. Apa adanya. Lihatlah dengan segala kekurangan, dan penderitaannya. Dengan berpandangan demikian, kita tiak melihat kehidupan ini sebagai emas dan juga tidak hanya sebagai kotoran. Sulit melihat kenyataan, lebih-lebih kenyataan diri sendiri. Tetapi dengan mau melihat kenyataan akan membuat kita berpikir dewasa.

Berani melihat kenyataan dengan wajar, mengetahui sebab penderitaan, mengatasi sebab itu, untuk: Mewujudkan hidup harmoni dan bahagia; inilah pandangan Sang Buddha Gautama tentang kehidupan.

Tanpa pandangan yang benar tentang kehidupan ini, manusia sering melarikan diri dari kenyataan. Menutupi persoalan dengan mencari kenikmatan. Menghindari kesukaran dengan mengejar kesenangan. Ini bukan menyelesaikan persoalan, tetapi bahkan membuat penderitaan baru.

Saya ingin mengajak saudara, terutama kepada segenap umat Buddha, menjelang tibanya saat-saat Trisuci Waisak 2532 ini, untuk: Jangan lari dari diri sendiri! Kembalilah kepada diri sendiri seutuhnya. Dengan kembali kepada diri sendiri, akan melihat diri sendiri. Dengan melihat diri sendiri, maka akan menyadari kekurangan dirinya. Menyadari kekurangan dirinya membangkitkan semangat untuk membangun mencapai kehidupan sejahtera. Dan Sang Buddha Gautama menunjukkan dengan jelas ke arah mana kita harus bangkit membangun kehidupan ini, menuju kedamaian dan kebahagiaan yang utuh.

Sejak tercapainya Penerangan Sempurna pada purnama di bulan Waisak, Sang Buddha Gautama melihat hakikat Tuhan. Selama manusia tidak melihat hakikat Tuhan, tidak mungkin manusia bebas dari persoalan penderitaan.

Tuhan itulah Esa, Tidak Dilahirkan, Tidak tercipta, Tidak Menjelma, dan Mutlak. Hakikat tertinggi dari segala sesuatu. Tuhan adalah Asankhata Dhamma, bukan dukkha, bukan penderitaan, bukan kesengsaraan, bukan kelahiran kembali, bukan dewa, bukan semesta alam ini.

Karena tidak menyadari hakikat Tuhan, tidak melihat hakikat itu, manusia lahir kembali berulang-ulang. Berulang-ulang dalam penderitaan. Sehingga setiap mereka mengatasi persoalan-persoalan hidup tidak membawanya menuju Tuhan, tetapi malah menambah penderitaan dan persoalan-persoalan baru.

Tuhan adalah hakikat tertinggi, Tuhan adalah tujuan tertinggi. Dan, keyakinan ini adalah keyakinan yang harus hidup dalam sanubari setiap umat Buddha. Bukan keyakinan mati.

Keyakinan yang hidup adalah keyakinan yang membuat kita berani menghadapi kenyataan kehidupan ini. Keyakinan yang hidup membawa manusia tidak lari mengingkari dirinya sendiri. Keyakinan demikian membangkitkan semangat mengatasi kesulitan, menyelesaikan persoalan, menghancurkan penderitaan, memutuskan kelahiran penderitaan, memutuskan kelahiran kembali, dengan cara yang benar, dengan Jalan Dhamma; untuk: Mencapai kebahagiaan utuh.

Tanpa keyakinan yang hidup kita akan semakin jauh dari Jalan Dhamma. Saya ingin memberikan contoh-contoh bila seseorang menghadapi persoalan tidak dengan Jalan Dhamma. Misalnya: Anak nakal, dimaki-maki di depan umum; atau, anak nakal kemudian digebuki. Istri nakal langsung diceraikan. Suami khilaf langsung ditinggalkan. Karyawan salah, langsung dipecat, dan sebagainya, dan sebagainya. Cara-cara ini adalah bukan cara Dhamma. Mereka tidak berpijak di Jalan Dhamma. Menyelesaikan persoalan tidak dengan cara Dhamma, bukan menyelesaikan —tetapi sekali lagi —malah menambah kesulitan.

Jalan Dhamma menghendaki melihat setiap persoalan dan peristiwa dari berbagai faktor. Jalan Dhamma menghendaki mawas diri, mengendalikan diri, kasih dan pengabdian. Jalan Dhamma menghendaki kesungguhan, kejujuran, kesabaran, dan rela berkorban demi kesejahteraan bersama.

Jalan Dhamma telah ditunjukkan Sang Buddha Gautama. Jalan Buddha Gautama sendiri. Dengan mengikuti Jalan Dhamma seolah-olah kita bertemu dengan Sang Buddha meskipun Beliau telah mangkat lebih 25 abad yang lampau. Pada saat-saat terakhir menjelang mangkat, Beliau berpesan, bahwa Dhamma dan Vinaya yang telah Beliau tunjukkan itulah pengganti Beliau setelah Beliau tiada lagi. Mereka yang melihat Dhamma akan melihat Sang Buddha.

Jalan Dhamma masih utuh. Sang Buddha masih berada di tengah-tengah kita. Seorang Manusia Luar Biasa yang telah berjuang dan mengabdi dengan sempurna. Ajaran Beliau, Jalan Dhamma yang logika, yang menghargai semua kehidupan, kehidupan terkecil sekalipun; yang membimbing kita berpikir dewasa, bertanggung jawab atas kehidupan ini; yang mengajak kita untuk membuka diri melihat hidup dengan wajar; merupakan perwujudan kasih sayang dan kebijaksanaan agung Sang Buddha Gautama demi kebahagiaan dunia ini.

Dalam sebuah syair bahasa Pali disebutkan:

"Mahâkaruniko nâtho,
sukhâya sabbâ paninam
Puretvâ pârami sabbâ,
patto sambodhi muttamam"

"Beliau —Sang Buddha —yang penuh kasih sayang,
demi kebahagiaan semua makhluk,
Telah berjuang menyempurnakan kebajikan,
hingga tercapai penerangan Sempurna"

KEYAKINAN YANG HIDUP
MEMBAWA KITA TIDAK LARI
MENGINGKARI DIRI SENDIRI

***

Sumber:
Kumpulan "Dhammadesana", Sri Paññavaro Thera Jilid 2
 
Haruskah selalu harus ada Tuhan dibalik peristiwa-peristiwa yang tidak bisa dijangkau oleh umat awam?
 
Benar-benar sebuah kemunduran besar dari Bhante Sri Paññavaro Thera...
Beliau telah menjawab sebuah pertanyaan yang mana Sang Bhagavan sendiri tidak menjawab.

Saya ragu kalau tulisan diatas benar-benar dari Bhante Sri Paññavaro Thera,

Beliau adalah Pemimpin di vihara mendut,
Bisakah TS memberikan scan-picture/link/transcript/mp3/sound dari sumber tulisan tersebut?
 
Benar-benar sebuah kemunduran besar dari Bhante Sri Paññavaro Thera...
Beliau telah menjawab sebuah pertanyaan yang mana Sang Bhagavan sendiri tidak menjawab.

Saya ragu kalau tulisan diatas benar-benar dari Bhante Sri Paññavaro Thera,

Dibagian yang mana yah,beliau mengatakan itu?
 
Beliau siapa nih maksudnya?
Kalau Beliau = Bhante pannavaro...
Coba check... Tulisan diatas mengenai Tuhan

Kalau Beliau = Sang Bhagavan (Siddartha Gautama)
Saya lupa sutta yang mana,
Tapi coba lirik sutta mengenai jawaban tentang Asal Usul Alam Semesta
 
Beliau siapa nih maksudnya?
Kalau Beliau = Bhante pannavaro...
Coba check... Tulisan diatas mengenai Tuhan

Kalau Beliau = Sang Bhagavan (Siddartha Gautama)
Saya lupa sutta yang mana,
Tapi coba lirik sutta mengenai jawaban tentang Asal Usul Alam Semesta

Hahahahaha...seperti biasa : kitab suci..kitab suci..kitab suci..
apa pun kitab suci....
Sang Buddha dlm mencapai pencerahan dgn praktek..bukan baca baca baca..
kebanyakan baca!
Mending praktek!Tuhan itu ada!!!!!
Maaf nge-flame..
Coba anda keluar lihat langit..dimanakah ujungnya langit?
apakah langit tercipta krn spontanitas?
siapakah yg membuat Hukum Karma?apakah Hukum Karma terjadi scr spontan?
 
Hahahahaha...seperti biasa : kitab suci..kitab suci..kitab suci..
apa pun kitab suci....
Sang Buddha dlm mencapai pencerahan dgn praktek..bukan baca baca baca..
kebanyakan baca!
Mending praktek!Tuhan itu ada!!!!!
Maaf nge-flame..
Coba anda keluar lihat langit..dimanakah ujungnya langit?
apakah langit tercipta krn spontanitas?
siapakah yg membuat Hukum Karma?apakah Hukum Karma terjadi scr spontan?

Yah... diperingatkan. Anda ngeflame.... jadi bisa kena infract... Mau main di Forum Buddha... silahkan ikuti pandangan ajaran Buddha, kalau ingin memaksakan paham ketuhanan Hindu... silahkan di Forum sendiri.

Bukannya kemaren sudah jelas.... kok goyah lagi?
 
Yah... diperingatkan. Anda ngeflame.... jadi bisa kena infract... Mau main di Forum Buddha... silahkan ikuti pandangan ajaran Buddha, kalau ingin memaksakan paham ketuhanan Hindu... silahkan di Forum sendiri.

Bukannya kemaren sudah jelas.... kok goyah lagi?

Sorry boz..
gw ngikut aja dah..gw mesti hati2 ngasi pendapat..
sekali lagi sorry...
gw ikuti terus perkembangannya...
 
Ternyata saya sendiri yang masih tertutup kotornya debu...
Kata kunci: Waisak, Nibbana, 2530 tahun yang lalu, ...
---
Sejak tercapainya Penerangan Sempurna pada purnama di bulan Waisak, Sang Buddha Gautama melihat hakikat Nibbana. Selama manusia tidak melihat hakikat Nibbana tidak mungkin manusia bebas dari persoalan penderitaan.

Nibbana itulah Esa, Tidak Dilahirkan, Tidak tercipta, Tidak Menjelma, dan Mutlak. Hakikat tertinggi dari segala sesuatu. Nibbana adalah Asankhata Dhamma, bukan dukkha, bukan penderitaan, bukan kesengsaraan, bukan kelahiran kembali, bukan dewa, bukan semesta alam ini.

Karena tidak menyadari hakikat Nibbana, tidak melihat hakikat itu, manusia lahir kembali berulang-ulang. Berulang-ulang dalam penderitaan. Sehingga setiap mereka mengatasi persoalan-persoalan hidup tidak membawanya menuju Nibbana, tetapi malah menambah penderitaan dan persoalan-persoalan baru.

Nibbana adalah hakikat tertinggi, Nibbana adalah tujuan tertinggi. Dan, keyakinan ini adalah keyakinan yang harus hidup dalam sanubari setiap umat Buddha. Bukan keyakinan mati.
 
Kalau memang ini benar2 dibabarkan oleh YM Bhikkhu Sri Paññavaro Mahathera maka agak tidak setuju dengan pernyataan beliau, walaupun saya sangat menghormati YM Bhikkhu Sri Paññavaro Mahathera.

Mengapa saya berpendapat seperti itu,
1. Tuhan adalah sesuatu yang tidak pernah dibabarkan dalam agama Buddha, kalaupun ada mungkin seperti ini, Sesuatu yang Tidak Dilahirkan, Tidak tercipta, Tidak Menjelma, dan Mutlak. karena adanya hal ini, maka kita dapat mencapai nibanna. Jadi menurut saya Tuhan dan Nibanna adalah hal yang berbeda, sehingga kurang tepat mengganti kata Nibanna dengan Tuhan.
2. Tujuan agama Buddha (karena YM Bhikkhu Sri Paññavaro adalah Bhikkhu Theravada, maka saya ambil aliran Theravada) dimanapun adalah sama, yaitu Nibanna, Contohnya, Saya sempat menghadiri ceramah Ajahn Brahm dan beberapa Bikkhu Thailand (lupa namanya), semuanya membabarkan bahwa tujuan dari Agama Buddha adalah mencapai Nibanna. dan tentang Tuhan sama sekali tidak pernah dibahas.


Tapi ada pertanyaan yang sempat terlintas di pikiran saya, apakah pernyataan YM Bhikkhu Sri Paññavaro ini karena beliau merasa harus memunculkan "TUHAN", karena agama Buddha adalah agama yang paling cuek dengan "TUHAN". bila seperti itu saya lebih bisa memaklumi walaupun tetap kurang setuju.

Hal ini karena secara pribadi saya berpendapat kita harus berhati2 dengan kata2 "TUHAN", karena kebanyakan agama di indonesia berpusat pada kuasa Tuhan. dimana pengertian Tuhan dari agama lain sangat berbeda dengan pengertian "Tuhan" dalam ajaran Buddha .
 
sebenarnya itu bukanlah masalah.....saya jadi teringat ajahn chah yang mengatakan masalah crismast buddhamas......
 
@caro: mengenai ketidak setujuan anda atas Tuhan = Nibbana,
Silahkan perhatikan kata kunci waisak, dan 2530 tahun yg lalu...
 
Menurut saya sih ...posting yg paling atas itu...lho
Tuhan yg di maksud adalah pencapaian PENERANGAN SEMPURNA itu oleh SIDARTHA GAUTAMA....yg mana tingkat KESADARANNYA itu....yg dimanifestasikan sebagai TUHAN.Sehingga Sang Buddha tidak merasa merasa menderita lagi ....dan Beliau mengajarkan POLA tersebut kepada pengikut-pengikut NYA.

Sang Buddha hanya mengajarkan SUATU POLA...namun bagi semuanya tergantung dari TEKAD masing-masing untuk mencapai POLA tsb..
Sie-Sie......:D:D:D
Harap Maklum kalau penjelasannya masih CETEK....
 
Maaf, saya ikutan... mau belajar ketuhanan dalam Buddhis

Sejak tercapainya Penerangan Sempurna pada purnama di bulan Waisak, Sang Buddha Gautama melihat hakikat Nibbana. Selama manusia tidak melihat hakikat Nibbana tidak mungkin manusia bebas dari persoalan penderitaan.

Nibbana itulah Esa, Tidak Dilahirkan, Tidak tercipta, Tidak Menjelma, dan Mutlak. Hakikat tertinggi dari segala sesuatu. Nibbana adalah Asankhata Dhamma, bukan dukkha, bukan penderitaan, bukan kesengsaraan, bukan kelahiran kembali, bukan dewa, bukan semesta alam ini.

Karena tidak menyadari hakikat Nibbana, tidak melihat hakikat itu, manusia lahir kembali berulang-ulang. Berulang-ulang dalam penderitaan. Sehingga setiap mereka mengatasi persoalan-persoalan hidup tidak membawanya menuju Nibbana, tetapi malah menambah penderitaan dan persoalan-persoalan baru.

Nibbana adalah hakikat tertinggi, Nibbana adalah tujuan tertinggi. Dan, keyakinan ini adalah keyakinan yang harus hidup dalam sanubari setiap umat Buddha. Bukan keyakinan mati.

Ini sangat sesuai dengan Tuhan dengan T besar yang saya pahami. Kalau ada yang mengasumsikan penjelasan tentang Nibbana tersebut sebagai Tuhannya agama Buddha (menurut yang diliar Buddha). Bagaimana tanggapannya?

Kalau memang ini benar2 dibabarkan oleh YM Bhikkhu Sri Paññavaro Mahathera maka agak tidak setuju dengan pernyataan beliau, walaupun saya sangat menghormati YM Bhikkhu Sri Paññavaro Mahathera.

Mengapa saya berpendapat seperti itu,
1. Tuhan adalah sesuatu yang tidak pernah dibabarkan dalam agama Buddha, kalaupun ada mungkin seperti ini, Sesuatu yang Tidak Dilahirkan, Tidak tercipta, Tidak Menjelma, dan Mutlak. karena adanya hal ini, maka kita dapat mencapai nibanna. Jadi menurut saya Tuhan dan Nibanna adalah hal yang berbeda, sehingga kurang tepat mengganti kata Nibanna dengan Tuhan.
2. Tujuan agama Buddha (karena YM Bhikkhu Sri Paññavaro adalah Bhikkhu Theravada, maka saya ambil aliran Theravada) dimanapun adalah sama, yaitu Nibanna, Contohnya, Saya sempat menghadiri ceramah Ajahn Brahm dan beberapa Bikkhu Thailand (lupa namanya), semuanya membabarkan bahwa tujuan dari Agama Buddha adalah mencapai Nibanna. dan tentang Tuhan sama sekali tidak pernah dibahas.

Tapi ada pertanyaan yang sempat terlintas di pikiran saya, apakah pernyataan YM Bhikkhu Sri Paññavaro ini karena beliau merasa harus memunculkan "TUHAN", karena agama Buddha adalah agama yang paling cuek dengan "TUHAN". bila seperti itu saya lebih bisa memaklumi walaupun tetap kurang setuju.

Hal ini karena secara pribadi saya berpendapat kita harus berhati2 dengan kata2 "TUHAN", karena kebanyakan agama di indonesia berpusat pada kuasa Tuhan. dimana pengertian Tuhan dari agama lain sangat berbeda dengan pengertian "Tuhan" dalam ajaran Buddha .

Dalam lapisan paling luar, Tuhan dalam agama lain memang kesannya seperti itu. Tapi itu hanya karena ketidak tahuan umatnya sendiri. Bagi peneliti agama lain yang sampai ke intinya, arahnya justru mendekati ada kemiripan dalam arti tidak bersebrangan dengan Nibbana. Bukan Tuhan yang Maha Kuasa, Maha Pengampun, atau Maha Penyayang bahkan Maha Penghukum... tapi lebih kepada tujuan akhri spritual persona persona yang mencari pencerahan dengan memakai metode agama selain Buddha.

Maaf kalau salah.

@caro: mengenai ketidak setujuan anda atas Tuhan = Nibbana,
Silahkan perhatikan kata kunci waisak, dan 2530 tahun yg lalu...

Sangat tertarik bro.... boleh tahu apa isinya?
 
Simple...
2530 -- mengacu pada "Era sebelum Orde Baru",
Yang berarti...
Era ketika Gencarnya Komunis
Era ketika Atheis (generalisasi komunis) its the public enemy di Republik ini

Waisak -- mengacu pada Ceramah yang ditujukan untuk Publikasi Umum
 
sebenarnya itu bukanlah masalah.....saya jadi teringat ajahn chah yang mengatakan masalah crismast buddhamas......

@Marcedes, memang bukan masalah besar buat saya, saya hanya menyatakan pendapat saya. btw, thanks atas sharingnya.

@caro: mengenai ketidak setujuan anda atas Tuhan = Nibbana,
Silahkan perhatikan kata kunci waisak, dan 2530 tahun yg lalu...

Simple...
2530 -- mengacu pada "Era sebelum Orde Baru",
Yang berarti...
Era ketika Gencarnya Komunis
Era ketika Atheis (generalisasi komunis) its the public enemy di Republik ini

Waisak -- mengacu pada Ceramah yang ditujukan untuk Publikasi Umum

@Kemenyan, thanks infonya saya tidak ingat dengan Era komunis, tapi sebenarnya saya sudah mempostingnya juga

Tapi ada pertanyaan yang sempat terlintas di pikiran saya, apakah pernyataan YM Bhikkhu Sri Paññavaro ini karena beliau merasa harus memunculkan "TUHAN", karena agama Buddha adalah agama yang paling cuek dengan "TUHAN". bila seperti itu saya lebih bisa memaklumi walaupun tetap kurang setuju.

tapi untuk kalimat terakhir bila alasannya seperti yang @Kemenyan katakan, harusnya saya tidak tulis kata2 "walaupun tetap kurang setuju"

@Kemenyan Thanks yach masukkannya
 
@Marcedes, memang bukan masalah besar buat saya, saya hanya menyatakan pendapat saya. btw, thanks atas sharingnya.

@Kemenyan, thanks infonya saya tidak ingat dengan Era komunis, tapi sebenarnya saya sudah mempostingnya juga

tapi untuk kalimat terakhir bila alasannya seperti yang @Kemenyan katakan, harusnya saya tidak tulis kata2 "walaupun tetap kurang setuju"

@Kemenyan Thanks yach masukkannya

So.... Tuhan dimunculkan agar umat Buddha di Indonesia pada jaman Orde baru terhindar dari gerakan anti komunis?
 
@Traktor,
Untuk pertanyaan tersebut saya tidak tahu.
Terlalu panjang sejarah Buddhism di Indonesia...

Kita tidak tahu bagaimana pandangan masyarakat terhadap Buddhism pada zaman dahulu
(sebelum Era Muslim masuk).

Kemungkinan:
Dari dahulu Atheisme diterima di Masyarakat Luas,
dan Komunis identik dengan Atheisme.
Sehingga perlu sosok "tuhan" agar bisa diterima umum

Who knows...
Mungkin juga tuhan yg dibicarakan bhante pannavaro memang Tuhan
 
@Traktor,
Untuk pertanyaan tersebut saya tidak tahu.
Terlalu panjang sejarah Buddhism di Indonesia...

Kita tidak tahu bagaimana pandangan masyarakat terhadap Buddhism pada zaman dahulu
(sebelum Era Muslim masuk).

Kemungkinan:
Dari dahulu Atheisme diterima di Masyarakat Luas,
dan Komunis identik dengan Atheisme.
Sehingga perlu sosok "tuhan" agar bisa diterima umum

Who knows...
Mungkin juga tuhan yg dibicarakan bhante pannavaro memang Tuhan

Dengan huruf T besar tentunya.... bagus. Terima kasih penjelasannya.
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.