• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

The Christian Buddhist / The Buddhist Christian

Status
Tidak terbuka untuk balasan lebih lanjut.
@atas.
Gini Bung, yang sering terjadi adalah :

Ajaran Buddha sebagaimana yang 'saya' pahami dianggap adalah dharma.
yang tidak sejalan dengan apa yang 'saya' pahami dianggap a-dharma.

Daun yang dipetik oleh Sang Buddha dan diberikan kepada 'saya' dari Hutan Kebenaran 'saya' pastikan/yakini sebagai Dharma.
Yang Buddha petik bagi orang yang lain, dicap bukan dharma, ngak masuk hitungan. Belum lagi yang tidak dipetik sama sekali.

Itulah awal dari "pertengkaran dharma".
 
Daun yang dipetik oleh Sang Buddha dan diberikan kepada 'saya' dari Hutan Kebenaran 'saya' pastikan/yakini sebagai Dharma.
Yang Buddha petik bagi orang yang lain, dicap bukan dharma, ngak masuk hitungan. Belum lagi yang tidak dipetik sama sekali.
saya perjelas dikit lah....

inti masalah ini adalah...DAUN yang dianggap belum di GENGGAM sang buddha itu
Apa sudah dibuktikan apa belum kebenaran nya?

seandainya SUDAH..tolong babarkan metode pembuktian nya......apa betul atau tidak..

-------------------------------------------------
sungguh bukan berarti yang diluar ajaran buddha(yang sy pelajari) semua saya anggap salah.

hanya saja jika berkata...
OH..SURGA ITU ADA
OH NERAKA ITU ADA.
TUHAN ITU ADA.
NIBBANA ITU ADA.
DEWA ITU ADA.
SETAN ITU ADA.

bukankah jika hanya berkata..dan tanpa di DI-AJARKAN JALAN untuk mencapai itu semua...menurut saya hanya ajaran omongkosong belaka.

saya memilih ajaran buddha karena telah JELAS diajarkan JALAN menuju semua itu...sehingga bisa di buktikan.
 
bicara Soal Bukti2................................

Saya Masih Bingung Nih ....gimana Caranya Membuktikan Nibbana ? Apakah Ada Itu Yang Disebut Nibbana ?

Jika Tidak Bisa Di Buktikan Apakah Itu Hanya Isapan Jempol Dengan Segala Metode2 Nya ?

 
bicara Soal Bukti2................................

Saya Masih Bingung Nih ....gimana Caranya Membuktikan Nibbana ? Apakah Ada Itu Yang Disebut Nibbana ?

Jika Tidak Bisa Di Buktikan Apakah Itu Hanya Isapan Jempol Dengan Segala Metode2 Nya ?
bukti itu adalah berupa JALAN MENUJU SANA...jalan berunsur 8 itu adalah bukti dan metode.
sama seperti hal nya...jika colombus berlayar ketemu dengan benua amerika...tapi colombus pulang ke negara asalnya dan MENGGAMBARKAN PETA dengan LENGKAP..
dan dia memberikan PETA TERSEBUT ke orang lain,,orang lain juga melihat benua amerika...

PETA itu adalah METODE / JALAN menuju itu semua.
dan dari METODE / JALAN itu bisa menunjukkan apa benar atau tidak yang dikatakan seseorang termasuk sang buddha...( ehipassiko sendiri gitu )


sedangkan banyak aliran hanya berbicara tanpa menerangkan JALAN tersebut...alias asbun....
bahkan jika di tanya soal JALAN..mereka malah berbelit-belit menerangkannya......bahkan ada yang disuruh MATI duluan...hahaha..

...ini saya copy paste dari milinda panha...kalau bingung bacanya ntar saya edit..hehehe...saya rasa kamu bisa ngerti

disini sedikit gambaran nibbana....jadi bukan berarti kalau bicara tentang nibbana langsung closed...tidak-tidak ada sedikit bau-bau aroma dari makanan yang belum di makan. ^^ simak saja...

79. Berkah Nibbana
"Apakah Nibbana itu sepenuhnya membahagiakan ataukah sebagian
menyakitkan?"
"Sepenuhnya membahagiakan."
"Hal itu tidak dapat saya terima. Mereka yang mencarinya harus
berlatih
dengan pengendalian diri yang keras dan usaha keras bagi tubuh
dan pikiran,
tidak makan kecuali pada saat yang benar, mengurangi tidur,
mengendalikan
indria, dan mereka harus meninggalkan kekayaan, keluarga, dan
teman-temannya. Yang berbahagia adalah mereka yang dapat
menikmati
kesenangan-kesenangan indria tetapi Anda menahan diri dan
mencegah
kenikmatan semacam itu, dan karenanya mengalami penderitaan
secara fisik
maupun mental serta rasa sakit."
"O Baginda raja, Nibbana tidak mempunyai rasa sakit. Apa yang
Baginda sebut rasa sakit itu bukanlah Nibbana. Memang benar
bahwa mereka
yang sedang mencari Nibbana mengalami rasa sakit dan
ketidaknyamanan, tetapi
sesudah itu mereka akan mengalami berkah Nibbana yang tidak
terhingga. Saya
akan memberikan alasan untuk itu. Apakah ada, O raja, suatu
kebahagiaan
tertentu yang didapat karena kedaulatan raja?"
"Ya, ada."
"Apakah hal itu bercampur dengan rasa sakit?"
"Tidak."
"Kalau begitu, mengapa, O raja, bila para prajurit garis depan
memberontak,
raja-raja harus meninggalkan istananya dan menempuh perjalanan
pada tanah
yang tidak rata, menderita akibat gigitan nyamuk dan angin yang
panas, dan
terlibat dalam suatu pertempuran yang ganas yang membahayakan
nyawa mereka?"
"Itu, Bhahte Nagasena, bukanlah kebahagiaan dari kedaulatan.
Itu hanyalah
tahap awal dari pencaharian kedaulatan tersebut. Baru sesudah
memenangkannya
maka mereka dapat menikmati kebahagiaan suatu kedaulatan. Dan
kebahagiaan
itu, Bhante Nagasena, tidak bercampur dengan rasa sakit."
"Demikian juga, O Baginda raja, Nibbana adalah berkah yang
tidak
tertandingi, dan tidak ada rasa sakit yang tercampur di
dalamnya."

80. Gambaran tentang Nibbana
"Apakah mungkin, Bhante Nagasena, Nibbana ditunjukkan
ukurannya, bentuknya
atau jangka waktunya dengan menggunakan perumpamaan?"
"Tidak, hal itu tidak mungkin. Tidak ada sesuatu yang
menyerupainya."
"Apakah ada sifat pada Nibbana yang terdapat pada sesuatu yang
lain yang
dapat ditunjukkan dengan perumpamaan?"
"Ya, itu dapat dilakukan."
"Sama seperti bunga teratai yang tidak basah oleh air, Nibbana
tidak
tercemar karena kegelapan batin.
"Sama seperti air, Nibbana mendinginkan panasnya kegelapan
batin dan
menyegarkan kehausan akan lobha.
"Sama seperti obat, Nibbana melindungi makhluk yang terkena
racun kegelapan
batin, menyembuhkan penyakit penderitaan, dan memberi gizi
seperti nektar.
"Sama seperti samudra yang tidak menyimpan mayat, Nibanna sama
sekali tidak
menyimpan kegelapan batin; sama seperti samudra yang tidak
bertambah ketika
semua air sungai mengalir padanya, demikian juga Nibbana tidak
akan
bertambah karena adanya makhluk yang mencapainya; Nibbana
adalah tempat
kediaman bagi para makhluk yang luar biasa (para Arahat), dan
ia dihiasi
oleh gelombang pengetahuan dan kebebasan."
"Sama seperti makanan yang menopang kehidupan, Nibbana
menyingkirkan usia
tua dan kematian; Nibbana meningkatkan kekuatan spiritual
makhluk-makhluk;
Nibbana memberikan keindahan keluhuran, Nibbana menghilangkan
tekanan
kegelapan batin, Nibbana mengusir kelelahan yang terjadi karena
penderitaan."
"Sama seperti ruang, Nibbana tidak dilahirkan, tidak lapuk
ataupun hilang,
Nibbana tidak berlalu di sini dan muncul di tempat lain,
Nibbana tidak
terkalahkan, pencuri tidak dapat mengambilnya, Nibbana tidak
terikat pada
apapun, Nibbana adalah lingkup bagi para ariya ibarat
burung-burung di
angkasa, Nibbana tidak terhalangi dan tidak terhingga.
"Sama seperti permata yang bisa memenuhi segala permintaan,
Nibbana memenuhi
semua keinginan, menyebabkan sukacita dan berkilau.
"Sama seperti kayu cendana merah, Nibbana itu sulit didapat,
keharumannya tak ada bandingnya dan Nibbana dipuji oleh
orang-orang yang
baik ...
"Seperti ghee yang dikenal karena kekhususannya, begitu juga
Nibbana
mempunyai kekhususannya sendiri; seperti ghee yang mempunyai
aroma yang
harum, begitu juga Nibbana mempunyai keharuman keluhuran;
seperti ghee yang
mempunyai rasa yang lezat, begitu juga Nibbana mempunyai
kelezatan rasa
kebebasan.
"Seperti puncak gunung, Nibbana itu sangat tinggi, tidak
tergoyahkan, tidak ada jalan masuk bagi kegelapan batin,
Nibbana tidak
mempunyai ruang bagi kegelapan untuk dapat tumbuh, dan Nibbana
tidak memihak
atau memiliki prasangka."


81. Perwujudan Nibbana
"Bhante berkata, bahwa Nibbana itu bukan masa lalu, bukan masa
kini, dan
bukan masa mendatang, bukan timbul dan bukan pula tidak-timbul,
dan tidak
dapat dihasilkan (bandingkan dengan Bab 14 No. 65). Dalam hal
itu, apakah
orang yang telah menyadari Nibbana menyadari bahwa sesuatu
telah dihasilkan,
atau dia sendiri yang pertama-tama menghasilkannya dan baru
kemudian menyadarinya?"
"Bukan semua itu, tetapi Nibbana itu benar-benar ada.'
"Bhante Nagasena, janganlah menjawab pertanyaan ini dengan
membuatnya semakin tidak jelas. Jelaskan dan babarkanlah.
Nibbana merupakan
titik yang membuat banyak orang menjadi bingung dan tersesat
dalam keraguan.
Patahkanlah ketidakpastian ini."
"Unsur Nibbana itu benar-benar ada, O Baginda raja, dan orang
yang telah
berlatih dengan benar dan yang benar-benar mengerti
bentukan-bentukan
menurut apa yang telah diajarkan oleh Sang Penakluk, dia,
dengan
kebijaksanaannya, mencapai Nibbana."
"Dan bagaimanakah Nibbana ditunjukkan? Dengan terbebasnya dari
rasa tertekan
dan bahaya, dengan kemurnian dan ketenangan. Seperti halnya
seseorang, yang
ketakutan dan ngeri karena telah jatuh ke tangan musuh, akan
merasa lega dan
sangat berbahagia ketika ia dapat meloloskan diri
ke tempat yang aman; atau seperti halnya seseorang yang
terjatuh di selokan
yang penuh kotoran akan merasa tenang dan senang setelah ia
keluar dari
selokan itu dan membersihkan diri; seperti halnya seseorang
yang terjebak
api di hutan akan menjadi tenang dan merasakan kesejukan
setelah dia
mencapai daerah yang aman. Anda harus menganggap kecemasan
yang timbul terus-menerus karena kelahiran, usia tua, penyakit
dan kematian
itu sebagai sesuatu yang menakutkan dan mengerikan; Anda harus
mengganggap
keuntungan, kehormatan dan ketenaran itu sebagai kotoran; Anda
harus
mengganggap api berunsur tiga: lobha (nafsu), dosa (kebencian)
dan moha
(khayalan) sebagai sesuatu yang panas dan tajam.
"Dan bagaimana orang yang berlatih dengan benar mencapai
Nibbana? Dengan
benar dia memahami sifat bentukan yang terus berputar dan di
sana dia hanya
melihat kelahiran, usia tua, penyakit dan kematian; dia tidak
melihat
sesuatu yang menyenangkan atau yang serasi di bagian mana pun.
Karena dia
melihat bahwa tidak ada yang dapat dilekati di sana, maka
bagaikan di atas
bola besi yang panas membara, dengan ketidakpuasan dan panas
menjalar di
seluruh tubuhnya; karena merasa putus asa dan tanpa
perlindungan dia menjadi
jijik dengan kehidupan yang terulang-ulang. Dan bagi orang yang
melihat
teror rantai kehidupan yang terus berjalan, timbullah pikiran:
'Di atas api
dan kilatanlah roda kehidupan ini berada, penuh dengan
penderitaan dan
keputusasaan. Jika saja ada akhir dari semua ini, akhir itu
akan penuh
ketenangan, dan hebat sekali; berhentinya semua
bentukan-bentukan mental,
lepasnya kemelekatan, musnahnya lobha, hilangnya nafsu,
berhentinya
penderitaan, Nibbana!'
"Dari situ pikirannya melompat ke depan menuju keadaan dimana
tidak ada lagi
dumadi. Pada saat itulah dia telah mencapai kedamaian, kemudian
ia bersyukur
dan bersukacita pada pemikiran 'Sebuah perlindungan akhirnya
telah
ditemukan!' Ia terus berusaha keras di Sang Jalan untuk
menghentikan
bentukan-bentukan, menemukan caranya, mengembangkannya, dan
mengambil banyak manfaat darinya. Untuk tujuan itulah dia
menimbulkan sati,
semangat dan sukacitanya; dan dengan berulang-ulang
memperhatikan pemikiran
itu (muak pada bentukan-bentukan mental), setelah melampaui
rantai kehidupan
yang terus berjalan, dia telah dapat menghentikan roda
itu. Orang yang telah menghentikan rantai kehidupan yang terus
berjalan ini
dapat dikatakan telah mencapai Nibbana

82. Dimanakah Nibbana?
"Apakah ada tempat, Nagasena, dimana Nibbana tersimpan?"
"Tidak, tidak ada, tetapi Nibbana itu benar-benar ada. Seperti
halnya tidak
ada tempat di mana api disimpan tetapi toh api dapat dihasilkan
dengan
menggosokkan dua batang kayu kering."
"Tetapi apakah ada tempat di mana orang bisa berdiri dan
menyadari Nibbana?"
"Ya, ada; keluhuran adalah tempatnya (bandingkan Bah I No. 9);
dengan
berdiri di atas keluhuran, dan dengan pengertian, di manapun ia
berada, baik
di Sychtia atau di Bactria, di China atau Tibet, di Kashmir
atau Gandhara,
di puncak gunung atau cakrawala tertinggi, orang yang telah
berlatih dengan
benar menyadari Nibbana."
"Bagus sekali! Bhante Nagasena, Anda telah mengajarkan Nibbana,
telah
menjelaskan tentang pencapaian Nibbana, telah memuji kualitas
dari
keluhuran, menunjukkan cara berlatih yang benar, menjunjung
tinggi
panji-panji Dhamma, memantapkan Dhamma sebagai prinsip utama,
tidak akan
sia-sia atau tanpa buah usaha orang-orang yang mempunyai tujuan
yang benar!"

2. LATIHAN PERTAPA
Sang raja melihat para bhikkhu di hutan yang sendiri dan jauh
dari orang
lain, yang menjalankan latihan yang berat sesuai tekadnya. Dan
kemudian ia
juga melihat para perumahtangga di rumah mereka yang memetik
buah manis dari
Jalan Mulia. Mempertimbangkan kedua hal ini, raja merasakan
keraguan yang
dalam. "Jika umat awam juga mewujudkan kebenaran, maka bertekad
seperti itu
tentunya sia-sia saja. Baiklah!
Akan saya tanyakan pada guru yang terbaik, yang bijaksana dalam
ketiga kitab
suci yang berisi sabda Sang Buddha, yang terampil menyanggah
argumentasi
lawannya. Ia akan mampu memecahkan keragu-raguanku!"
Milinda mendatangi Nagasena, memberi hormat, duduk di satu sisi
dan bertanya:
"Bhante, apakah ada umat awam yang telah mencapai Nibbana?"
"Tidak hanya seratus atau seribu, tetapi lebih dari semilyar
yang telah
mencapai Nibbana." (Selain manusia, banyak dewa yang mencapai
Nibbana pada
waktu mendengarkan Dhamma)
"Bhante Nagasena, jika seorang perumah tangga yang hidup di
rumahnya bisa
menikmati kesenangan-kesenganan indria, dan juga dapat mencapai
Nibbana,
apakah gunanya tekad tambahan tersebut? Jika musuh dapat
dikalahkan hanya
dengan menggunakan tinju, apa gunanya mencari senjata ?
Jika pohon dapat dipanjat begitu saja, apa gunanya tangga? Jika
berbaring di
lantai sudah nyaman, apa gunanya tempat tidur? Demikian juga,
jika orang
awam dapat mencapai Nibbana sementara hidup di rumah, apa
gunanya tekad
tambahan?"
"O raja, ada 28 keluhuran tekad ini yang dinilai tinggi oleh
para Buddha.
Menjaga tekad adalah
01. suatu cara hidup murni,
02. buahnya membahagiakan,
03. tidak tercela,
04. tidak membawa penderitaan bagi yang lain,
05. memberikan keyakinan (dia bebas dari rasa takut terhadap
perampok),
06. tidak menekan (tak perlu melindungi hartanya),
07. pasti menyebabkan pertumbuhan sifat-sifat yang baik,
08. mencegah kemunduran,
09. tidak mengotori batin,
10. merupakan suatu perlindungan,
11. memenuhi keinginan,
12. menjinakkan semua makhluk,
13. baik bagi disiplin diri,
14. pantas bagi seorang pertapa,
15. dia mandiri (tidak melekat kepada keluarga),
16. dia bebas (dan bebas pergi kemana pun juga). (Vism. 59-83)
17. Kemoralan ini juga menghancurkan nafsu (lobha),
18. menghancurkan kebencian (dosa),
19. menghancurkan kebodohan batin (moha),
20. mengikis kesombongan,
21. memutus pikiran yang melantur dan membuat pikiran menuju
satu titik,
22. mengatasi keraguan,
23. menghalau kelambanan,
24. melenyapkan ketidak-puasan,
25. membuat orang toleran.
26. Keluhuran ini tidak ada bandingnya,
27. tak terukur, dan
28. mengarah pada penghancuran segala penderitaan.
"Dan siapa pun yang melaksanakan tekad-tekad itu akan mendapat
18 sifat baik:
01. Kelakuannya murni,
02. latihannya sepenuhnya tercapai,
03. tindakan dan kata-katanya terjaga baik,
04. pikirannya murni,
05. semangatnya bangkit,
06. ketakutannya berkurang,
07. pandangannya tentang ego hilang,
08. kemarahannya lenyap dan
09. cinta-kasihnya tumbuh,
10. dia makan dengan pemahaman sifat makanan yang menjijikkan,
11. dia dihormati oleh semua makhluk,
12. dia makan secukupnya,
13. dia penuh kewaspadaan,
14. dia tak-berumah dan
15. dapat bertempat tinggal di manapun juga,
16. dia jijik terhadap kejahatan,
17. dia bersukacita dalam kesendirian dan
18. dia selalu penuh perhatian.
"Dan sepuluh macam orang yang pantas mengambil sumpah-sumpah
itu:
01. orang yang penuh dengan kepercayaaan diri,
02. orang yang tahu malu,
03. orang yang penuh keberanian,
04. orang yang tidak memiliki kemunafikan,
05. orang yang mengandalkan diri sendiri,
06. orang yang tegar,
07. orang yang berniat untuk berlatih,
08. orang yang memiliki kebulatan tekad,
09. orang yang sangat mawas diri, dan
10. orang yang penuh kasih sayang.

"Dan semua orang awam yang mewujudkan Nibbana sementara hidup
di rumah
adalah mereka yang telah menjalankan tekad ini dalam
kehidupan-kehidupan mereka sebelumnya. Tidak mungkin ada
realisasi tujuan
menjadi Arahat dalam hidup kali ini tanpa tekad-tekad tersebut.
Arahat hanya
dapat dicapai dengan kerja yang amat sangat keras. Oleh karena
itulah maka
nilai menjaga tekad tersebut sangat tinggi dan berharga.
"Dan siapapun, O Baginda raja, yang mempunyai pikiran jahat dan
berniat
mengambil tekad ini dengan tujuan mencari keuntungan materi,
akan
mendapatkan hukuman ganda: di dunia ini dia akan dipandang
rendah dan
dicemooh, dan sesudah mati dia akan mcnderita di neraka.
"Tetapi siapapun, O Baginda raja, yang prilakunya sesuai dengan
kehidupan
kebhikkhuan, yang layak menjadi bhikkhu, yang keinginannya
sedikit dan dapat
berpuas hati, terbiasa dengan kesendirian, penuh semangat,
tidak memiliki
akal bulus, dan telah meninggalkan keduniawian bukan karena
ingin memperoleh
keuntungan dan ketenaran melainkan karena
memiliki keyakinan terhadap Dhamma, yang menginginkan kebebasan
dari usia
tua dan kematian, dia pantas mendapat penghormatan ganda karena
dia dicintai
oleh para manusia maupun dewa. Dan dengan cepat dia memperoleh
empat buah,
empat jenis diskriminasi (diskriminasi arti, hukum, bahasa,
dan inteligensi), visi berunsur tiga [Tevijja - ingatan akan
kehidupan lalu,
pengetahuan akan muncul dan lenyapnya makhluk, pengetahuan akan
penghancuran
banjir (asava)], dan pengetahuan berunsur enam yang lebih
tinggi (abhinnana
- kekuatan supra-normal seperti misalnya terbang di angkasa,
memiliki
telinga yang luar biasa daya dengarnya, penembusan
pikiran, ditambah tiga di atas).
"Dan apakah tiga belas tekad tersebut?
01. Mengenakan jubah yang dipotong-potong,
02. menggunakan hanya tiga jubah,
03. hidup hanya dengan pindapatta,
04. pindapatta dari satu rumah ke rumah lain tanpa pilih-pilih,
05. makan sekali sehari,
06. makan dari mangkuk saja,
07. menolak makanan yang ditawarkan sesudah (pindapatta) itu,
08. hidup di hutan,
09. bertempat tinggal di bawah pohon,
10. bertempat tinggal di tempat terbuka,
11. hidup di kuburan,
12. menggunakan tempat tidur manapun yang diberikan, dan
13. tidak berbaring untuk tidur. (Baca Vism. 59 ff untuk
keterangan lebih
terinci)
"Dan dengan menjalankan tekad-tekad inilah Upasena dapat
mengunjungi Sang Buddha ketika Beliau sedang menyendiri
(Vin.iii.230 ff),
dan karena tekad yang sama pula Sariputta memiliki keluhuran
yang begitu
tinggi sehingga dia dinyatakan sebagai orang kedua yang hanya
kalah oleh
Sang Buddha dalam kemampuannya membabarkan Dhamma." (A.i.23,
S.i. 191)
"Bagus sekali Bhante Nagasena, seluruh ajaran Sang Buddha,
pencapaian adi-duniawi (lokuttara) dan semua hasil terbaik di
dunia ini
termasuk di dalam 13 latihan pertapa ini."
 
Semoga kutipan sutta di atas membawa pengetahuan dan pandangan yang benar tentang nibbana bagi yang membaca.
semoga kutipan sutta di atas membawa berkah bagi semuanya.

Semoga terjadilah demikian
Semoga terjadilah demikian
Semoga terjadilah demikian
 
maaf ya, saya mau ikutan bahas dhamma!

Walaupun daun yang ada di gengeman buddha dapat membawa kita ke negeri seberang, belum berarti daun yang ada di hutan semuanya salah.

Saya punya teman yang dapat melihat kelahirannya yang lalu (katanya), dia tetap mengatakan Dia lah yang mahakuasa, dialah Sang Pencipta, tetapi pandangan hidup dia dengan yang diajarkan oleh ajarannya berbeda, karena apa yang diajarkan dengan apa yang dialaminya sangat berbeda.

Tetapi 1 hal yang pernah dikatakannya kepada Saya :
"Hen, Jika namanya kebenaran, maka tidak ada duanya, kebenaran hanya ada satu"

Yang pasti:
Daun apa yang digenggam oleh Buddha?
Daun di hutan ada berapa jenis?
Pohon di hutan ada bera jenis?
Setiap Jenis Pohon pasti beda akarnya?
Bagaimana kita bisa menyamakan daun yang 1 dengan yang lainnya? sedangkan akarnya saja berbeda?

Jadi sangatlah sulit untuk kita menyamakan agama kristen dengan buddha, walaupun mengajarkan tentang cinta kasih, tetapi tujuan akhirnya berbeda.
 
Dia tetap mengatakan Dia lah yang mahakuasa,
maksudnya yang Di atas, bukan temen saya.>:D<
 
wow jangan triple post bro kalau tidak lewat 12 jam...bisa kena infract bahkan banned.
baca rule dulu...hehehe..

Jadi sangatlah sulit untuk kita menyamakan agama kristen dengan buddha, walaupun mengajarkan tentang cinta kasih, tetapi tujuan akhirnya berbeda.

yah memang sama-sama mengajarkan cinta kasih...ini universal sekali.

se-kira nya kita sebagai manusia yang bijak tahu...yang namanya JALAN pembuktian....
alias ehipassiko...
 
"This is my commandment, that you love one another as I have loved you.
No one has greater love than this, to lay down one's life for one's friend."
(John 15:12-13)

"Just as a mother would protect her only child at the risk of her own life, even so,
cultivate a boundless heart towards all beings.
Let your thoughts of boundless love pervade the whole world."
(Sutta Nipata 149-150)


***

 
"Why do you see the speck in your neighbor's eye,
but do not notice the log in your own eye?
Or how can you say to your neighbor, "Friend, let me take the speck out of your eye,"
when you yourself do not see the log in your own eye?
You hypocrite, first take the log out of your own eye,
and then you will see clearly to take the speck out of your neighbor's eye."
(Luke 6:41-42)

"The faults of others are easier to see than one's own;
the faults of others are easily seen, for they are sifted like chaff, but one's own faults are hard to see.
This is like the cheat who hides his dice and shows the dice of his opponent,
calling attention to the other's shortcomings, continually thinking of accusing him."
(Undanavarga 27:1)



...
 
bicara Soal Bukti2................................

Saya Masih Bingung Nih ....gimana Caranya Membuktikan Nibbana ? Apakah Ada Itu Yang Disebut Nibbana ?

Jika Tidak Bisa Di Buktikan Apakah Itu Hanya Isapan Jempol Dengan Segala Metode2 Nya ?


Nibbana itu bukan sesuatu yang harus dicapai setelah kematian... Nibbana bisa dicapai ketika seseorang itu "masih" hidup di dunia (upadisesa nibbana), dan setelah meninggal maka sempurnalah pencapaian nibbana seseorang itu alias mencapai nibbana tanpa sisa (saupadisesa nibbana).

Dalam tataran yang masih hidup, mungkin bhante Jinnadhammo Mahathera (di Vihara Borobudur, Medan... salah satu bhikkhu yang ditabhiskan oleh Sukong Bhante Ashin Jinnarakhita Mahathera yang masih hidup), saya yakini telah mencapai suatu tataran tingkat kesucian tertentu (walaupun mungkin tidak dapat dibuktikan, tetapi dari perilaku, tindak tanduknya, keadaan bathin beliau), setidaknya jejak-jejak nibbana dapat diketahui.
 
"Your father in heaven makes his sun rise on the evil and on the good,
and sends rain on the righteous and on the unrighteous."
(Matt. 5:45)



"That great cloud rains down on all whether their nature is superior or inferior.
The light of the sun and the moon illuminates the whole world,
both him who does well and him who does ill,
both him who stands high and him who stands low."
(Sadharmapundarika Sutra 5)



In the "Li Ki," Confucius is recorded as saying: "Heaven covers all without partiality; earth sustains and embraces all without partiality; the sun and the moon shine upon all without partiality."
("The Ethics of Confucius", Chapter VII, Universal Relations
By Miles Menander Dawson )[1915]



Who understands does not preach;
Who preaches does not understand.

Reserve your judgments and words;
Smooth differences and forgive disagreements;
Dull your wit and simplify your purpose;
Accept the world.

Then,
Friendship and enmity,
Profit and loss,
Honour and disgrace,
Will not affect you;
The world will accept you.

(Ch56. Impartiality - Tao Te Ching)



__​
 
"Blessed are you who are poor,
for yours is the kingdom of God."
(Luke 6:20)


"Let us live most happily, possessing nothing;
let us feed on joy, like the radiant gods."
(Dhammapada 15:4)


..
 
Bhikkhu Bodhi :

“The real meaning of upekkha is equanimity, not indifference in the sense of unconcern for others.
As a spiritual virtue, upekkha means equanimity in the face of the fluctuations of worldly fortune.
It is evenness of mind, unshakeable freedom of mind, a state of inner equipoise that cannot be upset by gain and loss, honor and dishonor, praise and blame, pleasure and pain.
Upekkha is freedom from all points of self-reference; it is indifference only to the demands of the ego-self with its craving for pleasure and position, not to the well-being of one's fellow human beings.
True equanimity is the pinnacle of the four social attitudes that the Buddhist texts call the 'divine abodes': boundless loving-kindness, compassion, altruistic joy, and equanimity.
The last does not override and negate the preceding three, but perfects and consummates them.”



Who understands does not preach;
Who preaches does not understand.

Reserve your judgments and words;
Smooth differences and forgive disagreements;
Dull your wit and simplify your purpose;
Accept the world.

Then,
Friendship and enmity,
Profit and loss,
Honour and disgrace,
Will not affect you;
The world will accept you.

(Ch56. Impartiality - Tao Te Ching)



***​
 
nibbana Itu Bukan Sesuatu Yang Harus Dicapai Setelah Kematian... Nibbana Bisa Dicapai Ketika Seseorang Itu "masih" Hidup Di Dunia (upadisesa Nibbana), Dan Setelah Meninggal Maka Sempurnalah Pencapaian Nibbana Seseorang Itu Alias Mencapai Nibbana Tanpa Sisa (saupadisesa Nibbana).

Dalam Tataran Yang Masih Hidup, Mungkin Bhante Jinnadhammo Mahathera (di Vihara Borobudur, Medan... Salah Satu Bhikkhu Yang Ditabhiskan Oleh Sukong Bhante Ashin Jinnarakhita Mahathera Yang Masih Hidup), Saya Yakini Telah Mencapai Suatu Tataran Tingkat Kesucian Tertentu (walaupun Mungkin Tidak Dapat Dibuktikan, Tetapi Dari Perilaku, Tindak Tanduknya, Keadaan Bathin Beliau), Setidaknya Jejak-jejak Nibbana Dapat Diketahui.

Gw Pernah Bertemu Ama Beliau, Bhante Jinnadhammo Dan Berbincang2...tapi Di Jakarta....uda Lama Juga.
 
Terpujilah Tuhan Yang Maha Esa dan sang Triratna,
dan Budi Kebajikan Guru

bro marce,
ajaran Yang Mulia Nagasena, sungguh indah,
bagaikan jalan yang telah dibentangkan dengan rapi
tinggal kita yang mau atau tidak menjalankan
dan merealisasikannya.

bro Yng Terakhir,
akhir-akhir, saya merasa download disini sangat lambat.
jadi malas nunggu terlalu lama, shingga jarang ikutan celoteh disini:D.
dari pertama masuk forum sampai mau posting ini, hampir nunggu 15 menit, capee deh:P
 
Terpujilah Tuhan Yang Maha Esa dan sang Triratna,
dan Budi Kebajikan Guru

bro marce,
ajaran Yang Mulia Nagasena, sungguh indah,
bagaikan jalan yang telah dibentangkan dengan rapi
tinggal kita yang mau atau tidak menjalankan
dan merealisasikannya.

bro Yng Terakhir,
akhir-akhir, saya merasa download disini sangat lambat.
jadi malas nunggu terlalu lama, shingga jarang ikutan celoteh disini:D.
dari pertama masuk forum sampai mau posting ini, hampir nunggu 15 menit, capee deh:P

terpujilah @ismanto
biar anda sehat-sehat dan semoga tambah bijaksana.
semoga kamma kebajikan anda berbuah di saat yang TEPAT.
semoga anda berbahagia bebas dari kesedihan
semoga cita-cita luhur anda tercapai.;)

sabbe satta bhavantu sukhitata.
 
mungkin saya dapat menagkap maksud dari sdr yang terakhir, memang pada umumnya semua agama didunia ini adalah mengajarkan kebenaran dan kebajikan,

umat buddhis menilai kristiani dari sudut pandang buddhisme begitu juga sebaliknya akibatnya pasti tidak ada titik temu, karena mereka melakukan perbandingan, bukan persamaan. lalu kesalahan-kesalahan ditentukan berdasarkan konsep agama masing-masing sehingga dipastikan adda perbedaan itu, padahal banyak juga yg sama, misalnya mengenai trinitas, triratna, trimahadeva. pertanyaannya kenapa mesti 3 ? apakah ada yg bisa jelaskan.

mgkn sdr yang terakhir ingin agar kita melihat sesuatu hal itu seobjektif mugnkin, karena memang terkadang kita temukan bahwa orang kristiani bisa lebih buddhis dibanding kan buddhis itu sendiri dan juga begitu juga sebaliknya. akan tetapi walaupun ada hal seperti itu tetaplah konsep ataupun doktrinasi setiap agama itu berbeda walaupun dalam beberapa hal sama.

bagi batin yg sudah melampui keadaan tak terkondisi bisa menerima segala sesuatu hal tanpa memperdulikanya seperti cerita ttg perayaan christmas oleh bhikkhu lalu oleh umat kurang diterima lalu keluar istilah chris-buddhamas. yah menurut ku itumah sah-sah saja karena buddhisme tidak lahj kaku dan terpatri pada satu kkonsep tetapi lebih menekan ttg kebenaran dan keseimbangan batin. seperti kata gusdur " gampang kok di bikin susah ", ini hanyalah masalah pemahaman saja ( bukan berarti pemahaman saya sudah tinggi loh ).

bagi ku dharma itu adalah kebenaran ( bukan artinya ajaran sang buddha ) dengan pemahaman seperti ini saya berpatokan kalo di agama lain itu mengajarka kebenaran mkk mereka ikut membabarkan dharma. lalu akan timbul pertanyaan darimana kita tau ttg kebenaran yg diajarkan itu adalah kebenaran ? kita mempunyai keyakinan yaitu pandangan buddhisme nah buddhisme ini yg akan menyaring semua itu, tetapi bukan ini berarti kita mengunakan konsep buddhisme unutk menilai agama lain so pasti akan bertabrakan. benar kan ? nah disini lah letak keunggulan buddhisme itu dimana kita ditekan kan untuk menyelidiki bukan menelan bulat-bulat atau mempercayai begitu saja.
 
buddhisme memandang kebenaran adalah kenyataan dan realita.

semua agama mengajarkan kebajikan,,,,,inilah universal.

tapi pada tahap lanjutan dari sana terbagi-bagi....
ada yang tujuan-nya surga.
ada juga yang melebihi surga yakni pembebasan.
 
Padma,
Dalam berbagai point saya sependapat dengan Anda.
juga terima kasih telah membaca dan benar-benar berusaha untuk memahami intensi saya.

Padma:"......bagi ku dharma itu adalah kebenaran ( bukan artinya ajaran sang buddha ) dengan pemahaman seperti ini saya berpatokan kalo di agama lain itu mengajarka kebenaran mkk mereka ikut membabarkan dharma. lalu akan timbul pertanyaan darimana kita tau ttg kebenaran yg diajarkan itu adalah kebenaran ? kita mempunyai keyakinan yaitu pandangan buddhisme nah buddhisme ini yg akan menyaring semua itu, tetapi bukan ini berarti kita mengunakan konsep buddhisme unutk menilai agama lain so pasti akan bertabrakan. benar kan ? nah disini lah letak keunggulan buddhisme itu dimana kita ditekan kan untuk menyelidiki bukan menelan bulat-bulat atau mempercayai begitu saja."

berikut beberapa pemahaman saya:

* Bila kita menuliskan dua pernyataan seperti berikut:
20 + 20 = 40
2 + 2 = 4
Bukankah sangat aneh bila kita menyatakan:
"Yang pertama itu benar karena itu apa yang saya pelajari, yang saya yakini dan yang telah saya 'selidiki'."
"yang kedua itu tidak berasal dari apa yang selama ini saya pelajari, adalah sesuatu yang masih harus 'diselidiki'."

* Memang sangat benar bahwa dalam Buddhisme tidak ada kata dogma.
Tetapi seandainya saja kita berani dan jujur untuk mengkritisi diri kita sendiri,
menggunakan semua kemampuan 'analisa' dan 'diagnosa' kita untuk membedah diri sendiri,
saya kok ragu kita telah melakukannya.

* Memang belajar dan terus menyelidiki adalah suatu kualitas kebajikan.
Tetapi percaya dan berserah diri adalah kualitas dalam dimensi yang lain.
Dan sebagai Buddhis, kita juga sering percaya dan berserah diri.

Salam.

..
 
Status
Tidak terbuka untuk balasan lebih lanjut.
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.