• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Tentang Islam (Islam Resource in Indoforum)

cala, ane koreksi dikit, moral ama akhlaq itu beda :D, coba cari sendiri dah perbedaannya di mbah google :>, yg jelas, moral, etika dan akhlaq itu beda

Islam tidak mengajarkan moral, tapi Akhlaq :>

seharusnya emang begitu..
tapi saya belum menemukan padanan kata akhlaq dalam bahasa inggris..
 
Mengapa Nabi Muhammad Tidak Boleh di Visualisasikan / digambarkan?..

Terbesit pertanyaan di dalam benak saya, mengapa wajah Nabi muhammad tidak boleh digambar / divisualisasikan??..Dan ketika ada orang² yang tidak bertanggung jawab seperti di Denmark yang membuat karikatur Nabi Muhammad, umat muslim di seluruh dunia marah??

Sebenernya untuk seni rupa sendiri di Islam merupakan suatu ibadah bagi pemeluknya. Ini dapat dilihat dengan majunya arsitek², kaligrafi, bahkan lukisan sekali pun. karena dalam sejarah Islam sendiri telah banyak melahirkan pelukis² terkenal bahkan sampai saat ini.

kenapa Nabi Muhammad Salallahualaihi Wassalam melarang umatnya melukis beliau???

Ini dikarenakan agar "sejarah tidak terulang" untuk yg kesekian kalinya yg mungkin akan menimpa umatnya sehingga menjadi sesat. apakah itu?? seperti yang banyak kita ketahui...

sebagai contoh umat kristiani yang menggambar Isa AlaihiSalam (Yesus). Pada mulanya mereka berniat hanya mengagumi dan mengenang kemuliaan, kebijaksanaan, dan kehebatan beliau. Namun pada akhirnya umatnya tersebut terjerumus dengan meng-agung²kan dan menyembah beliau dan men-Tuhan²kan beliau dengan berbagai alasan bahwa beliau anak tuhan.

katakanlah bahwa: Allah itu satu, tak beranak dan tak diperanakan,dan tak ada sesuatu apapun (dijagadraya ini) yg serupa dengan-Nya.

Contoh lainnya adalah Sidartha Budha gautama. menurut beberapa pakar Islam beliau merupakan salah satu nabi disamping 25 nabi dan rasul yg wajib diketahui (dalam Islam nabi dan rasul yang ada mencapai ribuan orang dan bahkan lebih). Namun karena Budha hanya seorang nabi dan bukan Rasul, maka ajaran ketauhidan yg didapat dari Allah hanya untuk dia sendiri dan beberapa pengikutnya. Banyak orang membuat patung²nya untuk diletakan dirumah mereka yg pada mulanya untuk mengenang kemuliaan beliau. sehingga akhirnya mereka pun tersesat dengan men-Tuhankan beliau.

Dan konon patung² dewa yang banyak disembah (Berhala) merupakan gambaran dari tokoh² arif dan bijaksana zaman dulu, mungkin bahkan para nabi² itu sendiri.


Oleh sebab itu lah, mengapa Rasulullah melarang umatnya melukis wajah dan rupanya yg menawan dan mulia itu. walaupun para sahabat dan pengikut beliau begitu mencintai dan mendambakan beliau. Bahkan ketika beliau akan wafat beliau masih mengingatkan mereka. Maka sampai saat ini pun umat Islam yang di-Rahmati oleh Allah SAW tak ada satupun yang men-Tuhankan beliau (Rasulullah)..

Rupanya sejak awal sampai sekarang memang ada kesepakatan bahwa fisik Rasulullah itu tidak boleh (bahasa normatifnya haram) digambar dan/atau dipatungkan.
Pertimbangan logika yang sering dikemukakan adalah karena khawatir gambar, lukisan, atau patung beliau akan diperlakukan sebagai berhala, yang akan disembah oleh umat Islam. Selain itu, bukankah Nabi Muhammad sendiri memimpin penghancuran 360 patung yang terdapat di Ka’bah? Padahal, konon, di antara patung-patung itu terdapat patung Nabi Ibrahim dan Ismail, yang merupakan bapak moyang beliau sendiri! Mengapa beliau tidak cenderung memuseumkan benda-benda peninggalan sejarah itu?

Rupanya di situlah (mungkin) perbedaan seorang nabi dengan para ahli sejarah.

Bila para ahli sejarah cenderung mengumpulkan bukti-bukti fisik sebagai sarana analisis kebenaran kejadian sejarah, seorang nabi lebih mementingkan keselamatan risalah (= thesis) yang dibawanya. 'Kebetulan’' dalam sistem kepercayaan orang Islam, risalah Nabi Ibrahim, Ismail, dan Muhammad dianggap 'sama'.

Melestarikan risalah Ibrahim dan Ismail bagi Muhammad adalah lebih penting dibandingkan dengan mengamankan bukti-bukti sejarah yang berupa patung-patung mereka, yang terbukti telah melahirkan ekses berupa pemujaan yang menyimpang itu. Tapi ingatlah bagaimana Nabi Muhammad mendepak patung-patung peninggalan Arab jahiliah itu sambil ‘mengadopsi’ ritual haji mereka menjadi bagian penting dari Rukun Islam. Mengapa? Karena, rupanya, ibadah haji itu sama sekali bukan milik Arab jahiliah tapi justru merupakan warisan Ibrahim dan Ismail, yang tujuannya telah mereka simpangkan, meski bentuk ritualnya masih dipertahankan. Anda bisa menemukan keterangan tentang hal itu dalam Al-Quran. Sebuah Hadits Qudsi bahkan mengungkapkan bahwa ritual haji itu juga dilakukan oleh Nabi Adam.

Peristiwa penghancuran patung-patung yang pernah dilestarikan dan dipuja di Ka’bah hanyalah sebuah contoh. Tapi dari contoh itulah bisa ditegakkan sebuah logika bahwa melukis atau mematungkan nabi memang tidak dibenarkan dalam Islam, baik demi kepentingan sejarah atau pun untuk tujuan seni belaka. Hal itu ‘diundangkan’ bukan karena fisik nabi dianggap sakral, tapi karena fisik seorang nabi sama sekali terpisah dari misinya; sementara kebanyakan manusia (apalagi yang dimabuk cinta buta) sering tidak mampu memilah. Bahkan kita (karena kurang kedewasaan (mungkin)) sering terjebak dalam pesona keindahan lahiriah yang sebenarnya rapuh dan fana.

sehingga kita tidak tersesat seperti umat² terdahulu yang menjadikan nabinya sendiri.
 
Muslim tidak Menyembah Hajar Aswad (batu hitam)

Dalam berbagai kesempatan musuh-musuh Islam bilang bahwa umat Islam adalah umat penyembah batu. Mereka beranggapan demikian karena setiap hari umat Islam sholat selalu menghadap ka'bah yang dibagiannya ada Hajar Aswadnya.

Ummat Islam dalam sholat menghadap ka'bah (batu) dan dalam thawaf keliling batu bukanlah berarti ummat islam menyembah batu. Mereka melakukan ini karena itu adalah diperintahkan oleh Tuhannya supaya dalam sholat dan thawaf untuk menghadap batu dan keliling batu.

Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai.

Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.[Terjemahan Qur'an Al Baqarah (2):144].​

Jadi intinya bukan menyembah batu tapi inti dari ajaran itu ialah ketundukan kepada Tuhan mereka. Pengakuan bahwa Allah itu Tuhan mereka. Analoginya begini, misalkan anda disuruh oleh orang tua anda untuk mencium komputer di depan anda lalu anda menuruti, lalu apakah ini berarti anda menyembah komputer? Tentu orang yg berfikiran jenih mengatakan tidak. Anda melakukan itu karena wujud taat dan tunduk kepada peintah orang tua, sebagai wujud bakti anda sebagai anak kepada orang tua. Nah begitulah ummat islam dalam melakukan sholat dan thawaf kenapa mereka menghadap batu dan mencium batu.Itu karena wujud ketaatan kepada Allah, Tuhan mereka memerintahkan dalam ajaran Nya supaya melakukan demikian. Mereka tidak menganggap batu itu istimewa, bahkan dalam Hadis Bukhori (Referensi ummat islam yg kedua setelah Al Qur'an), Ummar bin Khatab pun berkata:

Diriwayatkan oleh 'Abis bin Rabia:

Saidina Umar bin al-Khattab r.a pernah mengecup Hajarul Aswad. Kemudian dia berkata: Demi Allah! Aku tahu kamu hanyalah sekedar batu yang tidak dapat memudharatkan dan tidak dapat memberi manfaat siapapun.. Sekiranya aku tidak melihat sendiri Rasulullah s.a.w mengucupmu, pasti aku tidak akan mengecupmu." (Sahih Bukhari juz 2 no 667).
Kalau anda membaca sejarah tentang peradaban islam, maka anda akan jumpai bahwa dulu batu hitam itu pernah dicuri oleh seseorang (artinya ka'bah pernah tidak ada hajar aswad di dalamnya). Tetapi apakah setelah hilangnya batu itu ummat Islam lantas tidah sholat karena hadapannya tidak ada? Kalau ummat Islam sholat karena landasan harus menghadap batu itu, niscaya mereka sudah tidak pada sholat lagi sebab batunya telah hilang, atau kalupun sholat menghadapnya mungkin ke si pencuri batu itu. Tetapi ternyata tidak. Ummat islam tetap sholat menghadap kiblat, baik dengan ada batu ataupun tidak sebab esensi mereka ialah mematuhi perintah Allah bukan menghadap batu dan menyembah batu.

Kemudian dalan sejarah islam pun dijelaskan bahwa setelah batu hitam itu berhasil ditemukan kembali, batu itu sudah tidak utuh lagi. Ada pecahan disana sini, bahkan volumenya sudah mulai berkurang. Dan batu hitam yg ada sampai sekarang pun itu sudah paduan antara batu hitam yg asli dengan yg imitasi. Tetapi anda lihat, apakah ummat islam heboh karena itu? Jawabnya: Tidak pernah!. Sebab Tuhan mereka bukanlah batu tetapi Allah. Batu boleh rusak dan hilang tetapi Allah (Tuhan mereka) tetap ada. Berbeda sekali dengan ummat agama lain yg menganut paganisme.

Mereka melakukan itu bukan atas dasar perintah Tuhan tetapi apa kata nenek moyang mereka, apa kata tetua-tetua mereka dan apa kata leluhur mereka. Tidak ada dasar yg langsung di dasari dari ketentuan Kitabnya (yg merupakan kumpulan perintah-perintah Tuhan). Ini bisa anda lihat dalam berbagai literatur tentang filsafat agama dan perbandingan agama. Tiga agama yg memiliki kitab suci yang berisi perkataan - perkataan Langsung Tuhan, yaitu Islam, Kristen dan Yahudi.

Selebihnya agama yg lain hanya didasari oleh filsafat orang-orang terdahulu dan nenek moyang mereka. Jadi inilah perbedaannya antara ibadah ritual ummat Islam yg menghadap batu dengan ibadah ritual ummat lain yg juga menghadap batu. Dalam agama lain, batu itu dianggap seperti Dewa/Tuhan, sesuatu yg diagungkan dan dipuja-puja, sedangkan ummat islam memandang batu itu hanyalah sebagai alat untuk mewujudkan kebaktian kepada Tuhan yang sebenarnya. Sebetulnya pengertian berhala di sini tidak hanya batu saja, tetapilebih luas. Berhala bisa berarti ideologi, bisa berarti materi/uang, bisa berarti manusia, bisa berarti yg lain-lain selain Tuhan alam Semesta.

Setiap kegiatan yg tidak didasari oleh ketundukan kepada ketentuan Tuhan dan perintah-perintah Tuhan (Allah), maka berartiseorang muslim bisa terjebak dalam penyembahan "berhala". Seperti seorang muslim yg lebih menggandrungi dan memuja artis tertentu sampai-sampai tidak sholat karena ada acara konser, maka bisa dikatakan orang itu telah menyembah (telah tunduk) kepada "berhala" (ketundukan ia dan ketakutan ia kepada Tuhannya telah terkalahkan oleh seorang artis). Begitu juga bila seseorang telah tunduk dan sujud kepada batu (batu tsb dianggap mempunyai kekuatan gaib dan kemudian dipuja-puja) atau bila seseorang telah tunduk dan sujud kepada matahari (menganggap matahari itu sebagai pemberi rezki) ataupun kepada sapi (menganggap bahwa sapi itu titisan dewa dll lalu disembah dan diagung-agungkan) maka semua itu adalah penyembahan terhadap "berhala".

Jadi anda harus bisa membedakan mana yg benar-benar memuja benda/hewan/tumbuhan sebagai Tuhan dan mana yg melakukan sujud menghadap batu hanya sebagai wujud ketaatan kepada Tuhan yg sebenarnya. Rasulullah sendiri pernah menunjuk Hajar Aswad dengan tongkat Beliau:

Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas:

Nabi mengerjakan Tawaf mengelilingi Ka'bah dengan menunggang seekor unta pada ibadah haji terakhir dan menyentuh hajar aswad dengan tongkatnya.
(Sahih Bukhari juz 2 no 677).​

Dengan demikian nyatalah bahwa Hajar Aswad itu hanyalah batu yang tidak dapat mendatangkan celaka atau tidak dapat mendatangkan untung kecuali dengan ijin Allah swt.
 
Benarkah Nabi Muhammad Wafat Karena Racun Wanita Yahudi?

Fitnah Syubhat:

"Volume 5, Book 59, Number 713:
Narrated Ibn Abbas:
‘Umar bin Al-Khattab used to let Ibn Abbas sit beside him, so ‘AbdurRahman bin ‘Auf said to ‘Umar, "We have sons similar to him". ‘Umar replied, "(I respect him) because of his status that you know". ‘Umar then asked Ibn ‘Abbas about the meaning of this Holy Verse:– “"When comes the help of Allah and the conquest of Mecca . . ."(110.1)
Ibn ‘Abbas replied, "That indicated the death of Allah’s Apostle which Allah informed him of". ‘Umar said, "I do not understand of it except what you understand".
Narrated ‘Aisha: The Prophet in his ailment in which he died, used to say, "O ‘Aisha! I still feel the pain caused by the food I ate at Khaibar, and at this time, I feel as if my aorta is being cut from that poison".

Dikisahkan oleh Aisha : Rasulullah dalam keadaan sakit yang menyebabkan kematiannya, biasa berkata, “O, Aisha. Aku masih merasakan sakit akibat makanan yang aku makan di Khaibar, dan saat ini, aku merasa seolah-olah urat nadiku terputus akibat racun itu.


Berdasarkan hadis diatas, MUHAMMAD DALAM KEADAAN SAKIT SETELAH MAKAN MAKANAN DIKHAIBAR YANG DISUGUHKAN RACUN OLEH ORANG2 YAHUDI, YANG MENYEBABKAN KEMATIANNYA.

Jadi arguman siapapun yang mengatakan bahwa kejadian pengracunan kepada Muhammad adalah beberapa tahun sebelum kematian Muhammad, TELAH DIPATAHKAN”

Berikut adalah riwayat tentang perang Khaibar, riwayat Wanita Yahudi yang mencoba membubuhkan racun namun nabi Muhammad selamat, dan riwayat tentang wafatnya nabi.

1. Mengenai perang di Khaibar :

Dari Anas bin Malik ra., katanya : Rasulullah s.a.w. memasuki Khaibar pagi hari. Waktu itu mereka keluar kelapangan. Setelah mereka melihat beliau mereka berkata :"Muhammad dan tentara". Lalu mereka segera menempati benteng mereka. Nabi s.a.w mengangkat kedua belah tangannya dan berdoa :
"Allahu Akbar"! Hancurlah Khaibar! Bila kami duduki lapangan suatu kaum, maka amat buruk pagi hari orang yang diberi peringatan (tetapi) tidak menurut.

(HR. Bukhari 1550)​

Dari Abu Hurairah r.a., katanya : Setelah Khaibar diduduki, ada orang yang menghadiahkan daging kambing yang beracun kepada Nabi saw. Lalu beliau bersabda : "Saya hendak bertanya kepadamu tentang satu hal! Adakah kamu mau memberikan keterangan yang sebenarnya kepada saya!". Mereka menjawab : "Ya" Nabi SAW bertanya kepada mereka :"Siapa ayahmu?" mereka itu menjawab :"Si Anu!" Lalu beliau bersabda :"kamu dusta, akan tetapi ayah kamu si 'Anu'". Mereka itu berkata :"Benar Tuan!" Beliau bertanya :"Adakah kamu mau menjawab dengan benar kepada saya tentang sesuatu yang saya tanyakan?". "Ya, hai Abu Qasim! Sekiranya kami berdusta, tuan ketahui dusta kami sebagaimana tuan ketahui tentang ayah kami". Beliau menanyakan kepada mereka : "Siapa ahli neraka?", Mereka itu menjawab : "Kami berada didalamnya dalam masa yang singkat, kemudian kamu gantikan kami didalamnya". Nabi saw lalu bersabda :"Kamu akan tetap disika dalam neraka itu, demi Allah! Kami tidak akan pernah menggantikan kamu didalam neraka itu".
Kemudian beliau bersabda lagi : "Adakah kamu mau menjawab dengan benar kepada saya tentang sesuatu yang saya tanyakan?" Jawab mereka : "Ya, hai Abu Qasim!", Beliau bertanya : "Adakah kamu isikan racun dalam daging kambing ini?", Jawab mereka :"Ya". Tanya beliau : "Apakah yang mendorong kamu berbuat demikian?", Jawab mereka :"Maksud kami ialah, kalau sekiranya tuan seorang pendusta, kami akan senang. Dan kalau sekiranya tuan seorang Nabi, racun itu tidak akan membahayakan tuan". (HR. Bukhari 1412)

2. Pembuktian bahwa nabi Muhammad selamat dari racun yang diberikan oleh wanita Yahudi adl :

  1. Perang Khaibar terjadi pada tahun 628 M (tahun ke 7 H) dan pada bulan February 629 M - Zul Qa’dah 7 H) Nabi dan kaum Muslimin melaksanakan Umratul Qadha’.
  2. Setelah perang Khaibar dapat ditaklukkan, Rasulullah menikah dengan Shafiyah binti Huyaiy bin Akhtab. Pada tahun yang sama.
  3. Bulan January 630 M (Ramadhan 8 H) Nabi Muhammad pun masih SEHAT WAL ‘AFIAT. Beliau membuka kota Makkah dan menghancurkan semua berhala-behrhala yang ada disekitar Ka’bah. Peristiwa ini dikenal dengan “FATHUL MAKKAH”.
  4. 4 (Empat tahun) dari peristiwa Khaibar Rasulullah masih HIDUP!! Dan pada bulan maret 632 M, atau tepatnya Dzulhijjah 10 H) Rasulullah melaksanakan Haji Wada’ bersama-sama dengan kira-kira 114.000,- orang kaum muslimin untuk menunaikan ibadah haji.
  5. Pada bulan Mei 632M, atau bulan safar 11 H, Rasulullah menyiapakan Tentara Usamah untuk pergi ke Negri Syam.
  6. Pada tgl 7 Juni 632 M atau pada hari senin12 Rabi’ul awal (bertepatan dengan hari kelahiran beliau) Nabi Muhammad wafat.

3. nabi Muhammad wafat karena sakit biasa dan bukan karena racun:

Sebelum beliau wafat, Rasulullah tetap melaksanakan Dak’wah :

Dari Aisyah ra., katanya : "Ketika sakit Nabi bertambah berat, beliau meminta kepada semua istri beliau, supaya ia diizinkan selama sakit ia dirawat dirumahku, dan mereka semua mengizinkannya. Lalu Nabi pergi ke rumah Aisyah dipapah oleh dua orang laki-laki, sedangkan kedua belah kaki beliau tercecah menggaris tanah dinatara kedua orang laki-laki itu, yaitu Abbas dan seorang lagi".
Kata Ubaidillah, "Cerita Aisyah itu kuceritakan kepada Abbas, lalu dia menanyakan kepadaku, tahukah engkau siapa laki-laki yang seorang lagi itu?"
Jawabku, "Tidak!"
Katanya, "Dia adalah Ali".
Selanjutnya Aisyah menceritakan juga, bahwa setelah nabi saw. berada dirumahnya, sedangkan sakit nabi bertambah keras juga, maka beliau bersabda, "Siramkanlah kepadaku tujuh girbag air yang masih utuh, mudah-mudahan aku segera dapat melaksanakan da’wah kembali kepada orang banyak".
Lalu Nabi didudukkan kedalam sebuah bak mandi terbuat dari kuningan, kepunyaan hafshah, istri nabi saw, kemudian beliau kami sirami dengan air yang disuruhkan Nabi, sampai beliau memberi isyarat kepada kami, "Sudah cukup".
Sesudah itu beliau pergi ke Mesjid menemui jamaah.
(HR Bukhari 135)
 
Meluruskan Poligami Rasulullah dengan Zaynab binti Jahsy

Memang, pasca 11 September 2001 hujatan dan kebencian terhadap Islam dan nabinya begitu gencar dilakukan. Meskipun bagi umat Islam ini hal biasa, karena sejak dari kafir-musyrik Mekkah hingga John of Damascus. Dari John dilanjutkan hingga ke Denmark oleh koran Jylland-Posten. Apa yang dilakukan oleh Jylland-Posten diulang kembali di berbagai situs (baik organisasi) maupun pribadi hingga hari ini. Dan tidak menutup kemungkinan, hujatan ini terus berlangsung dan bergulir.

Salah satu hujatan yang dilancarkan oleh mereka terhadap Rasulullah s.a.w. adalah perihal praktek "poligami" yang dilakukan oleh beliau.

Perkara ini memang menjadi "topik menarik" dalam mengujat peribadi Rasulullah. Selain mudah, juga cepat memperburuk citra. Karena memang, menurut Pipps dalam agama, seperti juga politik, mencemarkan nama pemimpin lawan biasa dilakukan. Meski lemah, cara ini sering kali efektif untuk mempromosikan kepentingan sendiri.

Montgomery Watt, kutipnya, seorang uskup sekaligus ahli biografi kontemporer tentang Muhammad yang dihormati secara luas, mencatat: "Tidak ada tokoh besar sejarah yang mendapat apresiasi sedemikian menyedihkan kecuali Muhammad. Sebagian besar penulis Barat cenderung mempercayai yang terburuk tentang Muhammad, dan jika interpretasi yang tak menyenangkan, namun kelihatan masuk akal, mereka cenderung menerimanya sebagai fakta". (William E. Phipps, Muhammad and Jesus: A Comparison of Prophets and Their Teachings (Mizan, 2001: 17).

Nabi Muhammad dan Zaynab binti Jahsy
Hujatan terhadap Zaynab ini sangat keras. Diantara penghujat awal adalah John of Damascus. Bahkan kisah perkawinan Nabi s.a.w. dengan Zaynab dianggap sebagai "cerita bodoh" (tales). Untuk melegalkan perkawinannya ini Muhammad, menurut John, menyuruh Zayd ibn Haritsah menceraikan Zaynab. Karena ini perintah Tuhan. (Lihat, Adnin Armas, Metodologi Bibel dalam Studi Al-Qur’an: Kajian Kritis, (GIP, 2005: 7).

Setelah John, cerita ini disebarkan oleh Maxim Rodinson dalam "Mahomet" yang kemudian dikutip lagi oleh Robert Spencer dalam bukunya "The Truth About Muhammad: The Founder of the World’s Most Intolerant Religion", (2001). Semuanya menyatakan bahwa "syahwat" lah di balik pernikahan Nabi Muhammad dengan Zaynab. Sampai Muhammad tega "merayu" Zaid ibn Haritsah agar menceraikan istrinya, Zaynab binti Jahsy. Padahal Zaid adalah "anak angkat" Muhammad sendiri.

Dalam bukunya yang lain, Robert Spencer. Untuk menggambarkan bahwa istri-istri Rasulullah "tidak harmonis", Spencer mengutip pernyataan Aisyah (al-Bukhari, vol. 5, no. Hadits: 2661) bahwa dia "bersaing" dengan Zaynab binti Jahsy (dalam hal kecantikan dan merebut cinta nabi). (Robert Spencer, Islam Ditelanjangi: Pertanyaan-Pertanyaan Subversif Seputar Doktrin dan Tradisi Kaum Muslim, terjemah: Mun’im A. Sirry, (Paramadina, 2004: 132). Padahal tidak ada yang negatif di sana. Justru saking "harmonisnya" mereka sehingga harus 'bersaing' meraih cinta Nabi Muhammad. Bukankah itu satu "keindahan" dalam rumah tangga?

Riwayat lain justru luput –atau sengaja diltutupi— dari pandangan Spencer adalah "pujian" Aisyah terhadap Zaynab. Menurut Aisyah, tidak ada seorang perempuan yang baik agamanya dari Zaynab. Dia lebih takwa kepada Allah; lebih baik ucapannya; lebih kuat komitmennya terhadap silaturahmi; lebih banyak sedekahnya; dlsb. (Muslim, Sahih Muslim, Kitab: al-Fadha’il al-Shahabah, Bab: Fadha’il Aisyah, no. Hadits: 4472).

Bagi para penghujat Rasulullah, pernikahan beliau dengan Zaynab yang penuh hikmah penuh dengan nafsu birahi yang amoral. Dimana ketika Muhammad datang ke rumah Zaynab, dia melihatnya sedang tidak siap menerima tamu, sehingga pakaiannya "ala kadarnya" saja. Ini lah yang membuat Muhammad tertegun dan takjub. Karena ternyata Zaynab begitu cantik. Itu lah yang dikatakan oleh John of Damascus, Maxim Rodinson, Robert Spencer dan pemilik situs-situs yang menghujat Rasulullah dan Ummul Mukminin Zaynab r.a.

Itu yang disebut oleh Haikal dalam Hayat Muhammad (29) sebagai bentuk syahwat "missionarisme terbuka" (al-tabsyir al-maksyuf), yang kadang juga dilakukan di balik topeng ilmiah (al-tabsyir bismi al-‘ilm). Semuanya adalah kebencian lama yang terpendam, sejak perang salib. Itu lah yang mereka tulis.

Padahal, pernikahan Nabi Muhammad dengan Zaynab memiliki banyak hikmah, khususnya hikmah pembentukan hukum baru. Dimana hukum itu –nantinya— mengugurkan kebiasaan Jahiliyyah, dimana menikahi istri mantan anak angkat "tidak dibenarkan". Dan yang terpenting, pernikahan beliau dengan Zaynab adalah untuk menghapuskan budaya "adopsi anak" (al-tabanniy) (Lihat, Qs. Al-Ahzab: 40, 5, 37).

Riwayat tak Valid
Riwayat yang disebarkan oleh para orientalis dan penghujat Islam tentang perkawinan Rasulullah di atas adalah "salah" dan dikutip secara tendensius. Karena ternyata riwayat yang dikutip adalah "lemah" dan tidak benar. Biasanya yang dikutip oleh mereka adalah tafsir al-Thabari dan al-Thabaqat al-Kubra karya Ibnu Sa’ad. Karena mereka bedua dianggap mewakili sejarawan Muslim yang ada.

Dalam tafsirnya, Ibnu Jarir memang meriwayatkan tiga riwayat tentang kisah perkawinan tersebut. Ternyata ketiganya "lemah". Riwayat pertama berakhir pada Qatadah, seorang tabi’in. Dan Qatadah tidak menjelaskan bahwa dia memperolehnya dari seorang sahabat. Jadi riwayatnya terputus (munqathi’). Itu pertama. Kedua, di dalam sanadnya terdapat Sa’id ibn Abi ‘Arubah, orang yang banyak melakukan tadlis (menyembunyikan aib periwayatan).

Riwayat kedua, di dalamnya terdapat Abdullah ibn Wahb al-Mishri, seorang mudallis. Menurut al-Nasa’i, dia sangat mudah dalam mengambil riwayat; di dalamnya terdapat Abdurrahman ibn Zaid ibn Aslam al-‘Adawi, dinilai lemah (dha’if) oleh imam Ahmad ibn Hanbal, al-Bukhari dan Ali al-Madini; riwayatnya terputus, karena tidak sampai kepada sahabat.

Riwayat ketiga, di dalamnya terdapat Ali ibn Zayd ibn Jad’an yang dinilai lemah. Dan riwayat yang paling baik adalah yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari al-Suddi, "Dan engaku [Muhammad] menyembunyikan di dalam dirimu, yang mana Allah membukanya". (Qs. Al-Ahzab: 37). Ini lah riwayat yang dianggap "baik" dan sesuai dengan akal sehat (rasional).

Sedangkan riwayat Ibnu Sa’ad dalam Thabaqat-nya dikritik lewat tiga titik. Pertama, riwayatnya mursal, karena Muhammad ibn Yahya ibn Hibban seorang tabi’in Madinah, wafat tahun 121 H. Jadi jelas tak meriwayatkan dari sahabat.

Kedua, Muhammad ibn Umar al-Waqidi yang diambil riwayatnya oleh Ibnu Sa’ad tidak diperhitungkan oleh ulama hadits. Karena menurut al-Saji, dia dituduh tidak baik (muttaham). Menurut al-Bukhari, al-Waqidi haditsnya ditinggalkan (matruk al-hadits), tidak diambil oleh Ahmad. Menurut Ibnu al-Mubarak dan Numayr, al-Waqidi "didustakan" oleh Ahmad. Dan menurut Yahya ibn Ma’in, dia adalah: lemah (dha’if); tidak ada apa-apanya dalam hadits (laysa bi sya’in); dan suka membolak-balik hadits.

Ketiga, Abdullah ibn Amir al-Aslami yang riwayatnya diambil oleh Muhammad ibn Umar adalah "lemah" (dha’if al-hadits). Ahmad, Abu Zur’ah, Abu ‘Ashim, dan al-Nasa’i melemahkannya. Menurut Abu Hatim dia matruk (ditinggalkan riwayat haditsnya); Ibnu Ma’in dia lemah dan tidak ada apa-apanya dalam hadits (dha’if, laysa bi sya’in); dan menurut al-Bukhari dia dibicarakan –negatif—oleh para ahli hadits. Periwayat haditsnya tak kukuh dan tak valid (dzahib al-hadits). Dan menurut Ibnu Hibban, dia suka membolak-balik isnad (rantai periwayatan) dan redaksi hadits (al-mutun) serta merafa’kan (menyambungnya sampai Rasl) riwayat-riwayat yang mursal. Jadi, riwayat-riwayat itu tidak benar secara sanad maupun matan. (Zahir Awadh al-Alma’i, Ma’a al-Mufassirin wa al-Mustasyriqin fi Zawaj al-Nabiyy s.a.w bi Zaynab binti Jahsy: Dirasah Tahliliyyah, 1983: 14-19).

Hikmah Ilahiyah
Menarik kesimpulan yang disampaikan oleh Nabil Luqa Bibawi, seorang penulis Kristen Koptik (Qibti) Mesir. Bibawi menulis bahwa pernikahan Rasulullah dengan Zaynab memiliki beberapa catatan.

Pertama, para orientalis biasanya menyatakan bahwa pernikahan Rasulullah dengan Zaynab berdasarkan nafsu seks (syahwat). Padahal motif itu sama sekali tak ada. Padahal kalau berdasarkan "syahwat", tak ada yang menghalanginya. Toh, Zaynab adalah anak bibinya, halal untuk dinikahi. Namun yang terjadi sebaliknya, karena beliau meminangkan untuk Zaid ibn Haritsah.

Kedua, nyatanya pernikahan Zaid dengan Zaynab gagal. Karena dia selalu berbangga sebagai keluarga "bangsawan". Sehingga Zaid selalu berusaha untuk menceraikannya. Dan setiap kali datang, Rasulullah menganjurkan agar dia menahannya. Agar tetap hidup bersama Zaynab.

Ketiga, budaya Jahiliyah adalah menjadikan anak angkat laiknya anak kandung, dimana mereka saling mewarisi. Ini adalah kebiasaan tercela. Ini tentu tidak adil, karena menyamakan haknya dengan hak anak kandung. Inilah yang digugurkan syariat ilahi dalam Al-Qur’an (Qs. Al-Ahzab: 37-41). Rasulullah sendiri menyuruh Zaid untuk mempertahankan Zaynab, ketika dia datang mengadu kepada Rasulullah akan menceraikannya. Ketika Zaid tak sanggup mempertahankan perkawinannya, akhirnya Zaynab diceraikan. Setelah itu turun wahyu yang menikahkan Rasulullah dengan Zaynab. Sehingga bagi umat Islam tidak menjadi halangan untuk menikahi mantan istri anak angkatnya.

Keempat, hukum yang berbenturan dengan ajaran Islam bukan saja masalah mengawini mantan istri anak angkat. Banyak lagi yang bertentangan dengan hukum Islam, seperti kebiasaan mengubur anak perempuan hidup-hidup; minum khamar; makan daging babi; penyembahan berhala yang diubah menjadi tawhid; dlsb.

Kelima, perkawinan Rasulullah dengan Zaynab melahirkan kondisi baru. Penyamaan status dan hak antara anak angkat dan anak kandung menjadi gugur. (Nabil Luqa Bibawi, Zawjat al-Rasul s.a.w. bayna al-Hahiqah wa al-Iftira’, 2003: 125-127. Lihat juga, Abdurrahman Badawi, op.cit.,: 82).

Sebenarnya, jika para orientalis mau jujur dan adil dalam melihat perkawinan Rasulullah dengan Zaynab, tak ada yang bermasalah. Toh, mereka juga mengutip dari sumber-sumber Islam. Di sana sebenarnya dapat dipilih, mana intan (permata) dan mana "loyang". Mayoritas mereka kan malah memilih loyang ketimbang intan. Jadi memang pragmatis dan tendensius. Pilihan ini lah yang terus digulirkan dan disebarkan. Seolah-olah itu emas dan fakta, padahal itu adalah "loyang" dan kebohongan yang tak berharga sama sekali. Wallahu a’lamu bi al-shawab.
 
Membantah Nabi Muhammad SAW Menikahi Khadijah Secara Kristen

Siapa Bilang Rasulullah Muhammad SAW Menikah Secara Kristen ??? - Setali tiga uang!!- Itulah misi yang diusung oleh para misionaris JIL dan Penghujat Islam. Hal ini nampak nyata dengan banyaknya persamaan jurus ketika mereka menggugat Islam baik kesucian Rasulullah, otentisitas Al-Qur'an wahyu Allah, validitas hadits Nabi, maupun keagungan syariat Islam. Salah satu objek yang tak pernah surut dari hujatan para misionaris JIL dan penghujat Islam adalah soal pernikahan Rasulullah SAW dengan Khadijah binti Khuwailid.


Mohamad Guntur Romli, salah seorang punggawa JIL menuding pewahyuan Al-Qur'an adalah proses kolektif, baik sumber maupun proses kreatifnya. Al-Qur'an adalah kitab saduran yang menyunting (mengedit) keyakinan dan kitab suci Kristen sekte Ebyon, yang disesuaikan dengan kepentingan penyuntingnya. Salah satu kepentingannya adalah karena kedekatan Nabi Muhammad dengan Waraqah bin Naufal, seorang rahib Kristen Ebyon, yang memiliki jasa besar dalam menikahkannya dengan Khadijah. Berikut tuduhan Guntur:

"Bukti lain bahwa Al-Quran tidak bisa melampaui konteksnya adalah kisah tentang Nabi Isa (Yesus Kristus). Sekilas kita melihat bahwa kisah Nabi Isa dalam Al-Quran berbeda dengan versi Kristen. Dalam Al-Quran, Isa (Yesus) hanyalah seorang rasul, bukan anak Allah, dan akhir hayatnya tidak disalib. Sementara itu, dalam doktrin Kristen, akhir hidup Yesus itu disalib, yang diyakini untuk menebus dosa umatnya".

Ternyata kisah tentang tidak disalibnya Nabi Isa juga dipengaruhi oleh keyakinan salah satu kelompok Kristen minoritas yang berkembang saat itu, yakni sekte Ebyon. Bagi kelompok Kristen mayoritas yang menyatakan Isa (Yesus) mati disalib, sekte Ebyon adalah sekte Kristen yang bidah...

Pertanyaan selanjutnya adalah mengapa Al-Quran lebih memilih pandangan Ebyon yang minoritas dan keyakinannya dianggap bidah oleh mayoritas Kristen waktu itu? Saya memiliki dua asumsi. Pertama, karena pandangan Ebyon ini lebih dekat dengan akidah ketauhidan Islam. Kedua, sepupu Khadijah bernama Waraqah bin Naufal adalah seorang rahib sekte Ebyon. Kedekatan Waraqah dengan pasangan Muhammad–Khadijah diakui oleh sumber-sumber Islam, baik dari buku-buku Sirah (Biografi Nabi Muhammad), seperti Sirah Ibn Ishaq dan Ibn Hisyam, ataupun buku-buku hadis standar: Al-Bukhari, Muslim, dan lain-lain.

Waraqah adalah wali Khadijah yang menikahkannya dengan Muhammad. Seorang perempuan kali itu –yang kemudian dilanjutkan oleh syariat Islam– tidak bisa menikah tanpa seorang wali laki-laki. Bisa dibayangkan kedekatan Waraqah dengan Khadijah dan Muhammad.

Kesimpulan saya sementara kisah Isa (Yesus) dalam Al-Quran, yang menegaskan bahwa Isa hanyalah seorang rasul, bukan anak Tuhan, dan tidak ada penyaliban terhadapnya adalah "saduran" dari keyakinan sebuah sekte Kristen: "Ebyon". (Pewahyuan Al-Qur'an: Antara Budaya dan Sejarah, http://www.korantempo.com/).


Tudingan Guntur itu bukan hal yang baru dalam daftar gugatan para musuh Islam. Jauh sebelumnya, tudingan yang sama dilontarkan oleh Pendeta Muhammad Nurdin –anggota WASAI/TAZI Lembaga Alkitab Indonesia– dengan dosis yang lebih tinggi. Dalam buku-buku kristenisasi berkedok Islam yang ditulisnya, Nurdin menuding Rasulullah sebagai orang yang banyak berhutang budi kepada Kristen karena sebelum jadi nabi, Muhammad menikah dengan Khadijah, seorang wanita Kristen yang taat ke gereja.

"Prosesi pernikahan Muhammad dengan Khadijah dilangsungkan dengan tatacara ritual Kristen, di mana yang bertindak sebagai wali nikah adalah pastur besar bernama Romo Waraqah bin Naufal. Maka dalam khutbah nikah tersebut Romo Waraqah membacakan ayat-ayat Taurat dan Injil. Tak lupa, Romo Waraqah menghadiahkan kado nikah kepada Muhammad berupa sebuah Alkitab (Bibel). Setelah menikah, selama 15 tahun Muhammad kursus Alkitab (Bibel) bersama Khadijah. Atas dasar itulah, maka Nurdin menyimpulkan bahwa Muhammad pernah beribadah secara Kristen di gereja selama 15 tahun bersama Khadijah dan pamannya, Romo Waraqah bin Naufal.

Bila pamannya Siti Khadijah yaitu Waraqah bin Naufal, faham akan Taurat dan Injil, beliau adalah seorang Pendeta besar, atau seorang Pastur besar atau seorang Penginjil besar dan pada pernikahan Muhammad SAW dan Siti Khadijah tentulah beliau bertindak sebagai Wali atau Penghulu pada waktu itu, dan menyampaikan Firman Allah yaitu Taurat dan Injil, agama Yahudi dan Nasrani, karena agama Islam dan Alquran belum ada pada waktu itu" (Keselamatan Didalam Islam, hlm. 24).

"Pada waktu pernikahan berlangsung antara Muhammad SAW dengan Siti Khadijah seorang Nasrani, dan pasti hadiah Waraqah bin Naufal sebagai seorang Pendeta atau Pastur adalah sebuah Alkitab. Dan tentu Muhammad SAW selama 15 tahun bersama istrinya Siti Khadijah mempelajari Alkitab" (Keselamatan Didalam Islam, hlm. 53).

"Istri beliau Siti Khadijah beragama Kristen Nasrani dan paman beliau Waraqah bin Naufal adalah pendeta bersama pendeta alim Buhaira namanya, dan umat pada waktu itu adalah semua umat Kristen Nasrani yang beribadah tentu di gereja, karena masjid pada waktu itu belum ada" (Ayat-ayat Penting di dalam Al-Qur’an, hlm. 68).

"Pada waktu Muhammad SAW berumur 25 tahun beliau menikah dengan Khadijah yang beragama Nasrani. Dan pada waktu itu Muhammad SAW berumur 40 tahun beliau bertahanuts menyendiri. Bila demikian Muhammad SAW telah bersama istrinya selama 15 tahun, beliau tentu beribadah bersama istrinya dan pamannya Waraqah bin Naufal dan Pendeta Buhaira yang mana tentu Muhammad SAW ikut beribadah Nasrani dan beliau bertahanuts menyendiri dengan segala bekal dan pelajaran Alkitab, Taurat dan Injil” (Keselamatan Didalam Islam, hlm. 35).


Sebenarnya, pernikahan Muhammad SAW dengan Khadijah sudah lama jadi primadona bagi para misionaris JIL dan Penghujat untuk menyengat akidah Islam. Tetapi lemahnya validitas data menjadikan tulisan mereka bernilai tak lebih dari sebuah "teologi imajiner". Karenanya, kita tidak butuh rekayasa dan dugaan-dugaan untuk membantah tuduhan-tuduhan itu, karena sejarahlah yang otomatis menjawabnya:

Pertama, Khadijah bintu Khuwailid memang memiliki paman seorang rahib bernama Waraqah bin Naufal. Tapi Waraqah bukanlah orang yang menikahkan Khadijah dengan Muhammad. Kitab-kitab sejarah Nabi mencatat bahwa yang meminang Khadijah adalah paman Muhammad yang bernama Hamzah bin Abdul Muthalib. Lalu yang menikahkan Muhammad dengan Khadijah adalah paman Khadijah yang bernama ‘Amru bin Asad, sedangkan yang memberikan khutbah nikah adalah Abu Thalib, paman Muhammad. Maharnya pun bukan Alkitab (Bibel), tapi 20 ekor unta. (lihat: As-Sirah An-Nabawiyah, Ibnu Hisyam, juz I, hlm. 201).

Kedua, Fakta-fakta ini sekaligus menampik tudingan Pendeta Nurdin bahwa pernikahan Muhammad dihiasi dengan khutbah ayat-ayat Alkitab (Bibel) yang disampaikan oleh Pastur Waraqah bin Naufal.

Ketiga, fakta bahwa yang menikahkan Muhammad dengan Khadijah adalah paman Khadijah yang bernama ‘Amru bin Asad, ini harus digarisbawahi oleh Guntur Romli. Karena dengan fakta ini, maka tudingannya terhadap Nabi Muhammad sebagai orang yang menyadur kisah-kisah Bibel sebagai balas jasa terhadap rahib Waraqah yang menikahkannya dengan Khadijah, terbantah secara otomatis.

Keempat, Tuduhan bahwa Muhammad menikahi Khadijah dengan tatacara Kristen karena pada waktu itu Islam belum ada karena Muhammad belum menjadi Nabi, ini adalah logika kelirumologi yang naif.


Untuk menganalisa ritual pernikahan yang dipakai oleh Muhammad dan Khadijah, kita tidak perlu repot-repot dan merekayasa tatacara pernikahan yang diterima oleh bangsa Arab pada waktu itu. Bangsa Arab pada waktu itu masih mengikuti adat-istiadat yang diwarisi turun-temurun dari syariat Nabi Ibrahim yang hanif. Hal ini terbukti, mereka masih melaksanakan syariat khitan dan menghormati Ka’bah yang didirikan oleh Nabiyullah Ibrahim dan putranya, Ismail alaihissalam. Secara historis, bangsa Arab adalah keturunan Ibrahim melalui Ismail yang menikahi penduduk Mekkah dari suku Jurhum yang berasal dari Yaman. Keturunan Ismail inilah yang beranak-pinak di Mekkah yang disebut sebagai Bani Ismail atau Adnaniyyun.

Sampai zaman Muhammad belum diangkat Allah sebagai Nabi, bangsa Arab meyakini bahwa pemeliharaan serta kepemimpinan dalam upacara keagamaan di depan Ka’bah itu adalah hak Bani Ismail. Salah satu pemimpin kabilah Quraisy dari keturunan Ismail adalah Qushaiy.

Dengan demikian, bisa dipastikan bahwa satu-satunya syariat yang diterapkan dalam pernikahan Muhammad dengan Khadijah adalah syariat hanif Nabi Ibrahim.

Kelima, Anggapan Pendeta Nurdin bahwa Khadijah adalah seorang Kristen yang aktif di gereja, tentu tidak bisa dipertanggungjawabkan, karena dia tidak mencantumkan satu referensi pun dalam tulisannya. Untuk mengetahui dengan pasti apa agama yang dianut Khadijah pada waktu itu, sebaiknya Nurdin membaca buku Khadijah: Drama Cinta Abadi Sang Nabi tulisan Dr Muhammad Abduh Yamani. Berdasarkan sumber-sumber yang terpercaya, buku ini menyimpulkan bahwa Khadijah bukan seorang Kristen, melainkan penganut agama Ibrahim alaihissalam (Al-Hanif) yang mendapat gelar "Ath-Thahirah" (perempuan suci).

Keenam, tudingan bahwa Rasulullah menyadur kisah-kisah Bibel sesuai dengan kepentingannya juga sangat rapuh. Hanya orang kafir saja yang pantas melakukan tudingan ini.

"Dan orang-orang kafir berkata: "Al-Qur’an ini tidak lain hanya¬lah kebohongan yang diada-adakan oleh Muhammad dan dia dibantu oleh kaum yang lain, maka sesungguhnya mereka telah berbuat suatu kezaliman dan dusta yang besar" (Qs Al-Furqan 4).​


Tuduhan bahwa Nabi Muhammad menjiplak Bibel terbantah oleh kenyataan bahwa beliau adalah seorang nabi yang ummi (buta aksara). Allah menegaskan hal ini dalam surat Al-‘Ankabut 48-49 dan Al-A’raf 157-158. Meski ditakdirkan sebagai seorang yang ummi yang tidak bisa menyadur kitab-kitab terdahulu, tapi seluruh ayat Al-Qur'an tidak dapat diragukan, justru semakin terjamin otentisitasnya karena segala yang disampaikan Nabi Muhammad adalah wahyu (inspirasi) langsung dari Allah (Qs. An-Najm 3-5).

Salah satu buktinya adalah ayat Al-Qur'an:

"...Dan orang Nasrani berkata: "Al-Masih itu putra Allah". Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu". (Qs. At-Taubah 30).​


Ayat ini menyatakan bahwa doktrin ketuhanan Yesus (Trinitas) adalah doktrin yang menjiplak keyakinan orang-orang kafir (pagan) sebelumnya. Ternyata, sejarah membuktikan bahwa Trinitas Kristiani yang meyakini Tuhan ada 3 oknum: Tuhan Bapa, Tuhan Ana dan Roh Kudus adalah doktrin yang sudah ada jauh sebelum Kristen lahir ke dunia. Buktinya, di Mesir sudah Trinitas yang meyakini: Osiris, Horus dan Isis, masing-masing sebagai Tuhan Bapa, Anak dan Ibu. Horus diyakini sebagai juru selamat yang mati menebus dosa dengan darahnya, dikuburkan, kemudian jasadnya bangkit pada hari ketiga kemudian bangkit lagi.

Trinitas/Trimurti di India (Hindu), meyakini Tuhan terdiri dari tiga oknum (Trimurti), yaitu Brahma (Tuhan Bapa), Wisnu (Tuhan Pemelihara), dan Syiwa (Tuhan Pembinasa). Brahma mempunyai seorang anak yang tunggal yaitu Krisna yang dilahirkan di kandang sapi. Oknum ketiga dari Trimurti adalah Syiwa. Kepadanya sering dikorbankan beratus-ratus nyawa manusia. Tetapi, menurut pemeluk Hindu, nyawa-nyawa yang dikorbankan itu sesungguhnya adalah inkarnasi Syiwa sendiri.

Di Persia (Mitraisme), meyakini Mitra (dewa matahari) sebagai Juru selamat penebus dosa yang lahir dari seorang perawan pada hari Minggu tanggal 25 Desember. Hari Minggu mereka yakini sebagai hari suci, dalam perkembangannya, tradisi ini diabadikan sebagai hari suci untuk beribadah di gereja oleh umat Kristen. Sehingga hari Minggu disebut sebagai Sunday (hari Matahari).

Coba perhatikan, wahyu yang diterima Rasulullah menyatakan "yudhohi’una qaulalladziina kafaruu min qablu" (mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Sungguh tepat apa yang disampaikan oleh Nabi dengan sejarah yang sudah ada jauh sebelum beliau lahir. Padahal Rasulullah tidak pernah membaca buku-buku sejarah maupun enskiklopedi agama, karena beliau adalah seorang yang ummi.
 
Siapakah Muslim pertama kali?

Siapakah Muslim pertama kali?
Salah satu Topik yang sering dijadikan untuk menghujat islam adalah tuduhan adanya ayat ayat Al Qur'an yang bertentangan.

dan salah satu tuduhan tersebut adalah mengenai tentang Siapakah Muslim pertama.

berikut ini ayat ayat yang terkait dengan adanya pernyataan Muslim pertama.

  1. (Qs.6:14,163) : Yang menjadi Muslim pertama kali adalah Muhammad. Hal ini bertentangan dengan:
  2. (Qs.7:143) : Yang menjadi Muslim pertama kali adalah Musa.
  3. (Qs.26:51) : Yang menjadi Muslim pertama kali adalah Beberapa orang Mesir.
  4. (Qs.2:127-133) : Yang menjadi Muslim pertama kali adalah Ibrahim.
  5. (Qs.3:67) : Yang menjadi Muslim pertama kali adalah Ibrahim.
  6. (Qs.42:51) : Yang menjadi Muslim pertama kali adalah Adam, yaitu manusia ciptaan pertama, yang menerima wahyu dari Allah Muslim.
  7. (QS. 6 : 14).
    Katakanlah: "Apakah akan aku jadikan pelindung selain dari Allah yang menjadikan langit dan bumi, padahal Dia memberi makan dan tidak diberi makan?" Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintah supaya aku menjadi orang yang pertama sekali menyerah diri (kepada Allah), dan jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang-orang musyrik".​
  8. (QS. 6 : 14).
    "tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)".​
  9. (QS. 7 : 143).
    Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman".​
  10. (QS. 26 : 51).
    sesungguhnya kami (orang – orang Mesir) amat menginginkan bahwa Tuhan kami akan mengampuni kesalahan kami, karena kami adalah orang-orang yang pertama-tama beriman".​
  11. (QS.2:127-133).
    Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". (127)

    Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.
    (128)

    Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur’an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (129)

    Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang shaleh. (130)

    Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam". (131)

    Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". (132)

    Adakah kamu hadir ketika Yakub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?", Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". (133).​
  12. (QS..3 : 67).

    Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik.
  13. (QS.42 : 51).
    Dan tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.​

PENJELASAN AYAT :

Melihat kepada ayat – ayat tersebut diatas maka ternyata Nabi Ibrahim dan Nabi Adam tidak pernah mengatakan sebagai orang pertama sekali Islam. Dengan demikian maka "pagi – pagi" kafir itu mulai berdusta. Ayat – ayat yang lain tersebut diatas oleh kafir dianggap bertentangan karena Nabi Muhammad Saw mengatakan, "Aku orang yang pertama sekali Islam", Nabi Musa juga mengatakan, "Aku orang yang pertama sekali Islam", orang – orang Mesir mengatakan, "Kami adalah orang yang pertama sekali Islam", lalu sebenarnya siapa yang pertama sekali Islam? Menurut kafir ini adalah kontradiksi yang menjadi bukti bahwa Al-Quran bukan firman tuhan.Maka kita katakan bahwa ayat – ayat tersebut tidak kontradiksi, walaupun Nabi Muhammad Saw, Nabi Musa dan Orang – orang Mesir mengatakan perkataan yang sama, tetapi mereka tidak berkata dalam waktu yang sama untuk tempat dan daerah yang sama yang merupakan syarat kontradiksi, mereka mengatakan itu dalam kurun waktu yang berbeda dan pada tempat yang berbeda, maka itu artinya masing mereka adalah orang yang pertama sekali Islam untuk zamannya dan tempatnya masing – masing. Jadi, ketika Nabi Musa berkata, "Aku orang yang pertama sekali Islam" itu untuk zamannya dan didaerahnya. Ketika Nabi Muhammad Saw berkata, "Aku orang yang pertama sekali Islam" itu juga untuk zamannya dan daerahnya yang tentu tidak sama dengan zaman Nabi Musa dan daerah Nabi Musa. Begitu juga dengan orang – orang Mesir.

dan dalam hal ini kami perlu juga memberikan tambahan bahwa ketika Muslim Sholat disunahkan membaca Doa Iftitah pada rakaat pertama, ada doa yang berharap menjadi orang yang pertama menjadi orang Muslim

yang doa tersebut juga dipraktekan oleh nabi Muhammad Saw,sebagaimana hadist ini :

Dari Ali bin Abi Thalib kemudian dari RAsulullah SAW: sesungguhnya jika memulai shalat beliau bertakbir kemusian membaca: "Wajjahtu waj-hiya lillaa-dzii fathoros-samaawaati wal-ardho haniifam-muslimaw- wamaa ana minal-musy-rikiin. Innash-sholaatii wanusukii wamah-yaaya wamamaatii lillaahi robbil'aalamiin. Laa syarikalahuu wabi-dzaalika umirtu wa ana awwalul-muslimiin. [minal-muslimiin*].Alloohumma ang-tal-maliku laa ilaaha illaa ang-ta, sub-haanaka wabihamdika ang-ta robbii, wa ana 'abduka zholamtu nafsi, wa'taroftu bi-dzam-bii fagh-firlii dzam-bii jamii'an innaahuu laa yagh-firudz-dzuunuba illaa ang-ta, wah-dinii li-ahsanil-akh-laaqi laa yahdii li-ahsanihaa illaa ang-ta, wash-rif'annii say-yi-ahaa laa yash-rifuu 'annii say-yi-ahaa illaa ang-ta labbaika wasa'daika, wal-khoiru kulluhu fii yadaika, wal-basyaru laisa ilaika, wal mah-diyyu man hadaita, ana bika wa ilaika, laa mang-jaa walaa mal-ja-aming-ka illaa ilaika tabaarok-ta wata'aalaita astagh-firuka wa-atuubu ilaik".​

Artinya :
"Kuhadapkan wajahku kepada Zat yang menciptakan langit dan bumi, dengan keadaan lurus dan berserah diri, dan tidaklah aku termasuk orang-orang yang msyrik. Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku, kuserahkan kepada Allah Robb semesta alam. Tidak ada sekutu bagiNya, demikianlah yang diperintahkan kepadaku. Dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri [dari orang-orang yang berserah diri]. Ya Allah Engkau adalah Raja. Tidak ada Robb selain Engkau, Maha Suci Suci Engkau dan aku memujiMu. Engkau Robbku dan Aku hambaMu, aku telah menganiaya diriku sendiri dan aku mengakui dosaku, maka ampunilah seluruh dosaku, karena tidak ada yang mengampuni dosa-dosa selain daripada Engkau. Tunjukkanlah aku kepada akhlak yang terbaik, karena tidak ada yang menunjukkan kepadanya selain daripada Engkau, dan jauhkanlah aku dari yang buruknya, karena tidak ada yang menjauhkannya daripadaku selain daripada Engkau. Kusambut panggilan Engkau dan kuikuti perintahMu. Seluruh kebaikan itu ada padaMu dan kejahatan itu tidak berasal dariMu, dan orang yang mendapatkan hidayah adalah orang yang Engkau beri hidayah. Aku denganMu dan kepadaMu. Tidak ada keselamatan dan perlindungan dariMu, kecuali kepadaMu. Wahai Robb kami bertambah-tambahlah keberkahaanMu dan bertambah-tambah pulalah keluhuranMu. Aku memohon ampun dan bertaubat kepadaMu.
(HR Muslim Tirmidzi, Abu DAwud, Nasa'I, dan ahmad, diriwayat Muslim dikatakan bahwa Rasulullah membaca do'a ini di shalat malam).​

jadi sangat jelas bahwa tuduhan mereka para Kufar tersebut hanyalah tuduhan yang hanya berdasarkan kebencian dan kedengkian serta keterbatasan pengetahuan merela
 
Fakta tentang Pembunuhan Umm Qirfa

Cara penyampaian kisah pembunuhan Umm Qirfa yang disajikan oleh netter-netter yang anti-Islam adalah sebuah contoh sempurna tentang bagaimana mereka memelintir fakta.

Kisah yang beredar:

Mereka seakan-akan memberikan kesan bahwa Umm Qirfa adalah seorang wanita yang mulia dengan karakter besar dan dengan tanpa alasan yang jelas sukunya diserang oleh umat Islam dan Umm Qirfa sendiri dibunuh dengan cara yang keji, kakinya diikat pada dua ekor unta yang berlari berlawanan arah sehingga tubuhnya robek/terbelah, hal ini terjadi karena perintah yang dikeluarkan oleh Nabi Muhammad (SAW) sendiri. Mereka juga menyatakan bahwa kepalanya dibawa kehadapan Nabi Muhammad (SAW) dan ia memerintahkan kepala itu diarak di tengah kota Madinah. Kemudian mereka membuat isu tentang putrinya (Putri Umm Qirfa) yang diambil sebagai tawanan dan kemudian melahirkan seorang anak Hazn bin Abu Wahb. Seolah-olah dia diperkosa.

Penjelasan
:

Pertama-tama ada beberapa hal yang membingungkan dalam menentukan kapan hal ini terjadi (Pembunuhan Umm Qirfa dan siapa yang memimpin penyerangan terhadap suku). Menurut Penguasa al-Kubra Baihiqi 8/204 dan Darqutni (H.3249) dia dibunuh pada masa khalifah Abu Bakar (RA), sedangkan sebagian besar buku tentang Sirah (kehidupan dan waktu Nabi saw) menyebutkan tahun ke-6 H. Lebih lanjut menurut Sahih Muslim (H.3299), Abu Bakar (RA) memimpin pasukan tersebut pada masa Nabi Suci (SAW). Tapi Pernyataan lain dalam buku Sirah menyatakan bahwa Zaid bin Harits (RA) adalah pemimpin dari pasukan penyerang. Hal ini menimbulkan polemik, kebanyakan orang yang anti-Islam mengacu pada buku-buku Sirah.

Kisah Sebenarnya
:

Disini saya memberikan penjelasan mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Membaca Penjelasan dari peristiwa yang diberikan dalam Sirat Ibn Hisyam dan Ibnu Tabaqat Sa'ad akan membantu kita memahami hal ini dengan lebih baik.

  1. Zaid bin Harits (RA) melakukan perjalanan perdagangan ke Syria dengan membawa barang dagangan para sahabat Nabi (saw). Ketika Kabilah yang dipimpinnya sampai di dekat Wadi'l Qura', mereka bertemu dengan orang-orang dari suku Badar dari Fazara, yang pemimpinnya adalah Umm Qirfa. Mereka menyerang dia dan kabilah yang dipimpinnya dan merampas semua barang dagangan yang mereka bawa.
  2. Beberapa orang dari kabilah yg dipimpinnya tewas dan ia sendiri terluka. Zaid bersumpah bahwa ia tidak akan mencuci kepalanya untuk kemurnian ritual (yakni ia bersumpah untuk tidak melakukan hubungan seksual) sampai ia memerangi suku Fazara.
  3. Ketika ia sembuh dari luka-lukanya, Nabi Suci (SAW) menyuruh dia untuk menghukum orang-orang yang menyerangnya dan memerintahkan mereka untuk bergerak pada malam hari dan sisanya bergerak pada siang hari. Hal ini bertujuan sebagai sebuah strategi.
  4. Zaid pergi dan memerangi suku Fazara di Wadi'l Qura, pasukan yang dipimpinnya berhasil membunuh beberapa dari mereka. Qais bin Musahhar membunuh Mas'ada bin hakama. Umm Qirfa, putrinya dan Abdullah bin Mas'ada di tawan. Lalu Zaid memerintahkan Qais bin Musahhar untuk membunuh Umm Qirfa, lalu Qais membunuhnya dengan meletakkan kedua kaki Umm Qirfa dengan tali yang diikatkan ke dua ekor unta dan mendorong mereka ke arah yang berlawanan sampai dia tewas, dengan tubuh robek terpisah.
    (Tabaqaat Ibn Sa'd 2/90 & Sirat Ibn Hisham 2/617)
  5. Dalam Sirat Halbiyya, sumber lain menceritakan kisah ini dengan jelas;

    "Zaid bin Harits sedang melakukan ekspedisi perdagangan ke Suriah dengan membawa barang dagangan milik para sahabat. While he was near Wadi'l Qura he met a party from the Tribe of Fazara of Banu Badr. Pada saat mereka sampai di dekat Wadi'l Qura dia bertemu dengan beberapa orang dari suku Bani Fazara. Mereka menyerang kabilah yang dipimpinnya dan merampas semua bawaan mereka (barang dagangan)". (Sirat Halabiyya 2/192)
  6. Perlu dipahami bahwa Umm Qirfa dalam kapasitasnya sebagai pemimpin suku berencana untuk membunuh Nabi (saw) secara pribadi (Ar-Raheeq al-Makhtum p.457). Dalam Sirat Halabiyya dinyatakan bahwa;

    "Zaid bin Harits memerintahkan pembunuhan Umm Qirfa karena ia telah mencaci Nabi, dan karena dia telah menyiapkan pasukan sebanyak tiga puluh orang untuk menyerang Madinah dan membunuh Muhammad (SAW)". (Sirat Halabaiyya 3/251)

Fakta dan Kebohongan!

Sekarang saya coba menjelaskan beberapa poin.

  1. Suku Fazara, yang dipimpin oleh Umm Qirfa, adalah yang pertama kali menyerang kabilah Muslim yang sedang melakukan perjalanan perdagangan.
  2. Mereka membunuh Muslim dan mengambil barang dagangan mereka.
  3. Muslim melakukan serangan balasan untuk menghukum suku tersebut.
  4. Kenyataannya adalah Zaid bin Harits (RA) yang memerintahkan pembunuhan tersebut, karena ia yang menjadi pemimpin dan penanggung jawab atas peristiwa tersebut.
  5. Pembunuhan tersebut dibenarkan karena Umm Qirfa telah memimpin sukunya untuk melakukan kekerasan terhadap umat Islam.
  6. Cara dia dibunuh tidak pernah dianjurkan/diperintahkan oleh Nabi (saw), tetapi dilakukan oleh orang-orang yang telah menjalani teror yang dilakukan oleh suku itu. Itu adalah reaksi oleh orang-orang tersebut; namun ini bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh Islam. Dan meskipun seperti hal ini tercela, tetapi Umm Qirfa sendiri turut andil atas reaksi yang di timbulkan oleh perbuatannya.
  7. Tidak ada laporan otentik yang menyebutkan bahwa kepala Umm Qirfa dibawa kepada Nabi (saw) dan kemudian diarak di jalan-jalan Madinah. Ini adalah mitos dan dusta! Buku-buku yang ditulis oleh pemfitnah tidak bisa di jadikan referensi, karena tidak ditulis oleh orang yang bisa dipercaya dan tidak ada laporan otentik dalam buku-buku klasik bahkan memberi petunjuk tentang kejadian tersebut.


  8. Para Putri Umm Qirfa:

    Ada dua laporan yang bertentangan yang merujuk kepada mereka berdua. Menurut Sahih Muslim, dia diberikan untuk bin Salama al-Akwa' dan kemudian Nabi (saw) mengambil dia dari Salama, lalu dia diberikan sebagai tebusan bagi tawanan Islam di Makkah. Sementara menurut Sirat Ibn Hisyam dll, dia dibawa oleh Salama dan kemudian diberikan kepada Hazn bin Abu Wahb dan kemudian melahirkan seorang putra, Abdul Rahman.
  9. Dia tidak diperkosa: Menurut Sahih Muslim dia pertama kali diberikan kepada Salama (RA) :

    "...Kami tiba di Madinah. Aku tidak melakukan apapun kepada putri Umm Qirfa ketika Rasulullah (saw) bertemu saya di jalan dan berkata: 'O Salama! Berikan saya gadis ini', Aku berkata: "Wahai Rasulullah, ia telah membuat saya terpesona". Keesokan harinya, Rasulullah (saw) bertemu lagi dengan saya di jalan, ia berkata: "Hai Salama, beri aku gadis itu, Semoga Tuhan memberkati ayahmu". Aku berkata: "Dia adalah milik Anda ya Rasulullah! Demi Allah! Saya belum memutuskan apa-apa terhadapnya". Lalu Rasulullah (saw) mengirimkannya kepada orang-orang Mekah, dan menyerahkan dirinya sebagai tebusan bagi sejumlah Muslim yang telah ditawan di Makkah". (Sahih Muslim, Hadith 3299)

Salama (RA) mengatakan bahwa ia tidak memperkosa ketika mereka mencapai Madinah dan ketika Nabi Suci (saw) bertemu di jalan dia diberitahu bahwa ia belum memutuskan apa yang akan diperbuatnya berkenaan dengan putri Umm Qirfa. Dan bahkan pada hari berikutnya, setelah malam tiba, ketika Nabi SAW kembali meminta gadis itu, ia bersaksi bahwa ia belum belum memutuskan nasib gadis tersebut meskipun ia terpesona padanya.

Hal ini cukup membuktikan bahwa Salama tidak tegas menggariskan bahwa memutuskan sesuatu yang besar sendirian bertentangan dengan ajaran Islam. Islam tidak mengizinkan seorang pria untuk melakukan hubungan seksual dengan wanita budak secara paksa, walaupun tidak ada yang bisa menghentikan Salama dari memperkosa seorang gadis budak yang mempesonanya. Dan jika kemudian terlahir putra antara Putri Umm Qirfa dengan Hazn bin Abu Wahb (RA), maka pasti hal ini terjadi karena persetujuan Putri Umm Qirfa sendiri. Kita dapat melihat perbuatan sahabat Salama (RA) dan tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa sahabat lain (Hazn (RA)) akan menyalahi perintah Islam dan memaksa putri Umm Qirfa melakukan hubungan intim.

Ingat, Islam mengijinkan ini dengan aturan - aturan yang menjamin hak-hak mereka sebagai tawanan.

Dan memang ALLAH TAHU YANG TERBAIK!
 
Menjawab tuduhan bahwa Nabi Muhammad SAW mengenakan pakaian wanita

Jika Anda mencari tahu tentang Islam, berhati-hatilah dengan fakta bahwa ada beberapa orang sakit jiwa yang hanya penipu dan mereka mengklaim telah 'mengungkap' kebenaran tentang Islam. Salah satu penipu besar tersebut adalah Sam Shamoun. Setiap artikel yang ia tulis merupakan tumpukan kebohongan dan penipuan.

Dia mengklaim bahwa Nabi Islam, Muhammad SAW, telah menggunakan pakaian wanita. Ia mengacu pada dua hadits. berikut kita bahas hal hal tersebut.

Hadis 1:

Hadis pertama yang ia gunakan adalah dari Sahih Bukhari. Dia menerjemahkannya seperti ini;


Narrated by Ismail, narrated by his brother, narrated by Sulaiman, narrated by Hisham Ibn Urwah, narrated by his father, narrated by Aisha who related that the wives of the prophet were divided into two groups. One group consisted of Aisha, Hafsa, Safiya and Sawdah while the other group consisted of Um Salamah and the rest of the women that belonged to the prophet. The Muslims had learned of the great love that the prophet had for Aisha so that if one of them had a gift he desired to give to the prophet, he would delay giving it until the prophet came to Aisha's house. Then the group who sided with Um Salamah came to Um Salamah and asked her to tell the prophet that he should command the people that if any of them had a gift to give to the prophet, they should give it him in whatever house of his wives the prophet was in at the time. So Um Salamah went and talked with the prophet but he did not respond to her. When the group asked her what the prophet said she told them that he did not respond. So they asked her to go talk to him again until he responds… then the prophet said to her, "Do not hurt me with Aisha, for the inspiration did not come upon when I was (wearing) A WOMAN'S CLOTHES (Thowb) EXCEPT THAT OF AISHA."​

(Source- http://hadith.al-islam.com/Display/Display.asp?hnum=2393&doc=0 )

Realisasi kata-kata dari Hadis:

1 - Ini adalah Hadis yang panjang. Dia menggunakan kata-kata pada bagian terakhir dari hadits untuk memfitnah; yaitu :

لا تؤذيني في عائشة فإن الوحي لم يأتني وأنا في ثوب امرأة إلا عائشة

Terjemahan yang benar harfiah seharusnya:

"Jangan sakiti aku tentang Aisyah, Karena Wahyu tidak datang ke saya ketika saya di dalam kain [thowb] (yaitu selimut) dari setiap istri kecuali [di bahwa] Aisyah." (Sahih Bukhari, hadis 2393)

2 - Di sini terjemahan kata 'thowb' adalah 'kain seperti selimut'.

Versi lain dari narasi yang sama:

3 - Riwayat berikut, juga dari Sahih Bukhari, di mana kata-kata terakhir yang diberikan adalah;

لا تؤذيني في عائشة فإنه والله ما نزل علي الوحي وأنا في لحاف امرأة منكن غيرها​

"Jangan masalah saya mengenai 'Aisyah, Wahyu Allah tidak pernah datang padaku sementara aku berada di bawah selimut setiap wanita di antara kalian kecuali dirinya." (Sahih Bukhari, hadis 3491)

Kata yang digunakan adalah 'lihaaf' yang secara harfiah berarti 'selimut'.

Arti kata 'lihaaf':

4 - Edward William Lane dalam Lexicon Arab-Inggris menulis tentang kata 'lihaaf'

lane%2Bon%2Blihaf.JPG

Kata-kata digunakan secara bergantian:

5 - Dan sebagai لحاف (lihaaf) 'selimut' yaitu terbuat dari ثوب (thowb) 'kain', sehingga kata-kata ini secara bergantian digunakan dalam berbagai riwayat.

6 - Sam Shamoun, pertama dimasukkan kata-kata 'mengenakan' dalam kurung tanpa alasan. Mungkin ia berpikir bahwa kaum Muslim juga akan menelan kata ini dalam tanda kurung dengan mudah sebagai orang Kristen telah mengadopsi interpolasi ke dalam Alkitab.

7 - Ia menerjemahkan kata 'thowb' sebagai "pakaian wanita", terkait dengan kata "memakai". Anda tidak akan pernah menemukan pembohong seperti dia!



Hadis 2:

Narasi lain yang digunakan oleh pembohong ini adalah hadits dari Sahih Muslim. Dia menerjemahkannya seperti ini;



Narrated by Abdal Malik Ibn Shu'aib ibn Laith Ibn Sa'ad, narrated by his father, narrated by his grandfather, narrated by Ukail Ibn Khalid, narrated by Ibn Shihab, narrated by Yahya Ibn Sa'id Ibn Al Aas who narrated that Aisha, the wife of the prophet, and Uthman related to him that Abu Bakr requested permission from the prophet - pbuh- to enter when the prophet was lying down on Aisha's bed WEARING HER GARMENT (Mirt). So the prophet gave permission to Abu Bakr to enter while he (Muhammad) was in that state and Abu Bakr finished what he needed and left. Later, Umar came and requested permission to enter and the prophet gave him permission to enter while he (Muhammad) was in that state. So Umar finished what he needed and left. Later, Uthman requested permission to enter to the prophet, so Muhammad sat up and told Aisha, "TAKE ALL THE CLOTHING THAT BELONGS TO YOU."


Realisasi kata-kata dari Hadis:

1 - Hadis aslinya;
,أن أبا بكر استأذن على رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو مضطجع على فراشه, لابس مرط عائشة

فأذن لأبي بكر وهو كذلك, فقضى إليه حاجته, ثم انصرف, ثم استأذن عمر, فأذن له وهو على تلك الحال فقضى إليه حاجته,

ثم انصرف, قال عثمان: ثم استأذنت عليه فجلس, وقال لعائشة: اجمعي عليك ثيابك


Terjemahan yang benar yang harus;

A'isha, the wife of Allah's Apostle (may peace be upon him), and Uthman both reported that Abu Bakr sought permission from Allah's Messenger (may peace be upon him) for entrance (in his apartment) as he had been lying on his bed COVERED WITH THE BED-SHEET (mirt) OF A'ISHA, and he gave permission to Abu Bakr in that very state and he, having his need fulfilled, went back. Then Umar sought permission and it was given to him in that very state and, after having his need fulfilled, he went back. And 'Uthman reported: Then I sought permission from him and he got up and said to A'isha: 'WRAP YOURSELF WELL WITH YOUR CLOTH.' (Bahasa inggris)

Aisha, istri Rasul Allah (semoga damai besertanya), dan Utsman keduanya melaporkan bahwa Abu Bakar meminta izin dari Rasulullah (semoga damai besertanya) untuk masuk (di apartemennya) pada saat beliau berbaring di tempat tidur beliau yang DICAKUP DENGAN SELIMUT (mirt) Aisha, dan beliau memberikan izin kepada Abu Bakar, setelah kebutuhannya terpenuhi, abu bakar pun pergi. Kemudian Umar meminta izin dan beliau memberikan izin kepadanya dalam keadaan yang sama, dan setelah kebutuhannya terpenuhi, ia kembali. Dan 'Utsman melaporkan: Lalu aku meminta izin darinya dan dia bangkit dan berkata kepada Aisha:' BUNGKUSLAH DIRIMU DENGAN BAIK DIDALAM KAINMU"


(Sahih Muslim, Hadis 4415).

Arti kata 'MIRT':

2 - kebohongan pertama-Nya tentang Hadis ini berhubungan dengan arti kata "MIRT". Dia menerjemahkannya sebagai 'pakaian' sementara pada kenyataannya digunakan untuk kain yang tidak dijahit;

Edward William Lane dalam leksikon nya menulis;

mirt%2B1.JPG

Lihat Lexicon Arab-Inggris oleh Edward William Lane halaman 2709-2710.

Bahkan dengan mengacu pada narasi Aisyah (RA), MIRT adalah sepotong kain yang dipakai wanita di atas kepala mereka atau membungkus dirinya di dalamnya. Dengan kata lain itu hanya selembar kain. Dalam referensi ini sudah cukup untuk menunjukkan bahwa Sam Shamoun adalah pembohong!

Riwayat lain dengan kata 'MIRT':

3 - Dalam Musnad Ahmad dilaporkan bahwa Huzaifa bin Yaman (RA) mengatakan;

ثم رجعت إلى رسول الله صلى الله عليه و سلم وهو قائم يصلي في مرط لبعض نسائه مرجل فلما رآني أدخلني إلى رحله وطرح علي طرف المرط

"Lalu aku pergi ke Rasulullah (saw) ketika ia berdiri Sholat dengan menggunakan SELEMBAR KAIN (fi mirt) dari salah satu istrinya, yang memiliki pola pelana unta di atasnya ('MIRT' / lembaran kain), ketika ia melihat saya, ia membiarkan aku masuk, dan melemparkan sisi LEMBAR KAIN (MIRT) yang lain kepada saya"
(Musnad Ahmad, Hadis 23382. dikonfirmasi oleh Syuaib Arna'ut).

4 - Riwayat lain dari Musnad Ahmad mengatakan bahwa Nabi (saw);

وهو مع عائشة في مرطها

"Dan dia dengan Aisyah dalam lembar nya kain (MIRT-IHA)." (Musnad Ahmad, Hadis 25215 dikonfirmasi oleh Syuaib Arna'ut.)

5 - Dalam sebuah riwayat yang serupa dari Sahih Muslim juga menggunakan kata yang sama. Di dalamnya berbunyi;


عن عائشة قالت: استأذن أبو بكر على رسول الله صلى الله عليه و سلم و أنا معه في مرط واحد

Dikisahkan Aisha: "Abu Bakar meminta izin dari Utusan Allah (semoga damai besertanya) untuk masuk (di apartemennya) dan aku dengan dia dalam satu lembar kain (MIRT wahid) ..."

(Musnad Ahmad, hadis 25378 Tergolong. Sahih oleh Syuaib Arna'ut)
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.