• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Rahasia Teknik Lanjutan Vipassana Versi Goenka

akiong

IndoForum Junior A
No. Urut
41745
Sejak
25 Apr 2008
Pesan
2.971
Nilai reaksi
47
Poin
48
:-/
Vipassana versi Goenka, memperhatikan napas sampai hari ke 3, memasuki hari ke 4 dan seterusnya sampai hari ke 10 , menggunakan teknik mengamati sensasi yang timbul dari atas kepala sampai ujung kaki , dan bolak balik serta mengamati sensasi tubuh bagian dalam. Kenapa teknik ini disebut teknik vipasanna. apa sebenarnya dibalik itu ?
apakah teknik itu adalah teknik murni dari Burma tempat Gurunya ? atau teknik Goenka sendiri yang mengadopsi teknik Kriya Yoga ?

apakah ada yang tahu ? bisa sahring di sini .....
 
pada dewasa ini sekurang-kurangnya ada empat versi vipassana yang diajarkan di Indonesia. Tiga di antaranya datang dari luar negeri, dan MMD saya kembangkan di dalam negeri. Keempat versi itu adalah:

(1) Versi Goenka, diajarkan oleh Yayasan Vipassana Indonesia di Gunung Geulis dan Klaten;
(2) Versi Mahasi Sayadaw, diajarkan oleh bhikkhu-bhikkhu dari Myanmar yang diundang ke Indonesia oleh dua kelompok: Lembaga Satipatthana Indonesia (LSI), dan kelompok Ibu Linda;
(3) Versi Pa-Auk Sayadaw, diajarkan oleh guru wanita, Sayalay Dipankara, juga dari Myanmar;
(4) MMD.

Ketiga versi pertama menggunakan referensi Mahasatipatthana-sutta dll serta Visuddhi-magga, sedangkan MMD menggunakan referensi Bahiya-sutta yang identik dengan ajaran J. Krishnamurti.

Versi Goenka diajarkan melalui sekurang-kurangnya dua tahap: tahap I selama 10 hari, lalu diikuti tahap II selama seminggu. Pada tahap I--yang belum dapat dikatakan "vipassana lengkap"--peserta diajarkan untuk mengamati munculnya 'sensasi pada kulit' secara sistematik dari puncak kepala ke ujung kaki, kembali ke puncak kepala, dst. Ini belum dapat dikatakan "vipassana lengkap" karena yang diamati baru sensasi tubuh (vedana), sedangkan pikiran, bentuk-bentuk batin dsb tidak diperhatikan. (Dalam Mahasatipatthana-sutta dikatakan bahwa yang disebut vipassana adalah mengamati empat komponen diri: jasmani, sensasi, pikiran, bentuk-bentuk batin). "Vipassana lengkap" ini baru diajarkan pada tahap II versi Goenka. -- Di antara keempat versi vipassana itu, versi Goenka ini mengajarkan vipassana dengan pengamatan secara paling sistematik; artinya, pemeditasi tahu apa yang dilakukannya & diamatinya dari saat ke saat.

Versi Mahasi Sayadaw langsung mengamati badan & batin (keempat komponen diri tsb di atas), apa pun yang muncul dari saat ke saat. Di sini tidak ada pengamatan yang sistematik seperti dalam versi Goenka.

Versi Pa-Auk Sayadaw mengajarkan bahwa sebelum dapat melakukan vipassana dengan sukses, perlu dikembangkan lebih dulu konsentrasi yang sangat mendalam sampai tercapai kondisi yang disebut 'jhana'. Ini dicapai dengan memusatkan perhatian pada napas (anapanasati). Setelah 'jhana' itu tercapai, baru pemeditasi bergeser ke vipassana yang sesungguhnya.

Kalau Anda mengkaji ketiga versi vipassana di atas akan tampak beberapa prinsip pendekatan yang sama, yaitu:

(1) prinsip 'teknik, metode': masing-masing versi mempunyai teknik spesifik yang harus diikuti dengan cermat oleh pemeditasi:
- dalam versi Goenka, tekniknya sangat spesifik, seperti telah Anda uraikan di atas;
- dalam versi Mahasi Sayadaw, tekniknya adalah dengan 'memperlambat' setiap gerak tubuh selambat mungkin dan 'mencatat' terus-menerus segala fenomena yang teramati untuk mengembangkan konsentrasi sampai tingkat 'khanika samadhi'.
- dalam versi Pa-Auk Sayadaw, tekniknya adalah meditasi pernapasan (anapanasati) untuk mencapai 'jhana' lebih dulu.

(2) prinsip 'usaha' (effort, viriya): ketiga versi vipassana di atas menekan pentingnya 'usaha' yang dilakukan dengan tekun dan terus-menerus, makin lama makin kuat, selama retret berlangsung.

(3) prinsip 'tujuan': sesuai Mahasatipatthana-sutta, ketiga versi di atas menempatkan pencapaian pembebasan atau pencerahan sempurna (nibbana) sebagai motivasi utama bagi latihannya; dengan sendirinya, tujuan ini terletak di masa depan.

Versi keempat, MMD, saya rasa adalah versi yang paling radikal, dan oleh karena itu paling sukar dipahami dan dilaksanakan. (Namun, bila orang sudah memegang kiatnya, saya rasa MMD adalah yang paling langsung menghadapi 'aku'/atta; seperti kata Sang Buddha: "Di dalam batin seorang biasa, selalu ada pikiran: 'Ini aku, ini milikku, ini diriku'.") -- Paling radikal, oleh karena di dalam MMD tidak ada tujuan, tidak ada usaha, dan tidak ada teknik/metode apa pun. Dalam MMD ditekankan kesadaran (keelingan) terhadap gerak-gerik 'aku' (atta). Ini berarti, bahwa setiap 'tujuan', 'usaha' & 'teknik' apa pun dalam meditasi harus disadari sebagai tidak lebih dari gerak-gerik 'aku' (atta) juga. -- Jadi, dari sudut MMD, kesimpulan Anda sudah benar, ketika Anda berkata:

"Mengamati secara pasif pada metode Goenka berarti
mengamati apa adanya sensasi yg muncul pada tubuh,
tapi intensitas perhatian terus dipertahankan dengan
melakukan pengamatan pada sensasi tubuh secara aktif
dan semakin lama diusahakan semakin kuat. Tapi
mengamati secara pasif pada MMD menurut saya betul2
pasif, hanya mengawasi bahkan pada apa yg kita sebut
perhatian, tidak secara sengaja membuatnya menjadi
kuat, terfokus atau terdispersi."

Dalam Bahiya-sutta, yang menjadi acuan bagi MMD, Sang Buddha tidak mulai dengan suatu 'tujuan' tertentu, melainkan langsung mengajarkan bahwa "di dalam apa yang terlihat hanya ada yang terlihat, di dalam apa yang terdengar hanya ada yang terdengar, di dalam apa yang terpikir hanya ada yang terpikir, di dalam apa yang tercerap hanya ada yang tercerap". Bahkan setelah itu beliau berkata: "Kalau itu bisa kamu lakukan, maka kamu tidak ada." Sampai di sini beliau masih belum bicara tentang suatu 'tujuan'. Baru setelah itu, beliau berkata: "Itulah akhir dari dukkha." -- Orang bisa bilang, nah, "akhir dari dukkha" ini 'tujuan' dari vipassana; tapi 'tujuan' itu ditampilkan paling akhir, setelah lebih dulu beliau berkata: "KAMU TIDAK ADA". Selain itu, 'tujuan' itu ('akhir dari dukkha") dirumuskan secara NEGATIF, bukan secara positif--seperti nirvana, pembebasan (vimutti), pencerahan (nyana-nyana), dsb--yang mudah menyesatkan bagi orang yang masih punya 'aku' (atta).

Di dalam retret MMD, boleh-boleh saja dilakukan 'pencatatan' terhadap fenomena yang teramati, tapi itu masih belum MMD yang sesungguhnya. MMD yang sesungguhnya baru berkembang bila 'pencatatan'--yang adalah gerak PIKIRAN--telah berakhir. Di dalam MMD, jika kesadaran akan saat kini telah berkembang, maka segala gerak-gerik tubuh pun akan melambat dengan sendirinya, tapi itu adalah HASIL dari kesadaran yang berkembang; bukan sebaliknya, bukan memperlambat gerak-gerik tubuh sebagai METODE (TEKNIK) untuk menguatkan kesadaran.
 
RINGKASAN KHOTBAH HARI PERTAMA
VIPASSANA S.N. GOENKA

Kesulitan-kesulitan Awal - Tujuan Meditasi Ini - Mengapa Pernafasan
Dipilih
Sebagai Titik Mula - Alam Pikiran - Penyebab Kesulitan dan Cara
Mengatasinya - Bahaya-bahaya yang Harus Dihindari


Hari pertama selalu penuh dengan kesulitan dan ketidak nyamanan.
Sebagian,
ini disebabkan karena Anda belum terbiasa duduk sepanjang hari, belum
terbiasa mencoba bermeditasi. Tetapi ketidaknyamanan ini terutama
disebabkan
karena jenis meditasi yang telah Anda coba ini adalah kesadaran
pernapasan.
Tak ada lainnya kecuali pernapasan.

Sebenarnya dengan lebih mudah dan lebih cepat kita dapat
mengonsentrasikan
pikiran tanpa semua ketidaknyamanan ini, jika bersama dengan pernapasan
kita
mulai menyebut berulang-ulang suatu kata, suatu mantra, atau nama dewa.
Atau
jika kita mulai membayangkan suatu bentuk atau penampakan dewa. Tetapi
Anda
diharuskan hanya mengamati pernapasan saja, seperti apa adanya, tanpa
mengaturnya. Tidak boleh ada kata atau bentuk bayangan yang disertakan.

Semua itu tidak diizinkan, karena tujuan akhir meditasi ini bukanlah
konsentrasi pikiran. Konsentrasi hanya merupakan suatu pertolongan,
suatu
langkah yang membawa kita ke tujuan yang lebih tinggi, yaitu: pemurnian
pikiran untuk menghapus semua kekotoran batin dan hal-hal negatif yang
ada
di dalam. Dan dengan demikian, kita dapat mencapai pembebasan dari
semua
penderitaan. Kita dapat mencapai penerangan sempurna.

Setiap kali kekotoran batin muncul, seperti misalnya: kemarahan,
kebencian,
nafsu, ketakutan, dll., kita merasa menderita. Bila terjadi sesuatu
yang
tidak kita inginkan, kita menjadi tegang dan mulai membuat
simpul-simpul di
dalam diri kita. Dan jika tidak terjadi sesuatu yang kita inginkan,
sekali
lagi kita mengembangkan ketegangan di dalam. Sepanjang hidup kita terus
mengulang proses ini, sampai seluruh struktur mental dan fisik kita
menjadi
gumpalan simpul-simpul keruwetan. Dan celakanya, kita tidak akan
menyimpan
ketegangan ini hanya untuk diri sendiri saja. Kita pasti akan
membagi-bagikan kesengsaraan itu kepada semua orang yang berhubungan
dengan
kita. Tentu saja, ini bukanlah cara hidup yang benar.

Anda datang ke kursus meditasi ini untuk mempelajari SENI-NYA HIDUP:
bagaimana caranya agar Anda dapat hidup secara damai dan harmonis di
dalam
diri sendiri, dan dapat membangkitkan kedamaian dan keharmonisan dengan
semua orang. Bagaimana caranya agar Anda dapat hidup bahagia hari demi
hari
sambil menapak maju menuju ke kebahagiaan pikiran tertinggi yang
sepenuhnya
murni, yaitu pikiran yang diisi dengan kasih sayang yang tidak mengikat
(metta), dengan kasih sayang (karuna), dengan suka-cita atas
keberhasilan
orang lain (mudita), dan dengan ketenang-seimbangan (upekkha).

Untuk mempelajari seninya hidup secara harmonis, pertama-tama kita
harus
mencari penyebab ketidakharmonisan. Penyebabnya selalu terletak di
dalam.
Dan untuk ini, Anda harus menjelajahi realitas di dalam diri Anda
sendiri.
Teknik meditasi ini akan membantu Anda melakukan hal itu dengan cara
memeriksa struktur fisik dan mental Anda sendiri, di mana terdapat
sangat
banyak kemelekatan yang akan mengakibatkan ketegangan dan penderitaan.
Pada
tingkat pengalaman, kita harus memahami sifat alam kita sendiri, baik
mental
maupun fisik. Hanya dengan demikianlah kita dapat mengalami apa pun
yang
mungkin ada di luar materi dan batin. Jadi, teknik ini adalah teknik
realisasi-kebenaran, realisasi-diri, untuk menyelidiki realitas
mengenai apa
yang disebut 'diri'. Teknik ini dapat juga disebut teknik realisasi
Tuhan,
toh Tuhan tak lain tak bukan adalah Kebenaran, Cinta kasih, Kemurnian.

Pengalaman langsung akan realitas merupakan hal yang penting.
'Kenalilah
dirimu' - dari realitas permukaan, yang tampak, yang kasar, menuju ke
realitas yang lebih halus, sampai ke realitas materi dan batin yang
paling
halus. Setelah mengalami semuanya ini, kita kemudian dapat menjelajah
lebih
jauh lagi untuk mengalami realitas tertinggi yang berada di luar materi
dan
batin.

Pernapasan adalah titik mula yang cocok untuk memulai perjalanan
penjelajahan ini. Dengan menggunakan objek perhatian khayal yang
diciptakan
sendiri - misalnya suatu kata atau bentuk - kita akan menuju ke
khayal-khayal yang lebih besar, ilusi-ilusi yang lebih besar. Dan itu
semua
tidak akan membantu kita dalam mencari kebenaran-kebenaran yang lebih
halus
tentang diri kita. Untuk menembus kebenaran yang lebih halus, kita
harus
memulainya dengan Kebenaran, dengan realitas yang kasar dan tampak
jelas,
seperti misalnya pernapasan. Selain itu, jika digunakan suatu kata atau
suatu bentuk dewa, maka teknik ini menjadi bersifat sekte. Sauté kata
atau
bentuk akan dihubungkan dengan suatu kebudayaan tertentu, suatu agama
tertentu, dan orang-orang yang memiliki latar belakang lain tidak akan
dapat
menerimanya. Padahal, penderitaan adalah penyakit universal. Maka obat
untuk
penyakit universal ini tidak mungkin bersifat sekte. Obat ini harus
juga
universal. Kesadaran akan napas memenuhi kebutuhan ini. Karena napas
merupakan hal yang umum untuk semua orang, mengamati napas akan dapat
diterima oleh semua orang. Maka, setiap langkah di Jalan ini harus
sepenuhnya terbebas dari sekte-sekte.

Napas adalah alat yang kita gunakan untuk menjelajahi kebenaran tentang
diri
kita sendiri. Pada tingkat pengalaman, sebenarnya Anda hanya tahu
sedikit
sekali mengenai tubuh Anda. Anda hanya tahu penampilan juarnya saja,
hanya
tahu bagian dan fungsi tubuh yang dapat Anda kontrol dengan sadar saja.
Tetapi Anda sama sekali tidak tahu mengenai organ dalam yang bekerja di
luar
kontrol Anda. Anda sama sekali tidak tahu mengenai sel-sel yang
membentuk
seluruh tubuh ini, yang selalu berganti dan berubah setiap saat. Reaksi
biokimia dan elektromagnetik yang tak terhitung banyaknya muncul secara
terus menerus di seluruh tubuh, tetapi sama sekali Anda tidak memiliki
pengetahuan mengenai hal itu.

Di Jalan ini, Anda harus mengenal segala yang belum Anda ketahui
tentang
diri sendiri. Untuk tujuan ini, napas akan membantu. Napas bertindak
sebagai
jembatan penghubung dari yang dikenal menuju yang tidak dikenal, karena
pernapasan adalah satu fungsi tubuh yang sekaligus dapat disadari atau
tidak
disadari, disengaja atau otomatis. Anda mulai dengan napas yang
disadari dan
disengaja, lalu maju menuju kesadaran napas normal yang alami. Dari
sana
Anda maju lagi menuju kebenaran-kebenaran yang lebih halus tentang diri
sendiri. Setiap langkah Anda lakukan dengan realitas. Setiap hari Anda
akan
menembus lebih jauh lagi untuk menemukan realitas-realitas yang lebih
halus
tentang diri Anda sendiri, tentang tubuh dan pikiran Anda.

Hari ini Anda diminta mengamati fungsi napas fisik saja, tetapi
sebenarnya
anda juga sekaligus mengamati pikiran, karena sifat alami napas sangat
erat
hubungannya dengan keadaan mental seseorang. Jika di pikiran muncul
ketidak
murnian apa pun, kekotoran batin apa pun, maka segera saja napas
menjadi
tidak normal. Anda akan mulai bernapas dengan lebih cepat, dengan
sedikit
lebih berat. Jika kekotoran batin kemudian berlalu, napas kembali
halus.
Jadi napas dapat membantu anda menjelajahi bukan hanya tubuh saja,
tetapi
juga pikiran.

Satu realitas pikiran, yang mulai Anda alami hari ini, adalah
kebiasaannya
yang SELALU MENGEMBARA DARI SATU OBJEK KE OBJEK LAINNYA. Pikiran tidak
mau
tinggal bersama napas atau satu objek apa pun. Sebaliknya, pikiran
selalu
berlari-lari dengan liar.

Dan jika pikiran berkelana, kemanakah pikiran pergi? Lewat pelatihan
ini,
Anda akan melihat bahwa pikiran berkelana ke MASA LAMPAU atau MASA
DEPAN.
Inilah pola kebiasaan pikiran: ia tidak mau tinggal di masa kini.
Padahal
sebenarnya orang harus tinggal di masa kini. Apa pun yang telah berlalu
berarti sudah lewat dan tidak dapat ditarik kembali. Sedangkan apa pun
yang
masih di masa depan akan tetap berada di luar jangkauan kita, sampai ia
menjadi masa kini. Mengingat masa lalu dan memikirkan masa depan memang
penting, tetapi hanya sebatas agar keduanya dapat membantu kita
menangani
MASA KINI. Karena kebiasaannya yang telah berakar dalam, pikiran terus
menerus mencoba melarikan diri dari realitas masa kini ke masa lalu
atau
masa depan yang tak terjangkau. Itulah sebabnya pikiran tetap gelisah,
tetap
menderita. Teknik yang anda pelajari di sini disebut SENI HIDUP. Dan
karena
kehidupan hanya dapat benar-benar dijalani di masa kini, maka langkah
pertama kita adalah mempelajari cara hidup di masa kini, dengan menjaga
pikiran pada realitas rekarang ini, yaitu: napas yang sekarang ini
sedang
masuk atau keluar dari lubang hidung. Inilah realitas saat ini,
walaupun
masih merupakan realitas permukaan. Bila pikiran lari mengembara,
dengan
tersenyum, tanpa ketegangan, kita terima kenyataan bahwa pikiran telah
mengembara karena pola kebiasaan lamanya. Segera setelah kita sadari
bahwa
pikiran mengembara, secara alami, secara otomatis, pikiran akan kembali
ke
kesadaran pernapasan.

Dengan mudah akan Anda lihat kecenderungan pikiran untuk menggelinding
ke
masa lalu atau masa depan. Nah, macam apakah buah-buah pikiran ini?
Hari ini
telah Anda lihat sendiri bahwa kadang-kadang pikiran muncul tanpa
urutan apa
pun, tanpa ujung pangkal apa pun. Tingkah laku mental semacam ini
biasanya
dianggap sebagai tanda kegilaan. Dan sekarang Anda semua telah melihat
bahwa
Anda sama gilanya, karena tersesat dalam ketidaktahuan, ilusi,
kebodohan
batin - moha. Sekalipun ada urutan pikiran, sebagai objeknya pikiran
selalu
mengambil sesuatu yang MENYENANGKAN atau TIDAK MENYENANGKAN. Jika
sesuatu
itu menyenangkan, orang mulai bereaksi dengan suka, yang lalu
berkembang
menjadi nafsu keinginan, kemelekatan - raga. Jika itu tidak
menyenangkan,
orang mulai bereaksi dengan tidak suka, yang berkembang menjadi
penolakan,
kebencian - dosa. Pikiran senantiasa dipenuhi dengan kebodohan (moha),
nafsu
keinginan (lobha), kebencian (dosa). Semua kekotoran yang lain berakar
dari
tiga penyebab dasar ini. Dan setiap kekotoran membuat orang menderita.

Tujuan teknik ini adalah memurnikan pikiran, membebaskannya dari
penderitaan, dan secara bertahap menghapus hal-hal negatif yang ada di
dalamnya. Ini merupakan operasi yang dalam , menuju alam pikiran bawah
sadar
seseorang. Operasi ini dilakukan untuk membongkar dan menghilangkan
keruwetan-keruwetan yang tersembunyi di dalam. Bahkan langkah pertama
teknik
ini pun - yaitu dengan mengamati napas - sudah harus memurnikan
pikiran.
Anda telah memulainya dengan tidak hanya memusatkan pikiran saja,
tetapi
juga memurnikannya. Mungkin hari ini pikiran Anda hanya beberapa saat
terkonsentrasi penuh pada pernapasan, tetapi setiap saat seperti itu
sangat
kuat pengaruhnya dalam mengubah pola kebiasaan pikiran. Tepat pada saat
itu
Anda menyadari realitas 'saat ini', yaitu: napas yang sadang masuk atau
keluar dari lubang hidung, tanpa ilusi apa pun. Anda tidak bisa
menginginkan, tidak bisa me-lobha-I lebih banyak napas, atau merasa
benci
terhadap napas. Anda hanya sekedar mengamati saja, tanpa bereaksi
terhadapnya. Tetapi pada saat seperti itu, pikiran Anda terbebas dari
tiga
kekotoran dasar, dan itu berarti bahwa pikiran Anda dalam keadaan
murni.
Sekian detik atau mikro-detik kemurnian pada tingkat sadar ini memiliki
dampak yang sangat kuat pada ketidakmurnian yang tertumpuk di dalam
pikiran
bawah-sadar. Kontak kekuatan-kekuatan positif dan negatif ini akan
menimbulkan suatu ledakan. Sejumlah kekotoran yang tersembunyi di
pikiran
bawah-sadar naik ke alam sadar, dan mewujudkan diri dalam berbagai
ketidaknyamanan, baik secara fisik maupun mental.

Ketika orang menghadapi situasi semacam ini, ada bahaya bahwa dia lalu
menjadi gelisah dan kemudian melipatgandakan kesulitan. Tetapi sangat
perlu
diketahui, bahwa apa yang tampaknya merupakan suatu masalah sebenarnya
merupakan tanda keberhasilan di dalam meditasi, suatu petunjuk bahwa
sebenarnya teknik ini telah mulai bekerja. Operasi ke dalam pikiran
bawah-sadar telah dimulai, dan ibaratnya sejumlah nanah yang ada di
dalam
luka telah mulai keluar. Walaupun prosesnya tidak menyenangkan, inilah
satu-satunya jalan untuk terbebas dari nanah itu, untuk menghapus
ketidakmurnian itu. Jika orang terus bekerja dengan cara yang sesuai,
semua
kesulitan lambat laun akan berkurang. Besok akan sedikit lebih mudah,
hari
berikutnya lebih mudah lagi. Sedikit demi sedikit, semua masalah akan
berlalu, jika Anda benar-benar bekerja.

Tak ada orang lain yang dapat melakukan pekerjaan ini untuk Anda. Anda
harus
bekerja sendiri. Anda harus mengjelajahi realitas di dalam diri Anda
sendiri. Anda harus membebaskan diri Anda sendiri.


NASIHAT TENTANG CARA BERLATIH

Selama jam-jam meditasi, selalulah bermeditasi di dalam ruangan. Jika
Anda
mencoba bermeditasi di luar, berhubungan langsung dengan sinar dan
angin,
Anda tidak akan bisa menembus kedalaman pikiran. Tetapi selama waktu
istirahat, anda boleh pergi ke luar.

Anda harus tetap berada di wilayah batas tempat meditasi ini, di dalam
vihara. Anda sedang mengadakan operasi pada pikiran Anda. Jadi tetaplah
berada di ruang operasi.

Bertekadlah untuk tetap bertahan sampai kursus selesai, tak peduli apa
pun
kesulitan yang mungkin Anda hadapi. Bila banyak masalah yang muncul
selama
operasi pikiran ini, ingatlah baik-baik tekad Anda itu. Sangat
merugikan
bila Anda mengakhiri kursus sebelum waktunya.

Demikian juga, bulatkan tekad untuk mengikuti semua peraturan dan
disiplinnya. Yang paling penting adalah PERATURAN UNTUK DIAM. Juga
tetapkan
hati untuk mengikuti jadwal, khususnya jadwal untuk berada di aula pada
saat
meditasi kelompok, 3 kali 1 jam setiap hari.

Hindarilah bahaya makan berlebihan, dan jangan biarkan diri Anda
menyerah
terhadap rasa kantuk dan percakapan yang tidak perlu.

Bekerjalah persis seperti yang diinstruksikan. Selama periode kursus,
singkirkan dahulu segala yang pernah anda baca atau pelajari di tempat
lain,
tanpa menganggap rendah nilainya. Mencampur-adukkan teknik ini sangat
berbahaya. Jika ada yang tidak jelas bagi Anda, temui pembimbing Anda
untuk
minta penjelasan. Tetapi lakukan uji-coba yang adil. Bila demikian,
Anda
akan mendapat hasil yang sangat bagus.

Gunakan waktu, kesempatan, dan teknik ini sebaik-baiknya untuk
membebaskan
diri Anda sendiri dari semua ikatan lobha, dosa, dan moha. Dengan
demikian
Anda dapat menikmati kedamaian sejati, keharmonisan sejati, kebahagiaan
sejati.

Kebahagiaan sejati untuk Anda semua.
Semoga semua makhluk bahagia
 
RINGKASAN KHOTBAH HARI KEDUA
VIPASSANA S.N. GOENKA

Definisi universal tentang yang salah dan yang luhur - Jalan Mulia
Berunsur Delapan: SILA dan SAMADHI

Hari kedua telah berlalu. Walaupun hari kedua ini sudah lebih baik
daripada hari pertama, masih ada kesulitan-kesulitan. Pikiran sangat
gelisah, bergejolak, liar, seperti banteng atau gajah liar yang menimbulkan
kekacauan apabila memasuki tempat penghunian manusia. Namun jika ada
orang bijaksana yang menjinakkan dan kemudian melatih binatang liar itu,
maka semua kekuatan gajah liar yang tadinya digunakan untuk tujuan
merusak, sekarang mulai berfungsi melayani masyarakat secara membangun.
Demikian juga halnya pikiran, yang jauh lebih bertenaga dan berbahaya
daripada gajah liar, harus dijinakkan dan dilatih. Dengan demikian,
kekuatannya yang luar biasa akan mulai melayani Anda. Tetapi Anda harus bekerja
dengan sangat sabar, sangat tekun, dan sangat berkesinambungan.
Kesinambungan praktik inilah yang merupakan rahasia sukses.

Anda sendirilah yang harus melakukan pekerjaan itu. Tak seorang pun
yang bisa melakukannya untuk Anda. Dengan segala cinta kasih dan kasih
sayang, seorang manusia yang telah tercerahkan menunjukkan cara untuk
bekerja, tetapi dia tidak dapat menggendong seorang pun menuju ke tujuan
akhir. Anda harus mengayunkan langkah Anda sendiri, berjuang dan
bertempur sendiri. Anda harus bekerja keras untuk menyelamatkan diri Anda
sendiri. Tentu saja, segera setelah mulai bekerja, Anda mendapat dukungan
dari semua kekuatan Dhamma. Tetapi walaupun demikian Anda tetap harus
bekerja sendiri. Anda harus berjalan di sepanjang Jalan ini sendiri.

Pahamilah Jalan yang telah Anda tempuh. Sang Buddha menjelaskannya
dengan kata-kata sederhana:

Tidak melakukan tindakan-tindakan yang salah,
Yang tidak bermanfaat,
Melakukan tindakan-tindakan yang luhur, yang bermanfaat,
Menyucikan pikiran;
Inilah Ajaran semua Buddha.

Jalan ini sebenarnya merupakan Jalan universal, yang dapat diterima
semua orang dengan latar belakang apa pun, dari suku bangsa atau negara
apa pun. Tetapi kemudian muncul masalah dalam mendefinisikan apa yang
salah dan apa yang luhur. Apabila inti dhamma sudah hilang, maka definisi
itu menjadi berbau sekte. Dan setiap sekte memberikan definisi yang
berbeda tentang keluhuran, misalnya: yang mempunyai penampilan luar
tertentu, atau melakukan ritual tertentu, atau memeluk keyakinan tertentu.
Semuanya ini adalah definisi sekte, yang hanya dapat diterima oleh
beberapa orang, namun tidak bisa diterima oleh semua orang. Akan tetapi,
Dhamma memberikan satu definisi universal tentang apa yang salah dan apa
yang luhur:

Setiap tindakan yang merugikan orang lain, yang mengganggu ketenteraman
dan keharmonisan mereka, merupakan tindakan yang salah, yang tidak
bermanfaat. Setiap tindakan yang membantu orang lain, yang mendukung
kedamaian dan keharmonisan mereka, merupakan tindakan yang luhur, yang
bermanfaat.

Definisi itu tidak hanya sesuai dengan suatu dogma tertentu saja,
melainkan sesuai dengan Hukum Alam. Dan menurut Hukum Alam, orang tidak bisa
melakukan suatu tindakan yang merugikan orang lain tanpa terlebih
dahulu menimbulkan kekotoran di dalam pikirannya, seperti misalnya:
kemarahan, ketakutan, kebencian, dll. Dan bilamana orang menimbulkan kekotoran
mental, maka dia akan menderita. Dia mengalami penderitaan neraka di
dalam dirinya. Demikian juga, orang tidak bisa melakukan suatu tindakan
yang membantu orang lain tanpa pertama-tama menimbulkan cinta kasih,
kasih sayang, dan niat baik. Dan segera setelah dia mulai mengembangkan
sifat-sifat mental yang murni seperti itu, dia mulai menikmati kedamaian
surgawi di dalam dirinya. Bilamana Anda membantu orang-orang lain,
sekaligus Anda membantu diri Anda sendiri. Bilamana Anda merugikan orang
lain, sekaligus Anda merugikan diri Anda sendiri. Demikianlah Dhamma,
Kebenaran, Hukum, Hukum Alam yang universal.

Jalan Dhamma disebut JALAN MULIA BERUNSUR DELAPAN. Disebut 'mulia'
dalam pengertian bahwa setiap orang yang berjalan pada Jalan ini pasti akan
menjadi orang yang berhati mulia dan luhur. Jalan ini terbagi menjadi
tiga bagian:

SILA
SAMADHI, dan
PANNA

SILA adalah moralitas, tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak
bermanfaat secara fisik dan vokal (kata-kata).

SAMADHI adalah tindakan yang bermanfaat karena mengembangkan penguasaan
terhadap pikiran. Mempraktikkan dua hal itu memang bermanfaat, tetapi
baik SILA maupun SAMADHI tidak dapat menghapus semua kekotoran yang
terkumpul di dalam pikiran. Untuk inilah maka bagian ketiga. Jalan itu
harus dipraktikkan, yaitu PANNA, pengembangan kebijaksanaan, pandangan
terang, yang sepenuhnya memurnikan pikiran.

Di dalam JALAN MULIA ada tiga bagian SILA:

Samma-vaca - BICARA BENAR, pemurnian tindakan vokal. Untuk bisa
memahami apa pembicaraan murni itu, orang harus tahu seperti apa pembicaraan
yang tidak murni itu. Berkata bohong untuk menipu orang lain,
mengucapkan kata-kata kasar yang menyakiti hati orang lain, bicara yang memfitnah
dan menyerang dari belakang, omong-omong yang tidak ada gunanya dan
bergosip, semuanya merupakan tindakan vokal yang tidak murni. Apabila
orang tidak melakukan hal-hal itu, maka yang tertinggal adalah BICARA
BENAR.

Samma-kammanta - TINDAKAN BENAR, pemurnian tindakan fisik. Pada Jalan
Dhamma, hanya ada satu tolok ukur kemurnian atau ketidakmurnian suatu
tindakan, entah itu bersifat fisik, vokal, atau mental. Tolok ukur itu
adalah: apakah tindakan itu membantu atau merugikan orang lain. Maka,
membunuh atau mencuri, memperkosa atau berzinah, dan mabuk-mabukan
sehingga orang tidak tahu apa yang sedang dilakukannya, semuanya merupakan
tindakan yang merugikan orang lain, dan juga merugikan dirinya sendiri.
Bila orang tidak melakukan tindakan fisik yang tidak murni itu, maka yang
tertinggal adalah TINDAKAN BENAR.

Samma-ajiva - MATA PENCAHARIAN BENAR. Setiap orang memang harus mencari
nafkah untuk menopang kehidupannya sendiri dan kehidupan orang-orang
yang bergantung padanya. Tetapi apabila sarana pendukung ini merugikan
orang lain, maka itu bukanlah mata pencaharian yang benar. Mungkin
seseorang tidak secara langsung melakukan perbuatan-perbuatan yang salah
lewat mata pencahariannya, tetapi bisa jadi dia mendorong orang lain untuk
melakukan hal itu. Apabila demikian, dia tidak mempraktikkan mata
pencaharian yang benar. Menjual minuman keras, mengoperasikan rumah judi,
menjual senjata, menjual binatang hidup atau daging binatang, misalnya,
adalah pekerjaan yang bukan merupakan mata pencaharian benar. Di dalam
profesi tertinggi sekalilpun, jika motivasi seseorang hanyalah untuk
memanfaatkan orang lain, maka dia tidak mempraktikkan mata pencaharian
benar. Apabila motivasinya adalah berperan serta sebagai anggota
masyarakat, menyumbangkan ketrampilan dan usahanya sendiri demi kebaikan orang
banyak, lalu sebagai imbalannya dia menerima balas jasa yang dapat
digunakan untuk menopang dirinya sendiri dan orang-orang yang bergantung
kepadanya, maka orang seperti itu benar-benar mempraktikkan MATA
PENCAHARIAN BENAR.

Seorang perumah tangga, umat awam, memang membutuhkan uang untuk
menopang dirinya sendiri. Tetapi bahayanya, kegiatan mencari uang ini lalu
menjadi sarana untuk mengembangkan ego atau ke-aku-annya. Orang mencari
hasil sebanyak mungkin untuk dirinya sendiri, dan memandang rendah
mereka-mereka yang berpenghasilan lebih rendah. Sikap seperti ini merugikan
orang lain dan juga merugikan dirinya sendiri, karena bila egonya makin
kuat, maka makin jauh dia dari pembebasan. Oleh sebab itu, salah satu
aspek inti dari mata pencaharian benar adalah: MEMBERIKAN DANA,
membagikan sebagian dari apa yang telah dia peroleh pada orang-orang lain.
Dengan demikian, dia mencari nafkah tidak hanya untuk kepentingannya
sendiri saja, tetapi juga untuk kepentingan orang lain.

Seandainya saja Dhamma hanya berisi nasihat-nasihat agar menjauhi
tindakan-tindakan yang merugikan orang lain, maka Dhamma tidak akan
bermanfaat. Secara intelektual orang mungkin memahami bahaya yang akan menimpa
bila mereka melakukan tindakan-tindakan yang tidak bermanfaat. Mungkin
mereka memahami manfaat-manfaat yang akan mereka peroleh bila melakukan
tindakan-tidnakan yang bermanfaat. Atau orang mungkin menerima
pentingnya sila hanya karena rasa bakti kepada mereka yang mengkhotbahkannya.
Tetapi orang toh tetap melakukan tindakan-tindakan yang salah karena dia
tidak memiliki kontrol terhadap pikiran. Karena itulah ada bagian kedua
dari Dhamma, yaitu SAMADHI: mengembangkan penguasaan terhadap
pikirannya sendiri.

Ada tiga bagian SAMADHI pada Jalan Mulia Berunsur Delapan:

Samma-vayama - USAHA BENAR, PELATIHAN BENAR. Lewat praktik telah Anda
lihat betapa lemah dan tidak menentunya pikiran itu. Pikiran selalu
bergerak dari satu objek ke objek yang lain. Pikiran semacam itu
membutuhkan latihan agar menjadi kuat. Ada empat pelatihan untuk menguatkan
pikiran:
menghilangkan dari pikiran sifat-sifat tidak bermanfaat yang mungkin
dimilikinya,
menutup pikiran dari sifat-sifat tidak bermanfaat yang tidak
dimilikinya,
menjaga, mempertahankan, dan melipat-gandakan sifat-sifat bermanfaat
yang sudah dimilikinya,
membuka pikiran terhadap sifat-sifat bermanfaat yang masih belum
dimilikinya.
Secara tidak langsung, dengan praktik kesadaran akan pernafasan
(anapana) ini Anda telah melakukan latihan-latihan ini.

Samma-sati - KESADARAN BENAR, kesadaran terhadap realitas masa kini.
Mengenai masa lalu, yang ada sebenarnya hanyalah kenangan. Mengenai masa
depan, yang ada hanyalah cita-cita, rasa gamang, khayalan, imajinasi.
Anda telah mulai mempraktikkan samma-sati, dengan cara melatih diri Anda
sendiri gar selalu sadar terhadap realitas apa pun yang mewujudkan diri
di masa kini, pada daerah terbatas di sekitar lubang hidung. Anda harus
mengembangkan kemampuan untuk sadar terhadap segenap realitas, dari
yang paling kasar sampai yang paling halus.
Pada mulanya, Anda telah memberikan perhatian pada napas sadar yang
disengaja, lalu pada napas lembut yang alami, kemudian pada sentuhan
napas. Sekarang Anda kana mengambil objek yang bahkan lebih halus untuk
diperhatikan, yaitu sensasi (rasa) fisik alami di daerah terbatas ini. Anda
mungkin merasakan suhu napas, yang agak dingin waktu napas masuk, agak
hangat waktu napas keluar dari tubuh. Selain itu, ada banyak sensasi
yang tidak berhubungan dengan napas itu sendiri, misalnya: rasa panas,
rasa dingin, rasa gatal, rasa berdenyut, rasa bergetar, tekanan,
ketegangan, rasa sakit, dll. Anda tidak dapat memilih sensasi macam apa yang
akan Anda rasakan, karena Anda tidak bisa menciptakan sensasi. Jadi
amatilah saja, sambil tetap menyadarinya. Nama sensasinya tidak penting.
Yang penting adalah menyadari realitas sensasi, tanpa bereaksi
terhadapnya.
Pola kebiasaan pikiran, seperti yang Anda lihat, adalah
berguling-guling ke masa depan atau ke masa lalu, menimbulkan lobha (keserakahan) atau
dosha (kebencian). Dengan mempraktikkan kesadaran yang benar, Anda
telah mulai menghancurkan kebiasaan ini. Bukan berarti bahwa setelah kursus
ini berakhir Anda akan sepenuhnya melupakan masa lalu dan tidak lagi
mempunyai buah-pikir apa pun mengenai masa depan. Hanya saja Anda akan
sadar bahwa dahulu Anda terbiasa menghambur-hamburkan energi untuk
berguling-guling secara tidak perlu ke masa lalu atau ke masa depan. Begitu
seringnya hal itu terjadi sehingga Anda tidak dapat mengingat atau
merencanakan sesuatu, bila diperlukan. Maka fokuskan pikiran Anda dengan
lebih kokoh pada realitas masa kini ini, dan akan anda dapatkan bahwa Anda
dapat dengan mudah mengingat masa lalu bila diperlukan, dan Anda dapat
membuat rencana-rencana yang baik untuk masa depan. Anda akan bisa
menjalani kehidupan yang bahagia dan sehat.

Samma-samadhi - KONSENTRASI BENAR. Konsentrasi semata bukan merupakan
tujuan teknik ini. Konsentrasi yang Anda kembangkan harus mempunyai
dasar kemurnian. Dengan dasar lobha, bosa, atau moha pun orang masih bisa
mengkonsentrasikan pikiran, tetapi ini bukanlah samma-samadhi. Orang
harus sadar akan realitas masa kini di dalam dirinya, tanpa adanya lobha
atau dosa. Pertahankanlah kesadaran secara berkesinambungan dari saat
ke saat. Inilah samma-samadhi.

Dengan mengikuti lima sila secara cermat, Anda telah mulai
mempraktikkan sila. Dengan melatih pikiran agar tetap terpusat pada suatu titik,
suatu objek nyata pada masa kini tanpda lobha atau dosa, anda telah mulai
mengembangkan SAMADHI. Sekarang teruslah bekerja dengan tekun untuk
mempertajam pikiran Anda, sehingga bila nanti anda mulai mempraktikkan
PANNA, Anda kan bisa menembus sampai ke kedalaman pikiran bawah-sadar
untuk menghapus semua kekotoran yang tersembunyi di sana, dan untuk
menikmati kebahagiaan yang murni - KEBAHAGIAAN KEBEBASAN.

Kebahagiaan sejati untuk Anda semua.
Semoga semua makhluk bahagia.
 
RINGKASAN KHOTBAH HARI KETIGA
VIPASSANA S.N. GOENKA

JALAN MULIA BERUNSUR DELAPAN: PANNA - Kebijaksanaan yang diterima,
Kebijaksanaan intelektual, kebijaksanaan pengalaman - Kalapa - Empat elemen
- Tiga sifat: Ketidak-kekalan (anicca), Alam ego yang menipu (anatta),
Penderitaan (dukkha) - Menembus melewati realitas yang tampak.

Hari ketiga sudah berlalu. Besok siang Anda akan memasuki bidang PANNA,
Kebijaksanaan, bagian ketiga dari Jalan Mulia Berunsur Delapan. Tanpa
Kebijaksanaan, Jalan ini tidak lengkap.

Orang mulai pada Sang Jalan dengan mempraktikkan Sila, yaitu tidak
melakukan hal-hal yang merugikan orang lain. Tetapi, meskipun mungkin dia
tidak merugikan orang lain, dia masih merugikan dirinya sendiri dengan
menimbulkan kekotoran batin di dalam pikirannya. Karena itu dia
menjalani latihan Samadhi, belajar mengontrol pikiran, untuk menekan
kekotoran-kekotoran batin yang telah muncul. Tetapi, menekan kekotoran batin
bukan berarti menghilangkannya. Itu semua tetap ada di dalam pikiran sadar,
belipat-ganda di sana, dan terus menerus merugikan dirinya sendiri.
Karena itu ada langkah ketiga Dhamma, yaitu Panna. Panna bukan berarti
memberikan izin bebas bagi kekotoran batin, tetapi juga bukan menekannya,
melainkan membiarkannya muncul untuk kemudian dihapus. Apabila
kekotoran batinnya terhapus, maka pikiran akan terbebas dari kekotoran.

Dan bilamana pikiran telah dimurnikan, maka tanpa ada usaha apa pun,
dia tidak akan lagi melakukan tindakan-tindakan yang merugikan orang
lain. Menurutsifatnya, pikiran yang murni itu penuh dengan niat baik dan
kasih sayang bagi orang lain. Demikian juga, tanpa ada usaha apa pun, dia
tidak akan lagi melakukan tindakan-tindakan yang merugikan dirinya
sendiri. Kehidupannya menjadi bahagia dan sehat. Jadi tiap langkah pada
Jalan ini harus menuju pada langkah berikutnya. Sila menuju pada
perkembangan Samadhi (konsentrasi benar); Samadhi menuju pada perkembangan
Panna (kebijaksanaan yang memurnikan pikiran); Panna membawa pada nibbana,
kebebasan dari semua ketidak murnian, pencerahan penuh.

Di dalam bagian panna, ada dua bagian dari Jalan Mulia Berunsur
Delapan:

(7). Samma sankappa - pikiran benar. Bukan berarti bahwa seluruh proses
pikiran harus dihentikan sebelum orang mulai mengembangkan
kebijaksanaan. Buah-buah pikir tetap ada, tetapi pola pikirnya sudah berubah.
Kekotoran-kekotoran pada tingkat permukaan pikiran mulai lenyap karena
praktik kesadaran terhadap napas. Pikiran yang dipenuhi oleh lobha, dosa,
dan moha tidak lagi ada, dan orang mulai mempunyai pikiran yang sehat,
pikiran tentang Dhamma, cara untuk membebaskan dirinya sendiri.

(8). Samma-ditthi - pengertian benar. Inilah panna yang sejati:
memahami realitas sebagaimana adanya, bukan hanya seperti apa yang tampak.

Ada tiga tingkat dalam pengembangan panna, pengembangan kebijaksanaan.
Yang pertama adalah Suta-maya panna, kebijaksanaan yang diperoleh
dengan cara membaca atau mendengarkan kata-kata orang lain. Kebenaran yang
diterima ini sangat membantu untuk masuk pada arah yang benar. Tetapi,
bagi dirinya sendiri, jenis panna ini tidak bisa membebaskan, karena
sebenarnya itu hanyalah kebenaran pinjaman. Kebenaran itu mungkin diterima
hanya karena kepercayaan buta. Atau mungkin karena dosa, takut bahwa
bila tidak percaya dia akan masuk neraka. Atau mungkin karena lobha,
dengan harapan bahwa keyakinan itu akan membawanya ke surga. Tetapi pada
pokoknya, itu bukanlah kebijaksanaannya sendiri.

Kebijaksanaan yang diterima ini berguna untuk membawanya ke tingkat
berikutnya, yaitu cinta-maya panna, pemahaman intelektual. Dengan
rasionya, orang memeriksa apa yang telah didengar atau dibacanya itu untuk
melihat apakah itu logis, praktis, dan bermanfaat. Apabila demikian, maka
dia menerimanya. Pemahaman rasional ini juga penting tetapi sangat
berbahaya bila dianggap sebagai tujuan akhir. Orang mungkin mengembangkan
pengetahuan intelektualnya, dan kemudian berkesimpulan bahwa dia adalah
orang yang sangat bijaksana. Jadi, apa yang dia pelajari malahan
menyebabkan pengembangan egonya. Maka dia berada jauh sekali dari pembebasan.

Fungsi yang benar dari pemahaman intelektual adalah untuk mengantar
pada tahap selanjutnya: bhavana-maya panna, kebijaksanaan yang berkembang
di dalam dirinya, pada tingkat pengalaman. Inilah kebijaksanaan yang
nyata. Suta-maya panna (kebijaksanaan yang diterima) dan cinta-maya panna
(pemahaman intelektual) bisa sangat bermanfaat bila memberikan semangat
dan bimbingan untuk menuju langkah berikutnya: bhavana-maya panna.
Tetapi hanya kebijaksanaan pengalamanlah yang bisa membebaskan, karena ini
merupakan kebijaksanaannya sendiri, yang berdasarkan pada pengalamannya
sendiri.

Ada contoh untuk tiga jenis panna itu. Seorang dokter memberikan resep
obat pada seseorang yang sakit. Di rumah, orang ini lalu menghafalkan
resep itu tiap hari karena keyakinannya yang besar pada dokternya.
Inilah suta-maya panna. Karena tidak puas dengan resep itu, dia kembali pada
dokternya dan bertanya serta menerima penjelasan tentang resep itu:
mengapa obat itu penting dan bagaimana cara kerjanya. Inilah cinta-maya
panna. Akhirnya orang itu minum obatnya. Baru setelah minum obat itulah
maka penyakitnya terhapus. Manfaatnya datang hanya dari langkah ketiga,
yaitu bhavana-maya panna.

Anda telah datang ke kursus ini untuk minum obat sendiri, untuk
mengembangkan kebijaksanaan Anda sendiri. Untuk itu, Anda harus memahami
kebenaran pada tingkat pengalaman. Banyak yang bingung karena apa-apa yang
tampak itu seringkali sangat berbeda dari apa yang sebenarnya. Untuk
menghilangkan kebingungan ini, Anda harus mengembangkan kebijaksanaan
pengalaman. Dan kebenaran tidak dapat dialami di luar kerangka tubuh ini,
karena kebenaran tidak dapat diintelektualkan. Oleh sebab itu, Anda
harus mengembangkan kemampuan untuk mengalami kebenaran di dalam diri Anda
sendiri, dari tingkat yang kasar sampai ke tingkat yang paling halus,
agar Anda bisa keluar dari semua ilusi, semua ikatan. Memang setiap
orang tahu bahwa seluruh semesta ini terus menerus berubah, tetapi
pemahaman intelektual mengenai realitas ini saja tidak akan membantu. Dia harus
mengalaminya di dalam dirinya sendiri.

Mungkin suatu kejadian traumatic, seperti misalnya kematian orang yang
dekat atau yang dicintai, memaksa seseorang menghadapi fakta anicca
yang sulit, sehingga dia lalu mulai mengembangkan kebijaksanaannya
sendiri. Dia melihat: alangkah tidak bergunanya memperjuangkan apa-apa yang
hanya baik secara duniawi saja; alangkah tidak bergunanya bertengkar
dengan orang lain. Tetapi, kebiasaan egoisme yang sudah lama berakar akan
segera memunculkan dirinya. Dan kebijaksanaan itu lalu mengabur, karena
memang tidak berdasarkan pada pengalaman pribadi langsung. Dia belum
mengalami realitas ketidakkekalan di dalam dirinya sendiri: bahwa segala
sesuatu itu bersifat tidak kekal, muncul dan lenyap setiap saat -
anicca. Hanya saja, kecepatan dan kesinambungan proses itu menciptakan ilusi
kekekalan. Api sebuah lilin dan sinar lampu listrik, keduanya terus
menerus berubah. Jika lewat indra orang dapat mendeteksi setiap perubahan,
sebagaimana dalam kasus api lilin, maka orang dapat keluar dari ilusi.
Tetapi dalam kasus lampu listrik, perubahannya terjadi dengan amat
cepat dan berkesinambungan, sehingga indra orang tidak bisa mendeteksinya.
Itulah sebabnya ilusinya lebih sulit dipatahkan. Orang mungkin bisa
mendeteksi perubahan yang terus menerus dalam sungai yang mengalir, tetapi
bagaimana dia bisa memahami bahwa orang yang mandi di sungai itu pun
berubah setiap saat?

Satu-satunya cara untuk mematahkan ilusi ini adalah dengan belajar
menjelajah di dalam diri sendiri, dan mengalami realitas sebagai struktur
fisik dan mentalnya sendiri. Inilah yang dilakukan Siddhattha Gotama
untuk menjadi seorang Buddha. Dengan mengesampingkan semua konsepsi yang
telah dimilikinya, beliau memeriksa dirinya sendiri untuk mendapatkan
alam yang benar dari struktur fisik dan mentalnya. Beranjak dari tingkat
realitas yang tampak saja, yang di permukaan, beliau menembus sampai ke
tingkat yang paling halus, dan mendapatkan bahwa seluruh struktur
fisik, seluruh dunia materi, merupakan perpaduan dari partikel-partikel atom
yang dalam bahasa Pali disebut attha kalapa. Dan ditemukannya bahwa
tiap partikel itu terdiri dari empat elemen, yaitu elemen tanah, air, api,
udara, beserta sifatnya masing-masing. Beliau mendapatkan bahwa
partikel-partikel ini merupakan balok materi pembangun dasar, yang terus
menerus muncul dan lenyap, dengan kecepatan yang amat tinggi -
bertriliun-triliun kali dalam waktu satu detik. Pada realitasnya, tidak ada
kepadatan dalam dunia materi. Semuanya hanyalah getaran dan pembakaran.

Ilmuwan-ilmuwan modern telah mengkonfirmasikan penemuan-penemuan Sang
Buddha. Lewat eksperimen mereka telah membuktikan bahwa seluruh semesta
materi ini memang tersusun dari partikel-partikel sub-atom yang muncul
dan lenyap dengan sangat cepat. Walaupun demikian, para ilmuwan ini toh
tidak terbebas dari semua penderitaan, karena kebijaksanaan mereka
hanyalah kebijaksanaan intelektual saja. Tidak seperti Sang Buddha, mereka
tidak mengalami kebenaran secara langsung di dalam diri mereka. Baru
ketika seseorang mengalami sendiri realitas anicca-nya, maka dia mulai
keluar dari penderitaan.

Sementara pemahaman tentang anicca berkembang dalam diri sendiri, aspek
kebijaksanan lain muncul, yaitu: anatta, tiada 'aku', tiada 'milikku'.
Di dalam struktur mental dan fisik, tidak ada sesuatu pun yang
berlangsung lebih dari sesaat; tidak ada yang dapat diidentifikasikan sebagai
'diri' atau 'jiwa' yang tidak berubah. Apabila sesuatu itu benar-benar
"milikku", maka orang pasti bisa memilikinya, bisa mengontrolnya. Tetapi
pada faktanya, bahkan atas tubuhnya sendiri pun orang tidak mempunyai
kekuasaan. Tubuhnya terus berubah, melapuk, tidak seperti apa yang
diharapkannya.

Maka aspek kebijaksanaan yang ketiga berkembang: dukkha, penderitaan.
Jika seseorang mencoba memiliki dan berpegang pada sesuatu yang berubah
di luar kontrolnya, maka orang itu jelas menciptakan penderitaan bagi
dirinya sendiri. Biasanya, orang menghubungkan penderitaan dengan
pengalaman-pengalaman indra yang tidak menyenangkan. Tetapi sebenarnya,
pengalaman-pengalaman yang menyenangkan pun bisa merupakan penyebab
penderitaan, bila orang mengembangkan kemelekatan padanya, karena itu semua
sama tidak kekalnya. Kemelekatan terhadap apa pun yang selalu berubah,
pasti berakhir dengan penderitaan.

Bilamana pemahaman seseorang akan anicca, anatta, dan dukkha sudah
kuat, kebijaksanaan ini akan terwujud dalam kehidupannya sehari-hari.
Sebagaimana dia telah belajar menembus melampaui realitas yang tampak di
dalam dirinya, maka di lingkungan luar pun dia akan bisa melihat kebenaran
yang tampak, dan melihat kebenaran akhir. Dia bisa keluar dari ilusi,
dan hidupnya menjadi bahagia dan sehat.

Banyak ilusi tercipta karena realitas yang berpadu, yang
terkonsolidasi, yang tampak. Misalnya, ilusi tentang keindahan fisik. Tubuh tampak
indah hanya bilamana semuanya masih terpadu. Bagian apa pun dari tubuh,
bila dilihat secara terpisah, bersifat tidak menarik, tidak indah -
asubha. Keindahan fisik hanyalah realitas yang tampak, yang permukaan.
Bukan kebenaran akhir.

Memahami sifat ilusi kecantikan fisik bukan berarti menimbulkan rasa
benci terhadap orang lain. Sementara kebijaksanaan muncul, secara alami
pikiran akan menjadi seimbang, tidak melekat, murni, penuh dengan niat
baik terhadap semua orang. Dia telah mengalami realitas di dalam
dirinya, dia dapat keluar dari ilusi (moha), lobha, dan dosa, dan dapat hidup
dengan damai dan bahagia.

Besok siang, Anda akan mengayunkan langkah pertama dalam bidang Panna
ketika Anda mulai mempraktikkan Vipassana. Jangan mengharap bahwa segera
setelah mulai, Anda akan melihat semua partikel sub-atom muncul dan
lenyap di sekujur tubuh. Tidak. Anda mulai dengan kebenaran yang kasar,
yang tampak, dan dengan cara tetap tenang-seimbang, pelan-pelan Anda akan
menembus pada kebenaran yang lebih halus, pada kebenaran akhir dari
pikiran, dan materi, dari factor-faktor mental, dan akhirnya pada
kebenaran akhir yang ada di luar materi dan batin.

Untuk mencapai tujuan ini, Anda harus bekerja sendiri. Karena itu
peganglah kuat-kuat Sila Anda yang merupakan dasar meditasi, dan teruslah
mempraktikkan anapana sampai pukul 3 sore besok. Teruslah mengamati
realitas di daerah lubang hidung. Teruslah mempertajam pikiran Anda sehingga
ketika Anda mulai Vipassana besok, Anda dapat menembus ke tingkat yang
lebih dalam dan menghapus kekotoran yang tersembunyi di sana.
Bekerjalah dengan sabar, dengan tekun, dengan terus menerus, demi kepentingan
Anda sendiri, demi pembebasan Anda sendiri.

Semoga Anda semua berhasil dalam langkah-langkah pertama pada Jalan
Pembebasan ini. Semoga semua makhluk bahagia.
 
RINGKASAN KHOTBAH HARI KETIGA
VIPASSANA S.N. GOENKA

JALAN MULIA BERUNSUR DELAPAN: PANNA - Kebijaksanaan yang diterima,
Kebijaksanaan intelektual, kebijaksanaan pengalaman - Kalapa - Empat elemen
- Tiga sifat: Ketidak-kekalan (anicca), Alam ego yang menipu (anatta),
Penderitaan (dukkha) - Menembus melewati realitas yang tampak.

Hari ketiga sudah berlalu. Besok siang Anda akan memasuki bidang PANNA,
Kebijaksanaan, bagian ketiga dari Jalan Mulia Berunsur Delapan. Tanpa
Kebijaksanaan, Jalan ini tidak lengkap.

Orang mulai pada Sang Jalan dengan mempraktikkan Sila, yaitu tidak
melakukan hal-hal yang merugikan orang lain. Tetapi, meskipun mungkin dia
tidak merugikan orang lain, dia masih merugikan dirinya sendiri dengan
menimbulkan kekotoran batin di dalam pikirannya. Karena itu dia
menjalani latihan Samadhi, belajar mengontrol pikiran, untuk menekan
kekotoran-kekotoran batin yang telah muncul. Tetapi, menekan kekotoran batin
bukan berarti menghilangkannya. Itu semua tetap ada di dalam pikiran sadar,
belipat-ganda di sana, dan terus menerus merugikan dirinya sendiri.
Karena itu ada langkah ketiga Dhamma, yaitu Panna. Panna bukan berarti
memberikan izin bebas bagi kekotoran batin, tetapi juga bukan menekannya,
melainkan membiarkannya muncul untuk kemudian dihapus. Apabila
kekotoran batinnya terhapus, maka pikiran akan terbebas dari kekotoran.

Dan bilamana pikiran telah dimurnikan, maka tanpa ada usaha apa pun,
dia tidak akan lagi melakukan tindakan-tindakan yang merugikan orang
lain. Menurutsifatnya, pikiran yang murni itu penuh dengan niat baik dan
kasih sayang bagi orang lain. Demikian juga, tanpa ada usaha apa pun, dia
tidak akan lagi melakukan tindakan-tindakan yang merugikan dirinya
sendiri. Kehidupannya menjadi bahagia dan sehat. Jadi tiap langkah pada
Jalan ini harus menuju pada langkah berikutnya. Sila menuju pada
perkembangan Samadhi (konsentrasi benar); Samadhi menuju pada perkembangan
Panna (kebijaksanaan yang memurnikan pikiran); Panna membawa pada nibbana,
kebebasan dari semua ketidak murnian, pencerahan penuh.

Di dalam bagian panna, ada dua bagian dari Jalan Mulia Berunsur
Delapan:

(7). Samma sankappa - pikiran benar. Bukan berarti bahwa seluruh proses
pikiran harus dihentikan sebelum orang mulai mengembangkan
kebijaksanaan. Buah-buah pikir tetap ada, tetapi pola pikirnya sudah berubah.
Kekotoran-kekotoran pada tingkat permukaan pikiran mulai lenyap karena
praktik kesadaran terhadap napas. Pikiran yang dipenuhi oleh lobha, dosa,
dan moha tidak lagi ada, dan orang mulai mempunyai pikiran yang sehat,
pikiran tentang Dhamma, cara untuk membebaskan dirinya sendiri.

(8). Samma-ditthi - pengertian benar. Inilah panna yang sejati:
memahami realitas sebagaimana adanya, bukan hanya seperti apa yang tampak.

Ada tiga tingkat dalam pengembangan panna, pengembangan kebijaksanaan.
Yang pertama adalah Suta-maya panna, kebijaksanaan yang diperoleh
dengan cara membaca atau mendengarkan kata-kata orang lain. Kebenaran yang
diterima ini sangat membantu untuk masuk pada arah yang benar. Tetapi,
bagi dirinya sendiri, jenis panna ini tidak bisa membebaskan, karena
sebenarnya itu hanyalah kebenaran pinjaman. Kebenaran itu mungkin diterima
hanya karena kepercayaan buta. Atau mungkin karena dosa, takut bahwa
bila tidak percaya dia akan masuk neraka. Atau mungkin karena lobha,
dengan harapan bahwa keyakinan itu akan membawanya ke surga. Tetapi pada
pokoknya, itu bukanlah kebijaksanaannya sendiri.

Kebijaksanaan yang diterima ini berguna untuk membawanya ke tingkat
berikutnya, yaitu cinta-maya panna, pemahaman intelektual. Dengan
rasionya, orang memeriksa apa yang telah didengar atau dibacanya itu untuk
melihat apakah itu logis, praktis, dan bermanfaat. Apabila demikian, maka
dia menerimanya. Pemahaman rasional ini juga penting tetapi sangat
berbahaya bila dianggap sebagai tujuan akhir. Orang mungkin mengembangkan
pengetahuan intelektualnya, dan kemudian berkesimpulan bahwa dia adalah
orang yang sangat bijaksana. Jadi, apa yang dia pelajari malahan
menyebabkan pengembangan egonya. Maka dia berada jauh sekali dari pembebasan.

Fungsi yang benar dari pemahaman intelektual adalah untuk mengantar
pada tahap selanjutnya: bhavana-maya panna, kebijaksanaan yang berkembang
di dalam dirinya, pada tingkat pengalaman. Inilah kebijaksanaan yang
nyata. Suta-maya panna (kebijaksanaan yang diterima) dan cinta-maya panna
(pemahaman intelektual) bisa sangat bermanfaat bila memberikan semangat
dan bimbingan untuk menuju langkah berikutnya: bhavana-maya panna.
Tetapi hanya kebijaksanaan pengalamanlah yang bisa membebaskan, karena ini
merupakan kebijaksanaannya sendiri, yang berdasarkan pada pengalamannya
sendiri.

Ada contoh untuk tiga jenis panna itu. Seorang dokter memberikan resep
obat pada seseorang yang sakit. Di rumah, orang ini lalu menghafalkan
resep itu tiap hari karena keyakinannya yang besar pada dokternya.
Inilah suta-maya panna. Karena tidak puas dengan resep itu, dia kembali pada
dokternya dan bertanya serta menerima penjelasan tentang resep itu:
mengapa obat itu penting dan bagaimana cara kerjanya. Inilah cinta-maya
panna. Akhirnya orang itu minum obatnya. Baru setelah minum obat itulah
maka penyakitnya terhapus. Manfaatnya datang hanya dari langkah ketiga,
yaitu bhavana-maya panna.

Anda telah datang ke kursus ini untuk minum obat sendiri, untuk
mengembangkan kebijaksanaan Anda sendiri. Untuk itu, Anda harus memahami
kebenaran pada tingkat pengalaman. Banyak yang bingung karena apa-apa yang
tampak itu seringkali sangat berbeda dari apa yang sebenarnya. Untuk
menghilangkan kebingungan ini, Anda harus mengembangkan kebijaksanaan
pengalaman. Dan kebenaran tidak dapat dialami di luar kerangka tubuh ini,
karena kebenaran tidak dapat diintelektualkan. Oleh sebab itu, Anda
harus mengembangkan kemampuan untuk mengalami kebenaran di dalam diri Anda
sendiri, dari tingkat yang kasar sampai ke tingkat yang paling halus,
agar Anda bisa keluar dari semua ilusi, semua ikatan. Memang setiap
orang tahu bahwa seluruh semesta ini terus menerus berubah, tetapi
pemahaman intelektual mengenai realitas ini saja tidak akan membantu. Dia harus
mengalaminya di dalam dirinya sendiri.

Mungkin suatu kejadian traumatic, seperti misalnya kematian orang yang
dekat atau yang dicintai, memaksa seseorang menghadapi fakta anicca
yang sulit, sehingga dia lalu mulai mengembangkan kebijaksanaannya
sendiri. Dia melihat: alangkah tidak bergunanya memperjuangkan apa-apa yang
hanya baik secara duniawi saja; alangkah tidak bergunanya bertengkar
dengan orang lain. Tetapi, kebiasaan egoisme yang sudah lama berakar akan
segera memunculkan dirinya. Dan kebijaksanaan itu lalu mengabur, karena
memang tidak berdasarkan pada pengalaman pribadi langsung. Dia belum
mengalami realitas ketidakkekalan di dalam dirinya sendiri: bahwa segala
sesuatu itu bersifat tidak kekal, muncul dan lenyap setiap saat -
anicca. Hanya saja, kecepatan dan kesinambungan proses itu menciptakan ilusi
kekekalan. Api sebuah lilin dan sinar lampu listrik, keduanya terus
menerus berubah. Jika lewat indra orang dapat mendeteksi setiap perubahan,
sebagaimana dalam kasus api lilin, maka orang dapat keluar dari ilusi.
Tetapi dalam kasus lampu listrik, perubahannya terjadi dengan amat
cepat dan berkesinambungan, sehingga indra orang tidak bisa mendeteksinya.
Itulah sebabnya ilusinya lebih sulit dipatahkan. Orang mungkin bisa
mendeteksi perubahan yang terus menerus dalam sungai yang mengalir, tetapi
bagaimana dia bisa memahami bahwa orang yang mandi di sungai itu pun
berubah setiap saat?

Satu-satunya cara untuk mematahkan ilusi ini adalah dengan belajar
menjelajah di dalam diri sendiri, dan mengalami realitas sebagai struktur
fisik dan mentalnya sendiri. Inilah yang dilakukan Siddhattha Gotama
untuk menjadi seorang Buddha. Dengan mengesampingkan semua konsepsi yang
telah dimilikinya, beliau memeriksa dirinya sendiri untuk mendapatkan
alam yang benar dari struktur fisik dan mentalnya. Beranjak dari tingkat
realitas yang tampak saja, yang di permukaan, beliau menembus sampai ke
tingkat yang paling halus, dan mendapatkan bahwa seluruh struktur
fisik, seluruh dunia materi, merupakan perpaduan dari partikel-partikel atom
yang dalam bahasa Pali disebut attha kalapa. Dan ditemukannya bahwa
tiap partikel itu terdiri dari empat elemen, yaitu elemen tanah, air, api,
udara, beserta sifatnya masing-masing. Beliau mendapatkan bahwa
partikel-partikel ini merupakan balok materi pembangun dasar, yang terus
menerus muncul dan lenyap, dengan kecepatan yang amat tinggi -
bertriliun-triliun kali dalam waktu satu detik. Pada realitasnya, tidak ada
kepadatan dalam dunia materi. Semuanya hanyalah getaran dan pembakaran.

Ilmuwan-ilmuwan modern telah mengkonfirmasikan penemuan-penemuan Sang
Buddha. Lewat eksperimen mereka telah membuktikan bahwa seluruh semesta
materi ini memang tersusun dari partikel-partikel sub-atom yang muncul
dan lenyap dengan sangat cepat. Walaupun demikian, para ilmuwan ini toh
tidak terbebas dari semua penderitaan, karena kebijaksanaan mereka
hanyalah kebijaksanaan intelektual saja. Tidak seperti Sang Buddha, mereka
tidak mengalami kebenaran secara langsung di dalam diri mereka. Baru
ketika seseorang mengalami sendiri realitas anicca-nya, maka dia mulai
keluar dari penderitaan.

Sementara pemahaman tentang anicca berkembang dalam diri sendiri, aspek
kebijaksanan lain muncul, yaitu: anatta, tiada 'aku', tiada 'milikku'.
Di dalam struktur mental dan fisik, tidak ada sesuatu pun yang
berlangsung lebih dari sesaat; tidak ada yang dapat diidentifikasikan sebagai
'diri' atau 'jiwa' yang tidak berubah. Apabila sesuatu itu benar-benar
"milikku", maka orang pasti bisa memilikinya, bisa mengontrolnya. Tetapi
pada faktanya, bahkan atas tubuhnya sendiri pun orang tidak mempunyai
kekuasaan. Tubuhnya terus berubah, melapuk, tidak seperti apa yang
diharapkannya.

Maka aspek kebijaksanaan yang ketiga berkembang: dukkha, penderitaan.
Jika seseorang mencoba memiliki dan berpegang pada sesuatu yang berubah
di luar kontrolnya, maka orang itu jelas menciptakan penderitaan bagi
dirinya sendiri. Biasanya, orang menghubungkan penderitaan dengan
pengalaman-pengalaman indra yang tidak menyenangkan. Tetapi sebenarnya,
pengalaman-pengalaman yang menyenangkan pun bisa merupakan penyebab
penderitaan, bila orang mengembangkan kemelekatan padanya, karena itu semua
sama tidak kekalnya. Kemelekatan terhadap apa pun yang selalu berubah,
pasti berakhir dengan penderitaan.

Bilamana pemahaman seseorang akan anicca, anatta, dan dukkha sudah
kuat, kebijaksanaan ini akan terwujud dalam kehidupannya sehari-hari.
Sebagaimana dia telah belajar menembus melampaui realitas yang tampak di
dalam dirinya, maka di lingkungan luar pun dia akan bisa melihat kebenaran
yang tampak, dan melihat kebenaran akhir. Dia bisa keluar dari ilusi,
dan hidupnya menjadi bahagia dan sehat.

Banyak ilusi tercipta karena realitas yang berpadu, yang
terkonsolidasi, yang tampak. Misalnya, ilusi tentang keindahan fisik. Tubuh tampak
indah hanya bilamana semuanya masih terpadu. Bagian apa pun dari tubuh,
bila dilihat secara terpisah, bersifat tidak menarik, tidak indah -
asubha. Keindahan fisik hanyalah realitas yang tampak, yang permukaan.
Bukan kebenaran akhir.

Memahami sifat ilusi kecantikan fisik bukan berarti menimbulkan rasa
benci terhadap orang lain. Sementara kebijaksanaan muncul, secara alami
pikiran akan menjadi seimbang, tidak melekat, murni, penuh dengan niat
baik terhadap semua orang. Dia telah mengalami realitas di dalam
dirinya, dia dapat keluar dari ilusi (moha), lobha, dan dosa, dan dapat hidup
dengan damai dan bahagia.

Besok siang, Anda akan mengayunkan langkah pertama dalam bidang Panna
ketika Anda mulai mempraktikkan Vipassana. Jangan mengharap bahwa segera
setelah mulai, Anda akan melihat semua partikel sub-atom muncul dan
lenyap di sekujur tubuh. Tidak. Anda mulai dengan kebenaran yang kasar,
yang tampak, dan dengan cara tetap tenang-seimbang, pelan-pelan Anda akan
menembus pada kebenaran yang lebih halus, pada kebenaran akhir dari
pikiran, dan materi, dari factor-faktor mental, dan akhirnya pada
kebenaran akhir yang ada di luar materi dan batin.

Untuk mencapai tujuan ini, Anda harus bekerja sendiri. Karena itu
peganglah kuat-kuat Sila Anda yang merupakan dasar meditasi, dan teruslah
mempraktikkan anapana sampai pukul 3 sore besok. Teruslah mengamati
realitas di daerah lubang hidung. Teruslah mempertajam pikiran Anda sehingga
ketika Anda mulai Vipassana besok, Anda dapat menembus ke tingkat yang
lebih dalam dan menghapus kekotoran yang tersembunyi di sana.
Bekerjalah dengan sabar, dengan tekun, dengan terus menerus, demi kepentingan
Anda sendiri, demi pembebasan Anda sendiri.

Semoga Anda semua berhasil dalam langkah-langkah pertama pada Jalan
Pembebasan ini. Semoga semua makhluk bahagia.
 
pada dewasa ini sekurang-kurangnya ada empat versi vipassana yang diajarkan di Indonesia. Tiga di antaranya datang dari luar negeri, dan MMD saya kembangkan di dalam negeri. Keempat versi itu adalah:

(1) Versi Goenka, diajarkan oleh Yayasan Vipassana Indonesia di Gunung Geulis dan Klaten;
(2) Versi Mahasi Sayadaw, diajarkan oleh bhikkhu-bhikkhu dari Myanmar yang diundang ke Indonesia oleh dua kelompok: Lembaga Satipatthana Indonesia (LSI), dan kelompok Ibu Linda;
(3) Versi Pa-Auk Sayadaw, diajarkan oleh guru wanita, Sayalay Dipankara, juga dari Myanmar;
(4) MMD.

Ketiga versi pertama menggunakan referensi Mahasatipatthana-sutta dll serta Visuddhi-magga, sedangkan MMD menggunakan referensi Bahiya-sutta yang identik dengan ajaran J. Krishnamurti.

Versi Goenka diajarkan melalui sekurang-kurangnya dua tahap: tahap I selama 10 hari, lalu diikuti tahap II selama seminggu. Pada tahap I--yang belum dapat dikatakan "vipassana lengkap"--peserta diajarkan untuk mengamati munculnya 'sensasi pada kulit' secara sistematik dari puncak kepala ke ujung kaki, kembali ke puncak kepala, dst. Ini belum dapat dikatakan "vipassana lengkap" karena yang diamati baru sensasi tubuh (vedana), sedangkan pikiran, bentuk-bentuk batin dsb tidak diperhatikan. (Dalam Mahasatipatthana-sutta dikatakan bahwa yang disebut vipassana adalah mengamati empat komponen diri: jasmani, sensasi, pikiran, bentuk-bentuk batin). "Vipassana lengkap" ini baru diajarkan pada tahap II versi Goenka. -- Di antara keempat versi vipassana itu, versi Goenka ini mengajarkan vipassana dengan pengamatan secara paling sistematik; artinya, pemeditasi tahu apa yang dilakukannya & diamatinya dari saat ke saat.

Versi Mahasi Sayadaw langsung mengamati badan & batin (keempat komponen diri tsb di atas), apa pun yang muncul dari saat ke saat. Di sini tidak ada pengamatan yang sistematik seperti dalam versi Goenka.

Versi Pa-Auk Sayadaw mengajarkan bahwa sebelum dapat melakukan vipassana dengan sukses, perlu dikembangkan lebih dulu konsentrasi yang sangat mendalam sampai tercapai kondisi yang disebut 'jhana'. Ini dicapai dengan memusatkan perhatian pada napas (anapanasati). Setelah 'jhana' itu tercapai, baru pemeditasi bergeser ke vipassana yang sesungguhnya.

Kalau Anda mengkaji ketiga versi vipassana di atas akan tampak beberapa prinsip pendekatan yang sama, yaitu:

(1) prinsip 'teknik, metode': masing-masing versi mempunyai teknik spesifik yang harus diikuti dengan cermat oleh pemeditasi:
- dalam versi Goenka, tekniknya sangat spesifik, seperti telah Anda uraikan di atas;
- dalam versi Mahasi Sayadaw, tekniknya adalah dengan 'memperlambat' setiap gerak tubuh selambat mungkin dan 'mencatat' terus-menerus segala fenomena yang teramati untuk mengembangkan konsentrasi sampai tingkat 'khanika samadhi'.
- dalam versi Pa-Auk Sayadaw, tekniknya adalah meditasi pernapasan (anapanasati) untuk mencapai 'jhana' lebih dulu.

(2) prinsip 'usaha' (effort, viriya): ketiga versi vipassana di atas menekan pentingnya 'usaha' yang dilakukan dengan tekun dan terus-menerus, makin lama makin kuat, selama retret berlangsung.

(3) prinsip 'tujuan': sesuai Mahasatipatthana-sutta, ketiga versi di atas menempatkan pencapaian pembebasan atau pencerahan sempurna (nibbana) sebagai motivasi utama bagi latihannya; dengan sendirinya, tujuan ini terletak di masa depan.

Versi keempat, MMD, saya rasa adalah versi yang paling radikal, dan oleh karena itu paling sukar dipahami dan dilaksanakan. (Namun, bila orang sudah memegang kiatnya, saya rasa MMD adalah yang paling langsung menghadapi 'aku'/atta; seperti kata Sang Buddha: "Di dalam batin seorang biasa, selalu ada pikiran: 'Ini aku, ini milikku, ini diriku'.") -- Paling radikal, oleh karena di dalam MMD tidak ada tujuan, tidak ada usaha, dan tidak ada teknik/metode apa pun. Dalam MMD ditekankan kesadaran (keelingan) terhadap gerak-gerik 'aku' (atta). Ini berarti, bahwa setiap 'tujuan', 'usaha' & 'teknik' apa pun dalam meditasi harus disadari sebagai tidak lebih dari gerak-gerik 'aku' (atta) juga. -- Jadi, dari sudut MMD, kesimpulan Anda sudah benar, ketika Anda berkata:

"Mengamati secara pasif pada metode Goenka berarti
mengamati apa adanya sensasi yg muncul pada tubuh,
tapi intensitas perhatian terus dipertahankan dengan
melakukan pengamatan pada sensasi tubuh secara aktif
dan semakin lama diusahakan semakin kuat. Tapi
mengamati secara pasif pada MMD menurut saya betul2
pasif, hanya mengawasi bahkan pada apa yg kita sebut
perhatian, tidak secara sengaja membuatnya menjadi
kuat, terfokus atau terdispersi."

Dalam Bahiya-sutta, yang menjadi acuan bagi MMD, Sang Buddha tidak mulai dengan suatu 'tujuan' tertentu, melainkan langsung mengajarkan bahwa "di dalam apa yang terlihat hanya ada yang terlihat, di dalam apa yang terdengar hanya ada yang terdengar, di dalam apa yang terpikir hanya ada yang terpikir, di dalam apa yang tercerap hanya ada yang tercerap". Bahkan setelah itu beliau berkata: "Kalau itu bisa kamu lakukan, maka kamu tidak ada." Sampai di sini beliau masih belum bicara tentang suatu 'tujuan'. Baru setelah itu, beliau berkata: "Itulah akhir dari dukkha." -- Orang bisa bilang, nah, "akhir dari dukkha" ini 'tujuan' dari vipassana; tapi 'tujuan' itu ditampilkan paling akhir, setelah lebih dulu beliau berkata: "KAMU TIDAK ADA". Selain itu, 'tujuan' itu ('akhir dari dukkha") dirumuskan secara NEGATIF, bukan secara positif--seperti nirvana, pembebasan (vimutti), pencerahan (nyana-nyana), dsb--yang mudah menyesatkan bagi orang yang masih punya 'aku' (atta).

Di dalam retret MMD, boleh-boleh saja dilakukan 'pencatatan' terhadap fenomena yang teramati, tapi itu masih belum MMD yang sesungguhnya. MMD yang sesungguhnya baru berkembang bila 'pencatatan'--yang adalah gerak PIKIRAN--telah berakhir. Di dalam MMD, jika kesadaran akan saat kini telah berkembang, maka segala gerak-gerik tubuh pun akan melambat dengan sendirinya, tapi itu adalah HASIL dari kesadaran yang berkembang; bukan sebaliknya, bukan memperlambat gerak-gerik tubuh sebagai METODE (TEKNIK) untuk menguatkan kesadaran.

Jadi teringat dengan Pak Hudoyo...:D
 
RINGKASAN KHOTBAH HARI KETIGA
VIPASSANA S.N. GOENKA

JALAN MULIA BERUNSUR DELAPAN: PANNA - Kebijaksanaan yang diterima,
Kebijaksanaan intelektual, kebijaksanaan pengalaman - Kalapa - Empat elemen
- Tiga sifat: Ketidak-kekalan (anicca), Alam ego yang menipu (anatta),
Penderitaan (dukkha) - Menembus melewati realitas yang tampak.

Hari ketiga sudah berlalu. Besok siang Anda akan memasuki bidang PANNA,
Kebijaksanaan, bagian ketiga dari Jalan Mulia Berunsur Delapan. Tanpa
Kebijaksanaan, Jalan ini tidak lengkap.

Orang mulai pada Sang Jalan dengan mempraktikkan Sila, yaitu tidak
melakukan hal-hal yang merugikan orang lain. Tetapi, meskipun mungkin dia
tidak merugikan orang lain, dia masih merugikan dirinya sendiri dengan
menimbulkan kekotoran batin di dalam pikirannya. Karena itu dia
menjalani latihan Samadhi, belajar mengontrol pikiran, untuk menekan
kekotoran-kekotoran batin yang telah muncul. Tetapi, menekan kekotoran batin
bukan berarti menghilangkannya. Itu semua tetap ada di dalam pikiran sadar,
belipat-ganda di sana, dan terus menerus merugikan dirinya sendiri.
Karena itu ada langkah ketiga Dhamma, yaitu Panna. Panna bukan berarti
memberikan izin bebas bagi kekotoran batin, tetapi juga bukan menekannya,
melainkan membiarkannya muncul untuk kemudian dihapus. Apabila
kekotoran batinnya terhapus, maka pikiran akan terbebas dari kekotoran.

Dan bilamana pikiran telah dimurnikan, maka tanpa ada usaha apa pun,
dia tidak akan lagi melakukan tindakan-tindakan yang merugikan orang
lain. Menurutsifatnya, pikiran yang murni itu penuh dengan niat baik dan
kasih sayang bagi orang lain. Demikian juga, tanpa ada usaha apa pun, dia
tidak akan lagi melakukan tindakan-tindakan yang merugikan dirinya
sendiri. Kehidupannya menjadi bahagia dan sehat. Jadi tiap langkah pada
Jalan ini harus menuju pada langkah berikutnya. Sila menuju pada
perkembangan Samadhi (konsentrasi benar); Samadhi menuju pada perkembangan
Panna (kebijaksanaan yang memurnikan pikiran); Panna membawa pada nibbana,
kebebasan dari semua ketidak murnian, pencerahan penuh.

Di dalam bagian panna, ada dua bagian dari Jalan Mulia Berunsur
Delapan:

(7). Samma sankappa - pikiran benar. Bukan berarti bahwa seluruh proses
pikiran harus dihentikan sebelum orang mulai mengembangkan
kebijaksanaan. Buah-buah pikir tetap ada, tetapi pola pikirnya sudah berubah.
Kekotoran-kekotoran pada tingkat permukaan pikiran mulai lenyap karena
praktik kesadaran terhadap napas. Pikiran yang dipenuhi oleh lobha, dosa,
dan moha tidak lagi ada, dan orang mulai mempunyai pikiran yang sehat,
pikiran tentang Dhamma, cara untuk membebaskan dirinya sendiri.

(8). Samma-ditthi - pengertian benar. Inilah panna yang sejati:
memahami realitas sebagaimana adanya, bukan hanya seperti apa yang tampak.

Ada tiga tingkat dalam pengembangan panna, pengembangan kebijaksanaan.
Yang pertama adalah Suta-maya panna, kebijaksanaan yang diperoleh
dengan cara membaca atau mendengarkan kata-kata orang lain. Kebenaran yang
diterima ini sangat membantu untuk masuk pada arah yang benar. Tetapi,
bagi dirinya sendiri, jenis panna ini tidak bisa membebaskan, karena
sebenarnya itu hanyalah kebenaran pinjaman. Kebenaran itu mungkin diterima
hanya karena kepercayaan buta. Atau mungkin karena dosa, takut bahwa
bila tidak percaya dia akan masuk neraka. Atau mungkin karena lobha,
dengan harapan bahwa keyakinan itu akan membawanya ke surga. Tetapi pada
pokoknya, itu bukanlah kebijaksanaannya sendiri.

Kebijaksanaan yang diterima ini berguna untuk membawanya ke tingkat
berikutnya, yaitu cinta-maya panna, pemahaman intelektual. Dengan
rasionya, orang memeriksa apa yang telah didengar atau dibacanya itu untuk
melihat apakah itu logis, praktis, dan bermanfaat. Apabila demikian, maka
dia menerimanya. Pemahaman rasional ini juga penting tetapi sangat
berbahaya bila dianggap sebagai tujuan akhir. Orang mungkin mengembangkan
pengetahuan intelektualnya, dan kemudian berkesimpulan bahwa dia adalah
orang yang sangat bijaksana. Jadi, apa yang dia pelajari malahan
menyebabkan pengembangan egonya. Maka dia berada jauh sekali dari pembebasan.

Fungsi yang benar dari pemahaman intelektual adalah untuk mengantar
pada tahap selanjutnya: bhavana-maya panna, kebijaksanaan yang berkembang
di dalam dirinya, pada tingkat pengalaman. Inilah kebijaksanaan yang
nyata. Suta-maya panna (kebijaksanaan yang diterima) dan cinta-maya panna
(pemahaman intelektual) bisa sangat bermanfaat bila memberikan semangat
dan bimbingan untuk menuju langkah berikutnya: bhavana-maya panna.
Tetapi hanya kebijaksanaan pengalamanlah yang bisa membebaskan, karena ini
merupakan kebijaksanaannya sendiri, yang berdasarkan pada pengalamannya
sendiri.

Ada contoh untuk tiga jenis panna itu. Seorang dokter memberikan resep
obat pada seseorang yang sakit. Di rumah, orang ini lalu menghafalkan
resep itu tiap hari karena keyakinannya yang besar pada dokternya.
Inilah suta-maya panna. Karena tidak puas dengan resep itu, dia kembali pada
dokternya dan bertanya serta menerima penjelasan tentang resep itu:
mengapa obat itu penting dan bagaimana cara kerjanya. Inilah cinta-maya
panna. Akhirnya orang itu minum obatnya. Baru setelah minum obat itulah
maka penyakitnya terhapus. Manfaatnya datang hanya dari langkah ketiga,
yaitu bhavana-maya panna.

Anda telah datang ke kursus ini untuk minum obat sendiri, untuk
mengembangkan kebijaksanaan Anda sendiri. Untuk itu, Anda harus memahami
kebenaran pada tingkat pengalaman. Banyak yang bingung karena apa-apa yang
tampak itu seringkali sangat berbeda dari apa yang sebenarnya. Untuk
menghilangkan kebingungan ini, Anda harus mengembangkan kebijaksanaan
pengalaman. Dan kebenaran tidak dapat dialami di luar kerangka tubuh ini,
karena kebenaran tidak dapat diintelektualkan. Oleh sebab itu, Anda
harus mengembangkan kemampuan untuk mengalami kebenaran di dalam diri Anda
sendiri, dari tingkat yang kasar sampai ke tingkat yang paling halus,
agar Anda bisa keluar dari semua ilusi, semua ikatan. Memang setiap
orang tahu bahwa seluruh semesta ini terus menerus berubah, tetapi
pemahaman intelektual mengenai realitas ini saja tidak akan membantu. Dia harus
mengalaminya di dalam dirinya sendiri.

Mungkin suatu kejadian traumatic, seperti misalnya kematian orang yang
dekat atau yang dicintai, memaksa seseorang menghadapi fakta anicca
yang sulit, sehingga dia lalu mulai mengembangkan kebijaksanaannya
sendiri. Dia melihat: alangkah tidak bergunanya memperjuangkan apa-apa yang
hanya baik secara duniawi saja; alangkah tidak bergunanya bertengkar
dengan orang lain. Tetapi, kebiasaan egoisme yang sudah lama berakar akan
segera memunculkan dirinya. Dan kebijaksanaan itu lalu mengabur, karena
memang tidak berdasarkan pada pengalaman pribadi langsung. Dia belum
mengalami realitas ketidakkekalan di dalam dirinya sendiri: bahwa segala
sesuatu itu bersifat tidak kekal, muncul dan lenyap setiap saat -
anicca. Hanya saja, kecepatan dan kesinambungan proses itu menciptakan ilusi
kekekalan. Api sebuah lilin dan sinar lampu listrik, keduanya terus
menerus berubah. Jika lewat indra orang dapat mendeteksi setiap perubahan,
sebagaimana dalam kasus api lilin, maka orang dapat keluar dari ilusi.
Tetapi dalam kasus lampu listrik, perubahannya terjadi dengan amat
cepat dan berkesinambungan, sehingga indra orang tidak bisa mendeteksinya.
Itulah sebabnya ilusinya lebih sulit dipatahkan. Orang mungkin bisa
mendeteksi perubahan yang terus menerus dalam sungai yang mengalir, tetapi
bagaimana dia bisa memahami bahwa orang yang mandi di sungai itu pun
berubah setiap saat?

Satu-satunya cara untuk mematahkan ilusi ini adalah dengan belajar
menjelajah di dalam diri sendiri, dan mengalami realitas sebagai struktur
fisik dan mentalnya sendiri. Inilah yang dilakukan Siddhattha Gotama
untuk menjadi seorang Buddha. Dengan mengesampingkan semua konsepsi yang
telah dimilikinya, beliau memeriksa dirinya sendiri untuk mendapatkan
alam yang benar dari struktur fisik dan mentalnya. Beranjak dari tingkat
realitas yang tampak saja, yang di permukaan, beliau menembus sampai ke
tingkat yang paling halus, dan mendapatkan bahwa seluruh struktur
fisik, seluruh dunia materi, merupakan perpaduan dari partikel-partikel atom
yang dalam bahasa Pali disebut attha kalapa. Dan ditemukannya bahwa
tiap partikel itu terdiri dari empat elemen, yaitu elemen tanah, air, api,
udara, beserta sifatnya masing-masing. Beliau mendapatkan bahwa
partikel-partikel ini merupakan balok materi pembangun dasar, yang terus
menerus muncul dan lenyap, dengan kecepatan yang amat tinggi -
bertriliun-triliun kali dalam waktu satu detik. Pada realitasnya, tidak ada
kepadatan dalam dunia materi. Semuanya hanyalah getaran dan pembakaran.

Ilmuwan-ilmuwan modern telah mengkonfirmasikan penemuan-penemuan Sang
Buddha. Lewat eksperimen mereka telah membuktikan bahwa seluruh semesta
materi ini memang tersusun dari partikel-partikel sub-atom yang muncul
dan lenyap dengan sangat cepat. Walaupun demikian, para ilmuwan ini toh
tidak terbebas dari semua penderitaan, karena kebijaksanaan mereka
hanyalah kebijaksanaan intelektual saja. Tidak seperti Sang Buddha, mereka
tidak mengalami kebenaran secara langsung di dalam diri mereka. Baru
ketika seseorang mengalami sendiri realitas anicca-nya, maka dia mulai
keluar dari penderitaan.

Sementara pemahaman tentang anicca berkembang dalam diri sendiri, aspek
kebijaksanan lain muncul, yaitu: anatta, tiada 'aku', tiada 'milikku'.
Di dalam struktur mental dan fisik, tidak ada sesuatu pun yang
berlangsung lebih dari sesaat; tidak ada yang dapat diidentifikasikan sebagai
'diri' atau 'jiwa' yang tidak berubah. Apabila sesuatu itu benar-benar
"milikku", maka orang pasti bisa memilikinya, bisa mengontrolnya. Tetapi
pada faktanya, bahkan atas tubuhnya sendiri pun orang tidak mempunyai
kekuasaan. Tubuhnya terus berubah, melapuk, tidak seperti apa yang
diharapkannya.

Maka aspek kebijaksanaan yang ketiga berkembang: dukkha, penderitaan.
Jika seseorang mencoba memiliki dan berpegang pada sesuatu yang berubah
di luar kontrolnya, maka orang itu jelas menciptakan penderitaan bagi
dirinya sendiri. Biasanya, orang menghubungkan penderitaan dengan
pengalaman-pengalaman indra yang tidak menyenangkan. Tetapi sebenarnya,
pengalaman-pengalaman yang menyenangkan pun bisa merupakan penyebab
penderitaan, bila orang mengembangkan kemelekatan padanya, karena itu semua
sama tidak kekalnya. Kemelekatan terhadap apa pun yang selalu berubah,
pasti berakhir dengan penderitaan.

Bilamana pemahaman seseorang akan anicca, anatta, dan dukkha sudah
kuat, kebijaksanaan ini akan terwujud dalam kehidupannya sehari-hari.
Sebagaimana dia telah belajar menembus melampaui realitas yang tampak di
dalam dirinya, maka di lingkungan luar pun dia akan bisa melihat kebenaran
yang tampak, dan melihat kebenaran akhir. Dia bisa keluar dari ilusi,
dan hidupnya menjadi bahagia dan sehat.

Banyak ilusi tercipta karena realitas yang berpadu, yang
terkonsolidasi, yang tampak. Misalnya, ilusi tentang keindahan fisik. Tubuh tampak
indah hanya bilamana semuanya masih terpadu. Bagian apa pun dari tubuh,
bila dilihat secara terpisah, bersifat tidak menarik, tidak indah -
asubha. Keindahan fisik hanyalah realitas yang tampak, yang permukaan.
Bukan kebenaran akhir.

Memahami sifat ilusi kecantikan fisik bukan berarti menimbulkan rasa
benci terhadap orang lain. Sementara kebijaksanaan muncul, secara alami
pikiran akan menjadi seimbang, tidak melekat, murni, penuh dengan niat
baik terhadap semua orang. Dia telah mengalami realitas di dalam
dirinya, dia dapat keluar dari ilusi (moha), lobha, dan dosa, dan dapat hidup
dengan damai dan bahagia.

Besok siang, Anda akan mengayunkan langkah pertama dalam bidang Panna
ketika Anda mulai mempraktikkan Vipassana. Jangan mengharap bahwa segera
setelah mulai, Anda akan melihat semua partikel sub-atom muncul dan
lenyap di sekujur tubuh. Tidak. Anda mulai dengan kebenaran yang kasar,
yang tampak, dan dengan cara tetap tenang-seimbang, pelan-pelan Anda akan
menembus pada kebenaran yang lebih halus, pada kebenaran akhir dari
pikiran, dan materi, dari factor-faktor mental, dan akhirnya pada
kebenaran akhir yang ada di luar materi dan batin.

Untuk mencapai tujuan ini, Anda harus bekerja sendiri. Karena itu
peganglah kuat-kuat Sila Anda yang merupakan dasar meditasi, dan teruslah
mempraktikkan anapana sampai pukul 3 sore besok. Teruslah mengamati
realitas di daerah lubang hidung. Teruslah mempertajam pikiran Anda sehingga
ketika Anda mulai Vipassana besok, Anda dapat menembus ke tingkat yang
lebih dalam dan menghapus kekotoran yang tersembunyi di sana.
Bekerjalah dengan sabar, dengan tekun, dengan terus menerus, demi kepentingan
Anda sendiri, demi pembebasan Anda sendiri.

Semoga Anda semua berhasil dalam langkah-langkah pertama pada Jalan
Pembebasan ini. Semoga semua makhluk bahagia.


Gw juga udah lihat, gitu mau copy paste.... yah linknya udah ditulis SinThung.... Suhu emang cepat banget yah..... tapi udah dihapus yah....
 
Jadi teringat dengan Pak Hudoyo...:D

Emang dari situ Bro.... gw lihat di Google, kan disini saling bantu kalo ada info. Sebelumnya udah lihat yang dikasih Link-nya sama Suhu Sinthung. Mau copy paste, udah keduluan. Yah udah... yang penting infonya sampe untuk bantu temen kita Akiong, kan....

terus gw lihat yang postingan pak Hudoyo ini. Hanya gw sunting dikit. Karena post aslinya kan Pak Hudoyonya menjelaskan pada satu orang. Nah... Itu yang diedit biar bisa universal.

Gitoooo.
 
sangat saya sarangkan melatih samantha bhavana dolo sebelum lanjut ke vippasana,biar meditasi anda tidak kacau balau...

dan kalau dalam tahap latihan..ada baiknya juga sharing sama bhante yang pengalaman dalam meditasi...biar anda tetap dalam jalur yang benar..

karena saya sendiri sudah pernah salah dalam praktek meditasi...tidak maju-maju gw....hahaha....untung sudah bhante datang ke kota gw..jadi bisa sharing.
-------------------------------------------------------------------------
atau mau lebih gampang nya lagi?....hehehe..

ada murid sang buddha yang sangat bodoh...dia seorang bhikhu yang bodoh,lamban,dll..
pada waktu ketika bertemu dengan sang buddha...sang buddha hanya menyuruh nya
membersihkan Vihara,mengepel..sambil renungkanlah kain yang kotor,dan kain yang bersih.

tau-tau bhikhu yang bodoh itu bisa mencapai ARAHAT dalam waktu beberapa hari.

kenapa bisa di sebut bodoh?,..waktu menyebut Buddha,Dhamma,Sangha.
ketika menyebut Buddha,Dhamma.....dia telah lupa Buddha...Ketika menyebut Sangha..
dia lupa Buddha,Dhamma...

pokoknya bodoh gila.....tapi bisa Arahat loh..karena perenungan mendalam serta latihan langsung di tempat.
 
Saya kurang Sreg ama tekniknya Master Goenkaji... sori, bagi pengikut meditasinya.

Setelah saya amati. metode ini belumlah bisa menembus... karena mind tidaklah sekuat kalo kita melakukan samatha...

yg ditekankan Goekanji adalah kalo samatha dan masuk Jhana, kita akan mencari kesaktian saja, menurut saya tidak betul... kalo kita sudah belajar dharma terlebih dahulu, hal2 semacam ini bisa kita minimalisir....

Vipassana akan lebih bernilai kalo di mulai dari mind yg kuat(samatha)...

Masalahnya: Samatha adalah tahap yg susah.. orang akan menghindari itu... org selalu akan mencari yg gampang/instan
 
ada yang tahu teknik samatha ? atau tahu tempat latihan yang independent ? tlg post dong......thx
 
meditasi samantha bukan lah meditasi yang susah dalam hal teori ^^...

cukup memilih objek yang akan dipakai...bisa lihat di thread nya singthung..
ada 40 objek yang di anjurkan....

kalau gw biasa memakai objek anasapatti ( nafas yang keluar masuk )...

info lebih lengkap baca thread nya singtung,coba-coba konsultasi dengan bhante,
dan tidak kalah penting adalah PRAKTEK.
 
Metode meditasi dari BUDDHA GOTAMA yang paling lengkap dapat ditemukan pada MAHASATIPATHANA SUTTA. Ikuti sutta ini saja, sudah mencakup keseluruhan.

Note : Mengapa Delapan jalan utama dibagi ke dalam urutan kelompok SILA, SAMADHI dan PANNA ??? mengapa bukan SAMADHI, SILA, dan PANNA atau urutan yang lain ???
Tujuannya adalah secara sistematis dan bertahap, seharusnya SILA harus diperkuat dahulu, barulah SAMADHI dijalankan. Tujuannya apa ??? supaya ketika hasil meditasi (dapat berupa kebingungan, kecemasan, kebablasan, kemampuan bathin atau apapun konsekuensinya) dapat dibentengi dengan pengamalan SILA yang kuat dan displin.

Ketika seorang praktisi masuk dahulu dengan SAMADHI tanpa memperkuat SILA. Ditakutkan adalah hasil SAMADHI akan dipergunakan atau dimanfaatkan justru untuk hal hal yang melanggar SILA.
 
Note : Mengapa Delapan jalan utama dibagi ke dalam urutan kelompok SILA, SAMADHI dan PANNA ??? mengapa bukan SAMADHI, SILA, dan PANNA atau urutan yang lain ???
Tujuannya adalah secara sistematis dan bertahap, seharusnya SILA harus diperkuat dahulu, barulah SAMADHI dijalankan. Tujuannya apa ??? supaya ketika hasil meditasi (dapat berupa kebingungan, kecemasan, kebablasan, kemampuan bathin atau apapun konsekuensinya) dapat dibentengi dengan pengamalan SILA yang kuat dan displin.
yah benar...soalnya sila itu penting.......
coba saja..ketika anda habis membunuh,mencuri,dll....terus meditasi...susah mencapai ketenangan..

coba ketika anda berbuat baik..anda bahagia..lalu meditasi..ketenangan lebih mudah di capai.
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.