• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Pilih Cinta atau Agama

Saya pilih cinta..... agama saya mengajarkan untuk bercinta bukan berperang.... tidak ada halangan dari agama saya untuk memeluk agama lain. Juga tidak ada dalam agama saya yang berpendapat bahwa kebaikan di agama lain bukan kebaikan.

Tapi jangan samakan dengan keyakinan.....

Saya mencintai.... saya juga punya keyakinan.... agama bisa berganti... keyakinan tidak.... dan kenyataannya kebenaran selalu tunggal.... mau di Hindu, Buddha, Islam atau Kristen..... kebajikan tetap kebajikan.... dan cinta adalah kebajikan....

Cinta dan benci jaraknya sangat tipis..
cinta bisa berubah jadi benci dan sebaliknya...
kalo kita dibenci yaaaaa pelet aja...wakakakkakakak...
 
Cinta dan benci jaraknya sangat tipis..
cinta bisa berubah jadi benci dan sebaliknya...
kalo kita dibenci yaaaaa pelet aja...wakakakkakakak...

yah mencinta saja jgn membenci....

kalau cinta ditambah ingin memilki..... maka kalo gak berhasil, bisa muncul benci....

cinta saja, jgn ingin memiliki....
 
^Jangan Diplincon nin donk jak.. orang serius juga

yah... memang ajaran kasih/ cinta dan agama, kedua2nya merupakan hal yang rumit, yang saling berhubungan, Agama tanpa kasih/cinta=ngawur, kasih/cinta tanpa agama = ngawur.
 
yah... memang ajaran kasih/ cinta dan agama, kedua2nya merupakan hal yang rumit, yang saling berhubungan, Agama tanpa kasih/cinta=ngawur, kasih/cinta tanpa agama = ngawur.

tidak ada yang rumit sebetulnya.....

agama memang mengajarkan kasih..
agama memang mengajarkan cinta..

perkataan kk:
kasih / cinta tanpa agama dengan agama = ngawur

-----

jawaban saya:

jika karena cinta kk meninggalkan agama kk = parah!!

jangan karena cinta kk meninggalkan agama kk!

pertahankan agama kk! karena cinta yang didasarkan dengan persyaratan itu tidak tulus! karena pada akhirnya kk cuma akan mendapatkan kekecewaan belaka.

itu artinya seseorang tersebut bukan menilai kk secara kk apa adanya kk!

jangan ingkari iman dan agama kk.

demikian. >:D<
 
^ um... gw ngak bilang meninggalkan agama tuh, tetap beragama walau beda, gitchu. kenapa saya harus tetap pada satu agama, apakah agama lainnya mengajarkan hal2 diluar norma2 agama, nggak khan?, jadi kenapa saya harus mempertahankan agama saya, kalau semua agama itu benar dan baik adanya? (nah loo.. makin rumitkan jadinya, mohon pencerahannya)
 
^ um... gw ngak bilang meninggalkan agama tuh, tetap beragama walau beda, gitchu. kenapa saya harus tetap pada satu agama, apakah agama lainnya mengajarkan hal2 diluar norma2 agama, nggak khan?, jadi kenapa saya harus mempertahankan agama saya, kalau semua agama itu benar dan baik adanya? (nah loo.. makin rumitkan jadinya, mohon pencerahannya)

maksud tulisan saya adalah bukan bermaksud kk meninggalkan agama dan tidak ada agama sama sekali ^___^

mungkin saya yang bodoh melukiskan dalam kata-kata sehingga kk salah mengerti, maaf yah kk >:D<

maksud saya, kk bermaksud meninggalkan agama kk dan mengikuti agama calon kk kan? begitu maksud saya dengan kalimat yang mengatakan meninggalkan agama, tapi beda penangkapan makna :D

jadi kenapa saya harus mempertahankan agama saya, kalau semua agama itu benar dan baik adanya? (nah loo.. makin rumitkan jadinya, mohon pencerahannya)

=======
1. Tanggung jawab pada masyarakat, keluarga dan lingkungan sekitar, budaya kk.

di sini saya persepsikan kk adalah misalkan beragama Hindu. (sesuaikan jika memang salah dan bukan Hindu)

tentunya kk beragama Hindu karena Hindu kan?

maksud saya, kk beragama Hindu karena orang tua kk juga beragama Hindu, dan lingkungan di Bali (saya menyimpulkan dari nama kk).

nah, dengan kk pindah ke agama lain, pertimbangannya, apakah keluarga kk tidak akan ada yang menuding kk berbuat sesuatu yang diluar etika masyarakat bali?

2. Berpindah agama seharusnya dilatar belakangi oleh suatu faktor pribadi dan keimanan, dan keyakinan yang teguh dari dasar lubuk hati yang paling dalam.

istilah klisenya:

sesuatu yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.
agama tersebut menyentuh kalbu kk.

akan tetapi jika kk berpindah agama karena alasan lain, contoh:
a.Jika orang tsb Lelaki, dan pindah karena perempuan.
b.Jika orang tsb perempuan, pindah agama karena Lelaki.
--
atau karena alasan cintalah sebutnya.

----

maka dasar dan alasan tersebut tidaklah layak untuk menjadikan seseorang tersebut berpindah agama! apapun agama nantinya yang dipilih.

karena dengan demikian, sebenarnya pada dasarnya si orang tersebut, tidak memiliki keyakinan / dasar yang kukuh, akan iman yang akan diyakini nantinya (calon agama baru).

---
3. Tanggung jawab kepada Tuhan, atau tidak usah muluk-muluklah, berbicara soal dunia berikutnya. minimal kepada masyarakat:

agama calon baru yang akan kk anut nanti, tentunya akan malah meng-anggap kk mau bermain-main dengan agama!

bahkan bisa jadi nanti malah dituding kk mau menistakan agama tsb.

mengapa?

karena bukan tidak mungkin kan? cinta yang kk harapkan tersebut akan berjalan mulus 100%, yang namanya berumah tangga itu saja sudah dapat dipastikan ada masa ributnya/bertengkar.

apalagi baru calon pacar? calon istri? calon suami?

nah bila saat tersebut tiba dan melanda kk, bukankah tidak tertutup kemungkinan kk akan kecewa dan kembali lagi kepada agama kk yang awal?

disinilah letak inti kalimat saya dengan "menistakan agama calon"

maaf, bukan maksud saya mengatakan kk akan bertindak demikian.

karena sepengetahuan saya:

"Lahir, jodoh dan maut sudah ada yang mengaturnya!"

jadi bila si calon mempersyaratkan kk pindah agama, itu artinya:


"seseorang tersebut tidak mencintai kk apa adanya, mencintai dengan syarat!"

dan dengan kata lain:

itu adalah cinta yang didasarkan pada perhitungan! (monggo dicermati).

karena:

"cinta sejati, tidaklah memandang, suku, agama, ras, dan antar golongan"

siapapun dia! ketika cinta menyentuh kalbu, maka cinta tersebut akan datang tanpa syarat!

cinta seperti inilah yang seharusnya kk cari, bukan cinta dengan syarat!

==

ada pepatah tua mengatakan:

"Jika Anda lelaki, carilah harta/uang, maka cinta akan menyertai!"

"Jika Anda wanita, maka carilah cinta, maka harta akan mengikuti!"

disini bukan maksudnya kita harus gila harta atau gila hormat pada materi!

tolong jangan diterima / jangan dibaca mentah-mentah dan dijabarkan malah sebagai usaha untuk menyalahkan kk, karena saya bukan siapa-siapa, yang bisa menyalahkan orang lain, apalagi saya hanya orang bodoh yang kebanyakan makan garam dan pahitnya hidup. (syukurlah saya tidak kena tekanan darah tinggi walau banyak makan garam :D )


kalimat tersebut hanyalah sebuah ilusi, yang hendak menjabarkan:

"Selama mentari masih memancarkan cahayanya!"

"Hasrat, cita dan cinta, pastilah bisa terwujud!"


dan

"alangkah indahnya jika cinta tersebut datang dengan tulus, karena cinta tulus adalah dasar yang kuat bagi rumah tangga yang ideal! dan tidak ada alasan yang bisa membuat cekcok rumah tangga tsb tadi"

banyak contoh rumah tangga, suami dan istrinya berlainan agama, tapi bahagia, kenapa? itulah cinta sejati dan tulus! menerima apa adanya! dan tidak mempermasalahkan perbedaan, karena semuanya didasarkan pada cinta tersebut! bukan karena agama pasangan hidup (dengan syarat dan ketentuan kondisi).


demikian.
 
Siap Komandan, cuman ada beberapa pertanyaan lagi yang saya belom paham,

"Lahir, jodoh dan maut sudah ada yang mengaturnya!"

Bagaimana klo nantinya aturan/ takdir saya adalah untuk menjadi manusia yah.. katakanlah bahasa kasarnya "Manusia yang menistakan agama" Mohon Pencerahannya lagi yah...
 
Siap Komandan, cuman ada beberapa pertanyaan lagi yang saya belom paham,

"Lahir, jodoh dan maut sudah ada yang mengaturnya!"

Bagaimana klo nantinya aturan/ takdir saya adalah untuk menjadi manusia yah.. katakanlah bahasa kasarnya "Manusia yang menistakan agama" Mohon Pencerahannya lagi yah...

waduh, saya bukan komendan :(

soal "Lahir, jodoh, dan maut"

maksudnya adalah:

biarkan semuanya berjalan dengan apa adanya, cinta adalah perasaan dasar manusia, yang alangkah dengan indahnya jika cinta itu tumbuh dengan wajar.

dalam tulisan kk mengenai kehidupan kk di atas, saya melihat "cinta dari calon kk tidak apa adanya" dan "cinta itu akan menerima kk dalam tanda kutip"

tujuan manusia hidup adalah untuk mencapai kesempurnaan, walaupun pada awalnya kita tidak tahu alasan mengapa kita lahir?

karena pada awalnya kalau kita pikir, apakah kita meminta untuk dilahirkan?

semua adalah karena kehidupan mengalir apa adanya...

marilah lanjutkan juga apa adanya...

dari tulisan awal kk terkesan kk takut kehilangan "sang cinta tersebut"

artinya berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa "dia" adalah milik kk dan takdir untuk bersama dengan dirinya.

padahal? sedetik kedepanpun, sebenarnya kita tak dapat mengetahui apa yang akan terjadi pada diri kita kan?

selain itu, rasa takut akan hari esok tersebut, justru akan membuat kk kehilangan hari ini.

semua kehidupan kk secara tidak sadar akan selalu difokuskan oleh rasa takut itu.... selalu dalam situasi berjaga dengan keinginan "saya menginginkan dia... dan saya akan berusaha mendapatkan dia dengan cara apapun"

padahal ada hal yang jauh lebih penting sebelum kita menemukan "jati diri" untuk apa kita dilahirkan? dan apa yang akan kita lakukan nanti dikemudian hari? tak usah muluk, tentunya kita ingin berhasil dan mandiri.


soal menistakan agama tidak berpatokan agama apa itu adanya...

coba kita renungkan...

sebelum semuanya itu terbentuk dibenak kita dengan kedewasaan, marilah terlebih dahulu kita mencoba tugas dasar dari setiap manusia terlebih dahulu, seperti contohnya "membuat orang tua kita bahagia"

karena semua aliran kepercayaan menuntut kita untuk berbakti kepada orang tua kita kan?

dan apabila kita berpindah keyakinan, apakah kita tidak akan mengecewakan orang tua kita? walau orang tua tak pernah mengeluh kepada kita tentang kekecewaan mereka, tetapi dalam hati mereka pasti ada rasa kaget dan kekecewaan.

mengapa? karena tiap orang tua pasti menginginkan semua anaknya bahagia, karenanya pasti tidak akan mengungkapkan itu kepada kita.

nah, kalau kita mengecewakan orang tua kita apakah tidak namanya bertentangan dengan prinsip dasar agama apapun? terutama "berbakti kepada orang tua?" artinya kita membuat orang tua kecewa itu bertentangan dalam agama apapun adanya....

sebelum jauh pikiran kita hanya terpaku kepada masalah cinta dengan lawan jenis, marilah kita coba terlebih dahulu untuk cinta kepada orang tua masing-masing.

karena jika apa yang akan kita lakukan tersebut, bukan tidak mungkin lawan jenis "idaman" kk tersebut justru akan tersentuh hatinya...

tersentuh dalam arti bagaimana?

tidak tertutup kemungkinan kan? "sang idaman" ini akan terenyuh melihat kk mengorbankan perasaan kk demi sang orang tua tercinta!

pengorbanan kepada orang tua yang telah lama menjaga kita sedari kecil.

dan tidak mengorbankan orang tua karena seseorang yang baru dikenalnya... (sang idaman ini).

si dia tentu akan melihat sisi lain dari diri kita "kesetiaan".

bukankah dengan pindah agama, justru akan membuat kita terlihat seseorang yang tidak setia?

justru menambah point kekurangan kita dimata si dia, daripada point plusnya.

kenapa?

orang tua yang telah begitu tulus merawat kita dari kecil saja sudah kita kecewakan, apalagi orang lain "si cinta" yang baru dikenal?

bisa kan dibandingkan?

lebih lama mana? kita bersama orang tua?

atau bersama si dia? (kan baru kenal).

justru dengan tetap pada agama kk, akan membuat kk terlihat seorang yang "setia" dan teguh pada prinsip, membuat kita terlihat "orang yang setia, dan betanggung jawab"

demikian >:D<
 
thx kk atas pencerahannya saya jadi tercerah lagi...

oh iya.. soal Thread, bukan men.. saya lagi nggak mengalami ini sekarang, cuman dalam pikiran saya terbesit "apa yang mereka (orang2 yang berpindah agama), pikirkan",m jadi saya buat thread ini, gitchu, tapi thanks berat atas sharingnya, mudah2 ini jadi wadah buat kawan2 sharing tentang apa yang harus dia pilih, jika dia dihadapkan pada situasi ini.
 
Sebagai referensi aja.....

kenalan gw(ayahnya temen gw, om gw) setelah menikah dengan wanita yang berbeda keyakinan. Mereka jadi menjauh dari keluarga besar mereka di Bali(hindu), kenapa ??? Karena si wanita enggan/asing dengan budaya yang ada di rumah keluarga ortu. Bahkan ayahnya temen gw, dia punya keluarga besar dan rumah di Bali. Tapi dia dan keluarganya nginep di Hotel.

Yah kalau masih mau jalan, sering2lah ajak jalan,ngobrol sama ortu lu, temen2 hindu bahkan kalo perlu ajak aja jalan ke pura jabe luarnya aja. Biar dia ngga asing dengan Hindu.....
 
kalo misalnya nih..

kalian [cowo] cinta bener ama cewe.. begitupula sebaliknya..

jika cewe itu mau ikut dengan keyakinan kalian.. [beda agama]

apa yang akan kalian lakuin :)

dengan kondisi yang sekarang, tu cewe bener2 dah disakiti oleh "teman-temannya"

dan tu cewe sudah 100%yakin mau mempelajari, mengikuti, menekuni, membaktikan diri dengan keyakinan kalian serta diri kalian + keluarga :D :D :D
 
kalo misalnya nih..

kalian [cowo] cinta bener ama cewe.. begitupula sebaliknya..

jika cewe itu mau ikut dengan keyakinan kalian.. [beda agama]

apa yang akan kalian lakuin :)

dengan kondisi yang sekarang, tu cewe bener2 dah disakiti oleh "teman-temannya"

dan tu cewe sudah 100%yakin mau mempelajari, mengikuti, menekuni, membaktikan diri dengan keyakinan kalian serta diri kalian + keluarga :D :D :D

Eleeeh..gitu aja koq repot!
Temen bisa dicari lagi hehehe..
Kalo tuch cewek dengan niat tulus maw mempelajari keyakinan kita2 ya pasti
hidup bahagia dah, tapi kalo terpaksa ya?????
cepat ato lambat pasti menimbulkan masalah..

anda bilang >> tu cewe disakiti oleh temen2nya hanya karena pindah agama,
paraaaaaah!yg namanya persahabatan gak ada yang gituan!
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.