^ um... gw ngak bilang meninggalkan agama tuh, tetap beragama walau beda, gitchu. kenapa saya harus tetap pada satu agama, apakah agama lainnya mengajarkan hal2 diluar norma2 agama, nggak khan?, jadi kenapa saya harus mempertahankan agama saya, kalau semua agama itu benar dan baik adanya? (nah loo.. makin rumitkan jadinya, mohon pencerahannya)
maksud tulisan saya adalah bukan bermaksud kk meninggalkan agama dan tidak ada agama sama sekali ^___^
mungkin saya yang bodoh melukiskan dalam kata-kata sehingga kk salah mengerti, maaf yah kk
maksud saya, kk bermaksud meninggalkan agama kk dan mengikuti agama calon kk kan? begitu maksud saya dengan kalimat yang mengatakan meninggalkan agama, tapi beda penangkapan makna
jadi kenapa saya harus mempertahankan agama saya, kalau semua agama itu benar dan baik adanya? (nah loo.. makin rumitkan jadinya, mohon pencerahannya)
=======
1. Tanggung jawab pada masyarakat, keluarga dan lingkungan sekitar, budaya kk.
di sini saya persepsikan kk adalah misalkan beragama Hindu. (sesuaikan jika memang salah dan bukan Hindu)
tentunya kk beragama Hindu karena Hindu kan?
maksud saya, kk beragama Hindu karena orang tua kk juga beragama Hindu, dan lingkungan di Bali (saya menyimpulkan dari nama kk).
nah, dengan kk pindah ke agama lain, pertimbangannya, apakah keluarga kk tidak akan ada yang menuding kk berbuat sesuatu yang diluar etika masyarakat bali?
2. Berpindah agama seharusnya dilatar belakangi oleh suatu faktor pribadi dan keimanan, dan keyakinan yang teguh dari dasar lubuk hati yang paling dalam.
istilah klisenya:
sesuatu yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.
agama tersebut menyentuh kalbu kk.
akan tetapi jika kk berpindah agama karena alasan lain, contoh:
a.Jika orang tsb Lelaki, dan pindah karena perempuan.
b.Jika orang tsb perempuan, pindah agama karena Lelaki.
--
atau karena alasan cintalah sebutnya.
----
maka dasar dan alasan tersebut tidaklah layak untuk menjadikan seseorang tersebut berpindah agama! apapun agama nantinya yang dipilih.
karena dengan demikian, sebenarnya pada dasarnya si orang tersebut, tidak memiliki keyakinan / dasar yang kukuh, akan iman yang akan diyakini nantinya (calon agama baru).
---
3. Tanggung jawab kepada Tuhan, atau tidak usah muluk-muluklah, berbicara soal dunia berikutnya. minimal kepada masyarakat:
agama calon baru yang akan kk anut nanti, tentunya akan malah meng-anggap kk mau bermain-main dengan agama!
bahkan bisa jadi nanti malah dituding kk mau menistakan agama tsb.
mengapa?
karena bukan tidak mungkin kan? cinta yang kk harapkan tersebut akan berjalan mulus 100%, yang namanya berumah tangga itu saja sudah dapat dipastikan ada masa ributnya/bertengkar.
apalagi baru calon pacar? calon istri? calon suami?
nah bila saat tersebut tiba dan melanda kk, bukankah tidak tertutup kemungkinan kk akan kecewa dan kembali lagi kepada agama kk yang awal?
disinilah letak inti kalimat saya dengan "menistakan agama calon"
maaf, bukan maksud saya mengatakan kk akan bertindak demikian.
karena sepengetahuan saya:
"Lahir, jodoh dan maut sudah ada yang mengaturnya!"
jadi bila si calon mempersyaratkan kk pindah agama, itu artinya:
"seseorang tersebut tidak mencintai kk apa adanya, mencintai dengan syarat!"
dan dengan kata lain:
itu adalah cinta yang didasarkan pada perhitungan! (monggo dicermati).
karena:
"cinta sejati, tidaklah memandang, suku, agama, ras, dan antar golongan"
siapapun dia! ketika cinta menyentuh kalbu, maka cinta tersebut akan datang tanpa syarat!
cinta seperti inilah yang seharusnya kk cari, bukan cinta dengan syarat!
==
ada pepatah tua mengatakan:
"Jika Anda lelaki, carilah harta/uang, maka cinta akan menyertai!"
"Jika Anda wanita, maka carilah cinta, maka harta akan mengikuti!"
disini bukan maksudnya kita harus gila harta atau gila hormat pada materi!
tolong jangan diterima / jangan dibaca mentah-mentah dan dijabarkan malah sebagai usaha untuk menyalahkan kk, karena saya bukan siapa-siapa, yang bisa menyalahkan orang lain, apalagi saya hanya orang bodoh yang kebanyakan makan garam dan pahitnya hidup. (syukurlah saya tidak kena tekanan darah tinggi walau banyak makan garam
)
kalimat tersebut hanyalah sebuah ilusi, yang hendak menjabarkan:
"Selama mentari masih memancarkan cahayanya!"
"Hasrat, cita dan cinta, pastilah bisa terwujud!"
dan
"alangkah indahnya jika cinta tersebut datang dengan tulus, karena cinta tulus adalah dasar yang kuat bagi rumah tangga yang ideal! dan tidak ada alasan yang bisa membuat cekcok rumah tangga tsb tadi"
banyak contoh rumah tangga, suami dan istrinya berlainan agama, tapi bahagia, kenapa? itulah cinta sejati dan tulus! menerima apa adanya! dan tidak mempermasalahkan perbedaan, karena semuanya didasarkan pada cinta tersebut! bukan karena agama pasangan hidup (dengan syarat dan ketentuan kondisi).
demikian.